Upload
previasari-zahra-pertiwi
View
31
Download
1
Embed Size (px)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini penyakit tuberkulosis mendapat perhatian yang serius di
dunia kesehatan, karena kasus-kasus baru yang bermunculan. Di perkirakan 9
juta orang terinfeksi dan 3 juta orang meninggal akibat penyakit tuberkulosis
setiap tahunnya. Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya jumlah kasus TB
paru yang resisten terhadap beberapa antibiotik (Wihartini, 2008).
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
kuman Mycobacterium tuberculosis yang bersifat sistemik, yang dapat
bermanifestasi pada hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di
paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Ghafar, 2009).
Setiap tahunnya sekitar 4 juta penderita baru tuberkulosis paru menular
di dunia, ditambah lagi dengan penderita yang tidak menular. Artinya setiap
tahun di dunia ini akan ada sekitar 8 juta penderita tuberkulosis paru dan akan
ada sekitar 3 juta orang meninggal oleh karena penyakit ini. Di tahun 1990
tercatat ada lebih dari 45 juta kematian di dunia karena berbagai sebab,
dimana 3 juta diantaranya (7%) terjadi karena kasus tuberkulosis. Selain itu
25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah terjadi akibat
tuberkulosis. Tahun 1990 dikawasan Asia Tenggara telah muncul 3,1 juta
penderita baru tuberkulosis dan terjadi lebih dari satu juta kematian akibat
penyakit ini. Pada tahun 2005 di Asia Tenggara ada lebih dari 8,8 juta
penderita baru tuberkulosis dan lebih dari 1,6 juta kematian (Gunawan, 2011).
Munculnya atau meningkatnya beban TB global ini disebabkan
beberapa alasan utama. Pertama, kemiskinan pada berbagai penduduk, tidak
hanya pada negara yang sedang berkembang tetapi juga pada penduduk
perkotaan tertentu di negara maju. Kedua, adanya perubahan demografik
dengan meningkatnya penduduk dunia dan perubahan dari struktur usia
manusia yang hidup. Ketiga, perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi
pada penduduk di kelompok yang rentan terutama di negara-negara miskin.
Keempat, tidak memadainya pendidikan mengenai TB. Kelima, terlantar dan
kurangnya biaya untuk obat, sarana diagnostik, dan pengawasan kasus TB
1
dimana terjadi deteksi dan tatalaksana kasus yang tidak adekuat. Dan yang
terakhir, adanya epidemik HIV terutama di Afrika dan Asia (Sudoyo, 2006).
Laporan WHO pada tahun 2012, mencatat peringkat Indonesia di posisi
empat dengan jumlah kasus TBC sekitar 0,4-0,5 juta kasus. Lima negara
dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2011 adalah India, Cina,
Afrika Selatan, dan Indonesia (WHO Global Tuberculosis Control, 2012).
B. Tujuan Praktik Lapangan
1. Mengetahui faktor resiko penyakit TB
2. Mengetahui tanda dan gejala TB
3. Mengetahui penyebaran TB terutama pada keluarga penderita
4. Mengetahui hasil pemeriksaan sputum pasien dan keluarga pasien
5. Menginformasikan tentang penyakit TB dan penyebabnya
6. Menginformasikan tentang cara pencegahan dan pengobatan TB
C. Manfaat Penulisan
1. Menambah pengetahuan penderita, keluarga, serta mahasiswa mengenai
penyakit tuberkulosis
2. Menambah pengalaman dan kecakapan mahasiswa
3. Meningkatkan kepedulian dan ketanggapan mahasiswa terhadap penyakit
tuberkulosis
4. Mahasiswa dapat menjembatani hubungan antara penderita dan
puskesmas
2
II. DASAR TEORI
A. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Robbins, 2007). Bakteri
ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga disebut juga Batang
Tahan Asam (BTA).
B. Etiologi
BTA adalah mikroorganisme yang mengandung banyak lemak
kompleks dan mudah mengikat pewarna Ziehl-Neelsen (karbol fukhsin) dan
sulit untuk dekolorisasi. M. tuberculosis hominis merupakan penyebab
sebagian besar kasus tuberkulosis dan umumnya ditemukan pada manusia
dengan TB paru aktif. M. bovis berjangkit pada susu yang tercemar dan dapat
menyebabkan TB orofaring dan TB usus, namun keberadaannya kini jarang
ditemukan di negara berkembang. Baik M. hominis dan M. bovis dalam
bakteri aerob obligat yang pertumbuhannya lambat dan rentan terhadap pH
yang < 6,5 serta asam lemak rantai panjang (Robbins, 2007).
C. Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular udara yang dapat dicegah
dan disembuhkan. WHO memiliki target mengurangi beban TB (global
burden), serta mengurangi separuh kematian TB dan prevalensi pada tahun
2015, melalui Strategi Stop TB dan mendukung Global Plan to Stop TB
(WHO, 2012).
Secara geografis, beban TB tertinggi di Asia dan Afrika. India dan Cina
bersama-sama mengisi angka untuk hampir 40% kasus TB di dunia. Sekitar
60% kasus berada di Asia Tenggara dan daerah Barat Pasifik. Hampir 80%
kasus TB dengan HIV diperkirakan berada di Afrika (WHO, 2012).
Di Indonesia, pengendalian tuberkulosis telah mendekati target
Millenium Development Goals (MDGs). Pada tahun 2008 prevalensi TB di
Indonesia mencapai 253 per 100.000 penduduk, sedangkan target MDGs pada
3
tahun 2015 adalah 222 per 100.000 penduduk. Sementara itu, angka kematian
TB pada tahun 2008 telah menurun tajam menjadi 38 per 100.000 penduduk
dibandingkan tahun 1990 sebesar 92 per 100.000 penduduk. Hal itu
disebabkan implementasi strategi DOTS di Indonesia telah dilakukan secara
meluas dengan hasil cukup baik. Pada tahun 2009 angka cakupan penemuan
kasus mencapai 71 % dan angka keberhasilan pengobatan mencapai 90 %.
Keberhasilan ini perlu ditingkatkan agar dapat menurunkan prevalensi,
insiden dan kematian akibat TB (Depkes, 2010).
D. Penegakan Diagnosis
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa
hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
1. Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan
yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas,
nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat
malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru
selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru,
dan lain-lain (Depkes, 2011).
2. Pemeriksaan fisik.
a. Konjungtiva mata dan kulit anemis
b. Suhu tubuh naik.
c. Berat badan turun (Sudoyo,2009)
3. Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis,
menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi
penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis pada
semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen
dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) (Depkes, 2011):
4
a. S (sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung
pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak
untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
b. P (pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera
setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada
petugas di UPK.
c. S (sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi.
4. Rontgen dada (thorax photo).
Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan
dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan
foto toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks
perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut (Depkes,
2011).
a. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
Pada kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk
mendukung diagnosis TB paru BTA positif.
b. Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non
OAT(non fluoroquinolon).
c. Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat
yang memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak,
pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien
yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan
bronkiektasis atau aspergiloma).
5. Uji tuberkulin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling
bermanfaat untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi
5
Mycobacterium tuberculosis dan sering digunakan dalam “Screening
TBC”. Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji
tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita anak umur kurang
dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%,
umur 1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–
12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin
besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik
(Depkes, 2011).
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai
sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan
uji mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah kiri
bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian
uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan
diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi (Depkes,
2011):
a. Pembengkakan (Indurasi) : 0–4mm, uji mantoux negatif.
Arti klinis: tidak ada infeksi Mycobacterium tuberculosis.
b. Pembengkakan (Indurasi) : 5–9mm, uji mantoux meragukan.
Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang
dengan Mycobacterium atypikal atau pasca vaksinasi BCG.
c. Pembengkakan (Indurasi) : >= 10mm, uji mantoux positif.
Arti klinis: sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis.
6
Gambar 1. Alur Diagnosis TB Paru (Depkes, 2011)
7
Tabel 1. Sistem skoring gejala dan pemeriksaan penunjang TB pada
anak (Depkes, 2011).
Diperlukan perhatian khusus jika ditemukan salah satu keadaan
dibawah ini:
a. Tanda bahaya:
1) Kejang, kaku kuduk
2) Penurunan kesadaran
3) Kegawatan lain, misalnya sesak napas
b. Foto thoraks menunjukkan gambaran milier, kavitas, efusi pleura
c. Gibbus, koksitis (Depkes, 2011).
Selain itu, dengan catatan:
a. Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.
b. Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab
batuk kronik lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.
c. Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit), pasien
dapat langsung didiagnosis tuberkulosis.
d. Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).-->
8
lampirkan tabel badan badan.
e. Foto toraks toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak
f. Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7
hari setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring
TB anak.
g. Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 14)
h. Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk
evaluasi lebih lanjut (Depkes, 2011).
E. Penatalaksanaan
Obat OAT adalah obat yang diberikan kepada pasien TBC. Obat OAT
diberikan kepada pasien menurut kategorinya. Kategori TBC dapat dibagi
menjadi 2 atau 3 kategori, namun masyarakat pada umumnya membagi
kategori TBC menjadi 2, yaitu kategori satu dan kategori dua (Sudoyo,2009).
Obat kategori satu yaitu 2(RHZE)/4(RH)3, kategori satu diperuntukkan
untuk pasien TB dengan kriteria sebagai berikut
1. TB kasus baru BTA (+)
2. TB kasus baru BTA (-), rontgen (+)
3. TB kasus baru ekstra paru berat (Sudoyo, 2009).
Obat kategori dua yaitu 2(RHZE)S/RHZE/5(RH)3E3, kategori dua
diperuntukkan untuk pasien dengan kriteria sebagai berikut.
1. TB kasus kambuh
2. TB kasus gagal
3. TB kasus putus obat (Sudoyo, 2009).
Pasien yang kami periksa adalah pasien dengan kategori satu, yaitu
pasien TB kasus baru dengan BTA (+), oleh karena itu dokter memberikan
obat 2(RHZE)/4(RH)3. Pasien sekarang sedang menjalani perawatan pada
tahap pengobatan lanjutan, yaitu pemberian (RH)3. Sebelum pengobatan
lanjutan pasien telah diberikan obat sisipan yaitu (RHZE) selama 28 hari,
namun setelah pemberian obat selesai, hasil pemeriksaan BTA masih positif,
dan akhirnya dokter memberikan obat lanjutan, yaitu (RH)3.
9
F. Prognosis dan Komplikasi
Prognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru, kecuali jika
disebabkan oleh strain resisten obat atau terjadi pada pasien berusia lanjut,
dengan debilitas, atau mengalami gangguan kekebalan, yang berisiko tinggi
menderita tuberkulosis milier (Robbins, 2007).
Semakin besar ukuran fokus paru dan kelenjar mediastinal, terutama
kelenjar paratrakeal, semakin besar kemungkinan prognosis yang buruk. Gizi
buruk terutama dalam derajat parah (kwashiorkor dan marasmus) dapat
memperparah TB. Keparahan, perluasan dan prognosis buruk dapat juga
dipicu oleh infeksi kambuhan, terutama campak, batuk rejan, infeksi saluran
pernapasan kronis, tindakan pembedahan, dan terapi steroid. Diagnosis dini
dan pengobatan yang tepat dapat mengarah ke prognosis yang baik
(Himayatnagar, 2009).
Penyakit TB paru apabila tidak diatasi dengan benar akan menimbulkan
komplikasi antara lain (Sudoyo et al, 2009):
1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, laringitis, usus, Poncet’s
arthropathy.
2. Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas seperti Sindrom Obstruksi
Pasca Tuberkulosis (SOPT), kerusakan parenkim berat seperti SOPT
(fibrosis paru), kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom
gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas
TB.
10
III. KASUS
A. Penderita
1. IDENTITAS
Nama : Tn. Ahmad Imam
Usia : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
ANAMNESIS
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan : batuk
2) Onset : 7 bulan
3) Kuantitas : sudah jarang
4) Kualitas : mengganggu aktivitas, serta berdarah dan
berdahak kental
5) Faktor memperberat : terkena hawa dingin, kelelahan
6) Faktor memperingan : istirahat
7) Gejala Penyerta : sesak napas saat bekerja, nyeri sendi,
demam menggigil saat malam, lemas, meriang
8) Kronologis : perokok aktif sejak muda, batuk yang tidak
sembuh-sembuh, setengah tahun lalu berhenti merokok karena
batuk semakin berat, 1 bulan lau periksa paru, urin dan dahak
positif TB, 2 bulan menjalani pengobatan fase intensif dan di cek
masih positif, masuk masa sisipan dan masih positif, saat ini sedang
menjalani pengobatan TB masa lanjutan dan istirahat di rumah.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Riwayat mondok di rumah sakit : -
2) Riwayat pengobatan : Obat batuk warung, obat
batuk puskesmas,
3) Penyakit dahulu : -
c. Riwayat Penyakit Keluarga
1) Ayah (Alm) : penyakit TB, batuk-batuk
11
d. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Pekerjaan : penganguran
2) Ling. Rumah :
a) Ruangan utama :sumber air dari sumur, tidak ada kamar mandi
dan WC, ventilasi tidak dibuka,di dalam rumah untuk
menyimpan semen, cahaya kurang
b) Kamar : lantai plester, ventilasi kurang
c) Dapur : menggunakan tungku, banyak kayu bakar, lembab,
dinding berlumut, cahaya kurang
d) Belakang rumah: rumah tetangga
3) Habit : perokok aktif (sejak muda sampai setengah tahun
lalu)
PEMERIKSAAN FISIK
a. Vital Sign
1) Respiratory Rate : 18 kali/menit
2) Suhu : 37º C
3) Nadi : 60 kali/menit
4) Tekanan darah : 120/80 mmHg
5) BMI : 45 kg/165 cm = 16,5
b. Keadaan Umum : Composmentis
c. Mata : Dalam batas normal
d. Kepala : Dalam batas normal
e. Leher : Dalam batas normal
f. Thoraks : Inspeksi : Cekung di tengah
Palpasi : Fremitus taktil penyebarannya merata
Perkusi : Sonor
Auskultasi : normal vesikuler paru
g. Abdomen : Dalam batas normal
h. Ekstremitas : Dalam batas normal
12
PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA
Pemeriksaan sputum melalui pembuatan preparat Mycobacterium
tuberculosis dengan metode Ziehl-Neelsen hasilnya adalah sebagai
berikut:
Sewaktu 1 Pagi Sewaktu 2
ciri hasil ciri hasil ciri hasil
sputum+salivakategori
1sputum+saliva negatif sputum+saliva
kategori
1
B. Keluarga Penderita
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Burhan
Usia : 37 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
ANAMNESIS
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan : Batuk berdahak
2) Onset : 1 minggu lalu
3) Kuantitas : sudah jarang
4) Kualitas : Mengganggu, berdahak kental.
5) Faktor memperberat : kena dingin, kelelahan
6) Faktor memperingan : istirahat
7) Gejala Penyerta : lemes,meriang,
8) Kronologis : -
b. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Riwayat mondok di rumah sakit : -
2) Riwayat pengobatan : Obat batuk warung, obat
batuk puskesmas,
3) Penyakit dahulu : -
c. Riwayat Penyakit Keluarga
13
1) ayah (Alm) : penyakit TB, batuk-batuk
2) adik laki laki : penyakit TB
d. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Pekerjaan : -
2) Ling. Rumah :
a) Ruangan utama :sumber air dari sumur, tidak ada kamar mandi
dan WC, ventilasi tidak dibuka,di dalam rumah untuk
menyimpan semen, cahaya kurang
b) Kamar : lantai plester, ventilasi kurang
c) Dapur : menggunakan tungku, banyak kayu bakar, lembab,
dinding berlumut, cahaya kurang
d) Belakang rumah: rumah tetangga
3) Habit : perokok aktif (sejak muda sampai setengah tahun
lalu)
PEMERIKSAAN FISIK
a. Vital Sign
1) Respiratory Rate : 18 kali / menit
2) Suhu : 37º C
3) Nadi : 75 kali / menit
4) Tekanan darah : 120/ 80 mmHg
5) BMI : 47 kg / 163 cm
b. Keadaan Umum : Composmentis
c. Mata : Dalam batas normal
d. Kepala : Dalam batas normal
e. Leher : Dalam batas normal
f. Thoraks : Inspeksi : Cekung di tengah
Palpasi : Fremitus taktil penyebaranya merata
Perkusi : Sonor
Auskultasi : normal vesikuler paru
g. Abdomen : Dalam batas normal
h. Ekstremitas : Dalam batas normal
14
PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA
Pemeriksaan sputum melalui pembuatan preparat Mycobacterium
tuberculosis dengan metode Ziehl-Neelsen hasilnya adalah sebagai
berikut:
Sewaktu 1 Pagi Sewaktu 2
ciri hasil ciri hasil ciri hasil
sputum+saliva negatif sputum+saliva negatif sputum+saliva negatif
2. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Atun
Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
ANAMNESIS
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan : batuk berdahak
2) Onset : 3 hari yang lalu
3) Kuantitas : setiap pagi
4) Kualitas : mengganggu aktivitas
5) Faktor memperberat : saat bangun pagi
6) Faktor memperingan : istirahat
7) Gejala Penyerta : demam dan pusing
8) Kronologis : setelang terkena bisulan 1 minggu yang
lalu pasien tidak bisa beraktivitas, tirah baring yang lama pasien
menyatakan terkena batuk dan pilek.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Riwayat mondok di rumah sakit : -
2) Riwayat pengobatan : mengkonsumsi obat warung
3) Penyakit dahulu : bisul
c. Riwayat Penyakit Keluarga
1) Suami : adik pengobatan TB
15
2) Anak : Batuk, pilek, asma
3) Ayah (alm) : batuk batuk, positif TB
d. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Pekerjaan : pembantu rumahtangga
a) Ling. Rumah : Ruangan utama :sumber air dari sumur,
tidak ada kamar mandi dan WC, ventilasi tidak dibuka,di
dalam rumah untuk menyimpan semen, cahaya kurang
b) Kamar : lantai plester, ventilasi kurang
c) Dapur : menggunakan tungku, banyak kayu bakar, lembab,
dinding berlumut, cahaya kurang
2) Belakang rumah: rumah tetangga
3) Habit : Memasak dengan menggunakan kayu bakar,
perokok pasif
PEMERIKSAAN FISIK
a. Vital Sign
1) Respiratory Rate : 18 kali/menit
2) Suhu : 37 º C
3) Nadi : 96 kali/menit
4) Tekanan darah : 110/70 mmHg
5) BMI : 47 kg/155 cm = 19,7
b. Keadaan Umum : Composmentis
c. Mata : Terdapat Massa di sudut mata
d. Kepala : Dalam batas normal
e. Leher : Dalam batas normal
f. Thoraks : Inspeksi : Dada simetris
Palpasi : Fremitus taktil penyebaranya merata
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikular
g. Abdomen : Dalam batas normal
h. Ekstremitas : Dalam batas normal
16
PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA
Pemeriksaan sputum melalui pembuatan preparat Mycobacterium
tuberculosis dengan metode Ziehl-Neelsen hasilnya adalah sebagai
berikut:
Sewaktu 1 Pagi Sewaktu 2
ciri hasil ciri hasil ciri hasil
sputum+saliva negatif saliva negatif saliva negatif
17
IV. PEMBAHASAN
Pemeriksaan case finding tuberkulosis dilakukan kepada bapak Ahmad
Imam sebagai kasus dan kedua anggota keluarganya yaitu mbak Atun dan pak
Burhan sebagai suspek kasus tuberkulosis. Melalui anamnesis, pak Imam sudah
menderita keluhan batuk-batuk dari 7 bulan yang lalu. Progresivitas batuk
awalnya tidak berdahak (tidak produktif) lalu berubah menjadi batuk produktif
(banyak dahak) dan bahkan menjadi batuk berdarah (hemoptisis). Proses ini
timbul karena inhalasi banyak droplet yang mengandung Mycobaterium
tuberculosis menginduksi resepetor batuk di saluran nafas. Selain itu bakteri
dalam jumlah banyak menginduksi peradangan pada mukosa saluran nafas
sehingga memicu sel-sel goblet dan kelenjar aktif mengsekresikan mukus dan
gerakan eskalator silia mengaktifkan mekanisme batuk untuk membuat dahak
bersama bakteri yang ada (Werdhani, 2002).
Batuk yang dialami pak Imam semakin produktif dan menjadi mudah
sekali berdahak menandankan peradangan hebat yang menginduksis selsel
prainflamasi untuk terus memicu pengeluaran mukos ke saluran nafas. Selain itu,
jika M. tuberculosis yang lolos ke parenkim paru mulai mebentuk fokus primer
dan peradangan masif yang akhirnya memicu adanya kaverne (kavitas berdinding
tebal yang dibentuk oleh basil tuberkel M. tuberculosis). Pada akhirnya kaverne
ini bisa pecah bersama pembuluh darah atau memang sudah ada peradangan dan
ulserasi pad bronkus sehingga pembuluh darah yang mengalami inflamasi jadi
nekrosis dan ruptur dan bercampur dengan mukus pada saluran nafas bawah
sehingga ketika dibatukkan maka dahak bercampur darah (hemoptisis) . Batuk
darah ini menjadi keluhan utama yang membuat bapak Imam untuk segera ke
puskesmas adalah karena telah mengalami batuk darah dan akhirnya menjalani
pemeriksaan di puskesmas dan BP4 .Setelah terdiagnosis positif menderita
tuberkulosis maka pak Imam memulai fase awal terapi dengan obat
antituberkulosis. Melalu autoanamnesis tidak ditemukan adanya faktor spesifik
yang menjelaskan bagaimana pak Imam bisa terpajan bakteri M. tuberculosis dan
terkena penyakit karena tidak banyak faktor pajanan yang bisa menjadi pemicu
18
baik di lingkungan rumah dan lingkungan pekerjaan. Hanya saja memang dulu
ayah dari pak Imam pernah terdiasgnosis penyakit tuberkulosis dan sebelum
mengalami tuberkulosis pak Imam sangat sering merokok mencapai 1-2 bungkus
dalam satu hari sehingga memang bisa memicu iritan dan adanya massa tumor
yang jika ada akan memperparah prognosis penyakit (Werdhani, 2002).
Selain itu keluhan yang juga dirasakan sangat mengganggu pak Imam
adalah demam yang hebat selama 3 minggu. Hal ini mungkin disebabkan karena
bakteri M. tuberculosis yang berhasil masuk dan meginvasi ke dalam pembuluh
darah mengeluarkan banyak pirogen yang bisa mengubah pengaturan suhu tubuh
di hipothalamus sehingga menaikkan pengaturan suhu tubuh dan terjadilah
demam akibat berbagai peningkatan metabolisme yang ditimbulkan didalam
tubuh dan terjadilah demam. Batuk terus-menerus yang bisa menekan abdomen
dan menyebabkan nafsu makan bisa turun . Kekurangan nafsu makan dan
pemakaian nutrisi untuk peningkatan metabolisme terus menerus akan
mengurangi cadangan nutrisi didalam tubuh sehingga membuat berat badan pak
Imam menjadi turun dan membuat kondisi tubuh cendenrung lemas dan kurang
produktif (Werdhani, 2002).
Saat ini pak Imam tidak memiliki pekerjaan tetap dan kesehariannya masih
diisi dengan kegiatan karang taruna bersama warga sekitar. Setelah menjalani
edukasi dari pihak puskesmas pak Imam lebih bisa mengontrol tentang
penyakitnya dan mengurangi risiko penularan dari dirinya ke orang lain seperti
menutup hidung dan mulut melalu bersin dan menghindari kontak dan pemakaian
bersama alat-alat pribadi. Pak Imam sendiri sudah mengalami terapi fase awal
dengan Obat Anti Tuberkulosis Kategori 1 selama dua bulan namun hasil BTA
nya masih positif pada akhir bulan kedua namun setelah pemeriksaan masih
positif dan setelah mendapat sisipan satu bulan masih positif juga. Selain itu pada
penerimaan obat awal juga menimbulkan kondisi nyeri sendi (atralgia) yang
merupakan salah satu efek samping pirazinamid. Namun sekarang keluhan itu
sudah tidak ada karena sudah di follow up saat kunjungan ke puskesmas. Hasil
pemeriksaan BTA yang masih positif ditanggapi puskesmas dengan akan mulai
beralih mengobati pak Imam dengan OAT kategori 2. Walaupun demikian pak
Imam rutin secara teratur meminum obat dan mengontrol diri ke puskesmas.
19
Selain itu gejala klinisnya seperti demam dan batuk berdahak mulai berkurang
(Kemenkes RI, 2009).
Pada pemeriksaan tanda vital semua pemeriksaan temasuk suhu, denyut
nadi, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah masih dalam batas normal. Lalu
pada pemeriksaan fisik di ekstrimitas dan paru (thoraks) juga didapat normal
kecuali memang sedikit cekung pada area dibawah sternum saat inspeksi. Pada
palpasi tidak ada kelainan pola gerakan dada saat bernafas dan fremitus vokal juga
terdengar normal. Pada perkusi terdapat suara sonor di seluruh lapang paru dan
terdapat suara vesikular saat diauskultasi di lapang paru. Tidak terdengar adanya
bunyi infiltrat yang khas pada pulmo karena adanya peradangan dan pembentukan
infiltrat pada parenkim paru. Hal ini mungkin karena pengaruh pengobatan yang
cukup besar dalam mengurangi kompleks primer yang dibentuk bakteri di paru
dan mengurangi infiltratnya (Werdhani, 2002).
Berdasarkan hasil praktik lapangan, rumah tempat tinggal pak Imam juga
diperiksa. Ventilasi pada jendela rumah pak Imam tidak adekuat serta tidak rutin
dibuka dan penerangan di dalam rumah pun kurang maksimal. Padahal sebagai
pemeliharaan kedua faktor tersebut merupakan prioritas karena ventilasi udara
rumah akan mengurangi jumlah bakteri M. Tuberculosis yang ada di rumah dan
penerangan yang cukup akan menimbulkan panas yang bisa membunuh bakteri
M.Tuberculosis. Selain itu kondisi rumah pak Imam tidak memiliki WC/kamar
mandi dan letaknya sangat berdekatan dengan rumah-rumah sekitar yang
memungkinkan risiko karena kondisi yang cukup cocok dengan tumbuhnya
bakteri dan penularannya. Karena hal-hal seperti ini banyak terjadi pada negara
dengan kondisi perekonomian yang kurang seperti pada negara Indonesia maka
kasus TB sangat endemik dengan prevalensi yang tinggi di negara ini (Kemenkes
RI, 2009).
Setelah melakukan pemeriksaan dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) di
Laboratorium Mikrobiologi Kampus Kedokteran UNSOED maka didapatkan
hasil pemeriksaan dahak positif satu pada dahak sewaktu pertama dan sewaktu
kedua, dan negatif pada pemeriksaan sputum pagi. Hal ini menunjukkan bahwa
setelah terapi OAT sisipan masih positif BTAnya sehingga memang diperlukan
untuk pergantian terapi dengan OAT kategori 2. Pemeriksaan BTA ini dibimbing
20
para laboran Laboratorium Mikrobiologi Kedokteran UNSOED dan memang
cukup sulit dalam mengidentifikasi BTA yang ada pada sputum. Adapun beberapa
faktor yang bisa memicu pemeriksaan menjadi tidak valid adalah sebagai berikut.
1. Faktor pemeriksa, yaitu pemeriksa kurang teliti membedakan BTA dengan
berbagai artefak lain dalam preparat sputum atau ketidaktelitian dalam
melakukan prosedur pewarnaan seperti kesalahan pencucian dan
ketidaktepatan waktu pemberian zat warna
2. Faktor alat pemeriksaan, seperti lensa mikroskop yang kurang bersih
3. Faktor penderita, yaitu kesalahan dalam mengeluarkan sputum atau
ketidaktepatan mengeluarkan sputum khususnya pada pengambilan sputum
pagi (Girsang, 1999).
Hasil pemeriksaan juga bisa negatif karena berbagai faktor spesifik yang
menyamarkan hasil pemeriksaan yang sesungguhnya. Hasil pemeriksaan yang
seperti ini bisa kita sebut sebagai negatif semu (false negative) yaitu hasil
pemeriksaan pada preparat sputum memang negatif tapi berbeda dengan kondisi
klinis pasien yang sesungguhnya atau bisa hasil yang berupa positif semu (false
positive) yang memiliki hasil BTA pada preparat sputum yang diperiksa naum
buakn merupakan gambaran kondisi klinis penderita yang diperiksa. Adapun
faktor yang bisa mempengaruhi hasil false positive (+) adalah adanya semacam
partikel tahan asam yang bukan dari basil tuberkulosis atau artefak-artefak pada
preparat yang memungkinkan penyamaran dengan bakteri M. tuberculosis.
Sedangkan untuk hasil pemeriksaan BTA false negative (-) adalah antara lain:
1. Pengambilan sputum yang kurang banyak dan tercampur dengan saliva dan
jumlahnya sputum kurang.
2. Transportasi/penyimpanan dan pewarnaan apusan.
3. Apusan sputum yang mengandung materi yang dibuat pada object glass
kurang tipis dan lebar utnuk pengamatan (Girsang, 1999 dan Nurbeti, 2012).
Jadi, pada praktik lapangan kali ini yang bisa ditarik kesimpulan adalah
bahwa berdasarkan pemeriksaan BTA pak Imam tetap dinyatakan kondisi sebagai
positif 1 (+) pada pemeriksaan dahak SPS sedangkan pada pemeriksan mbak
Atun dan pak Burhan hasilnya negatif. Dengan hasil ini kondisi pak Imam harus
21
diberikan OAT kategori 2 dan pemantauan ketat pada anggota keluarga yang
masih memeiliki kerentanan terpapar (Kemenkes RI, 2009).
22
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktik lapangan yang dilaksanakan kelompok kami
mengenai penyakit tuberkulosis dapat disimpulkan bahwa:
1. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
2. Gejala dan tanda penyakit tuberkulosis yang biasa terlihat yaitu demam,
batuk produktif, batuk berdarah, malaise, nafsu makan berkurang, berat
badan turun, dan nyeri dada.
3. Penyebaran penyakit TB ini pada keluarga penderita patut dicurigai
sudah menyebar. Meskipun pada hasil sputum 2 orang dari keluarganya
hasilnya negatif.
4. Hasil pemeriksaan BTA dan sputum pada pak Imam adalah positif 1 (+),
sedangkan pada mbak Atun dan pak Burhan adalah negatif (-).
5. Dibutuhkan informasi dan edukasi yang lebih mengenai tuberkulosis
pada keluarga penderita agar penyakit ini tidak menular.
6. Cara pencegahan penularan yang bisa dilakukan bagi penderita yaitu
dengan menutup mulut saat batuk dan bersin dan meludah tidak di
sembarang tempat. Sedangkan bagi keluarganya yaitu dengan imunisasi
BCG pada bayi, sinar matahari dan udara yang cukup pada tempat tidur,
menggunakan barang yang terpisah dengan penderita, dan menjaga daya
tahan tubuh.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarganya adalah
melakukan screening test terhadap penyakit TBC pada keluarga penderita
TBC sehingga dapat diidentifikasi apakah keluarga penderita juga terinfeksi
dan nantinya dapat ditangani dengan baik.
Selain itu juga dilakukannya edukasi tentang penyakit tuberkulosis dan
cara pencegahannya kepada masyarakat secara umumnya agar pengetahuan
dari orang-orang yang kurang mengetahui tentang penyakit ini dapat menjadi
bertambah dan mengerti bagaimana cara mencegah penyakit ini, sehingga
23
tidak tertular dari seseorang yang terinfeksi yang berdampak pada
berkurangnya angka kejadian penyakit TB.
Kemudian bisa juga diberikan pengarahan mengenai perawatan
lingkungan sekitar penderita TB supaya dapat lebih dijaga kebersihan dan
keteraturannya. Sehingga dapat membantu pemulihan penderita dan tentunya
mengurangi angka penderita TB.
24
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Depkes RI. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Ghafar, Abdul. 2009. Tuberculosis. Available at:
http://adulgopar.files.com/2009/12/tuberkulosis.pdf (Accessed March
26th 2013).
Girsang, Meryani. 1999. Kesalahan-Kesalahan dalam Pemeriksaan Sputum BTA
Pada Program Penanggulangan TB Terhadap Beberapa Pemeriksaan
Dan Identifikasi Penyakit TB. Media Litbang Kesehatan, vol. 9(3): 33-
41.
Gunawan. 2011. Sejarah Tuberkulosis. Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
Himayatnagar. 2009. Achar’s Textbook of Pediatrics Fourth Edition. India:
Universities Press (India) Private Limited.
Kemenkes RI. 2009. “Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis”. Jakarta: Menkes
RI.
Nurbeti, Maftuhah et al. 2012. Ilmu Kesehatan Masyaralat Untuk kompetensi
Dokter Umum. Yogyakarta: UII Press.
Robbins, Stanley L; Kumar, Vinay; Cotran, Ramzi S;. 2007. Buku Ajar Patologi
Edisi 7 volume 2. Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III.
Jakarta: Internal Publishing.
Werdhani, Retno Asti. 2002. “Patofisiologi, Diagnosis, dan Klasifikasi
Tuberkulosis”. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas,
Okupasi, dan Keluarga FKUI.
WHO. 2012. Global Tuberculosis Control. World Health Organization: France.
WHO. 2012. Global Tuberculosis Report 2012. World Health Organization:
France.
25
Wihartini. 2008. Tuberkulosis Paru. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang.
26
Lampiran 1
KUESIONER KERAWANAN TBC
Pewawancara : Hari/Tgl. Wawancara :
Lama Wawancara : Paraf Tutor :
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :…………………………………………(L / P)
Tempat, tanggal lahir :………………………………………………....
Usia :…………………………………………………
Pendidikan : SD/ SMP/ SMA/ Universitas/ tidak sekolah
Pekerjaan :…………………………………………………
A. Gaya Hidup
1. Apakah di rumah anda ada yang yang merokok ?
a Ya b. Tidak
2. Ada berapa orang yang merokok ? …… Orang
3. Apakah anda pernah merokok ?
a. Ya b. Tidak
4. Pada umur berapa anda mulai merokok ? …… Tahun
5. Apakah anda masih merokok sampai sekarang ?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah anda merokok setiap hari ?
a. Ya b. Tidak
7. Berapa banyak rokok yang anda isap setiap harinya ?
a. < 10 batang b. > 10 batang
8. Apakah anda mengonsumsi minuman keras?
a Ya b. Tidak
9. Jika ya, berapa lama?
10. Apakah Anda aktif secara seksual?
a Ya b. Tidak
27
B. Riwayat Kontak
11. Apakah dalam keluarga anda ada yang mengalami gejala tuberculosis
paru seperti : batuk berdahak, batuk darah, nyeri dada yang menahun?
a, Ya b. Tidak
12. Jika ya, apakah anda serumah dengan penderita tersebut?
a. Ya b. Tidak
13. Apakah anda mempunyai teman atau tetangga yang mengalami gejala
tuberkulosis paru seperti : batuk berdahak, batuk darah, nyeri dada yang
menahun?
a. Ya b. Tidak
14. Apakah anda pernah berhubungan atau kontak langsung dengan
penderita?
a. Ya b. Tidak
B. KELUARGA (TINGGAL SERUMAH)
Jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah
a. Usia 0-1 tahun :…………………………………………
b. Usia 1-5 tahun :…………………………………………
c. Usia 5-12 tahun :…………………………………………
d. Usia < 12 tahun :…………………………………………
e. Usia 13 – 60 tahun :………………………………………....
f. Usia > 60 tahun :………………………………………....
1. Jumlah kepala keluarga (KK) dalam satu rumah?
a. 1
b. > 1
2. Adakah anggota keluarga yang terkena TB/Flek?
a. Ya
b. Tidak
3. Penderita TB?
a. Anak
b. Dewasa
28
4. TB pada orang dewasa?
a. BTA (+)
b. BTA (-),Rontgen +
5. Sudah pernah terapi TB, berapa lama?
a. < 1bulan
b. > 1bulan
6. Bagaimana dengan terapinya ?
Dalam masa terapi □
Terapi teratur □
Tidak teratur □
DO □
7. Ada yang mengawasi penderita minum obat teratur/ada PMO?
a. Ada,Siapa?
b. Tidak ada,kenapa?
8. Jika ada apakah Anda sering beraktivitas intim dengan anggota
keluarga tersebut?
a. Ya
b. Tidak
C. KONDISI RUMAH
1. Luas
Luas Rumah :………………………………………………….
Luas kamar tidur :………………………………………………….
2. Keadaan dinding bangunan rumah tersebut dari
Bambu/Gedhek □
Papan kayu □
Setengah tembok □
Tembok □
3. Keadaan lantai rumah tersebut dari
Tanah
□
Semen/plester □
29
Tegel □
Keramik □
4. Keadaan atap rumah tersebut dari
Anyaman bambu □
Seng □
Asbes □
Genting □
5. Apakah Anda mempunyai ventilasi (lubang angin)
Ya □
Tidak □
6. Apakah Anda mempunyai jendela
Ya □
Tidak □
7. Jika Ya, apakah sering di buka setiap pagi
Ya □
Tidak □
8. Apakah ventilasi dalam rumah Anda sering dibersihkan
Ya □
Tidak □
9. Apakah sinar matahari masuk ke dalam rumah Anda? (Observasi)
Ya □
Tidak □
10. Bagaimana pencahayaan dalam rumah Anda (Observasi)
redup □
cukup terang □
sangat terang □
11. Apakah Anda menggunakan kamar tidur khusus/bergabung dengan
penderita?
Ya □
Tidak □
Tidak terdapat kamar tidur □
12. Berapa jumlah penghuni setiap kamar tidur dalam rumah Anda
30
1-2 orang □
3-4 orang □
5-6 orang □
13. Berapa Jarak antara rumah Anda dengan Fasilitas kesehatan ............
D. PENGETAHUAN (tinggal serumah/tidak tinggal serumah)
1. Apakah Anda tahu tentang TBC?
Ya □
Tidak □
2. Apabila ya, apakah penyakit TBC itu?
Jawab:…………………………………………………………………
3. Anda mengetahui TBC dari siapa?
Keluarga □
Saudara □
Puskesmas atau balai pengobatan □
Media cetak / elektronik □
Tetangga □
Lain-lain ..................
4. Menurut Anda apakah penyakit TBC itu berbahaya?
Ya □
Tidak □
5. Jika Ya, Kenapa ?
Sulit disembuhkan □
Menyebabkan kematian □
tidak tahu □
6. Menurut Anda apakah penyakit TBC dapat kambuh kembali?
Ya □
Tidak □
Tidak tahu □
7. Menurut Anda penyakit TBC disebabkan oleh apa?
Bakteri □
Virus □
31
Jamur □
Cacing □
tidak tahu □
8. Menurut Anda TBC itu ditularkan melalui apa?
Tahu (dahak udara) □
Tidak tahu □
9. Apakah ada anggota keluarga Anda yang memiliki gejala seperti ini
Seperti gejala yang tertera diatas?
Batuk lama lebih dari 2 minggu □
Batuk darah □
Sesak nafas □
Nyeri dada □
Badan lemah □
Turun berat badan □
Demam ( subfebril ) / ngelemeng □
Nafsu makan menurun □
Tidak tahu □
10. Apa yang Anda lakukan jika anggota keluarga jika anggota keluarga
ada yang menderita gejala seperti ?
Diberi banyak minum □ □
Dikompres □ □
Diberi penurun panas □ □
Dibawa Kepelayanan Kesehatan □ □
Dibawa ke Dukun □ □
Dibiarkan □ □
Lainnya (sebutkan )…………. □ □
11. Menurut Anda, apakah TBC bisa dicegah ?
Ya □
Tidak □
12. Apakah Anda tahu vaksin untuk mencegah TBC itu apa?
Ya (BCG) □
Tidak □
32
13. Apakah Anda pernah mendapatkan vaksin tersebut?
Ya □
Tidak □
E. PERILAKU KESEHATAN
1. Apakah Anda pernah didiagnosis TBC?
Ya □
Tidak □
2. Oleh siapa Anda didiagnosis ?
Dokter □
Bidan desa □
Mantri □
3. Jika ya, Anda menderita TB sejak kapan?
Kurang dari 6 bulan yang lalu □
Lebih dari 6 bulan yang lalu □
4. Apakah selama menderita TB Anda mendapatkan terapi?
Ya □
Tidak □
5. Jika ya, dimana Anda mendapatkan terapi?
Puskesmas □
Swasta □
Rumah Sakit □
6. Jika ya, apakah terapi yang dilakukan selesai?
Ya □
Tidak □
7. Apabila tidak selesai, mengapa terapi tidak selesai?
Efek samping □
Drop out □
8. Apakah Anda suka membuang ludah di sembarangan?
Ya □
Tidak □
9. Bagaiamana perilaku Anda dalam batuk ?
33
Ditutup dengan tangan □
Ditutup dengan sapu tangan/ tisu □
Dibiarkan saja tanpa ditutup □
10. Apakah Anda memiliki kebiasaan merokok?
Ya □
Tidak □
11. Apabila ya, berapa batang dalam sehari?
Kurang dari 20 batang sehari □
Lebih dari atau sama dengan 20 batang sehari □
F. PELAYANAN KESEHATAN
1. Adakah pemberi layanan kesehatan di desa Anda?
a. Ada
b. Tidak
2. Kalau ada, siapakah yang memberikan pelayanan kesehatan tersebut?
Dokter □
Dokter Gigi □
Bidan Desa □
Perawat □
Mantri kesehatan □
Dukun □
Lainnya □
3. Apakah Anda puas dengan pelayanan penyedia layanan kesehatan?
a. Ya, karena………………………………………………………
b. Tidak, karena……………………………………………………
---0O0---
34