22
TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM DASAR ELEKTRONIKA PERCOBAAN III OP-AMP DAN RANGKAIAN OP-AMP Oleh: Juniar Doan Wihardono NIM. 1104405029 Kelompok V JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Laporan Pendahuluan Modul III

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Modul III

TUGAS PENDAHULUAN

PRAKTIKUM DASAR ELEKTRONIKA

PERCOBAAN III

OP-AMP DAN RANGKAIAN OP-AMP

Oleh:

Juniar Doan Wihardono

NIM. 1104405029

Kelompok V

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2013

Page 2: Laporan Pendahuluan Modul III

PERCOBAAN III

OP-AMP dan RANGKAIAN OP-AMP

3.1 TUJUAN

1. Dapat menyusun rangkaian-rangkaian amplifier dari op-amp.

2. Dapat menyusun rangkaian-rangkaian filter dari op-amp.

3.2 TINJAUAN PUSTAKA

Penguat operasional (operational amplifier) atau yang biasa disebut

OP-AMP merupakan suatu komponen elektronika berupa integrated circuit (IC)

yang terdiri atas bagian differensial amplifier, common emiter amplifier dan

bagian push-pull amplifier. Bagian output OP-AMP ini biasanya dikendalikan

dengan umpan balik negatif (negative feedback) karena nilai gain-nya yang

tinggi.

Keuntungan dari penggunaan OP-AMP adalah karena komponen ini

memiliki penguatan (A) yang sangat besar, impedansi input yang besar, (Zin >>)

dan impedansi output yang kecil (Zout <<). Selain dari itu, kemampuan interval

frekuensi dari komponen ini sangat lebar.

Penggunaan dari OP-AMP meliputi amplifier atau penguat biasa

(non-inverting amplifier), inverting amplifier, komputer analog (operasi jumlah,

kurang, integrasi, dan diferensiasi), dan lain sebagainya. Jenis OP-AMP yang

populer dipakai adalah Chip μA741 yang dibuat oleh pabrik semikonduktor

Fairchild.

OP-AMP dapat pula dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,

misalnya sebagai penguat audio, pengatur nada, osilator atau pembangkit

gelombang, sensor circuit, dan lain sebagainya. OP-AMP banyak disukai karena

faktor penguatannya besar (100.000 kali).

Page 3: Laporan Pendahuluan Modul III

Gambar 3.1 Simbol OP-AMP

Input OP-AMP bisa berupa tegangan searah maupun tegangan

bolak-balik. Sedangkan output OP-AMP tergantung input yang diberikan. Jika

input OP-AMP diberi tegangan searah dengan input “ Non Inverting “ (+) lebih

besar dari pada input inverting (-), maka pada output OP-AMP akan positip (+).

Sebaliknya jika input “ Non Inverting “ (+) lebih kecil dari pada input “

inverting “ (-), maka output OP-AMP akan negatip (-). Jika input OP-AMP diberi

tegangan bolak-balik dengan input “ Non Inverting “ ( + ), maka pada output OP-

AMP akan sephasa dengan inputnya tersebut. Sebaliknya jika input “ Inverting “ (

- ) diberi sinyal / tegangan bolak – balik sinus, maka pada output OP-AMP akan

berbalik phasa terhadap inputnya.

Dalam kondisi terbuka ( open ) besarnya tegangan output ( Uo )

adalah:

Uo = AoL ( Ui1 – Ui2 ) ( 1 – 1 )

Dimana : Uo = Tegangan output

AoL = Penguatan “ open loop “

Ui1 = Tegangan input Non Inverting

Ui2 =Tegangan input Inverting

Suatu amplifier dapat dikatagorikan operasional jika memenuhi tiga

karakteristik utama,yakni:

1. Very high gain (200.000 kali)

2. Very high input impedance

3. Very low output impedance

Uo

+

-

Non Inverting Input

Inverting Input

(UI2)

(UI1)

Output

Page 4: Laporan Pendahuluan Modul III

OP-AMP umumnya terdiri atas tiga stage atau amplifier yang

dirangkai secara cascade. Ketiga stage itu masing-masing:

1. Differensitial amplifier

2. Voltage amplifier

3. Output amplifier

Differential amplifier memiliki respon frekuensi yang sangat lebar dan

input impedance yang sangat tinggi. Voltage amplifier memberikan penguatan

yang sangat tinggi dan output amplifier memberikan output impedance yang

sangat rendah sehingga dapat mengeluarkan arus listrik yang besar terhadap

beban.

3.2.1 Parameter OP-AMP

Pada keadaan ideal OP-AMP mempunyai sifat- sifat yang penting

yaitu :

Open loop voltage gain ( AoL )

Penguatan tegangan pada keadaan terbuka ( open loop voltage gain ) untuk

frekuensi rendah adalah angat besar sekitar 100.000 atau sekitar 100 dB.

Input impedance ( Zin )

Impedansi input pada kedua terminal input kondisi “ open loop “ tinggi sekali

sekitar 1 MW, untuk OP-AMP yang dibuat dari FET, impedansi

inputnya sekitar 10 6 MW lebih.

Output impedance ( Zo )

Impedansi output pada kondisi “ open loop “ rendah sekali, sekitar 100W lebih

kecil.

Input bias current ( Ib )

Kebanyakan OP-AMP pada bagian inputnya menggunakan transistor bipolar,

maka arus bias pada inputnya adalah kecil. Level amplitudonya tidak lebih

dari mikro Ampere.

Supply voltage range ( Us )

Tegangan sumber untuk OP-AMP mempunyai range minimum dan maksimum

yaitu untuk OP-AMP yang banyak beredar dilapangan / dipasaran sekitar ± 3

Page 5: Laporan Pendahuluan Modul III

V sampai ± 15 V. Input voltage range ( Ui max ) adalah range tegangan input

maksimum sekitar 1 Volt atau 2 Volt atau lebih dibawah dari tegangan sumber

Us.

Output voltage range ( Uo max )

Tegangan output maksimum mempunyai range antara 1 Volt atau 2 Volt lebih

dibawahnya tegangna sumber ( supply voltage ) Us. Tegangan output ini

biasanya tergantung tegangan saturasi OP-AMP.

Differensial input offset voltage ( Uio )

Pada kondisi ideal output akan sama dengan nol bila kedua terminal inputnya

diground-kan. Namun pada kenyataannya semua piranti OPAMP tidak ada

yang sempurna, dan biasanya terjadi ketidak seimbangan pada kedua

terminal inputnya sekitar beberapa millivolt. Tetapi jika input ini dibiarkan

untuk dikuatkan dengan OP-AMP dengan model “ closed loop “, maka

tegangan output bisa melebihi saturasinya. Karena itu biasanya setiap OP-

AMP pada bagian luar dilengkapi dengan rangkaian offset tegangan nol ( zero

offset voltage )

Common mode rejection ratio ( CMRR )

Secara ideal OP-AMP menghasilkan output yang proporsional dengan /

terhadap beda kedua terminal input, dan menghasilkan output sama dengan

nol jika sinyal kedua input simultan yang biasa disebut “Common mode “.

Secara praktik sinyal “ Common mode “ tidak diberikan pada inputnya dan

dikeluarkan pada outputnya. Sinyal CMRR ( Common Mode Rejection Ratio )

selalu diekspresikan dengan rasio dari penguatan sinyal beda OP-AMP

dengan harga sebesar 90 dB.

Transition frequency ( fT )

Secara umum OP-AMP pada frekuensi rendah mempunyai penguatan

tegangan sekitar 100 dB. Kebanyakan OP-AMP mempunyai frekuensi transisi

fT setiap 1 MHZ dan penguatan pada harga sebesar 90 dB.

Slew rate (s )

Untuk penormalan batas lebar band ( bandwidth limitations ) yang biasa

disebut juga sebagai “ slew rate limiting “, yaitu suatu efek untuk membatasi

rate maksimum dari perubahan tegangan output piranti OPAMP. Normalnya”

slew rate “ Volt per mikro detik ( V/ µS ), dan rangenya sebesar 1 V / µS

sampai 10 V / µS pada OP-AMP yang sudah populer. Efek lain dari “ slew

Page 6: Laporan Pendahuluan Modul III

rate“ adalah membuat “bandwidth “lebih besar untuk sinyal output yang

rendah dari pada sinyal output yang besar

3.2.2 Karakteristik OP-AMP

Dari parameter–parameter penting yang dipunyai OP-AMP,

Karakteristiknya tidak jauh berbeda dengan parameternya. Besarnya level

magnitude dari tegangan beda pada input yang absolut kecil akan

mempengaruhi perubahan level tegangan output. Jelasnya jika Referensi

tegangan yang digunakan = 1 Volt, hanya diperlukan hanya sekitar 200 µV untuk

membuat output dari saturasi level negatip ke level positip.

Perubahan ini disebabkan oleh sebuah pergeseran dari hanya 0,02 % pada

sinyal 1 Volt input. Rangkaian ini yang menyebabkan fungsinya menjadi fungsi

komparator tegangan yang presisi atau detektor seimbang (balance detector).

3.2.3 Sejarah Perkembangan OP-AMP

Pengembangan rangkaian terpadu IC luar telah ada sejak tahun

1960, pertama telah dikembangkan pada “ chip “ silikon tunggal. Rangkaian

terpadu itu merupakan susunan antara transidtor, dioda sebagai penguat beda

dan pasangannya Darlington. Kemudian tahun 1963 industri semikonduktor

Fairchild memperkenalkan IC OP-AMP pertama kali µA 702, yang mana

merupakan pengembangan IC OP-AMP yang lain sebelumnya, dimana tegangan

sumber (Catu Daya) dibuat tidak sama yaitu + UCC = + 12 V dan - UEE = - 6 V,

dan resistor inputnya rendah sekali yaitu (40 KW) dan gain tegangan (3600 V/V).

IC tipe µA702 ini tidak direspon oleh industri- industri lain karena

tidak universal. Tahun 1965 Fairchild memperkenalkan IC MA709 merupakan

kelanjutan sebagai tandingan dari µA702. Dengan banyak kekhususan tipe

µA709 mempunyai tegangan sumber yang simetris yaitu + UCC = 15 V dan –

UEE = -15 V,resistan input yang lebih tinggi ( 400 KW ) dan gain tegangan yang

lebih tinggi pula (45.000 V/v). IC µA709 merupakan IC linear pertama yang cukup

baik saat itu dan tidak dilupakan dalam sejarah dan merupakan generasi OP-

AMP yang pertama kali. Generasi yang pertama OP-AMP dari

Motorola yaitu MC1537. Beberapa hal kekurangan OP-AMP generasi pertama

yaitu:

Page 7: Laporan Pendahuluan Modul III

a. Tidak adanya proteksi hubung singkat. Karena OP-AMP sangat rawan

terhadap hubung singkat ke ground, maka seharusnya proteksi ini penting.

b. Suatu kemungkinan problem “ latch up “. Tegangan output dapat di “ latch

up “ sampai pada beberapa harga yang karena kesalahan dari perubahan

inputnya.

c. Memerlukan Jaringan frekuensi eksternal sebagai kompensasi ( dua

kapasitor dan resistor ) untuk operasi yang stabil.

Selanjutnya tahun 1968 teknologi OP-AMP dikembangkan oleh

Fairchild dengan IC µA741 yang telah dilengkapi proteksi hubung singkat , stabil,

resistor input yang lebih tinggi ( 2 MW ), gain tegangan yang ekstrim ( 200.000

V/V ) dan kemampuan offset null ( zerro offset ). OP-AMP 741 termasuk generasi

kedua dan IC yang lain juga termasuk OP-AMP generasi kedua yaitu LM101,

LM307, µA748 dani MC1558 merupakan OP-AMP yang berfungsi secara umum

sebagaimana LM307. Untuk tipe – tipe OP-AMP yang khusus seperti mengalami

peningkatan dari segii kegunaan atau fungsinya seperti : LM318 (dengan

kecepatan tinggi sekitar 15 MHZ). Lebar band kecil dengan “ slew rate “ 50 V/µS.

IC µA 771 merupakan OP-AMP dengan input bias arus yang rendah yaitu 200 pA

dan “ slew rate “ yang tinggi 13 V/µS. Lalu µA714 yaitu IC OP AMP yang presisi

dengan noise rendah (1,3 µA/10C), offset tegangan yang rendah ( 75 µV ), offset

arus yang rendah ( 2,8 nA ). Tipe IC OP-AMP lain yaitu µA791 merupakan OP-

AMP sebagai penguat daya (Power Amplifier) dengan kemampuan arus output

1A. Dan IC OP-AMP µA776 adalah OP-AMP yang multi guna bisa diprogram.

Generasi – generasi yang akhir inilah yang banyak dijumpai dalam pameran –

pameran untuk pemakaian – pemakaian khusus.

IC linear dalam pengembangannya tidak cukup hanya disitu saja

bahkan sudah dibuat blok – blok sesuai keperluan seperti untuk keperluan

konsumen (audio, radio dan TV), termasuk keperluan industri seperti (timer,

regulator dan lain-lainnya). Bahkan belakangan ini dikembangkan OP-AMP

dengan teknologi BI - FET dan “ laser trimming “. Karena dengan teknologi BI -

FET lebar band bisa ditekan dan “ slew rate “ cepat, bersama ini pula bias arus

rendah dan offset input arus rendah. Contoh tipe OP-AMP BI – FET LF351, dan

LF353 dengan input bias ( 200 pA ) dan offset arus ( 100 pA ), bandwidth gain

unity yang besar ( 4 MHZ ), dan “ slew rate “ yang cepat (13V/MS ) dan ditambah

lagi pin kaki – kakinya sama dengan IC µA741 (yang ganda) dan IC MC1458 ).

Page 8: Laporan Pendahuluan Modul III

Industri Motorola melanjutkan pengembangan OP-AMP dengan

teknologi “ trimming dan BI-FET “ ( disingkat TRIMFET ) untuk memperoleh

kepresisian karakteristik input dengan harga yang rendah, ontoh MC34001 /

MC34002 / MC34004 masing – masing adalah OP-AMP tunggal, ganda dan

berjumlah empat ( guard ).

3.2.4 Jenis OP-AMP dan Bentuk Kemasannya

IC ( Integrated Circuit ) dibedakan kedalam “ Digital “ dan “ Analog “,

IC Analog biasanya termasuk dari bagian IC linear. IC ini merupakan rangkaian

integrasi kumpulan dari beberapa komponen aktif diskrit seperti transistor, Dioda

atau FET dan lain – lainnya serta komponen pasif seperti resistor, kapasitor dan

lain-lainnya. IC linar biasanya digunakan sebagai penguat, filter, pengali

frekuensi ( Frequency Multiplier ) serta modulator yang biasanya memerlukan

komponen dari luar agar sempurna seperti kapasitor, resistor dan lain-lainnya.

Mayoritas IC linear adalah OP-AMP, yang biasanya digunakan sebagai penguat,

filter aktif, integrator dan differensiator serta untuk aplikasi – aplikasi lainnya.

Sedangkan OP-AMP yang untuk keperluan rangkaian khusus seperti aplikasi

komparator, regulator tegangan supply dan fungsi – fungsi khusus yang lainnya

termasuk penguat daya besar.

Beberapa fungsi IC linear yang umum dan khusus akan diberikan

lengkap beserta contohnya, termasuk kode produksi sampai ke bentuk model

kemasannya.

3.2.4.1 Jenis IC linear berdasarkan fungsi dan fabrikasi

IC linear atau analog yang fungsinya umum biasanya digunakan

pada rangkaian – rangkaian integrator, differensiator, penguat penjumlah (

summing amplifier ) atau yang lainnya. Contoh IC yang umum adalah LM /

µA741 atau tipe 351. Disisi lain untuk IC linear yang khusus ( special ) biasanya

hanya digunakan pada aplikasi-aplikasi khusus, contoh untuk tipe LM380 hanya

bisa digunakan pada aplikasi penguat audio ( audio amplifier ).

Tipe seri IC linear mempunyai pengertian yang berbeda sesuai

dengan fabrikasi atau pabrik pembuat IC tersebut. Di Amerika saja sekitar 30

industri memproduksi IC sebanyak 1 juta lebih setiap tahunnya. Masing-masing

industri mempunyai kode – kode tertentu dan tanda-tanda khusus untuk

Page 9: Laporan Pendahuluan Modul III

penomorannya. Berikut ini diberikan tipe dan inisial serta penomoran dan kode

produksi IC linear yang beredar di pasar elektronika selama ini :

Tabel 3.1 Tabel Kode Produksi IC Liniear

Selain industri pembuat IC linear tersebut masih banyak lagi seperti

Mitsubishi, Hitachi, Matsushita, Sony, Sharp, Sanyo, dan lain-lainnya. Untuk

mengenal pengertian kode dan inisial ini diberi contoh satu IC linear yang umum

diproduksi oleh beberapa industri:

LM741 : IC OP-AMP 741 diproduksi National Semiconductor

MC17141 : IC OP-AMP 741 diproduksi Motorola

CA3741 : IC OP-AMP 741 diproduksi R C A

SN52741 : IC OP-AMP 741 diproduksi Texas Instruments

N5741 : IC OP-AMP 741 diproduksi Signetics

Page 10: Laporan Pendahuluan Modul III

Dari tipe diatas dapat dijelaskan bahwa angka tiga digit terakhir

masing industri IC menyatakan tipe Op-AMP yaitu 741, dan semua industri

membuat dengan spesifikasi yang sama yaitu internasional. Untuk mendapatkan

informasi yang banyak dan khusus biasanya pembuat IC selalu menyertakan

pembuatan buku data ( data book ) sebagai referensi atau petunjuk. Beberapa IC

linear mempunyai kemampuan dan kelompok yang berbeda – beda, seperti kelas

A, C, E, S dan SC. Sebagai contoh IC 741, 741A, 741C, 741E, 741S dan 741SC

semuanya adalah OP-AMP, namun biasanya dibedakan tentang temperatur

operasi. Contoh untuk OP-AMP keperluan militer mempunyai suhu sekitar –

550C s/d. 1250C, sedangkan OPAMP komersial mempunyai range temperatur

00C s/d. 750C dan range temperatur OP-AMP industri – 400C s/d. +850C.

Disisi lain untuk 741A dan 741E merupakan improvisasi dari tipe 741

dan 741C, yang masing – masing mempunyai spesifikasi yang lebih. IC 741Cdan

741E merupakan IC yang identik dengan 741 dan 741A dengan range

temperatur 00C s/d. 750C, namun range temperatur 741C dan 741E sekitar –

550C s/d. 1250C. Sedangkan IC 741S dan 741SC adalah OP-AMP tipe militer

dan komersial yang masing – masing dengan pengubah rate tegangan output

per unit waktu lebih tinggi ( higher slew rate ) dibandingkan tipe 741 dan 741C.

3.2.4.2 Bentuk kemasan

Ada 3 ( tiga ) macam bentuk kemasan IC linear yaitu

Bentuk kemasan datar ( Flat pack )

Bentuk kemasan logam / transistor ( Metal or transistor pack )

Bentuk kemasan sisi gari ganda ( Dual-in-line pack)

Gambar 3.2 Bentuk IC

3.3 DAFTAR KOMPONEN DAN ALAT

a. IC op-amp

b. Resistor dan kapasitor

Page 11: Laporan Pendahuluan Modul III

c. Potensiometer

d. Osiloskop

e. Multimeter

f. Disket / flashdisk

g. Milimeterblock

h. Pulpen / pensil

i. Penggaris / mistar

3.4 CARA KERJA

3.4.1 Amplifier membalik

1. Buatlah rangkaian sperti gambar 3.3.

2. Setting Rg=1K sehingga 1000 mark sesuai dengan

10V

Gambar 3.3 Rangkaian percobaan Inverting amplifier

3. Ukur tegangan dengan osiloskop/multimeter untuk

posisi nol

4. Ukur tegangan output Vo sesuai dengan tegangan

input Vi seperti pada table 3.2.

Tabel 3.2 Pengukuran tegangan input output(positif) untuk amplifier membalik

No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting

1 Vi 01 0.3 0.5 0.6 0.8 1 Volt

2 Vo Volt

Page 12: Laporan Pendahuluan Modul III

5. Sekarang hubungkan A1 dengan -15V dan ulangi

langkah percobaan sebelumnya dan catat hasilnya pada table 3.3.

Tabel 3.3 Pengukuran tegangan input output(negatif) untuk amplifier membalik

No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting

1 Vi 01 0.3 0.5 0.6 0.8 1 Volt

2 Vo Volt

3.4.2 Amplifier tak membalik

1. Buatlah Rangkaian Seperti gambar 3.4.

Gambar 3.4 Rangkaian percobaan NonInverting amplifier

2. Hubungkan Rg pada Vcc +15V dan setting Rg sehingga V1 berharga 10V

3. Naikkan teg input V1 dengan mengoperasikan Rf dan ukur Vo sebagai fungsi

Vi dan isikan hasil pengamatan pada table 3.4.

Tabel 3.4 Pengukuran tegangan input output (positif )untuk amplifier tak membalik

No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting

1 Vi 01 0.3 0.5 0.6 0.8 1 Volt

2 Vo Volt

4. Hubungkan Rg pada Vcc -15V dan lakukan setting seperti sebelumnya serta

ulangi pengukuran sesuai dengan table 3.5.

Page 13: Laporan Pendahuluan Modul III

Tabel 3.5 Pengukuran tegangan input output (negatif )untuk amplifier tak membalik

No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting

1 Vi 01 0.3 0.5 0.6 0.8 1 Volt

2 Vo Volt

3.4.3 Pengikut tegangan (voltage follower)

1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.5

Gambar 3.5 Rangkaian percobaan untuk pengikut tegangan

2. Hubungkan Rg pada Vcc +15V dan setting Rg

sehingga V1 berharga 10V

3. Naikkan teg input V1 dengan mengoperasikan Rt

dan ukur Vo sebagai fungsi Vi dan isikan hasil pengamatan pada table 3.6

Tabel 3.6 Pengukuran tegangan input output (positif )untuk pengikut tegangan

No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting

1 Vi 1 3 5 6 8 10 Volt

2 Vo Volt

4. Hubungkan Rg pada Vcc -15V dan lakukan setting

seperti sebelumnya serta ulangi pengukuran sesuai dengan table 3.7.

Tabel 3.7 Pengukuran tegangan input output (negatif )untuk pengikut tegangan

Page 14: Laporan Pendahuluan Modul III

No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting

1 Vi 1 3 5 6 8 10 Volt

2 Vo Volt

3.4.4 Amplifier penjumlah

1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.6

Gambar 3.6 Rangkaian percobaan amplifier penjumlah

2. Hubungkan potensiometer 10 putaran ke +15V dan

atur resistor variable 1K sehingga posisi 1000 berhubungan dengan 10V

3. Setting potensiometer 10 putaran ke nol. Ukur Uo

4. Input Vi’ dibiarkan open dan ukur Vo=f(Vi) dengan

Vi=1V dan 2V

5. Hubungkan R3=10K ke ground dan ukur Vo=f(Vi)

seperti langkah 4

6. Ganti R3 1K dengan 100 hubungkan ke ground

da lakukan seperti langkah 4

7. Set FG1 sehingga Vi=2V pada R1. Set juga FG2

sehingga Vi’=3V pada R3. Ukur Vo=f(Vi + Vi’)

8. Set FG1 dan FG2 seperti pada langkah 7. tapi Fg2

dihubungkan ke -15V. ukur Vo= f(Vi – Vi’)

Page 15: Laporan Pendahuluan Modul III

3.4.5 Low pass filter

1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.7

Gambar 3.7 Rangkaian percobaan LPF (LOW PASS FILTER)

2. Ukur Uo sebagai fungsi frekuensi f. set Ui pada 2

Vpp dan lakukan pengukuran seperti table 3.8 catat hasil pengukuran pada

table.

Tabel 3.8 Pengujian LPF dengan Frekuensi yang berbeda.

No F(Hertz) 20 200 1000 1500 … 4000 20000

1 Ui(Vpp) 2 2 2 2 2 2 2

2 Uo(Vpp)

3.4.6 High pass filter

1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.8

Page 16: Laporan Pendahuluan Modul III

Gambar 3.8 Rangkaian percobaan HPF (HIGH PASS FILTER)

2. Ukur Uo sebagai fungsi frekuensi f. set Ui pada 2

Vpp dan lakukan pengukuran seperti table 3.8 catat besarnya tegangan output

Uo dari HPF.