109
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA Oleh : KELOMPOK B-10 Puput Indah P. 1102009224 Puspita Mahaputri 1102009225 Puspita Sari 1102009226 Puti Intan S. 1102009227 Putri Indah Permata 1102009228 R. A. Wita Ferani K. 1102009229 R.A. Nurafrilya F.S. 1102009230 Rachmah Kurniasari 1102009231 Radi Tri Hadrian 1102009232 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2011/2012

Laporan-Praktikum-Fisiologi pancaindera

Embed Size (px)

DESCRIPTION

blok panca indera praktikum

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGIBLOK PANCA INDERA

Oleh :KELOMPOK B-10

Puput Indah P.1102009224Puspita Mahaputri1102009225Puspita Sari1102009226Puti Intan S.1102009227Putri Indah Permata1102009228R. A. Wita Ferani K.1102009229R.A. Nurafrilya F.S.1102009230Rachmah Kurniasari1102009231Radi Tri Hadrian1102009232

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI2011/2012

DAFTAR ISI

Daftar Isi2Praktikum Fisiologi I3I. Lensa Tipis4II. Penglihatan I: Uji Visus dan Buta Warna11Uji Visus Mata11Tes Buta Warna15III. Penglihatan II: Perimeter18Praktikum Fisiologi II25I. Tes Penala30II. Audiometri32Praktikum Fisiologi III37I. Perasaan Subyektif Panas dan Dingin38II. Titik-titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit39III. Lokalisasi Taktil42IV. Diskriminasi Taktil44V. Perasaan Iringan (After Image)46VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda47VII. Tafsiran Sikap48VIII. Waktu Reaksi50IX. Pengecapan53X. Penghidu58Praktikum Fisiologi IV62I. Sikap dan Keseimbangan Badan63Percobaan Pada Katak65Percobaan Pada Manusia67II. Percobaan Keseimbangan Pada Manusia69A. Percobaan dengan Kursi Barany 172B. Tes Penyimpangan Penunjukkan (Pas Pointing Test of Barany)73C. Kesan Sensasi73D. Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horisontalis74Daftar Pustaka76

PRAKTIKUMFISIOLOGI I

PRAKTIKUM FISIOLOGI I

I. LENSA TIPIS

1. Tujuan PercobaanMenentukan jarak fokus lensa cembung (konvergen) dan cekung (divergen) serta sifat bayangan

2. Alat-alat Percobaana. Bangku optik yang berbentuk rel berskala dengan tiang statif tempat lensa, benda, cermin, dan tabir (layar)b. Lensa cembung dan cekungc. Tabir, cermin, benda berbentuk panah, dan penggaris berskalad. Lampu proyektor sebagai sumber cahaya

3. Teori Dasar3-1. Rumus GaussBenda nyata yang terletak didepan lensa konvergen dapat membentuk bayangan nyata dibelakang lensa. Bayangan ini dapat ditangkap oleh tabir dibelakang lensa sehingga dapat terlihat. Secara sederhana pembentukan bayangan tersebut diperhatika pada gambar 1. Gambar 1. Diagram pembentukan bayangan oleh lensa konvergen. f = titik fokus, O = pusat sumbu optik lensa.Jika tebal lensa diabaikan maka dapat dibuktikan bahwa = + f = (1) Persamaan ini berlaku umum dengan ketentuanf= jarak titik fokus lensa, bertanda (+) untuk lensa konvergen dan (-) untuk divergenv = jarak benda terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+) untuk benda nyata dan (-) untuk benda mayab= jarak bayangan terhadap pusat sumbu optik lensa, bertnda (=) untuk bayangan nyata dan (-) untuk bayangan mayaBayangan nyata terletak dibelakang lensa dan dapat ditangkap oleh tabir sementara benda maya terletak di depan lensa dan tidak ditangkap oleh tabir. Selanjutnya benda maya terletak dibelakang lensa dan biasanya dihasilkan oleh bayangan komponen optik lainnnya (lensa dan cermin)Disamping itu perbesaran yang didefinisikan sebagai perbandingan besar bayangan terhadap objek dapat diperoleh dari persamaanM = = - (2) Munculnya tanda negatif hanya karna keinginan agar jika m positif untuk bayangan tegak dan negatif untuk bayangan terbalik. Jika dihilangkan tanda negatif dari rumus (2) maka perjanjiannnya akan terblik.

3-2. Rumus BesselJika jarak antara benda dan tabir dibuat teteap dan lebih besar dari 4f maka terdapat dua kedudukan lensa positif yang akan menghasilkan bayangan tajam diperkecil dan diperbesar pada tabir, lihat gambar 2.

Gambar 2. Kedudukan lensa positif yang membentuk bayangan tajam pada tabirPada gambar tersebut, posisi-b dan posisi-k masing-masing menyatakan posisi lensa yang menghasilkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil, sedangkan = jarak benda ke tabird= jarak antara dua kedudukan lensa yang menghasilkan bayangan tajam yang diperbesar dan diperkecil = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar= jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar= jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil= jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil

Mengacu pada gambar 2 terlihat bahwa d = - (3a)= - (3b)= (3c)

Mengingat bahwa = + maka diperoleh= = (4) Substitusi persamaan (4) ke persamaan (1) mnghasilkanf= (5) Perhatikan bahwa dan d selalu positif

3-3. Gabungan Lensa dengan Cermin DatarMisalkan benda diletakkan pada bidag fokuss lensa dan dibelakang lensa terdapat cermin datar, lihat gambar 3.

Gambar 3. Menentukan panjang fokus lensa (+) dengan bantuan cermin datarOleh lensa, berkas sinar yang berasal dari benda akan dibiaskan dalam berkas sejajar sehingga terbentuk bayangan ditempat tak terhingga. Selanjutnyaoleh cermin datar berkas ini akan dipantulkan dan kemudian dibiaskan kembali oleh lensa sehinga terbentuk bayangan sama besar pada bidang fokus/benda.

3-4. Rumus lensa GabunganUntuk tujuan tertentu sering digunakan gabungan beberapa lensa. Dalam analisis pembentukan bayangan lensa gabungan ini dapat dibayangkan seolah-olah menjadi sebuah lensa dengan jarak fokus . Untuk gabngan dua lensa dirumuskan sebagai= + - (6)Dengan t adalah jarak dua smbu ooptik lensa.Jika kedua lensa itu tipis dan diimpitkan maka t = 0 sehingga= + (7)

3-5. Pembentukan Bayangan Oleh Gabungan Lensa Konvergen-DivergenLensa negatif akan selalu membentuk bayangan maya dari benda nyata tetapi dari benda maya dapat dibentuk bayangan nyata. Atas dasar ini maka diperlukan bantuan lensa positif dengan susunan seperti gambar berikut.

Gambar 4. Pembentukan bayangan oleh gabungan lensa konvergen dan divergen O- adalah bayangan nyata yang dibentuk oleh lensa positif dan bayangan ini menjadi objek/benda maya lensa divergen (-).B- adalah nyata yang dibentuk lensa divergen dari benda O-

4. Jalannya Percobaan4-1. Menentukan Jarak Focus Lensa Kovergen Merujuk pada teori di atas maka penentuan jarak focus lensa kovergen dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu Bessel, Gauss, dan berbantuan cermin datar.4-1-A. Cara Gauss1. Ambil benda berbentuk panah dan ukur tingginya sebanyak 5 kali. isikan pada tabel data.2. ambil tabir dan lensa konvergen yang akan diukur jarak focusnya.3. letakkan benda, lensa, dan tabir rel optik sehingga terbentuk susunan seperti gambar 1.4. atur posisi benda, lensa, tabir sehingga terbentuk bayangan tajam diperkecil.5. ukurlah v,b,tinggi bayangan h', dan posisi bayangan apakah tegak atau terbalik.Isikan hasil ini pada tabel data.6. Geser lensa mendekati benda sejarak 2cm dan atur posisi tabir sehingga terbentuk bayangan tajam. Lakukan pengukuran seperti langkah 5.7. ulangi langkah 6 terus menurus selama masih mungkin.4-1-B. Cara Bassel1. Ukurlah tinggi benda yang terbentuk anak panah dan catat hasilnya. ulangi pengukuran ini sampai 5 kali.2. tempatkan benda di depan lampu sorot.3. tempatkan tabir sejarak sekitar 100 cm di belakang benda.4. tempatkan lensa yang akan diukur jarak focusnya diantara lensa dan tabirsusunan posisi benda, lensa dan tabir akan seperti gambar 2.5. Geser-geser lensa untuk melihat sekilas apakah terbentuk bayangan tajam diperbesar dan diperkecil. jika tidak terjadi anda mungkin perlu menaikan/menurunkan posisi lensa dan benda agar sinar dari benda tepat jatuh pada lensa atau menggeser posisi tabir.6. jika langkah 5 berhasil, maka aturlah posisi lensa secara halus untuk medapatkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil.7. catat kedua posisi lensa (vb dan bk), tinggi bayangan dan catat apakah bayangan terbalik atau tegak.8. isikan hasil pengukuran ini pada tabel data.9. ulangi langkah 6 dan 7 sampai 5 kali. pada setiap pengulangan posisi lensa harus digeser-geser.4-1-C. Dengan bantuan Cermin datar1. tempatkan benda, lensa (+) dan tabir sehingga terbentuk susunan seperti gambar 3.2. geserlah posisi benda sehinga pada bidang benda terbentuk bayangan yang sama besar dengan benda3. catat jarak benda ke lensa (lihat tabel data)4. ulangi percobaan ini sampai 5 kali.4-2. Menentukan Jarak Fokus Lensa Divergen1. ambil lensa konvergen dan lensa divergen yang akan ditentukan jarak focusnya2. tempatkan benda, lensa kovergen, dan tabir di belakang lensa3. aturlah posisi lensa dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam pada tabir.4. catat posisi benda, lensa, dan tabir5. letakkan lensa divergen di antara tabir dan lensa kovergen. perhatikan bayangan pada tabir akan kabur atau hilang.6. atur posisi lensa divergen dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam.7. catat posisi lensa divergen dan tabir8. berdasarkan data posisi ini maka hitunglah v+, b+, d, b+, dan b- dan hasilnya diisikan pada tabel data. variabel d adalah jarak antara lensa kovergen dan divergen.9. ulangi percobaan di atas sebanyak sampai 5 kali.

5. Tugas Pada Laporan Akhir5-1-A. Cara Gauss1. Hitung m berdasarkan perbandingan tinggi benda dan bayangan.2. Hitung m berdasarkan persamaan (2) dan berdasarkan hasil ini tentukan posisi bayangan (tegak atau terbalik).3. Buatlah table ringkasan perhitungan tugas 1 dan 2.4. Buat table harga 1/v dan 1/b 5. Buat grafik 1/v terhadap 1/b.6. Berdasarkan grafik tersebut tetukan f lensa.5-1-B. Cara BesselBerdasarkan data percobaan, hitung jarak focus lensa dengan persamaan (5).5-1-C. Dengan Bantuan Cermin DatarBerdasarkan data jarak benda, anda langsung mendapatkan jarak focus, f=v. buat table ringkasan hasil perhitungan jarak focus kekuatan lensa (dalam Dioptri) dari ketiga cara di atas.Beri catatan/ulasan mengapa terjadi perbedaan hasil dari ketiga cara di atas.Catatan: 1 dioptri = 100 , jadi lensa dengan f = 25 cm akan berkekuatan 4 dioptri. f[cm]5-2 Jarak Fokus Lensa DivergenTentukan f lensa divergen hasil percobaan.

6. Hasil Percobaan1. Menentukan jarak focus lensa konvergena. Cara gaussTinggi benda h = 3No.v (cm)b (cm)h (cm)Tegak/terbalikMt = h/hM = - b/v

193635Terbalik1,6-0,67

2100726Terbalik2-0,72

380403,5Terbalik1,17-0,5

Kesimpulan: pada percobaan lensa konvergen dengan cara gauss, didapat hasil percobaan sesuai dengan sifat dari lensa konvergen. Yaitu didapat bayangan yang nyata, terbalik dan diperbesar.b. Cara Bessel

No.a (cm)vb (cm)vk (cm)Df (cm)

11002872,544,520,04

29033592620,62

Kesimpulan : pada percobaan lensa konvergen dengan cara Bessel, pada kedua a (jarak tabir dan benda), 100 cm dan 90 cm, didapatkan dua jenis bayangan yaitu bayangan besar dan kecil dengan jarak vb dan vk berbeda. Semakin jauh lensa digeser ke arah tabir maka akan semakin kecil bayangan yang didapat, kemudian sebaliknya.c. Dengan cermin datar

v (cm)M = - b/v

1010

2020

Kesimpulan : pada percobaan lensa konvergen dengan cermin datar. Didapatkan v=f, karena sifat cermin datar memantulkan bayangan yang tegak, bayangan yang dihasilkan sama besar dengan benda, jarak benda sama dengan jarak bayangan, serta bayangan dihasilkan merupakan bayangan semu karena berupa hasil pantulan.2. Lensa divergenNo.v+ (cm)b+ (cm)v- (cm)d (cm)b- (cm)f- (cm)

12870-4666-12

22870-86218-14,4

Kesimpulan : pada percobaan lensa divergen didapatkan focus lensa divergen negative (-), karena lensa divergen bersifat menyebarkan cahaya.

DAFTAR PUSTAKASears, dan Zemansky. Fisika untuk Universitas, jilid IIISutrisno, Seri Fisika Dasar, ITB

II. PENGLIHATAN I: Uji Visus dan Buta Warna

UJI VISUS MATA

I. Tujuan percobaanUntuk mengetahui ketajaman penglihatan

II. Dasar TeoriRumus visus: V = Keterangan:V : Visus atau ketajamand : jarak optotype snellen dengan objek (3.5 m)D : skala sejauh mana mata normal masih bisa terbaca.Mata kanan: V = Mata kiri: V = Cara baca rumus adalah dengan jarak 3.5 m subjek bisa melihat sampai dengan skala 15.Penglihatan normal disebut emetropi. Bila benda yang dilihat jatuh di depan fovea sentralis disebut rabun jauh (myopi) dan dapat diatasi dengan lensa cekung (negatif), bila benda yang dilihat jatuh di belakang fovea sentralis disebut rabun dekat (hypermetropi), dapat diatasi dengan lensa cembung (positif)Untuk dapat melihat benda stimulus berupa cahaya harus jatuh di reseptor (penerima) yang selanjutnya di teruskan ke pusat penglihatan (fovea sentralis) dan diperlukan ketajaman (visus) penglihatan. Visus sangat dipengaruhi sifat fisis mata (aberasi mata = kegagalan sinar untuk berkonvergensi/bertemu di titik identik), besarnya pupil, komposisi cahaya, mekanisme akomodasi, elastisitas otot, faktor stimulus (warna yang kontras, besar kecilnya stimulus, durasi, intensitas cahaya, serta faktor retina (semakin kecil dan rapat sel kerucut), maka semakin kecil minimum separabel (separable minimum) Bila seseorang mengalami rabun jauh dan juga rabun dekat secara bersamaan disebut astigmatisma maka dapat diperbaiki dengan kacamata jenis silindaris yang berfungsi untuk mengatasi kedua rabun tersebut, tetapi bila elastisitas lensa kristalina menurun karena usia dan pengapuran menyebabkan presbyopia. Pengapuran ini dapat terjadi buramnya/kaburnya penglihatan yang disebut sebagai katarak.Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol yang bervariasi. Ini adalah pengukuran fungsi visual yang tersering digunakan dalam klinik. Istilah visus 20/20 adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat membedakan sepasang benda. Satuan lain dalam meter dinyatakan sebagai visus 6/6. Dua puluh kaki dianggap sebagai tak terhingga dalam perspektif optikal (perbedaan dalam kekuatan optis yang dibutuhkan untuk memfokuskan jarak 20 kaki terhadap tak terhingga hanya 0.164 dioptri). Untuk alasan tersebut, visus 20/20 dapat dianggap sebagai performa nominal untuk jarak penglihatan manusia; visus 20/40 dapat dianggap separuh dari tajam penglihatan jauh dan visus 20/10 adalah tajam penglihatan dua kali normal.Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula yang memiliki densitas tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik. Ketajaman dan penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki fungsi fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi. Ketajaman dan penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing unsur.Cahaya datang dari sebuah fiksasi objek menuju fovea melalui sebuah bidang imajiner yang disebut visual aksis. Jaringan-jaringan mata dan struktur-struktur yang berada dalam visual aksis (serta jaringan yang terkait di dalamnya) mempengaruhi kualitas bayangan yang dibentuk. Struktur-struktur ini adalah; lapisan air mata, kornea, COA (Camera Oculi Anterior = Bilik Depan), pupil, lensa, vitreus dan akhirnya retina sehingga tidak akan meleset ke bagian lain dari retina. Bagian posterior dari retina disebut sebagai lapisan epitel retina berpigmen (RPE) yang berfungsi untuk menyerap cahaya yang masuk ke dalam retina sehingga tidak akan terpantul ke bagian lain dalam retina. RPE juga memiliki fungsi vital untuk mendaur-ulang bahan-bahan kimia yang digunakan oleh sel-sel batang dan kerucut dalam mendeteksi photon. Jika RPE rusak maka kebutaan dapat terjadi.Seperti pada lensa fotografi, ketajaman visus dipengaruhi oleh diameter pupil. Aberasi optik pada mata yang menurunkan tajam penglihatan ada pada titik maksimal jika ukuran pupil berada pada ukuran terbesar (sekitar 8 mm) yang terjadi pada keadaan kurang cahaya. Jika pupil kecil (1-2 mm), ketajaman bayangan akan terbatas pada difraksi cahaya oleh pupil. Antara kedua keadaan ekstrim, diameter pupil yang secara umum terbaik untuk tajam penglihatan normal dan mata yang sehat ada pada kisaran 3 atau 4 mm. Korteks penglihatan adalah bagian dari korteks serebri yang terdapat pada bagian posterior (oksipital) dari otak yang bertanggung-jawab dalam memproses stimuli visual. Bagian tengah 100 dari lapang pandang (sekitar pelebaran dari makula), ditampilkan oleh sedikitnya 60% dari korteks visual/penglihatan. Banyak dari neuron-neuron ini dipercaya terlibat dalam pemrosesan tajam penglihatan. Perkembangan yang normal dari ketajaman visus tergantung dari input visual di usia yang sangat muda. Segala macam bentuk gangguan visual yang menghalangi input visual dalam jangka waktu yang lama seperti katarak, strabismus, atau penutupan dan penekanan pada mata selama menjalani terapi medis biasanya berakibat sebagai penurunan ketajaman visus berat dan permanen pada mata yang terkena jika tidak segera dikoreksi atau diobati di usia muda. Penurunan tajam penglihatan direfleksikan dalam berbagai macam abnormalitas pada sel-sel di korteks visual. Perubahan-perubahan ini meliputi penurunan yang nyata akan jumlah sel-sel yang terhubung pada mata yan terkena dan juga beberapa sel yang menghubungkan kedua bola mata, yang bermanifestasi sebagai hilangnya penglihatan binokular dan kedalaman persepsi atau streopsis. Segala macam bentuk proses patologis pada sistem penglihatan baik pada usia tua yang merupakan periode kritis, akan menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Maka, pengukuran tajam penglihatan adalah sebuah tes yang sederhana dalam menentukan status kesehatan mata, sistem penglihatan sentral, dan jaras-jaras penglihatan menuju otak. Berbagai penurunan tajam penglihatan secara tiba-tiba selalu merupakan hal yang harus diperhatikan. Penyebab sering dari turunnya tajam penglihatan adalah katarak, dan parut kornea yang mempengaruhi jalur penglihatan, penyakit-penyakit yang mempengaruhi retina seperti degenarasi makular, dan diabetes, penyakit-penyakit yang mengenai jaras optik menuju otak seperti tumor dan sklerosis multipel, dan penyakit-penyakit yang mengenai korteks visual seperti stroke dan tumor.PEMERIKSAAN VISUS SATU MATAPemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan kaca mata. Setiap mata di periksa terpisah. Biasakan memeriksa tajam penglihatan kanan dahulu.Pada pemeriksaan tajam penglihatan di gunakan kartu baku / standar misalnya kartu baca snellen.Dengan kartu snellen dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat seseorang, seperti : Bila tajam penglihatan 6/6 maka ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter. Bila pasien membaca hanya sebatas huruf baris yang menunjukkan angka 30, tajam penglihtan pasien adalah 6/30. Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang pada orang normal dapat dilihat pada jarak 60 meter. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu snellen maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter. Bila pasien hanya dapat melihat jari pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam penglihatan adalah 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yaitu menghitung jari pada jarak 1 meter. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien lebih buruk dari 1/60. orang normal dapat melihat lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila pasien hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatan 1/300. Kadang-kadang mata hanya dapat melihat sinar. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal sinar maka penglihatan adalah 0 (buta total).

Snellen chartBila seseorang diragukan apakah penglihatanya berkurang akibat kelaianan refraksi, maka dilakukan uji pinhole. Bila dengan pinhole penglihatan lebih baik, maka berarti ada kelainan refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan kacamata. Bila penglihatan berkurang dengan diletakkan nya pinhole di depan mata berarti ada kelainan organik atau kekeruhan media penglihatan yang mengakibatkan penglihatan menurun.

III. Tata Kerja1. Minta o.p. untuk duduk pada jarak yang ditentukan (6 m) dari Snellen Chart2. Ukur jarak pupil untuk penglihatan jauh3. Pasang trial frame, atur jarak pupil4. Tutup mata kiri dengan okluder.5. Periksa tajam penglihatan pasien.6. Tambahkan lensa S + 0,50 pada mata kanan.7. Tanyakan apakah penglihatan bertambah jelas atau tidak8. Bila bertambah jelas, tambahkan terus lensa sferis positif hingga tercapai tajam penglihatan terbaik. Pilih lensa sferis positif terbesar yang memberi tajam penglihatan yang terbaik.9. Bila dengan langkah 6, penglihatan bertambah kabur, tambahkan lensa S -0,50. Bila bertambah jelas, tambahkan terus lensa negatif hingga tercapai tajam penglihatan terbaik. Pilih lensa sferis negatif terkecil yang memberikan tajam penglihatan terbaik.10. Ulangi langkah 4-9 untuk mata kiri.11. Periksa kembali tajam penglihatan dua mata menggunakan lensa koreksi.12. Minta o.p. berdiri dan berjalan, tanyakan apakah merasa pusing

IV. Hasil Percobaan dan AnalisaNama OP : R.A. Wita tanpa lensa mata kanan : 20/100tanpa lensa mata kiri : 20/50Mata kananMata kiri

-0,5 = 20/70-0,5 = 20/40

-1 = 20/30-1 = 20/20

-1,5 = 20/20-1,5 = 20/20

Koreksi lensa sferis o.p.: OD: -1,5, OS: -1

V. KesimpulanVisus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol yang bervariasi.

TES BUTA WARNA

I. Tujuan PercobaanMengetahui cara pemeriksaan serta jenis buta warna serta ada tidaknya buta warna pada o.p.

II. Dasar TeoriRetina mata memiliki hampir tujuh juta sel fotoreseptor yang terdiri dari dua jenis sel sel batang dan sel kerucut yang terkonsentrasi di bagian tengahnya yang disebut makula. Sel batang sangat sensitif terhadap cahaya, dan dapat menangkap cahaya yang lemah seperti cahaya dari bintang di malam hari, tetapi sel itu tidak dapat membedakan warna. Berkat sel batang kita dapat melihat hal-hal di sekitar kita di malam hari, tetapi hanya dalam nuansa hitam, abu-abu, dan putih. Sel kerucut dapat melihat detail obyek lebih rinci dan membedakan warna tetapi hanya bereaksi terhadap cahaya terang.Kedua jenis sel tersebut berfungsi saling melengkapi sehingga kita bisa memiliki penglihatan yang tajam, rinci, dan beraneka warna.Ada tiga jenis sel kerucut pada retina. Mereka masing-masing berisi pigmen visual (opsin) yang berbeda sehingga bereaksi terhadap panjang gelombang cahaya yang berbeda : merah, hijau dan biru. Sel kerucut menangkap gelombang cahaya sesuai dengan pigmen masing-masing dan meneruskannya dalam bentuk sinyal transmisi listrik ke otak. Otak kemudian mengolah dan menggabungkan sinyal warna merah, hijau dan biru dari retina ke tayangan warna tertentu. Karena perbedaan intensitas dari masing-masing warna pokok tersebut, kita dapat membedakan jutaan warna. Gangguan penerimaan cahaya pada satu jenis atau lebih sel kerucut di retina berdampak langsung pada persepsi warna di otak.Seseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut.KLASIFIKASI BUTA WARNAButa warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama), deutros (kedua), dan tritos (ketiga) yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3. Biru.1. Anomalous trichromacyAnomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat disebabkan oleh faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomalous trichromacy memiliki tiga sel kerucut yang lengkap, namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut. Pasien buta warna dapat melihat berbagai warna akan tetapi dengan interpretasi berbeda daripada normal yang paling sering ditemukan adalah:a. Trikromat anomali, kelainan terdapat pada short-wavelenght pigment (blue). Pigmen biru ini bergeser ke area hijau dari spectrum merah. pasien mempunyai ketiga pigmen kerucut akan tetapi satu tidak normal, kemungkinan gangguan dapat terletak hanya pada satu atau lebih pigmen kerucut. Pada anomali ini perbandingan merah hijau yang dipilih pada anomaloskop berbeda dibanding dengan orang normal.b. Deutronomali, disebabkan oleh kelainan bentuk pigmen middle-wave lenght (green). Dengan cacat pada hijau sehingga diperlukan lebih banyak hijau, karena terjadi gangguan lebih banyak daripada warna hijau.c. Protanomali adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi kelainan terhadap long-wavelenght (red) pigmen, sehingga menyebabkan rendahnya sensitifitas warna merah. Artinya penderita protanomali tidak akan mempu membedakan warna dan melihat campuran warna yang dilihat oleh mata normal. Penderita juga akan mengalami penglihatan yang buram terhadap warna spektrum merah. Hal ini mengakibatkan mereka dapat salah membedakan warna merah dan hitam. 2. Dichromacy Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada atau tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada kerucut, seseorang yang menderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan terhadap warna-warna tertentu.Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak: a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkanoleh tidak adanya photoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap warna merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1 % dari seluruh pria. Keadaan yang paling sering ditemukan dengan cacat pada warna merah hijau sehingga sering dikenal dengan buta warna merah hijau.b. Deutranopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan tidak adanya photoreceptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam membedakan hue pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination). c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki shortwavelength cone. Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan warna biru dan kuning dari spektrum cahaya tanpak. Tritanopia disebut juga buta warna biru-kuning dan merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai.3. Monochromacy Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki sebuah pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya mempunyai satu pigmen kerucut (monokromat rod atau batang). Pada monokromat kerucut hanya dapat membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya 6/30. Pada orang dengan buta warna total atau akromatopsia akan terdapat keluhan silau dan nistagmus dan bersifat autosomal resesiBentuk buta warna dikenal juga :1. Monokromatisme rod (batang) atau disebut juga suatu akromatopsia di mana terdapat kelainan pada kedua mata bersama dengan keadaan lain seperti tajam penglihatan kurang dari 6/60, nistagmus, fotofobia, skotoma sentral, dan mungkin terjadi akibat kelainan sentral hingga terdapat gangguan penglihatan warna total, hemeralopia (buta silang) tidak terdapat buta senja, dengan kelainan refraksi tinggi. Pada pemeriksaan dapat dilihat adanya makula dengan pigmen abnormal.2. Monokromatisme cone (kerucut), di mana terdapat hanya sedikit cacat, hal yang jarang, tajam penglihatan normal, tidak nistagmus

III. Tata KerjaTahapan dalam pemeriksaan buta warna dengan metode ishihara, yaitu : 1. Menggunakan buku Ishihara 38 plate. 2. Yang perlu diperhatikan : 1) Ruangan pemeriksaan harus cukup pencahayaannya 2) Lama pengamatan untuk membaca angka masing-masing lembar maksimum 10 detik. 3. Pada tes pembacaan buku Ishihara dapat disimpulkan : 1) Normal 2) Buta warna Parsial a. Bila plate no. 1 sampai dengan no 17. hanya terbaca 13 plate atau kurang. b. Bila terbaca angka-angka pada plate no. 18, 19, 20 dan 21 lebih mudah atau lebih jelas dibandingkan dengan plate no. 14, 10, 13, dan 17.c. Bila ragu-ragu kemungkinan buta warna parsial dapat dites dengan: a) Membaca angka-angka pada plate no. 22, 23, 24, dan 25. Pada orang normal, akan terbaca dengan benar angka-angka pada plate-plate tersebut diatas secara lengkap (dua rangkap). Pada penderita buta warna parsial hanya terbaca satu angka pada tiap-tiap plate tersebut diatas. b) Menunjuk arah alur pada plate no. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, dan 38. Untuk orang normal bisa menunjuk alur secara benar sedangkan untuk buta warna parsial dapat menunjukkan adanya alur dari satu sisi yang lainnya. 3) Buta warna total Pada plate no. 28 dan 29, untuk orang normal, tidak bisa menunjukkan adanya alur, sedangkan untuk penderita buta warna parsial dapat menunjukkan adanya alur dari satu sisi ke sisi yang lainnya.IV. Hasil Percobaan dan AnalisaNama OP : R.A. Wita o.p. dapat membaca semua plate dan mengikuti alur di buku ishihara, o.p. normal, tidak buta warna.V. KesimpulanSeseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut. Buta warna memiliki beberapa klasifikasi yang masing-masing bisa diuji melalui buku ishihara yang memiliki pola warna-warna tertentu yang harus dibaca.

DAFTAR PUSTAKA repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2801.ppt sabtu, 03 april 2010. Thianren. 2008. Penurunan Visus Pada Katarak dengan Diabetes Mellitus.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23511/4/Chapter%20II.pdfIII. PENGLIHATAN II: Pemeriksaan Luas Lapang Pandang (Perimeter)

I. Dasar Teori

Mata adalah struktur khusus tempat reseptor-reseptor peka cahaya yang penting untuk persepsi penglihatan yaitu, sel kerucut dan sel batang ditemukan di lapisan retina. Iris mengontrol ukuran pupil dan mengatur jumlah cahaya yang diperbolehkan masuk ke mata. Kornea dan lensa adalah struktur refraktif utama yang membelokkan berkas cahaya masuk agar bayangan terfokus di retina. Kornea merupakan penentu utama kemampuan refraktif mata. Kekuatan lensa dapat diubah-ubah melalui kerja otot siliaris agar mata dapat berakomodasi untuk penglihatan jauh atau dekat.Sel batang dan kerucut diaktifkan apabila fotopigmen yang mereka miliki menyerap berbagai panjang gelombang cahaya. Penyerapan cahaya menyebabkan perubahan biokimiawi pada fotopigmeen yang akhirnya dikonversikan menjadi perubahan kecepatan perambatan potensial aksi di jalur penglihatan yang meninggalkan retina. Pesan visual di salurkan ke korteks penglihatan di otak untuk pengolahan perceptual.Sel kerucut memperlihatkan ketajaman yang tinggi, tetapi hanya dapat digunakan untuk penglihatan di siang hari, karena memiliki kepekaan yang rendah terhadap cahaya. Penglihatan warna ditimbulkan oleh bermacam-macam rasio stimulasi terhadap ketiga jenis sel kerucut oleh berbagai panjang gelombang cahaya. Sel batang menghasilkan penglihatan yang samar berupa rona abu-abu, tetapi karena sangat peka terhadap cahaya, sel-sel batang dapat digunakan untuk melihat pada malam hari (Sherwood, L. 2001)Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.Jaringan neural penglihatan terjadi apabila cahaya yang masuk ke dalam mata sampai ke fotoreseptor di retina.Setelah itu, transmisi impuls pada nervus optikus kepada kiasma optik. Traktus optikus, yaitu serabut saraf optik dari kiasma optik, membawa impuls ke lobus serebral dimana penglihatan diinterpretasikan.Untuk suatu objek terfokus ke atas retina, semakin jauh objek itu, semakin menipis lensa mata untuk memfokusnya. Pengubahan bentuk lensa dikawal oleh otot siliari yang terdapat pada badan siliari, disebut akomodasi. Apabila terjadi kontraksi, fiber dalam ligamen suspensori meregang dan menyebabkan lensa menebal dan menjadi lebih konveks.PEMERIKSAAN LAPANGAN PANDANG Pemeriksaan lapang pandangan sentral dan perifer dipergunakan untuk tiga alasan yaitu mendeteksi kelainan tajam penglihatan, mencari lokasi kelainan disepanjang jaras saraf penglihatan, melihat besar kelainan mata dan perubahannya dari waktu ke waktu atau follow up. Pemeriksaan ini dipergunakan untuk mengeliminir differential diagnosis dan dipergunakan untuk melihat progresifitas penyakit, dan biasanya menyertai pemeriksaan lain misalnya: pemeriksaan ketajaman penglihatan, penglihatan warna atau pemeriksaan mata lainnya.Pemeriksaan lapang pandangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sangat sederhana bahkan tanpa alat, sampai dengan pemakaian alat canggih. Pemeriksaan ini selalu dilakukan pada satu mata baru kemudian dilakukan pada mata yang lain.Pemeriksaan lapang pandangan bisa dilakukan dengan cara yaitu dengan uji konfrontasi dan kisi Amsler, atau dengan cara yang lebih canggih (dengan perimeter Goldmann). Pemeriksaan lapang pandangan sederhana apabila dikerjakan dengan benar dan didukung dengan pemahaman teori yang memadai, akan dapat mengungkapkan berbagai kelainan lintasan visual.Bila kita memfiksasi pandangan kita ke satu benda, benda ini terlihat nyata, sedangkan benda-benda di sekitarnya tampak kurang tajam. Seluruh lapangan yang terlihat, bila kita memfiksasi mata ke satu benda disebut lapangan pandang.Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik. Sinar yang datang dari tempat fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam), sedangkan yang datang dari sekitarnya jatuh di bagian perifer retina.Lapangan pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu, dan tidak sama ke semua arah. Seseorang dapat melihat ke lateral sampai sudut 90-100 derajat dari titik fiksasi, ke medial 60 derajat, ke atas 50-60 derajat dan ke bawah 60-75 derajat. Ada tiga metode standar dalam pemeriksaan lapang pandang yaitu dengan metode konfrontasi, perimeter, dan kampimeter atau tangent screen. PerimeterPerimeter adalah penggunaan alat untuk memeriksa lapangan pandang dengan mata terfiksasi sentral. Penilaian lapangan pandang merupakan hal yang penting ditakukan pada keadaan penyakit yang mempunyai potensi terjadinya kebutaan. Pada glaukoma pemeriksaan ini berguna dalam pengobatan penyakit dan pencegahan kebutaan.Perimeter adalah setengah lingkaran yang dapat diubah-ubah letaknya pada bidang meridiannya. Cara pemakaiannya serta cara melaporkan keadaan sewaktu pemeriksaan sama dengan kampimeter. Pemeriksaan lapang pandangan dilakukan dengan Perimeter, merupakan alat yang dipergunakan untuk menentukan luas lapang pandangan. Alat ini berbentuk setengah bola dengan jari- jari 30 cm, dan pada pusat parabola ini penderita diletakkan untuk diperiksa.Batas lapang pandangan perifer adalah 90o temporal, 75o inferior, 60o nasal, dan 60o superior. Dapat dilakukan pemeriksaan statik ataupun kinetik.Pemeriksaan ini berguna untuk : Membantu diagnosis pada keluhan penglihatan Melihat progresifitas turunnya lapang pandangan Merupakan pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf pusat Memeriksa adanya histeria atau malingering.Dikenal 2 cara pemeriksaan Perimeter, yaitu :a) Perimeter kinetik yang disebut juga perimeter isotropik dan topografik, dimana pemeriksaan dilakukan dengan objek digerakkan dari daerah tidak terlihat menjadi terlihat oleh pasien.b) Perimeter statik atau perimeter profil dan perimeter curve differential threshold, dimana pemeriksaan dengan tidak menggerakkan objek akan tetapi dengan menaikkan intensitas objek sehingga terlihat oleh pasien. Uji konfrontasi

II. Pelaksanaan Praktikum

Tujuan:Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:1. Menimbulkan peristiwa fosfen tekan dan menyebutkan hukum serta fenomena yang berhubungan dengan peristiwa tersebut2. Memeriksa luas lapangan pandang untuk beberapa macam warna dengan menggunakan perimeter3. Menimbulkan peristiwa diplopia dan menerangkan mekanisme nya4. Memeriksa refleks pupil langsung dan tidak langsung dengan refleks pupil pada akomodasi5. Menyatakan adanya bintik buta dengan menggambarkan proyeksinya di kertas6. Melihat gerakan eritrosit retina sendiriAlat yang diperlukan:1. Perimeter + Formulir2. Lampu senter + Kaca biru atau kaca ungu

Tata Kerja:1. Suruh op duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter2. Tutup mata op dengan sapu tangan3. Letakan dagu op ditempat sandaran dagu yang dapat diatur tingginya, sehingga tepi bawah mata kanannya terletak setinggi bagian tas batang vertikal sandaran dagu4. Pasang formulir untuk mata kanan disebelah belakang piringan perimeter. Sebagai berikut:a. Putar busur perimeter sehingga letaknya horizontal dan penjepit berada dibagian atas perimeterb. Jepit formulir tersebut pada piringan sehingga garis 180-0 formulir letaknya berimpit dengan garis 0-180, dan lingkaran konsentris formulir letaknya skala perimeter5. Suruh op memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi ditengah perimeter. Selama pemeriksaan, penglihatan op harus tetepa dipusatkan pada titik fiksasi tersebut6. Gunakan beda yang dapat digeserpada busur perimeter untuk pemeriksaan luas lapang pandang. Pilih bulatan berwarna putih dengan diameter sedang (+5mm) pada benda tersebut. P-VI 3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan?7. Gunakan perlahan bulatan putih itu menyusuri busur di tepi kiri op ketengah tepat saat op melihat bulatan putih tersebut penggeseran benda dihentikan.8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat.P-VI 3.4 Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir?9. Ulangi tindakan no 7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi busur10. Ulangi tindakan no 7, 8, dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30 derajat sesuai arah jarum dari pemeriksa sampai posisi busur vertikal11. Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula, pada posisi ini tidak perlu dilakukan pencatatan lagi.12. Ulangi tindakan no 7, 8, dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30 derajat sesuai arah jarum dari pemeriksa sampai tercapai posisi busur 60 derajat dari bidang horizontal13. Periksa juga lapang op untuk berbagai warna lain : Merah, Hijau, Kuning dan Biru seperti cara diatas.14. Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mat akiri hanya dengan bulatan berwarna putihP-VI.3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna?

Gambar 1 Lapang pandang baku (Visual Standart) mata kiri dan kananBatas minimal lapang pandang normal:Temporal85 derajatNasal60 derajatTemporal Bawah 85 derajatNasal atas55 derajatBawah 65 derajatAtas45 derajatNasal Bawah50 derajatTemporal Atas55 derajatLuas lapang pandang total : 500 derajat

II. Hasil Praktikum dan Analisa Data

1) Mata Kiri (Putih)Searah Jarum JamSudutTemporalNasal

180o8075

150o8070

120o7055

90o7050

Berlawanan Jarum JamSudutTemporalNasal

30o7080

60o5075

2) Mata Kanan (Kuning)Searah Jarum JamSudutTemporalNasal

180o7075

150o8560

120o8055

90o6555

Berlawanan Jarum JamSudutTemporalNasal

30o7565

60o6065

3) Mata Kanan (Hijau)Searah Jarum JamSudutTemporalNasal

180o9075

150o8575

120o8065

90o5560

Berlawanan Jarum JamSudutTemporalNasal

30o8075

60o6065

4) Mata Kanan (Biru)Searah Jarum JamSudutTemporalNasal

180o7065

150o7045

120o7050

90o4550

Berlawanan Jarum JamSudutTemporalNasal

30o6565

60o6070

5) Mata Kanan (Merah)Searah Jarum JamSudutTemporalNasal

180o9075

150o8070

120o8055

90o5570

Berlawanan Jarum JamSudutTemporalNasal

30o8070

60o6070

6) Mata Kanan (Putih)Searah Jarum JamSudutTemporalNasal

180o8080

150o8070

120o8060

90o6575

Berlawanan Jarum JamSudutTemporalNasal

30o7575

60o6070

Dari hasil terlihat batas pandangan normal, dan mata lebih peka/batas lapang pandang lebih luas saat melihat titik berwarna dibandingkan warna gelap/putih,

III. MENJAWAB PERTANYAAN

P-VI.3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan?Jawab:Dengan cara menggeser titik fiksasi yang ada di busur PerimeterP-VI 3.4 Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir?Jawab:Dengan cara memperlihatkan besar sudut PerimeterP-VI.3.5Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna?Jawab:Lapang pandang normal Temporal : 85Temporal bawah : 85Bawah : 65Nasal bawah : 50Nasal : 60Nasal atas : 55Atas : 45Temporal atas : 55Luas pandang total = 500Lapang pandang yang normal untuk cahaya putih adalah dengan penglihatan binocular sedangkan warna abu-abu atau berwarna dengan penglihatan monookular.IV. KesimpulanLapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik. Sinar yang datang dari tempat fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam), sedangkan yang datang dari sekitarnya jatuh di bagian perifer retina.Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah dengan Perimeter. Pada Perimeter, pemeriksaan ini berguna untuk membantu diagnosis pada keluhan penglihatan, melihat progresifitas turunnya lapang pandangan, merupakan pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf pusat, memeriksa adanya histeria atau malingering.Konsep warna tergantung dalam benak yang melihat. Sebagian besar kita lihat, karena kita memiliki jenis sel-sel kerucut yang sama dan menggunakan jalur-jalur saraf yang sama untuk membandingkan keluaran mereka. Lapang pandang menjadi lebih luas ketika harus melihat objek berwarna karena lebih terang untuk dilihat oleh mata.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong,F.William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.20. Jakarta:EGCSherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGCSloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGCLumbantobing, S. M. Saraf Otak. Dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 2530

PRAKTIKUMFISIOLOGI II

PRAKTIKUM FISIOLOGI IIPENDENGARAN

I. Dasar TeoriPendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001).Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan di telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang pada membran basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak (Corwin, 2001).Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan berubah dan, neuron aferen yang akan melepaskan potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang terletak dibagian membrana basilaris dekat jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh suara berfrekuensi tinggi, sedangkan sel-sel rambut yang terletak dimembrana basilaris yang paling jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh gelombang berfrekuensi rendah. Otak menginterpretasikan suatu suara berdasarkan neuron-neuron yang diaktifkan. Otak menginterpretasikan intensitas suara berdasarkan frekuensi impuls neuron dan jumlah neuron aferen yang melepaskan potensial aksi (Corwin, 2001).Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui membran timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk pendengaran normal, disebut hantaran osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan getaran membran timpani kedua yang menutupi fenestra rotundum. Proses ini, yang tidak penting untuk pendengaran normal, disebut hantaran udara. Hantaran jenis ketiga, hantaran tulang, adalah penyaluran getaran dari tulang-tulang tengkorak ke cairan di telinga dalam. Hantaran tulang yang cukup besar terjadi apabila kita menempelkan garpu tala atau benda lain yang bergetar langsung ke tengkorak. Jaras ini juga berperan dalam penghantaran bunyi yang sangat keras (Ganong, 2002).Untuk memeriksa pendengaran :0. Pemeriksaan dengan menggunakan garpu tala merupakan tes kualitatif, yaitu:a. Tes Rinne Tujuan: untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Cara: garpu tala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar garpu tala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne (+), bila tidak terdengar disebut Rinne (-). Dalam keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada hantaran tulang.

b. Tes Weber Tujuan: untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan. Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan di garis tengah dahi atau kepala. Bila bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut lateralisasi ke telinga tersebut. Bila terdengar sama atau tidak terdengar disebut tidak ada lateralisasi. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi pada telinga yang sakit) berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut,bila sebaliknya (lateralisasi pada telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli saraf.c. Tes Schwabach Tujuan: membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Bila masih dapat mendengar disebut memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya. Bila pasien masih mendengar, disebut memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama mendengarnya disebut sama dengan pemeriksa.

Tes RinneTes WeberTes SchwabachDiagnosis

Positif

Negatif

Positif

Tidak ada lateralisasi

Lateralisasi ke telinga yang sakit

Lateralisasi ke telinga yang sehatSama dengan pemeriksa

Memanjang

MemendekNormal

Tuli konduktif

Tuli sensorineural

Catatan: Pada tuli konduktif