22
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TERNAK ACARA IV SISITEMA DIGESTI Disusun Oleh: Kelompok XXV Maya Kurnia Kusuma PT/ 06438 Bangkit Kristianto PT/ 06450 Yulia Marantika PT/ 06457 Alexander Kevin PT/ 06557 Muhammad Sutadi PT/ 06591 Jays Azka Mukhbitin PT/ 06471 Ike Tutwuri PT/ 06581 Asisten Pendamping: Awin Pinasthika LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Laporan Praktikum Fisiologi Ternak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LAPORAN FISTER

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum Fisiologi Ternak

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TERNAK

ACARA IV

SISITEMA DIGESTI

Disusun Oleh:

Kelompok XXV

Maya Kurnia Kusuma PT/ 06438Bangkit Kristianto PT/ 06450Yulia Marantika PT/ 06457Alexander Kevin PT/ 06557Muhammad Sutadi PT/ 06591

Jays Azka Mukhbitin PT/ 06471 Ike Tutwuri PT/ 06581

Asisten Pendamping: Awin Pinasthika

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Page 2: Laporan Praktikum Fisiologi Ternak

ACARA IV

SISTEM DIGESTI

Tinjauan Pustaka

Pencernaan atau digesti dapat diartikan sebagai

pengelolaan pakan sejak masuk mulut hingga pakan dapat diasorbsi oleh

usus, Pengelolaan pakan dapat dilakukan dengan dua jalan yaitu secara

mekanik dan khemik. Sistem pencernaan ternak ruminansia terdiri atas

mulut, oesofagus, rumen, reticulum, omasum, abomasums, usus halus,

coecum (dua buah), usus besar, rektum, dan anus. Cirri khas hewan

ruminansia adalah lambungnya, yang terdiri dari empat kompartemen

yaitu rumrn, retikulum, omasum, dan abomasums yang berfungsi untuk

ruminasi (memamah biak) (Frandson, 1992).

Pencernaan mencakup serangkaian proses yang terjadi pada

saluran track digestivus. Makanan dipecah menjadi bagian yang lebih

kecil sehingga mudah larut dan diabsorbsi. Pemecahan dilakukan secara

mekanik dan kimia. Secara mekanik termasuk penggilingan, pemasukan,

pemotongan, pengunyahan, dan proses-proses lain. Secara kimia

dilakukan dengan bantuan enzim-enzim dari track digestivusb atau dari

bantuan bakteri yang ada dalam track digestivus. Digesti merupakan

urutan suatu proses phisik-khemik yaitu pemecahan (penggilingan)

makanan yang masuk saluran pencernaan menjadi bagian-bagian atau

partikel yang lebih kecil. Absorbsi adalah masuknya partikel-partikel

tersebut melalui dinding saluran pencernaan yang kemudian masuk

kealiran darah atau limfe (Frandson, 1992).

Proses digesti pada unggas khususnya pada ayam mempunyai alat

pencernaan yang khaas, misalnya pada gizzard yang didalamnya terdapat

grid (krikil kecil atau pasir halus). Pasir halus tersebut yang membantu

proses pencernaan secara mekanik. Tembelok (crop) berfungsi sebagai

tempat menyimpan makanan sebelum masuk kedalam proventikulus. Ada

Page 3: Laporan Praktikum Fisiologi Ternak

beberapa bakteri yang aktif dan dapat menghasilkan asam organik yaitu

asam asetat dan asam laktat (Kamal, 1994).

Organ pencernaan unggas khususnya ayam terdiri atas mulut

(paruh), oesofagus, tembolok (crop), proventikulus, empedal (gizzard),

doedunum, jejunum, ileum, sekum (usus buntu), rektum, dan kloaka.

Kloaka terdiri dari tiga bagian yaitu kuprodenum (untuk saluran fases),

urodenum (untuk saluran urin), dan protodenum (untik saluran telur).

Adapun organ pencernaan tambahannya adalah hati, getah empedu, dan

pangkreas, serta lien atau spleen (Yuwanta, 2004).

Page 4: Laporan Praktikum Fisiologi Ternak

Materi dan Metode

Materi

Materi praktikum digesti digunakan preparat saluran pencernaan

dari unggas, ruminansia, dan non ruminansia. Preparat yang digunakan

adalah ayam, kambing, dan kelinci.

Metode

Metode praktikum digesti adalah alat-alat atau organ pencernaan

diamati dengan seksama perbedaan antara unggas, ruminansia, dan non

ruminansia serta fungsi bagian-bagian organ pencernaan atau system

digesti hewan ternak tersebut, lalu diurai dan diukur. Pengukuran dimulai

dari mulut hingga kloaka (ayam), anus pada kambing dan kelinci.

Pengukuran meliputi pengukuran panjang dan lebar saluran pencernaan.

Page 5: Laporan Praktikum Fisiologi Ternak

Hasil dan Pembahasan

A. Sistem Digesti Ruminansia

Organ pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari mulut,

oesophagus, rumen, reticulum, omasum, abomasum small

intestinum (doedenum, jejunum, ileum), large intestinum, rektum,

dan anus (Kamal, 1994).

Pencernaan di dalam mulut terutama dilakukan secara

mekanik yaitu dengan jalan mastikasi, bertujuan untuk memecah

pakan agar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan

mencampurnya dengan saliva agar mudah ditelan. Saliva

disekresikan oleh kelenjar saliva, mengandung 99,5% air. Saliva

berperan sebagai pelumas dalam pengunyahan dan mastikasi

(Murray et, al., 1993). Tiga pasang kelenjar saliva yaitu: kelenjar

submaxilaris atau kelenjar submandibularis yang terletak pada

setiap sisi rahang bawah, kelenjar sublingualis yang terletak di

bawah lidah, dan kelenjar parotis yang terletak di depan masing-

masing telinga (Kamal, 1994). Mulut berperan sebagai alat

prehensil. Alat prehensil adalah alat yang dapat membantu

memasukan pakan kedalam cavum oris. Mulut digunakan untuk

memotong yaitu dengan gigi, menggiling pakan dengan bantuan

mikrobia dan enzim-enzim yang mencampurnya dengan saliva.

Prehensil pada kambing berupa gigi gigi, bibir, lidah, kaki depan,

dan penjuluran kepala (Frandson, 1992).

Makanan setelah menjadi pencernaan mekanik dimulut akan

menjadi menuju rumen melalui oesophagus (Rianto dan Purbowati,

2009). Oesophagus adalah suatu kelanjutan langsung dari faring,

merupakan saluran muskular yang merentang dari faring menuju

kekardia dan perut. Persis pada posisi kaudal pada diafragma.

Dinding muskular dari oesophagus terdiri dari dua lapis yang

salang melintas miring kemudian spiral dan akhirnya membentuk

Page 6: Laporan Praktikum Fisiologi Ternak

suatu lapisan sirkuler dalam (Frandson, 1992). Lambung

ruminansia terdiri dari empat kompartemen antara lain rumen,

reticulum, imasum, abomasum. Gerakan peristaltik terdapat dalam

oesophagus, gerakan peristaltik adalah gerakan yang terjadi pada

otot-otot pada saluran pencernaan yang menimbulkan gerakan

semacam gelombang sehingga menimbulkan efek

menyedot/menelan makanan yang masuk ke dalam saluran

pencernaan (Frandson, 1992).

Rumen berupa suatu kantong muskular yang terentang dari

diafragma menuju ke perut dan hampir menempati sisi kiri dari

rongga abdominal. Rumen dibagi lagi menjadi kantong-kantong

oleh plar-pilar muskular yang dapat dikenali bila dipandang dari luar

rumen (Frandson. 1992) isi rumen tersusun dari air sebanyak 85-93

% dan sering terbagi kedalam dua bagian yaitu bagian bawah yang

keadaanya cair denagn partikel-partikel pakan yang larut dan

bagian atas yang mengandung bahan pakan yang masih kasar. Isi

rumen selalu mengalami pencampuran dengan adanya gerakan

atau kontraksi yang teratur dari dinding rumen dan juga dengan

adanya ruminasi. Ruminasi dipacu dengan adanya bahan pakan

yang masih kasar di dalam rumen, ini terbukti bila pakan tidak

mengandung pakan yang kasar maka ruminasi menurun (Kamal.

1994). Panjang rumen kurang lebih 23 cm dan lebarnya kurang

lebih 10 cm (Blakely and Bade, 1998). Lambung kambing berupa

rumen terdapat banyak mikrobia yang berfungsi untuk

memfermentasi zat gula, karbohidrat, lemak dan lain-lain dari

pakan menjadi VFA (Volatile Fatty Acid), VFA terdiri atas Asetat,

Propionat, Butirat, dan gas karbondioksida (CO2), H2 dan metan.

Nlai pH rumen antara 5,5 sampai dengan 6,5 untuk menjaga

kehidupan mikrobia didalam rumen tersebut (Kustono dkk., 2008).

Rumen juga menghasilkan gas metan, yang mempengaruhi

pemanasan global (Alluwong et al., 2011). Produksi gas metan,

Page 7: Laporan Praktikum Fisiologi Ternak

karbondioksida, dan H2 merupakan hasil proses fermentasi yang

terjadi di dalam rumen yang dapat menunjukkan aktivitas mikrobia

di dalam rumen serta menggambarkan banyaknya bahan organik

yang tercerna. Selain itu produksi gas yang dihasilkan dari pakan

yang difermentasi dapat mencerminkan kualitas pakan tersebut

(Ella et al., 1997).

Makanan dibentuk menjadi bolus didalam reticulum. Bolus

tersebut didorong kembali kemulut (regurgitasi), kemudian

dikunyah lagi (remastikasi), dicampur saliva (reinsalivasi), lalu

ditelan lagi (redeglutasi). Rumen dan retikulum sering disebut

sebagai kantong fermentasi (Swenson, 1997). Pada saat hewan

beristirahat, pakanyang telah berada dalam rumen dikembalikan ke

mulut (proses regurgitasi),untuk dikunyah kembali (proses

remastikasi), kemudian pakan ditelan kembali(proses redeglutasi).

Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzimmikroba

rumen.

Retikulum adalah bagian perut (kompartemen) yang paling

kranial, seperti yang tercermin dalam namanya, kompartimen ini

bagian dalamnya diselaputi oleh membrana mukose yang

mengandung ‘intersektin ridge’ yang membagi permukaan

retikulum menyerupai sarang lebah. Permukaannya adalah epitel

squamous yang berstrata (Frandson. 1992). Pada keadaan normal

pH isi rumen dipertahankan antara 5,5 sampai 6,5. Tujuannya

adalah mempertahankan mikroorganisme yang tidak tahan

terhadap pH yang kurang dari 5,5 (Kamal. 1994). Panjang retikulum

kurang lebih 22 cm dan lebarnya berkisar antara 3 sampai 7 cm

(Bakely and Bade, 1998).

Omasum terletak disebelah kanan rumen dan retikulum,

terdapat lipatan seperti kitab. Omasum domba dan kambing jauh

lebih kecil dalam keadaan normal tidak menyentuh dinding

abdominal ruminansia kecil itu. Omasum hampir terisi penuh oleh

Page 8: Laporan Praktikum Fisiologi Ternak

lamina dengan papih yang meruncing yang tersusun sedemikian

rupa sehingga makanan digerakkan dari orisisum retikulo-omoral,

diantara lamina mengandung tiga lapis otot, termasuk suatu lapis

ventral yang berhubungan dengan dinding otot dari omasum, serta

suatu lapis mukosa muskularis yang terletak pada tiap sisi dari dari

otot sentral. Panjang omasum kurang lebih 9 cm (Frandson. 1992).

Fungsi omasum mereduksi partikel pakan sebelum masuk

abomasums dan tempat absorbsi air (Akoso, 2002). Pendapat

tersebut diperkuat oleh Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan

bahwa omasum menerima campuran makan dan air, dan sebagian

besar air itu diserap oleh luasnya penyerapan yang terdiri dari

banyak lapis, fungsi dari lipatan pada omasum yaitu sebagai

perluasan dalam penyerapan zat-zat pakan, sehingga penyerapan

optimal.

Abomasum sering disebut sebagai perut sejati karena

miripdengan lambung non ruminansia, seperti mengandung HCl,

enzim renin, dan enzim pepsin. Pencernaan di abomasum dibantu

oleh ketiga zat tersebut. Asam klorida (HCl) berfungsi untuk

mengaktifkan enzim pepsinogen yang kemudian diubah menjadi

enzim pepsin, juga sebagai desinfektan (zat pembunuh bakteri,

karena bakteri akan mati pada pH yang sangat rendah). Namun,

bakteri yang mati dapat dicerna menjadi sumber protein. Enzim

renin menggumpalkan kasein, dan enzim pepsin mengubah protein

menjadi pepton (Riyanto dan Purbowati, 2004). Abomasum terletak

ventral dari omasum dan terentang kaudal pada sisi kanan rumen

(Frandson. 1992). Abomasum berfungsi sebagai lambung tunggal

mirip seperti pada non-ruminansia menghasilkan getah lambung

yang berisi pepsin (Kamal. 1994).Usus besar terdiri atas sekum

yang merupakan sebuah kantung buntu dan kolon yang terdiri atas

bagian-bagian yang naik, mendatar dan turun (Frandson. 1992).

Kelenjar pada usus besar terutama hanya berupa kelenjar mukus

Page 9: Laporan Praktikum Fisiologi Ternak

dan tidak memproduksi garam. Pencernaan disini dilakukan oeh

enzim yang terbawa bersama-sama dengan pakan dari bagian

pencernaan sebelumnya atau oleh enzim yang berasal dari aktifias

mikroorganisme yang terdapat didalam usus besar.

Mikroorganisme tersebut terutama dari tipe proteolisik yaitu

laktobasilus, streptokokus, kaliform, bakterioda, klostrida, dan ragi

(Kamal, 1994).

Rectum merupakan bagian dari usus besar yang siap

mengembang dan menampung feses. Anus merupakan tempat

keluarnya feses yang terdiri dari air, sisa-sisa pakan yang tidak

tercerna, getah dari saluran pencernaan, sel-sel epitel usus,

bakteri, garam organik, indol, skesol, dan hasil-hasil dekomposisi

lain dari bakteri (Kamal, 1994).

Pada bayi ruminansia, sistem digestinya mirip dengan

sistem digesti monogastrik. Pada fase prerumiansia ini, pakan cair

akan masuk melalui esophageal groove, satu lekukan sehingga

makanan langsung masuk ke dalam abomasum tanpa melalui

lambung depan (rumen, retikulum, omasum). Abomasum ini secara

fisik dan biokimiawi mampu mencerna bahan pakan utama pedet

yaitu susu. Pada masa preruminansia ini,abomasum mensekresi

renin. Renin mempunyai kemampuan menjendalkan susu dan

memisahkkannya menjadi kasein dan whey.Whey masuk ke dalam

duodenum dalam 5 menit setelah minum susu, sementara kasein

akan tetap berada di dalam abomasum. Renin adalah enzim

proteolitik dan bertanggung jawab terhadap pemecahan jendalan

susu tersebut pada pedet yang berumur sangat muda sebelum

enzim tersebut digantikan oleh pepsin. Jendalan kasein mengalami

degradasi secara bertahap oleh renin dan atau pepsin serta asam

klorida dan secara partial perncernaan protein ini akan berlangsung

selama 24 jam. Setelah masuk ke dalam intestinum maka enzim

yang lain akan berperan untuk mencerna bahan pakan tersebut.

Page 10: Laporan Praktikum Fisiologi Ternak

B. Sistem Digesti Unggas

Sistem digesti pada unggas terdiri dari mulut, oesophagus,

crop, proventrikulus, gizzard, usus halus, coecum, usus besar

koaka beserta organ-organ tambahan.

Mulut unggas tidak memilii bibir, pipi, dan gigi tetapi memiliki

paruh sebagai gantinya sehingga pakan yang telah berada didalam

mulut langsung ditelan masuk kedalam tembolok yang merupakan

pembesaran oesophagus (Kamal, 1994). Prehensil pada ayam

berupa paruh, lidah yang kaku berperan dalam penelanan pakan,

dan tidal yang terdiri dari rahang atas dan rahang bawah.

Oesofagus merupakan saluran lunak yang mudah

mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Oesofagus

memanjang pharynx hingga ke proventikulus melewati tembelok.

Oesofagus mengandung mukosa yang berfungsi sebagai pelumas

untuk pakan (Yuwanta, 2004). Oesofagus pada unggas tidak terjadi

gerakan peristaltik, karena tubuh ayam bagian tembelok terdapat

kerikil yang ditelan bersama makanan. Keberadaan kerikil dalam

tembelok itu akan membantu menghancurkan makanan. Pada

unggas khususnya ayam, saat makan tembeloknya juga ikut

bergerak (pada manusia disebut gerakan peristaltik), ketika selesai

mencerna, kerikil tersebut ikut hancur bersama kotoran. Tembelok

adalah modifikasi dari oesofagus. Fungsi dari oesophagus adalah

menyimpan pakan untuk sementara, terutama pada saat ayam

makan dalam jumlah banyak. Tembelok terdapat saraf yang

berhubungan pusat kenyang-lapar di hipotalamus sehingga banyak

sedikitnya pakan didalam tembelok akan mempengaruhi ayam

untuk makan atau berhenti makan (Yuwanta, 2004).

Lambung unggas terdiri dari dua yaitu proventrikulus dan

gizzard. Makanan dicampur dengan HCl dan enzim pepsin, Asam

klorida (HCl) berfungsi untuk mengaktifkan enzim pepsinogen yang

Page 11: Laporan Praktikum Fisiologi Ternak

kemudian diubah menjadi enzim pepsin, juga sebagai desinfektan

(zat pembunuh bakteri, karena bakteri akan mati pada pH yang

sangat rendah). Namun, bakteri yang mati dapat dicerna menjadi

sumber protein. Enzim pepsin berfungsi untuk mengubah protein

menjadi pepton kemudian akan diabsorbsi didalam proventikulus ,

menyebabkan terjadinya pencernaan kimiawi lalu makanan digiling

di gizzard dengan bantuan kerikil yang sengaja ditelan oleh ayam.

Pencernaan di proventikulus dilakukan oleh enzim pepsin yang

diaktifkan oleh HCl. Pencernaan di gizzard dengan bantuan kerikil

mampu meningkatkan kecernaan biji-bijian 10% (Yasini, 2010).

Panjang gizzard kurang lebih 5 cm (Tilman et all., 1991). Besar

kecilnya empedal dipengaruhi oleh aktivitasnya, apabila ayam

dibiasakan diberi pakan yang sudah digiling maka empedal akan

lisut. Pada gizzard ayam yang diumbar akan terlihat berbeda

dengan ayam yang dikandang, gizzard ayam yang diumbar akan

lebih besar karena pakan beraneka macam yang ada di alam,

sedangkan gizzard pada ayam kandang akan terlihat lebih kecil

karena pakannya sudah digiling. Gizzard mempunyai otot-otot yang

kuat sehingga dapat menghasilkan tenaga yang besar dan

mempunyai mucosa yang tebal. Perototan empedal dapat

melakukan gerakan meremas kurang lebih empat kali dalam satu

menit.

Sebagian besar pencernaan dan absorbs nutrisi terjadi

didalam usus halus. Proses pencernaan dibantu oleh kelenjar

intestinal yang menghasilkan mucin, berguna untuk membasahi

dan melicinkan duodenum agar tidak terjadi iritasi pada dinding

usus. Ada beberapa enzim yang terdapat didalam usus halus,

antara lain enzim sukrosa yang memecah sukrosa menjadi glukosa

dan fruktosa, maltosa memecah maltosa menjadi glukosa, eripsin

memecah bentuk intermediet protein menjadi asam amino dan

enzim lipasenyang memecah lemak menjadi asam-asam lemak

Page 12: Laporan Praktikum Fisiologi Ternak

dan gliserol. Terdapat juga garam empedu yang berfungsi untuk

mengemulsi lemak (Alluwong and Allam, 2011).

Usus halus merupakan tempat terjadinya sebagian

pencernaan, yaitu gerak peristaltic yang mendorong makanan

dalam suatu pencernaan menuju ke coecum dan rectum. Pada

usus halus hewan non-ruminansia pencernaannya sama dengan

pada hewan ruminansia (Tilman et all., 1991).

Coecum merupakan bagian seperti usus buntu pada

manusia. Unggas memiliki dua buah sekum (sepasang dengan

ukuran yang relatif besar yang terletak antara usus kecil dan usus

besar (Kamal, 1994).

Usus besar. Usus besar unggas sangatlah pendek jika

dibandingkan dengan usus besar hewan ruminansia lain, terutama

babi, rodentia. Bila kenyataan ini dihubungkan dengan jalannya

makanan di kolon dan sekum. Diketahui bahwa ada aktifitas jasad

renik dalam usus besar tetapi sangat rendah dibandingkan dengan

hewan non-ruminansia lain (Tilman et all., 1991).

Kloaka sebagai tempat keluarnya kotoran, kloaka

merupakan muara dari tiga saluran yang menjadi satu yaitu

urodeum, kuprodeum, dan proctodeum. Urodeum adalah bagian

ureter paling akhir di kloaka tempat keluarnya urine yang akan

bercampur dengan feses sehingga dinamakan ekskreta.

Kuprodeum adalah tempat keluarnya ekskreta pada ungas.

Proctodeum adalah muara tempat keluarnya sperma di kloaka.

Organ tambahan dalam system pencernaan unggas yaitu

pancreas, hati, limfa, dan lien. Pancreas merupakan kelenjar yang

terdapat pada lipatan doedenum yang mensekresikan getah

pancreas, hormon, dan enzim. Getah pancreas berfungsi dalam

pencernaan pati, lemak, dan protein. Hormone insulin berfungsi

mengatur kadar gula darah yaitu dengan memecah glukosa

menjadi glikogen. Hormone glucagon berfungsi kebalikan dari

Page 13: Laporan Praktikum Fisiologi Ternak

hormone insulin. Adapun enzim yang menghasilkan pancreas yaitu

enzim amylase, tripsin, dan lipase (Yuwanta, 2004).

Hati atau hepar terletak diantara gizzard dan doedonum.

Hati berfungsi mensekresikan getah empedu. Getah empedu

berfungsi untuk mengemulsikan lemak, menetralkan asam lambung

(HCl), dan membentuk sabun terlarut dengan asam lemak bebas.

Limfa berbentuk agak bundar, berwarna kecoklatan. Limfa terletak

pada titik antara proventikulus, gizzard, dan hati. Lien atau spleen

berfungsi memecah sel darah merah dan sel darah putih. Makanan

unggas, terutama protein kasar dalam pakan, mengalami degradasi

(Yuwanta, 2004).

Page 14: Laporan Praktikum Fisiologi Ternak

KESIMPULAN

Sistem digesti pada ruminansia adalah mulut, oesophagus, rumen,

retikulum, omasum, abomasum, duodenum, jejunum, ileum, coecum,

colon, rectum, anus. Ruminansia memiliki perut sejati yang terdiri dari

rumen, retikulum, omasum. Proses digesti pada ruminansia adalah

mastikasi (mengunyah), diglutisi, regurgitasi, remastikasi, redeglutlisi,

regurgitasi.

Pada unggas memiliki lambung sederhana atau monogastrik. Alat-

alat pencernaannya yaitu mulut, oesophagus, crop, proventrikulus, usus

halus, coecum, usus besar, dan terakhir pada saluran kloaka.

Page 15: Laporan Praktikum Fisiologi Ternak

DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B.T. 2002. Manual Kesehatan Unggas. Kansius. Jakarta.

Alluwong, T. P.A Wuyep and L. Allam. 2011. Live Stock Environment Interaction Methane Emissions from Ruminan Jurnal. African Jurnal Biotechnology 10(8) 1265-1269

Blakely, J. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Ella, A. S. Hardjosoewignya, T. R. Wiradaryadan dan M. Winugroho. 1997. Pengukuran Produksi Gas dari Hasil Proses Fermentasi Beberapa Jenis Leguminosa Pakan. Dalam : Prosidins Sem. Nas II-INMT Ciawi, Bogor

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Kamal, M. 1994. Nutrisi 1. Laboratorium Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Kustono, D.T. Widiawati, I. dan S. Bintara. 2008. Bahan Ajar Fisiologi Ternak. Laboratorium Fisiologi Reproduksi Ternak. Bagian Produksi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Murray, R. K., D. K. Granner, P. A. Mayes, dan V. W. Rodwell. 1993. Biokimia Harper. EGC. Jakarta.

Rianto. Purbowati, E. 2004. Usaha Penggemukan Domba. Penebar Swadaya. Depok

Srigandono, B. 1996. Kamus Istilah Peternakan. Edisi Revisi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Swenson, M. J. 1997. Dukes Phisiology of Domestik Animals. Cornell USA University Press.

Page 16: Laporan Praktikum Fisiologi Ternak

Tilman, D. Allen. 1991. Ilmu Makanan Tenak Dasar. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

.Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Fakultas Peternakan

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta