101
LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis, yang dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu perilaku kekerasan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu /riwayat perilaku kekerasan (Keliat & Akemat, 2010) Perilaku kekerasan merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam diri atau secara destruktif. Perlaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak dikontrol (Yosep, 2007). B. Etiologi 1

Laporan Pendahuluan Stase Jiwa

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang

bertujuan untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun

psikologis, yang dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal

yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku

kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu perilaku kekerasan

saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu /riwayat

perilaku kekerasan (Keliat & Akemat, 2010)

Perilaku kekerasan merupakan campuran perasaan frustasi

dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara

mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan

emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam diri

atau secara destruktif. Perlaku kekerasan adalah suatu keadaan

dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan

secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering

disebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon

terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak dikontrol

(Yosep, 2007).

B. Etiologi

1. Faktor predisposisi

a. Biologis/Neurologis

Adanya kerusakan system limbic ,lobus frontal,lobus temporal

dan ketidakseimbangan neurotransmitter.

b. Psikologis

Teori Frustasi : Kegagalan yang di alami akan

menimbullkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif

atau amuk

1

Teori Tumbang : Masa kanak-kanak yang tidak

menyenangkan seperti di perasaan di tolak,di hina,di

aniaya,atau saksi penganiayaan.

c. Perilaku

Reinforcement yang di terima saat melakukan kekerasan,sering

mengobservasi kekerasan di dalam atau di luar rumah,semua

aspek ini  menstimulasi individu menghadapi perilaku

kekerasan.

d. Social budaya

Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan

control social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan

akan menciptakan seolah-olah perilaju kekerasan di terima

(pasmisive).

2. Factor  Presipitasi

Bersumber dari diri individu sendiri,lingkungan dan interaksi

dengan orang lain. Ancaman yang menyebabkan di bagi menjadi

dua,yaitu : tujuan

a. Internal stressor: Kelemahan fisik (kehilanagan anggota

fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan kehilangan keluarga,

kurangnya percaya diri.

b. Eksternal stressor: Situasi lingkungan yang ribut,kritikan

yang mengarah pada penghinaan,kehilangan orang yang di

cintai/kehilangan pekerjaan,konflik di lingkungan.

C. Tanda dan Gejala

1. Fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang

mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.

2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor,

berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus.

3. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain,

merusak lingkungan, amuk/agresif.

2

4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,

dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin

berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

5. Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan

dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.

6. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan,

tidak bermoral dan kreativitas terhambat.

7. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan

dan sindirin.

8. Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan

seksual.

D. Rentang Respons

 

                                                                  Keterangan :

1. Asertif : Individu dapat mengungkapkan marah tanpa

menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan.

2. Frustasi : Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat

marah dan tidak dapat menemukan alternatif.

3. Pasif : Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.

4. Agresif : Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan

untuk menuntut tetapi masih terkontrol.

5. Kekerasan : Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.

3

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

repon adaftif respon maladaftif

Pasif Asertif Agresif

Isi Pembicara

an

Negatif dan merendahkan diri, contohnya perkataan : “Dapatkah saya ?”“Dapatkah kamu ?”

Positif  dan menawarkan diri, contohnyaperkataan :“Saya dapat…”“Saya akan…”

Menyombongkan diri, merendahkan orang lain, contohnya perkataan :“Kamu selalu…”“Kamu tidak pernah…”

Tekanan Suara

Cepat lambat, mengeluh

SedangKeras dan ngotot

Posisi badan

Menundukkan kepala

Tegap dan santai

Kaku, condong ke depan

Jarak

Menjaga jarak dengan sikap acuh/mengabaikan

Mempertahankan jarak yang nyaman

Siap dengan jarak akan menyerang orang lain

Penampilan

Loyo, tidak dapat tenang

Sikap tenangMengancam, posisi menyerang

Kontak Mata

Sedikit/sama sekali tidak

Mempertahankan kontak mata sesuai dengan hubungan

Mata melotot da

E.   Mekanisme koping

Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme

pertahanan ego seperti, displacement, sublimasi, proyeksi, represi,

denial, dan reaction formation.

1. Displacement: Mengalihkan emosi, arti simbolik, fantasi dari

sumber yang sebenarnya (benda, orang, keadaan) kepada orang

lain, benda atau keadaan lain.

2. Sublimasi: Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat

dengan cara yang dapat diterima masyarakat. Impuls yang

berasal dari Id yang sukar disalurkan oleh karena mengganggu

individu atau masyarakat, oleh karena itu impuls harus dirubah

bentuknya sehingga tidak merugikan individu / masyarakat

sekaligus mendapatkan pemuasan.

4

3. Proyeksi: Menyalahkan orang lain atas kelalaian dan kesalahan-

kesalahan atau kekurangan diri sendiri, keinginan-keinginan,

impuls-impuls sendiri.

4. Represi: Secara unconcious mencegah keinginan-keinginan atau

pikiran yang menayakitkan ke conscious.

5. Denial: Menolak untuk menerima atau menghadapi kenyataan

yang tidak enak.

6. Reaction formation: Bertingkah laku berlebihan yang langsung

bertentangan dengan keinginan-keinginan, perasaan yang

sebenarnya.

F. Penatalaksanaan medis

1. Terapi Somatik

Menurut (Depkes RI, 2000, hal 230) menerangkan bahwa terapi

Somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan

gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptife

menjadi perilaku adaktif dengan melakukan tindakan yang

ditujukan pada kondisi fisik klien, tetapi target terapi adalah

perilaku klien .

2. Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT)

adalah bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang

grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang

ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya untuk

menangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya

dilaksanakan adalah tiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).

3. Psikofarmaka

Beberapa obat yang sering digunakan untuk mengatasi perilaku

kekerasan diantaranya :

a. Anti ansietas dan hipnotik sedatif, misalnya diazepam (valium)

b. Anti depresan misalnya amitriptilin

c. Mood stabiluizer misalnya lithium,carbamazepin

d. Antipsikotik misalnya clorpromazine, haloperidol, stelazin

5

e. Obat lain misalnya naltrexon, propanolol.

4. Peran serta keluarga

Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan

perawatan langsung pada setiap keadaan(sehat-sakit) klien.

Perawat membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas

kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat

keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota

keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan

menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang

mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan dapat

mencegah perilaku maladaptive (pencegahan primer),

menanggulangi perilaku maladaptive (pencegahan skunder) dan

memulihkan perilaku maladaptive ke perilaku adaptif (pencegahan

tersier) sehingga derajat kesehatan klien dan kieluarga dapat

ditingkatkan secara opti9mal. (Budi Anna Keliat,1992).

G. Komplikasi

Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-

tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya,

seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar

rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk

mencederai diri orang lain dan lingkungan

Tanda dan gejala:

1. Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku

kekerasan didapatkan melalui pengkajian meliputi :

2. Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-

tanda marah yang diserasakan oleh klien.

3. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada

suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan

kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

H. Fungsi positif marah

6

1. Energizing function

Rasa marah akan menambah energy / tenaga seseorang karena

emosi akan meningkatkan adrenalin dalam tubuh yang

mengakibatkan peningkatan metabolism tubuh sehingga terbentuk

energy tambahan

2. Expressive function

Dengan mengeksprsikan kemarahan, individu dapat

memperlihatkan / mengkomunikasikan pada orang lainkeinginan

dan harapannya secara terbuka tanpa melalui kata-kata

3. Self promotional function

Marah dapat digunakan memproyeksikan konsep diri yang positif

atau meningkatkan harga diri

4. Defensive function

Kemarahan dapat meningkatkan pertahanan ego dalam

menaggapi kecemasan yang meningkat dalam konflik eksternal

5. Potenting function

6. Kemampuan koping terhadap rasa marah akan meningkatkan

kemampuan mengontrol situasi; persaingan tidak sehat.

7. Discriminating function

Dengan mengekspresikan marah individu dapat membedakan

keadaan alam perasaanya; sedih,  jengkel, marah, amuk.

I. Pohon masalah

7

Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain (Akibat)

Resiko perilaku kekerasan(Care problem)

Gangguan konsep diri : HDR(Penyebab)

koping individu in efektif

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN 

1. Aspek biologis

Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom

bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah

meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran

urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti

meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang

terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini

disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.

2. Aspek emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,

jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk,

bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.

3. Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui

proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk

beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam

proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu

mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan,

bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.

4. Aspek social

interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.

Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien

seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku

yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan

mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara

keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri,

menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.

5. Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu

dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang

8

dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan

dengan amoral dan rasa tidak berdosa.

B. DIAGNOSA KEPERWATAN

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b. Perilaku kekerasan / amuk

c. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

9

C. INTERVENSI KEPERWATAN

NO DX KEPPERENCANAAN

TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI1 Perilaku

kekerasanTUM:- Pasien dapatmelanjutkanhubungan peransesuai tanggungjawab.TUK: 1

1.    PPasien dapat Membina Hubungan saling percaya

Setelah dilakukan ...x20 menit interaksi diharapkan klien menunjukkan tanda-tandaa. Pasien mau membalas salam.b. Pasien mau jabatanc. Pasien menyebutkan Namad. Pasien tersenyume. Pasien ada kontak Mataf. Pasien tahu nama Perawatg. Pasien menyediakan waktu

untuk kontrak

1. Beri salam / panggil nama pasien.

2. Sebut nama perawat sambil Salaman

3. Jelaskan maksud hubungan Interaksi

4. Beri rasa nyaman dan sikap Empatis

5. Lakukan kontrak singkat tapi sering

TUK: 22.    PPasien dapat

mengidentifikasi penyebab marah / amuk

Setelah dilakukan ...x20 menit interaksi diharapkan klien menunjukkan tanda-tandaa. Pasien dapat Mengungkapkan

perasaannya.b. Pasien dapat menyebutkan

perasaan marah / jengkel

1. Beri kesempatan untuk Mengungkapkan perasaannya.

2. Bantu pasien untuk mengungkapkan marah atau jengkel.

TUK: 33.    PPasien dapat

mengidentifikasi tanda marah

Setelah dilakukan ...x20 menit interaksi diharapkan klien menunjukkan tanda-tandaa. Pasien dapat mengungkapkan

perasaan saat marah /jengkel.b. Pasien dapat menyimpulkan

tanda-tanda jengkel / kesal

1. Anjurkan pasien2. mengungkapkan perasaan3. saat marah /jengkel.4. Observasi tanda perilaku5. kekerasan pada pasien

10

TUK: 44.   PPasien dapat

mengungkapkan perilaku marah yang sering dilakukan

Setelah dilakukan ...x20 menit interaksi diharapkan klien menunjukkan tanda-tandaa. Pasien mengungkapkan marah

yang biasa dilakukanb. Pasien dapat bermain peran

dengan perilaku marah yang dilakukan

c. Pasien dapat mengetahui cara marah yang dilakukan menyelesaikan masalah atau tidak

1. Anjurkan pasien mengungkapkan marah yang biasa dilakukan

2. Bantu pasien bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

3. Bicarakan dengan pasien apa dengan cara itu bisa menyelesaikan masalah

UK: 5PPasien dapat mengidentifikasi akibat perilaku Kekerasan

Setelah dilakukan ...x20 menit interaksi diharapkan klien menunjukkan tanda-tandaa. Pasien dapat menjelaskan

akibat dari cara yang digunakan

1. Bicarakan akibat / kerugian cara yang dilakukan

2. Bersama pasien menyimpulkan cara yang digunkana pasien.

3. Tanyakan pasien apakah mau tahu cara marah yang sehat

TUK: 66.   PPasien

mengidentifikasi cara construksi dalam berespon terhadap perilaku kekerasan

Setelah dilakukan ...x20 menit interaksi diharapkan klien menunjukkan tanda-tanda1. melakukan berespon terhadap

kemarahan secara konstruktif.

1. Tanyakan pada pasien apakah pasien mau tahu cara baru yang sehat

2. Beri pujian jika pasien engetahui cara lain yang ehat

3. Diskusikan cara marah yang sehat dengan pasien.

11

a) Pukul bantal untuk melampiaskan marah

b) Tarik nafas dalamc) Mengatakan pada teman

saat ingin marah4. Anjurkan pasien sholat atau

berdoaTUK: 7

7.    PPasien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol marah

Pasien dapat1. mendemonstrasikan cara

mengontrol perilaku kekerasana) Tarik nafas dalamb) Mengatakan secara

langsung tanpa menyakiti

c) Dengan sholat/berdoa

1 Pasien dapat memilih cara yang paling tepat.

2. Pasien dapat mengidentifikasi manfaat yang terpilih

3. Bantu pasien menstimulasi cara tersebut.

4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan.

5. Anjurkan pasien menggunakan cara yang telah dipelajari.

2 RPK (Resiko Perilaku

Kekerasan)

TUK:8.    PPasien dapat

dukungan keluarga mengontrol marah

Keluarga pasien dapat :a. Menyebutkan cara merawat

pasien dengan perilaku kekerasan.

b. Mengungkapkan rasa puas dalam merawat pasien

1. Identifikasi kemampuan keluarga merawat pasien dari sikap apa yang telah dilakukan

2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat pasien.

3. Jelaskan cara-cara merawat pasien.

12

4. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat pasien.

5. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.

TUK:9.    PPasien dapat

menggunakan obat dengan benar

a. Pasien dapat menggunakan obat-obat yang diminum dengan kegunaannya.

b. Pasien dapat minum obat sesuai program pengobatan

1. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum pasien dan oeluarga.

2. .Diskusikan manfaat minum obat.

3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat

4. Anjurkan pasien minum obat tepat waktu

TUK:10.   PPasien dapat

dukungan dari lingkungan untuk mengontrol marah

a. Lingkungan mengetahui bagaimana cara menyikapi pasien dengan perilaku kekerasan.

1. Jelaskan peran serta lingkungan terhadap kondisi pasien

2. Beri penjelasan bagaimana cara menyikapi pasien dengan perilaku kekerasan

3. Diskusikan cara -cara yang dilakukan untuk menyikapi pasien dengan perilaku kekerasan

3 Harga Diri Rendah (HDR)

TUM:Pasien dapat mengontrol

a. Ekspresi Wajah bersahabat , menunjukkan rasa scaang, ada

1. Bina hubungan saling percaya dengan

13

perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lainTUK : 1

1.   PPasien dapat membina hubungan saling percaya

kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi

mengungkapkan prinsip komunikasi tcrapeutik Sapa pasien dengan ramah laik verbal maupun non verbala. Perkenalkan diri dengan

sopanb. Tanyakan nama iengkap

pasien dan nama panggilan disukai pasien

c. Jelaskan tujuan pertemuan

d. Jujur dan menepati janjie. Tunjukkan siknp empati

dan menerima pasien apa adanya

f. Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien

TUK  : 2

Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilik

a. Daftar kemampuan yang dimiliki pasien di rumah sakit, rumah, sekolah dan tempat kerja

b. Daftar positif keluarga pasienc. Daftar positif lingkungan pasien

1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki buat daftarnya

2. Setiap bertemu pasien dihindarknn dari metnberi penilni; negatif

3. Utamakan memberi pujian yang realistic pada kemampuan dan aspek positif pasien

14

TUK 33.    

Pasien dapat menilai kemampuan yang  digunakan

a. Pasien menilai kemampuan yang digunakan

b. Pasien memiliki  kemampuan yang dapat digunakan di rumah

1. Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat  digunakan selama sakit

2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pengguna di rumah sakit

3. Berikan pujianTUK : 4Pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

a. Pasien menilai kemampuan yang akan . dilatih

b. Pasien mencoba Susunan jadwal harian

1. Meminta pasien untuk:memilih satu kcgiatan yang mau  dilakukan di rumah sakit

2. Bantu pasien melakukannya jika perlu beri contoh

3. Beri pujian atas keberhasilan pasien.

4. Diskusi kaji jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih

5. Catatan : Ulangi untuk kemampuan lain sampai semua selesai

TUK: 55  PPasien dapat

melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dari kemampuannya

a. Pasien melakukan kegiatan yang telah di latih (mandiri, dengan bantuan atau tergantung)

b. Pasien marnpu melakukan beberapa kegiatan secara

1. Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kcgiatan yang telah direncanakan

2. Beri pujian atas keberhasian pasien

15

mandiri 3. Diskusikan kemungkinan penaksiiran di rumah

TUK : 66.      

Pasien dapat  memanfatkan system pendukung yang ada

a. Keluarga memberi dakungan dan pujian

b. Keluarga memahami jadwal kegiatan harian pasien

1. Beri pendidikan kcschatan pada keluarga tentang cara merawat pasien dengan harga diri rcndah

2. Bantu keluarga memberikan dukungnn selama pasien dirawat.

3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

4. Jelaskan cara pelaksmann jadwal kegiatan pasien di rumah

5. Anjurkan memberi pujian pada pasien setiap berhasil

16

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia

dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan

kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi

kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika

tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit

perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah,

2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu

tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang

untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah

kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan

kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

Jenis–Jenis Perawatan Diri

1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan

untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan

kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Kurang perawatan diri : Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan

untuk menunjukkan aktivitas makan.

4. Kurang perawatan diri : Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan

untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri

(Nurjannah : 2004, 79 ).

17

B. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang

perawatan diri adalah sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik

2. Penurunan kesadaran

Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri

adalah :

1. Faktor prediposisi

a. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien

sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

b. Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu

melakukan perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan

realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan

lingkungan termasuk perawatan diri.

d. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan

diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan

kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri

adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau

perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga

menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan

diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang

mempengaruhi personal hygiene adalah:

a. Body Image

18

Gambaran individu terhadap dirinya sangat

mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya

perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihan dirinya.

b. Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan

diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola

personal hygiene.

c. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan

seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi

yang semuanya memerlukan uang untuk

menyediakannya.

d. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting

karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan

kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes

mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

e. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu

tidak boleh dimandikan.

f. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk

tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun,

sampo dan lain – lain.

g. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk

merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk

melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.

a. Dampak fisik

19

Banyak gangguan kesehatan yang diderita

seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan

perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering

terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan

membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga

dan gangguan fisik pada kuku.

b. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal

hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman,

kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,

aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

C. Patofisiologi

Perawatan diri kurang

Isolasi sosial : menarik diri

D. Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan

defisit perawatan diri adalah:

1. Fisik

a. Badan bau, pakaian kotor.

b. Rambut dan kulit kotor.

c. Kuku panjang dan kotor

d. Gigi kotor disertai mulut bau

e. penampilan tidak rapi

2. Psikologis

a. Malas, tidak ada inisiatif.

b. Menarik diri, isolasi diri.

20

Menurunnya motivasi perawatan diri

c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial

a. Interaksi kurang.

b. Kegiatan kurang .

c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat,

gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :

1. Data subyektif

a. Pasien merasa lemah

b. Malas untuk beraktivitas

c. Merasa tidak berdaya.

2. Data obyektif

a. Rambut kotor, acak – acakan

b. Badan dan pakaian kotor dan bau

c. Mulut dan gigi bau.

d. Kulit kusam dan kotor

e. Kuku panjang dan tidak terawat

21

22

E. Diagnosa KeperawatanRencana Tindakan Keperawatan Klien Dengan Defisit Perawatan Dirigor

TglNo Dx

Dx Keperawata

n

Perencanaan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Defisit perawatan diri

TUM: klien dapat mandiri dalam perawatan diriTUK: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Klien mampu menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat:

Wajah cerah, tersenyum Mau berkenalan Ada kontak mata Menerima kehadiran

perawat Bersedia menceritakan

perasaannya

Bina hubungan saling percaya : Beri salam setiap berinteraksi. Perkenalkan nama, nama panggilan

perawat dan tujuan perawat berkenalan

Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien

Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi

Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien

Buat kontrak interaksi yang jelas Dengarkan ungkapan perasaan

klien dengan empati Penuhi kebutuhan dasar klien

Klien mengetahui pentingnya

Klien mampu menyebutkan: Penyebab tidak merawat

Diskusikan dengan klien: Penyebab klien tidak merawat diri

23

perawatan diri diri Manfaat menjaga

perawatan diri Tanda-tanda bersih dan

rapi Gangguan yang dialami

jika perawatan diri tidak diperhatikan

Manfaat menjaga perawatan diri untuk keadaan fisik, mental, dan sosial.

Tanda-tanda perawatan diri yang baik

Penyakit atau gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh klien bila perawatan diri tidak adekuat

Klien mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri

Klien mampu menyebutkan frekuensi menjaga perawatan diri:

Frekuensi mandi Frekuensi gosok gigi Frekuensi keramas Frekuensi ganti pakaian Frekuensi berhias Frekuensi gunting kuku

Klien mampu menjelaskan cara menjaga perawatan diri:

Cara mandi Cara gosok gigi Cara Keramas Cara Berpakaian Cara berhias Cara gunting kuku

Diskusikan frekuensi menjaga perawatan diri selama ini Mandi Gosok gigi Keramas Berpakaian Berhias Gunting kuku

Diskusikan cara praktek perawatan diri yang baik dan benar : mandi gosok gigi Keramas Berpakaian Berhias Gunting kuku

Berikan pujian untuk setiap respon klien yang positif

Klien dapat melaksanakan

Klien dapat mempraktekkan perawatan diri dengan dibantu

Bantu klien saat perawatan diri : Mandi

24

perawatan diri dengan bantuan perawat

oleh perawat: Mandi Gosok gigi Keramas Ganti pakaian Berhias Gunting kuku

Gosok gigi Keramas Ganti pakaian Berhias Gunting kuku

Beri pujian setelah klien selesai melaksanakan perawatan diri

Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri

Klien dapat melaksanakan praktek perawatan diri secara mandiri

Mandi 2 X sehari Gosok gigi sehabis

makan Keramas 2 X seminggu Ganti pakaian 1 X sehari Berhias sehabis mandi Gunting kuku setelah

mulai panjang

Pantau klien dalam melaksanakan perawatan diri: Mandi Gosok gigi Keramas Ganti pakaian Berhias Gunting kuku

Beri pujian saat klien melaksanakan perawatan diri secara mandiri.

Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan diri

1. Keluarga dapat menjelaskan cara-cara membantu klien dalam memenuhi kebutuhan perawatan dirinya

2. Keluarga dapat menyiapkan sarana perawatan diri klien: sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi, shampoo,

Diskusikan dengan keluarga: Penyebab klien tidak melaksanakan

perawatan diri Tindakan yang telah dilakukan klien

selama di rumah sakit dalam menjaga perawatan diri dan kemajuan yang telah dialami oleh klien

Dukungan yang bisa diberikan oleh keluarga untuk meningkatkan

25

handuk, pakaian bersih, sandal, dan alat berhias

3. Keluarga dapat mempraktekan perawatan diri pada klien

kemampuan klien dalam perawatan diri

Diskusikan dengan keluarga tentang: Sarana yang diperlukan untuk

menjaga perawatan diri klien Anjurkan kepada keluarga

menyiapkan sarana tersebutDiskusikan dengan keluarga hal-hal yang perlu dilakukan keluarga dalam perawatan diri : Anjurkan keluarga untuk

mempraktekkan perawatan diri (mandi, gosok gigi, keramas, ganti baju, berhias dan gunting kuku)

Ingatkan klien waktu mandi, gosok gigi, keramas, ganti baju, berhias, dan gunting kuku.

Bantu jika klien mengalami hambatan dalam perawatan diri

Berikan pujian atas keberhasilan klien

26

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

I. MASALAH UTAMA

Perubahan persepsi sensori : halusinasi

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

A. Pengertian

Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang terjadi

tanpa rangsang ensternal yang nyata. ( Barbara, 1997 : 575 ).

Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada

rangsangan dari luaryang dapat mempengaruhi semua sistem

penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu

baik. (Carpenito, 1996).

B. Macam- macam halusinasi

1. Halusinasi pendengaran

2. Halusinasi penglihatan.

3. Halusinasi penciuman.

4. Halusinasi pengecapan.

5. Halusinasi perabaan.

6. Halusinasi kinestik.

7. Halusinasi hipnogogik.

8. Halusinasi hipnopompik.

9. Halusinasi histerik.

10.Halusinasi autoskopi.

C. Tanda dan gejala

1. Bicara, senyum / tertawa sendiri.

2. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap,

menghidu.

3. Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.

4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.

5. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.

6. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.

27

7. Sikap curiga dan bermusuhan.

8. Menarik diri, menghindari dari orang lain.

D. Mekanisme sebab- akibat.

1. Penyebab

Isolasi sosial : menarik diri

a. Pengertian : Perilaku menarik diri adalah suatu usaha

menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa

bahwa ia kehilangan hubungan akrabdan tidak menyadari

kesempatan untuk berhubungan secara spontan dengan

orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap

memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup

membagi pengalaman dengan orang lain (Budi Anna

Keliat, 1998).

b. Tanda dan Gejala

1) Apatis

2) Afek tumpul

3) Menghindar dari orang lain

4) Klien tampak memisahkan diri dengan orang lain

5) Komunikasi kurang

6) Kontak mata kurang

7) Berdiam diri

8) Kurang mobilitas

2. Akibat

Risiko mencederai diri sendiri dan orang lain

a. Pengertian

Suatu keadaan dimana seorang individu melakukan suatu

tindakan yang dapt membahayakan bagi keselamatan

jiwanya maupun orang lain disekitarnya (Townsend, 1994)

b. Tanda dan gejala

1) Adanya peningkatan aktifitas motorik

2) Perilaku aktif ataupun destruktif

28

3) Agresif

E. Pohon masalah

Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan. Akibat

Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. Core Problem

Isolasi diri : manarik diri Penyebab

III. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

1. Resiko menciderai diri dan orang lain.

Data Obyektif :

Perilaku hiperaktif, agresi dan destruktif.

Mudah tersinggung, jengkel dan marah.

Sikap bermusuhan.

Menolak makan.

Data Subyektif :

klien mengatakan benci dan kesal pada seseorang

klien suka membentak dan menyerang orang yang

mengusiknya jika sedang kesal

2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar.

Data Obyektif :

- Bicara, senyum/ tertawa sendiri.

- Menarik diri dan menghindar dari orang lain..

- Curiga, bermusuhan, merusak diri, orang lain dan lingkungan.

- Ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.

- Berbicara dan tertawa sendiri

- Bersikap seperti mendengar atau melihat sesuatu.

- Berhenti berbicara di tengah kalimat seperti mendengar

sesuatu.

- Duduk menyendiri

29

- Dissorientasi.

Data Subyektif

- Pasien mengatakan : Mendengar suara – suara, melihat

gambaran tanpa adanya stimulasi yang nyata, mencium bau

tanpa stimulasi.

3. Perubahan isolasi sosial : menarik diri.

Data Obyektif :

- Tidak memeprdulikan lingkungan.

- Kegiatan menurun, mobilitas kurang.

- Klien tampak diam, melamun dan menyendiri.

- Menghindar dari orang lain

- Komunikasi kurang

- Kontak mata kurang

Data Subyektif

- Klien mengatakan lebih suka sendiri daripada berhubungan

dengan orang lain.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Resiko menciderai diri dan orang lain yang berhubungan dengan

gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar.

2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi (dengar) yang

berhubungan dengan adanya isolasi sosial : manarik diri.

V. FOKUS INTERVENSI Diagnosa 1. Resiko menciderai diri sendiri dan oaring lain

berhubungan dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi

dengar

a Tujuan Umum

Klien tidak menciderai orang lain

b Tujuan Khusus

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

kriteria hasil:

- Ekspresi wajah bersahabat

30

- menunjukkan rasa senang

- ada kontak mata atau mau jabat tangan

- mau menyebutkan nama

- mau menyebut dan menjawab salam

- mau duduk berdampingan dengan perawat

- mau mengutarakan masalah yang dihadapi

Intervensi

Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi

terapetik

a. Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun

non verbal

b. perkenalkan diri dengan sopan

c. tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang

disukai klien

d. jelaskan tujuan pertemuan

e. jujur dan menepati janji

f. tunjukkan sikap empati dan terima klien apa adanya

g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan

dasar klien

Rasionalisasi

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk

kelancaran hubungan interaksi selanjutnya

2. Klien dapat mengenal halusinasinya

Kriteria hasil:

a. Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi

timbulnya halusinasi

b. Klien dapat mengungkapkan perasaanya terhadap

halusinasinya

c. Bantu klien mengenal halusinasinya

- Jika menemukan klien yang sedang halusinasi,

tanyakan apa yang sedang terdengar

31

- Katakan bahwa perawat pwecaya klien mendengar

suara itu namun perawat sendiri tidak melihatnya

- KAtakan bahwa klien lain juga ada yang seperti

klien

- Katakan bahwa perawat siap membantu klien

d. Diskusikan dengan klien

- Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan

halusinasi

- Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi

e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi

halusinasi

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya

Kriteria hasil:

- Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat

dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya

- Klien dapat menyebutkan cara baru

- Klien dapat memilih cara yang telah dipilih untuk

mengendalikan halusinasi

- Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok

Intervensi

a. Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika

terjadi halusinasi. Rasional: merupakan upaya untuk

memutus siklus halusinasi

b. Diskusikan manfaat dara yang digunakan klien, jika

bermanfaat beri pujian. Rasional: reinforcement positif

dapat meningkatkan harga diri klien

c. Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya

halusinasi

1) Katakan “ saya tidak mau dengar kamu”

2) Menemui orang lain untuk bercakap-cakap

3) Melihat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi

tidak sempat muncul

32

4) Meminta perawat/teman/keluarga untuk menyapa

jika klien melamun, rasional: memberi alternatif

pikiran bagi klien

d. Bantu klien melatih dan memutus halusinasi secara

bertahap

rasional: memotivasi dapat meningkatkan keinginan

klien untuk mencoba memilih salah satu cara

pengendalian halusinasi

e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah

dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil

f. Anjurkan klien untuk mengikuti TAK, orientasi realita

Rasional: Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan

interpretasi realita klien

4. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol

halusinasinya

Kriteria hasil

- Klien dapat hubungan saling percaya pada perawat

- Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan

tindakan untuk mengendalikan halusinasi

Intervensi

a. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika sedang

halusinasi

Rasional: untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam

mengontrol halusinasi

b. Diskusikan dengan keluarga tentang

1) Gejala halusinasi yang dialami klien

2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga

untuk memutus halusinasi

3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di

rumah, beri kegiatan jangan biarkan sendiri

33

4) Beri informasi tentang kapan pasien memerlukan

bantuan. Rasional: Untuk meningkatkan

pengetahuan tentang halusinasi

5. Klien memanfaatkan obat dengan baik

Kriteria hasil

- Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat,

dosis dan efek samping

- Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat

dengan benar

- Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek

samping obat

- Klien dapat memahami akibat pemakaian obat tanpa

konsultasi

- Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan

obat

Intervensi

a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis,

frekuansi dan manfaat obat

b. Ajurkan klien untuk minta sendiri obat pada perawat

dan merasakan manfaatnya

c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat

dan efek samping obat yang dirasakan.Rasional:

dengan mengetahui efek samping obat klien tahu apa

yang harus dilakukan setelah minum obat

d. Diskusikan bahayanya obat tanpa konsultasi.Rasional:

Pengobatan dapat bejalan sesuai rencana

e. Bantu klien menggunakan prinsip 5 benar. Rasional:

dengan mengetahui prinsip maka kemandirian klien

tentang pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap

34

Diagnosa Keperawatan 2 : Perubahan persepsi sensori :

halusinasi b/d menarik diri.

a. Tujuan umum

Tidak terjadi perubahan persepsi sensori : halusinasi.

b. Tujuan khusus

1. Dapat membina hunbungan saling percaya.

Kriteria evaluasi :

- Ekspresi wajah beersahabat, menunjukkan rasa senang,

adanya kontak mata, mau berjabat tangan, mau

menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk

berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan

masalah yang dihadapi.

Intervensi Keperawatan :

a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip

komunikasi teraupetik.

b. Sapaklien dengan ramah baik vebal maupun nonb

verbal.

c. Perkenalkan diri dengan sopan

d. Tanyakan nama lengkap klien dan nama kesukaan klien.

e. Jelaskan tujuan pertemuan.

f. Jujur dan menepeti janji.

g. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

h. Ciptakan lingkungan yang tenang dan bersahabat.

i. Beri perhatian dan penghargaan : temani klien walau

tidak menjawab.

j. Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara,

jangan buru – buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti

pembicaraan klien.

Rasionalisasi :

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk

kelancaran hubungan interaksi selanjutnya

35

2. KLien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.

Kriteria evaluasi :

- KLien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.

Intervensi keperawatan :

a. Kaji pengetahuan klien tantang perilaku menarik diri

dan tanda – tandanya.

b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan

pearasaan penyebab menarik diri tidak mau bergaul.

c. Diskusikan pada klien tentang perilaku menarik diri,

tanda serta penyebab yang muncul.

d. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan

klien dalam mengungkapkan perasaannya.

Rasionalisasi :

- Diketahuinya penyebab akan dapat dihubungkan

dengan factor presipitasi yang dialami klien.

3. KLien dapat menyebabkan keuntungan berhubungan dengan

orang lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang

lain.

Kriteria Evaluasi :

- KLien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan

dengan orang lain dan kerugian berhubungan dengan

orang lain.

Intervensi Keperawatan :

a. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat keuntungan

berhubungan dengan orang lain serta kerugiannya

bila tidak berhubungan dengan orang lain.

b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan

perasaannya tentang berhubunagn dengan orang lain

c. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan

perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan

denagn orang lain.

36

d. Diskusikan bersama tentan keuntungan berhubungan

denagn orang lain dan kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain.

e. Beri reinforcement positif terhadapo kemampuan

mengungkapkan pearasaan tentang keuntungan

berhubunagn dengan orang lain dan kerugian bila

tidak berhubungan denagn orang lain.

Rasionalisasi :

- Mengidentifikasi sejauh mana keuntunagn yang

klien rasakan bila berhubungan dengan orang lain.

- Mengidentuifikasi kerugian yang klien rasakan bila

tidak berhubungan dengan orang lain.

4. KLien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.

Kriteria evaluasi ;

- Klien dapat mendemonstrasikan hubunagn sosial

secara bertahap k-p, k-p-p lain, k-p-p lain-k lain, k-p-

kel/kelompok masyarakat.

Intervensi Keperawatan :

a. Kaji kemampuan klien membina hubunagn dengan

orang lain.

b. Dorong dan Bantu klien berhubungan dengan orang

lain melalui tahap k-p, k-p-p lain, k-p-p lain-k lain, k-p-

kel/kelompok masyarakat.

c. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang telah

dicapai.

d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungn.

e. Diskusikan jadwal harian yang daopat dilaukan

bersama klien dalam mengisi waktu luang.

f. Memotivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.

g. Beri reinfgorcement atas kegiatan klien dalam ruangan.

Rasionalisasi :

37

- KLien harus dicoba berinteraksi secara bertahap

agar terbiasa membina hubungan yang sehat

dengan orang alain

- Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien

sehingga timbul motivasi untuk berinteraksi.

5. KLien dapat mengunngkapkan perasaannya setelah

berhubungan dengan orang lain.

Kriteria evaluasi :

- KLien dapat mengungkapkan perasaan setelah

berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan

orang lain.

Intervensi Keperawatan :

a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila

berhubungan dengn orang lain.

b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat

berhubungn dengan orang lain.

c. Beri reinforcement atas kemampuan klien

mengungkapkan perasaanya berhubungan dengan

orang lain.

Rasionalisasi :

- Ungkapan perasaan klien bila berhubungan dengan

orang lain akan sangat membantu klien memahami

manfaat berhubungan dengan orang lain.

6. KLien dapat memberdayakan system pendukung atau

keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk

berhubungan dengan orang lain.

Kriteria evaluasi :

- Keluarga dapat Menjelaskan perasaannya,

Menjelaskan cara mearawat klien menarik diri,

mendemontrasikan cara perawatan klien menarik diri,

berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri.

Intervensi Keperawatan :

38

a. Bina hubungan saling percaya denagn keluarga :

salam, perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat kontrak

eksplorasi perasaan keluarga.

b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : Perilaku

menarik diri, penyebab perilaku menarik diri, akibat

yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak

ditanggapi, cara keluarga menghadapi klien menarik

diri.

c. Dorong anggota keluarga secara rutin dan bergantian

menjenguk klien minimal satu kali seminggu.

d. Anjurkan anggota keluarga untuk memberi dukungan

kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.

e. Beri reinforcement atas hal – hal yang telah dicapai

keluarga.

Rasionalisasi :

- Keluarga dapat membantu dan mendukung klien

untuk berhubungan dengan orang lain melalui

keterlibatan keluarga dalam merawat klien.

7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.

Kriteria evaluasi :

- Klien dapat minum obat dengan prinsip yang benar.

- Mengetahui efek obat dan mengkomunikasikan dengan

perawat jika terjadi keluhan.

Intervensi Keperawatan :

a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis,

frekuensi, efek samping minum obat)

b. Bantu dalam mengguanakan obat dengan prinsip 5

benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).

c. Anjurkan klien untuk membicarakan efek dan efek

samping obat yang dirasakan.

d. Beri reinforcement positif bila klien menggunakan obat

dengan benar.

39

Rasionalisasi :

- Dengan mengetahui prinsip yang benar dalam

menggunakan obat, akan meminimalkan terjadinya

ketidakefektifan pengobatan atau keracunan. Hal ini

juga dimaksudkan untuk memotivasi klien agar

bersedia minum obat (patuh dalam pengobatan).

40

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia

dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan

kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi

kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika

tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit

perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah,

2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu

tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang

untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah

kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan

kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

Jenis–Jenis Perawatan Diri

1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan

untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan

kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Kurang perawatan diri : Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan

untuk menunjukkan aktivitas makan.

4. Kurang perawatan diri : Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan

untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri

(Nurjannah : 2004, 79 ).

41

B. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang

perawatan diri adalah sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik

2. Penurunan kesadaran

Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri

adalah :

1. Faktor prediposisi

a. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien

sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

b. Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak

mampu melakukan perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan

realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya

dan lingkungan termasuk perawatan diri.

d. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan

perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan

mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri

adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau

perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga

menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan

diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang

mempengaruhi personal hygiene adalah:

a. Body Image

42

Gambaran individu terhadap dirinya sangat

mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya

perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihan dirinya.

b. Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam

kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi

perubahan pola personal hygiene.

c. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan

seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi

yang semuanya memerlukan uang untuk

menyediakannya.

d. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting

karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan

kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes

mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

e. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu

tidak boleh dimandikan.

f. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk

tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun,

sampo dan lain – lain.

g. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk

merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk

melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.

a. Dampak fisik

43

Banyak gangguan kesehatan yang diderita

seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan

perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering

terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan

membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga

dan gangguan fisik pada kuku.

b. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal

hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman,

kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,

aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

C. Patofisiologi

Perawatan diri kurang

Isolasi sosial : menarik diri

D. Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan

defisit perawatan diri adalah:

1. Fisik

a. Badan bau, pakaian kotor.

b. Rambut dan kulit kotor.

c. Kuku panjang dan kotor

d. Gigi kotor disertai mulut bau

e. penampilan tidak rapi

2. Psikologis

a. Malas, tidak ada inisiatif.

b. Menarik diri, isolasi diri.

44

Menurunnya motivasi perawatan diri

c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial

a. Interaksi kurang.

b. Kegiatan kurang .

c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang

tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :

1. Data subyektif

a. Pasien merasa lemah

b. Malas untuk beraktivitas

c. Merasa tidak berdaya.

2. Data obyektif

a. Rambut kotor, acak – acakan

b. Badan dan pakaian kotor dan bau

c. Mulut dan gigi bau.

d. Kulit kusam dan kotor

e. Kuku panjang dan tidak terawat

45

46

E. Diagnosa Keperawatan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRIgor

TglNo Dx

Dx Keperawata

n

Perencanaan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Defisit perawatan diri

TUM: klien dapat mandiri dalam perawatan diriTUK: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Klien mampu menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat:

Wajah cerah, tersenyum Mau berkenalan Ada kontak mata Menerima kehadiran

perawat Bersedia menceritakan

perasaannya

Bina hubungan saling percaya : Beri salam setiap berinteraksi. Perkenalkan nama, nama panggilan

perawat dan tujuan perawat berkenalan

Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien

Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi

Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien

Buat kontrak interaksi yang jelas Dengarkan ungkapan perasaan

klien dengan empati Penuhi kebutuhan dasar klien

Klien mengetahui pentingnya perawatan diri

Klien mampu menyebutkan: Penyebab tidak merawat

diri Manfaat menjaga

perawatan diri

Diskusikan dengan klien: Penyebab klien tidak merawat diri Manfaat menjaga perawatan diri

untuk keadaan fisik, mental, dan sosial.

47

Tanda-tanda bersih dan rapi

Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan

Tanda-tanda perawatan diri yang baik

Penyakit atau gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh klien bila perawatan diri tidak adekuat

Klien mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri

Klien mampu menyebutkan frekuensi menjaga perawatan diri:

Frekuensi mandi Frekuensi gosok gigi Frekuensi keramas Frekuensi ganti pakaian Frekuensi berhias Frekuensi gunting kuku

Klien mampu menjelaskan cara menjaga perawatan diri:

Cara mandi Cara gosok gigi Cara Keramas Cara Berpakaian Cara berhias Cara gunting kuku

Diskusikan frekuensi menjaga perawatan diri selama ini Mandi Gosok gigi Keramas Berpakaian Berhias Gunting kuku

Diskusikan cara praktek perawatan diri yang baik dan benar : mandi gosok gigi Keramas Berpakaian Berhias Gunting kuku

Berikan pujian untuk setiap respon klien yang positif

Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat

Klien dapat mempraktekkan perawatan diri dengan dibantu oleh perawat:

Mandi Gosok gigi Keramas Ganti pakaian Berhias

Bantu klien saat perawatan diri : Mandi Gosok gigi Keramas Ganti pakaian Berhias Gunting kuku

Beri pujian setelah klien selesai

48

Gunting kuku melaksanakan perawatan diriKlien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri

Klien dapat melaksanakan praktek perawatan diri secara mandiri

Mandi 2 X sehari Gosok gigi sehabis

makan Keramas 2 X seminggu Ganti pakaian 1 X sehari Berhias sehabis mandi Gunting kuku setelah

mulai panjang

Pantau klien dalam melaksanakan perawatan diri: Mandi Gosok gigi Keramas Ganti pakaian Berhias Gunting kuku

Beri pujian saat klien melaksanakan perawatan diri secara mandiri.

Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan diri

4. Keluarga dapat menjelaskan cara-cara membantu klien dalam memenuhi kebutuhan perawatan dirinya

5. Keluarga dapat menyiapkan sarana perawatan diri klien: sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, handuk, pakaian bersih, sandal, dan alat berhias

6. Keluarga dapat mempraktekan perawatan diri pada klien

Diskusikan dengan keluarga: Penyebab klien tidak melaksanakan

perawatan diri Tindakan yang telah dilakukan klien

selama di rumah sakit dalam menjaga perawatan diri dan kemajuan yang telah dialami oleh klien

Dukungan yang bisa diberikan oleh keluarga untuk meningkatkan kemampuan klien dalam perawatan diri

Diskusikan dengan keluarga tentang: Sarana yang diperlukan untuk

menjaga perawatan diri klien Anjurkan kepada keluarga

menyiapkan sarana tersebutDiskusikan dengan keluarga hal-hal yang perlu dilakukan keluarga dalam

49

perawatan diri : Anjurkan keluarga untuk

mempraktekkan perawatan diri (mandi, gosok gigi, keramas, ganti baju, berhias dan gunting kuku)

Ingatkan klien waktu mandi, gosok gigi, keramas, ganti baju, berhias, dan gunting kuku.

Bantu jika klien mengalami hambatan dalam perawatan diri

Berikan pujian atas keberhasilan klien

50

LAPORAN PENDAHULUANRESIKO BUNUH DIRI

I. MASALAH UTAMARESIKO BUNUH DIRI (RBD)

II. PROSES TERJADINYA MASALAHPengertian

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri.

Ada tiga macam perilaku bunuh diri, yaitu:

1. Isyarat bunuh diriIsyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”

Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah

2. Ancaman bunuh diri Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.

Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.

3. Percobaan bunuh diriPercobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.

51

Berdasarkan jenis-jenis bunuh diri diatas dapat dilihat data-data yang harus dikaji pada tiap jenisnya.

Penyebab

Penyebab Resiko Bunuh Diri adalah :

1. HDRPengertian

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang

negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan

harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).

Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :

1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus

operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus

hubungan kerja dll. Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga

diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan :

pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang

tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan perianal, dll),

harapan akan struktur, bentuk dan ffungsi tubuh yang tidak

tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang

tidak menghargai.

2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung

lama.

Tanda dan gejala

- Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat

tindakan terhadap penyakit

- Rasa bersalah terhadap diri sendiri

- Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu

- Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri

- Percaya diri kurang

- Mencederai diri

2. Perubahan sensori persepsi ; halusinasiPengertianPerubahan sensori persepsi ; halusinasi adalah suatu keadaan yang merupakan gangguan pencerapan (persepsi) panca indra tanpa ada

52

rangsangan dari luar yg dapat meliputi semua system penginderaan pada seseorang dalam keadaan sadar penuh ( baik ).

Tanda dan Gejala : Bicara, senyum dan tertawa sendiri. Menarik diri dan menghindar dari orang lain. Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata. Tidak dapat memusatkan perhatian. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan

lingkungannya), takut. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.

(Budi Anna Keliat,)

3. Gangguan isi pikir ; wahamPengertian Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan

penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan

tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien (1).

Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi dengan adanya waham.

Waham atau delusi adalah ide yang salah dan bertentangan atau

berlawanan dengan semua kenyataan dan tidak ada kaitannya degan

latar belakang budaya (Morgon,1998).

Tanda dan gejala

a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang

agama, kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali

secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan

b. Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga,

bermusuhan

c. Takut, kadang panik

d. Tidak tepat menilai lingkungan / realitas

e. Ekspresi tegang, mudah tersinggung

Akibat

Akibat perilaku bunuh diri adalah cedera atau kematian. Jika perilaku bunuh diri mengakibatkan kematian maka tindakan yang dilakukan adalah perawatan jenazah.

Cedera yang disebabkan oleh perilaku bunuh diri sangat dipengauhi oleh cara seseorang melakukan percobaan bunuh diri, Jika perilaku bunuh diri dilakukan dengan menggantung maka cedera yang terjadi adalah berupa jejas di leher. Jika minum racun maka akan terjadi pencederaan di lambung dan saluran pencernaan. Untuk itu intervensi yang dilakukan juga sangat tergantung dengan cedera yang terjadi.

53

III. POHON MASALAH

Risiko Cedera / kematian

Risiko bunuh diri

Harga diri Rendah Halusinasi Gangguan isi pikir

Waham

IV. Diagnosa Perawatan

Resiko Bunuh diri

V. Tindakan Perawatan

Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan :

Risiko Bunuh Diri

1. Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri

a. Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat

b. Tindakan : Melindungi pasien

Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara dapat melakukan tindakan berikut:

1) Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman

2) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)

3) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien mendapatkan obat

4) Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri

54

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan

bunuh diri

a. Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang

mengancam atau mencoba bunuh diri

b. Tindakan:

1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan

pernah meninggalkan pasien sendirian

2) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-

barang berbahaya disekitar pasien

3) Mendiskusikan dengan keluarga ja untuk tidak sering melamun sendiri

4) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara

teratur

Isyarat Bunuh Diri dengan diagnosa harga diri rendah

1. Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri

a. Tujuan:

1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya

2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya

3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya

4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik

b. Tindakan keperawatan

1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu

dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.

2) Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:

a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.

b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.

c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting

d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh

pasien

55

e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan

3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:

a) Mendiskusikan dengan pasien cara

menyelesaikan masalahnya

b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara

penyelesaian masalah

c) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang

lebih baik

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien isyarat bunuh

diri

a. Tujuan : keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.

b. Tindakan keperawatan:

1) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri

a) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang

penah muncul pada pasien.

b) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul

pada pasien berisiko bunuh diri.

2) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri

a) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila

pasien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.

b) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:

(1) Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di

tempat yang mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci

diri di kamarnya atau jangan meninggalkan pasien sendirian di

rumah

(2) Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh

diri. Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan

untuk bunuh diri, seperti: tali, bahan bakar minyak / bensin, api,

pisau atau benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti

obat nyamuk atau racun serangga.

(3) Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan

pengawasan apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat.

56

Jangan pernah melonggarkan pengawasan, walaupun pasien

tidak menunjukan tanda dan gejala untuk bunuh diri.

c) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.

3) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila

pasien melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:

a) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat

untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut

b) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas

mendapatkan bantuan medis

4) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia

bagi pasien

a) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga

kesehatan

b) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien

berobat/kontrol secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh

dirinya.

c) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat

sesuai prinsip lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya,

benar dosisnya, benar cara penggunakannya, benar waktu

penggunaannya.

57

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

A. Masalah Utama :

Perubahan proses pikir : waham

B. Proses terjadinya masalah

1. Waham

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian

realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat

intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh

faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan,

kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya.

(Budi Anna Keliat,1999).

Tanda dan Gejala :

a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,

kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara

berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan

b. Klien tampak tidak mempunyai orang lain

c. Curiga

d. Bermusuhan

e. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)

f. Takut, sangat waspada

g. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas

h. Ekspresi wajah tegang

i. Mudah tersinggung

(Azis R dkk, 2003)

2. Penyebab dari Waham

Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu

Gangguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian

individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh

perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan

sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,

dan merasa gagal mencapai keinginan.

58

Tanda dan Gejala :

a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan

terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)

b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri

sendiri)

c. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)

d. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)

e. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan

yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

( Budi Anna Keliat, 1999)

3. Akibat dari Waham

Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai

diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu

tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang

lain dan lingkungan.

Tanda dan Gejala :

a. Memperlihatkan permusuhan

b. Mendekati orang lain dengan ancaman

c. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai

d. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan

e. Mempunyai rencana untuk melukai

C. Pohon Masalah

Perubahan proses pikir: Waham

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

(Keliat, BA, 1999)

D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

1. Masalah keperawatan:

a. Resiko menciderai diri, orang lain, dan lingkungan

b. Perubahan proses pikir : waham

c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

2. Data yang perlu dikaji:

a. Resiko menciderai diri, orang lain, dan lingkungan

59

Data subjektif

Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin

membunuh, dan ingin membakar atau mengacak-acak

lingkungannya.

Data objektif

Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang,

melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

b. Perubahan proses pikir : waham

Data subjektif :

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,

kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara

berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.

Data objektif :

Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,

merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik,

sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan/ realitas,

ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.

c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

Data subjektif

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-

apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan

malu terhadap diri sendiri

Data objektif

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih

alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri

hidup

E. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan

waham.

2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

F. Rencana Keperawatan

Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

berubungan dengan waham.

Tujuan umum :

60

Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.

Tujuan khusus:

Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Tindakan:

1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri,

jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak

yang jelas (topik, waktu, tempat).

2. Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat

menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai

ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi

ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.

3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan

perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman,

gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.

4. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan

perawatan diri.

Rasional :

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan

interaksinya

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Tindakan :

1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.

2. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan

saat ini yang realistis.

3. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk

melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan

diri).

4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan

waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

Rasional :

61

dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan

memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi

klien dari pada hanya memikirkannya

Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi

Tindakan :

1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah

maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).

3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.

4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan

memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).

5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan

wahamnya.

Rasional :

Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat

merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan

klien tersebut sehingga klien merasa nyaman dan aman

Klien dapat berhubungan dengan realitas.

Tindakan :

1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan

waktu).

2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.

3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

Rasional :

menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih

benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat

menghilangkan waham yang ada

Klien dapat menggunakan obat dengan benar

Tindakan :

62

1. Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan

efek samping minum obat.

2. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien,

obat, dosis, cara dan waktu).

3. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

4. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

Rasional :

Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi

proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat

Klien dapat dukungan dari keluarga.

Tindakan :

1. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala

waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.

2. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

Rasional :

dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu

proses penyembuhan klien

Diagnosa 2: Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan

harga diri rendah

Tujuan umum :

Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan meningkat

harga dirinya.

Tujuan khusus :

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan

tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas

(waktu, tempat dan topik pembicaraan)

2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

4. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan

bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

63

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Tindakan :

1. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki

2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan

memberi pujian yang realistis

3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Tindakan :

1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke

rumah

Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki

Tindakan :

1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari

sesuai kemampuan

2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Tindakan :

1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

2. Beri pujian atas keberhasilan klien

3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan :

1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.

2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.

3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

64

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

I. Kasus (Masalah Utama)

65

Isolasi sosial

II. Proses Terjadinya Masalah

Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh

individu dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan

sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam. Dengan karakteristik :

tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi,

menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau

ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap

usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang

tidak bermakna. Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang

ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan yang berbeda dengan

orang lain, merasa tidak aman ditengah orang banyak. (Mary C. Townsend,

Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252).

Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok

mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan

keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak

(Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 :

423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi

dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan

akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan,

berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.

Penyebab

Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya

rasa percaya pada orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap

perkembangan sebelumnya, waham, sukar berinteraksi dimasa lampau,

perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut (Townsend,

M.C,1998:152). Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S,J (1998 : 345). Isolasi

sosial disebabkan oleh gangguan konsep diri harga diri rendah.

Gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah penilaian pribadi

terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku

memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :227). Menurut Townsend

(1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang

diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung.

Pendapat senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga

66

diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri

yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.

Tanda dan Gejala

Menurut Townsend, M.C (1998:152-153) & Carpenito,L.J (1998: 382)

isolasi sosial menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai

berikut:

Data subjektif :

a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan

b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki

Data objektif

a. Tampak menyendiri dalam ruangan

b. Tidak berkomunikasi, menarik diri

c. Tidak melakukan kontak mata

d. Tampak sedih, afek datar

e. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke

pintu

f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan

perkembangan usianya

g. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya

h. Kurang aktivitas fisik dan verbal

i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi

j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya

Akibat dari isolasi sosial

Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya

gangguan sensori persepsi halusinasi (Townsend, M.C, 1998 : 156).

Gangguan sensori persepsi halusinasi adalah persepsi sensori yang salah

(misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai

dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan

suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S, 1995:421). Menurut

Maramis (1998:119) halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang

apapun dari panca indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan

67

terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional,

organik atau histerik. Perubahan persepsi sensori halusinasi sering ditandai

dengan adanya:

Data subjektif:

a. Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat

b. Tidak mampu memecahkan masalah

c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara

atau melihat bayangan)

d. Mengeluh cemas dan khawatir

Data objektif:

a. Apatis dan cenderung menarik diri

b. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang

berhenti berbicara seolah-olah mendengarkan sesuatu

c. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

d. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai

e. Gerakan mata yang cepat

f. Pikiran yang berubah-rubah dan konsentrasi rendah

g. Respons-respons yang tidak sesuai (tidak mampu berespons terhadap

petunjuk yang kompleks.

III. a. Pohon Masalah

Gangguan sensori persepsi :Halusinasi

Isolasi Sosial

Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

b. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

1. Masalah Keperawatan

a. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

b. Isolasi sosial

68

c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

2. Data yang perlu dikaji

a. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

1) Data Subjektif

a) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan

dengan stimulus nyata

b) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang

nyata

c) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus

d) Klien merasa makan sesuatu

e) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

f) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar

g) Klien ingin memukul/melempar barang-barang

2) Data Objektif

a) Klien berbicar dan tertawa sendiri

b) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu

c) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan

sesuatu

d) Disorientasi

b. Isolasi sosial

1) Data Subyektif

Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab

dengan singkat ”tidak”, ”ya”.

2) Data Obyektif

Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri/menghindari orang

lain, berdiam diri di kamar, komunikasi kurang atau tidak ada

(banyak diam), kontak mata kurang, menolak berhubungan dengan

orang lain, perawatan diri kurang, posisi tidur seperti janin

(menekur)

c. Gangguan konsep diri (harga diri rendah)

1. Data subjektif:

a). Mengkritik diri sendiri atau orang lain

b). Perasaan tidak mampu

c). Rasa bersalah

69

d). Sikap negatif pada diri sendiri

e). Sikap pesimis pada kehidupan

f). Keluhan sakit fisik

g). Menolak kemampuan diri sendiri

h). Pengurangan diri/mengejek diri sendiri

i). Perasaan cemas dan takut

j). Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif

k). Mengungkapkan kegagalan pribadi

l). Ketidak mampuan menentukan tujuan

2. Data objektif:

a. Produktivitas menurun

b. Perilaku destruktif pada diri sendiri

c. Menarik diri dari hubungan social

d. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah

e. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan

IV. Diagnosa Keperawatan

1. Ganggua sensori persepsi : Halusinasi

2. Isolasi sosial

V. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Gangguan sensori persepsi ; halusinasi

Tujuan umum: Tidak terjadi perubahan persepsi sensori: halusinasi

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan:

- Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan

diri, jelaskan tuiuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat

kesepakatan / janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu.

- Beri perhatian dan penghargaan: temani kilen walau tidak menjawab

- Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan

terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

b. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri

Tindakan:

- Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.

70

- Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.

c. Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain

Tindakan:

- Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.

- Bantu mengidentifikasikan kernampuan yang dimiliki untuk bergaul.

d. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap:

klien-perawat, klien-perawat-klien lain, perawat-klien-kelompok,

klien-keluarga.

Tindakan:

- Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin

perawat yang sama.

- Motivasi temani klien untuk berkenalan dengan orang lain

- Tingkatkan interaksi secara bertahap

- Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi

- Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi

- Fasilitasi hubungan kilen dengan keluarga secara terapeutik

e. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan

orang lain.

Tindakan:

- Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi / kegiatan

- Beri pujian atas keberhasilan klien

f. Klien mendapat dukungan keluarga

Tindakan:

- Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui

pertemuan keluarga

- Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

2. Isolasi sosial

Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

- Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip

komunikasi terpeutik

71

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Tindakan :

- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

- Setiap bertemu klien hindarkan dari penilaian negatif.

- Utamakan memberi pujian yang realistik.

c. Klien dapat menilai kemampun yang dimiliki

Tindakan :

- Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan

selama sakit

- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkn penggunaannya.

d. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki

Tindakan :

- Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari

sesuai kemampuan

- Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien

- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan

kemampuannya

Tindakan :

- Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah

direncanakan

- Beri pujian atas keberhasilan klien

- Diskusikan kemungkinan pelaksanan di rumah

f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan :

- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

dengan harga diri rendah

- Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat

- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

72