23
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA PENYULUHAN MANDIRI FILARIASIS Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Cimanggis Disusun Oleh : Febri Qurrota Aini, S.Ked 1320221136

Laporan Penyuluhan Filariasis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan

Citation preview

Page 1: Laporan Penyuluhan Filariasis

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

PENYULUHAN MANDIRI

FILARIASIS

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Puskesmas Cimanggis

Disusun Oleh :

Febri Qurrota Aini, S.Ked 1320221136

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN ”VETERAN” JAKARTA

Puskesmas Cimanggis, Kota Depok

Periode 25 Mei – 1 Agustus 2015

Page 2: Laporan Penyuluhan Filariasis

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Filariasis

Hari / Tanggal : Rabu, 22 Juni 2015

Waktu : 07.30 – 08.00 WIB

Tempat : Ruang tunggu Poli Umum Puskesmas Beji, Depok

Sasaran : Pasien Puskesmas Cimanggis

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukannya penyuluhan selama ±30 menit, diharapkan audiens mengerti

mengenai Filariasis serta gejala klinisnya.

2. Tujuan Khusus

Untuk audiens diharapkan setelah dilakukannya penyuluhan selama ±30 menit dapat:

a. Mengetahui dan mengerti tentang Filariasis

b. Mengetahui dan mengerti tentang penyebab Filariasis

c. Mengetahui dan mengerti tentang gejala Filariasis

d. Mengetahui dan mengerti Pencegahan Penyakit Filariasis

e. Mengetahui dan mengerti tentang pengobatan Filariasis

B. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

C. Media

1. Leaflet

D. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan

Kegiatan Penyuluh Kegiatan Audiens

PENDAHULUAN

Penyuluh memberikan salam dan

memperhatikan kesiapan warga

terhadap materi yang akan

Menjawab salam dan memperhatikan

penyuluh

Page 3: Laporan Penyuluhan Filariasis

dipresentasikan

Apersepsi dilakukan penyuluh dengan

masyarakat tentang filariasis

Menyimak

Menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai

Menyimak

KEGIATAN INTI

Menjelaskan tentang definisi filariasis Menyimak

Menjelaskan tentang penyebab

Filariasis

Menyimak

Menjelaskan tentang gejala filariasis Menyimak

Menjelaskan pencegahan filariasis Menyimak

Menjelaskan pengobatan filariasis Menyimak

PENUTUP

Menyimpulkan semua materi yang

dibahas

Menyimak

Diskusi dan tanya jawab Berperan aktif

Pemberian suvenir untuk audiens

yang bertanya atau menjawab

pertanyaan

Berperan aktif

Memberikan salam penutup dan pesan

singkat

Menjawab salam dan menyimak

E. Materi

Materi tentang nutrisi untuk anak terdiri dari :

a. Definisi filariasis

b. Penyebab filariasis

c. Gejala klinis filariasis

d. Pencegahan filariasis

e. Pengobatan filariasis

Page 4: Laporan Penyuluhan Filariasis

FILARIASIS

DEFINISI

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria Wuchereria bancrofti, Brugia

malayi atau B. timori. Parasit ini ditularkan pada tubuh manusia melalui gigitan nyamuk

Armigeres, Mansonia, Culex, Aedes dan Anopheles yang mengandung larva stadium III atau

(L3). Ketika masih dalam bentuk larva dan mikrovilia, cacing ini berada di dalam darah. Pada

saat berubah menjadi cacing dewasa, cacing-cacing ini akan menyerang pembuluh limfatik

sehingga menyebabkan kerusakan parah dan pembengkakan. Jika tidak segera diobati,

penyakit ini dapat menyebabkan cacat berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin.

ETIOLOGI

Penyebab utama Filariasis limfatik :

1. Filaria bancrofti (Wuchereria bancrofti)

Filariasis bancrofti adalah infeksi yang disebakan oleh Wuchereria bancrofti. Cacing

dewasa hidup di dalam kelenjar dan saluran limfe, sedangkan mikrofilaria ditemukan

di dalam darah. Secara klinis, infeksi bias terjadi tanpa gejala atau manifestasinya

berupa peradangan dan sumbatan saluran limfe. Manusia merupakan satu-satunya

hospes yang diketahui. Wuchereria bancrofti akan mencapai kematangan seksual

dikelenjar dan saluran limfe. Cacing dewasa berwarna putih, kecil seperti benang.

Cacing jantan berukran 40 mm x 0,2 mm, sedangkan cacing betina berukuran dua

kali cacing jantan yaitu 80-100 mm x 0.2-0.3 mm.

2. Filaria malayi (Brugia malayi)

Penyebab Filariasis Malayi adalah filaria Brugia malayi. Cacing dewasa jenis ini

memiliki ukuran panjang 13-33 mm dengan diaameter 70-80 mikrometer. Sedangkan

cacing betinanya berukuran panjang 43-55 mm dan berdiameter 130-170 mikrometer.

3. Timor microfilaria (Brugia timori)

Penyebab penyakit ini adalah filaria tipe Brugia timori. Cacing jantan berukuran

panjang 20 mm dengan diameter 70-80 mikrometer. Sedangkan yang betina

berukuran panjang 30 mm dengan diameter 100 mikrometer. Filaria tipe ini terdapat

di daerah Timor, pulau Rote, Flores dan beberapa pulau sekitarnya.

Page 5: Laporan Penyuluhan Filariasis

Cacing dewasa hidup di dalam saluran dan kelenjar limfe. Vektornya adalah

Anopheles barbirostis. Mikrofilarianya menyerupai mikrofilaria Brugia Malayi, yaitu

lekuk badannya patah-patah dan susunan intinya tidak teratur, perbedaannya terletak

di dalam hal :

1.Panjang kepala sama dengan 3x lebar kepala

2.Ekornya mempunyai 2 inti tambahan, yang ukurannya lebih kecil daripada inti-inti

lainnya dan letaknya lebih berjauhan bila dibandingkan dengan letak inti tambahan

Brugia malayi.

3.Sarungnya tidak mengambil warna pulasan Giemsa

4.Ukurannya lebih panjang daripada mikrofilaria Brugia malayi. Mikrofilaria bersifat

periodik nokturnal.

Filariasis limfatik ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles spp.,Culex spp., Aedes spp.

dan Mansonia spp.

Penyebab Filariasis subkutan:

1. Onchorcercia spp

Penyebab penyakit ini adalah Onchocerca volvulus. Juga dikenal sebagai hanging

groins, leopard skin, river blindness, atau sowda. Gejala klinis akibat adanya

microfilaria di kulit dan termasuk pruritus, bengkak subkutaneous, lymphadenitis, dan

kebutaan

Cacing dewasa berukuran panjang 10-42 mm dengan diameter 130-210 mikrometer.

Sedangkan cacing betina berukuran panjang 33,5-50 mm dengan diameter 270-400

mikrometer.

Cacing dewasa berada dalam nodulus di jaringan subkutis atau lebih dalam, biasanya

timbul di daerah pelvis, temporal dan daerah occipital. Mikrofilarianya dapat

ditemukan didalam jaringan subkutis, darah tepi, urine dan sputum.

2. Loaiasis

Penyababnya adalah cacing Loa loa. Cacing jantan memiliki panjang 30-34 mm dan

lebar 0,35-0,43 mm. Sedangkan cacing betina loa-loa berukuran 40-70 mm dengan

lebar 0,5 mm. Lalat buah mangga atau deerflies dari Chrysops diduga sebagai vektor

dari penyakit loaiasis.

Page 6: Laporan Penyuluhan Filariasis

MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala filariasis bancrofti sangat berbeda dari satu daerah endemik dengan daerah

endemic lainnya. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan intensitas paparan

terhadap vektor yang infektif diantara daerah endemic tersebut.

Asymptomatic amicrofilaremia, adalah suatu keadaan yang terjadi apabila seseorang yang

terinfeksi mengandung cacing dewasa, namun tidak ditemukan mikriofilaria didalam darah,

atau karena microfilaremia sangat rendah sehingga tidak terdeteksi dengan prosedur

laboratorium yang biasa.

Asymptomatic microfilaremia, pasien mengandung microfilaremia yang berat tetapi tanpa

gejala sama sekali.

Manifestasi akut, berupa demam tinggi (demam filarial atau elefantoid), menggigil dan lesu,

limfangitis dan limfadenitis yang berlangsung 3-15 hari, dan dapat terjadi beberapa kali

dalam setahun. Pada banyak kasus, demam filarial tidak menunjukan microfilaremia.

Limfangitis akan meluas kedaerah distal dari kelenjar yang terkena tempat cacing ini tinggal.

Limfangitis dan limfadenitis berkembang lebih sering di ekstremitas bawah dari pada atas.

Selain pada tungkai, dapat mengenai alat kelamin, (tanda khas infeksi W.bancrofti) dan

payudara.

Manifestasi kronik, disebabkan oleh berkurangnya fungsi saluran limfe terjadi beberapa

bulan sampai bertahun-tahun dari episode akut. Gejala klinis bervariasi mulai dari ringan

sampai berat yang diikuti dengan perjalanan penyakit obstruksi yang kronis. Tanda klinis

utama yaitu hydrocele,limfedema,elefantiasis dan chyluria, meningkat sesuai bertambahnya

usia.

Manifestasi genital, di banyak daerah, gambaran kronis yang terjadi adalah hydrocele.

Selain itu dapat dijumpai epedidimitis kronis, funikulitis, edem karena penebalan kulit

skrotum, sedangkan pada perempuan bisa dijumpai limfedema vulva. Limfedema dan

elefantiasis ekstremitas, episode limfedema pada ekstremitas akan menyebabkan elefantiasis

di daerah saluran limfe yang terkena dalam waktu bertahun-tahun. Lebih sering terkena

ekstremitas bawah. Pada W.bancrofti, infeksi didaerah paha dan ekstremitas bawah sama

seringnya, berbeda dengan B.malayi yang hanya mengenai ekstremitas bawah saja.

Progresivitas filarial limfedema dibagi atas 3 derajat (WHO) :

Derajat 1 : Limfedema umumnya bersifat edem pitting, hilang dengan spontan bila

kaki dinaikan.

Derajat 2 : Limfedema umumnya edem non pitting, tidak secara spontan hilang

dengan menaikan kaki.

Page 7: Laporan Penyuluhan Filariasis

Derajat 3 : Limfedema (elefantiasis),volume edem non fitting bertambah dengan

dermatosclerosis dan lesi papillomatous.

PATOFISIOLOGI

Penularan ke manusia melalui gigitan vektor nyamuk (Mansonia dan Anopheles). Bila

manusia digigit maka microfilaria akan menempel di kulit dan menembus kulit melalui luka

tusuk dan melalui sistem limfe ke kelenjar getah bening. Cacing yang sedang hamil akan

menghasilkan microfilaria. Cacing tersebut muncul dalam darah dan menginfeksi kembali

serangga yang menggigit.

Pada manusia, masa pertumbuhan penularan filariasis belum diketahui secara pasti, tetapi

diduga ± 7 bulan. Microfilaria yang terisap oleh nyamuk melepaskan sarungnya di dalam

lambung, menembus dinding lambung dan bersarang diantara otot-otot torax. Mula-mula

parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis dan disebut larva stadium I. dalam waktu

± seminggu, larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang dan disebut

larva stadium II. Pada hari ke 10 dan selanjutnya, larva ini bertukar kulit sekali lagi, tumbuh

makin panjang dan lebih kurus dan disebut larva stadium III. Larva ini sangat aktif dan sering

bermigrasi mula-mula ke rongga abdomen kemudia ke kepala dan alat tusuk nyamuk. Bila

nyamuk yang mengandung larva stadium III ini menggigit manusia, maka larva tersebut

secara aktif masuk melalui luka tusuk ke dalam tubuh hospes dan bersarang di saluran limpah

setempat. Di dalam tubuh hospes, larva ini mengalami dua kali pergantian kulit, tumbuh

menjadi larva stadium IV, stadium V atau stadium dewasa. Umur cacing dewasa filarial 5-10

tahun.Cara penularan filariasis melalui gigitan nyamuk Culex fatigans, Armigeres, Aedes,

Anopheles, dan Mansonia.

Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit

nyamuk yang terinfektif yaitu nyamuk yang mengandung larva infektif atau larva stadium III

(L3). Nyamuk tersebut mendapat cacing filaria kecil(mikrofilaria) sewaktu menghisap darah

penderita yang mengandung mikrofilaria atau binatang reservoar yang mengandung

mikrofilaria.8,9,12

Page 8: Laporan Penyuluhan Filariasis

Brugia timori ditularkan oleh An. barbirostris.  Didalam tubuh nyamuk betina,

mikrofilaria yang terisap waktu menghisap darah akan melakukan penetrasi pada dinding

lambung dan berkembang dalam otot thorax hingga menjadi larva filariform infektif,

kemudian berpindah ke proboscis. Saat nyamuk menghisap darah, larva filariform infektif

akan ikut terbawa dan masuk melalui lubang bekas tusukan nyamuk di kulit. Larva infektif

tersebut akan bergerak mengikuti saluran limfa dimana kemudian akan mengalami perubahan

bentuk sebanyak dua kali sebelum menjadi cacing dewasa.

GEJALA KLINIS

1. Gejala klinis akut filariasis, berupa :

1. Demam berulang ulang selama 3-5 hari. Demam dapat hilang bila istirahat dan

timbul lagi setelah bekerja berat.

2. Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha,

ketiak (lymphadentitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit.

3. Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit menjalar dari

pangkal kaki atau pangkal lengan ke arah ujung (retrograde lymphangitis).

Page 9: Laporan Penyuluhan Filariasis

4. Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening,

dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.

5. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, kantong zakar yang terlihat agak

kemerahan dan terasa panas (Early Imphodema).

2. Gejala kronis Filariasis berupa :

Pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar

(elephantiasis skroti). Gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem

limfatik dan oleh reaksi hiperresponsif berupa occult filariasis. Dalam perjalanan penyakit

filariasis bermula dengan adenolimfangitis akuta berulang dan berakhir dengan terjadinya

obstruksi menahun dari sistem limfatik. Perjalanan penyakit tidak jelas dari satu stadium ke

stadium berikutnya tetapi bila diurut dari masa inkubasi maka dapat dibagi menjadi : 3,7,12

1. Masa prepaten

Masa prepaten, masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia

berkisar antara 37 bulan. Hanya sebagian saja dari penduduk di daerah endemik yang menjadi

mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian

menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang

asimtomatik amikrofi laremik dan asimtomatik mikrofilaremik.

2. Masa inkubasi

Masa inkubasi, masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya gejala klinis

berkisar antara 8-16 bulan.

3. Gejala klinik akut

Gejala klinik akut merupakan limfadenitis dan limfangitis disertai panas dan malaise.

Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut dapat amikrofi

laremik maupun mikrofilaremik.

Filariasis bancrofti pembuluh limfe alat kelamin laki-laki sering terkena disusul funikulitis,

epididimitis dan orchitis. Adenolimfangitis inguinal atau aksila, sering bersama dengan

limfangitis retrograd yang umumnya sembuh sendiri dalam 3-15 hari dan serangan terjadi

beberapa kali dalam setahun.

Filariasis brugia Limfadenitis paling sering mengenai kelenjar inguinal, sering terjadi setelah

bekerja keras. Kadang-kadang disertai limfangitis retrograd. Pembuluh limfe menjadi keras

Page 10: Laporan Penyuluhan Filariasis

dan nyeri dan sering terjadi limfedema pada pergelangan kaki dan kaki. Penderita tidak

mampu bekerja selama beberapa hari. Serangan dapat terjadi 12 x/tahun sampai beberapa kali

perbulan. Kelenjar limfe yang terkena dapat menjadi abses, memecah, membentuk ulkus dan

meninggalkan parut yang khas, setelah 3 minggu 3 bulan.

4. Gejala menahun

Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama. Mikrofilaria

jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan adenolimfangitis masih dapat terjadi. Gejala

menahun ini menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas penderita serta

membebani keluarganya.

Filariasis bancrofti hidrokel paling banyak ditemukan. Di dalam cairan hidrokel ditemukan

mikrofilaria. Limfedema dan elefantiasis terjadi di seluruh tungkai atas, tungkai bawah,

skrotum, vulva atau buah dada, dan ukuran pembesaran di tungkai dapat 3 kali dari ukuran

asalnya.

Chyluria terjadi tanpa keluhan, tetapi pada beberapa penderita menyebabkan penurunan berat

badan dan kelelahan.

Filariasis brugia elefantiasis terjadi di tungkai bawah di bawah lutut dan lengan bawah,

sedang ukuran pembesaran ektremitas tidak lebih dari 2 kali ukuran asalnya.

DIAGNOSIS

Didaerah endemis, bila ditemukan adanya limfedema di daerah ekstremitas disertai dengan

kelainan genital laki-laki pada penderita dengan usia lebih dari 15 tahun, bila tidak ada sebab

lain seperti trauma atau gagal jantung kongestif kemungkinan filariasis sangat tinggi.

Pemeriksaan laboratorium dapat berupa :

1. Identifikasi mikrofilaria dari darah, cairan hidrokel atau walau sangat jarang dari cairan

tubuh lain. Bila sangat diperlukan dapat dilakukan Diethylcarbamazine provocative test.

2. Identifikasi cacing dewasa pada pembuluh limfe skrotum dan dada wanita dengan

memakai high frequency ultrasound dan teknik Doppler, cacing dewasa terlihat bergerak-

gerak ( filaria dance sign ) dalam pembuluh limfe yang berdilatasi. Pemeriksaan ini selain

memerlukan peralatan canggih juga sulit mengidentifikasi cacing dewasa di tempat lain.

3. Identifikasi antigen filaria ( circulating filarial antigen / CFA ) dengan teknik : ELISA,

Rapid Immu-nochromatography Card. Pemeriksaan ini memberikan nilai sensitifitas dan

spesifitas yang tinggi

Page 11: Laporan Penyuluhan Filariasis

4. Identifikasi DNA mikrofilaria melalui pemeriksaan PCR

5. Identifikasi antibodi spesifik terhadap filaria : sedang dikembangkan lebih lanjut karena

hasil dari penelitian awal menunjukkan nilai spesifitas yang kurang. Penelitian mengenai

deteksi antifilaria IgG4 memberi perbaikan akan kinerja uji identiifikasi antibodi terhadap

filaria karena reaksi silang terhadap antigen cacing lain relatif kecil. Perbaikan kinerja juga

diperlihatkan bila reagen yang dipakai berupa antigen rekombinan yang spesifik untuk filaria.

Uji identifikasi antibodi ini penting untuk menapis penderita filariasis yang disebabkan oleh

Brugia spp. karena uji identifikasi antigen untuk jenis cacing tersebut belum ada yang

memuaskan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan leukositosis dengan eosinofilia sampai 10-30%.

Cacing filaria dapat ditemukan dengan pengambilan darah tebal atau tipis pada waktu malam

hari antara jam 10 malam sampai jam 2 pagi yang dipulas dengan pewarnaan Giemsa atau

Wright. Dengan pemeriksaan sediaan darah jari yang diambil pukul mulai 20.00  malam

waktu setempat. Seseorang dinyatakan sebagai penderita filariasis, apabila dalam sediaan

darah tebal ditemukan mikrofilaria.

PENATALAKSANAAN

Terapi filariasis bertujuan untuk mencegah atau memperbaiki perjalanan penyakit. Obat

antifilaria berupa Diethylcarbamazine citrate ( DEC ) dan Ivermectine. DEC memiliki khasiat

anti mikrofilaria dan mampu membunuh cacing dewasa, Ivermectine merupakan anti

mikrofilaria yang kuat tapi tidak memiliki efek makrofilarisida.

Diethylcarbamazine citrate ( DEC )

Diethylcarbamazine merupakan senyawa sintetis turunan piperazine, dipasarkan dalam

bentuk senyawa garam sitrat ( DEC ).DEC tidak memiliki efek mematikan yang langsung

terhadap mikrofilaria tetapi dengan merubah struktur permukaan larva sehingga mudah

dikeluarkan dari jaringan tubuh dan membuatnya lebih mudah dihancurkan oleh sistim

pertahanan tuan rumah. Efek mematikan terhadap cacing dewasa secara in vivo dapat

ditunjukkan melalui pemantauan ultrasonografi, namun mekanisme pastinya belum diketahui.

Page 12: Laporan Penyuluhan Filariasis

Dosis 6 mg/kg BB dibagi dalam 3 dosis, setelah makan, selama 12 hari, pada Tropical

Pulmonary Eosinophylia (TPE) pengobatan diberikan selama tiga minggu. Pengobatan dapat

diulang 6 bulan kemudian bila masih terdapat mikrofilaremia atau masih menunjukkan

gejala. Efek samping bisa terjadi sebagai reaksi terhadap DEC atau reaksi terhadap cacing

dewasa yang mati. Reaksi terhadap DEC dapat berupa sakit kepala, malaise, anoreksia, rasa

lemah, mual, muntah, dan pusing. Reaksi tubuh terhadap protein yang dilepaskan pada saat

cacing dewasa mati dapat terjadi beberapa jam setelah pengobatan, didapat 2 bentuk yang

mungkin terjadi yaitu reaksi sistemik dan reaksi lokal.

Reaksi sistemik dapat berbentuk demam, sakit kepala, nyeri badan, pusing, anoreksia,

malaise dan muntah-muntah. Reaksi sistemik cenderung berhubungan dengan intensitas

infeksi. Reaksi lokal berbentuk limfadenitis,abses,dan transien limfedema. Pada Bancroftian

filariasis dapat terjadi funikulitis, epididimitis, dan hidrokel. Perdarahan retina, bronkospame,

dan ensefalopati walaupun sangat jarang namun pernah dilaporkan. Reaksi lokal terjadi lebih

lambat namun berlangsung lebih lama dari reaksi sistemik. Efek samping DEC lebih berat

pada penderita onchorcerciasis , sehingga obat tersebut tidak diberikan dalam program

pengobatan masal di daerah endemis filariasis dengan ko-endemis Onchorcercia valvulus.

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

1. Pemberantasan nyamuk dewasa

a.Anopheles : residual indoor spraying

b.Aedes : aerial spraying

2. Pemberantasan jentik nyamuk

a.Anopheles : Abate 1%

b.Culex : minyak tanah

c. Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan,

mengeringkan rawa dan saluran air

Page 13: Laporan Penyuluhan Filariasis

3. Mencegah gigitan nyamuk

a. Menggunakan kawat nyamuk/kelambu

b.Menggunakan Repellent

Penyuluhan tentang penyakit filariasis dan penanggulangannya perlu dilaksanakan sehingga

terbentuk sikap dan perilaku yang baik untuk menunjang penanggulangan filariasis. Sasaran

penyuluhan adalah penderita filariasis beserta keluarga dan seluruh penduduk daerah

endemis, dengan harapan bahwa penderita dengan gejala klinik filariasis segera

memeriksakan diri ke Puskesmas, bersedia diperiksa darah kapiler jari dan minum obat DEC

secara lengkap dan teratur serta menghindarkan diri dari gigitan nyamuk.

Page 14: Laporan Penyuluhan Filariasis

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman RE, HB Jenson, RM Kliegman. Lymphatic Filariasis (Brugria Malayi,

Brugria timori, Wuchereria Bancrofti) in Nelson Textbook of Pediatric 18th

Edition.2007 : 1502-1503

2. Rudolph Colin D, AM Rudolph. Parasitic Disease in Rudolph’s Pediatrics

Textbook of Pediatric 21st Edition.2007 : 1106-1108

3. Soedarmo Sumarmo SP, Herry garna, Sri Rezeki SH, Hindra Irawan S. Filariasis

dalam Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. Ikatan Dokter Anak

Indonesia. Jakarta, 2010 : 400-407

4. World Health Organization

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs102/en/ Lymphaticf

Filariasis.Diakses pada tanggal 5 Agustus 2015

5. World Health Organization.

http://www.who.int/lymphatic_filariasis/epidemiology/en/ Lymphatic Filariasisi,

Epidemiology. Diakses pada tanggal 5 Agustus 2015

6. Sri Oemijati, Masalah Dalam Pemberantasan Filariasis di Indonesia. Diunduh

dari:

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/

0464MasalahdalamPemberantasanFilariasis.pdf/04 64

MasalahdalamPemberantasanFilariasis.pdf Diakses pada tanggal 5 Agustus

2015

7. Wikipedia Filariasis. Diunduh dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Filariasis

Diakses pada tanggal 5 Agustus 2015

Page 15: Laporan Penyuluhan Filariasis

LAMPIRAN MEDIA PENYULUHAN (LEAFLET)

Page 16: Laporan Penyuluhan Filariasis
Page 17: Laporan Penyuluhan Filariasis

LAMPIRAN DOKUMENTASI