Laporan Penyuluhan 1 Diare & Osteoporosis

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN

1. Latar Belakang

Sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, apabila ditinjau dari angka kesakitan dan kematian. Dimana dari data berdasarkan kajian analisis dari penelitian survey Depkes (2000) yang pernah dilakukan diketahui bahwa angka kesakitan diare masih tinggi yaitu pada semua kelompok umur sebanyak 280 kasus per 1000 penduduk. Menurut penelitian Diah (2005) angka kematian bayi diatas AKB nasional yang hanya 36 per 1000 kelahiran hidup, dimana angka absolute kamatian bayi untuk tahun 2005 hampir 2000 bayi maka sangatlah penting bagi kita menempatkan diare pada prioritas program kesehatan (Depkes, 2005). Penyakit diare adalah buang air besar atau defekasi yang encer dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa darah dan atau lender dalam tinja (Mansjoer, 2000). Berdasarkan ilmu pengetahuan pada saat ini dimana teknologi untuk pencegahannya sudah cukup dikuasai, akan tetapi permasalahan tentang penyakit diare dalam masyarakat, sampai saat ini masih merupakan masalah yang relatif besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi penyakit diare tidak cukup hanya dengan menguasai teknologi pengobatan maupun pencegahannya saja (Depkes, 1996). Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare adalah faktor lingkungan, praktik penyapihan yang buruk dan malnutrisi. Diare dapat menyebar melalui praktik-praktik yang tidak higienis seperti menyiapkan makanan dengan tangan yang belum dicuci, setelah buang air besar ataumembersihkan tinja seorang anak serta membiarkan seorang anak bermain didaerah di mana ada tinja yang terkontaminasi bakteri penyebab diare. Perilaku ibu dalam menjaga kebersihan dan mengolahmakanan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang cara

pengolahandan penyiapan makanan yang sehat dan bersih.

Pengetahuan dan kesadaran orang tua terhadap masalah kesehatan balitanya tentu sangat penting agar anak yang sedangmengalami diare tidak jatuh pada kondisi yang lebih buruk. Dehidrasi dan malnutrisi adalah akibat yang palingberat dari diare, keduanya dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat jika tidak diobati dengan benar.

Adapun alasan mengapa penyuluhan diangkat topik diare pada balita yaitu : a. Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran virus penyebab diare. b. Sampai saat ini penyakit diare merupakan masalah kesehatan di Indonesia, baik ditinjau dari angka kesakitan dan kematian yang ditimbulkannya c. Perilaku ibu dalam menjaga kebersihan dan mengolah makanan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang cara pengolahan dan penyiapan makanan yang sehat dan bersih d. Pengetahuan dan kesadaran orang tua terhadap masalah kesehatan balitanya tentu sangat penting agar anak yang sedang mengalami diare tidak jatuh pada kondisi yang lebih buruk

2. Tempat / Waktu Kegiatan / peserta Adapun tempat/lokasi penyuluhan yang saya lakukan yaitu di sekolah SD Negeri 5 yang diadakan oleh Puskesmas Baiturrahman di Neusu Aceh pada hari Rabu tanggal 23 November 2011 dengan peserta anak murid sekolah kelas 3 SD Negeri 5 Neusu

3. Metode penyuluhan Adapun metode penyuluhan yang dilakukan yaitu dengan cara komunikasi langsung dengan anak-anak Sekolah Dasar Negeri 5 kelas 3 yang berada di kelas saat dilakukan penyuluhan dengan materi penyuluhan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan memberi kesempatan interaksi tanya jawab sesudah penyuluhan selesai disampaikan. materi

4. Penjelasan Masalah Kesehatan Materi yang disampaikan yaitu mengenai pentingnya higiene makanan dalam menurunkan kejadian diare pada balita. Adapun hal-hal yang disampaikan yaitu: a) b) c) d) Apa itu higiene makanan? Mengapa higiene makanan itu penting? Mengapa diare perlu diatasi segera? Bagaimana kejadian diare dapat dicegah?

5. Tanya jawab Adapun pertanyaan paserta penyuluhan : a) Jika diare, bolehkah kita makan makanan jajanan (ex: siomay,sosis,gula merah) ?

Jawab : Tidak boleh. Karena makanan jajanan sekarang banyak mengandung zat-zat yang berbahaya. Seperti formalin yang biasa digunakan untuk mengawetkan mayat, zat pewarna yang biasanya untuk mewarnai. Sebaiknya kalian membawa makanan dari rumah yang disiapkan oleh orangtua, itu lebih bagus. Dan perbanyak makan buah-buahan.

b)

Adakah pantangan untuk anak anak yang sedang diare ?

Jawab : Tidak ada. Seorang anak yang sedang diare tetap diberikan makanan seperti biasa.. Dapat pula diberikan cairan rumah tangga pengganti oralit, seperti air tajin atau jus buah. Inti dari penatalaksanaan pada anak yang sedang diare adalah pencegahan dehidrasi dengan penggantian cairan yang keluar, dan pencegahan kekurangan nutrisi pada anak yang dapat menyebabkan gizi kurang. Karena biasanya anak yang sedang diare tidak mau makan.

6) Penutup Penyuluhan dilakukan di sekolah SD Negeri 5 Neusu Aceh oleh Puskesmas Baiturrahman di daerah Neusu Aceh dengan peserta penyuluhan anak Sekolah Dasar kelas 3 yang berada di kelas sekolah. Tanggapan para peserta penyuluhan cukup baik dan antusias mendengarkan materi penyuluhan mengenai diare. Adapaun harapan yang ingin dicapai dengan adanya penyuluhan ini adalah peserta penyuluhan mempunyai pengetahuan mengenai bahayanya makanan jajajan dan pengeruh makanan jajanan terhadap diare. Diharapkan untuk kedepannya penyuluhan dapat dilakukan lebih intensif sehingga angka kematian akibat penyakit diare tidak meningkat.

Disetujui Kepala Puskesmas Baiturrahman

Banda Aceh,

November 2011

Dokter Pembimbing

( dr. Faisal Heri ) NIP. . 197709202006041007

(dr. Yessi Sunari W ) NIP. . 197707022010012010

DOKUMENTASI PENYULUHAN

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN

1. Latar Belakang

Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa sering kali dilihat dari usia harapan hidup penduduknya. Di Indonesia, berkat kemajuan ilmu dan teknologi terutama dibidang kesehatan, meningkatnya mutu dan meluasnya pelayanan kesehatan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan, angka harapan hidup menjadi rata-rata 68,3 tahun pada tahun 2002. Meningkatnya usia harapan hidup orang Indonesia mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk lansia. Jika pada tahun 1990 jumlah lansia masih sekitar 6,6% dari jumlah penduduk, maka tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 11%. Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang sudah mencapai usia lanjut tersebut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihalangi. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah yang nantinya akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis

Salah satu masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian serius pada masa usia lanjut adalah osteoporosis. Osteoporosis atau tulang keropos adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya kepadatan massa tulang dan kerusakan mikro arsitektur jaringan tulang yang mengakibatkan tulang rapuh dan mudah patah. Pada penyakit ini tulang menjadi rapuh dan pada akhirnya patah, sama seperti penyakit kronis lainnya, tidak menunjukkan gejala awal, dan tidak terdiagnosa hingga patah tulang terjadi. Penyebab osteoporosis diantaranya rendahnya hormon estrogen pada wanita, rendahnya aktivitas fisik, kurangnya paparan sinar matahari, obat-obatan yang menurunkan massa tulang, usia lanjut dan rendahnya asupan kalsium. Hal ini terbukti dengan rendahnya konsumsi kalsium rata- rata di Indonesia yang hanya 254 mg per hari dari 1000-1200 mg per hari menurut standar internasional (Depkes, 2005).

Menurut WHO, osteoporosis menduduki peringkat kedua, di bawah penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia. Menurut data internasional Osteoporosis Foundation, lebih dari 30% wanita diseluruh dunia mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat osteoporosis, bahkan mendekati 40%. Sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13%. Menurut Departemen Kesehatan RI, dampak osteoporosis di Indonesia sudah dalam tingkat yang patut diwaspadai, yaitu mencapai 19,7% dari populasi. Hasil studi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan, yang melakukan penelitian dari tahun 1999 2002 pada beberapa Propinsi di Indonesia didapatkan bahwa satu dari lima perempuan mengalami osteoporosis pada usia memasuki 50 tahun. Dan pada laki-laki umur 55 tahun. Kejadian osteoporosis lebih tinggi pada wanita ( 21,74 % ) dibandingkan dengan laki-laki (14,8 %). Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan tulang, jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Penyebab osteoporosis dipengaruhi oleh berbagai faktor dan pada individu bersifat multifaktoral seperti gaya hidup tidak sehat, kurang gerak/tidak berolah raga serta pengetahuan mencegah osteoporosis yang kurang akibat kurangnya akibat akti

vitas fisik yang dilakukan sehari-hari mulai anak-anak sampai dewasa, serta kurangnya asupan kalsium, maka kepadatan tulang menjadi rendah sampai terjadinya osteoporosis. Persoalan osteoporosis pada lansia erat sekali hubungannya dengan kemunduran produksi beberapa hormone pengendali remodeling tulang, seperti Kalsitonim dan hormone seks. Dengan bertambahnya usia, produksi beberapa hormone tersebut akan merosot, hanya saja penurunan produksi beberapa osteoblast, sehingga memungkinkan terjadinya pembentukan tulang, akan mengendur

aktivitasnya setelah seseorang menginjak usia ke 50 disusul tahun terakhir adalah testosterone pada kurun waktu usia 48 52. Persoalan besar akan muncul juga jika terjadi gangguan dalam keseimbangan kedua proses itu, seperti yang terjadi pada osteoporosis. Dalam osteoporosis proses demineralisasi lebih cepat dan lebih tinggi dibandingkan dengan proses meneralisasi. Resikonya terjadilah pengeroposan tulang. Tulang akan kehilangan masa dalam jumlah besar sehingga kekuatannya pun merosot drastis. Kondisi ini tentu tidak bisa diabaikan begitu saja penurunan sepersepuluh kepadatan tulang saja menimbulkan resiko patah tulang 2 3 kali lebih sering, jika kondisi ini dibiarkan resiko terjadi patah tulang sulit dihindari. Proses tidak seimbang bisa muncul secara alamiah seperti akibat pengaruh usia lanjut, menopause, gangguan hormonal, dan ketidak aktifan tubuh. Adapun alasan mengapa penyuluhan diangkat topik Osteoporosis yaitu : a. Menurut WHO, osteoporosis menduduki peringkat kedua, masalah kesehatan utama. b. Masih tingginya angka kejadian Osteoporosis pada usia lanjut usia di daerah Aceh. c. Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam hal mencegah terjadinya Osteoporosis pada lanjut usia.

2. Tempat / Waktu Kegiatan / peserta Adapun tempat/lokasi penyuluhan yang saya lakukan yaitu di Puskesmas baiturrahman pada hari Kamis tanggal 24 November 2011 dengan peserta ibu-ibu dan bapak- bapak yang sedang mengantri di ruang antrian obat di puskesmas.

3. Metode penyuluhan Adapun metode penyuluhan yang dilakukan yaitu dengan cara komunikasi langsung kepada ibu-ibu dan bapak-bapak yang berada ditempat saat dilakukan penyuluhan dengan materi penyuluhan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan memberi kesempatan interaksi tanya jawab sesudah disampaikan. materi penyuluhan selesai

4. Penjelasan Masalah Kesehatan Materi yang disampaikan yaitu mengenai pentingnya mencegah osteoporosis pada lanjut usia dan menurunkan kejadian patah tulang akibat osteoporosis pada lanjut usia. Adapun hal-hal yang disampaikan yaitu: a) Pengertian Osteoporosis ? b) Yang beresiko terkena Osteoporosis ? c) Gejala Osteoporosis ? d) Pencegahan Osteoporosis ?

5. Tanya jawab Adapun pertanyaan peserta penyuluhan : a) Apakah yang menyebabkan terjadinya penyakit osteoporosis? Jawab : Berdasarkan penyebabnya, osteoporosis dibagi menjadi dua yaitu osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer berkaitan dengan kekurangan hormon (khususnya wanita) dan kenaikan usia serta ketuaan, sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh berbagai keadaan klinis tertentu atau penyakit lain.

b) Apakah penderita osteoporosis pasti akan menderita patah tulang? Jawab : Penyakit osteoporosis adalah penyakit tulang yang membuat massa tulang tidak padat , jika massa dalam tulang makin lama makin menghilang maka akan mudah terjadi patah tulang. Kebanyakan dari penderita osteoporosis adalah cepat terjadi patah tulang jika terjadi benturan. Tapi belum tentu smua akan patah tulang akibat osteoporosis.

6) Penutup Penyuluhan dilakukan di Puskesmas Baiturrahman kepada ibu-ibu dan bapakbapak yang berada di ruang tunggu puskesmas mengenai Osteoporosis. Tanggapan para peserta penyuluhan cukup baik dan antusias mendengarkan materi penyuluhan. Adapaun harapan yang ingin dicapai dengan adanya penyuluhan ini adalah peserta penyuluhan mempunyai pengetahuan mengenai Osteoporosis sehingga memiliki sikap waspada terhadap bahaya patah tulang yang diakibatkan oleh Osteoporosis, serta mampu melakukan upaya-upaya pencegahan terjadinya osteoporosis.

Diharapkan untuk kedepannya penyuluhan dapat dilakukan lebih intensif sehingga angka kualitas hidup lanjut usia lebih baik.

Disetujui Kepala Puskesmas Baiturrahman

Banda Aceh,

November 2011

Dokter Pembimbing

( dr. Faisal Heri ) NIP. . 197709202006041007

(dr. Yessi Sunari W ) NIP. . 197707022010012010

DOKUMENTASI PENYULUHAN