24
LAPORAN PENDAHULUAN A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal Masing-masing ginjal mempuyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Ginjal terletak di bagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar di sisi kanan. Ginjal berbentuk seperti biji kacang dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renal yaitu tempat masuk dan keluarnya saluran seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter. Bila ginjal dibelah dua, secara longitudinal (memanjang) dapat terlihat tiga bagian penting, yaitu korteks, medula dan pelvis renis. Bagian yang paling superfisial adalah korteks renal yang tempak bergranula. Sebelah dalamnya terdapat bagian lebih gelap yaitu medula ranal yang terdiri dari bangunan-bangunan berbentuk kerucut yang disebut renal piramid, dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papula renis, mengarah kebagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks yang disebut lobus ginjal. Diantara piramid terdapat jaringan korteks yang disebut kolumna renal. Ginjal terdiri atas satuan-satuan fungsionalnya yang disebut nefron yang berjumlah lebih dari 1 juta setiap ginjalnya. - Nefron adalah tempat pembentukan urine awal. Setiap nefron terdiri dari komponen vaskuler dan tuberkuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yaitu glomerulus dan kapiler pestibular, yang mengitari tubuli. Komponen tubular berwal dengan kapsula bowmen (glomerular) dan mencakup tubuli kontortus proksimal, ansa henle dan tubuli kontortus

Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

  • Upload
    niinuu

  • View
    445

  • Download
    17

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal

Masing-masing ginjal mempuyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm

pada bagian paling tebal. Ginjal terletak di bagian belakang abdomen. Ginjal

kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar di sisi kanan.

Ginjal berbentuk seperti biji kacang dan permukaan medialnya yang

cekung disebut hilus renal yaitu tempat masuk dan keluarnya saluran seperti

pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter.

Bila ginjal dibelah dua, secara longitudinal (memanjang) dapat terlihat tiga

bagian penting, yaitu korteks, medula dan pelvis renis. Bagian yang paling

superfisial adalah korteks renal yang tempak bergranula. Sebelah dalamnya

terdapat bagian lebih gelap yaitu medula ranal yang terdiri dari bangunan-

bangunan berbentuk kerucut yang disebut renal piramid, dengan dasarnya

menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papula renis,

mengarah kebagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks yang

disebut lobus ginjal.

Diantara piramid terdapat jaringan korteks yang disebut kolumna renal.

Ginjal terdiri atas satuan-satuan fungsionalnya yang disebut nefron yang

berjumlah lebih dari 1 juta setiap ginjalnya.

- Nefron adalah tempat pembentukan urine awal. Setiap nefron terdiri dari

komponen vaskuler dan tuberkuler. Komponen vaskuler terdiri atas

pembuluh-pembuluh darah yaitu glomerulus dan kapiler pestibular, yang

mengitari tubuli. Komponen tubular berwal dengan kapsula bowmen

(glomerular) dan mencakup tubuli kontortus proksimal, ansa henle dan

tubuli kontortus distal. Dari tubuli distal, isinya disalurkan ke dalam duktus

koligens (saluran penampung atau pengumpul).

- Kapsula bowmen (Glomerular)

Terdiri dari lapisan parietal (luar) dan lapis viseral (langsung membungkus

kapiler glomerulus). Sel-sel parietal itu gepeng, namun sel-sel lapis viseral

besar-besar, dengan banyak juluran mirip jari-jari disebut sek berkaki

(podosit). Juluran-juluran mirip jari-jari ini disebut pedikel-pedikel dan

memeluk kapiler secara teratur, sehingga celah-celah diantara pedikel itu

sangat teratur dan merupakan yang disebut celah-celah pori filtrasi kapsul

bowen bersama glomerulus disebut korpus renal.

Ginjal mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :

Page 2: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

1. Fungsi ginjal dalam pengaturan tekanan darah

Pengaturan tekanan darah oleh ginjal dikendalikan oleh sistem renin-

angiotansin aldosteron (ADH). Renin adalah hormon yang dikeluarkan oleh

juxtaglomerular apparatus (yang berhubungan dengan glomerulus)

sebagai respon terhadap berkurangnya sodium, atau terhadap stimulasi

saraf ginjal melalui jalur simpati. Angiotensin yang dihasilkan oleh hati

diktifkan oleh angiotensin I pada waktu terdapatnya renin. Enzim pada

paru-paru mengubah angiotensin I menjadi bahan aktif, angiotensin II.

Angiotensin II merupakan vasokontriksi yang sangat kuat yang juga

merangsang dikeluarkannya aldesteron oleh kelenjar adrenal. Aldosteron

meningkatkan reabsorbsi sodium oleh ginjal, air mengikuti sodium,

berdampak peningkatan volume darah.

GRF yang terendah terlihat pada penyakit ginjal (seperti

glomerulonefritis, nephropatic, syndrome, penyakit polycitic, trauma renal,

kegagalan ginjal) biasanya dapat menyebabkan hipotensi akibatnya dapat

menghasilkan sistem renin-angiotensin-aldosteron.

2. Fungsi ginjal dalam pengaturan cairan dan elektrolit

Ginjal mempunyai fungsi pengendalian cairan elektrolit yaitu

mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang tepat dalam

batas ekresi yang normal, dalam batas sekresi dan reabsorbsi.

Jika bukan adanya sistem konservasi dari ginjal, orang yang akan

kehabisan cairan dan garam dalam waktu 3-4 menit tubulus yang

berbelok-belok proksimal mengabsorbsi 85-90 % air pada ultra filter. 80 %

dari sodium yang telah difilter dan terbanyak potasium yang telah difilter,

bikarbonat, klorida, fosfat, glukosa dan protein.

Mekanisme tambahan pada ginjal memungkinkan urine menjadi

lebih pekat, sampai 1 % dibanding volume yang setiap harinya difilter.

Ginjal dapat mengatur jumlah cairan yang diekresikan dengan tepat

sehingga intake dibawah yang diperlukan untuk keseimbangan cairan

normal melalui peningkatan konsentrasi urine.

Mekanisme yang berperan untuk peningkatan konsentrasi urine dan

ketepatan mengekresikan volume urine yang tepat terdapat pada tubulus

henle mencapai bagian medula dari ginjal yang tinggi hipertonisnya dalam

perbandingan dengan filtrasi. Pada bagian tubulus henle yang asenden

sodiuem direabsorbsi ke interstitium, tapi tubulus tidak permiabele untuk

penggeseran air baik masuk atau keluar dari tubulus. Regulasi komposisi

Page 3: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

elektrolit tubuh yang tepat terjadi pada segmen tubulus distal, tergantung

pada konsentrai elektrolit yang tersedia untuk sel-sel tubulus pada urine

promotif dan konsentrasi bahan-bahan itu pada interstitium, sel-sel

tubulus mengekresikan atau terus mereabsorbsi elektrolit ke urine.

3. Fungsi ginjal dalam pengaturan asam basa.

Ginjal turut mengatur asam basa bersama dengan sistem dapar

paru dan cairan tubuh dengan mengekresikan asam dan mengatur

penyimpanan dapar cairan tubuh. Ginjal merupakan satu-satunya organ

untuk membuang tipe-tipe asam tertentu dari tubuh yang dihasilkan oleh

metabolisme protein, seperti asam sulfat dan fosfat. Pengaturan

keseimbangan asam basa dihasilkan oleh ginjal melalui regenerasi atau

ekresi ion bikarbonat pada tubulus proksimal. Pada keadaan asidosis baik

karena metabolik (bila fungsi ginjal tidak terganggu) atau respiratori gnjal

mengekresi ion hidrogen dan mengkonservasi ion-ion bikarbonat. Pada

waktu alkalosis terjadi efek yang sebaliknya yaitu konservasi ion-ion

hidrogen.

Ginjal mengatur konsentrasi ion hidrogen terutama dengan

meningkatkan atau menurunkan konsentrasi ion bikarbonat di dalam

cairan tubuh.

- Sekresi ion hidrogen oleh tubulus

Sel epitel tubulus proksimal, tubulus distal, ubulus kongens, semuanya

mengekresi ion hidrogen ke dalam cairan tubulus. Proses sekresi mulai

dari karbondioksida di dalam sel epitel tubulus dibawah pengaruh

suatu enzim (karbonat ahidrase) bergabung dengan air untuk

membentuk asam karbonat dan kemudian berdisosiasi menjadi ion

bikarbonat dn ion hidrogen. Kemudian ion hidrogen disekresikan

dengan transpor aktif melalui batas lumen membran sel ke dalam

tubulus. Di dalam kongens sekresi ion hidrogen dapat terus

berlangsung sampai konsentrai ion hidrogen di dalam tubulus menjadi

900 kali di dalam cairan ekstra sel atau dengan kata lain sampai ph

cairan tubulus turun menjadi kira-kira 4,5 yang menunjukkan batas

kemampuan epitel tubulus untuk mengekresikan ion hidrogen.

- Pengaturan sekresi ion hidrogen oleh konsentrasi karbondioksida

dalam cairan ekstra sel

Reaksi kimia untuk sekresi ion hidrogen dimulai dengan karbondioksida

oleh karena itu faktor apapun yang meningkatkn konsentrasi

Page 4: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

karbondioksida dalam cairan ekstra sel, juga meningkatkan sekresi ion

hidrogen. Pada konsentrasi normal kecepatan kecepatan sekresi ion

hidrogen adalah kira-kira 3,5 milimol/menit.

- Interaksi ion bikarbonat dengan ion hidrogen dalam tubulus

“reabsorbsi” ion bikarbonat.

Kecepatan normal filtrasi ion bikarbonat dan sekresi ion hidrogen ke

dalam tubulus filtras ion bikarbonat terhadap ion hidrogen.

4. Fungsi ginjal dalam pembentukan sel darah merah

Produksi atau eritrosit dikendalikan oleh ginjal. Eritroprotoen adalah

hormon yang dikeluarkan oleh ginjal. Eritroprotoen merangsang sum-sum

tulang untuk menghasilkan sel darah merah.

Dari percobaan-percobaan diduga bahwa eritroprotoen ini mungkin

dibantu oleh sel-sel juxtaglomelar, sel-sel yang terletak di dalam dinding

pembuluh-pembuluh arterial dekat dengan glomerulus.

Fungsi lain dari ginjal adalah sebagai filtrasi, reabsorbsi/absorbsi, sekresi dan

ekresi seperti dalam pembentukan urine ginjal berperan penting.

B. Pengertian

Merupakan suatu penyakit yang salah satu gejalanya adalah pembentukan

batu di dalam ginjal

a. Batu ginjal adalah bentuk defosit mineral paling umum oksalat Ca 2+ dan

fosfat Ca 2+ namun asam urat dan kristal lain juga pembenuk batu.

Meskipun kulkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari saluran

perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada pelvis dan kolik ginjal

(Doengoes, 1999: 686).

b. Batu ginjal adalah gangguan yang terjadi dengan gejala penggumpalan

batu ginjal karena terjadi stagnasi urine. Biasanya terjadi pada orang yang

kurang minum sehingga terjadi penggumpalan serta kristalisasi zat-zat

yang seharusnya dibuang dari ginjal keluar tubuh (Selamiharja, Nanny,

1998).

c. Batu ginjal adalah terdapatnya batu dalam sistem pelvis dan kalises ginjal,

biasanya kalsium, yang dapat pula terjadi dalam jaringan ginjal atau

nefrokalsinosis (Ovedoff, David, 2002: 993).

Page 5: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

d. Batu ginjal adalah masa keras seperti batu yang terbentuk pada ginjal dan

biasanya menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih tau

infeksi (Maupathi, David, 2000).

C. Etiologi

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan

gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi,

dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara

epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya

batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor

intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor

ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya

Faktor intrinsik antara lain :

1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.

2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan

dengan pasien perempuan

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :

1. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu

saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal

sebagai daerah stonebelt.

2. Iklim dan temperatur

3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium

pada air yang dikonsumsi.

4. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya

batu.

5. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya

banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.(3)

D. Patofisiologi

Terbentuknya batu biasanya terjadi air kemih jenuh dengan garam-garam

yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat

pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium

Page 6: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral

struvit.

Terdapat beberapa teori tentang pembentukan batu pada ginjal, yaitu:

a. Teori inti matrik

Terbentuknya batu ginjal, batu seperti pada saluran kemih atau ginjal

memerlukan substansi organik sebagai inti pebentukan. Matrik organik

berasal dari serum dan protein urine yang memberikan kemungkinan

pengendapan kristal sehingga akan menjadi pembentukan inti.

b. Teori saturasi

Teori ini berkaitan dengan terjadinya kejenuhan substansi bembentukan

batu di ginjal, dalam urine seperti sistin, vantin, asam urat, kalsium

oksalat akan mengakibatkan pembentukan batu.

c. Teori presipitasi- kristal

Terjadinya perubahan pH urine mempengaruhi substansi dalam urine.

Pada urine yang bersifatasam akan mengendap asam urat, garam urat,

sistin dan santin. Sedangkan urine yang bersifat basa akan

mengendapkan garam-garam fosfat. Pengendapan ini baik urine yang

bersifat asam maupun basa akan menjadi inti pembentukan batu.

d. Teori berkurangnya faktor penghambat seperti peptisida fosfat, pirofosfat,

sistrat, magnesium akan mempermudah terbentuknya batu pada ginjal

PATOFISOLOGI

Faktor Predisposisi

Endapan zat2 tertentu di traktus urinarius

Stasis urine

Peningkatan tekanan hidrostatik

Distensi piala ginjal dan ureter proximal

Iritasi dan Abrasi organ sekitar (ginjal)

Nyeri (kolik renal atau kolik ureteral)

Infeksi (pielonefritis, cystitis) yg ditandai dg

Page 7: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

menggigil, demam dan dysuria

Kerusakan nefron ginjal

Retensi urine, hematuria

Berlanjut

Batu dapat dikeluarkan melalui urine

(diameter 0,5 – 1 cm), bila tidak

Sepsis

Kerusakan ginjal lebih lanjut

KEMATIAN

E. Manifestasi Klinis

Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat.

Umumnya gejala berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda

yang dapat ditemukan pada penderita batu ginjal antara lain :

1. Tidak ada gejala atau tanda

2. Nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral

3. Hematuria makroskopik atau mikroskopik

4. Pielonefritis dan/atau sistitis

5. Pernah mengeluarkan baru kecil ketika kencing

6. Nyeri tekan kostovertebral

7. Batu tampak pada pemeriksaan pencitraan

8. Gangguan faal ginjal.

Efek Batu Pada Saluran Kemih :

Ukuran dan letak batu biasanya menentukan perubahan patologis yang

terjadi pada traktus urinarius :

a. Pada ginjal yang terkena

- Obstruksi

- Infeksi

- Epitel pelvis dan calis ginja menjadi tipis dan rapuh.

- Iskemia parenkim.

- Metaplasia

b. Pada ginjal yang berlawanan

- Compensatory hypertrophy

Page 8: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

- Dapat menjadi bilateral

F. Komplikasi

Beberapa komplikasi dari nekrolitiasis (Selamiharja, Nanny, 1998).

a. Retensi urine

b. Hidroureter

c. Hidronefrosis

d. Abses ginjal

e. Pleonefrosis

f. Urosepsis

g. Gagal ginjal

h. Sumbatan : akibat pecahan batu

i. Infeksi : akibat diseminasi partikel batu ginjal bakteri akibat obstruksi

j. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbangan yang lama sebelum

pegobatan dan pengangkatan batu ginjal

G. Penatalaksanaan

TUJUAN

a. Menghilangkan batu

b. Menentukan jenis batu

c. Mencegah kerusakan nefron

d. Mengendalikan infeksi

e. Mengurangi infeksi

TINDAKAN

a. Pengurangan nyeri

b. Analisa batu

c. Terapi nutrisi dan medikasi

d. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)

e. Pengangkatan Batu

1. Terapi medis dan simtomatik

Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan

batu. Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain

itu dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak dan pemberian

diuretik.

2. Litotripsi

Page 9: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi

perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di

ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan

yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal

Shock Wave Lithotripsy) yang adalah tindakan memecahkan batu ginjal

dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.

3. Tindakan bedah

Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, alat

gelombang kejut, atau bila cara non-bedah tidak berhasil.

H. Pencegahan

Cara penanggulangan batu ginjal dan kemih bervariasi. Yang utama dicari

kasusnya, letak dan ukuran batunya. Kemudian baru ditentukan diatasi

dengan cara yang mana yang paling tepat atau kombinasi berbagai cara.

Kalau letak batu sulit dijangkau atau terlalu besar, jalan satu-satunya dengan

pembedahan. Kalau ginjal yang ditumbuhi batu mulai rusak, harus diangkat,

agar ginjal yang masih sehat tidak ikut rusak.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya batu

ginjal (Selamiharja, Nanny, 1998) yaitu:

a. Obat diuretik thiazid (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi

pembentukan batu yang baru.

b. Dianjurkan untuk banyak minum air putih (8-10 gelas per hari)

c. Diet rendah kalsium seperti ikan salam, sarden, keju, sayur kol. Makin

tinggi kalsium, kian tinggi pula eskresinya yang menambah pembentukan

kristalisasi garam-garam kapur.

d. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentuk batu

kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalsium sitrat.

e. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya

batu kalsium, merupakan akibat mengkonsumsi makanan yang kaya

oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh

arena itu asupan makanan tersebut dikurangi.

Page 10: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

f. Pengobatan penyakit yang dapat menimbulkan batu ginjal seperti

hyperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus

renalis atau kanker.

g. Dianjurkan mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, jeroan karena

makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam

air kemih.

h. Untuk mengurangi pembentukan asam urat biasa diberikan allopurinol.

i. Kurangi minuman bersoda dan es teh karena mengandung asam osfalat

yang akan meningkatkan pembentukan batu dalam ginjal.

j. Mulailah berolahraga dan kurangi berat badan.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN BATU GINJAL

1. Pengkajian

a. Anamnesis

Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus

dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri,

aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya

nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama

sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu sebelumnya sering

mempunyai tipe nyeri yang sama.

b. Pemeriksaan Fisik

- Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi,

berkeringat, dan nausea.

Page 11: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

- Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi

berat atau dengan hidronefrosis.

- Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal

ginjal dan retensi urin.

- Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada

pasien dengan urosepsis

c. Keluhan nyeri dan ketidaknyaman (intensitas, lokasi, sifat, dan frekuensi)

d. Keluhan gangguan abdomen (mual, muntah, diare, dan distensi abdomen)

e. Tanda2 UTI : menggigil, demam, dysuria, sering berkemih, hesistancy

f. Tanda2 Obstruksi : dysuria, polyuria jumlah sedikit, oliguria atau anuria

g. Observasi konsistensi urine 24 jam : endapan batu, darah (hematuria)

h. Riwayat penyakit dahulu (infeksi), pengobatan, riwayat dehidrasi,

immobilisasi

i. Riwayat Kesehatan Keluarga

j. Pola Nutrisi (intake makanan)

k. Pemeriksaan penunjang

- Radiologi

Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak

ini berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat

diduga batu dari jenis apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya

adalah jenis batu asam urat murni.

Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup

untuk menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada

keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang,

sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos

sering perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu

radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan defek

pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan

adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga

Page 12: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perludilakukan pielografi

retrograde

- Ultrasonografi (USG)

Dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu

pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal

yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil (3). Pemeriksaan

USG dapat untuk melihat semua jenis batu, selain itu dapat ditentukan

ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai unutk

menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah

tertinggalnya batu

- Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih

yang dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan

fungsi ginjal, dan menentukan penyebab batu.

Menurut Nasution , Yusum (2001, 299) pemeriksaan yang diperlukan

adalah

a. Pemeriksaan urin

Guna mengetahui komponen-komponen yang ada di dalamnya.

b. Pemeriksaan darah lengkap

Dibutuhkan untuk mengetahui kadar darah terutama kandungan

ureum dan kreatinin darah yang berperan dalam menunjukan adanya

gangguan pada ginjal atau tidak.

c. Pemeriksaan BNO- IVP

Untuk mengetahui komponen-komponen didalamnya ginjal dan

kandung kemih.

d. Pemeriksaan radiologi (USG, CT-Scan, MRI)

Dengan pemeriksaan radiologi ini, dapat teridentifikasi batu-batu yang

kecil yang sulit ditemukan dengan cara konvensional.

2. Diagnosa Keperawatan

Page 13: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

a. Nyeri b.d. inflamasi, obstruksi dan abrasi traktus urinarius

b. Gangguan pola berkemih (BAK) : spesifik b.d. terbentuknya batu di……

(spesifik)

c. Resiko kurang volume cairan b.d. ketidakadekuatan intake cairan

(mual/muntah) efek iritasi syaraf abdominal/pelvic karena batu

ginjal/ureter

d. Kurang pengetahuan ttg kondisi, prognosa penyakit, program pengobatan

dan pencegahan kekambuhan batu renal

e. Resiko komplikasi : infeksi, sepsis, gga, dll b.d. proses abrasi/iritasi

sekunder pembentukan batu di ……. (spesifik)

3. Intervensi Keperawatan

PRE OPERATIF

a. Nyeri b.d. inflamasi, obstruksi dan abrasi traktus urinarius

DS:

- Klien mengatakan nyeri di daerah perut bagian bawah tembus ke

belakang

DO :

- Klien tampak meringis

- Nyeri tekan pada perut bagian bawah (daerah sympisis)

- Klien tampak mengelus-elus daerah perut bagian bawah

Tujuan: Nyeri berkurang/teratasi

Criteria hasil:

- Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.

- Ekspresi wajah tampak rileks

- Klien dapat mengontrol nyeri dengan melakukan teknik napas dalam.

Intervensi :

PENGURANGAN NYERI / KETIDAK- NYAMANAN

Page 14: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

- Kaji karakteristik dan skala nyeri

- Beri pendampingan dan posisi nyaman

- Kaji TTV

- Cegah injury saat nyeri (kolik) timbul, spt aktivitas dapat mengurangi

nyeri, bantu saat ambulasi

- Ajarkan/anjurkan tehnik relaksasi, distraksi

- Kolaborasi pemberian analgetik

b. Gangguan pola berkemih (BAK) : spesifik b.d. terbentuknya batu di……

(spesifik)

DS :

- Klien mengatakan merasa susah BAK, BAK tidak lancar, sering BAK

terputus-putus

- Klien sering merasa ingin BAK tapi tidak bisa keluar

DO :

- Hematuria

- Retensi urine

- Distensi pada abdomen bagian bawah (daerah sympisis)

Tujuan : Gangguan eliminasi urine, retensi urine berkurang/teratasi

Criteria hasil :

- Klien dapat BAK spontan

- Produksi urine kembali normal 30- 50 cc /jam

- Kandung kemih kosong saat di palpasi

Intervensi :

POLA BERKEMIH KEMBALI NORMAL

- Monitor I – O adekuat

- Monitor karakteristik, frekuensi & jumlah urine dlm 24 jam

- Anjurkan intake cairan adekuat (bila tdk ada kontraindikasi)

Page 15: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

- Kolaborasi px penunjang dan persiapan pasien utk tindakan medis

c. Resiko kurang volume cairan b.d. ketidakadekuatan intake cairan

(mual/muntah) efek iritasi syaraf abdominal/pelvic karena batu

ginjal/ureter

Tujuan : intake dan output cairan seimbang.

Criteria hasil :

- Tidak mual, muntah.

- Berat badan normal

Intervensi :

PENCEGAHAN KURANG VOLUME CAIRAN

- Monitor I – O adekuat

- Kaji keluhan mual, muntah, observasi karakteristik muntah

- Observasi dan anjurkan keadekuatan intake cairan dalam batas

toleransi jantung dan ginjal, k/p timbang BB

- Kolaborasi pemberian cairan infus, pemeriksaan lab, antiemetik

d. Kurang pengetahuan ttg kondisi, prognosa penyakit, program pengobatan

dan pencegahan kekambuhan batu renal

DS :

- Klien mengatakan tidak tahu tentang penyebab penyakitnya

DO :

- Klien bertanya tentang dan kondisi penyakitnya.

Tujuan : Klien menunjukkan perubahan pengetahuan

Kriteria hasil :

- Klien tahu tentang penyakitnya dan tujuan tindakan/pengobatan

- Klien dan keluarga berpartisipasi dalam pengobatan dan perawatan

Page 16: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

Intervensi :

MENINGKATKAN PENGETAHUAN PASIEN DAN KELUARGA

- Kaji tingkat pengetahuan & latar belakang pendidikan pasien dan

keluarga

- Beri pend kesehatan utk pencegahan kekambuhan batu renal, spt :

- Patuhi program diet

- Pertahankan intake cairan 3 – 4 l/hr, khususnya ap dlm jumlah cukup

pd sore hari utk mencegah urine pekat pd malam hari

- Hindari kondisi dehidrasi (aktivitas >>, berjemur)

- Hindari menahan BAK

- Lapor bila timbul tanda2 infeksi

- Kolaborasi medik utk pemberian IC adekuat

- Beri reinforcement atas respon positif pasien dan keluarga

e. Resiko komplikasi : infeksi, sepsis, gga, dll b.d. proses abrasi/iritasi

sekunder pembentukan batu di ……. (spesifik)

Tujuan : tidak terjadi infeksi atau sepsis

Criteria hasil :

- Tidak ada edema

- Tidak ada infeksi atau sepsis

Intervensi :

PENCEGAHAN KOMPLIKASI

- Kaji tanda2 awal terjadinya infeksi atau sepsis (menggigil, demam,

dsb)

- Kaji tanda2 terjadinya GGA (karakteristik dan jumlah urine / 24 jam,

edema, px.penunjang, dsb)

POST OPERASI

Page 17: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya/rusaknya kontinuitas jaringan

DS :

- Klien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi

DO :

- Klien tampak gelisah

- Ekspresi wajah klien tampak meringis

- Klien tampak berhati-hati dengan daerah bekas operasi

- TTV dalam keadaan abnormal

Tujuan : Nyeri hilang/berkurang dalam jangka waktu 3 hari perawatan

Criteria hasil :

- Nyeri berkurang/hilang

- Klien tampak rileks

- Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi :

1. Kaji tingkat nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 - 10).

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Berikan tindakan kenyamanan seperti perubahan posisi.

4. Ajarkan teknik latihan napas dalam, pedoman imajinasi.

5. Penatalaksanaan analgetik sesuai indikasi.

b. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang pengobatan

dan perawatan selanjutnya.

DS :

- Klien mengatakan merasa cemas dengan kondisi/keadaan

penyakitnya.

DO :

- Klien tampak gelisah, cemas

Page 18: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

- Ekspresi wajah nampak tegang

- Tanda-tanda vital dalam keadaan abnormal

Tujuan : Ansietas teratasi dalam jangka waktu 3 hari perawatan.

Kriteria Hasil :

- Cemas berkurang/hilang

- Klien nampak tenang

Intervensi :

1. Buat hubungan saling percaya dengan klien/orang terdekat.

2. Berikan informasi tentang penyakitnya dan teknik pengobatannya.

3. Bantu pasien/orang terdekat untuk menyatakan masalah/perasaan.

4. Beri penguatan informasi klien yang telah diberikan sebelumnya.

c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan insisi bedah/ adanya

luka operasi dan prosedur invasive.

DS : -

DO :

- Nampak adanya luka operasi dibalut perban.

- Terpasang infuse

- Terpasang kateter

- Terpasang drain

Tujuan : Infeksi tidak terjadi dan mencapai waktu penyembuhan

Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi

Intervensi :

1. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi

dan pernafasan cepat, gelisah.

2. Observasi daerah luka operasi.

Page 19: Laporan pendahuluan keperawatan batu ginjal

3. Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik aseptik dan

septic.

4. Ganti balutan dengan sering, pembersihan dan pengeringan kulit

sepanjang masa penyembuhan.

5. Kolaborasikan pemberian antibiotik sesuai indikasi

4. Evaluasi

a. Nyeri teratasi

b. Pola berkemih (BAK) normal

c. Volume cairan adekuat (tidak terjadi dehidrasi)

d. Pengetahuan pasien dan keluarga bertambah

e. Tidak terjadi komplikasi

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran – EGC. 2004. 756-763.

Webmaster. Batu Saluran Kemih. Diunduh dari :

http://www.medicastore.com. Last update : Januari 2008.

Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan

Nasional republik Indonesia. 2003. 62-65.

Webmaster. Renal Calculus. Diunduh dari : http://www.icm.tn.gov.in. Last

update : November 2007.

Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s General Urology. Edisi ke-16. New

York : Lange Medical Book. 2004. 256-283.

http://andaners.wordpress.com/askep-lengkap