93
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI DIVISI INFRATEL - ARNET MAKASSAR PT. TELKOM DISUSUN OLEH : KELOMPOK MAKASSAR 2 1. DEA FATRIZIAH HAMKA 2. DIRGA EKA PUTRA LEBUKAN 3. DWITOMO SANDHY PUTRA 4. FIKRI IMAM MUTTAQIN 5. GABRIELLE BENITA SITOMPUL 6. M. MIRAJ DHUHURY PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI SMK TELKOM SANDHY PUTRA 2 MAKASSAR 2012 / 2013

Laporan PLI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan

Citation preview

Page 1: Laporan PLI

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

DIVISI INFRATEL - ARNET MAKASSAR PT. TELKOM

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK MAKASSAR 2

1. DEA FATRIZIAH HAMKA

2. DIRGA EKA PUTRA LEBUKAN

3. DWITOMO SANDHY PUTRA

4. FIKRI IMAM MUTTAQIN

5. GABRIELLE BENITA SITOMPUL

6. M. MIRAJ DHUHURY

PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI

SMK TELKOM SANDHY PUTRA 2 MAKASSAR

2012 / 2013

Page 2: Laporan PLI

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta Alam

Semesta yang tidak pernah terputus memberi limpahan karunia dan hidayah-Nya kepada

kita sekalian. Atas bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja

Industri (Prakerin) yang sudah dilaksanakan pada PT.TELKOM DIVISI INFRATEL -

ARNET MAKASSAR, meskipun masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan

laporan Prakerin

Laporan ini merupakan salah satu kewajiban dan persyaratan yang harus di penuhi oleh

setiap siswa/siswi yang bersekolah di SMK Telkom Sandy Putra 2 Makassar. Dengan

adanya kegiatan prakerin ini, diharapkan agar siswa/siswi dapat mempertajam

pengetahuannya khususnya di bidang teknik transmisi telekomunikasi, yaitu dengan cara

mengenal perangkat-perangkat yang digunakan untuk melakukan telekomunikasi. Selain

itu, kami pun dapat berbaur dan mengenal dunia kerja industri lebih dekat.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada:

1. Allah Subhanahu wa Taala, yang telah memberikan kamikemudahan dan

kemampuan dalam menjalani kegiatan prakerin

2. Kedua orangtua kami, yang telah mendukung kami setiap saat

3. Kepala Sekolah SMK Telkom Sandhy Putra 2 Makassar, bapak Drs. H. Abdul

Halim Samad, M. M., serta Wakasek bidang Hubungan Industri, Bapak Mukhlis

Mustafa, S. T., yang telah menghubungkan kami dengan pihak industri

Page 3: Laporan PLI

3

4. Manager Area Network Telkom Makassar, Bapak M. Rukman, beserta seluruh

jajaran Asisten Manager, yang telah menerima kami untuk melaksanakan Prakerin

di Area Network Telkom Makassar

5. Para pembimbing lokasi, serta teknisi yang sehari-hari memberikan ilmunya kepada

kami

Kami pun menyadari bahwa laporan Prakerin ini belum sempurna. Oleh karena itu

dengan kerendahan hati, kami siap untuk menerima kritik dan saran dari berbagai pihak

yang dapat membangun kami dalam proses pembelajaran selanjutnya. Dengan selesainya

laporan ini kami harap dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Makassar, Nopember 2012

Tim Penulis

Page 4: Laporan PLI

4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 2

DAFTAR ISI .............................................................................................................. 4

BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 5

1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................... 6

1.3 Sistematika Laporan .................................................................................. 3

1.4 Struktur Organisasi Telkom Arnet Makassar ............................................. 4

BAB II : CME (CIVIL & MECHANICAL ELECTRICAL) ....................................... 5

2.1 Struktur Organisasi CME ........................................................................... 5

2.2 Konsep Dasar CME ................................................................................... 6

2.3 Konfigurasi CME ...................................................................................... 6

2.4 SOP dan SMP CME .................................................................................. 16

BAB III : SISTEM KOMUNIKASI RADIO ............................................................... 24

3.1 Struktur Organisasi SISTEM KOMUNIKASI RADIO .............................. 24

3.2 Konsep Dasar SISTEM KOMUNIKASI RADIO ....................................... 25

3.3 Konfigurasi SISTEM KOMUNIKASI RADIO .......................................... 33

3.4 SOP dan SMP SISTEM KOMUNIKASI RADIO ...................................... 35

PENUTUP .................................................................................................................. 41

KESIMPULAN........................................................................................................... 41

SARAN ...................................................................................................................... 42

Page 5: Laporan PLI

5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Telekomunikasi telah menempati suatu kedudukan yang penting dan

strategis dalam kehidupan masyarakat dunia, karena dengan sistem telekomunikasi

suatu yang berupa informasi atau hiburan dan yang lainnya dapat dengan cepat,

akurat dan mudah didapat. Teknologi komunikasi telah memungkinkan manusia

untuk menembus batasan jarak dan ruang, bahkan waktu, artinya bahwa manusia

untuk berhubungan tanpa memandang tempat mereka berada karena itu tidak ada

sejengkalpun tempat di dunia ini yang tidak dapat dijangkau. Perkembangan

teknologi yang demikian pesat di berbagai bidang salah satunya terbukti dengan

adanya sentral–sentral telepon sebagai alat komunikasi untuk berhubungan melalui

pertukaran informasi dari pembicaraan manusia.

Teknologi telekomunikasi berperan sebagai media perantara untuk dapat

menyampaikan informasi dan di terima dengan baik oleh penerima informasi,

sehingga modem (modulator-demodulator) dirancang sebagai perangkat pendukung

pada sentral-sentral telekomunikasi. Media transmisi saat ini banyak jenisnya baik

media transmisi kabel, fiber optik dan media udara.

Page 6: Laporan PLI

6

1.2 Maksud dan Tujuan

Laporan ini dibuat dengan berdasarkan maksud dan tujuan tertentu,

diantaranya :

1. Untuk mendapatkan pelajaran yang belum bisa didapatkan di dalam

lingkungan sekolah

2. Mempertajam pengetahuan kami tentang sistem telekomunikasi

3. Mengenal perangkat-perangkat yang di gunakan untuk sistem

telekomunikasi dan dihubungkan dengan pelajaran yang telah

didapatkan sebelumnya di sekolah

4. Belajar dalam meningkatkan kerja sama kelompok

5. Mengenal kondisi dan berbagai hal berkaitan dengan dunia kerja dan

industri

1.3 Sistematika Laporan

BAB 1 Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan kami

melakukan prakerin di divisi INFRATEL - ARNET

MAKASSAR.

BAB 2 CME (CIVIL & MECHANICAL ELECTRICAL) / CATU

DAYA

Membahas tentang catu daya beserta konfigurasinya

Page 7: Laporan PLI

7

BAB 3 SENTRAL BALAIKOTA

Membahas tentang sentral EWSD, serta teknologi softswitch

BAB 4 MULTIMEDIA

Menjelaskan tentang layanan multimedia, perangkat-

perangkat seperti router, switch, serta metro ethernet

BAB 5 SENTRAL PETTARANI

Menjeaskan tentang sentral NEAX61E-Sigma

BAB 6 SISTEM KOMUNIKASI RADIO

Menjeaskan sistem transmisi radio gelombang mikro digital

BAB 7 SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

Menjelaskan sistem komunikasi serat optik, perangkat, serta

penyambungannya

BAB 8 SISTEM KOMUNIKASI SATELIT

Menjelaskan sistem komunikasi satelit, cara pengiriman data

melalui satelit

BAB 9 PENUTUP

Page 8: Laporan PLI

8

BAB II

CIVIC & MECHANICAL EQUIPMENT (CME)

A. STRUKTUR ORGANISASI

B. KONSEP DASAR

CME (Civil Mechanical Electrical) adalah suatu divisi di STO Balaikota yang

berfungsi untuk memberikan catuan serta proteksi terhadap perangkat - perangkat

telekomunikasi serta pendukungnya

Off. 3 O & M CME

Makmur Saleh

580711

Off. 3 O & M Gowa

Patta Hamsin

580711

Manager ArNet Makassar

M. Rukman/ 651271

Officer 2 O & M CME

Raja Gantarang/580309

Officer 2 O & M CME

H. Muhammad/610115

Off. 3 O & M CME

Tarsono Talib

632996

Off. 3 O & M Maros

Karel Patibang

591858

Page 9: Laporan PLI

9

Catu daya adalah suatu sistem yang berguna untuk menyalurkan listrik ke load /

beban dan merupakan sistem yang sangat penting dalam bidang telekomunikasi karena

sistem inilah yang memberi catuan kepada perangkat agar bisa beroperasi dan melayani

masyarakat dalam berkomunikasi.

Apabila catu daya pada perusahaan mengalami masalah maka akan menimbulkan

kerugian sangat besar karena perangkat-perangkat tidak dapat beroperasi sehingga tidak

dapat melayani hubungan komunikasi masyarakat.

Load atau beban yang dikenal dalam catu daya terdiri dari 2 jenis yaitu essential

load (beban penting) yaitu beban yang tidak boleh terputus catuannya karena apabila

terputus maka dapat mengganggu hubungan komunikasi seperti komputer sentral,

perangkat radio, perangkat multimedia, dan lain – lain. Sedangkan non essential load

(beban tidak penting) yaitu beban yang apabila terputus cataunnya maka tidak mengganggu

hubungan komunikasi seperti penerangan.

C. KONFIGURASI CATU DAYA

Page 10: Laporan PLI

10

Keterangan :

ATS : Automatic Transfer Switch : rectifier

MDP : Main Distribution Panel : baterai

SDP : Sub Distribution Panel : inverter

DC-PDB : Direct Current Panel Distribution Ponit : Trafo PLN

GENSET : Generatot Set

PERANGKAT SISTEM CATU DAYA TELEKOMUNIKASI

A. TRAFO PLN

Sumber listrik utama di STO Balaikota adalah PLN. Untuk itu PLN menyediakan

trafo yang ditempatkan di ruang khusus. Ttrafo PLN berfungsi untuk memasok catuan arus

bolak-balik ke perangkat. Output tegangan pada trafo ini yaitu 380 V

B. DIESEL ENGINE GENERATOR SET (DEG)

Diesel engine generator set

(DEG) atau yang lebih dikenal genset

merupakan sumber catuan cadangan di

STO Balaikota. Genset ini akan

digunakan apabila terjadi pemadaman

listrik oleh PLN atau jika terjadinya

INV

Page 11: Laporan PLI

11

gangguan yang menyebabkan catuan listrik dari PLN terputus.

.

Genset ini memerlukan solar sebanyak 120 liter/jam ketika beroperasi. Tangki solar

utama yang terdapat dalam ruangan tersebut memiliki kapasitas 5000 liter sedangkan tangki

cadangan yang berada di luar ruangan memiliki kapasitas 1000 liter.

Genset ini dapat memasok listrik sebesar 1000 KVA tetapi biasanya hanya

digunakan < 50% saat terjadi pemadaman. Sealain itu, ruangan genset di STO Balaikota

juga dilengkapi dengan peredam yang berguna untuk meredam suara genset saat

dioperasikan.

Gambar 1: Konfigurasi Catu Daya

tangki solar cadangan

tangki solar utama

Page 12: Laporan PLI

12

C. PANEL ATS (AUTOMATIC TRANSFER SWITCH)

Fungsi panel ATS adalah sebagai switch dengan

memindahkan catuan dari main supply ke genset

secara otomatis yaitu dengan mendeteksi penurunan

tegangan, apabila terjadinya pemadaman listrik atau

sebaliknya, dengan memindahkan catuan dari genset ke

PLN.

D. MAIN DISTRIBUTION PANEL (MDP)

Fungsi dari main distribution panel (MDP)

adalah sebagai panel penerima daya/power dari

transformer (trafo) atau genset dan mendistribusikan

power tersebut lebih lanjut ke sub distribution panel

(SDP).

E. SUB DISTRIBUTION PANEL (SDP)

Fungsi Sub Distribution Panel (SDP)

adalah mendistribusikan tegangan Ac ke beban/

load. Load sendiri terbagi menjadi 2 yaitu :Di

dalam SDP ini juga terdapat arrester yang

Panel ATS

MDP

SDP

Page 13: Laporan PLI

13

berfungsi untuk melindungi perangkat dari sambaran petir atau arus bertegangan tinggi.

F. RECTIFIER

Rectifier merupakan suatu rangkaian alat listrik untuk mengubah arus listrik bolak-

balik / AC (Alternating Current) menjadi arus searah / DC (Direct Current). Rectifier

merupakan bagian yang vital dalam sistem catu daya, karena fungsinya sebagai pencatu

perangkat yang membutuhkan tegangan DC dan juga untuk mencharge bettery. Sehingga

apabila rectifier ini rusak maka akan menimbulkan kerusakan yang fatal dan kerugian yang

besar.

Merk rectifier yang digunakan di STO Balaikota yaitu merk Siemens (3 fasa)

dengan kapasitas 1 rectifier yaitu 500 A dan merk ZTE (1 fasa) yang dapat menyimpan

hingga 20 modul.

Suhu pada ruangan rectifier harus dijaga agar tetap dingin yaitu sekitar 180 C karena

apabila suhu naik, maka komponen didalam rectifier dapat rusak.Selain ituruangan juga

harus dilengkapi dengan grounding untuk melindungi perangkat dari kerusakan.

JENIS – JENIS RECTIFIER

1. Rectifier 1 Fasa

Blok Diagram Rectifier

Page 14: Laporan PLI

14

Rectifier 1 fasa adalah rectifier yang rangkaian inputnya menggunakan AC suplai 1

fasa. Rectifier akan bekerja apabila diberikan tegangan sekitar 220 VAC.

2. Rectifier 3 Fasa

Rectifier 3 fasa adalah rectifier yang rangkaian inputnya menggunakan AC suplai 3

fasa (380 VAC). Agar dapat menghasilkan tegangan sebesar 380 VAC, maka proses

penyambungannya yaitu dengan konfigurasi fasa ke fasa ( R-S/ R-T/ T-R), sehingga

rectifier 3 fasa ini dapat bekerja.

Rectifier merek ZTE

Rectifier merek Siemens

Page 15: Laporan PLI

15

Bagian-bagian Rectifier

1. Trafo Utama

Trafo utama yang terpasang di rectifier merupakan trafo step-down (penurun

tegangan) dan tegangan AC 220V / 380V menjadi 48V, kemudian masuk ke rectifier untuk

didistribusikan ke beban dan batere.

2. Penyearah Dioda

Dioda digunakan sebagai penyearah arus yang keluar dan trafo. Hal ini dikarenakan

beban yang akan dicatu menggunakan tegangan arus searah hasil dan penyearahan diode.

Prinsip Kerja Rectifier

1. Pada Kondisi Normal

Catuan input tegangan AC 380 Volt. 50 Hz dari PLN atau genset masuk, kemudian

didistribusikan ke masing-masing unit Rectifier yang mengubah menjadi tegangan DC =

48V untuk catuan beban dan paralel untuk memelihara kapasitas batere.

2. Pada Kondisi Mains Failure

Semua Unit Rectifier tidak operasi sehingga batere langsung mencatu Beban

melalui panel batere (sehingga beban tidak terputus)

3. Pada Kondisi Mains Normal Kembali

Page 16: Laporan PLI

16

Semua Unit Rectifier kembali beropesi secara Auto ke operasi Trikle Batere dengan

tegangan 56 Volt. DC, serta paralel mencatu Beban melalui Panel Batere

G. BATERAI

Baterai adalah catuan listrik yang bekerja jika listrik dari PLN terputus. Jika listrik

padam, baterai langsung berfungsi. Baterai ini tahan sampai ±8 jam. Baterai yang

digunakan di STO Balaikota sebagian besar bermerk Hoppeck, Hagen dan BAE.

Baterai ini memiliki satuan sel

untuk satu kotak baterai. Sedangkan

baterai dihitung 1 band jika terdiri dari

25 sel. Baterai memiliki tegangan

sebesar 2 volt dan kapasitas sebesar

1500 A per selnya. Terdapat 8 band

baterai STDI, 1 band baterai SKKL, 2

band baterai transmisi, dan 2 bank baterai kering untuk perangkat NGN.

Baterai juga perlu perawatan/maintenance. Beberapa diantaranya pemeliharaan

mingguan seperti:

1. Pengukuran arus dan tegangan. Arus dalam satu

sel kurang lebih 2 V, dan satu band kurang lebih

44,8 V.

Baterai

pengukuran massa jenis

Page 17: Laporan PLI

17

2. Pengukuran massa jenis, dengan menggunakan hydrometer.

3. Pembersihan baterai. Jika ada karat, gunakan air panas untuk membersihkan.

4. Penambahan/pengisian air. Air yang digunakan adalah air aquades

H. INVERTER

Inverter adalah suatu perngkat yang berfungsi untuk mengkonversi catuan tegangan

DC menjadi tegangan AC secara kontinyu. Perangkat Inverter ini digunakan untuk mencatu

perangkat komputer atau komputer data

Kondisi normal output Rectifier DC mencatu inverter dan selanjutnya output

inverter AC no-break mencatu komputer data, bila PLN mati maka rectifier juga mati

namun catuan batere langsung secara paralel mencatu inverter sehingga inverter tetap

bekerja.

I. DC PDB (DIRECT CURRENT PANEL DISTRIBUTION BOARD)

Dc PDB adalah suatu panel yang berfungsi mendistribusikan catuan DC yang

berasal dari output rectifier ke perangkat yang membutuhkan.

Panel ini biasa terpasang di dinding ruangan perangkat radio, multimedia, sentral

dll.Pemasangan panel ini memerlukan ketelitian dan harus berhati-hati agar tidak terjadi

kecelakaan kerja.

Page 18: Laporan PLI

18

D. SOP & SMP (Standard Operation Procedure & Standard

Maintenance Procedure)

STANDAR OPERATION PROCEDURE

1) GENSET STO BALAI KOTA

A. OPERASI

1. Check oli mesin genset

2. Check air radiator

3. Check BBM solar dalam tangki harian

4. Check baterai starter (tegangan 27,7 VOLTDC)

5. Posisikan dari auto ke posisi manual (tekan manual)

6. Tekan start

7. Biarkan genset jalan kira-kira 2 menit sebagai pemanasan

8. Amati temperatur genset (62-82 C )

9. Amati frekuensi genset (50 Hz)

10. Tekan / off kan load PLN (0)

11. Tekan / off kan load G (1)

12. Amati tegangan RST

13. Amati / pastikan output beban pada MDP utama

B. CARA MEMATIKAN

1. Off kan load G (0)

2. On kan load PLN (1)

3. Perhatikan motorize pada MOP pada posisi on

Page 19: Laporan PLI

19

4. Biarkan genset operasi tanpa beban selama ±3 menit

5. Tekan stop (genset akan off)

6. Tekan auto

C. Apabila terjadi alarmtekan reset dan amati indikasinya

D. CARA MANUAL

1. Off kan fuze R pada panel ATS PLN, maka ATS PLN akan off dan secara

auoto genset akan start dan beban akan dicatu oleh genset

2. On kan kembali fuse pada ATS PLN maka beban akan dicatu oleh PLN

3. Genset akan off sekitar ± 3 menit

2) PERANGKAT BATERAI

1. Baterai harus dalam kondisi bersih dan kering

2. Ruangan baterai harus dalam kondisi bersih dan kering, sirkulasi udara continue

dengan fan blower yang memadai

3. Tegangan nominal baterai 2,00 V/Cell

4. Tegangan pada kondisi charge 2,25 v/cell – 2,45 V/cell

5. Untuk kondisi charge tegangan total dalam 1 bank berkisar antara 55v± 0,5 v/dc

6. Pada kondisi uncharge tegangan 2,00V/cell- 2,06V/cell

7. Sedang pada kondisi uncharge tegangan total dalam 1 bank berkisar antara 48,8

± 0,80 V/dc

8. Tegangan initial charge (pengisian awal) = 2,6 – 2,7 V/cell

9. BJ (berat jenis) = 1,215-1,25

10. Suhu maksimal 50 C0

Page 20: Laporan PLI

20

3) RECTIFIER GR-12

1. Pastikan bahwa semua fuse perangkat rectifier dalam keadaan baik dan

terpasang pada posisinya masing-masing serta sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan

2. Pastikan bahwa catuan input dan fuse input bdan fuse lainnya pada main Panel

Rectifier dalam keadaan normal dan stand by

3. On kan secara berurutan Q62,Q63 dan Q63

4. Rectifier akan beroperasi setelah relay K-1 bekerja (0-15 detik) dengan indikasi

H81 nyala, dan pada modul A3 LED H7, H8 nyala, LED enabling H9 nyala

serta secara beransur LED gate pulse H1-H6 nyala

5. Tekan tombol S44 (automatic) dan LED pada tombol tersebut menyala

6. Rectifier akan menyala secara automatic mencatu beban/batere dengan tegangan

2,33 V/cell (recharge) yang dapat dilihat pada penunjukkan LED display

monitor selama 0-9 jam (sesuai dengan setting awal)

7. Setelah waktu setting antara 0-9 jam tercapai, maka Rectifier secara otomatis

akan beroperasi mencatu beban/batere dengan tegangan 2,23 V/cell (floating

charge) dapat dilihat pada penunjukkan LED display monitor

8. Perhatikan besaran tegangan dan arus pada LED display monitor.

9. Rectifier beroperasi normal dengan sistem automatic dan bila terjadi

pemadaman sumber catuan utama dalam waktu kurang dari 3 menit maka

rectifier akan On kembali secara automatic ke sistem floating charge (2,23

Page 21: Laporan PLI

21

V/cell) sedangkan bila terjadi pemadaman sumber catuan utama dengan waktu

lebih dari 3 menit maka rectifier akan On kembali secara automatic ke recharge

sistem (2,23 V/cell) yang selanjutnya akan berpindah ke floating charge bila

setting charge time telah tercapai

STANDAR MAINTENANCE PROCEDURE (SMP)

1) PERANGKAT GENSET

A. MINGGUAN DAN BULANAN

1. Ketinggian oli dalam karter

2. Sistem pendingin

3. Sistem kelistrikan

4. Pemeriksaan kekencangan tali kipas

5. Heater

6. Running test ±1 jam

- Tes manual start/stop

- Tes auto start/stop

- Frekuensi

- Tegangan output

- Tekanan oli

- Arus beban

- Warna gas buang

- Suara mesin

- Temperatur air

Page 22: Laporan PLI

22

- Test beban

B. SEMESTERAN

1. Penggantian oli mesin

2. Pembersihan filter udara

3. Pembersihan filter solar

4. Pembersihan filter oli

5. Penggantian air radiator

6. Penggantian coolant filter

7. Penyetelan keregangan klep

8. Pemeriksaan operasi DEG

- star stop dengan kunci

- star stop dengan manual

- star stop dengan auto

9. test dengan pembebanan

10. test simulasi alarm sistem

- Low Oil Pressure

- Over speed

- High engine temperatur

- Over crank

- PLN on

11. Pengukuran grounding

12. Pemeriksaan injector

Page 23: Laporan PLI

23

13. Pemeriksaan sikat arang bila ada

14. Pemeriksaan kandungan air di tangki harian dan bulanan

C. TAHUNAN

1. Kalibrasi meter

2. Pengukuran total harmonic distarsion (THD pada saat tanpa beban)

3. Terminasi dan kapasitas baterai starter.

2) BATERAI

a. HARIAN

1. Pemeriksaan kebersihan ruangan dan baterai

2. Pemeriksaan kebersihan kutub-kutb (pole) baterai

3. Pengukuran sel pilot (BJ, tegangan, temperatur dan level elektrolit)

4. Pengukuran temperatur ruangan

5. Pemeriksaan sistem sirkulasi udara ruangan.

b. BULANAN

1. Sama dengan pemeliharaan harian

2. Pembersihan seluruh baterai dan pemberian pelindung kutub baterai

3. Penambahan aquadest bila level elektrolit mendekati level minimum

4. Pengukuran seluruh sel

5. Pemeriksaan pengkondisian sirkulasi udara

6. Pembersihan tutup dan saringan baterai

7. Pemeriksaan visual kondisi internal dan eksternal baterai

c. TAHUNAN

Page 24: Laporan PLI

24

1. Sama dengan pemeriksaan bulanan

2. Pemeriksaan kekencangan mur baut pada terminal pole baterai

3. Test kapasitas baterai dengan beban existing/ beban rill minimal 1 jam untuk

semua bank/sel baterai.

Page 25: Laporan PLI

25

BAB III

SENTRAL BALAIKOTA

2.1 STRUKTUR ORGANISASI

2.2 KONSEP DASAR

Sentral telepon merupakan pusat pengatur hubungan antara pelanggan

telepon. Melalui sentral telepon inilah para pelanggan dapat saling berhubungan. Pada

sentral telepon ini terdapat 3 komponen utama yaitu :

1. Switching unit yaitu bagian yang berfungsi sebagai pembentuk hubungan atau

menyambungkan antara pelanggan yang satu dengan yang lainnya

2. Control unit yaitu bagian yang berfungsi mengendalikan arah percakapan sesuai

dengan informasi yang diterima

Manager Area Network

M. Rukman

Sub Koordinator ISP

Andi Muh. Ahdin Anas

Officer O/M Switching (Balaikota)

Nono Sugiono

Page 26: Laporan PLI

26

3. Supervisori unit, yaitu bagian yang berfungsi memberikan tanda atau sinyal kapan

dimulai nya suatu percakapan dan kapan berakhirnya.

Sentral telepon terbagi menjadi 2 yaitu sentral telepon analog dan sentral telepon

digital. STO Balaikota sendiri termasuk dalam sentral telepon digital EWSD (Electronic

Wahler Systerm Digital). Sentral telepon digital EWSD merupakan sentral telepon digital

pertama di Indonesia (diperkenalkan tahun 1984) dan diproduksi oleh Jerman.

Selain itu, terdapat juga sentral telepon digital NEAX 61 yang diperkenalkan tahun

1994 dan diproduksi oleh NEC, Jepang. Sentral telepon digital jenis ini digunakan di STO

Panakukkang.

Sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, PT. TELKOM

senantiasa memberikan peningkatan pelayanan dan inovasi kepada masyarakat untuk

menunjang kebutuhan akan teknologi komunikasi yang lebih maju. Untuk itulah PT.

Telkom mengembangkan teknologi softswitch untuk menuju ke konsep NGN (Next

Generation Network).

Ciri khas NGN adalah teknologi Softswitch. Teknologi Softswitch merupakan

teknologi switching berbasiskan IP sehingga semua layanan multimedia, data dan suara

dapat diolah berdasarkan paket-paket IP. Karena berbasiskan IP, tentu saja dalam

pentransmisian multimedia, data dan suara dapat dilayani dengan hanya satu perangkat,

yaitu Softswitch tersebut

Pengembangan teknologi softswitch untuk wilayah KTI (Kawasan Timur

Indonesia) diterapkan di STO Balaikota, sehingga akan terjadi migrasi dari sentral telepon

Page 27: Laporan PLI

27

digital EWSD menjadi softswitch, migrasi yang dilakukan tidak dilakukan secara serentak,

melainkan dengan bertahap yang bertujuan untuk mengurangi risiko putusnya komunikasi.

Sebelum melajutkan pembahasan materi mengenai softswitch, berikut akan

dijelaskan mengenai perangkat – perangkat multimedia pembentuk softswitch.

MSAN (Multi service Acces Node)

MSAN yaitu tempat dimana kabel tembaga akan di ubah menjadi kabel FO (Fiber

Optik) yang selanjutnya akan di terminasikan ke OTB. MSAN dapat melayani multi

services, seperti ADSL, SHDSL, E1, POTS dan Ethernet.

Gambaran Umum Multi Service Access Node (MSAN) yaitu Perangkat ini

menghubungkan pelanggan telepon ke core network sehingga pelanggan dimungkinkan

untuk memperoleh telepon biasa, ISDN atau fasilitas broadband seperti DSL dengan hanya

menggunakan single platform. MSAN merupakan gabungan dari beberapa teknologi yaitu

telepon TDM yang di dalamnya terdapat ISDN, STM -1.

Page 28: Laporan PLI

28

OTB (Optical Terminal Block)

Tempat untuk menterminasikan kabel FO (fiber optik) yang selanjutnya akan di

terminasikan ke Metro Ethernet.

SOFTSWITCH

Softswitch lahir dari pengembangan teknologi jaringan data yang kini telah

mendominasi. Pengembangan ini merupakan migrasi dari jaringan PSTN menuju NGN

Page 29: Laporan PLI

29

(Next Generation Network) yang berbasis data. Layanan telekomunikasi pada NGN (Next

Generation Network) meliputi voice, data, dan multimedia.

Pada kenyataannya, bagi industri jasa telekomunikasi bahwa volume trafik data

melebihi volume trafik voice, namun layanan voice masih merupakan penyumbang

pendapatan terbesar dalam bisnis telekomunikasi. Dengan Demikian pengembangan

layanan voice pada jaringan data menjadi aspek penting dalam perkembangan

telekomunikasi.

Softswitch merupakan teknologi komunikasi yang diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan layanan suara, data, dan multimedia secara terpadu. Selain itu softswitch juga

diharapkan mampu memenuhi kebutuhan PSTN dalam bermigrasi menuju jaringan data.

Sebagai konsep yang baru, softswitch juga diharapkan dapat memberikan solusi yang lebih

baik pada permasalahan yang timbul pada PSTN, baik secara teknis maupun non teknis.

Definisi softswitch menurut ISC ( International Softswitch Concortium ) adalah suatu

perangkat yang memiliki kemampuan paling tidak sebagai berikut:

1. Mengontrol layanan koneksi bagi suatu media gateway, dan / ataunative IP end

points.dimana fungsi ini dilakukan oleh MGC (Media Gateway Controller)*

2. Memilih proses yang dapat diterapkan pada suatu panggilan

3. Routing untuk panggilan dalam jaringan

4. Mentransfer control panggilan ke elemen jaringan lain

5. Antarmuka untuk mendukung fungsi manajemen seperti penyediaan layanan, fault,

billing, dan lain-lain.

Page 30: Laporan PLI

30

Jadi, softswitch adalah penghubung atau jembatan yang menghubungkan circuit switch

dengan packet switch.

2.3 KONFIGURASI

Sistem softswitch terdiri dari Softswitchnya itu sendiri atau sering disebut Call

Agent (CA) atau Media Gateway Controller (MGC) yang merupakan elemen utama

jaringan NGN. Berfungsi untuk mengontrol semua sesi layanan dan komunikasi serta

mengatur interaksi elemen-elemen lainnya seperti :

Page 31: Laporan PLI

31

Media Gateway (yang terdiri dari : Access Gateway dan Trunks Gateway)

Media Gateway adalah elemen jaringan yang berfungsi sebagai elemen transport

untuk merutekan trafik dalam jaringan softswitch dan juga mengirim atau menerima

trafik dari jaringan lain yang berbeda, seperti PSTN, PLMN, VoIP H.323, dan

jaringan akses pelanggan.

Trunk Gateway (TG) : adalah media gateway yang menjalankan fungsi merutekan

trafik dari jaringan PSTN / PLMN (jaringan mobile).

Seperti yang telah diketahui, karena masih adanya TDM network yaitu PSTN, maka

perlu adanya suatu gateway yang berfungsi sebagai interface antara TDM network

dan IP network.

Access Gateway adalah media yang digunakan oleh jaringan softswitch untuk

menjangkau pelanggan. Media akses dapat menggunakan cable modem, leased

circuit, V5.2, DSL, HFC, FTTH / FTTC dan radio akses.

Signaling Gateway

Signaling Gateway adalah elemen jaringan yang berfungsi sebagai interface

pensinyalan dari jaringan softswitch ke SS7, PSTN atau PLMN ”

Aplication Server adalah elemen jaringan yang menyediakan aplikasi tambahan

diluar fitur telepon yang membutuhkan server tersendiri, misalnya voicemail,

prepaid call, fixed SMS, dll.. Application Servers (terdiridari : Feature Server dan

Media Server)

Page 32: Laporan PLI

32

Media server adalah elemen jaringan yang berfungsi membantu Softswitch

untuk melakukan pemrosesan panggilan yang terjadi pada media stream,

seperti penyediaan dial tone, sarana conference, announcement.

Feature Server adalah elemen jaringan yang berfungsi sebagai penyedia

aplikasi fitur telepon

Operation Support System (OSS)

Operating Support System (OSS) adalah elemen jaringan yang berfungsi untuk

mendukung operasi dan pemeliharaan jaringan, seperti manajemen jaringan,

provisioning, billing, monitoring, statistikdll

Modul pelanggan pada sentral

softswitch

Page 33: Laporan PLI

33

2.4 SOP DAN SMP

2.4.1 SMP Harian

Back-up data Ama

Perbedaan dalam prosedur back-up data sentral lama dengan sentral baru adalah

pada sentral lama data tidak akan hilang kecuali dihapus sedangkan pada sentral

baru data akan terhapus otomatis apabila telah lewat 7 hari, terhapusnya data tanpa

dilakukan back-up sebelumnya dapat menimbulkan kerugian pada PT. Telcom.

2.5 TROUBLE SHOOTHING

Proses troubleshooting dilakukan dengan menggunakan NMS (Network

Management System). Pemberian IP Address, routing, serta gangguan yang terjadi dapat

dimonitor melalui perangkat ini.

Untuk mengetahui keadaan perangkat ataupun melokalisir gangguan, para karyawan

tidak perlu mengecek secara langsung ke perangkat tersebut karena saat ini perangkat

multimedia sudah dapat di console dengan syarat tersedianya jaringan. Namun, jika

ternyata setelah di console masalah yang terjadi adalah pada hardware-nya, maka karyawan

ataupun teknisi harus menyelesaikan masalahnya langsung di lapangan. Mislakan salah satu

modul node IMUX Tellabs mengalami gangguan, maka harus diselesaikan dengan melihat

mengecek perangkat tersebut dan biasanya dalam pengecekan ini melibatkan vendor dari

perangkat tersebut.

Page 34: Laporan PLI

34

BAB IV

MULTIMEDIA

A. STRUKTUR ORGANISASI

B. KONSEP DASAR

Divisi multimedia adalah sebuah divisi yang mengurusi layanan internet. Beberapa

layanan multimedia dari PT. Telkom adalah telkomnet instan (sudah jarang digunakan),

speedy, astinet, dan VPN-IP.

Membahas masalah multimedia, pasti tidak jauh dari pembahasan OSI layer. Yaitu

sebuah model arsitektural jaringan yang dikembangkan oleh badan International

Organization for Standardization (ISO) di Eropa pada tahun 1977. OSI sendiri merupakan

singkatan dari Open System Interconnection. Model ini disebut juga dengan model "Model

tujuh lapis OSI" (OSI seven layer model). OSI Reference Model pun digunakan sebagai

Manager Area Network

M. Rukman

Sub Koordinator ISP

Andi Muh. Ahdin Anas

Officer O/M Multimedia

Sukmawati

Officer O/M Multimedia

Karlina Rivai

Page 35: Laporan PLI

35

titik awal untuk mempelajari bagaimana beberapa protokol jaringan di dalam sebuah

kumpulan protokol dapat berfungsi dan berinteraksi.

OSI Reference Model memiliki tujuh lapis, yakni sebagai berikut

Lapisan

ke-

Nama

lapisan

Keterangan

7 Application

layer

Berfungsi sebagai antarmuka dengan aplikasi dengan

fungsionalitas jaringan, mengatur bagaimana aplikasi dapat

mengakses jaringan, dan kemudian membuat pesan-pesan

kesalahan. Protokol yang berada dalam lapisan ini adalah HTTP,

FTP, SMTP, dan NFS.

6 Presentation

layer

Berfungsi untuk mentranslasikan data yang hendak

ditransmisikan oleh aplikasi ke dalam format yang dapat

ditransmisikan melalui jaringan. Protokol yang berada dalam

level ini adalah perangkat lunak redirektor (redirector software),

seperti layanan Workstation (dalam Windows NT) dan juga

Network shell (semacam Virtual Network Computing (VNC)

atau Remote Desktop Protocol (RDP)).

5 Session layer Berfungsi untuk mendefinisikan bagaimana koneksi dapat

dibuat, dipelihara, atau dihancurkan. Selain itu, di level ini juga

dilakukan resolusi nama.

4 Transport

layer

Berfungsi untuk memecah data ke dalam paket-paket data serta

memberikan nomor urut ke paket-paket tersebut sehingga dapat

disusun kembali pada sisi tujuan setelah diterima. Selain itu,

pada level ini juga membuat sebuah tanda bahwa paket diterima

dengan sukses (acknowledgement), dan mentransmisikan ulang

terhadap paket-paket yang hilang di tengah jalan.

Page 36: Laporan PLI

36

3 Network

layer

Berfungsi untuk mendefinisikan alamat-alamat IP, membuat

header untuk paket-paket, dan kemudian melakukan routing

melalui internetworking dengan menggunakan router dan switch

layer-3.

2 Data-link

layer

Befungsi untuk menentukan bagaimana bit-bit data

dikelompokkan menjadi format yang disebut sebagai frame.

Selain itu, pada level ini terjadi koreksi kesalahan, flow control,

pengalamatan perangkat keras (seperti halnya Media Access

Control Address (MAC Address)), dan menetukan bagaimana

perangkat-perangkat jaringan seperti hub, bridge, repeater, dan

switch layer 2 beroperasi. Spesifikasi IEEE 802, membagi level

ini menjadi dua level anak, yaitu lapisan Logical Link Control

(LLC) dan lapisan Media Access Control (MAC).

1 Physical

layer

Berfungsi untuk mendefinisikan media transmisi jaringan,

metode pensinyalan, sinkronisasi bit, arsitektur jaringan (seperti

halnya Ethernet atau Token Ring), topologi jaringan dan

pengabelan. Selain itu, level ini juga mendefinisikan bagaimana

Network Interface Card (NIC) dapat berinteraksi dengan media

kabel atau radio.

Beberapa perangkat yang banyak digunakan dalam multimedia ArNet Makassar

1. Router

ROUTER adalah perangkat berbasis TCP/IP yang dapat menghubungkan beberapa

network yang berbeda berdasarkan tabel routing.

Page 37: Laporan PLI

37

router Juniper MX960

Hirarki router pada network router yang menggunakan protokol MPLS :

– Router CE : router customer edge, router milik pelanggan.

– Router PE : router provider edge, router yang memiliki koneksi langsung dengan router

pelanggan (CE). Penamaannya menggunakan format PE-D5-[Kode STO], misalnya PE-D5-

BAL.

– Router P : router provider, router yang memiliki koneksi ke beberapa router PE.

Penamaannya menggunakan format P-D5-[Kode STO], misalnya P-D5-BAL.

– Router core: Router yang menghubungkan IP network suatu regional dengan regional

yang lain disebut Router Core. Penamaannya menggunakan format C-D5-[Kode STO],

misalnya C-D5-BAL.

Untuk ROUTER fungsi khusus (misal: softswitch), di belakang kode STO ditambahkan

kode tambahan, misalnya PE-D5-BAL-SS.

2. Switch

SWITCH adalah perangkat yang berfungsi untuk memperbanyak port ethernet. Port pada

SWITCH dapat dikelompokkan berdasarkan VLAN (virtual LAN) dan masing-masing

VLAN merupakan network yang berbeda dengan VLAN yang lain.

Page 38: Laporan PLI

38

Pada OSI Layer, SWITCH bekerja pada layer 2 (datalink). Tetapi sebagian SWITCH

memiliki kemampuan layer 3 sehingga bisa difungsikan sebagai router, contohnya switch

merk Cisco seri Catalyst 6500.

Penamaannya menggunakan format SW-D5-[Kode STO]. Jika pada suatu STO terdapat

lebih dari satu SWITCH, penamaannya ditambahkan nomor index di belakang SW,

misalnya SW-D5-BAL, SW2-D5-BAL.

Jika SWITCH yang support layer 3 difungsikan sebagai ROUTER, maka penamaannya

menggunakan format penamaan ROUTER, misalnya PE-D5-JRBRAS.

3. Intelligent Multiplexer (IMUX)

IMUX Berfungsi sebagai muldex dari / ke arah pelanggan, dari trunk 2 Mbps di-

split menjadi lebih kecil (n x 64kbps). IMUX dilengkapi dengan NMS yang menyediakan

fungsi Fault Handling dan Provisioning yang bersifat end-to-end (bisa memantau dari node

sampai ke site pelanggan). IMUX terhubung ke node IMUX lainnya, atau ke node

ROUTER PE, atau ke node FRAMERELAY.

IMUX Tellabs

Page 39: Laporan PLI

39

4. Broadband Remote Access Server

Merupakan perangkat yang berfungsi untuk mencocokkan username dan password

yang telah di kirimkan oleh pengguna internet,yang apabila pencocokan telah selesai di

lakukan,maka B-RAS akan mengirimkan no IP ke komputer yang di pakai oleh user,

sehingga user sekarang dapat connect ke internet.

Metro Ethernet

Jaringan METRO ETHERNET (ME) adalah jaringan telekomunikasi berbasis paket

menggunakan serat optik sebagai transport berbagai layanan. Peran yang utama dari node

ME adalah sebagai agregasi trunk Gigabit Ethernet dari perangkat akses seperti IP

DSLAM, Access Gateway dan MSAN.

Metro Ethernet menggunakan metode kontrol akses media Carrier Sense Multiple Access

with Collision Detection untuk menentukan station mana yang dapat mentransmisikan data

pada waktu tertentu melalui media yang digunakan. Dalam jaringan yang menggunakan

teknologi Ethernet, setiap komputer akan "mendengar" terlebih dahulu sebelum

"berbicara", artinya mereka akan melihat kondisi jaringan apakah tidak ada komputer lain

yang sedang mentransmisikan data. Jika tidak ada komputer yang sedang mentransmisikan

data, maka setiap komputer yang akan mengirimkan data dapat mencoba untuk mengambil

alih jaringan untuk mentransmisikan sinyal. Sehingga, dapat dikatakan bahwa jaringan

yang menggunakan teknologi Ethernet adalah jaringan yang dibuat berdasarkan basis First-

Come, First-Served, daripada melimpahkan kontrol sinyal kepada Master Station seperti

dalam teknologi jaringan lainnya.

Port-port pada node ME dapat berupa :

– 10GE (10.000 Mbps)

– GE (1.000 Mbps) & FE (100 Mbps)

Page 40: Laporan PLI

40

– STM-1 (155 Mbps) & E1 (2 Mbps)

Port-port tersebut dapat di-mapping-kan dengan port-port pada node ME lainnya yang

terhubung dalam network ME. Topologi network ME dapat berupa RING-LOOP maupun

POINT-TO-POINT.

Penggunaan ME antara lain dapat untuk melewatkan trafik Speedy, Astinet, VPN-IP

maupun E1 HAS, E1 Leased Channel maupun STM-1 yang di-dalamnya berisi E1 (Add

Drop Multiplexer).

Penamaan node ME menggunakan format MED5-[Kode STO], contoh ME-D5-BAL.

DSLAM

Digital subscriber line access multiplexer, atau sering disingkat menjadi DSLAM adalah

sebuah peralatan yang berfungsi menggabungkan dan memisahkan sinyal data dengan

saluran telepon yang dipakai untuk mentransmisikan data, peralatan ini terletak di ujung

sentral telepon terdekat. Berfungsi juga sebagai multiplexer. Perangkat ini merupakan

sebuah syarat dalam pengimplementasian jaringan Digital Subscriber Line (DSL).

Pada perangkat DSLAM biasanya sudah terpasang SPLITTER yang berfungsi

memisahkan sinyal suara dan sinyal data, dimana sinyal suara akan menuju perangkat

sentral telepon dan sinyal data akan diarahkan menuju BRAS melalui media transmisi

yang bisa berbentuk E1, STM-1 (Fiber Optic). Selanjutnya dari BRAS akan diarahkan ke

masing-masing ISP yang sudah bekerja sama.

Page 41: Laporan PLI

41

C. KONFIGURASI

Page 42: Laporan PLI

42

D. SOP dan SMP

Prosedur loop dan isolir

NETOP :

- Kontak petugas LOKASI, informasikan Node ID, alamat port dan status interface yang

terganggu.

- Mencatat info LED indicator dari petugas LOKASI.

- Memeriksa status interface pada NMS untuk setiap arah looping di titik sambung dan

menginformasikan hasilnya pada petugas LOKASI.

LOKASI :

- Menerima informasi Node-ID dan alamat port yang terganggu

- Menginformasikan status LED indicator kepada petugas NETOP.

- Mulai melokalisir gangguan (loop / isolir) pada titik-titik sambung B, C & D kemudian

menginformasikan hasilnya (LED indicator) pada petugas NETOP.

NETOP & LOKASI :

- Bersama-sama menyimpulkan lokasi gangguan.

- Bersama-sama menentukan rencana tindak lanjut perbaikan gangguan.

E. TROUBLESHOOTING

Untuk melokalisir gangguan, kita melakukan loop, atau isolir. Loop / isolir

dilakukan di titik sambung :

A) Konektor / jumper interface node A (RJ-45, DB-9, Patch-cord, dll) di R.

MULTIMEDIA

B) Konektor / jumper di DDF tie-line / OTB tieline di R. MULTIMEDIA

C) Konektor / jumper di DDF tie-line / OTB tieline di R. TRANSPORT

Page 43: Laporan PLI

43

D) Konektor / jumper di DDF transport / OTB SKSO di R. TRANSPORT

Arah Loop :

– Loop A1 : loop di titik A ke arah Multimedia

– Loop A2 : loop di titik A ke arah Transport

– Loop B1 : loop di titik B ke arah Multimedia

– Loop B2 : loop di titik B ke arah Transport

– Loop C1 : loop di titik C ke arah Multimedia

– Loop C2 : loop di titik C ke arah Transport

– Loop D1 : loop di titik D ke arah Multimedia

– Loop D2 : loop di titik D ke arah Transport

Perlengkapan loop

OPHAR LOKASI

Kabel Loop E1:

DB-9 Male Loop, DB-9 Female Loop, RJ-45 Male Loop, RJ-45 Female Loop

Kabel Loop GigabitEthernet:

Patch Cord FcPc – FcPc. Patch Cord FcApc – FcApc, Attenuator Fc, Adapter Fc

Kabel Isolir E1: Isoliran DDF

NETOP

NMS: NMS IMUX, SSH Router, SSH Frame-Relay

FORM STANDARD : Logbook Gangguan, Form Loop & Isolir

Page 44: Laporan PLI

44

BAB V

SENTRAL/SWITCHING (STO PANAKKUKANG)

3.1 STRUKTUR ORGANISASI

3.2 KONSEP DASAR

Sentral / Switching adalah unit kerja

yang menangani masalah penomoran pelanggan

dan jaringan telepon pelanggan. Sentral juga

berfungsi sebagai penghubung antara pelanggan

yang satu dengan pelanggan yang lain, juga

Page 45: Laporan PLI

45

menghubungkan antara sentral yang satu dengan sentral yang lain.

Perangkat Sentral yang digunakan di STO PANAKKUKANG, yaitu NEAX 61

Sigma ∑. NEAX 61∑ ini, merupakan sentral buatan NEC Jepang yang biasa digunakan

untuk menangani daerah berkapasitas kecil, sedang, maupun besar. NEAX 61∑ ataupun

EWSD merupakan sentral TDM digital, dimana system ini berbasiskan circuit switching.

Circuit switching adalah jaringan yang mengalokasikan sebuah sirkuit (atau kanal)

yang dedicated di antara nodes dan terminal untuk digunakan pengguna untuk

berkomunikasi. Sirkuit yang dedicated tidak dapat digunakan oleh penelepon lain sampai

sirkuit itu dilepaskan, dan koneksi baru bisa disusun.

STO Panakkukang membawahi beberapa RLU (Remote Link Unit), yaitu :

STO KIMA,

STO ANTANG

STO TAMALANREA,

STO SUDIANG

RLU ini ditempatkan pada STO – STO tersebut untuk menjangkau pelanggan yang

jauh dari host office agar penggunaan jaringan fisik dapat seefisien mungkin.

Jadi bila ada gangguan perangkat di ke-4 STO tersebut, kita dapat mengeceknya di

STO Panakkukang melalui software MAT (Maintanance Administration Terminal) yang

sudah terinstall pada komputer yang ada di STO Panakkukang.

Page 46: Laporan PLI

46

Di setiap STO, terdapat kode nomor telepon yang mencerminkan bahwa nomor

tersebut di remote oleh STO di masing-masing wilayah tertentu. Di bawah ini merupakan

kode nomor telepon di 5 STO di Makasar, antara lain :

a. STO PANAKKUKANG : 42xxx, 43xxx, 44xxx, 45xxx, dan 46xxx

b. STO KIMA : 51xxx

c. STO ANTANG : 49xxx

d. STO TAMALANREA : 58xxx, 54xxxx

e. STO SUDIANG : 55xxx

Selain nomor telepon di atas terdapat juga nomor telepon 7 digit yang bernama

FORMA (Fiber Optic Ring Makassar Area)

Modul Pelanggan

Page 47: Laporan PLI

47

3.3 KONFIGURASI

Page 48: Laporan PLI

48

SENTRAL NEAX 61E ∑

Arsitektur dasar system NEAX 61E ∑ terdiri dari 4 macam subsystem :

1. Application Subsytem

Subsystem ini merupakan interface antara switching dan perangkat

komunikasi di luar system.

2. Switching subsystem

Switching merupakan subsystem yang berfungsi untuk menghubungkan :

a. subscriber dengan subscriber

b. subscriber dengan trunk

c. trunk dengan trunk

d. subscriber dengan service trunk

e. trunk dengan service trunk

3. Processor Subsystem

Processor adalah unit yang berfungsi untuk

mengontrol baik call processing maupun tugas-

tugas operasi dan pemeliharaan

4. Operation dan Maintenance Subsytem

OM subsystem adalah subsystem yang menyediakan man machine serta

system supervisi. Dengan adanya man machine, command dapat diinputkan oleh

manusia ke system, dan sebagai hasil komunikasi system melaporkan data.

Page 49: Laporan PLI

49

System supervise merupakan fasilitas pengetesan yang dapat digunakan

untuk mengetahui normal dan tidaknya operasi system

O&M subsystem terdiri dari input/output Device dan Test Device yang

sangat diperlukan untuk keperluan administrasi dan maintenance routine.

Fungsi dari device-device tersebut adalah :

1. Maintenance & Administration Terminal (MAT)

MAT adalah terminal yang terdiri dari CRT (Cathode Ray Tube) display dan

keyboard yang memegang peranan paling pokok dalam pekerjaan operasi

pemeliharaan.

Page 50: Laporan PLI

50

2.4 SOP dan SMP

SOP (STANDARD OPERATION PROCEDURE) Perangkat Sentral NEAX61

1. View alarm / view all

2. View DAT (date and time)

3. Cek memory akupansi/kapasitas (View DFB CP all)

4. Monitor Line Lock Out (LLO)

5. Cek nomor telepon yang gangguan (view subl st = flt)

6. Cek nomor (view rst = flt)

SMP (STANDARD MAINTANANCE PROCEDURE) Perangkat Sentral NEAX61

A. Harian

1. Cek display alarm

2. Cek AMA report

3. Backup checklist harian

B. Mingguan

1. Switch ringer

C. Bulanan

1. Cek routing

2. Cek kanal

Page 51: Laporan PLI

51

3. Cek signaling

D. 3 Bulanan (sda)

E. 6 Bulanan

1. Sistem penyimpanan backup dimaintenance, dibersihkan

F. Tahunan

1. Overhul (Sentral dimatikan, diswitch)

G. Temporer (Darurat)

2.5 Trouble Shooting / Analisis Gangguan

Salah satu perangkat yang sering terkena kerusakan adalah modul pelanggan .

Kerusakan modul pelanggan biasa diakibatkan karena :

1. Gangguan dari luar jaringan

2. Catuan atau tegangan liar

Adapun cara-cara penaggulangan kerusakan yang terjadi pada modul pelanggan,

sebagai berikut :

1. Penggantian sparepart pada modul

2. Memasang arrester

Page 52: Laporan PLI

52

BAB VI

SISTEM KOMUNIKASI RADIO GELOMBANG MIKRO

DIGITAL

1. STRUKTUR ORGANISASI

2. KONSEP DASAR

Sistem komunikasi radio gelembong mikro digital (GMD) merupakan salah

satu media transmisi fisik yang digunakan untuk memberikan layanan komunikasi

pada daerah yang sulit dijangkau dengan menggunakan media transmisi fisik dan

juga pada daerah yang belum dibangun sistem transmisi optik.

Dalam perancangannya diperlukan kecermatan dalam memperhitungkan dan

mempertimbangkan link budget yang dibuat, karena sedikit saja kesalahan maka

dapat mengakibatkan system yang dibangun menjadi cacat misalnya, kesalahan

Manager Area

M. Rukman

Sub Koordinator ISP

Andi Muh. Ahdin Anas

Officer O/M Radio

Muhtar

Officer O/M Radio

Amir

Page 53: Laporan PLI

53

dalam pemilihan diameter antenna dimana diameternya lebih kecil dari yang

seharusnya, dapat mengakibatkan buruknya penerimaan informasi sehingga untuk

menanggulanginya maka antenna harus diganti, penggantian antenna ini tentu saja

menimbulkan kerugian baik dari segi waktu maupun biaya.

Merk radio yang digunakan di ArNet Makassar yaitu Alcatel, NEC, Ericson,

dan Huawei. Radio Alcatel termasuk jenis PDH sedangkan radio NEC, Ericson, dan

Huawei temasuk jenis SDH.

Kapasitas dari radio Alcatel adalah 140 mbps dan dapat melayani sebanyak

1920 kanal telepon. Radio ini bekerja pada band frekuensi 6,4 – 7,1 GHz. Sistem

konfigurasi yang diterapkan pada radio Alcatel yaitu 4 + 0 sedangkan untuk radio

NEC adalah 3 + 1, maksud dari system ini adalah terdapat satu kanal radio yang

stand by. Jadi, apabila salah satu kanal radio mengalami masalah maka kanal radio

tersebut yang berfungsi untuk menggantikannya.

Perangkat yang digunakan untuk dapat melaksanakan proses switching

(pemindahan kanal radio) disebut Automatic Switching. Selain itu pada radio

Alcatel menggunakan direct modulasi, perbedaan direct modulation dengan

modulasi yang biasa adalah pada direct modulation tidak ada lagi intermediate

frequency karena modulator/demodulator circuitnya sudah tergabung dengan modul

pada transmit unit dan receive unit

Page 54: Laporan PLI

54

3. KONFIGURASI

.

Skema sederhana sistem transmisi radio

SHF

AMPLIFIER TRANSMITTER

RECEIVER EQUALIZER

REGENERATOR

DEFRAMING

SUPERVISORY

FRAMING

FREAMING

MUX

DEM

UX

S

W

I

T

C

H

Page 55: Laporan PLI

55

Blok diagram radio GMD

Page 56: Laporan PLI

56

Page 57: Laporan PLI

57

4. STANDARD OPERATION PROCEDURE DAN STANDARD MAINTENANCE

PROCEDURE

a. Checklist Harian Radio RMJ : untuk mengecek Transmitter (Tx) dan Receiver

(Rx) pada radio RMJ. Cara pengecekannya yaitu :

1. Buka file LMT

2. Lalu masukkan password (login)

3. Pilih Menu File New

4. Di kotak dialog “Connect”, klik OK

5. Lalu, muncul lagi kotak dialog “Connect” dan masukkan IP daerahnya, lalu

OK

6. Catat Tx dan Rx pada radio 1 dan 2 pada buku Check List RMJ

b. Checklist Harian Radio NEC : untuk mengecek Tx dan Rx (level site) pada

radio NEC. Nilai normal untuk Tx 30 dBm dan Rx 40 dBm. Cara

pengecekannya yaitu :

1. Masuk ke program LCT lalu pilih daerahnya atau site-nya.

2. Lalu masukkan password (log in)

3. Pilih menu “Performance Monitor”

4. Pada kotak dialog,pilih TRP Unit dan sistem yang ingin dipilih (SYS)

5. Periksa Tx dan Rx-nya

6. Ganti SYS untuk mengecek sistem yang lain

7. Dan lakukan pengecekan Tx dan Rx sama seperti sebelumnya

Catatan : Di dalam kotak dialog terdapat site atau daerah yang simbolnya berwarna

merah yang berarti tidak dapat dimonitoring

Page 58: Laporan PLI

58

c. Pengukuran dengan Mikroterminal

Tentukan Channel yang akan diukur, dengan memutar tombol Channel

Selanjutnya tekan “MENU”. Maka akan muncul pada display seperti gambar

disamping.

Selanjutnya arahkan tanda panah pada “QUALITY”, selanjutnya tekan

“VALID”. Dan lanjutkan dengan “DISPLAY”.

Pada display akan ditampilkan hasil pengukuran, kemudian catat.

Kemudian tekan tombol selanjutnya

pilih “VOLTAGES”. lalu tekan „VALID‟.

Selanjutnya pada display akan tampil hasil pengukuran „TLO‟ dan tekan

untuk hasil

pengukuran „RLO‟. Lalu catat.

Setelah semua pengukuran selesai, lalu clear.

Page 59: Laporan PLI

59

TOMBOL FUNGSI

Membaca salah satu informasi lengkap atau sebuah submenu.

Pilihan yang disediakan oleh fungsi ini biasanya ditandai oleh

karakter „ % „ pada baris akhir pembacaan.

Untuk mengeksekusi perintah

Untuk memasukkan suatu karakter kosong.

Untuk menggeser kursor ke bawah.

Untuk menggeser kursor ke atas.

Tombol „RETURN‟ untuk menampilkan sebuah menu sebelumnya

Tombol „F1‟ untuk akses langsung ke menu 01 yaitu : OPERATING

MODE

Tombol „F2‟ untuk akses langsung ke menu 01 yaitu : DATE DISPLAY

Tombol „SHIFT+F3‟ untuk langsung kembali ke menu 00 yaitu:

HEADER

Tombol „SHIFT+F4‟ untuk mematikan general alarm.

Page 60: Laporan PLI

60

Keterangan mikro terminal MT

416

Page 61: Laporan PLI

61

BAB VII

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

A. STRUKTUR ORGANISASI

B. KONSEP DASAR

Sistem komunikasi serat optik adalah sistem komunikasi yang menggunakan cahaya

sebagai pembawa sinyal informasi. Selain itu, media transmisi ini memiliki banyak

keunggulan seperti bandwidth yang besar. Secara garis besar, sistem ini terdiri dari 3

bagian yaitu sumber optik di sisi pengirim, media transmisi berupa serat optic dan detector

optic di sisi penerima.

Transmisi optic memiliki redaman besar apabila digunakan untuk komunikasi jarak jauh

untuk itu dibutuhkan repeater untuk mengatasinya. Dengan adanya repeater maka sinyal

cahaya akan diproses menjadi sinyal listrik lalu dikuatkan kemudian dirubah lagi menjadi

sinyal optik.

Manager Area

M. Rukman

Sub Koordinator ISP

Andi Muh. Ahdin Anas

Officer O/M SKSO

Marsudi

Page 62: Laporan PLI

62

Penyambungan kabel serat optik disebut sebagai splicing. Splicing menggunakan alat

khusus yang memadukan dua ujung kabel seukuran rambut secara presisi, dibakar pada

suhu tertentu sehingga kaca meleleh tersambung tanpa bagian coated-nya ikut meleleh.

Setelah tersambung, bagian sambungan ditutup dengan selubung yang dipanaskan.

Alat ini mudah dioperasikan, namun sangat mahal harganya. Inilah sebabnya meskipun

harga kabel fiber optik sudah jauh lebih murah namun alat dan biaya lainnya masih mahal,

terutama pada biaya pemasangan kabel, splicing dan terminasinya.

Pigtail yang disambungkan ke kabel optik bisa bermacam-macam konektornya, yang paling

umum adalah konektor FC. Dari konektor FC di OTB ini tinggal menggunakan patchcord

yang sesuai untuk disambungkan ke perangkat. Umumnya perangkat optik seperti switch

atau bridge menggunakan konektor SC atau LC.

Setelah kabel optik terpasang di OTB dilakukan pengujian end-to-end dengan

menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR). Dengan OTDR akan

didapatkan kualitas kabel, seberapa besar loss cahaya dan berapa panjang kabel totalnya.

Harga perangkat OTDR ini sangat mahal, meskipun pengoperasiannya relatif mudah.

OTDR ini digunakan pula pada saat terjadi gangguan putusnya kabel laut atau terestrial

antar kota, sehingga bisa ditentukan di titik mana kabel harus diperbaiki dan disambung

kembali.

C. KONFIGURASI

Page 63: Laporan PLI

63

Dalam arah kirim, input sinyal yang berasal dari perangkat Multiplex digital

dihubungkan ke Digital Distribution Frame (DDF) dan diteruskan ke Electrical Circuit.

Fungsi Electrical Circuit adalah memperbaiki karakteristik dan mengkodekan sinyal yang

diteruskan ke Optical Transmitter. Pada Optical Transmitter, sinyal listrik diubah menjadi

sinyal pulsa cahaya yang dikirimkan ke stasiun lawan melalui serat optik. Sedangkan pada

arah terima, sinyal pulsa cahaya yang diterima dari serat optik akan diubah oleh Detector

Optik menjadi sinyal listrik yang akan diteruskan ke Electrical Circuit. Fungsi Electrical

Circuit pada arah terima sama dengan pada arah kirim. Output sinyal dari Electrical Circuit

akan diteruskan ke perangkat Demultiplex setelah melalui DDF. Digital Distribution Frame

(DDF) digunakan untuk lokalisir gangguan, sebagai terminasi, digunakan dalam

pengukuran/test link, dan digunakan jika ada pasang baru.

Secara keseluruhan , link FO yang dioperasikan oleh P.T Telkom ada tiga:

1. SUB (Surabaya-Ujung Pandang-Banjarmasin) menggunakan:

a. Nortel STM-16 (2.5 Gbps)

b. Alcatel STM-16 (2.5 Gbps)

Page 64: Laporan PLI

64

c. Siemens STM-64 (10 Gbps)

2. T-21

Menggunakan Siemens STM-16 (2.5 Gbps)

3. Forma (Fiber Optic Ring Makassar)

(Balaikota - Mattoanging – Sungguminasa – Takalar – Jeneponto – Bantaeng – Bulukumba

– Sinjai – Watampone – Libureng – Maros – Panakukkang - Balaikota).

SISTEM PENCATUAN KABEL LAUT

Banyaknya repeater yang digunakan untuk mencatu link Surabaya-Ujung Pandang

yaitu 9 repeater, dimana 5 repeater berada di Makassar dan 4 repeater ada di Surabaya.

Peralatan catu daya dipasang pada kedua stasiun kabel , dimana stasiun kabel

Makassar memberikan tegangan dengan polaritas positif sedangkan stasiun kabel Surabaya

memberikan tegangan dengan polaritas negatif.

Dengan cara ini , masing-masing stasiun kabel menangani setengah bagian dari

tegangan keseluruhan yang dibutuhkan sistem, sehingga dapat dikatakan bahwa

sistem pencatuan daya yang diberikan dari kedua stasiun kabel adalah lebih baik

dari pada sistem pencatuan daya yang diberikan dari stasiun kabel saja.

Banyaknya core yang digunakan pada SKKL ini adalah 4 core dimana masing – masing 2

core untuk transmit dan 2 core lainnya untuk receive.

PFE (Power Feeding Equipment) merupakan suatu perangkat yang digunakan untuk

memberikan catu daya untuk seluruh sistem dan sejumlah repeater yang digunakan.

Perangkat ini dapat dipasang di 2 tempat, yaitu transmitter dan receiver.

Perangkat yang terdapat pada PFE terdiri dari 3, yaitu:

PR (Power Regulator)

Page 65: Laporan PLI

65

PM (Power Monitor)

PF (Power Function)

Prinsip kerja dari PFE ini yaitu, PFE memberi tegangan kepada masing – masing repeater

sebesar 100 V, ketika terjadi masalah/gangguan pada kabel (putus) maka PFE akan

mendeteksinya.

P

F

E

P

F

E

R3 RI R2 R4

Misalkan, dalam keadaan normal PFE

“M” mencatu tegangan 100 v pada

masing – masing Repeater 1 dan 2

sedangkan PFE “S” mencatu tegangan

100 v pada masing – masing repeater

3 dan 4.

P

F

E

P

F

E

R3 RI R2 R4

Putus

Misalkan, titik B putus, maka PFE “M”

akan mendeteksinya sehingga PFE

tersebut hanya akan mencatu R1 saja,

sedangkan di sisi lawan, PFE “S” akan

mengambil alih dalam mencatu R2 jadi

PFE “S” mencatu tegangan sebanyak

300 v sedangkan PFE “M” menvatu

tegangan sebanyak 100 v.

P

F

E

P

F

E

R3 RI R2 R4

Putus

Misalkan, titik E putus, maka secara

otomatis PFE “S” akan memutuskan

catuannya kepada repeater sedangkan PFE

“M” yang mendeteksi gangguan ini, akan

mencatu ke semua repeater, sehingga tugas

PFE “S” diambil alih oleh PFE “M”

Page 66: Laporan PLI

66

D. SOP (STANDAR OPERATION PROSEDURE)

PROSEDUR PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK

Alat yang dibutuhkan :

Bahan yang dibutuhkan :

Tang potong Fiber stripper

Fiber cleaver Fusion splicer

Tube

stripper

Sarung tangan

Kabel FO

Joint Closure

Sleeve

Protection

Page 67: Laporan PLI

67

Langkah Kerja :

1. Potong PE luar sepanjang ± 20 cm menggunakan

lupsheet cutter kemudian patahkan dan tarik PE

tersebut keluar.

2. Lalu pisahkan pita pelilit dan benang, kemudian

lilitkan dan ikat benang pada potongan PE luar

tadi lalu tarik sehingga benang membelah kulit

PE luar sepanjang ±60 cm, setelah itu, lakukan

hal yang sama pada sisi di belakangnya

3. Setelah PE luar terlepas, lalu buka pita katun

pada tube dan uraikan tube – tube tersebut.

4. Lalu bersihkan tube dari jelly dengan

menggunakan kain majun / tissue yang telah dibasahi oleh minyak tanah.

Page 68: Laporan PLI

68

5. Lalu potong central strength member (berwarna

putih, berada di tengah dan bertekstur kaku /

lebih keras disbanding tube lainnya ) sepanjang ±

5 cm dan juga potong tube yang kosong (bila

ada) kemudian pasangkan klem penjepit pada

kabel.

6. Tempatkan kabel pada joint closure dan ikat dengan ties

7. Setelah itu potong tube menggunakan tube stripper

8. Kemudian bersihkan masing – masing core pada tube yang telah

dipotong. Kemudian pisahkan core tersebut satu per satu

9. Kupas core menggunakan fiber stripper sesuai dengan aturan

warna core

10. Setelah mengupas core, bersihkan core tersebut lalu potong

menggunakan fiber cleaver

Buka penutup alat lalu masukkan

pada alur serat sesuai dengan

batas yang ditentukan

Page 69: Laporan PLI

69

11. Lakukan langkah di atas pada core yang satunya lagi ( core

pasangannya ) dengan warna yang sama. Untuk core yang satunya,

sebelum dipotong masukkan terlebih dahulu sleeve protection

12. Setelah itu masukkan core tersebut ke fusion spicer. Usahakan core

tersebut tidak membentur / mengenai apapun setelah dipotong

13. Setelah core pasangannya dimasukkan ke

fusion splicer, tutup fusion splicer. dan

tekan tombol SET. Lalu perhatikan pada

layar apakah kedua core tersebut layak

untuk disambung,

jika core tersebut layak disambung, maka akan

terjadi proses gap, aligning, ARC dan estimating

Setelah itu akan muncul redaman dari hasil

penyambungan, redaman yang diporbolehkan

yaitu 0,00 – 0,05 dB.

Sedangkan jika core tidak layak disambung, tekan tombol RESET lalu

kupas dan potong kembali core tersebut.

Dorong keluar pemotongnya, lalu

tutup penutup bagian luar, kemudian

potong serat dengan mendorong

pemotong ke dalam, setelah itu, serat

sisa pemotongan diambil dengan

menggunakan lakban

Page 70: Laporan PLI

70

14. Setelah kedua core tersebut tersambung, letakkan sleeve protection

pada daerah sambungan, kemudian masukkan ke dalam pemanas

15. Tekan tombol HEAT

16. Tunggu ± 1 menit

17. Ulangi langkah di atas pada core – core yang lainnya. Setelah

semua core terpasang, rapikan core – core tersebut pada joint

closure. Kemudian kencangkan joint closure tersebut.

18. Tes sambungan

E. SMP ( STANDAR MAINTENANCE PROSEDURE)

1. Pemeliharaan harian meliputi

o Pengecekan Visual Alarm Unit

o Pengecekan Alarm Via NMS

o Pengecekan Terminasi Kabel

o BIR (Bersih, Indah dan Rapi) Perangkat & Ruangan

o Pengecekan Kelembaban Ruangan (Normal : 55%-75%)

o Pengecekan Temperatur Ruangan (Normal : 20-240C)

2. Pemeliharaan Mingguan meliputi :

o Site Visit Landing Point

o Pengukuran Kabel Idle FO

o Patroli Kabel FO

3. Pemeliharaan Bulanan meliputi :

o Pengukuran parameter Operasi

Page 71: Laporan PLI

71

o Optical Level Tx

o Optical Level Rx

o Electrical Power Source

o Pengecekan Protection Unit

4. Pemeliharaan Tahunan

Page 72: Laporan PLI

72

BAB VIII

SISTEM KOMUNIKASI SATELIT

A. RUANG LINGKUP

Sekilas tentang satelit

Konfigurasi sistem komunikasi satelit

Fungsi masing – masing perangkat yang bekerja untuk sistem

komunikasi satelit

Langkah – langkah pengecekan parameter modem IDR

B. KONSEP DASAR

Ada banyak media yang dapat digunakan dalam proses telekomunikasi.

Medianya bisa berupa kabel tembaga, serat optik, satelit dan radio. Beberapa

pertimbangan untuk berkomunikasi menggunakan satelit pun dipikirkan,karena

ternyata, kondisi geografis bumi yang tidak merata dan teratur, membuat sulitnya

menggunakan media kabel optik, dan dapat dipastikan, waktu pengerjaan untuk

menginstalasi kabel serat optik cukup lama. Oleh karena itu,muncullah gagasan

untuk menggunakan satelit sebagai media di samping menggunakan media kabel.

Satelit merupakan repeater yang fungsinya menerima signal gelombang

microwave dari stasiun bumi yang kemudian frekuensinya ditranslasikan lalu

diperkuat dan dipancarkan kembali ke stasiun bumi. Satelit sendiri lebih unggul

dari media komunikasi lain dalam hal luas daerah yang dapat dijangkau. Tidak

seperti kabel serat optik atau kabel tembaga, satelit rupanya bisa menjangkau

bahkan daerah terpencil sekalipun.

Page 73: Laporan PLI

73

Satelit menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan media komunikasi

lainnya,seperti :

Layanan yang tersedia beragam. Bisa untuk voice,data dan lain

sebagainya.

Daerah yang dapat dijangkau cukup luas

Layanan yang bersifat broadcast

Ada pun kekurangan dari sistem komunikasi satelit adalah :

Delay yang besar disebabkan jauhnya jarak antara stasiun bumi dengan

satelit (±36.000 kilometer), besarnya delay time dapat diketahuii dgn

rumus 𝑡 =𝑠

𝑣

Dimana s = 36.000.000 m dan v = 3 x 108

m/s, sehingga delaynya yaitu

±0,24 s (stasiun bumi – satelit – stasiun bumi)

Rentan terhadap pengaruh atmosfir.

Gangguan dari matahari. Gangguan ini terjadi apabila matahari,satelit, dan

antenna parabola berada pada satu garis lurus.

Karena sifatnya broadcast, maka mudah disadap

Sistem komunikasi satelit di indonesia menggunakan frekuensi C-Band

dan Extended C-Band. Range frekuensi C-Band untuk uplink adalah 5925-6425

MHz, dan untuk downlink adalah 3700-4200 MHz. sedangkan, range frekuensi

extended C band untuk uplink 6445-6685 MHz, dan downlinknya adalah 3400-

3640 MHz.

Page 74: Laporan PLI

74

Sampai saat ini, PT. Telkom telah menluncurkan beberapa satelit yaitu

satelit Telkom 1 dan satelit Telkom 2. Masing – masing satelit memiliki

transponder. Transponder berasal dari kata transmitter (pemancar) dan responder

(perespon atau pengolah).

Transponder merupakan kaplingan frekuensi atau tempat penerima signal

yang dikirim dari stasiun bumi. Bandwidth transponder adalah 40 MHz, tetapi

kenyataannya yang digunakan adalah 36 MHz. Lalu bagaimana dengan 4 MHz

sisanya? Sisanya digunakan sebagai pembatas atau spasi antar transponder agar

tidak terjadinya interferensi dengan frekuensi transponder lain.

Satelit telkom 1, terdiri dari 24 transponder utama dan 12 transponder

extended, terbagi atas 2 polarisasi, yaitu horizontal dan vertikal

Satelit telkom 2, terdiri dari 24 transponder utama, terbagi atas dua

polarisasi, yaitu horizontal dan vertical

Untuk uplink, polarisasi horizontal yang digunakan dimulai dari frekuensi

5945 MHz – 6385 MHz dan vertikal dimulai dari frekuensi 5965 MHz –

6405 MHz.

Untuk downlink, polarisasi horizontal yang digunakan dimulai dari 3720

MHz – 4160 MHz dan vertikal dimulai dari frekuensi 3740 – 4180 MHz.

sehingga selisih antara downlink dan uplink adalah 2225 MHz..

Selain itu, PT Telkom juga menyewa transponder dari pihak asing, yaitu

Satelit GE-23 buatan Amerika, terdiri dari 24 transponder yang terbagi

atas 2 polarisasi yaitu horizontal dan vertikal

Page 75: Laporan PLI

75

Satelit JC-SAT buatan Jepang, terdiri dari 24 transponder yang terbagi atas

2 polarisasi yaitu horizontal dan vertikal

Penyusunan transponder kedua satelit asing tersebut berbeda dengan satelit

Telkom 1 dan Telkom 2, dimana transponder bernomor ganjil berpolarisasi

vertical sedangkan transponder bernomor genap berpolarisasi horizontal.

C. KONFIGURASI SISTEM KOMUNIKASI SATELIT

Gambar konfigurasi sistem komunikasi satelit

Keterangan :

a. Modulator demodulator (modem)

Gambar modem IDR

Page 76: Laporan PLI

76

Modem berfungsi mengubah signal baseband menjadi signal IF (intermediate

frequency). Frequency IF adalah 70 ± 18 MHz.

Modulator fungsinya mengubah signal baseband (2 Mbps,) menjadi

signal carrier IF (70 ±18 MHz)

Demodulator fungsinya mengubah signal carrier IF menjadi signal

baseband pada sisi penerima.

Cara mengecek parameter modem IDR untuk tipe CDM 600 :

1. Pilih configuration,kemudian tekan ENT

Setelah tekan ENT,akan muncul tampilan sperti berikut :

Isi menu konfigurasi

Page 77: Laporan PLI

77

2. Tekan tombol panah kiri atau kanan, lalu pilih RX untuk mengecek

parameter apa saja yang digunakan pada receiver. Setelah menekan tombol

ENTER,maka akan muncul tampilan seperti gambar di bawah.

Bagian – bagian dari RX :

RX – IF : untuk melihat frekuensi receive

Data : untuk melihat kecepatan informasi yang

ditransmisikan pada sisi receive mulai dari 64 Kbps – 44.376 Mbps

Demod : untuk melihat jenis modulasi yang

digunakan. Di stasiun bumi, umumnya, modulasi yang digunakan

adalah 8-PSK,16 QAM,QPSK.

Pada bagian TX

Tampilan isi dari RX

Page 78: Laporan PLI

78

o Besaran – besaran Penting Dalam Operasi Modem IDR

a. C / N ( Carier to Noise )

Perbandingan antara daya Carier dan daya noise. Besaran ini

menunjukan kualitas dari sinyal IF yang diterima oleh Modem.

b. Eb / No ( Energi bit to Noise )

Perbandingan antara energi bit dengan rapat daya noise. Besaran

ini juga menunjukan kualitas dari sinyal IF yang diterima oleh

modem, tetapi ada unsur lain yang mempengaruhi besaran Eb/No

ini, yaitu :

- Kecepatan transmisi data

- Noise bandwidth dari modulator

c. FEC ( Forward Error Corection )

Perbandingan antara jumlah bit informasi dengan jumlah bit yang

ditransmisikan. Sebagai contoh : FEC Rate = ¾ berarti dalam 4

bit yang ditransmisikan mengandung 3 bit informasi.

d. BER ( Bit Error Rate )

Perbandingan antara banyak data salah yang diterima seluruhnya.

Sebagai contoh : BER = 10ˉ9 berarti dalam 10

9 bit data yang

diterima.ada 1 bit yang error / cacat.

e. Information Rate

Banyaknya bit informasi yang dtransmisikan dalam satu detik.

Isi dari TX

Page 79: Laporan PLI

79

f. Transmission Rate

Banyaknya bit yang ditransmisikan dalam satu detik.

g. Symbol Rate

Banyaknya symbol keluaran modulator per sekon. Pada jenis

modulator QPSK, suatu symbol dua bit yang ditransmisikan

sehingga symbol rate QPSK = ½ x transmission rate.

Pada modem IDR, tentunya terdapat LED indikator sebagai penanda. Ada

pun arti dari setiap LED yang menyala :

1. Transmit traffic berwarna kuning kehijauan, artinya pada sisi pengirim

tidak ada gangguan atau kerusakan. Jika LED mati, maka ada bagian

dari sistem yang terganggu.

2. Receive traffic berwarna kuning kehijauan, artinya pada sisi penerima

tidak ada gangguan atau kerusakan. Jika LED mati, maka ada bagian

dari sisi penerima yang terganggu.

3. On line berwarna kuning kehijauan, berarti sistem sedang on line atau

aktif.

4. Stored event menyala,berwarna jingga. Jika LED stored event

menyala, artinya kejadian-kejadian yang direkam modem,seperti

pengubahan parameter,dan lain-lain masih tersimpan. LED akan mati

jika semua kejadian yang direkam modem dihapus.

5. Test mode. LED pada test mode akan menyala apabila kita melakukan

test pada modem. Seperti contoh di bawah ini :

Page 80: Laporan PLI

80

b. Up / down converter

Gambar converter

Up converter terdapat pada bagian pengirim. Fungsinya untuk

mengubah frekuensi IF (70 ± 18 MHz) menjadi RF (5.925 – 6.425

GHz).

Down converter terdapat pada bagian penerima. Fungsinya

mengubah singnal RF 4 GHz menjadi IF (70 18 MHz)

Gambar : LED indikator pada modem IDR

Gambar : menu test mode

Page 81: Laporan PLI

81

c. High Power Amplifier (HPA)

HPA terdapat pada bagian pengirim, fungsinya untuk menguatkan signal

uplink yang ditransmisikan. Faktor jarak yang jauh mempengaruhi kualitas

signal, oleh karena itu perlu penguatan supaya dapat sampai ke tujuan.

d. Waveguide

Merupakan feeder line yang melewatkan gelombang electromagnet

menuju sirkulator pada sisi kirim.

e. Sirkulator

Gambar HPA satelit Telkom 1

Gambar HPA satelit JCSAT

Page 82: Laporan PLI

82

Sirkulator berfungsi untuk memisahkan frekuensi 6 GHz dengan 4 GHz.

f. Antenna

Antenna berperan penting dalam sistem komunikasi satelit.

Berfungsi sebagai transmitter ke satelit dan receiver dari satelit.

Antenna memiliki beberapa bagian penting yang membantu dalam

proses pengiriman signal ke satelit, yaitu :

1. Sub reflector

Bagian antenna yang memantulkan signal dari reflector ke titik

fokus dan dari titik fokus ke reflektor.

2. Main reflector

Berfungsi memantulkan signal dari satelit ke titik fokus dan dari

titik fokus menuju satelit.

3. Feedhorn

Berbentuk silinder. Fungsinya di sisi kirim untuk mengirim signal

dari HPA ke satelit. Pada sisi terima, berfungsi menangkap signal

downlink dari satelit.

Gambar antenna parabola

Page 83: Laporan PLI

83

4. Polarizer

Berfungsi untuk menentukan polarisasi signal yang dikirim ke

satelit dan diterima.

g. Kabel coaxial

Terdapat di sisi terima. Melewatkan signal berfrekuensi 4 GHz.

h. Low Noise Amplifier (LNA)

Di sisi penerima, fungsinya, selain untuk memblok noise, LNA juga

menyaring frekuensi yang diinginkan sebelum diteruskan ke down

converter.

i. Combiner

Berfungsi menggabungkan beberapa perangkat, misalnya modem IDR,

yang kemudian outputnya diteruskan ke perangkat yang dituju, seperti ke

HPA.

j. Divider

Membagi output dari perangkat ke beberapa perangkat lain.

k. Echo canceller

Pada system transmisi satelit gangguan echo akan muncul karena jarak antara

bumi dengan satelit cukup jauh (36.000 Km) sehingga diperlukan echo canceller

untuk menekan gema.

Gambar echo canceller

Page 84: Laporan PLI

84

l. ADPCM dan DCME

Pada dasarnya, ADCPM dan DCME memiliki fungsi yang sama, yaitu

sebagai pengganda kanal. Tujuan penggandaan kanal sendiri adalah untuk

efisiensi modem, sehingga tidak perlu menambahkan modem jika ternyata

jumlah pelanggan bertambah.

Perangkat ADPCM Perangkat DCME

Page 85: Laporan PLI

85

D. SOP DAN SMP

STANDARD OPERASI PROCEDUR (SOP)

1. SOP remote control unit HPA :

a. Switch over :

Nyalakan power RCU HPA,perhatikan alarm indikator

tidak ada yang menyala

Pastikan lampu indikator lokal dan manual menyala dengan

menekan tombol CONTROL

Untuk mengalihkan HPA online menjadi stand by, tekan

tombol switch.

Cek paramater HPA online dan pastikan tidak ada alarm

yang terjadi.

b. Menon – aktifkan :

Pastikan bahwa salah satu HPA dalam posisi online.

Matikan power RCU HPA.

2. SOP LNA

a. Mengaktifkan :

Pasang LNA pada hub antenna.

Hubungkan LNA dengan sumber catuan

Aktifkan DC power supply dan set dengan outputnya antara

– 12 V sampai dengan – 24 V DC.

b. Menon-aktifkan :

Non-aktifkan DC power supply.

Page 86: Laporan PLI

86

Lepaskan koneksi antara LNA dengan sumber catuan.

3. SOP UP dan DOWN CONVERTER

a. Mengaktifkan :

Aktifkan power up dan down converter. Pastikan indikator

alarm tidak ada yang nyala.

Tunggu beberapa saat hingga muncul gambar tampilan

tanda siap digunakan.

Untuk mengubah parameter, tekan tombol MENU. Isi dari

MENU akan muncul, lalu tekan tombol kiri / kanan / atas /

bawah untuk pindah ke isi menu berikutnya, kemudian

tekan ENTER.

Setelah semua parameter terisi, simpan pada salah satu

channel memory dengan cara menempatkan kursor pada

menu STO.

Tekan tombol ENT, kemudian tombol ENABL sampai

muncul pesan ENABLE pada display.

Lakukan perubahan parameter attenuator sampai pada nilai

maksimumnya.

b. Menon-aktifkan :

Ubah parameter MUTE menjadi ON, pastikan lampu

inidikator MUTE menyala.

Kemudian non-aktifkan power UP atau down converter.

4. SOP HPA

Page 87: Laporan PLI

87

a. Mengaktifkan :

Aktifkan power HPA. Perhatikan lampu indikator alarm

tidak ada yang menyala.

Tunggu 3 sampai 5 menit LED FTD padam dan LED

STBY menyala.

Tekan tombol BEAM untuk mengaktifkan output HPA.

Cek level signal output HPA melalui port RF sample.

Untuk mengubah level output HPA, putar tombol RF driver

adjust. Kenaikan level HPA akan mempengaruhi sistem

yang berhubungan dengan HPA tersebut.

b. Menon-aktifkan :

Tekan tombol BEAM OFF RESET untuk mematikan

output HPA.

Tunggu ± 3 – 5 menit hingga LED STBY menyala,

kemudian non-aktifkan power HPA.

STANDARD MAINTENANCE PROCEDURE (SMP)

1. SMP perangkat dehydrator

a. Harian :

Pengecekan kondisi BIR (bersih,indah, dan rapi)

Pengecekan periode kerja dehydrator.

Pengecekan alarm indikator.

Page 88: Laporan PLI

88

b. Bulanan :

Pengecekan warna siligacel.

Pengecekan tekanan udara.

Pengetesan fungsi.

2. SMP modem IDR

a. Harian :

Pengecekan BIR (bersih,indah, dan rapi)

Pengecekan alarm indikator.

Pengecekan lampu indikator.

Pengamatan display, yang meliputi : TX frequency,RF

out,TX power,RX frequency,RF loopback,RAW BER,COR

BER,Eb/NO,RX signal,Monitor fault / menu fault.

Pengecekan TX frequency,TX power,BER,Eb/NO

dilakukan dengan checklist.

b. Tahunan :

Pengecekan center frequency 70 MHz dan suprios dengan

spectrum analyzer.

3. SMP LNA

a. Harian :

Pengecekan lampu indikator switch.

Pengecekan lampu indikator power switch.

Pengecekan feeder receiver.

b. Mingguan :

Switch over LNA dari A ke B

Page 89: Laporan PLI

89

c. Semesteran :

Pengecekan gainLNA.

Pengukuran C/N (carrier to noise)

4. SMP Up/Down converter

a. Harian :

Cek BIR (bersih,indah, dan rapi)

Pengecekan lampu indikator dan alarm.

b. Semesteran :

Pengukuran power supply.

Pengukuran output synthesizer power supply.

Pengukuran AFC/MFC.

Pengukuran local oscillator.

Untuk sistem redundant :

i. Muting

ii. Gain up converter dan flatness

iii. IM product

iv. Gain down converter dan flatness

5. SMP HPA

a. Harian :

Pengecekan lampu indikator.

Pengecekan hembusan blower.

Cek meter reading (helix current,collector current,output

power dan reflected power).

b. Mingguan :

Page 90: Laporan PLI

90

Pengecekan switch HPA A ke B (untuk redundant)

c. Bulanan :

Pembersihan filter udara bagian depan.

Pembersihan exhaust filter.

d. Triwulan :

Pembersihan front panel.

Page 91: Laporan PLI

91

BAB IX

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melaksanakan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) pada

kantor Telkom ArNET Makassar serta pada Kantor Stasiun Bumi sejak

tanggal 27 Agustus 2012 sampai 25 November 2012, kami dapat menarik

Kesimpulan sebagai berikut:

Sentral TDM digital yang beroperasi di STO Panakukkang adalah

NEAX 61 ∑ sedangkan di STO Balaikota adalah sentral EWSD.

Namun, saat ini telah dilakukan migrasi ke softswitch.

Arsitektur dasar system NEAX 61E ∑ terdiri dari 4 macam

subsystem yaitu :

1. Application Subsytem

2. Switching subsystem

3. Processor Subsystem

4. Operation dan Maintenance Subsystem

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. sebagai suatu badan

pelayanan jasa telekomunikasi terbesar di Indonesia sedang

melakukan usaha untuk mencapai Next Generation Network. Hal

ini ditunjukkan dengan proses migrasi perangkat switching yang

sebelumnya berbasiskan Time Division Multiplexing menjadi

teknologi Softswitch.

Page 92: Laporan PLI

92

Teknologi Softswitch merupakan teknologi switching berbasiskan

packet sehingga dapat diaplikasikan secara Triple Play, yaitu

multimedia, data dan suara.

Perbedaan utama teknologi berbasis IP dan TDM adalah terletak

pada metode switchingnya, IP berbasis packet switching dan TDM

berbasis circuit switching.

Perangkat radio yang digunakan di ArNet Makassar yaitu radio

Alcatel, NEC, Ericson, dan Huawei

Sistem komunikasi serat optik merupakan media transmisi yang

paling banyak digunakan saat ini, karena memiliki banyak

keunggulan, seperti memiliki bandwidth yang besar.

Sistem komunikasi satelit adalah salah satu media yang digunakan

pada daerah terpencil yang bekerja pada frekuensi Up Link 5.2

GHz - 6.4 GHz dan Down Link 3.7 GHz - 4.2 GHz.

Catu daya adalah suatu sistem yang berguna untuk menyalurkan

listrik ke load / beban dan merupakan sistem yang sangat penting

dalam bidang telekomunikasi.

B. SARAN

1. Sebaiknya dalam pelaksanaan prakerin, jumlah divisi dikurangi.

Supaya pelaksanaan prakerin lebih efisien, karena waktunya panjang.

2. Jika jumlah divisi sulit dikurangi, sebaiknya waktu prakerin ditambah.

Karena jiika jumlah divisi banyak serta waktu sedikit, maka

pelaksanaan prakerin tidak terlalu efisien.

Page 93: Laporan PLI

93

3. Pelaksanaan praktek pada saat prakerin sebaiknya lebih ditekankan

daripada teori, karena praktek seperti itu jarang diakukan di sekolah

4. Sebaiknya sekolah menambah jumlah waktu praktek, untuk menambah

kemampuan siswa dalam bekerja