34

Laporan PT Adaro Indonesia

  • Upload
    zx250

  • View
    543

  • Download
    114

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan kerja praktek di PT Adaro Indonesia, Tabalong, Kalimantan Selatan

Citation preview

  • 1 | P a g e

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Dalam rangka pemenuhan energi yang semakin meningkat, sementara suplai bahan

    bakar minyak yang semakin terbatas, maka pemerintah mengupayakan diversifikasi

    energy. Salah satu sumber energy yang memiliki nilai potensial adalah batubara yang

    tersebar di berbagai wilayah di Indonesia termasuk di wilayah Provinsi Kalimantan

    Selatan. Pengembangan usaha pertambangan batubara memiliki prospek yang baik

    mengingat kebutuhan pasar akan kebutuhan batubara tersebut sangat tinggi baik dalam

    skala nasional maupun internasoinal. Melihat peluang dan potensi yang ada, serta

    didukung oleh sumber daya alam (SDA) yang ada, PT. Adaro Indonesia (AI) turut serta

    dalam dunia usaha pertambangan Indonesia.

    1.1 Latar Belakang

    Kerja Praktek merupakan media efektif bagi mahasiswa pertambangan

    untuk menetapkan blue printakademisnya. Selain untuk mendapatkan

    pengalaman kerja di perusahaan tambang, dimaksudkan juga sebagai langkah

    komperehensif mahasiswa untuk bersosialisasi dengan dunia pertambangan yang

    sebenarnya. Lebih jauh lagi, Kerja Praktek ini diharapkan juga mampu memberi

    bekal lebih saat mereka mengaplikasikan formula umum dunia pertambangan.

    Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat, khususnya di sektor

    pertambangan yang merupakan salah satu sektor utama dalam memberikan

    kontribusi bagi negara yaitu sumber devisa yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan

    banyaknya perusahaan asing yang menanamkan modalnya di sektor penambangan

    ini, sebut saja PT Adaro Indonesia yang merupakan perusahaan penambangan

    batubara berskala internasional yang ada di Indonesia dan berlokasi di Kalimanatan

    Selatan.

  • 2 | P a g e

    1.2 Maksud dan Tujuan

    1. Untuk mendapatkan pengalaman kerja dan penerapan antar ilmu yang diajarkan

    dengan kenyataan di dunia kerja.

    2. Memberikan latihan dan kesiapan pada mahasiswa untuk menemukan suatu

    "problem statement" dan solusinya di lapangan.

    3. Sebagai suatu bentuk kerjasama efektif antar mahasiswa pertambangan dengan

    perusahaan pertambangan.

    4. Menjalin hubungan antara Jurusan Pertambangan Trisakti sebagai perguruan tinggi

    yang menghasilkan ahli pertambangan dengan Instansi dan Perusahaan Tambang

    sebagai arena kerja kelak.

    5. Merancang pola pikir pada mahasiswa tentang kondisi dunia pertambangan yang

    semestinya dan masalah-masalah yang terjadi di lapangan.

    1.3 Waktu dan Lokasi

    Waktu pelaksanaan Kerja Praktek ini dilakukan selama 1 bulan, dimulai dari

    tanggal 1 September sampai dengan 30 September 2014 di PT Adaro Indonesia,

    Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.

    1.4 Perumusan Masalah

    Dimulai dengan mengamati kegiatan penambangan lalu mencatat

    kedalam text book, lalu didiskusikan dan dianalisa untuk mendapatkan data yang

    sesuai dengan topik, dan diolah menjadi bentuk laporan.

    1.5 Metode Penulisan

    Beberapa Metode dalam penyusunan Kerja Praktek ini, dengan

    menggunakan metode antara lain :

    a. Metode Observasi, Adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data

    dengan mengamati secara langsung dilapangan.

    b. Metode Interview, Adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data

    dengan cara bertanya langsung pada karyawan atau narasumber yang terkait.

    c. Metode Literatur, Adalah suatu metode yang didapat di bangku kuliah dan

    dari perusahaan,berupa buku yang dianggap relevan dalam penyusunan

    laporan ini.

  • 3 | P a g e

    BAB II

    TINJAUAN UMUM

    2.1. Sejarah Singkat PT Adaro Indonesia

    Sekilas tentang Adaro, sejarah Adaro dimulai dari guncangan minyak global

    tahun 1970-an. Guncangan itu menyebabkan Pemerintah Indonesia merevisi

    kebijakan energinya, sampai difokuskan pada minyak dan gas, untuk memasukkan

    batu bara sebagai bahan bakar untuk keperluan domestik. Dengan meningkatnya

    fokus pada batubara, pada tahun 1976 Departemen Pertambangan membagi Timur

    dan Selatan Kalimantan menjadi delapan blok batubara dan membuka tender untuk

    blok.

    Perusahaan Pemerintah Spanyol Enadimsa menerima tawaran untuk Blok

    8 di kabupaten Tanjung, Kalimantan Selatan, batu bara diketahui dari singkapan

    yang dipetakan oleh ahli geologi Belanda di tahun 1930-an dan dari persimpangan

    di kedalaman di sumur minyak yang dibor oleh Pertamina pada tahun 1960. Tidak

    ada tawaran perusahaan lain untuk blok ini, pada waktu itu dianggap terlalu jauh di

    pedalaman dan batubara berkualitas rendah.

    Nama 'Adaro' dipilih sebagai nama perusahaan oleh Enadimsa untuk

    menghormati keluarga Adaro, historis terkenal di Spanyol, yang telah terlibat dalam

    pertambangan Spanyol selama beberapa abad, dan PT Adaro Indonesia muncul.

    Perjanjian Kerjasama Batubara Adaro Indonesia (CCA) ditandatangani pada

    tanggal 2 November 1982. Enadimsa melakukan eksplorasi di wilayah kerja pada

    tahun 1983-1989, ketika sebuah konsorsium perusahaan Australia dan Indonesia

    membeli 80% dari Adaro Indonesia dari Enadimsa. .

    Selama tahun pertama pada tahun 1990 studi kelayakan dilakukan untuk

    mempetakan dasar bagi pengembangan proyek. Kunci penting adalah memilih rute

    transportasi untuk pengangkutan batu bara, dan keputusan itu dibuat untuk

    membangun jalan angkut batubara 80km ke arah barat ke Sungai Barito, lebih baik

    dibandingkan jalan 130 km timur ke Adang Bay di pantai Kalimantan karena akan

  • 4 | P a g e

    lebih cepat dan lebih murah , terutama karena akan menghindari melintasi

    pegunungan Meratus. .

    Hal itu juga memutuskan untuk memulai produksi dari deposit Paringin

    karena memiliki nilai kalor sedikit lebih tinggi dari deposit Tutupan dan juga karena

    telah overburden yang berisi batu lumpur yang terbakar, batuan keras seperti ni

    cocok dalam pembangunan jalan. Pengembangan tambang ini cepat untuk menjual

    batubara ke pasar untuk mengembangkan basis pelanggan. .

    Keputusan dibuat untuk mengintegrasikan dengan masyarakat sebanyak

    mungkin, dengan semua staf, ekspatriat maupun nasional, yang tinggal di kota-kota

    setempat, dan fokus pada perekrutan dari penduduk setempat dengan komitmen

    petugas untuk program pelatihan utama. Penggunaan kontraktor untuk semaksimal

    mungkin juga dibuat fokus untuk operasi, terutama kontraktor lokal dan pemasok

    lokal jika tersedia. .

    Langkah pertama dalam pengembangan deposit batubara adalah untuk

    mengumpulkan dana, dan pada Mei 1990 sejumlah bank didekati untuk pembiayaan

    proyek sebesar US $ 28 juta. Namun, semua bank menolak untuk memberikan dana

    dengan alasan adanya masalah yang berhubungan dengan kualitas batubara Adaro

    karena batubara Adaro merupakan batubara sub-bituminous yang belum

    diperdagangkan secara internasional sebelumnya dalam volume yang signifikan

    dan karena pasar domestik relatif kecil. .

    Ada juga keraguan tentang kelayakan pembangunan jalan pengangkutan

    terutama karena faktanya 27 kilometer terakhir dari jalan yang diusulkan adalah

    rawa-rawa yang bahkan jika secara teknis dinyatakan layak, berarti biaya konstruksi

    akan semakin tinggi. .

    Bank enggan untuk mendanai proyek atas kekhawatiran tentang kualitas

    batubara. Jadi para pemegang saham memasang US $ 20 juta dana pembangunan

    pada tingkat keuangan komersial untuk pembangunan dan pengembangan operasi

    Adaro dengan persyaratan bahwa semua pendanaan lebih lanjut berasal dari arus

    kas.

  • 5 | P a g e

    Pertambangan dimulai, pembangunan jalan angkut batubara dimulai pada

    bulan September 1990 dan butuh waktu sekitar satu tahun karena kesulitan

    membangun jalan lebih 27km dari rawa di ujung sungai Barito. .

    Membuka lubang Paringin dengan 30 meter dimulai Maret 1991 dengan

    menggunakan kontraktor lokal, dan batubara pertama diuji dalam kondisi stockpile

    dan dikirim ke Australia untuk pengujian pembakaran, hasilnya kembali dengan

    indikasi positif untuk digunakan dalam boiler komersial, dan pembukaan resmi

    tambang Paringin diadakan pada bulan Agustus 1991. .

    Selama tahun 1990 program pemasaran telah dikembangkan yang berfokus

    pada pasar potensial di mana batubara Adaro memiliki kadar sulfur ultra-rendah

    dan abu batubara memiliki manfaat. Untuk membantu pemasaran diputuskan untuk

    mengadopsi nama merek untuk batubara yang akan mencerminkan sifat-sifat ini

    dan setelah manfaat "aquacoal" telah dibahas dan ditolak, nama "Envirocoal"

    terpilih.

    Penjualan pertama batubara Adaro adalah untuk Krupp Industries dari

    Jerman yang tertarik pada kualitas lingkungan. Kapal perusahaan, MV Maersk

    Tanjong, self-sarat dengan gigih dan meraih sendiri dan berlayar ke Eropa pada

    tanggal 22 Oktober dengan 68.750 ton Envirocoal. .

    Setelah pengujian batubara lebih lanjut, pengiriman dilakukan pada tahun

    1992 untuk berbagai pelanggan potensial dan dengan selesainya pembangunan

    tambang dan infrastruktur dan pembentukan basis pelanggan, Adaro dinyatakan

    berada di produksi komersial pada tanggal 22 Oktober. 1992 .

    Sejak hari-hari awal, tambang Tabalong telah berkembang menjadi tambang

    terbesar di belahan bumi selatan, dan produksi telah berkembang dari awal 1 juta

    ton pada tahun 1992, dengan beberapa tahun mencatat pertumbuhan yang luar

    biasa. Pada tahun 2006, misalnya, Adaro Indonesia meningkatkan produksi lebih

    dari 28% dari tahun sebelumnya menjadi 34,4 juta ton. .

    Hingga saat ini, produksi Adaro Indonesia telah membuat tren stabil dan

    pada tahun 2012 mencapai 47 juta ton, dengan rencana 50 juta ton di tahun 2013.

  • 6 | P a g e

    2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah

    Daerah penyelidikan dapat dicapai dengan menggunakan pesawat terbang

    dari Jakarta ke Banjarmasin, kemudian dilanjutkan dengan bis ke daerah Tabalong

    dan untuk ke lokasi penyelidikan dapat di tempuh dengan kendaraan roda 4.

    2.3 Iklim dan Curah Hujan

    Dari hasil pengamatan curah hujan di tambang Tutupan, periode musim

    hujan terjadi pada bulan November sampai Juni sedangkan musim panas hanya

    pada bulan Juli sampai September. Walaupun musim panas pada periode Juli

    September hujan masih turun dengan intensitas 63 298 mm per bulan. Dalam

    periode 5 tahun terakhir hanya pada tahun 2004, intensitas hujan bisa turun sampai

    , < 20 mm perbulan yaitu pada bulan Agustus dan Oktober.

    Curah hujan tertinggi biasanya terjadi pada bulan Desember sampai Maret,

    dengan intensitas > 400 mm per bulan dengan hari hujan berkisar antara 15 sampai

    dengan 27 hari. Ada indikasi intensitas curah hujan dari tahun ke tahun semakin

    tinggi, bahkan pada tahun 2007 intensitas curah hujan mencapai 4.488 mm

    pertahun, dengan curah hujan tertinggi pada bulan Januari dengan Intensitas

    mencapai 647,10 mm perbulan.

    Fluktuasi curah hujan per-tahun bisa dilihat pada tabel dan gambar dibawah

    ini. Pola umumnya adalah Januari Maret hujan berfluktuasi kemudian menurun

    sampai titik terendah pada bulan agustus kemudian naik mencapai titik puncak pada

    bulan november.

    2.4 GEOLOGI UMUM

    2.4.1 Geologi Regional

    PKP2B PT ADARO Indonesia terletak di batas timur laut Cekungan

    Barito, sebuah depresi cratonic yang cukup luas mencapai lebar 250 km

    dengan umur Eosen sampai Pliosen. Cekungan ini menempati sebagian

    besar Propinsi Kalimantan Tengah dan bagian barat Propinsi Kalimantan

    Selatan. Bagian barat cekungan berbatasan dengan Sunda Shield dan bagian

    timur berbatasan dengan batuan dasar (up-thrust belt of basement rocks)

    yang membentuk Pegunungan Meratus. Gambar 2.

  • 7 | P a g e

    Gambar 1. Deposit Batubara Di Area PT. ADARO

  • 8 | P a g e

    Gambar 2 Peta Geologi Regional

    Sikuen geologi dari Cekungan Barito umumnya terdiri dari endapan laut

    dangkal meskipun sikuen terrestrial yang membawa batubara terdapat pada bagian

    dasar dan atas cekungan. Kemudian diendapkan secara tidak selaras sedimen

    dengan umur Miosen-Pliosen. Lebih dari 4,000 m tebal sedimen yang tertampung

    dalam Cekungan Barito ini.

    Batuan dasar tertua dari sub-cekungan Barito berumur pra-tersier yaitu yang

    berasal dari zaman Triassic sampai Cretaceous. Batuan ini penyebarannya cukup

    luas dan merupakan sumber dari batuan sedimen yang mengisi cekungan. Susunan

    stratigrafi dari Sub-Cekungan Barito dari tua ke muda..

  • 9 | P a g e

    Batuan dasar pra-tersier

    Batuan dasar tertua berupa Skist Kristalin yang tersingkap di Pegunungan

    Meratus bagian timur dan Pegunungan Schwaner di bagian barat dari cekungan.

    Menurut Zeylmans van Emmichoven (1940) umur dari batuan di daerah

    pegunungan Schwaner diperkirakan sebelum Permo-Karbon, sedangkan di daerah

    pegunungan Meratus sekitar Jura.

    Di atas batuan pra-tersier ini diendapkan formasi batuan Pitap dan

    Paniungan yang berumur Cretaceous. Formasi Pitap mempunyai dua anggota yaitu

    Batununggal dan Haruyan. Batununggal terdiri dari batulempung, batugamping,

    batupasir dan konglomerat sedangkan Haruyan terdiri dari breksi volkanik dan

    basal. Formasi Paniungan umumnya berupa batupasir gampingan atau lempungan.

    Eosen

    Diatas batuan pra-Tersier secara tidak selaras diendapkan Formasi Tanjung

    yang diendapkan pada Akhir Eosen. Formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa,

    batulempung, konglomerat dan lapisan batubara.

    Oligosen Miosen Bawah

    Diatas Formasi Tanjung diendapkan Formasi Berai yang berumur Oligosen

    Miosen bawah. Formasi in terdiri dari batugamping, napal, batulanau dan

    batulempung. Formasi Berai mempunyai tiga anggota yaitu Serpih Bawah,

    Batugamping Tengah dan Serpih Atas. Pembagian ini berdasarkan pada umur dan

    lingkungan pengendapan. Serpih bawah berumur Oligosen dengan lingkungan

    pengendapan laut dalam, batugamping tengah berumur Oligosen-Miosen bawah

    dengan lingkungan pengendapan laut dangkal, sedangkan serpih atas berumur

    oligosen dengan lingkungan pengendapan laut dalam.

    Miosen Tengah Atas

    Di atas Formasi Tanjung diendapkan Formasi Warukin yang berumur

    Miosen tengah Miosen atas. Formasi Warukin dapat dibagi menjadi empat satuan

    batuan yaitu : lempung, pasir bawah, pasir atas dan batubara. Pembentukan lapisan

    batubara sudah dimulai pada satuan batuan pasir atas.

  • 10 | P a g e

    Pliosen

    Pada jaman Miosen atas terjadi pengangkatan cekungan diikuti dengan

    proses perlipatan dan pensesaran. Pada jaman ini diendapkan Formasi Dahor secara

    tidak selaras di atas Formasi Warukin. Formasi ini terdiri dari endapan danau dan

    kontinen seperti alterasi konglomerat, batupasir, batulanau dan batulempung.

    Kuarter

    Tidak ada proses pengendapan pada zaman Pleistosen, sedangkan endapan

    kuarter umumnya berasal dari sungai atau rawa.

    Formasi Warukin merupakan formasi pembawa batubara utama dalam

    konsesi PT ADARO Indonesia dengan ketebalan sekitar 2.300 meter. Formasi ini

    terbagi kedalam 3 bagian dengan keberadaan lapisan-lapisan batubara pada bagian

    paling atas. Gambar 3

    Cekungan Barito, termasuk juga sikuen batubaranya, erat kaitannya dengan

    episode kompresi dan thrust faulting yang terjadi selama Miosen Tengah bagian

    atas.

    2.4.2 Geologi Daerah Penyelidikan dan Sumberdaya

    Di dalam area PT. ADARO Indonesia, perlapisan batuan Formasi

    Warukin membentuk 2 antiklin dengan arah umum utara sampai timur laut

    yang dikenal dengan Antiklin Warukin dan Antiklin Paringin. Sejumlah

    lipatan-lipatan minor berasosiasi dengan struktur ini.

    Lipatan umumnya terdapat dapat dalam bentuk overthrust anticline

    yang dicirikan dengan sayap barat yang terjal dan sayap timur yang lebih

    landai. Saat ini kegiatan eksplorasi dan penambangan difokuskan pada

    sayap timur yang lebih landai. Pengecualian yang signifikan dari pola ini

    terdapat di bagian down-dip di Tutupan timur laut. Disini perlapisan

    dipengaruhi struktur antiklin dengan kemiringan yang landai di kedua

    sayapnya. Hal ini berakibat batubaranya menjadi tersebar dengan lebih luas

    dan menghasilkan dua area tambahan yang dapat ditambang

  • 11 | P a g e

    2.4.3. Stratigrafi

    Wilayah kuasa pertambangan PT Adaro Indonesia secara regional termasuk

    dalam cekungan kutai, Cekungan Kutai ini, dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

    Cekungan Barito yang terdapat di sebelah barat Pegunungan Meratus dan Cekungan

    Pasir yang terdapat di sebelah Timur Pegunungan Meratus. Secara khusus wilayah

    kerja penambangan PT Adaro Indonesia terletak pada Cekungan Barito yang terletak

    di tepi bagian timur Sub-cekungan Barito di dekat Pegunungan Meratus. Sub-

    cekungan Barito merupakan bagian selatan cekungan Kutai yang berupa suatu

    cekungan luas dan meliputi Kalimantan bagian Selatan dan Timur selama zaman

    Tersier. Cekungan Barito, terdiri dari empat formasi yang berumur eosin sampai

    plesitosen. Adapun urut-urutan stratigrafi formasi cekungan Barito (Tabel 2.1)

    berdasarkan waktu terbentuknya adalah :

    1. Formasi Tanjung

    Formasi paling tua yang ada di daerah penambangan, berumur Eosen,

    yang diendapkan pada lingkungan paralis hingga neritik yang ketebalannya

    900-1100 meter, terdiri dari perselingan batupasir kuarsa, batulempung dan

    batulanau sisipan batubara, juga didapat sisipan batugamping dan ditemukan

    konglomerat. Formasi ini diendapkan pada lingkungan paralik hingga neritik

    dengan ketebalan sekitar 900 meter. Hubungannya tidak selaras dengan batu

    pra-tersier.

    2. Formasi Berai

    Formasi ini diendapkan pada lingkungan lagon hingga neritik tengah

    dengan ketebalan hingga 107-1300 meter. Berumur oligosen bawah sampai

    miosen awal, hubungannya selaras dengan formasi Tanjung yang terletak

    dibawahnya. Formasi ini terdiri dari pengendapan laut dangkal di bagian

    bawah, batu gamping dan napal di bagian atas.

    3. Formasi Warukin

    Yang diendapkan pada lingkungan neritik dalam hingga deltaik dengan

    ketebalan 1000 - 2400 meter, dan merupakan formasi paling produktif,

    berumur mioesen tengah sampai plestosen bawah. Pada formasi ini ada tiga

    lapisan paling dominan, yaitu :

    A. Batu lempung dengan ketebalan 100 meter.

  • 12 | P a g e

    B. Batu lumpur dan batu pasir dengan ketebalan 600-900 meter, dengan

    bagian atas terdapat deposit batubara sepanjang 10 meter.

    C. Lapisan batubara dengan tebal cadangan 20-50 meter, yang pada bagian

    bawah lapisannya terdiri dari pelapisan pasir dan batupasir yang tidak

    kompak dan lapisan bagian atasnya yang berupa lempung dan batu

    lempung dengan ketebalan 150-850 meter. Formasi warukin ini

    hubungannya selaras dengan formasi Berai yang ada dibawahnya.

    4. Formasi Dahor

    Formasi ini diendapkan pada lingkungan litoral hingga supralitoral, yang

    berumur miosen sampai plioplistosen dengan ketebalan 450-840 meter.

    Formasi ini letaknya tidak selaras dengan ketiga formasi dibawahnya dan

    tidak selaras dengan endapan alluvial yang ada diatasnya. Formasi ini adalah

    perselingan batuan konglomerat dan batupasir yang tidak kompak, diformasi

    ini juga ditemukan batu lempung lunak, lignit dan limonit.

  • 13 | P a g e

    STRATIGRAFI CEKUNGAN BARITO(ADARO RESOURCES REPORT, 1999)

    UMUR STRATIGRAFI LITOLOGIKOLOM

    STRATIGRAFITEBAL

    (m)

    KUARTER

    PLIOSEN

    ATAS

    ALLUVIUM

    FORMASI DAHOR

    ATAS

    TENGAH

    FORMASI

    WARUKIN

    TENGAH

    BAWAH

    ANGGOTA

    BATUBARA

    ANGGOTA

    PASIR

    ATAS

    ANGGOTA

    PASIR

    BAWAH

    ANGGOTA

    LEMPUNG

    ANGGOTA

    MARLATAS

    ANGGOTA

    BATUGAMPING

    ANGGOTA

    MARLBAWAH

    ATAS

    BAWAH

    BASEMENT PRATERSIER

    EOSEN

    FORMASI

    TANJUNG

    OLIGOSEN

    FORMASI

    BERAI

    BAWAH

    MIOSEN

    Deposit sungai dan rawa

    Batuan klastik, konglomerat, batupasir,batulanau dan batulempung.

    Seam batubara berketebalan 30 - 40 m,interbedded dari batulempung calcareousdan pasir halus.

    Lapisan tebal dari sangat halus hinggakasar, batulanau, batulempung danbeberapa seam batubara, konglomeratsebagai dasar.

    Interkalasi dan pasir halus, batulanau,batulempung dan beberapa seambatubara tipis.

    Serpih, kadang-kadang calcareous,pasir halus dan marl.

    Marl, lempung, lanau dan interbeddeddari lapisan batugamping tipis, berisipita-pita batubara.

    Batugamping kristalin, interbeddedlapisan tipis marl.

    Marl, batugamping, serpih, lanau danbeberapa interbedded seam batubara.

    Interkalasi dari serpih dan pasir denganbeberapa seam batubara tipis.

    Serpih, pasir dan konglomerat

    Serpih, kuarsit dan batuan beku

    900

    250

    600

    225

    450

    600

    500

    850

    lebih dari840

    FASIES

    UPPERDELTAPLAIN

    LOWERDELTAPLAIN

    DELTAFRONT

    PRODELTA

    DELTA FRONT

    MARINE

    LOWERDELTAPLAIN

    LOWERDELTAPLAIN

    PRODELTA

    PRODELTA

    PRATERSIER

    Gambar 3. Stratigrafi Cekungan Barito

  • 14 | P a g e

    Gambar 4. Geologi Area PT. ADARO

    `

  • 15 | P a g e

    2.5 Target dan Kualitas Batubara

    South Tutupan

    Target produksi batubara 422.999 ton/minggu

    Target OB 3.129.917 BCM/minggu

    SR 7.1

    North Tutupan

    Target produksi batubara 424.300 ton/minggu

    Target OB 2.707.000 BCM/minggu

    Stripping Ratio 6.38

    Paringin

    Target produksi batubara 137.579 ton/minggu

    Target OB 864.363 BCM/minggu

    Stripping Ratio 6.3

    Wara

    Target produksi batubara 93.176 ton/minggu

    Target OB 187.470 BCM/minggu

    Stripping Ratio 2.01

  • 16 | P a g e

    Parameter Envirocoal 5000 Envirocoal 4700 Envirocoal 4000

    Total Moisture (ar) : 26% 30% 38%

    Air dried moisture (ad) : 14.5% 18% 20%

    Gross CV (ar) : 5,100 kcal/kg 4,700 kcal/kg 4,050 kcal/kg

    Net CV (ar) : 4,800 kcal/kg 4,363 kcal/kg 3,700 kcal/kg

    Ash (ar) : 2% 2.5% 3.50%

    Total sulphur (ar) : 0.10% 0.20% 0.25%

    HGI : 50 47 65

    Carbon (daf) : 73.8% 74% 72%

    Hydrogen (daf) : 4.9% 5% 5%

    Nitrogen (daf) : 0.9% 1% 1%

    Oxygen (daf) : 20.3% 19.8% 22%

    Sulphur (daf) : 0.1% 0.2% 0.32%

    Ash Fusion Temp

    Initial deformation : 1,200 C 1,200 C 1,150 C

    Hemisphere : 1,260 C 1,240 C 1,250 C

    Flow : 1,340 C 1,270 C 1,310 C

    Sizing : 0-50 mm 0-50 mm 0-50 mm

    Tabel 1. Kualitas Batubara

  • 17 | P a g e

    BAB III

    TEORI DASAR

    3.1. PENGERTIAN

    a. Batubara adalah batuan karbonan berlapis yang dibentuk oleh akumulasi tumbuh-

    tumbuhan bersama hasil dekomposisinya dan terawetkan di batuan sedimen dalam

    lingkungan bebas oksigen dan terkena panas dan panas yang berlansung lama,serta

    mengalami proses pengkayaan unsur karbon karena diagenesis.

    b. Gambut adalah sisa timbunan yang telah mati kemudian diuraikan oleh bakteri anerobik

    dan aerobik menjadi komponen yang lebih stabil.

    3.2. GENETIKA

    Batubara terbentuk dari faktor-faktor :posisi geoteknik,topografi,iklimpenurunan,umur

    geologi, tumbuh tumbuhan, dekomposisi, sejarah sesudah pengenapan,struktur cekungan

    batubara, metamorfosis organik.

    3.3. JENIS

    Antrasit(Karbon kering 98%)

    Bituminous(Karbon kering 75 %)

    Sub-Bituminous(Karbon Lembab BTU 11000 atau kurang dari 13000)

    Lignit ( Karbon Lembab BTU kurang dari 8.300).

    3.4. MODEL LINGKUNGAN PENGENDAPAN

    Lingkungan Pengendapan batubara :

    Rumpun Tumbuhan Pembentuk

    Daerah air terbuka dengan tumbuhan air

    Rawa ilalang terbuka

    Rawa hutan

    Rawa lumut

  • 18 | P a g e

    3.5. SUMBERDAYA DAN CADANGAN

    1. Sumberdaya Hipotetik,kebenarannya 10-15%,tahap eksplorasinya hanya

    berdasarkan daftar pustaka

    2. Sumberdaya Tereka, kebenarannya 20-30%, tahap eksplorasinya daftar

    pustaka,laboratorium, dan cecking di lapangan

    3. Sumberdaya Tertunjuk kebenrannya 50 60% tahap eksplorasinya laboratorium,

    daftar pustaka, parit uji, bor dangkal.

    4. Sumberdaya Terukur kebenarannya 80-85 % tahap eksplorasinya laboratorium,

    daftar pustaka,parit uji,bor dalam,di tambah penyajian data secara 3 dimensi.

    3.6. PENGARUH GEOLOGI

    Pengaruh Geologi membentuk kematangan Batubara,yaitu :

    1.Hydrothermal

    2.Jenis Tumbuhan

    3.Sesar

    4.Intrusi

  • 19 | P a g e

    BAB IV

    HASIL PENGAMATAN

    Area penambangan PT. Adaro Indonesia terbagi menjadi tiga wilayah yaitu

    Tutupan yang merupakan area terbesar, Wara yang terbagi menjadi Wara I dan Wara II

    serta Paringin. Area daerah Tutupan melintasi sepanjang 20 km dimana pada peta topografi

    terletak di perbukitan yang meliputi bagian timur laut dari project Adaro. Pada daerah

    tutupan terdapat 13 seam yang menyusun blok Tutupan yaitu group seam T100, T200 dan

    T300. Pada T100, tebal batubara sebesar 60m yang berada di bagian selatan pengendapan.

    Semakin ke arah utara, seam semakin menipis dan bahkan menghilang. Pada daerah

    Tutupan, yang menjadi seam utama adalah seam T220 yang terletak di bagian utara dengan

    tebal 50m.

    Pada area Wara terbagi menjadi Wara I dan Wara II. Daerah Wara I terletak di

    bagian barat dari daerah Central Tutupan yang dipisahkan oleh patahan Dahai. Wara I dan

    Wara II dipisahkan oleh Marridu Thrust Fault, dimana Wara I terdiri atas tiga seam utama

    yang dibagi menjadi 13 individual seam dengan ketebalan antara 3-35m. Karakteristik dari

    seam Wara adalah memiliki kadar abu rendah(

  • 20 | P a g e

    4.1. Pembersihan Lahan (Land Clearing)

    Kegiatan pembersihan lahan (Land Clearing) dilakukan untuk daerah yang

    akan ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar.

    Untuk menebang pohon yang berukuran besar (diameter > 1 m) biasanya

    menggunakan chainsaw lalu dilanjutkan dengan menggunakan buldozer.

    Pembukaan lahan merupakan tahap awal kegiatan penambangan dimana lahan yang

    semula hutan, untuk mempersiapkan tempat dan mempermudah kegiatan

    penambangan maka perlu dibersihkan dari semak-semak, rawa-rawa, dan binatang

    buas dengan terlebih dahulu menebang pepohonan yang besar. Kemudian bulldozer

    yang naik di atas bukit digunakan untuk mendorong kayu - kayu dan semak-semak

    menuju ke bawah. Pembersihan lahan dilakukan dengan bertahap dengan luas

    tertentu sesuai dengan kemajuan penambangan yang telah direncanakan.

    Gambar 5. Land Clearing Gambar 6. Land Clearing

    4.2. Pengupasan dan Pemindahan Tanah Pucuk

    Setelah pembukaan dan pembersihan lahan, kegiatan selanjutnya

    adalah pengupasan lapisan tanah pucuk/ top soil yang sangat kaya akan unsur hara.

    Biasanya ketebalan tanah pucuk adalah 10 cm sampai 30 cm. Pengupasan tanah

    pucuk ini bertujuan untuk menemukan lapisan penutup batubara dan menyimpan

    tanah pucuk (top soil) ini untuk keperluan reklamasi dikemudian hari. Untuk

    kegiatan ini diperlukan alat mekanis yaitu bulldozer, backhoe dan power shovel

    sebagai alat gali.

  • 21 | P a g e

    Gambar 7. Pengupasan Top Soil

    Pengupasan dan pemindahan tanah pucuk dilakukan untuk mengamankan atau

    menyimpan tanah pucuk agar tidak rusak, sehingga dapat digunakan untuk kegiatan

    reklamasi. Tanah pucuk biasanya disimpan di stock top soil, dan di atasnya di tutup

    dengan cover crop jenis CM, CP, PJ (Pueraria javanica) / kacang-kacangan, gulma,

    dan rumput untuk mencegah erosi.

    4.3. Pengupasan Tanah Penutup (Stripping Overburden)

    Dalam pengupasan tanah penutup, metode yang digunakan untuk

    pengupasan tanah pucuk dipengaruhi oleh kondisi material batuan. Lapisan batuan

    yang tergolong lunak dan tidak terlalu kompak atau lapuk, dapat digunakan metode

    penggalian secara langsung atau dengan digaru terlebih dahulu menggunakan

    bulldozer yang dilengkapi pisau bajak (ripper blade).

    Untuk lapisan batuan yang tergolong sangat kompak digunakan metode

    peledakan untuk mengupas batuan penutup sebelum penggalian dengan excavator.

    Pengupasan tanah penutup harus sesuai dengan desain yang sudah

    direncanakan oleh perusahaan. Biasanya pengupasan tanah penutup dibuat jenjang

    per jenjang dengan tinggi rata-rata 12 meter, lebar 5 meter, dengan kemiringan

    untuk low wall 40 atau mengikuti kemiringan batubara, sedangkan untuk high wall

    biasanya lebih curam yaitu antara 50 sampai 60. Bahkan jika masih dirasa aman

  • 22 | P a g e

    untuk sisi high wall pengupasan tanah penutup bisa dibuat single slope dengan

    tinggi jenjang 48 m. Pengupasan tanah penutup dilakukan dengan tiga cara, yaitu :

    a. Direct-Digging

    Pengupasan tanah penutup dapat dilakukan dengan penggalian langsung

    oleh shovel atau backhoe. Penggalian langsung ini hanya untuk material tanah

    penutup yang sangat lunak sampai lunak.

    Gambar 8. Direct Digging

    b. Riping dan Dozing

    Pengupasan tanah penutup dilakukan dengan ripper untuk menggali hingga

    tanah terbongkar dan bulldozzer untuk mendorong tanah penutup yang relatif lunak

    untuk kemudian diangkut oleh dump truck.

    Gambar 9. Ripping dan Dozing

  • 23 | P a g e

    c. Drilling dan Blasting

    Dalam pengupasan tanah penutup kadang didapat material yang keras

    misalnya batupasir sehingga perlu untuk diledakkan. Cara ini pun bisa dipakai jika

    cara direct-digging sudah tidak efektif lagi.

    Pola pengeboran yang digunakan adalah empat persegi panjang dan selang

    seling (Rectangular Staggerd Patten) dengan pola peledakan beruntun perbaris.

    Bahan peledak yang digunakan adalah ANFO ( Amonium Nitrate Fuel Oil) dan

    Emultion serta bahan penguat ledak Anzomex Booster dengan pemicu non-elektrik.

    Gambar 10. Contoh Pola Peledakan

    Batuan penutup yang telah terbongkar dimuat menggunakan hydraulic

    excavator PC 3000 dengan kapasitas bucket 15 m. Kemudian diangkut

    menggunakan dump truck HD 785 maupun Hitachi euclit dengan kapasitas 60m

    dengan jarak angkut 2000 m 3500 m menuju disposal. Pembuangan material pada

    disposal dilakukan tiap layer dengan ketinggian 3 m. Setelah tinggi layer mencapai

    3 m, dilakukan lagi penumpukan material pada tiap layer hingga mencapai

    ketinggian 6 m dengan slope 45. Material yang keras ditempatkan pada bagian

    tepi, sedangkan material pasir/ lepas berada pada bagian tengah dengan tujuan

    mencegah terjadinya longsoran.

  • 24 | P a g e

    Gambar 11. Pemasukan Emulsi ke lubang ledak Gambar 12. Proses

    penimbunan lubang ledak

    Gambar 13. Peledakan Gambar 14. Contoh lubang ledak

    4.4. Penimbunan Tanah Penutup ke Disposal

    Setelah tanah penutup dikupas maka perlu suatu tempat untuk lokasi

    penumpukan dan penyimpanan tanah penutup tersebut (disposal) dari lokasi

    penambangan (pit). Untuk pengangkutan dari pit ke area disposal digunakan dump

    truck yang besarnya disesuaikan dengan volume lapisan tanah penutup. Alat yang

    digunakan yaitu : Big Fleet PC 4000 dan PC 3000, O&K RH 120 E (shovel +

    backhoe), Komatsu HD 785 dan HD 1500, serta Hitachi EH 1700. Untuk desain

    lokasi penimbunan ini diatur oleh PT Adaro dengan mempertimbangkan daerah

    yang sudah dibebaskan.

  • 25 | P a g e

    Gambar 15. Disposal Gambar 16. Disposal

    4.5. Penggalian dan Pengangkutan Batubara ke ROM

    Batubara dikupas setelah lapisan tanah penutup diatasnya diambil. Untuk

    mendapatkan batubara yang bersih dari pengotor dan batubara halus, maka lapisan

    batubara biasanya disisakan sekitar 30 cm dengan menggunakan alat gali ukuran

    kecil (PC 200/ PC 300) untuk mencegah kontaminasi.

    Pembersihan batubara dengan cara ini biasa disebut cleaning batubara.

    Untuk penggalian batubara, alat berat yang digunakan diantaranya adalah Big Fleet

    PC 3000, Hitachi EX 2500, Lieb 994, serta O&K RH 120 E. Sedangkan untuk

    pengangkutan batubara menuju ROM, alat berat yang digunakan yaitu Komatsu HD

    785 dan HD 1500, serta Hitachi EH 1700.

    Jarak dari pit menuju ROM kurang lebih 2 km. Pada ROM bekerja wheel

    loader WA 600 yang berguna untuk memuat batubara ke dalam trailer dan backhoe

    PC 400 untuk merapikan isian trailer. Tinggi tumpukan batubara dibuat tidak

    terlalu tinggi untuk menyesuaikan dengan tinggi alat muat. Penimbunan batubara

    yang terlalu lama pada ROM terkadang menyebabkan terbakarnya batubara di titik

    tertentu karena terkena panas matahari yang berlebih. Dengan demikian batubara

    harus segera diangkut menuju crushing plant untuk diolah lebih lanjut.

    Kegiatan penggalian atau pengambilan batubara dilakukan dengan metode strip

    mine, yaitu menggali batubara diatur secara berurutan setiap strip dan blok

    penambangan sehingga terjadi penambangan yang berkesinambungan.

  • 26 | P a g e

    Gambar 17. Penggalian Batubara Gambar 18. Pengangkutan Batubara

    4.6. Pengangkutan Batubara dari ROM ke Crushing Plant

    Batubara dari lokasi ROM stock tambang dimuat menggunakan wheel

    loader ke dalam alat angkut trailer untuk selanjutnya dibawa ke Kelanis, Kabupaten

    Barito Selatan. Dari ROM, batubara tambang Tutupan diangkut menuju crushing

    plant di Kelanis menggunakan trailer yang biasanya membawa 2 atau 3 gerbong

    pengangkut batubara (vessel), dengan kapasitas satu vessel rata-rata 40 ton sampai

    60 ton. Proses pengangkutan ditempuh melalui haul road sejauh 76 km atau 1.5

    jam. Selain menggunakan trailer, pengangkutan batubara juga menggunakan dump

    truck tronton roda 10.

    Gambar 19. Pengangkutan dengan Trailer

    4.7. Pengolahan Batubara

    Dalam perjalanan menuju crushing plant di Kelanis pada kilometer 35 akan

    ada penimbangan batubara pada tiap vessel dan sekaligus untuk menentukan hopper

    mana yang akan digunakan untuk dumping batubara. Untuk selanjutnya batubara

  • 27 | P a g e

    ditumpahkan ke dalam hopper tersebut. Di Kelanis terdapat 5 buah hopper, dengan

    masing-masing hopper mempunyai kapasitas sebagai berikut:

    - Hopper 1 dan hopper 2 mempunyai kapasitas 1200 1300 ton per jam.

    - Hopper 3 dan hopper 4 mempunyai kapasitas 1500 1700 ton per jam.

    - Hopper 5 mempunyai kapasitas 2000 2500 ton per jam.

    Setelah dimasukkan ke dalam lima unit hopper, batubara dihancurkan oleh

    primary crusher dengan ukuran maksimum 200 mm. Kemudian dari primary

    crusher batubara diayak di vibrating screen untuk mendapatkan ukuran batubara

    yang maksimal sebesar 50 mm. Batubara dengan ukuran lebih besar dari 50 mm

    akan dimasukkan ke secondary crusher yang dilanjutkan dengan pengayakan pada

    vibrating screen kembali. Proses penggerusan batubara (crushing) menggunakan

    suatu alat penggerus yang disebut divergator (Gambar 16 ). Untuk batubara yang

    berukuran kurang dari 50 mm langsung diangkut ke stockpille berkapasitas 500.000

    ton menggunakan belt conveyor.

    Gambar 20. Tempat Pengolahan Batubara

    4.8. Pengapalan

    Batubara yang telah di hancurkan pada primary crusher dapat ditimbun

    sementara di stockpille atau langsung dimasukkan menggunakan conveyor ke

    tongkang yang kemudian akan ditarik oleh kapal motor. Tongkang membawa

    batubara menyusuri Sungai Barito sepanjang 240 km ke arah hilir sebelum

    dialihkan ke kapal-kapal berbobot sampai 225.000 DWT bagi konsumen

    internasional. Sedangkan untuk konsumen domestik tongkang dapat langsung

  • 28 | P a g e

    berlayar menuju pelabuhan tujuan di Indonesia. Pemindahan batubara dari

    tongkang ke kapal dilakukan di Taboneo, 15 mil dari lepas pantai Banjarmasin

    dengan menggunakan empat unit derek terapung (floating crane) yaitu:

    o Donna Anna berkapasitas 4000 mt/day.

    o Donna Clara berkapasitas 10000 mt/day.

    o Donna Floor berkapasitas 10000 mt/day.

    o Donna Maria berkapasitas 10000 mt/day.

    Adapun penggolongan kapal berdasarkan kapasitas muat yang digunakan

    untuk memasarkan batubara ke Negara konsumen adalah :

    Handymax berkapasitas 20-40 KMT.

    Panamax berkapasitas 40-70 KMT.

    Cape Size berkapasitas 70-120 KMT.

    Super Cape Size berkapasitas 120-3000 KMT.

    Gambar 21. Proses Pengapalan di Kelanis

  • 29 | P a g e

    4.9. Reklamasi

    Kegiatan reklamasi yang dilakukan meliputi penataan kembali area bekas

    tambang dengan cara perataan daerah timbunan batuan penutup dan membentuk

    kontur seperti kondisi permukaan aslinya. Setelah itu bentuk permukaannya

    ditebari dengan lapisan tanah pucuk yang subur dengan ketebalan antara 0,5 m

    sampai dengan 0,75 m. Daerah yang secara tidak langsung terganggu oleh aktivitas

    penambangan juga akan ditanami kembali seperti daerah bekas tambang lainnya.

    Kegiatan reklamasi dan revegetasi area bekas tambang dan area lain yang terganggu

    akibat tidak langsung dari penambangan akan dilakukan secara paralel mengikuti

    reklamasi pada area yang lahannya terganggu oleh tambang.

    Gambar 22. Penebaran Tanah Pucuk Gambar 23. Pembibitan untuk Reklamasi

  • 30 | P a g e

    Contoh data produktivitas alat diambil di Pit Paringin

    Contoh 1

    Hauler CAT 789 = 79 BCM = 158 ton

    Loader Komatsu PC4000 = 24 BCM = 48 ton

    CT Hauler = 15 menit

    CT Loader = 2.5 menit

    OB = 5145 BCM = 10290 ton

    Produksi Hauler = 158 : 15 X 60 = 632 ton/jam

    Unit Hauler = 10290 : 632 = 17 unit

    Produksi Loader = 48 : 2.5 X 60 = 1152 ton/jam

    Unit Loader = 10290 : 1152 = 9 unit

    MF = (632 X 17) : (1152 X 9) = 1.03

    MF > 1 jadi Hauler menunggu

    Contoh 2

    Hauler Komatsu 785 = 100 ton

    Loader Komatsu PC1250 = 5 BCM = 6.5 ton

    CT Hauler = 20 menit

    CT Loader = 5 menit

    BB = 819 ton

    Prouksi Hauler = 100 : 20 X 60 = 300 ton/jam

    Unit Hauler = 819 : 300 = 3 unit

    Prouksi Loader = 6.5 : 5 X 60 = 78 ton/jam

    Unit Loader = 819 : 78 = 10 unit

    MF = (300 X 3) : (78 X 10) = 1.15

    MF > 1

  • 31 | P a g e

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

    1. Daerah produksi PT. Adaro Indonesia dibagi menjadi 4 pit yaitu South Tutupan. North

    Tutupan, Wara, dan Paringin.

    2. Setiap Pit dikelola oleh kontraktor yang berbeda yaitu di South Tutupan oleh PAMA, di

    North Tutupan oleh SIS, di Wara oleh RA, dan di Paringin oleh BUMA.

    3. Penanganan disposal di PAMA, SIS, dan RA dibuat membentuk lereng-lereng dengan

    ketinggian 6-12 meter, sedangkan BUMA menerapkan penanganan disposal secara

    Backfilling di dalam pit.

    4. Ada 2 metoda penanganan lumpur di Adaro sebagai contoh di PAMA menyedot lumpur

    dengan dredge (kapal keruk) dan di SIS menggunakan metode Gravitasi.

    5. Rata-rata produktivitas alat di PT. Adaro Indonesia banyak hauler yang menunggu

    loader, kemungkinan karena tanah yang dikeruk loader agak keras seperti sampel di pit

    Paringin.

    6. Rata-rata pola pemboran di PT. Adaro Indonesia memakali pola staggerd dan

    kedalamannya sekitar 9-11 meter, bahan yang dipakai sebagian besar emulsi hanya PAMA

    yang masih menggunakan ANFO.

    5.2. Saran

    Saran penelitian kami di PT. Adaro Indonesia adalah untuk prouktivitas alat, bisa

    ditambahkan Loader atau mengurangi Hauler, agar tidak ada hauler yang menunggu dan

    waktu jadi lebih efisien, penanganan debu di jalan hauling juga harus lebih baik, lebih baik

    discrub dulu jalan haulingnya sebelum disiram, agar debu serta air nya lebih menyerap ke

    tanah dan tidak menyebar kepemukiman warga.

  • 32 | P a g e

  • iv