48
LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN Disusun Oleh : 1.Agung Wahyu Saputro (03) 2.Deni Nur Farkhan (20) Kelas : XI GP A PROGRAM KEAHLIAN GEOLOGI PERTAMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 1

LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIANGEOLOGI TAMBANGSMK N 2 DEPOK SLEMANANGKATAN 2015 (PRODI 4 TAHUN)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN

Disusun Oleh :

1.Agung Wahyu Saputro (03)

2.Deni Nur Farkhan (20)

Kelas : XI GP A

PROGRAM KEAHLIAN GEOLOGI PERTAMBANGANSEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 DEPOK

SLEMAN YOGYAKARTATAHUN AJARAN 2012/2013

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 1

Page 2: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini kami susun sebagai bukti pertanggungjawaban atas praktikum Preparasi

Bahan Galian untuk mata pelajaran Bahan Galian program keahlian Geologi Pertambangan

SMK N 2 Depok Sleman kelas XI yang telah kami laksanakan pada tanggal 9 Oktober 2012.

Untuk itu kami mohon kepada pihak yang bersangkutan, untuk mengesahkan laporan ini

sebagai bahan pertimbangan sesuai standar laporan Geologi Pertambangan.

Disahkan : Oktober 2012

Tempat:

Mengesahkan :

Guru Pembimbing, Guru Pembimbing,

Bambang Haryono BE, SE

NIP : 19601217 199303 1002

Wibowo Haryono T, B.E

NIP : 19540101 198003 1 027

Mengetahui :

Ketua Jurusan Geologi Pertambangan

Drs.Agung Widiyatmoko, M.Pd

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 2

Page 3: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

NIP : 19611006 198803 1 004

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, kasih, ridho dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian dengan baik dan lancar.

Laporan ini kami susun sebagai hasil dari praktikum kami di Laboratorium Pemboran dan Laboratorium Bahan Galian . Dengan laporan ini yang kami susun berdasarkan hasil pengamatan dan praktikum mengenai Preparasi Bahan Galian

Dari Praktek Lapangan ini kami menerapkan ilmu yang tidak hanya melalui media buku pengetahuan tentang Preparasi, tetapi kami dapat juga menerapkan ilmu yang diberikan oleh Guru Pembimbing kami dan dapat menerapkanya langsung di

Praktikum tersebut dapat menambah wawasan kami di dalam mata pelajaran Bahan Galian, sehingga kami dapat mengolah data yang didapat dari praktikum kami di bengkel kami, kerjasama tiap individu, menyiapkan diri guna praktek sesungguhnya di Dunia Kerja nanti.

Semoga laporan ini dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan memenuhi standar Laporan yang ada, dan hasil kerja keras kami dapat digunakan demi kepentingan bersama dan sebaik mungkin.

Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan laporan praktikum ini, apabila masih banyak kekurangan kami mengharapkan bagi para pembaca untuk memberi kritik dan saran yang membangun demi kemajuan dan kelancaran ilmu pengetahuan kami .

Sleman, Oktober 2012

Penyusun

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 3

Page 4: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penyusunan laporan ini, kamipun tidak hanya mengandalkan usaha dan daya kami sendiri. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu terselesaikanya Laporan Preparasi Bahan Galian, yaitu :

1. Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmatnya yang berkelimpahan sehingga kami dapat melaksanakan Preparasi dan mengerjakan laporan, serta menyelesaikan dengan baik tanpa suatu halangan yang berarti.

2. Orang tua kami, yang selalu dan tak pernah lelah memberikan dorongan (support), do’a, motivasi, daya, serta financial bagi kami untuk terus menuntut ilmu .

3. Guru-guru Geologi Pertambangan SMKN 2 DEPOK , yang telah kami anggap sebagai guru dan kakak kami di sekolah. Dan yang selalu membimbing kami dengan sikap professional dalam memberikan tuntunan disetiap pembelajaran kami kami ucapkan banyak terimakasih khususnya Guru-guru Pengampu Bahan Galian.

4. Teman-teman satu angkatan kami yang selalu mengisi kekurangan dan mengingatkan kesalahan satu sama lain, dan yang telah memberikan arti persahabatan yang sesungguhnya.

5. Dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Semoga dari setiap hasil pemikiran pihak-pihak yang telah membantu praktikum dan pembuatan laporan ini dapat diterima sebagai amal baik oleh Tuhan Yang Maha Esa,dan semoga laporan ini dapat berguna bagi adik-adik kelas kami maupun yang lainnya di masa depan.Amin.

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 4

Page 5: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. 1

Halaman Pengesahan.........................................................................................2

Kata Pengantar..................................................................................................3

Ucapan Terima Kasih........................................................................................4

Daftar Isi............................................................................................................5

BAB I (Pendahuluan)

a. Latar Belakang ...............................................................6

b. Rincian Pelaksanaan Praktikum .....................................................6

c. Lokasi dan Akses Kesampaian ................................................6

d. Dasar Teori pelaksanaan Praktikum ...................................................7

e. Maksud dan Tujuan ..................................................8

f. Manfaat Pelaksanaan Praktikum ..................................................9

g. Rincian Alat Praktikum Preparasi ..................................................10

BAB II (Geologi Regional Kulon Progo)

a. Fisiografi regional dan geomorfologi ....................................................12

b. Stratigrafi regional ..............................................................................13

c. Struktur regional ..................................................................................20

d.Sejarah Geologi .....................................................................................20

e. Geologi Lokal ........................................................................................22

BAB III (Isi Laporan)

a. Perngertian Trass ................................................................................24

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 5

Page 6: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

b. Mineral Yang Terkandung dalam Sample Bahan Galian ...................26

c. Hasil Pengamatan dan perhitungan kadar serta derajat liberasi .........31

BAB IV (Penutup)

a. Kesimpulan..........................................................................................34

Daftar Pustaka ...................................................................................................35

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Praktikum yang telah kami laksanakan pada tanggal 16 Oktober 2012 di Laboratorium Pemboran dan Laboratorium Bahan Galian merupakan pendalaman ilmu dan penambahan wawasan serta pengetahuan kami mengenai Pelajaran Bab Preparasi.

Preparasi bahan Galian sendiri adalah memisahkan endapan bahan galian dengan pengotornya bahkan tailingnya. Dalam preparasi ini kami menggunakan Metode Quartering. Metode Quartering sendiri adalah Melakukan Pengamatan dibawah Mikroskop untuk mengamati mineral apa saja yang dapat dijadikan Bahan Galian, dengan membagi satu pengamatan menjadi empat atau sebesar Lensa objektif pada Mikroskop.

Praktikum ini mempunyai tujuan dan maksud dalam pelaksanaannya, diantaranya :

Menambah wawasan dan pengetahuan siswa tentang Preparasi bahan galian.

Melatih Kemandirian dan kerja individu dalam Praktikum.

Melatih keuletan dan ketelitian tiap siswa dalam praktikum ini.

Meningkatkan etos kerja tiap individu.

Meningkatkan ketelitian siswa dalam pengumpulan data lapangan

b. Rincian Pelaksanaan Praktikum

1. Pengambilan sample :

Hari/ tanggal : Minggu, 9 Oktober 2012

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 6

Page 7: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

Tempat : Dusun Karang,DesaTerbah,Kecamatan Pathuk,Kabupaten Gunung Kidul,Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Praktikum preparasi :

Hari/ tanggal : Selasa, 16 dan 23 Oktober 2012

Tempat : Laboratorium Pemboran dan Laboratorium Bahan Galian

c. Lokasi dan Akses Kesampaian

Lokasi area pengambilan sample / sampling terletak pada Dusun Karang,DesaTerbah,Kecamatan Pathuk,Kabupaten Gunung Kidul,Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Jarak Lokasi sampling kira kira 18 KM ke arah Renggara dari SMK N 2 Depok

Lokasi sampling dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat maupun roda dua,berada di sebelah barat Balai Dusun Karang.

Lokasi pengambilan sample,di titik koordinat E 07o49’32’’1 dan S 110o33’42”2

d. Dasar Teori pelaksanaan Praktikum

Sampling

Sampling adalah cara mengambil contoh bahan galian yang mewakili suatu daerah.

Sebelum pengambilan sample maka terlebih dahulu dilakukan survey (penelitian

pendahuluan) yang mencakup daerah yang cukup luas.

Tahap penanganan Sample :

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 7

Page 8: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

1. Tahap penerimaan sample

Tahap ini menerima sample dari lapangan dilengkapi dengan data mendasar:

nomor lokasi sample jenis sample/ bahan galian, jumlah sample dan keterangan

sample secara lengkap.

2. Tahap Penanganan Sample

Pada tahap ini adalah tahap pemrosesan sample yang telah diambil dari kanan,

kiri, tengah, untuk sample diproses menjadi butiran dengan menggunakan crusher

(palu,bila tidak ada) hingga menjadi butiran yang mudah diamati mineralnya

dibawah Mikroskop untuk dilakukan proses Preparasi.

3. Tahap Pengamatan Sample

Setelah bahan galian yang akan diamati telah berbentuk butiran halus, maka

proses yang selanjutnya adalah mengamati mineral yang berasosiasi dengan bahan

galian tersebut. Dengan metode quartering (membagi butiran menjadi sebesar

lubang lensa objektif).

4. Tahap pengumpulan Data

Tahapan selanjutnya setelah Pengamatan sample dibawah mikroskop maka

tahapan selanjutnya adalah memproses data yang telah diperoleh menjadi Laporan

Bahan Galian.

Tujuan Pengambilan sample adalah sebagai berikut :

a. Untuk menentukan kadar bahan galian yang dicari.

b. Menentukan cadangan deposit bahan galian di lapangan

c. Menentukan unsure- unsure lain yang ada di dalam bahan galian.

e. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dilaksanakannya praktikum laboratorium pada kesempatan

kali ini adalah sebagai berikut :

Maksud :

- Siswa dapat mengetahui obyek langsung secara detail dibandingkan dengan obyek

maya dalam pelajaran teori.

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 8

Page 9: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

- Sebagai pembelajaran pokok disamping pembelajaran teori yang sebelumnya telah

diberikan oleh bidang kejuruan.

- Siswa dapat melakukan pekerjaan analisa Laboratory sebagai pelaksanaan teori

sekolah.

- Siswa dapat melaksanakan praktek lapangan dengan melatih kemandirian siswa

dalam pembuatan Laporan ditiap kelompok.

- Siswa dapat melakukan proses sampling.

- Siswa dapat menerapkan teori bahan galian,mulai dari pengambilan sample hingga

penelitian di Laboratorium.

Tujuan :

- Melatih kemampuan siswa dalam mengolah data yang diperoleh hasil melakukan

Praktikum Preparasi Quartering.

- Meningkatkan dan melatih kerja kemampuan Analisa tiap individu.

- Pengembangan kemampuan individu

- Mengetahui cara kerja menganalisa Bahan galian.

- Meningkatkan kerjasama dalam praktikum.

- Menerapkan teori yang diberikan di kelas mengenai Preparasi Bahan Galian

- Meningkatkan ketelitian dalam mencari data lapangan maupun data laboratorium

f. Manfaat Pelaksanaan Praktikum

Praktikum ini tidak akan terlaksana dengan lancar tanpa bantuan maupun dukungan

dari berbagai pihak. Bantuan materil atau moril dari orang tua serta yang paling utama adalah

Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga praktek lapangan yang

kami laksanakan tidak mengalamai halangan yang cukup berarti.

Kendala maupun permasalahan yang kami alami setidaknya tidak mengurangi

semangat kami dalam melaksanakan praktek analisa di laboratorium, banyak hal yang telah

kami alami dan telah memberikan kesan tersendiri pada praktek lapangan kali ini, dan

diantaranya kesan-kesan tersebut adalah sebagai berikut :

Manfaat individu ( Pribadi ):

1. Meningkatkan semangat dan tali persaudaraan antar anggota team

2. Menambah pengetahuan dan pengembangan ilmu teori

3. Melatih kekompakan tiap individu untuk berbagi pengetahuan dan tempat bertukar

pendapat mengenai hal-hal baru.

4. Melatih kemampuan dalam mengatasi masalah tiap individu.

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 9

Page 10: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

5. Dapat mengetahui masing masing kemampuan atau kelebihan dalam setiap diri

individu.

6. Mengembangkan kemampuan individu maupun kerjasama kelompok

7. Melatih ketrampilan dalam mencari dan mengolah data lapangan serta langkah

selanjutnya dalam kegiatan pembuatan laporan.

g. Rincian Alat Praktikum Preparasi

1. Mikroskop

Merupakan komponen utama dalam proses analisis mineral bahan galian dan digunakan untuk memperbesar obyek yang akan diamati.

2. Modul Physical Characteristic of Mineral

Modul ini berfungsi membantu para siswa untuk mengamati mineral yang telah berubah sifat fisiknya, sehingga siswa dapat lebih terbantu dengan adanya modul ini.

3. Mesh (Saringan)

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 10

Page 11: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

Alat ini sangat penting untuk prose preparasi dimana alat ini digunakan untuk menyaring mineral-mineral endapan bahan galian yang bergantung pada besarnya ukuran mesh atau saringan.

4. Pinset

Digunakan untuk mengambil dan meratakan atau menunjuk mineral endapan bahan galian

yang sedang diamati, dan mempermudah dalam pengamatan mineral endapan bahan galian

tersebut.

5. Nampan/Cawan

Digunakan meletakan bahan galian yang telah berupa butiran yang nantinya akan diamati menggunakan mikroskop.

6. Palu

Peralatan ini digunakan untuk memperkecil ukuran butir mineral yang akan diamati,maupun sebagai alat crusher

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 11

Page 12: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

BAB IIGeologi Regional Daerah Gunung Kidul

2.1 FISIOGRAFI REGIONAL DAN GEOMORFOLOGI

Secara umum, fisiografi Jawa Tengah bagian selatan-timur yang meliputi kawasan Gunungapi Merapi, Yogyakarta, Surakarta dan Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi dua zona, yaitu Zona Solo dan Zona Pegunungan Selatan (Bemmelen, 1949) (lihat Gambar 2.1). Zona Solo merupakan bagian dari Zona Depresi Tengah (Central Depression Zone) Pulau Jawa. Zona ini ditempati oleh kerucut G. Merapi (± 2.968 m). Kaki selatan-timur gunungapi tersebut merupakan dataran Yogyakarta-Surakarta ( ± 100 m sampai 150 m) yang tersusun oleh endapan aluvium asal G. Merapi. Di sebelah barat Zona Pegunungan Selatan, dataran Yogyakarta menerus hingga pantai selatan Pulau Jawa, yang melebar dari P. Parangtritis hingga K. Progo. Aliran sungai utama di bagian barat adalah K. Progo dan K. Opak, sedangkan di sebelah timur ialah K. Dengkeng yang merupakan anak sungai Bengawan Solo (Bronto dan Hartono, 2001).

Satuan perbukitan terdapat di selatan Klaten, yaitu Perbukitan Jiwo. Perbukitan ini mempunyai kelerengan antara 40 – 150 dan beda tinggi 125 – 264 m. Beberapa puncak tertinggi di Perbukitan Jiwo adalah G. Jabalkat (± 264 m) di Perbukitan Jiwo bagian barat dan G. Konang (lk. 257 m) di Perbukitan Jiwo bagian timur. Kedua perbukitan tersebut dipisahkan oleh aliran K. Dengkeng. Perbukitan Jiwo tersusun oleh batuan Pra-Tersier hingga Tersier (Surono dkk, 1992).

Sketsa peta fisiografi sebagian Pulau Jawa dan Madura (modifikasi dari van Bemmelen, 1949).

Zona Pegunungan Selatan dibatasi oleh Dataran Yogyakarta-Surakarta di sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah timur oleh Waduk Gajahmungkur, Wonogiri dan di sebelah

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 12

Page 13: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

selatan oleh Lautan India. Di sebelah barat, antara Pegunungan Selatan dan Dataran Yogyakarta dibatasi oleh aliran K. Opak, sedangkan di bagian utara berupa gawir Baturagung. Bentuk Pegunungan Selatan ini hampir membujur barat-timur sepanjang lk. 50 km dan ke arah utara-selatan mempunyai lebar lk. 40 km (Bronto dan Hartono, 2001).

Zona Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi tiga subzona, yaitu Subzona Baturagung, Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu (Harsolumekso dkk., 1997 dalam Bronto dan Hartono, 2001). Subzona Baturagung terutama terletak di bagian utara, namun membentang dari barat (tinggian G. Sudimoro, ± 507 m, antara Imogiri-Patuk), utara (G. Baturagung, ± 828 m), hingga ke sebelah timur (G. Gajahmungkur, ± 737 m). Di bagian timur ini, Subzona Baturagung membentuk tinggian agak terpisah, yaitu G. Panggung (± 706 m) dan G. Gajahmungkur (± 737 m). Subzona Baturagung ini membentuk relief paling kasar dengan sudut lereng antara 100 – 300 dan beda tinggi 200-700 meter serta hampir seluruhnya tersusun oleh batuan asal gunungapi.

Subzona Wonosari merupakan dataran tinggi (± 190 m) yang terletak di bagian tengah Zona Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Wonosari dan sekitarnya. Dataran ini dibatasi oleh Subzona Baturagung di sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Subzona Gunung Sewu. Aliran sungai utama di daerah ini adalah K. Oyo yang mengalir ke barat dan menyatu dengan K. Opak (lihat Gambar 2.2). Sebagai endapan permukaan di daerah ini adalah lempung hitam dan endapan danau purba, sedangkan batuan dasarnya adalah batugamping.

Subzona Gunung Sewu merupakan perbukitan dengan bentang alam karts, yaitu bentang alam dengan bukit-bukit batugamping membentuk banyak kerucut dengan ketinggian beberapa puluh meter. Di antara bukit-bukit ini dijumpai telaga, luweng (sink holes) dan di bawah permukaan terdapat gua batugamping serta aliran sungai bawah tanah. Bentang alam karts ini membentang dari pantai Parangtritis di bagian barat hingga Pacitan di sebelah timur.

Zona Pegunungan Selatan di Jawa Timur pada umumnya merupakan blok yang terangkat dan miring ke arah selatan. Batas utaranya ditandai escarpment yang cukup kompleks. Lebar maksimum Pegunungan Selatan ini 55 km di sebelah selatan Surakarta, sedangkan sebelah selatan Blitar hanya 25 km. Diantara Parangtritis dan Pacitan merupakan tipe karts (kapur) yang disebut Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 1400 km2 (Lehmann. 1939). Sedangkan antara Pacitan dan Popoh selain tersusun oleh batugamping (limestone) juga tersusun oleh batuan hasil aktifitas vulkanis berkomposisi asam-basa antara lain granit, andesit dan dasit (Van Bemmelen,1949).

2.2 STRATIGRAFI REGIONAL

a. Pegunungan Selatan Bagian Barat

Penamaan satuan litostratigrafi Pegunungan Selatan telah banyak dikemukakan oleh beberapa peneliti yang membedakan stratigrafi wilayah bagian barat (Parangtritis – Wonosari) dan wilayah bagian timur (Wonosari – Pacitan). Urutan stratigrafi Pegunungan Selatan bagian barat telah diteliti antara lain oleh Bothe (1929), van Bemmelen (1949), Sumarso dan Ismoyowati (1975), Sartono (1964), Nahrowi, dkk (1978) dan Suyoto (1992) serta Wartono dan Surono dengan perubahan (1994) (Tabel 3.1).

Pegunungan Selatan bagian barat secara umum tersusun oleh batuan sedimen volkaniklastik dan batuan karbonat. Batuan volkaniklastiknya sebagian besar terbentuk oleh pengendapan gayaberat (gravity depositional processes) yang menghasilkan endapan kurang lebih setebal 4000 meter. Hampir seluruh batuan sedimen tersebut mempunyai kemiringan ke selatan.Urutan stratigrafi penyusun Pegunungan Selatan bagian barat dari tua ke muda adalah :

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 13

Page 14: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

Formasi Kebo-Butak

Formasi Semilir

Formasi Nglanggran

Formasi Sambipitu

Formasi Oyo

Formasi Wonosari

Formasi Kepek

Formasi Wukal-gamping

Endapan Permukaan

.

Tabel 2.2

Tatanan Stratigrafi Pegunungan Selatan (Surono dkk, 1992)

2.2.1 Formasi Kebo-Butak

Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Kebo dan G. Butak yang terletak di lereng dan kaki utara gawir Baturagung. Litologi penyusun formasi ini di bagian bawah berupa batupasir berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat. Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian tengahnya dijumpai retas lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai breksi andesit.

Pada Formasi Kebo-Butak, Sumarso dan Ismoyowati (1975) menemukan fosil Globorotalia opima BOLLI, Globorotalia angulisuturalis BOLLI, Globorotalia kuqleriBOLLI, Globorotalia siakensis LEROY, Globigerina binaiensis KOCH, Globigerinoides primordius BLOWdanBANNER, Globigerinoides trilobus REUSS. Kumpulan fosil tersebut menunjukkan umur Oligosen Akhir – Miosen Awal. Lingkungan

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 14

Page 15: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

pengendapannya adalah laut terbuka yang dipengaruhi oleh arus turbid. Formasi ini tersebar di kaki utara Pegunungan Baturagung, sebelah selatan Klaten dan diduga menindih secara tidak selaras Formasi Wungkal-Gamping serta tertindih selaras oleh Formasi Semilir. Ketebalan dari formasi ini lebih dari 650 meter.

2.2.2Formasi Semilir

Formasi ini berlokasi tipe di G. Semilir, sebelah selatan Klaten. Litologi penyusunnya terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan serpih. Komposisi tuf dan batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga dasit. Di bagian bawah satuan batuan ini, yaitu di K. Opak, Dusun Watuadeg, Desa Jogotirto, Kec. Berbah, Kab. Sleman, terdapat andesit basal sebagai aliran lava bantal (Bronto dan Hartono, 2001). Penyebaran lateral Formasi Semilir ini memanjang dari ujung barat Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Pleret-Imogiri, di sebelah barat G. Sudimoro, Piyungan-Prambanan, di bagian tengah pada G. Baturagung dan sekitarnya, hingga ujung timur pada tinggian G. Gajahmungkur, Wonogiri. Ketebalan formasi ini diperkirakan lebih dari 460 meter.

Pada umumnya, formasi ini miskin akan fosil. Namun, Sumarso dan Ismoyowati (1975) menemukan fosil Globigerina tripartita KOCH pada bagian bawah formasi dan Orbulina pada bagian atasnya. Sedangkan pada bagian tengah formasi ditemukan Globigerinoides primordius BLOWdanBANNER, Globoquadrina altispira CUSHMANdanJARVIS, Globigerina praebulloides BLOWdan Globorotalia siakensisLEROY. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa umur formasi ini adalah Miosen Awal-Miosen Tengah bagian bawah. Formasi Semilir ini menindih secara selaras Formasi Kebo-Butak, namun secara setempat tidak selaras (van Bemmelen, 1949). Formasi ini menjemari dengan Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu, namun tertindih secara tidak selaras oleh Formasi Oyo (Surono, dkk., 1992). Dengan melimpahnya tuf dan batuapung dalam volume yang sangat besar, maka secara vulkanologi Formasi Semilir ini dihasilkan oleh letusan gunungapi yang sangat besar dan merusak, biasanya berasosiasi dengan pembentukan kaldera letusan (Bronto dan hartono, 2001).

2.2.3Formasi Nglanggran

Lokasi tipe formasi ini adalah di Desa Nglanggran di sebelah selatan Desa Semilir. Batuan penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran lava andesit-basal dan lava andesit. Breksi gunungapi dan aglomerat yang mendominasi formasi ini umumnya tidak berlapis. Kepingannya terdiri dari andesit dan sedikit basal, berukuran 2 – 50 cm. Di bagian tengah formasi ini, yaitu pada breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang membentuk lensa atau berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir gunungapi epiklastika dan tuf yang berlapis baik.

Pada umumnya Formasi Nglanggran ini juga miskin akan fosil. Sudarminto (1982, dalam Bronto dan Hartono (2001)) menemukan fosil foraminifera Globigerina praebulloides BLOW, Globigerinoides primordius BLOW dan BANNER, Globigerinoidessacculifer BRADY, Globoquadrinadehiscens CHAPMANN, PARR dan COLLINS pada sisipan batulempung yang menunjukkan umur Miosen Awal. Sedangkan Saleh (1977, dalam Bronto dan Hartono (2001)) menemukan fosil foraminifera Globorotaliapraemenardiii CUSHMAN dan ELLISOR, Globorotaliaarcheomenardii BOLLI, Orbulinasuturalis BRONNIMANN, Orbulinauniversa D’ORBIGNY dan Globigerinoidestrilobus REUSS pada sisipan batupasir yang menunjukkan umur Miosen Tengah bagian bawah. Sehingga disimpulkan bahwa umur formasi ini adalah Miosen Awal-Miosen Tengah bagian bawah.

Formasi ini juga tersebar luas dan memanjang dari Parangtritis di sebelah barat hingga tinggian G. Panggung di sebelah timur. Ketebalan formasi ini di dekat Nglipar sekitar 530 meter. Formasi ini menjemari dengan Formasi Semilir dan Formasi Sambipitu dan

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 15

Page 16: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

secara tidak selaras ditindih oleh Formasi Oyo dan Formasi Wonosari. Dengan banyaknya fragmen andesit dan batuan beku luar berlubang serta mengalami oksidasi kuat berwarna merah bata maka diperkirakan lingkungan asal batuan gunungapi ini adalah darat hingga laut dangkal. Sementara itu, dengan ditemukannya fragmen batugamping terumbu, maka lingkungan pengendapan Formasi Nglanggran ini diperkirakan di dalam laut.

2.2.4Formasi Sambipitu

Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya Yogyakarta-Patuk-Wonosari kilometer 27,8. Secara lateral, penyebaran formasi ini sejajar di sebelah selatan Formasi Nglanggran, di kaki selatan Subzona Baturagung, namun menyempit dan kemudian menghilang di sebelah timur. Ketebalan Formasi Sambipitu ini mencapai 230 meter.

Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-seling dengan serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak mengandung bahan karbonat. Namun di bagian atasnya, terutama batupasir, mengandung bahan karbonat. Formasi Sambipitu mempunyai kedudukan menjemari dan selaras di atas Formasi Nglanggran.

Fosil yang ditemukan pada formasi ini diantaranya Lepidocyclina verbeeki NEWTON dan HOLLAND, Lepidocyclina ferreroi PROVALE, Lepidocyclina sumatrensis BRADY, Cycloclypeus comunis MARTIN, Miogypsina polymorpha RUTTEN dan Miogypsina thecideaeformis RUTTEN yang menunjukkan umur Miosen Tengah (Bothe, 1929). Namun Suyoto dan Santoso (1986, dalam Bronto dan Hartono, 2001) menentukan umur formasi ini mulai akhir Miosen Bawah sampai awal Miosen Tengah. Kandungan fosil bentoniknya menunjukkan adanya percampuran antara endapan lingkungan laut dangkal dan laut dalam. Dengan hanya tersusun oleh batupasir tuf serta meningkatnya kandungan karbonat di dalam Formasi Sambipitu ini diperkirakan sebagai fase penurunan dari kegiatan gunungapi di Pegunungan Selatan pada waktu itu (Bronto dan Hartono, 2001).

2.2.5Formasi Oyo

Lokasi tipe formasi ini berada di K. Oyo. Batuan penyusunnya pada bagian bawah terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara berangsur dikuasai oleh batugamping berlapis dengan sisipan batulempung karbonatan. Batugamping berlapis tersebut umumnya kalkarenit, namun kadang-kadang dijumpai kalsirudit yang mengandung fragmen andesit membulat. Formasi Oyo tersebar luas di sepanjang K. Oyo. Ketebalan formasi ini lebih dari 140 meter dan kedudukannya menindih secara tidak selaras di atas Formasi Semilir, Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu serta menjemari dengan Formasi Oyo.

Formasi Oyo umumnya berlapis baik. Sedangkan fosil yang dijumpai antara lain Cycloclypeus annulatus MARTIN, Lepidocyclina rutteni VLERK, Lepidocyclina ferreroi PROVALE, Miogypsina polymorpha RUTTEN dan Miogypsina thecideaeformis RUTTEN yang menunjukkan umur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir (Bothe, 1929). Lingkungan pengendapannya pada laut dangkal (zona neritik) yang dipengaruhi kegiatan gunungapi.

2.2.6 Formasi Wonosari

Formasi ini oleh Surono dkk., (1992) dijadikan satu dengan Formasi Punung yang terletak di Pegunungan Selatan bagian timur karena di lapangan keduanya sulit untuk dipisahkan, sehingga namanya Formasi Wonosari-Punung. Formasi ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya, membentuk bentang alam Subzona Wonosari dan topografi karts Subzona Gunung Sewu. Ketebalan formasi ini diduga lebih dari 800 meter. Kedudukan stratigrafinya di bagian bawah menjemari dengan Formasi Oyo, sedangkan di bagian atas menjemari dengan Formasi Kepek. Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat yang terdiri

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 16

Page 17: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Sedangkan sebagai sisipan adalah napal. Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur.

Berdasarkan kandungan fosil foraminifera besar dan kecil yang melimpah, diantaranya Lepidocyclina sp. dan Miogypsina sp., ditentukan umur formasi ini adalah Miosen Tengah hingga Pliosen. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona neritik) yang mendangkal ke arah selatan (Surono dkk, 1992).

2.2.7 Formasi Kepek

Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa Kepek, sekitar 11 kilometer di sebelah barat Wonosari. Formasi Kepek tersebar di hulu K. Rambatan sebelah barat Wonosari yang membentuk sinklin. Batuan penyusunnya adalah napal dan batugamping berlapis. Tebal satuan ini lebih kurang 200 meter.

Formasi Kepek umumnya berlapis baik dengan kemiringan kurang dari 10o dan kaya akan fosil foraminifera kecil. Fosil yang terkandung di antaranya Globorotalia plesiotumida BLOW dan BANNER, Globorotaliamerotumida, Globoquadrina dehiscens CHAPMAN, PARR dan COLLINS, Amphistegina sp., Textularia sp., Cibicides sp., Cassidulina sp. dan Virgulina sp. Berdasarkan kandungan fosil tersebut, maka umur Formasi Kepek adalah Miosen Akhir hingga Pliosen. Formasi Kepek menjemari dengan bagian atas dari Formasi Wonosari-Punung. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona neritik) (Samodra, 1984, dalam Bronto dan Hartono, 2001).

2.2.8 Formasi Wungkal-Gamping

Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Wungkal dan G. Gamping, keduanya di Perbukitan Jiwo. Satuan batuan Tersier tertua di daerah Pegunungan Selatan ini di bagian bawah terdiri dari perselingan antara batupasir dan batulanau serta lensa batugamping. Pada bagian atas, satuan batuan ini berupa napal pasiran dan lensa batugamping. Formasi ini tersebar di Perbukitan Jiwo, antara lain di G. Wungkal, Desa Sekarbolo, Jiwo Barat, menpunyai ketebalan sekitar 120 meter (Bronto dan Hartono, 2001).

Di bagian bawah, Formasi Wungkal-Gamping mengandung fosil foraminifera besar, yaitu Assilina sp., Nummulites javanus VERBEEK, Nummulites bagelensis VERBEEK dan Discocyclina javana VERBEEK. Kelompok fosil tersebut menunjukkan umur Eosen Tengah bagian bawah sampai tengah. Sementara itu bagian atas formasi ini mengandung asosiasi fosil foraminifera kecil yang menunjukkan umur Eosen Akhir. Jadi umur Formasi Wungkal-Gamping ini adalah Eosen Tengah sampai dengan Eosen Akhir (Sumarso dan Ismoyowati, 1975).

Sebagian dari satuan batuan ini semula merupakan endapan laut dangkal yang kaya akan fosil. Karena pengaruh gaya berat di lereng bawah laut, formasi ini kemudian meluncur ke bawah dan diendapkan kembali di laut dalam sehingga merupakan exotic faunal assemblage (Rahardjo, 1980). Formasi ini tersebar luas di Perbukitan Jiwo dan K. Oyo di utara G. Gede, menindih secara tidak selaras batuan metamorf serta diterobos oleh Diorit Pendul dan di atasnya, secara tidak selaras, ditutupi oleh batuan sedimen klastika gunungapi (volcaniclastic sediments) yang dikelompokkan ke dalam Formasi Kebo-Butak, Formasi Semilir, Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu.

2.2.9 Endapan Permukaan

Endapan permukaan ini sebagai hasil dari rombakan batuan yang lebih tua yang terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa kini. Terdiri dari bahan lepas sampai padu lemah, berbutir lempung hingga kerakal. Surono dkk. (1992) membagi endapan ini menjadi Formasi Baturetno (Qb), Aluvium Tua (Qt) dan Aluvium (Qa). Sumber bahan rombakan berasal dari batuan Pra-Tersier Perbukitan Jiwo, batuan Tersier Pegunungan Selatan dan batuan G. Merapi. Endapan aluvium ini membentuk Dataran Yogyakarta-Surakarta dan dataran di sekeliling Bayat. Satuan Lempung Hitam, secara tidak selaras menutupi satuan di

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 17

Page 18: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

bawahnya. Tersusun oleh litologi lempung hitam, konglomerat, dan pasir, dengan ketebalan satuan ± 10 m. Penyebarannya dari Ngawen, Semin, sampai Selatan Wonogiri. Di Baturetno, satuan ini menunjukan ciri endapan danau, pada Kala Pleistosen. Ciri lain yaitu: terdapat secara setempat laterit (warna merah kecoklatan) merupakan endapan terarosa, yang umumnya menempati uvala pada morfologi karst.

Tabel 2.3

Stratigrafi Jalur Pegunungan Selatan menurut beberapa peneliti (Samodro, 1990)

2.3 Tektonik Pegunungan Selatan Bagian Barat

Struktur geologi di daerah Pegunungan Selatan bagian barat berupa perlapisan homoklin, sesar, kekar dan lipatan. Perlapisan homoklin terdapat pada bentang alam Subzona Baturagung mulai dari Formasi Kebo-Butak di sebelah utara hingga Formasi Sambipitu dan Formasi Oyo di sebelah selatan. Perlapisan tersebut mempunyai jurus lebih kurang berarah barat-timur dan miring ke selatan. Kemiringan perlapisan menurun secara berangsur dari sebelah utara (200 – 350) ke sebelah selatan (50 – 150). Bahkan pada Subzona Wonosari, perlapisan batuan yang termasuk Formasi Oyo dan Formasi Wonosari mempunyai kemiringan sangat kecil (kurang dari 50) atau bahkan datar sama sekali. Pada Formasi Semilir di sebelah barat, antara Prambanan-Patuk, perlapisan batuan secara umum miring ke arah baratdaya. Sementara itu, di sebelah timur, pada tanjakan Sambeng dan Dusun Jentir, perlapisan batuan miring ke arah timur. Perbedaan jurus dan kemiringan batuan ini mungkin disebabkan oleh sesar blok (anthithetic fault blocks; Bemmelen, 1949) atau sebab lain, misalnya pengkubahan (updoming) yang berpusat di Perbukitan Jiwo atau merupakan kemiringan asli (original dip) dari bentang alam kerucut gunungapi dan lingkungan sedimentasi Zaman Tersier (Bronto dan Hartono, 2001).

Struktur sesar pada umumnya berupa sesar turun dengan pola anthithetic fault blocks (van Bemmelen,1949). Sesar utama berarah baratlaut-tenggara dan setempat berarah timurlaut-baratdaya. Di kaki selatan dan kaki timur Pegunungan Baturagung dijumpai sesar geser mengkiri. Sesar ini berarah hampir utara-selatan dan memotong lipatan yang berarah timurlaut-baratdaya. Bronto dkk. (1998, dalam Bronto dan Hartono, 2001) menginterpretasikan tanda-tanda sesar di sebelah selatan (K. Ngalang dan K. Putat) serta di sebelah timur (Dusun Jentir, tanjakan Sambeng) sebagai bagian dari longsoran besar (megaslumping) batuan gunungapi tipe Mt. St. Helens.Di sebelah barat K. Opak diduga

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 18

Page 19: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

dikontrol oleh sesar bawah permukaan yang berarah timurlaut-baratdaya dengan blok barat relatif turun terhadap blok barat.

Struktur lipatan banyak terdapat di sebelah utara G. Panggung berupa sinklin dan antiklin. Tinggian batuan gunung berapi ini dengan tinggian G. Gajahmungkur di sebelah timurlautnya diantarai oleh sinklin yang berarah tenggara-baratlaut. Struktur sinklin juga dijumpai di sebelah selatan, yaitu pada Formasi Kepek, dengan arah timurlaut-baratdaya

2.3 STRUKTUR REGIONAL

Menurut Sujanto dan Roskamil (1975), tektonik daerah Jawa Tengah bagian selatan dipengaruhi oleh adanya zona penunjaman yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Samodra (1981) mengemukakan bahwa struktur yang berkembang di Jawa Tengah mempunyai pola dengan arah Timurlaut – Baratdaya, struktur ini berasosiasi dengan Pegunungan Meratus di Kalimantan. Prihatmoko dkk., (2002) mengemukakan di daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi menjadi 5 struktur utama, yaitu: Citandui, Pati, Yogyakarta, Baribis dan Kendeng. Di bagian utara dan timur, komplek pegunungan ini dibatasi oleh lembah Progo, dibagian selatan dan barat dibatasi oleh dataran pantai Jawa Tengah. Sedangkan di bagian barat laut pegunungan ini berhubungan dengan deretan Pegunungan Serayu. Inti dari dome ini terdiri dari 3 gunung api Andesit tua yang sekarang telah tererosi cukup dalam, sehingga dibeberapa bagian bekas dapur magmanya telah tersingkap. Gunung Gajah yang terletak di bagian tengah dome tersebut, merupakan gunung api tertua yang menghasilkan Andesit hiperstein augit basaltic. Gunung api yang kemudian terbentuk yaitu gunung api Ijo yang terletak di bagian selatan.

Kegiatan gunung api Ijo ini menghasilkan Andesit piroksen basaltic, kemudian Andesit augit hornblende, sedang pada tahapterakhir adalh intrusi Dasit pada bagian inti. Setelah kegiatan gunung Gajah berhenti dan mengalami denudasi, di bagian utara mulai terbentuk gunung Menoreh, yang merupakan gunung terakhir pada komplek pegunungan Kulon Progo. Kegiatan gunung Menoreh mula-mula menghasilkan Andesit augit hornblen, kemudian dihasilkan Dasit dan yang terakhir yaitu Andesit. Dome Kulon Progo ini mempunyai puncak yang datar. Bagian puncak yang datar ini dikenal sebagai “Jonggrangan Platoe“ yang tertutup oleh batugamping koral dan napal dengan memberikan kenampakan topografi “kars“.

Topografi ini dijumpai di sekitar desa Jonggrangan, sehingga litologi di daerah tersebut dikenal sebagai Formasi Jonggrangan. Pannekoek (1939), vide (Van Bammelen, 1949, hal 601) mengatakan bahwa sisi utara dari Pegunungan Kulon Progo tersebut telah terpotong oleh gawir-gawir sehingga di bagian ini banyak yang hancur, yang akhirnya tertimbun di bawah alluvial Magelang. Seperti yang sudah dibahas pada geomorfologi regional, pegunungan Kulon Progo oleh Van Bemmelen (1949, hal.596) dilukiskan sebagai kubah besar memanjang ke arah barat daya-timur laut, sepanjang 32 km, dan melebar kea rah ternggara-barat laut, selebar 15-20 km. Pada kaki-kaki pegunungan di sekekliling kubah tersebut banyak dijumpai sesar-sesar yang membentuk pola radial. Skema blok diagram dome pegunungan Kulon Progo, yang digambarkan Van Bemmelen (1945, hal.596). Skema blok diagram dome pegunungan Kulon Progo, yang digambarkan Van Bemmelen (1945, hal.596) Pada kaki selatan gunung Menoreh dijumpai adanya sinklinal dan sebuah sesar dengan arah barat-timur, yang memisahkan gunung Menoreh dengan gunung ijo serta pada sekitar zona sesar.

2.5 SEJARAH GEOLOGI

2.5.1 Pegunungan Selatan Bagian barat

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 19

Page 20: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

Sejarah geologi zona Pegunungan Selatan Jawa Timur dimulai pada Kala Eosen Tengah sampai dengan Eosen Akhir . Mula-mula terendapkan Formasi Wungkal-Gamping, di bagian bawah terdiri dari perselingan antara batupasir dan batulanau. Sebagian dari satuan batuan ini semula merupakan endapan laut dangkal yang kaya akan fosil. Karena pengaruh gaya berat di lereng bawah laut, formasi ini kemudian meluncur ke bawah dan diendapkan kembali di laut dalam. Pada formasi ini terdapat terobosan yaitu intrusi diorite pendul

Kemudian terjadi pengangkatan yang menyebabkan erosi pada kisaran umur Oligosen Awal – Tengah. Kemudian terjadi sedimentasi pada umur Oligosen Akhir – Miosen Awal, yaitu formasi Kebo-Butak. Litologi penyusun formasi ini di bagian bawah berupa batupasir berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat. Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian tengahnya dijumpai retas lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai breksi andesit. Lingkungan pengendapannya adalah laut terbuka yang dipengaruhi oleh arus turbid, pada akhir pembantukan formasi ini dipengaruhi oleh adanya aktivitas gunungapi.

Pada Kala Miosen Awal (N6 – N7) terjadi peningkatan aktivitas gunungapi yang ditandai dengan adanya piroklastik yang cukup luas. Endapan piroklastik menyusun satuan tuf Semilir. Satuan ini terendapakan dengan mekanisme endapan jatuhan piroklastik. Endapan hasil erupsi gunungapi tersebut terendapkan pada lingkungan laut dangkal. Aktivitas gunungapi memuncak pada Kala Miosen Awal (N7). Pada kala ini terjadi letusan besar yang bersifat destruktif, membentuk sistem kaldera. Letusan tersebut bersifat eksplosif dan menghasilkan material gunungapi berupa pumis yang membentuk satuan breksi pumis Semilir. Satuan breksi pumis Semilir ini terendapkan dengan mekanisme jatuhan piroklastik. Pada fase ini pula terbentuk kaldera pada bagian puncak gunungapi dan merusak sebagian besar dari tubuh gunungapi. Kemudian diikuti oleh fase konstruktif dengan adanya aliran lava yang menyusun bagian bawah dari satuan breksi andesit Nglanggran.

Selain menghasilkan material gunungapi melalui mekanisme jatuhan piroklastik, gunungapi tersebut juga menghasilkan material melalui mekanisme aliran lava dan aliran piroklastik yang menempati lembah-lembah berupa endapan channel. Pada Kala Miosen Awal bagian atas hingga Miosen Tengah bagian bawah (N7 – N9) tersebut juga terendapkan breksi andesit epiklastik yang menyusun satuan breksi andesit Nglanggran. Bagian bawahnya tersusun oleh breksi basal piroklastik. Satuan ini terendapkan pada lingkungan darat dengan mekanisme high density flows. Pada fase ini, kegiatan gunungapi sudah mulai menurun.

Kemudian pada Kala Miosen Tengah, terendapkan satuan batupasir karbonatan Sambipitu yang didominasi oleh batupasir karbonatan yang bergradasi secara normal menjadi batulempung karbonatan. Material ini terendapkan pada lingkungan laut dangkal dengan mekanisme pengendapan arus turbid.

Pada kala Miosen Tengah (N9-N10) cekungan mengalami pengangkatan kepermukaan, sehingga mengalami erosi dan terendapkan secara tidak selaras satuan batugamping klastik. Dijumpainya batugamping yang korelasi hasil analisis foraminifera kecil, batugamping ini masuk dalam satuan batugamping Oyo. Hal ini menandai bahwa cekungan sedimen pada waktu itu semakin tenang yang menendakan aktifitas vulkanisme menurun. Dalam hal ini tentunya akan berkembang dengan baik secara normal yang berkarakteristik klastik

Pada saat pengendapan terus berlangsung dan vulkanisme menurun, tetapi secara setempat dijumpainya tuf yang mempunyai hubungan melensa dengan satuan batugamping Oyo. Kedapatan tuf pada satuan batugamping Oyo bisa terjadi karena pada saat kegiatan vulkanisme menurun berarti kegiatan vulkanisme masih berjalan. Secara genesa tuf sangat dipengaruhi oleh arah angin dan gravitasi dan itu membentuk satuan tuf Oyo.

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 20

Page 21: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

Pada Kala Resen, sebagian material pada tinggian Zona Baturagung mengalami pelapukan, erosi dan penggerusan oleh aktivitas fluvial. Material hasil rombakan ini kemudian terendapkan di sebelah utara tinggian tersebut dan membentuk satuan endapan lempung-bongkal.

Formasi wonosari tebentuk berikutnya dengan umur Miosen Tengah hingga Pliosen. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona neritik) yang mendangkal ke arah selatan dengan litologi didominasi oleh batuan karbonat yang terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Pada bagian bawah adanya hubungan menjari dengan formasi Oyo yang berarti pembentukannya seumur dengan formasi oyo bagian atas.

Akhir pembentukan formasi Wonosari bersamaan dengan terbentuknya formasi Kepek, batuan penyusunnya adalah napal dan batugamping berlapis. umur Formasi Kepek adalah Miosen Akhir hingga Pliosen. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona neritik) Endapan permukaan ini sebagai hasil dari rombakan batuan yang lebih tua yang terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa kini. Terdiri dari bahan lepas sampai padu lemah, berbutir lempung hingga kerakal.

2.6 GEOLOGI LOKAL

2.6.1 GEOMORFOLOGI LOKAL

Morfologi di daerah pelaksanaan praktikum kami berupa pegunungan. Daerah tempat penelitian kami ini merupakan kemenerusan dari pegunungan selatan. Terdiri dari Pegunungan landai dari bagian utara dan pegunungan yang curam di bagian selatan. Dengan mayoritas kenampakan di bagian utara berupa area persawahan, berbeda dengan kenampakan di bagian selatan yangberupa perbukitan curam yang terdapat area perumahan warga. Vegetasi tumbuhan berupa tumbuhan leresede, jati ,dan turi wesi. Dengan vegetasi tumbuhan yang terlalu begitu lebat. Terdapat juga beberapa sungai di daerah ini. Sungai yang kami indikasikan termasuk ke dalam tipe muda.Dilihat dari aliran sungai yang masih relatif lurus. Dan dijumpai perbukitan yang sangat curam Dengan komposisi batuan berupa breksi vulkanik sebagai bekas dari Gunung purba Nglanggeran. Ditambah dengan kenampakan berupa boulder breksi vulkanik yang tersebar luas di daerah tersebut. Menunjukkan adanya akitvitas vulkanik dar gunung purba.

4.6.2 SEJARAH GEOLOGI LOKAL

Sejarah geologi daerah telitian pada kala miosen awal di daerah pathuk, Gunung Kidul terjadi aktifitas vulkanik yang masih berlanjut hingga saat ini dengan adanya pegunungan-pegunungan selatan. Akibat adanya proses erosi, denudasi, pelapukan dan transportasi. Hal ini menyebabkan tertransportnya batuan vulkanik kedalam cekungan sedimen. Pada awalnya terbentuk batu breksi, pasir dan lanau pada pengandapan arus tenang(pararel laminasi),dari arus sedang-kuat(graded bedding) yang menunjukkan batuan ini termasuk di Formasi Semilir.Sementara itu bersamaan aktivitas Gunung Nglanggeran yang menyebabkan terbentuknya batuan breksi vulkanik sehingga terbentuk sedimentasi vulkanik.Dari posisi batu pasir dan batu breksi vulkanik yang dijumpai di lapangan dalam satu lapisan pelamparan(1 strike yang sama ) hal ini menunjukkan bahwa formasi nglaggeran dan semilir adalah menjari /interfingering. Setelah itu di endapkan lagi endapan batu pasir dengan intensitas yang berbeda pula.Pada saat miosen awal itu terbentuk pula rawa-rawa. Terlihat dengan adanya perlapisan batubara yang berwarna coklat sampai hitam .Dengan itu menunjukkan bahwa batubara yang belum matang.Hal itu karena pada saat pembentukan batubara terjadi transgresi dengan bukti ditemukan nya batu karbonat di sini. setelah pengendapan berhenti didapatkan ketebalan dari sedimentasi Formasi Semilir dan Formasi Nglanggeran setebal >736 m. mengingat pengendapan neritic tepi dengan maksimal kedalaman 500 m menunjukkan adanya proses geologi pada cekungan sedimen

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 21

Page 22: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

pada saat itu terjadi subsidence (penurunan cekungan). sehingga menyebabkan terbentuknya proses sedimentasi yang cukup tebal. adanya subsidence akibat adanya gaya tektonik yang di buktikan dengan di jumapinya kekar2 dan sesar di duga daerah penelitian. Formasi Semilir dan Formasi Ngglanggran diendapkan pada neritik tepi Miosen awal dibuktikan dengan dijumpainya fosil Globigerina praebulloides ,Globoquadrina altispira ,Globigerinoides primordius. setelah pengendapan berhenti terbentuk bidang erosi dan di enapkan material2 lepas berukran pasir sampai brangkal berupa endapan alluvial di lingkungan darat yang masih berlangsung sampai hari ini (recent)

BAB III

ISI LAPORAN

Pengertian Trass

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 22

Page 23: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

Genesa :

Batuan induk merupakan batuan vulkanik dan tuff. Trass merupakan hasil

pelapukan endapan vulkanik sebagian besar mengandung silica, besi dan

alumina dengan ikatan gugus oksida

Sifat :

Warna : putih kemerahan, kecoklatan, kehitaman, kelabu, kekuning-kuningan, coklat

tua, coklat muda, abu-abu. Dalam keadaan sendiri tidak mempunyai sifat

mengeras, bila ditambah kapur tohor dan air akan memiliki masa seperti semen

dan tidak larut dalam air.

Hal ini disebabkan karena senyawa silica aktif dan senyawa alumina reaktif dgn

reaksi :

2Al2O3 2SiO2 + 7Ca(OH)2 ---> 3CaO2SiO2H2O + 2(2CaOAl2O3SiO2 2H2O)

Mengerasnya semen pezzoland lebih lambat dr Portland meski kekuatannya

bertambah terus Trass tahan thd agregat alkalin, nilai penyusutan dan pemuaian kecil,

kelulusan air kecil (kedap air), tahan terhadap asam tanah maupun air laut, sifat lentur

tidak mudah retak.

Komposisi Kimia:

SiO2 (40,76-56,20%), Al2O3 (17,48-27,95 %), Fe2O3 (7,35-13,15%), H2O (3,35-

10,70%), CaO (0,82-10,27%), MgO (1,96-8,05%)

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 23

Page 24: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

Pengertian Pozzoland

Berdasarkan aktivitasnya dibagi:

1. Tipe Vulkanik Gelas :

Gelas alam yang terbentuk dari aliran lava yang sudah membeku, berbentuk kristal

dan tidak tembus cahaya, warna putih/ keputih-putihan, merah daging, hijau, kebiru-

biruan. Kandungan pokok feldspar dgn senyawa kimia alumunium silikat yang diikat

dgn unsure K, Na, Ca, Ba.

Gelas alam ada beberapa jenis:

Ryolitic : sandine, kuarsa dan sedikit plahioklas

Trachite : kalium feldspar dan sedikit biotit, amphibole

Dacitic : seri plahioklas, kuarsa, biotit, hornblend

2.Tipe Opal :

amorf dan massif, komposisi kimia : SiO2nH2O, air maks 40%

3.Tipe Clay :

Berdasarkan kandungan unsur kimia :

- grup kaolin : kaolin, kaolinit, diokrit, nacrite

- grup Montmorilonit : saucohite, verniculite, saponit

4.Tipe Zeolite

kandungan utama Hidrous aluminium silikat yang diikat oleh unsur Na, K, Ca dan Ba

5. Tipe Hydrate aluminium oksida

kombinasi kimia antara unsure alumina oksigen dan uap yang terikat. Di alam

dijumpai sebagai Galian monohidrat alumunium (Al2O3H2O) dan tri hidrat

alumunium (Al2O3 3H2O).

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 24

Page 25: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

Tempat terdapatnya :

Jabar : Cilegon, banten, priangan, cicalengka

Jateng : Gunung slamet, limbangan, comal, tayu, kudus, prambanan, borobudur

DIY : Samigaluh desa klepu, ngemplak, plono, suren

Jatim : Gunung welirang, Gunung kelud, Gunung arjuna

Lombok : Batukilang, kesaben bawi, nermada, kopang

Kegunaan:

1. Pembuatan batako.

2. Pembuatan genting

3. Pembuatan tegel

4. Peredam bunyi, pembuatan jalan terutama bila jalan tsb mengandung lempung

A. QUARTZ

Kuarsa (silicon dioxide atau SiO2) adalah mineral tunggal utama di bumi. Terdiri dari banyak warna dan bentuk. Kuarsa juga dapat berwarna coklat, hitam ataupun ungu (amethyst), jarang terdapat berwarna hijau dan warna warna lainnya tergantung dari campuran yang terkandung di dalamnya. Apabila kita telah terbiasa dengan mineral kuarsa ini maka akan mudah sekali untuk mengenalinya dalam bentuk yang bermacam-macam. Kuarsa memiliki cerat berwarna putih, sehingga jika mineral kuarsa ( apapun warnanya ) digoreskan pada lempeng porselin atau mineral lain yang lebih keras daripada kuarsa,  maka warna dari serbuk kuarsa yang menggores tersebut akan berwarna putih. Dalam skala MOHS, kuarsa memiliki derajat kekerasan 7, sehingga untuk menggoresnya kita bisa menggunakan mineral topaz ( yang memiliki kekerasan 8 ) atau dengan amplas yang memiliki permukaan kasar. Kilap dari kuarsa adalah kaca. Jika kita pantulkan seberkas cahaya pada kuarsa, maka kilap yang dihasilkan memberikan kesan seperti kaca. Selain itu, kuarsa juga bersifat tembus cahaya, sehingga dari sifat transparansinya termasuk mineral yang Transparant.

Dilihat dari ciri – ciri fisiknya, seperti kalsit,  kuarsa juga memiliki warna yang bervariasi, umumnya putih, ungu, coklat, bahkan tak berwarna. Bahkan, beberapa spesimen ada yang memiliki multiwarna atau bahkan bercampur ( seperti putih keunguan ). Hal ini karena magma yang menyusun mineral tersebut bersifat asam. Kuarsa memiliki rumus kimia SiO2 , berat molekul 60,08 gm, dengan komposisi :

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 25

Page 26: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

- (Si)  Silikon  46,74 %- (O2) Oksigen  53,26 %            Berdasarkan literatur yang ada, kuarsa memiliki berat jenis 2,6 - 2,7, yang berarti berat kalsit ketika di luar air lebih besar 2,6 - 2,7 x dibanding ketika di dalam air. Kuarsa tidak memiliki belahan, sehingga belahannya tidak menentu karena tidak adanya bidang belahan. Kuarsa memiliki pecahan ( fracture ) concoidal, yaitu memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan, seperti kenampakan bagian luar kulit kerang atau botol yang dipecah.            Sifat dalam ( tenacity ) dari kuarsa adalah rapuh ( brittle ), sehingga bila digores menjadi tepung / bubuk dan mudah hancur jika diberi gaya. Bentuk kristalnya hexagonal, dengan kelas simetri dihexagonal bypiramidal. Kuarsa bersifat diamagnetic, sehingga tidak dapat ditarik oleh magnet.            Kuarsa tergolong di dalam mineral silikat, dicirikan oleh adanya ikatan antara unsur Si dengan O . Silikat merupakan gugus molekul yang mengandung SiO4tetrahedral. Golongan mineral ini meliputi 25 % dari keseluruhan mineral yang dikenal dan 40 % dari mineral yang umum dijumpai pada batuan.Contoh lainnya : Feldspar, olivine, piroksin ( augite ), hornblende, kaolin, dll.Pada dasarnya kuarsa yang murni disebut kristal. Kristal selalu menunjukkan enam sisi pada bagian luar, sedangkan di dalam ketika kita belah kuarsa tidak mempunyai arah belahan. Bentuk fracture conchoidal dan kilap kaca adalah penciri utama mineral kuarsa ini.Kemunculan kuarsa pada batuanMineral kuarsa terdapat di semua jenis batuan Batuan Beku asam sampai intermediet, Batuan Sedimen dan pada batuan metamorf  sering dijumpai dalam bentuk urat kuarsa.Mineral kuarsa banyak dijumpai pada kebanyakan daerah geologi, tetapi pada umumnya terbentuk pada batuan sedimen seperti batu pasir dan pada batuan beku tertentu seperti granite. Pada batuan granite butiran kuarsa biasanya muncul berwarna abu-abu. Pada waktu batuan kristal ini terbentuk jauh di bawah permukaan, mineral kuarsa adalah mineral yang terakhir kali terbentuk dan biasanya tidak mempunyai ruang untuk membentuk kristal. Pada batuan pegmatites, kuarsa kadang-kadang membentuk kristal yang sangat besar bisa mencapai beberapa meter.Pada batuan metamorf seperti gneiss, kuarsa terkonsentrasi di dalam garis garis dan urat urat batuan. Pada keadaan ini butirannya tidak mengambil type bentuk kristalnya.Kuarsa memiliki banyak variasi nama dibandingkan dengan mineral lain. MineralChalcedony, contohnya, adalah salah satu varietas dari kuarsa. Juga dikenal sebagaiMicrocrystalline Quartz, karena bentuk kuarsanya yang hanya dapat dilihat secara microscopic, compacted crystals. Namun, kebanyakan referensi menyebutkan kuarsa dan chalcedony merupakan mineral yang berbeda. Variasi kuarsa lainnya adalah Citrinedan rose Quartz.Sifat optik Kuarsa pada Nikol Bersilang            Gelapan (extinction)               : bergelombang            Sudut Gelapan                                    : -            Kembaran (twinning)              : -            Sudut Kembaran                     : -            TRO (Tanda Rentang Optik)  : abu-abu (orde I) – merah muda                                                                  (orde III), adisi (+) – lengthslow

B. FELDSPHAR

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 26

Page 27: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

Feldspar berasal dari bahasa jerman yaitu “field” dan “spath”. Field berarti bidang dan

spath yang berarti suatu batu karang yang tidak berisi. Fieldspathic mengacu pada

material yang berisi feldspar. Feldspar adalah nama kelompok mineral yang terdiri

atas Kalium (potasium:K), Natrium(sodium:Na), dan kalsium alumino silikat. Pada

umumnya kelompok mineral ini terbentuk oleh proses pneumatolistis dan

hydrothermal yang membentuk urat pegmatite. Pegmatit hanya tersusun oleh alkali

feldspar dan kuarsa.

Feldspar di temukan pada batuan beku, batuan erupsi, dan metamorfosa, baik yang

bersifat asam maupun basa. Batuan granit mengandung 60% feldspar yang berasosiasi

dengan kuarsa, mika khlorit, beryl, dan rutil, sedangkan pada batuan pegmatit

berasosiasi dengan kuarsa, mika dan topaz.

Klasifikasi Feldspar

Berdasarkan terdapatnya endapan Feldspar dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

- Feldspar Primer Feldspar Diagenetik

 Feldspar Alluvial

Setiap jenis endapan feldspar mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Feldspar primer terdapat dalam batuan granitis.

 Feldspar diagenetik terdapat dalam batuan sedimen piroklastik

 Feldspar alluvial terdapat dalam batuan yang telah mengalami metamorfosa

2)        Sifat-sifat Mineral

Seluruh jenis feldspar umumnya mempunyai sifat fisik yang hampir sama, yaitu nilai

kekerasan sekitar 6 – 6, 5 skala mohs dan berat jenisnya sekitar 2, 4 – 2, 8 gram/ml,

sistem kristal antara triklin atau monoklin, sedangkan warna bervariasi mulai dari

putih keabu-abuan, merah jambu, coklat kuning dan hijau. Feldspar dapat membentuk

tanah liat karena proses pelapukan kimiawi.

Terlepas dari bentuk strukturnya, apakah triklin atau monoklin, feldspar secara

kimiawi dibagi menjadi empat kelompok mineral yaitu kalium feldspar (KAlSi3O8),

natrium feldspar (NaAlSi3O8), kalsium feldspar (CaAl2Si2O8) dan barium feldspar (Ba

Al2Si2O8). Feldspar dapat membentuk tanah liat karena proses pelapukan kimiawi.

3)        Komposisi Kimia

Terlepas dari bentuk strukturnya, apakah triklin atau monoklin, feldspar secara

kimiawi dibagi menjadi empat kelompok mineral yaitu kalium feldspar (KAlSi3O8),

natrium feldspar (NaAlSi3O8), kalsium feldspar (CaAl2Si2O8) dan barium feldspar (Ba

Al2Si2O8). Feldspar adalah mineral alumina an-hidrat silikat yang berasosiasi dengan

unsur kalium (K), natrium (Na), dan kalsium (Ca) dalam perbandingan yang beragam.

Berdasarkan kandungan unsur unsur tersebut, secara mineralogi terbagi menjadi dua

kelompok mineral, yaitu : alkali feldspar (Ortoklas, Mikrolin, Anortoklas, Sanidin)

dan plagioklas (Anortit, Bitownit, Labradorite, Andesine, Oligoklas, Albit)

C. KAOLINITE

Mineralogi :Kaolin tersusun dari bahan lempung kualitas tinggi mempunyai komposisi kimia hidrous alumunium (Al2O32SiO2 2H2O). mineral yg masuk dlm kelompok ini adalah :

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 27

Page 28: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

kaolinit, nakrit, dikrit dan holoysit. Sebagai Galian min utama : kaolinit 80%, min pengotor : kuarsa, feldspar

Genesa :Pembentukan kaolin ada 2 macam yaitu secara pelapukan dan altersai hydrothermal pd batuan beku feldspatik. Kaolin terjadi dari hasil pelapukan batuan kristalin asam (granit, diorit). Air panas dr dlm bumi naik ke perm melalui celah dr bat induk, mengubah feldspar, mika mjd kaolinit (alterasi hydrothermal). 

Komposisi mineral pd altersai hidrotermal adalah montmorilonit dan kaolinit dgn cirri : tubuh endapan membesar ke arah bwh, makin bwh mkn miskin kandungan min asal yg masih segar. Pada proses pelapukan atau kaolin klimatik, min utamanya adalah holoysit, cirri tumbuh endapan meluas ke arah samping, makin ke bawah makin banyak dijumpai mineral asal yg msh segar. Dari tingkat kejadianya dibedakan :a. Kaolin residualJenis ini diketemukan ditempat terbentuknya bersama batuan induknya, belum mengalami perpindahan, kristal teratur, jarang terjadi substitusi ion, mineral murnib. Kaolin sedimenterSudah mengalami perpindahan oleh air, angin, gletser, diendapkan dlm cekungan, kristal tdk teratur, bercampur dgn bhn lain (oksida besi, titan) lebih halus dan plastis

Penambangan :a. tambang terbuka : pengupasan lapisan penutup (cangkul, dragline, scraper), penambangan dgn backhoe, bucket excavatorb. Tambang semprot : penambangan dgn monetor diangkut dgn pompa dan pipa dikeringkanc. Tambang dalam : scr gophering mengikuti arah endapan

Komposisi Kimia :SiO2 46,79%, Fe2O3 0,64%, MgO 0,11%, Na2O 0,02%, Al2O3 37,22%, TiO2 0,29%, CaO 0,05%, K2O 1,13%, hilang pijar 13,75%

Sifat fisik :Sifat fisik                              filler                      CoatingBrightness %                         82-84                    82-84< 2mikron                              45-55                    60-70> 10 mikron                           2,5                        1,5Moisture %                            1,6                        1,6Abrassion AT 1000 Mg            10                         5,5PH 20% solid                         4-5                        4-5Btk fisik                                 Powder                 Powder

Pengolahan :Untuk membuang kotoran (pasir kuarsa, oksida besi, titan, mika). Utk mendptkan uk halus, tk keputihan tinggi, kadar air, pH TTU dan sifat lainnya sesuai dgn konsumen.

D. ALUMUNIUMAluminium (dalam bentuk bauksit) adalah suatu mineral yang berasal dari magma asam yang mengalamiproses pelapukan dan pengendapan secara residual. Proses pengendapan residual sendiri merupakansuatu proses pengkonsentrasian mineral

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 28

Page 29: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

bahan galian di tempat.Aluminium merupakan suatu metal reaktif, dan tidak terjadi secara alami. Oleh karena itu, aluminiumtak dikenal sebagai unsur terpisah sampai tahun 1820-an, walaupun keberadaan nya telah diramalkanoleh beberapa ilmuwan yang telah belajar aluminum campuran. Aluminium pertama kali diproduksidengan bebas oleh ahli kimia dan ahli ilmu fisika yang berasal dari Denmark, Hans Oersted Kristen, danahli kimia Jerman, Frederich Wohler, pada pertengahan tahun1820-an. Nama aluminum diperoleh daribahasa latin: alumen, yang berarti tawas tawas ( suatu aluminium sulfate mineral).Ciri-ciri aluminium:• Aluminium merupakan logam yang berwarna perak-putih• Aluminum dapat dibentuk sesuai dengan keinginan karena memiliki sifat plastisitas yang cukup tinggi • Merupakan unsur metalik yang paling berlimpah dalam kerak bumi setelah setelah silisium danoksigen.Aluminum merupakan unsur metal yang paling berlimpah-limpah di dalam kerak bumi. Aluminumdigunakan Amerika Serikat di dalam transportasi, dan membangun. Guinea Dan Australia Austriamempunyai sekitar satu setengah cadangan dunia. Negara-negara lain dengan cadangan utama meliputiBrazil, Jamaica, dan India.

Klasifikasi Aluminium

Warna : Putih

Kepadatan : 2.7

Diaphaniety : Buram

Kekerasan : 1.5- Antara Talk Dan Gipsum

Kilau : Metalik- tumpul

Rumusan Kimia : Al

Komposisi : Bobot Molekular = 26.98 gm

Rumusan Empiris : Al

Lingkungan pembentukan : fase minor pada lingkungan yang kandungan oksigennya rendah.IMA Status : Ima yang disetujui 1978Tempat : Tolbachik Gunung api, Kamchatka, Rusia.

Asal Nama : Dari Latin, alumen = " tawas."Sinonim : Aluminium

1.2. Genesa aluminium Bijih aluminum yang utama adalah bauksit, kandungannya di atas 99% merupakan aluminium metalik.Bauksit adalah nama untuk suatu campuran dari mineral serupa yang berisi aluminium oksida hydrated.Mineral ini adalah gibbsite( Al(OH)3), diaspore ( AlO(OH)), dan boehmite ( AlO(OH)).

Produsen aluminum yang paling besar yang metal adalah Rusia, Negeri China, Amerika Serikat, danCanada. Lebih dari 40 lain negara-negara juga menghasilkan aluminum, mencakup Norwegia, Islandia,Switzerland, Tajikistan, dan Selandia Baru, yang adalah kecil tetapi bergunung-gunung, dan mempunyaibanyak sungai untuk menyediakan sumber listrik tenaga air.Sumber alternatif aluminium untuk masa yang akan datang antara lain meliputi kaolin clay, oil shales,mineral anorthosite, dan bahkan barang sisa batubara. Bagaimanapun, sepanjang cadangan bauksittinggal berlimpahan dan biaya produksi adalah rendah, teknologi untuk memproses sumber

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 29

Page 30: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

alternatif inike dalam oksid aluminium atau aluminum metalik cenderung untuk tidak diteruskan dan dipertahankandi luar langkah-langkah yang bersifat eksperimental.

Penggunaan/aplikasi Aluminium banyak dipergunakan karena menpunyai sifat-sifat ringan, kuat, penghantar panas dan listrikyang baik, tahan korosi, tidak beracun, non magnetik, lemas, dan mudah dibentuk.Aluminium banyak dipergunakan dalam bangunan seperti untuk dinding atap, dan lain-lain. Dalamtransportasi, aluminium banyak dipakai pada pembuatan kapal terbang. Aluminium juga banyakdigunakan untuk alat-alat elektronik, dalam industri kaleng dan alat-alat pembungkus lainnya, dalanindustri mesin-mesin dan alat-alat untuk industri kimia dan logam.

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN KADAR SERTA DERAJAT LIBERASI

Data Lapangan

Hari : Selasa

Tanggal : 9 Oktober 2012

Waktu : 13.55

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 30

Page 31: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

Cuaca : Berawan

Lokasi : Karang , Terbah, Pathuk , Gunungkidul

Koordinat : E 07o49’321”

S 110o33’422”

Data Sample

Berat awal sample : 2 Kg

Berat sample setelah di quartering : 100 gram

Berat akhir setelah di keringkan : 98,5 gram

o Maka kadar air sample :

100gr - 98,5grKadar air: _________________________ x 100 %

100gr

Kadar air sample trass adalah 1,5 %

Setelah dilakukan penyaringan dengan Mesh,sample terbagi menjadi 4 bagian:

Mesh Berat Sample80# 77,3 gram100# 5 gram200# 7,5 gram-200# 8,2 gram Setelah dilakukan penyaringan,langkah selanjutnya adalah menganalisa di mikroskop

Mesh%Ber

at

Jumlah

ButirAluminium

Kaolinite

Feldsphar

Quartz

Bebas Terikat Bebas Terikat Bebas Terikat Bebas Terikat

80# 78,6 6 0,75 7 0,75 4 0,5 3 -

100# 5,1 5 0,50 4 - 5 0,75 3 0,25

200# 7,7 15 0,75 5 - 8 0,50 13 0,5

-200# 8,6 18 0,75 8 - 16 0,50 20 0,5

Perhitungan Derajad Liberasi

o Derajad Liberasi Alumunium

80# = x 100% = 88 %

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 31

Page 32: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

100# = x 100% = 90 %

200# = x 100% = 95,2 %

-200# = x 100% = 96 %

o Derajad Liberasi Kaolinite

80# = x 100% = 93,3 %

100# = x 100% = 100 %

200# = x 100% = 100 %

-200# = x 100% = 100 %

o Derajad Liberasi Feldsphar

80# = x 100% = 88 %

100# = x 100% = 86,9 %

200# = x 100% = 94,1 %

-200# = x 100% = 96,9 %

o Derajad Liberasi Quartz

80# = x 100% = 100 %

100# = x 100% = 92,3 %

200# = x 100% = 96,2 %

-200# = x 100% = 97,5 %

Setelah menghitung derajad liberasi,menghitung kadar:

o Kadar Alumunium

80# = x 100% = 1,25%

100# = x 100% = 1 %

200# = x 100% = 0,5 %

-200# = x 100% = 0.5 %

o Kadar Kaolinite

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 32

Page 33: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

80# = x 100% = 1,25%

100# = x 100% = 1 %

200# = x 100% = 1 %

-200# = x 100% = 1 %

o Kadar Feldsphar

80# = x 100% = 1,25%

100# = x 100% = 1 %

200# = x 100% = 0.5 %

-200# = x 100% = 0.5 %

o Kadar Quartz

80# = x 100% = 1,2%

100# = x 100% = 1 %

200# = x 100% = 0.5 %

-200# = x 100% = 0.5 %

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan :

Pada dunia pertambangan terutama tahap ekonomi dimana pekerjaan

sampling, preparasi , dan perhitungan mutu atau kadar bahan galian mutlak

diperlukan, dan hasil dari praktikum ini adalah :

1. Sampling adalah cara mengambil contoh bahan galian yang mewakili

suatu daerah. Sebelum pengambilan sample maka terlebih dahulu

dilakukan survey (penelitian pendahuluan) yang mencakup daerah

yang cukup luas.

2. Preparasi adalah memisahkan mineral yang berharga dengan mineral

yang tidak berharga bahkan sampahnya.

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 33

Page 34: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

3. Perhitungan kadar supaya seorang eksplorer sudah mengetahui

prakiraan kadar bahan galian sehingga dapat menentukan daerah

operasi apakah prospek atau tidak prospek.

4. Kadar dan derajad liberasi bahan galian dari bahan galian tras adalah

sebagai berikut :

MESHAlumunium

Kaolinite

Feldsphar

Quartz

DLDL x % Berat

%Kadar DLDL x % Berat

%Kadar

DLDL x % Berat

%Kadar

DLDL x

%beratKadar

80# 80 6916 1,25 93,3 7333.38 1,25 88 6916 1,25 100 7860 1,2

100# 90 459 1 100 510 1 86,9 443 1 92,3 470,73 1

200# 95.2 733,04 0,5 100 770 1 94,1 724,57 0,5 96,2 740,74 0,5

-200# 96 825,6 0,5 100 860 1 96,9 833,34 0,5 97,5 838,5 0,5

Daftar Pustaka1. http://www.bosstambang.com

2. http://www.scribd.com/doc/69247895/alumunium

3. http://www.anneahira.com/indonesia-bahan-galian.htm

4. http://syawal88.wordpress.com/2012/04/19/mineral-alterasi-complete-postingan- ke-99/

5. http://en.wikipedia.org/wiki/Quartz

6. http://en.wikipedia.org/wiki/Quartering

7. http://en.wikipedia.org/wiki/Kaolinite

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 34

Page 35: LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN.doc

8. http://psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium%202001/6.%20Konsep%20Pedoman %20(Tim).pdf

9. http://pocongkesurupan.blogspot.com/2010/12/laporan-praktikum-pengolahan- bahan.html

10.http://www.scribd.com/doc/72004307/DAFTAR-ISI-DLL

Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian Page 35