Laporan Pendahuluan Konsep Dasar Skizofrenia

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan Pendahuluan Konsep Dasar SkizofreniaLAPORAN PENDAHULUAN A. Konsep Dasar Skizofrenia 1. Pengertian Skizofrenia adalah suatu keadaan jiwa yang terpecah belah adanya kerekatan atau disharmoni antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan. 2. Etiologi a. Paktor keturunan Pada penelitian menunjukan bahwa keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia, angka kesakitan bagi saudara kandung 7 15 % anak dengan salah satu orang tua menderita 40 68 % kembar heterozigot 2-15%, kembar monozigot 61-86% b. Faktor Biologi Hal ini di kemukakan berhubungan dengan sering munculnya skizofrenia pada waktu pubertas, kehamilan atau klimakterium juga dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme tubuh. c. Faktor Sosial Kultural Keluarga 1) Teori Adolf Meyer Skizofrenia merupakan suatu keadaan maladaprasi 2) Teort sigmound freud Skizofrenia merupakan kelemahan 90 oleh karena psikogenik atau pun Somatogenik, selain itu super ego di kesampingkan id berkuasa sehingga terjadi regresi ke fase narcisarme dan kehilangan kapastian untuk pemindahan. 3) Eligen Bleuler Memberikan istilah Skizofrenia Ischizot = penuh belah atau bercabang, phien = jiwa yaitu jiwa yang terpecah belah. Konsep Dasar Skizofrenia Hebeprenik 1. Batasan : Salah satu tipe skizofrenia yang mempunyai ciri ; 1. Inkoherensi yang jelas dan bentuk pikiran yang kacau (disorganized). 2. Tidak terdapat wamam yang sistemik 3. Efek yang datar dan tak serasi / ketolol tololan. 2. Gejala Klinik Gambaran utama skizofrenia tipe hebefrenik berupa : - Inkoherensi yang jelas - Afek datar tak serasi atau ketolol tololan. - Sering disertai tertawa kecil (gigling) atau senyum tak wajar. - Waham / halusinasi yang terpecah pecah isi temanya tidak terorganisasi sebagai suatu kesadaran, tidak ada waham sistemik yang jelas gambaran penyerta yang sering di jumpai. - Menyertai pelangaran (mennerism) berkelakar. - Kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrem dari hubungan sosial. - Berbagai perilaku tanpa tujuan. Gambaran klinik ini di mulai dalam usia muda (15-25 th) berlangsung pelan pelan menahan tanpa remisi yang berarti peterroasi kepribadian dan sosial terjadi paling hebat di banding tipe yang lain.

Konsep Dasar Gangguan arus pikiran 1. Pengertian Gangguan arus pikiran yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran, 2. Jenis gangguan arus pikiran : a. Perseverasi : Berulang-ulang menceritakan suatu idea, pikiran atau tema secara berlebihan. b. Asosiasi longgar : mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungan nya satu sama lain, umpamanya saya mau makan. Semua orang dapat berjalan Bila ekstrim, maka akan terjadi inkoheren. c. Inkoherensi : Gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimatpun sudah sukar di tangkap atau di ikuti maksudnya. Suatu waham yang aneh mungkin diterangkan secara inkoherent. Inkoherensi itu boleh di katakan merupakan asosiasi longgar secara ekstrim. d. Kecepatan bicara : Untuk mengungkapkan pikiran mungkin lambat sekali atau cepat sekali. e. Blocking : Jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah sebuah kalimat. f. Logores : Banyak bicara, kata-kata dikeluarkan bertubi-tubi tanpa kontrol, mungkin koherent atau inkoherent. g. Pikiran melayang (Flight of ideas) : perubahan yang mendadak lagi cepat dalam pembicaraan, sehingga suatu idea yang belum selesai diceritakan sudah disususl oleh idea yang lain. h. Asosiasi bunyi : Mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi. i. Neologisme Membentuk kata-kata baru yang tidak ddipahami secara umum. j. IrelevansiIsi pikiran atau ucapan yang yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau hal yang sedang di bicarakan. k. Pikiran berputar-putar : Membicarakan hal-hal lain dulu sebelum ke pokok permasalah secara jauh. l. Main-main dengan kata-kata : Menyajak secara tidak wajar. m. Afasi : Sukar mengerti bicara orang lain atau motorik tidak dapat atau sukar berbicara. PENGKAJIAN Pengkajian merupakan awal dan dasar utama dari proses keperawatan tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikupulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokan data pada pengakajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien (stant dan sunden, 1995). Cara pengkajian lain berfokus pada 5 (lima) dimensi : fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Isi pengkajian meliputi : 1. Identitas klien 2. Keluhan utama/alasan masuk 3. Faktor predisposisi 4. Dimensi fisik / biologis 5. Dimensi psikososial 6. Status mental 7. Kebutuhan persiapan pulang 8. Mekanisme koping 9. Masalah psikososial dan lingkungan 10. Aspek medik

Data yang didapat melalui observasi atau pemeriksaan langsung di sebut data obyektif, sedangkan data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga melalui wawancara perawatan disebut data subyektif. Dari data yang dikumpulkan, perawatan langsung merumuskan masalah keperawatan pada setiap kelompok data yang terkumpul. Umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon masalah (Fasio, 1983 dan INJF, 1996). Agar penentuan pohon masalah dapat di pahami dengan jelas, penting untuk diperhatikan yang terdapat pada pohon masalah : Penyebab (kausa), masalah utama (core problem) dan effect (akibat). Masalah utama adalah priotas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien. Umumnya masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang menyebabkan masalah utama. Akibat adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan efek / akibat dari masalah utama. Pohon masalah ini diharapkan dapat memudahkan perawat dalam menyusun diagnosa keperawatan ANALISA DATA

Masalah Keperawatan Yang kemungkinan Timbul : 1. Resiko Tinggi Mencederai diri sendiri atau lingkungan b/d Kerusakan interaksi sosial 2. Kerusakan Komunikasi verbal b/d Perubahan Proses Berfikir 3. Sidroma defisit perawatan diri b/d Intoleransi Aktifitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN 1

2

3

Resiko mencederai diri sendiri dan atau orang lain/lingkungan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori/halusinasi

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses pikir (waham).

Difisit perawatan diri berhubungan dengan koping individu tidak efektif

Tujuan Umum : Klien tidak mencederi diri sendiri dan atau orang lain / lingkungan. Tujuan khusus : 1. Klien dapat hubungan saling percaya : a. Bina hubungan saling percaya - Salam terapeutik - Perkenalan diri - Jelaskan tujuan interaksi - Ciptakan lingkungan yang tenang - Buat kontrak yang jelas pada setiap pertemuan (topik, waktu dan tempat berbicara). b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya. c. Dengarkan ungkapan klien dengan empati. 2. Klien dapat mengenal halusinasinya a. Lakukan kontak sering dan singkat rasional : untuk mengurangi kontak klien dengan halusinasinya. b. Obeservasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya; bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang kesekitarnya seolah olah ada teman bicara. c. Bantu klien untuk mengenal halusinasinya;

- Bila klien menjawab ada, lanjutkan; apa yang dikatakan ? - Katakan bahwa perawat percaya klien mendengarnya. - Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien. - Katakan bahwa perawatan akan membantu klien. d. Diskusikan dengan klien tentang ; - Situasi yang dapat menimbulkan / tidak menimbulkan halusinasi. - Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang sore, malam atau bila sendiri atau bila jengkel / sedih). e. Diskusikan dengan klien tentang apa yang dirasakan bila terjadi halusinasi (marah / takut / sedih / senang) dan berkesempatan mengungkapkan perasaan. 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya a. Identifikasi bersama klien cara / tindakan yang dilakukan bila terjadi halusinasi (tidur/marah/menyibukkan diri) b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, bila bermanfaat beri pujian. c. Diskusi cara baru untuk memutus / mengontrol timbulnya halusinasi : - Katakan saya tidak mau dengan kamu (pada halusinasi). - Menemui orang lain (perawat / teman / anggota keluarga untuk bercakap cakap . mengatakan halusinaasinya. - Membuat jadwal kegiatan sehari hari agar halusinasi tidak sempat muncul. - Meminta orang lain (perawat / teman anggota keluarga) menyapa bila tampak bicara sendiri. d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus / mengontrol halusinasi secara bertahap. e. Berikan kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan pujian bila berhasil. f. Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok (orientasi realisasi dan stimulasi persepsi). 4. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengotrol halusinasinya : a. Anjurkan klien memberitahu keluarga bila mengalami halusinasi. b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung / pada saat kunjungan rumah) - Gejala halusinasinya yang dialami klien - Cara yang dapat dilakukan klien dan ke-luarga untuk memutus halusinasi - Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah : Beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, berpergian bersama - Berikan informasi waktu follow up atau kapan perlu mandapat bantuan; halusinasi tak terkontrol dan resiko mencederai orang lain. 5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik : a. Diskusi dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat. b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat merasakan manfaatnya. c. Anjurkan klien bicara dengan dokter / perawat tentang efek dan efek samping obat yang dirasakan. d. Diskusikan akibat berhenti obat tanpa kon-sultasi. e. Bantu klien menggunakan obat, dengan prinsip 5 (lima) benar (benar dosis, benar cara, benar waktu)

Tujuan Umum : Klien dapat melakukan komunikasi verbal yang efektif Tujuan Khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya a. Bina hubungan saling percaya dengan klien. b. Jangan membantah dan mendukung waham klien. - Katakan perawat menerima : saya menerima keyakinan anda, disertai ekspresi menerima. - Katakan perawat tidak mendukung : sadar bagi saya untuk mempercayainya disertai ekspresi ragu dan empati. - Tidak membicarakan isi waham klien. c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindung. - Gunakan keterbukaan dan kejujuran - Jangan tinggalkan klien sendirian - Klien diyakinkan berada di tempat aman, tidak sendirian. 2. Klien dapat mengindentifikasi kemampuan yang dimilki a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realitas. b. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis. c. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (aktiviotas sehari hari) d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai waham tidak ada. 3. Klien dapat mengindentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi : a. Observasi kebutuhan klien sehari hari. b. Diskusi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah / di RS. c. Hubungan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham. d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien (buat jadwal aktivitas klien). 4. Klien dapat berhubungan dengan realitas : a. Berbicara dengan klien dalam kontek realita (diri orang lain, tempat, waktu) b. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi realitas c. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien. 5. Klien dapat dukungan keluarga : a. Gejala waham. b. Cara merawatnya. c. Lingkungan keluarga. 6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar - Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, frekuensi, efek samping obat, akibat penghentian. - Diskusikan perasaan klien setelah minum obat - Berikan obat dengan prinsip 5 tepat Tujuan Umum :

Klien mampuan merawat diri sehingga penampilan diri menjadi adekuat Tujuan Khusus : 1. klien dapat mengindentifikasi kebersihan diri a. Dorong klien mengungkakan perasaan tentang keadaan dan kebersihan dirinya. b. Dengan ungkapan klien dengan penuh perhatian dan empati. c. Beri pujian atas kemapuan klien mengungkapkan perasaan tentang kebersihan dirinya. d. Diskusi dengn klien tentang arti kebersihan diri e. Diskusikan dengan klien tujuan kebersihan diri. 2. Klien mendapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan dirinya. a. Kaji tentang tingkat pengetahuan keluarga tentang kebutuhan perawatan diri klien b. Diskusikan dengan keluarga c. Motivasi keluarga dalam berperan aktif memenuhi kebutuhan perawatan diri klien. d. Beri pujian atas tindakan positif yang telah dilakukan keluaga

LAPORANAN KASUS A. PENGKAJIAN Pada tahap pengkajian ini dilakukan wawancara langsung dengan klien dan ibu klien, serta menganalisa catatan medik dan catatan keperawatan untuk mendapatkan data, disamping mengobservasi lagsung tehadap klien. I. IDENTITAS : Nama : Rachman S. Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur : 17 tahun Pekerjaan : Tani Alamat : Majenang Sawahan- Lamongan Agama : Islam Tanggal Pengkajian : 30 Oktober 2002 Tanggal MRS : 14 Oktober 2002 Register No : Informan : Ibu penderita DX Medis : Skizofrenia Hebefrenik Observasi II. ALASAN MRS/KELUHAN UTAMA Klian ngomel-ngomel, ketawa-ketawa sendiri, dan jalan-jalan terus atau selalu mondar-mandir

tanpa tujuan hal ini sudsah berlangsung selama 6 hari, SMRS Klien tidak mau makan sudah 6 hari yang lalu dan tidak tidur sudah 3 hari yang lalu.dan klien mulai tidak mau mandi sehingga dimandikan ibunya. III. FAKTOR PREDISPOSISI : Menurut ibu klien, klien pernah dirawat di RS Jiwa Menur selama 3 hari tanggal. Dirujuk ke RSUD DR Soetomo dan dirawat di Ruang Tropik Laki selama 3 hari. Klien tidak pernah melakukan atau mengalami maupun menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga atau tidakan kriminal. Anggota keluarga sendiri tidak ada yang mengalami gangguan jiwa hanya keluarga dari ibu yaitu bibinya pernah mengalami gangguan jiwa dan dirawat di RSJiwa Menur tapi sekarang sudah sembuh. Pengalaman klien yaitu hidup di dalam keluarga Petani dan Klien hidup bersaudarakan 4 orang semuanya sudak kawin dan klien bekerja sebagai pembantu di warung Nasi bibinya Klien pernah mendapat gejala typoid sebilan bulan yang lalu selama seminggu ditangani dengan berobat jalan. IV. PEMERIKSAAN FISIK 1. Tanda vital : TD : 150/80 mm Hg, Nadi :100 x / menit S = 38,5C, RR : 20 x / menit 2. Ukur : TB = 147 cm, BB = 43 kg 3. Berat badan turun 2 kg dibandingkan sbelum MRS. 4. Klien mengeluh badan terasa lemas, pusing dan perut merasa tidak enak dan merasa malas. V. PSIKOSOSIAL 1. Genogram

17

Keterangan = Perempuan = Laki-laki = Meninggal = Meninggal = Orang yang tinggal serumah

= Klien 2. Konsep diri : a. Citra tubuh Klien tidak memberikan jawaban yang sesuai pertanyaan. b. Identitas diri Klien belum menikah Di tempat kerja klien disenangi bibinya karena rajin c. Peran Klien belum menyadari sebagai apa hanya bekerja saja d. Ideal diri Harapan klien ia bisa bekerja. e. Harga diri Klien merasa sangat kecil kalau dibandingkan dengan orang lain karena klien merasa sebagai anak orang yang tak mampu. 3. Hubungan sosial a. Orang yang terdekat adalah ibunya. b. Peran serta dalam masyarakat (menurut Ibunya). Klien sebelum sakit ikut kerja sebagai pembantu di warung tempat bibinya berjual nasi c. Hambatan dalam berhubungan klien pendiam jarang berkumpul dengan teman-temannya suka menyendiri dan sering melamun. 4. Spiritual a. Nilai dan keyakinan Klien selalu menyebut Nur,Nabi Malaikat. b. Kegiatan ibadah Klien sebelum sakit rajin sholat setelah sakit tidak pernah sholat lagi. VI. STATUS MENTAL 1. Penampilan klien kurang rapi. 2. Pembicaraan klien : cepat dan ngelantur. 3. Aktivitas motorik : Motorik meningkat, pasien sering jalan-jalan terus atau mondar-mandir tanpa tujuan. 4. Alam perasaan : Kadang-kadang pasien menunjukkan ketegangan yang berlebihan yang terjadi secara tiba-tiba. 5. Afek : Datar 6. Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang. 7. Persepsi : Kadang-kadang ia mendengar adanya suara-suara disekitarnya. 8. Proses pikir : a. Bentuk pikir : Non realistis b. Arus pikir : Koheren kadang inkoheren c. Isi pikir : Phobia 9. Tingkat kesadaran : Kadang-kadang bingung 10. Memori : Gangguan daya ingat jangka pendek. 11. Tingkat konsentrasi dan berhitung : - Perhatian klien mudah berganti dan satu obyek ke obyek lain. - Tidak mampu berkonsentrasi.

- Tidak mampu berhitung. 12. Kemampuan penilaian Gangguan kemampuan penilaian ringan. 13. Daya tilik diri Klien menyadari kalau dirinya sakit.

PROSES KEPERAWATAN UNTUK DX KEPERAWATAN KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBAL PENERAPAN PROSES KEPERAWATAAN KESEHATAN JIWA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBAL : BICARA MELANTUR Gambaran Kasus. Klien Sdr R S 17 tahun, anak ke 4 dari 4 bersaudara, dari keluarga Bpk A.R dan Ibu M bertempat tinggal di Majenang Sawahan Lamongan, agama Islam. Klien masuk RS tanggal 14 10 2002, dengan keluhan utama klien sering ngomel-ngomel, melantur, dan jalan-jalan terus atau selalu mondar-mandir tanpa tujuan. Pada umur 10 tahun klien sudah mengalami penyakit tipoid.. Setelah tamat SMP klien bekerja diwarung tempat bibinya berjualan nasi. Saat bekerja di bibinya klien dapat sakit tipoid lagi berobat jalan selamam seminggu dan sembuh. (9 bulan sebelum MRS). Kebiasaan di rumah klien pendiam dan mau kerja. Satu minggu sebelum dirawat di RSJ Menur klien mgomel atau bicara melantur dan panas kemudian dari RSJ Menur Rujuk Ke RSUD Dr Soetomo dan dirawat di Ruang Tropik Laki selama 3 hari dengan dugaan tipoid kemudian di pindah ke ruang Jiwa C RSUD Dr Soetomo sejak tanggal 14 Oktober sampai sekarang Pohon Masalah

Masalah Keperawatan 1. Mencederai, risiko tinggi 2. Interaksi sosial, kerusakan 3. Gangguan komunikasi verbal 4. Sindrom defisit perawatan diri 5. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur RENCANA KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan : Kerusakan interaksi sosial b/d gangguan komunikasi verbal (bicara melantur) Tujuan jangka panjang Klien mengembangkan dan menggunakan koping yang sesuai dan dapat diterima secara sosial Tujuan jangka pendek : Klien dapat berkomunikasi verbal yang efektif Intervensi Rasional Bina hubungan saling percaya Berikan aktivitas motorik yang besar Tidak melakukan perdebatan, perang mulut atau melakukan tawar-menawar Berikan dorongan untuk mengungkapkan masalah atau perasaannya. Bantu klien mengindentifikasi obyek dari sikap bermusuhan Diskusikan bersama klien cara-cara alternatif untuk mengatasi rasa frustasi yang paling cocok dengan gaya hidup klien. Berikan dukungan dan umpan balik positif sambil mencoba strategistrategi baru Memfasilitasi keterbukaan dalam pengungkapan dan penyelesaian masalah Untuk mempermudah mengurangi ketegangan, meningkatkan perkemba-ngan hubungan Merusak hubungan yang terbangun, mengurangi perilaku manipulatif Menghadapi perasaan secara jujur dan mencegah pemindahan perasaan secara destruktif Positif reinforcement mendorong semangat menggunakan perilaku pengembangan koping yang dapat diterima

Diagnosa Keperawatan : Gangguan Pola tidur b.d bicara melantur pada kondisi serangan akut Tujuan Jangka Panjang : Klien tidak mengalami gangguan tidur Tujuan jangka Pendek : Klien mampu mengikuti teknik-teknik untuk mengembangkan pola tidur setelah tiga hari perawatan Intervensi Rasional Amati pola tidur pasien, catat keadaan yang mengganggu tidur Kaji gangguan yang berhubungan dengan rasa takut dan ansietas tertentu Duduk disamping pasien sampai ia tertidur Hindarkan makanan/minuman mengandung kafein Ajarkan relaksasi sebelum tidur, lakukan aktivitas motorik/ fungsional sebelum tidur Buat/jadwalkan jam tidur rutin Masalah harus diidentifikasi sebelum diberikan bantuan seperlunya

Kehadiran orang yang dipercaya memberikan rasa nyaman Kafein merupakan stimulan SSP yang dapat menggangu tidur Sarana relaksasi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas tidur Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan pada uatu siklus rutin dari istirahat dan aktivitas Diagnosa Keperawatan : Sindroma Defisit perawatan diri b.d intoleransi aktifitas Tujuan Jangka Panjang : Klien mampu membentuk hubungan sosial dengan lingkungan setelah dirumah Tujuan jangka Pendek : Klien mampu melakukan aktivitas kelompok, terapi bermain dan olahraga secara aktif setelah tiga hari perawatan Intervensi Rasional Kaji tingkat kekuatan dan kemampuan Berikan dukungan untuk mengikuti kegiatan kelompok Buat jadwal aktivitas sehari-hari bersama dengan klien

Pantau kemampuan mengembangkan aktivitas, berikan reinforcemen seperlunya Mengembangkan pola dan variasi dalam penyelenggaraan aktivitas Meningkatkan minat dan semangat untuk mengikuti kegiatan sosial dalam lingkungan rumah sakit Memberikan kesempatan pengembangan diri dengan mengacu pada kekuatan klien; memfasilitasi dorongan dari dalam individu Meningkatkan harga diri dan sekaligus mengembangkan koping IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Tanggal 1 Nopember 2002 Dx.I Jam Implementasi Respon 10.10 Mengajak klien untuk bercakap-cakap tujuan komunikasi Mengajak klien membicarakan masalah yang dihadapi manfaat dan fungsi komunikasi Menanyakan alasan klien masuk rumah sakit Menguatkan kontrak Membuat kontrak sepihak, Klien mau bercakap-cakap, seputar pekerjaan dan gangguan tidur yang dialami Kien menolak, mengatakan tidak mau dengan tetap mempertahankan kontrak mata sambil berlalu Klien mengatakan pusing Klien diam, bicara sendiri, Klien diam, bicara melantur Jam Evaluasi 12.40 S : Bicara melantur, tidak nyambung O: Kontak mata (+) Verbal jelas koheren, Motorik meningkat A : Hubungan saling percaya belum terbangun P : Kuatkan/prioritas bangun hubungan saling percaya Dx.II Jam Implementasi Respon 12.10 Mengajak klien membicarakan masalah tidur yang dihadapi Mengajak klien untuk membicarakan masalah tidurnya Menguatkan kontrak Membuat kontrak sepihak, Klien mau bercakap-cakap seputar gangguan tidur yang dialami dengan bicara melantur

Kien menolak, mengatakan hal-hal lain dengan tetap mempertahankan kontrak mata sambil berlalu Klien diam sejenak kemudian bicara melantur Klien diam Jam Evaluasi 12.40 S : Klien bertahan tidak tidur siang dan malam O: Kontak mata (+) Verbal jelas koheren, Motorik meningkat A : Hubungan saling percaya belum terbangun; pemecaham masalah kompleks P : Kuatkan/prioritas bangun hubungan saling percaya Pembicaraan/pemecahan masalah dilakukan pada waktu berbeda Tanggal 2 Nopember 2002 DX. III Jam Implementasi Respon 07.30

10.30 Menggali kemampuan dalam melakukan olahraga/permainan Memberikan dorongan pentingnya mengikuti kegiatan Menrasionalkan pentingnya aktivitas; dan hubungan untuk mengatasi gangguan tidur Mengajak klien untuk bermain Membuat kontrak menentukan masalah Mengingatkan kontrak Mendiskusikan masalah Memberikan reinforcemen Membuat kontrak baru Klien mengungkapkan kembali kemampu-annya dalam olahraga dan permainan Klien mendengarkan., tidak menyangkal

Klien menolak dengan alasan mengantuk

Klien mengatakan akan bangun nanti siang Klien diam, kontak mata (+) Klien sependapat akan kondisinya dan mengatakan akan mencoba untuk melakukan latihan/olahraga esok hari Klien diam saja dan tersenyum Klien diam dan mengangguk Jam Evaluasi 10.45 S : Klien belum merespon untuk kegiatan olah raga O: -Bicara meantun , aktifitas menurun dan lemah A: Peningkatan motivasi dan pemberian reinforcemen untuk pencapaian tujuan dipertahankan P:- Gali respon setelah aktivitas - Kaji kegiatan/aktivitas yang dapat dilakukan klien sesuai kondisi RS DX. II Jam Implementasi Respon 07.45 Menanyakan bagaimana tidurnya semalam Mngingatkan kontrak Menggali apa yang menyebab-kan klien tidak bisa tidur Merumuskan sebagai masalah Menyusun rencana untuk mengatasi masalah : menghindari kopi, coklat, minum obat sesuai anjuran, melakukan latihan relaksasi, membuat jadwal tidur dan jadwal kegiatan Menyemangati klien untuk mulai membiasakan tidur malam selama di rumah sakit Klien mengatakan masih belum bisa tidur, tidur lelap l.k 4 jam Mengatakan tidak tahu, menyangkal memikirkan masalah tertentu Klien diam Klien mendengarkan dan tidak menyangkal penjelasan perawat Klien menanyakan tentang relaksasi Klien mengatakan menjawab dengan bicara melantur. Jam Evaluasi 08.00 S : O: klien tidur, tidak mengikuti kegiatan/aktivitas A: Pemahaman terhadap masalah (+) Pemahaman terhadap upaya mengatasi masalah (+). Penyesuaian terhadap dampak obat dan kondisi kurang tidur (-) P : Meningkatkan reinforcemen Meningkatkan pemahaman realitas masalah

Mengontrol pelaksanaan rencana peningkatan kemampuan tidur DX.I Jam Implementasi Respon 12.30 Mengingatkan kembali kontrak Mengajak klien membicarakan masalah yang dihadapi tentang pentingnya, manfaat dan fungsi komunikasi Mengajak klien menulis dan menggambar Membuat kontrak Klien diam dan tersenyum Kien, mengatakan dengan bicara melantur Klien mengatakan pusing dan mulai bicara melantur lagi Klien menulis namanya sendiri dan keluarganya Klien mengatakan dengan bicara melantur, dan mengucapkan terimakasih Jam Evaluasi 12.10 S : O: Kontak mata (+) Verbal jelas koheren, Motorik menurun A : Hubungan saling percaya belum terbangun sepenuhnya P : Kuatkan/prioritas bangun hubungan saling percaya Tanggal 4 Nopember 2002 DX.II Jam Implementasi Respon 07.15

12.00 Menanyakan bagaimana tidurnya semalam Memberikan reinforcemen terhadap peningkatan kuantitas tidur Mngingatkan kontrak

Menyemangati klien untuk mulai membiasakan tidur malam selama di rumah sakit Mengajarkan relaksasi Klien mengatakan masih belum bisa tidur, tidur lelap l.k 5 jam Klien mengatakan bisa tidur dan sudah sembuh Klien mengatakan ia berada di RS Karang Menjangan. Klien mendengarkan dan tidak menyangkal penjelasan perawat Klien berlatih melakukan relaksasi nafas dalam Jam Evaluasi 08.00 S : Klien mengatakan akan mencoba latihan nafas dalam dan olahraga hari ini O: Klien melakukan olah raga (sekitar 10 menit) dan tidur siang pukul 11.00 13.00 WIB. Sore 15.00-17.00 WIB dan malam dapat tidur A: Penyesuaian terhadap jadwal yang telah dibuat belum optimal P : Mengontrol pelaksanaan rencana peningkatan kemampuan tidur DX.I Jam Implementasi Respon 11.00 Mengingatkan kontrak Mengajak klien berjalan-jalan di lingkungan rumah sakit Menunjukkan kondisi lingkungan rumah sakit Melakukan sharing masalah : mengembangkan konsep rasionalisasi Membuat kesimpulan mengadakan kolaborasi untuk TX Medik Membuat reinforcemen Membuat kontrak Klien mengatakan ia mau membicarakan masalahnya Klien mengikuti perawat Klien memperhatikan yang dibicarakan perawat Klien mulai bicara melantur lagi Klien masih bicara melantur terus dan mau minum obat Klien masih bicara melantur terus Klien masih bicara melantur terus Jam Evaluasi 13.00 S : Klien mengungkapkan bicara Nur,Malaikat dan wali-wali O : Klien tampak mampu berbicara dengan lancar, suara mantap, kontak mata (+) A: Ego oriented-defence mechanism dan task oriented-defence mechanisme belum dikembangkan secara optimal

P : Pengembangan EO-DM dan TO-DM Peningkatan Harga diri dan reinforcement 5 Nopember 2002 DX.III Jam Implementasi Respon 08.00 08.30 Mengajak klien membersihkan diri yaitu mandi Mengajak klien bermain Memberikan reinforcemen positif Menanyakan respon klien tentang aktivitas hari ini Klien mau dan mengambil sabun ,handuk sikat gigi serta handuk ke kamar mandi Klien bermain bulutangkis dan senam Klien mengatakan senang bisa ikut bermain Klien menjawab dengan peragaan yaitu tangannya diayung ayung seperti lagi senam pocopoco. Jam Evaluasi 10.00 S : Klien mengatakan senang melakukan senam poco-poco O : Melakukan aktivitas : Mau mandi sendiri A : Reinforcement dan dukungan/pengembangan kegiatan P : - Diskusikan kegiatan lain yang dapat dilakukan klien - Rencanakan secara bersama kegiatan yang mampu dilakukan klien DX.I Jam Implementasi Respon 12.30 Mengingatkan kontrak Menganjurkan klien untuk menuliskan apasaja yang difikirkannya bila ia tidak mampu menyampaikan pada orang lain Memberikan alasan pentingnya menulis apa yang difikirkan Klien mengatakan akan mencoba setelah nanti tiba dirumah, ia ingin mencoba dan percaya bahwa cara itu baik bagiya yang memang sulit ngomong pada orang lain Mengulangi kembali ingin mencoba nanti dirumah saja Jam Evaluasi 13.00 S : Ingin mencoba menuliskan apasaja yang di fikirkannya setelah nanti dirumah O : Klien berbicara dengan tegas A : Kemungkinan Perilaku Manipulatif P : - Pengembangan kepercayaan diri

- Tunjukkan pada klien pentingnya peran diri - Pengembangan EO-DM dan PO-DM