Upload
anhi-moon
View
2.585
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagian besar unsur yang ada adalah logam. Dari 92 jenis unsur alam, 70
jenis di antaranya termasuk logam. Logam memiliki banyak sifat fisis yang
berbeda dari sifat-sifat fisika padatan lainnya. Hal itu dapat dilihat dari daya
pantul, daya hantar, dan sifat-sifat mekanik yang dimiliki oleh logam. Beberapa
logam memilki warna nyala yang spesifik dan untuk mempertegas warna yang
dihasilkan, biasanya digunakan indikator. Kebanyakan logam secara kimianya
bersifat kurang stabil dan mudah bereaksi dengan oksigen dalam udara dan
membentuk oksida dengan jangka waktu yang berbeda-beda tiap logam.
Kita dapat mengetahui sifat dari suatu logam dengan banyak cara, salah
satu diantaranya adalah mereaksikannya dengan pereaksi tertentu termasuk reaksi
oksidasi reduksi.
Daya reduksi oksidasi yang dimiliki tiap logam berbeda pada tiap
oksidator. Kereaktifan logam alkali dan alkali tanah terhadap air berbeda-beda,
ada yang bereaksi sangat hebat, sedang bahkan lambat. Untuk mengetahui lebih
jelas mengenai kereaktifan dan daya oksidasi reduksi tiap logam maka perlu
dilakukan percobaan. Dalam hal ini, kita menggunakan beberapa logam sebagai
sampel, logam-logam tersebut direaksikan dengan air.
Logam golongan IA dapat bereaksi hebat jika direaksikan dengan air
dingin bahkan menyebabkan ledakan kecil ketika bereaksi dengan air dan
terbentuk sebuah larutan logam hidroksida bersama dengan gas hidrogen pada
reaksi tersebut. Logam alkali lebih reaktif bila dibandingkan dengan alkali tanah,
hal tersebut dapat dilihat dari besarnya jari-jari atom dan energy ionisasinya.
Masih banyak hal yang belum kita ketahui mengenai logam alkali maupun
alkali tanah, daya reduksi dan oksidasi suatu logam sehingga perlu dilakukan
percobaan ini.
1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1. Maksud Percobaan
Maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk mempelajari dan
mengetahui sifat oksidasi reduksi logam serta kereaktifan logam alkali dan alkali
tanah.
1.2.2. Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah ;
1. Menentukan sifat reduksi oksidasi dari logam Al, Fe, Zn, dan Cu terhadap
iodin padat
2. Menentukan kereaktifan logam alkali (natrium) dan alkali tanah (magnesium
dan kalsium).
1.3. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini, yaitu;
1. Mereaksikan serbuk Al, Fe, Zn, dan Cu dengan serbuk iodin kemudian
ditetesi air untuk menentukan sifat reduksi oksidasinya
2. Menentukan kereaktifan logam alkali yaitu natrium diletakkan di atas kertas
saring yang ada di permukaan air pada cawan petri lalu ditambahkan
Indikator PP
3. Mereaksikan logam alkali tanah (magnesium dan kalsium) dengan air
kemudian dipanaskan lalu ditambahkan indikator PP untuk mengetahui
kereaktifannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dari sejarahnya, istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses di mana
oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana
oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian penangkapan hidrogen juga
disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen harus disebut oksidasi. Sekali lagi,
reaksi-reaksi lain dimana baik oksigen maupun hidrogen tidak ambil bagian
belum dapat dikelompokkan sebagai oksidasi atau reduksi sebelum defenisi
oksidasi dan reduksi yang paling umum, yang didasarkan pada pelepasan dan
pengambilan elektron, disusun orang (Svehla, 1990).
Kelompok reaksi yang disebut reaksi oksidasi reduksi (atau redoks)
dikenal juga sebagai reaksi transfer elektron. Reaksi oksidasi reduksi berperan
dalam banyak hal di dalam kehidupan kita sehari-hari. Reaksi ini terlibat mulai
dari pembakaran bahan bakar minyak bumi sampai dengan kerja cairan pemutih
yang digunakan dalam rumah tangga, Selain itu, sebagian besar unsur logam dan
nonlogam diperoleh dari bijihnya melalui proses oksidasi atau reduksi (Chang,
2004).
Awalnya, oksidasi berarti pembentukan oksida dari unsurnya atau
pembentukan senyawa dengan mereaksikannya dengan oksigen, dan reduksi
adalah kebalikan oksidasi. Definisi reduksi saat ini adalah reaksi yang menangkap
elektron, dan oksidasi adalah reaksi yang membebaskan elektron. Oleh karena itu,
suatu pereaksi yang memberikan elektron disebut reduktor dan yang menangkap
elektron oksidator. Akibat reaksi redoks, reduktor mengalami oksidasi dan
oksidator mengalami reduksi (Saito, 2004).
Bilangan oksidasi adalah muatan formal atom dalam suatu molekul atau
dalam ion yang dialokasikan sedemikian sehingga atom yang
keelektronegativannya lebih rendah mempunyai muatan positif. Karena muatan
listrik tidak berbeda dalam hal molekul yang terdiri atas atom yang sama, bilangan
oksidasi atom adalah kuosien muatan listrik netto dibagi jumlah atom. Dalam
kasus ion atau molekul mengandung atom yang berbeda, atom dengan
keelektronegativan lebih besar dapat dianggap anion dan yang lebih kecil
dianggap kation (Saito, 2004).
Reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya suatu
elektron atau lebih oleh zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur direduksi,
keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif). Suatu zat
pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi
(Svehla, 1990).
Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu elektron
atau lebih dari dalam zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi,
keadaan oksidanya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi
adalah zat yang memperoleh elektron, dan dalam prose situ zat itu direduksi
(Svehla, 1990).
Oksidasi adalah perubahan kimia berupa hilangnya elektron pada suatu
atom atau senyawa, dan oksidasi merupakan perubahan kimia dimana suatu atom
atau senyawa memperoleh elektron (Svehla, 1990).
Fe -+ Fe2+ + 2e-
Perubahan bentuk yang terjadi yaitu terjadinya pengurangan elektron pada satu
unsur sekaligus penambahan elektron pada unsur lain (Svehla, 1990).
C12 + 2e- 2C1-
Oksidasi dan reduksi terjadi secara serempak, dan total jumlah elektron yang
hilang pada saat oksidasi harus seimbang dengan jumlah elektron yang diperoleh
untuk reduksi (Rosenberg dan Epstein, 1997).
Golongan IA disebut juga logam alkali. Logam alkali melimpah dalam
mineral dan terdapat di air laut. Khususnya Na (natrium), di kerak bumi
termasuk logam terbanyak keempat setelah Al, Fe, dan Ca. Walaupun keberadaan
ion natrium dan kalium telah dikenali sejak lama (Clark, 2007).
Logam alkali sangat reaktif dibandingkan logam golongan lain. Selain
disebabkan oleh jumlah elektron valensi yang hanya satu dan ukuran jari-jari atom
yang besar, sifat ini juga disebabkan oleh harga energi ionisasinya yang lebih
kecil dibandingkan logam golongan lain. Dari Li sampai Cs harga energi ionisai
semakin kecil sehingga logamnya semakin reaktif. Kereaktifan logam alkali
dibuktikan dengan kemudahannya bereaksi dengan air, oksigen, unsur-unsur
halogen, dan hidrogen (Abdul, dkk, 2008).
Semua logam dari Golongan I bereaksi hebat dengan air dingin atau
bahkan dapat meledak ketika bereaksi dengan air. Untuk masing-masing reaksi
ini, terbentuk sebuah larutan logam hidroksida bersama dengan gas hidrogen
(Clark, 2007).
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan
fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain. Pada kasus ini, asam
lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda terang. Penambahan ion
hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah
indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion
hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya
mengubah indikator menjadi merah muda. Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3.
Karena pencampuran warna merah muda dan tak berwarna menghasilkan warna
merah muda yang pucat, hal ini sulit untuk mendeteksinya dengan akurat! (Clark,
2007).
Natrium juga mengapung pada permukaan, tapi panas yang dilepaskan
oleh reaksi cukup untuk meleburkan natrium (natrium memiliki titik lebur yang
lebih rendah dibanding lithium dan reaksi yang terjadi menghasilkan panas lebih
cepat) dan natrium melebur hampir sekaligus membentuk sebuah bulatan perak
kecil yang tersebar di atas permukaan. Ada bekas putih dari natrium hidroksida
yang terlihat dalam air di bawah bulatan-bulatan natrium, tapi bekas-bekas itu
segera terlarut menghasilkan larutan natrium hidroksida yang tidak berwarna.
Natrium bergerak-gerak pada permukaan karena ditekan dari segala arah oleh
hidrogen yang terlepas selama reaksi. Jika natrium terjebak pada pinggir wadah,
maka hidrogen bisa terbakar dan menghasilkan nyala orange. Warna ini
ditimbulkan oleh kontaminasi nyala biru hidrogen oleh senyawa-senyawa natrium
(Clark, 2007).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuades, serbuk logam
Al, serbuk logam Fe, serbuk logam Zn, serbuk logam Cu, serbuk iodin, logam
natrium (Na), logam magnesium (Mg), logam Ca, indikator fenol ftalein (PP),
kertas saring, tissu rol, kertas label, dan korek api.
3.2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah pipet tetes, cawan
petri, batang pengaduk, tabung reaksi, penjepit tabung reaksi (gegep), rak tabung,
gelas ukur, gelas kimia, pinset, dan bunsen.
3.3. Prosedur Percobaan
3.3.1 Percobaan daya reduksi logam dengan iodin
Disiapkan 4 buah cawan petri masing-masing dimasukkan serbuk Al, Fe,
Zn, dan Cu yang dicampurkan dengan iodin padat dengan perbandingan 1:2.
Diaduk dengan batang pengaduk dalam keadaan kering sampai campuran merata.
Ditambahkan air pada masing-masing campuran tersebut dengan menggunakan
pipet tetes. Diamati dan dicatat kejadian-kejadian dan perubahan yang terjadi.
3.3.2 Percobaan sifat reaksi logam alkali dengan air
Disiapkan 2 buah tabung reaksi. Dimasukkan kepingan-kepingan logam
magnesium ke dalam tabung reaksi. Pada tabung reaksi ditambahkan 5 mL
akuades. Diamati apa yang terjadi pada tabung. Tabung dipanaskan perlahan di
atas nyala api sambil digoyang-goyang agar panas merata, kemudian diamati lagi
yang terjadi pada tabung reaksi. Ditambahkan larutan indikator PP pada masing-
masing tabung reaksi. Diamati warna yang terbentuk.
Disiapkan sebuah cawan petri kemudian diisi air secukupnya. Potongan
kertas saring diletakkan di atas permukaan air (diusahakan agar kertas saring
mengapung di permukaan). Diambil sepotong kecil logam Na yang tersimpan
dalam minyak tanah, dikeringkan dengan tissu, kemudian diletakkan di atas
kertas saring dalam cawan petri menggunakan pinset. Diamati perubahan yang
terjadi. Ditambahkan indikator PP dan diamati warna larutan yang terbentuk.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tabel
Pengamatan A
LogamSetelah
dicampurkanSetelah ditambah
air
Reaksi hebat (H), sedang (S), lemah (L)
Warna uap
Aluminium - Tidak bereaksi - -
Besi - Bereaksi H Ungu
Seng - Bereaksi H Ungu
Tembaga - Bereaksi L -
Pengamatan B
LogamTimbul
gelembung gas
Setelah dipanaskan timbul gas
Reaksi hebat (H), sedang (S), lemah (L)
Warna larutan
Kalsium - Ya S Ungu
Magnesium - Ya S Ungu
Pengamatan C
LogamTimbul
gelembung gasSetelah
perlakuan
Reaksi hebat (H), sedang (S), lemah (L)
Warna larutan
Natrium -Timbul nyala api disetai ledakan
kecilH Merah muda
4.2. Reaksi
1. Reaksi Logam Al, Fe, Zn dan Cu dengan Iodin
2Al(s) + 4 I2(s) H2O 2AlI3(aq) + I2(g) + H2O
Fe(s) + 2 I2(s) H2O FeI2(aq) + I2(g) + H2O
Zn(s) + 2 I2(s) H2O ZnI2(aq) + I2(g) + H2O
Cu(s) + 2 I2(s) H2O CuI2(aq) + I2(g) + H2O
2. Reaksi Logam Alkali Tanah dengan Akuades
Mg(s) + 2H2O(l) Mg(OH)2(aq) + H2(g)
Ca(s) + 2H2O(l) Ca(OH)2(aq) + H2(g)
3. Reaksi Logam Alkali dengan Akuades
2Na(s) + 2H2O(l) 2NaOH(aq) + H2(g)
4.3. Pembahasan
Harga keelektronegatifan penting untuk menentukan bilangan oksidasi
undur dalam suatu senyawa. Jika harga keelektronegatifan besar, berarti unsur
yang bersangkutan cenderung menerima elektron dan membentuk bilangan
oksidasi negatif. Jika harga keelektronegatifan kecil, unsur cenderung melepaskan
elektron dan membentuk biloks positif. Dalam suatu golongan, semakin ke atas
semakin elektronegatif yang disebabkan oleh gaya tarik intiyang makin kuat,
sehingga mudah menarik elektron dari luar.
Percobaan kali ini yaitu menentukan sifat oksidasi reduksi logam dengan
cara mereaksikan logam (Fe, Zn, Cu, Al) dengan iodin kemudian ditetesi air.
Campuran logam dengan iodin yaitu 1 : 2, perbandingan iodin harus lebih besar
karena iodin di sini berfungsi sebagai pengoksidasi. Ketika logam-logam tersebut
dicampurkan dengan iodin dalam keadaan kering , tidak terjadi perubahan reaksi
dikarenakan pada keadaan tersebut, biloks keduanya adalah nol. Sebenarnya,
campuran tersebut bisa saja bereaksi tapi butuh waktu yang cukup lama. Oleh
karena itu, kedua campuran ditambahkan setetes demi setetes air. Penambahan air
dimaksudkan agar keduanya bisa bereaksi karena air berfungsi sebagai katalis,
mempercepat terjadinya reaksi.
Berdasarkan teori, urutan kereaktifan dan daya reduksi logam tersebut
adalah Al > Zn > Fe > Cu. Tapi berdasarkan praktik, urutannya yaitu Zn > Fe >
Cu > Al. Pada saat percobaan, terjadi kesalahan dalam mereaksikan aluminium
dengan iodin. Campuran aluminium dengan iodin tidak mengalami reaksi ketika
ditambahkan dengan air, kesalahan tersebut mungkin terjadi karena aluminium
telah teroksidasi membentuk oksida.
Iodin merupakan oksidator kuat karena mudah mengalami reduksi dan
mudah menarik elektron. Iodin berfungsi untuk mengoksidasi logam-logam untuk
mengetahui daya reduksinya.
Fenolftalin bertindak sebagai indikator pada larutan yang berfungsi
menguji apakah reaksi yang dihasilkan bersifat basa atau tidak. Pada kasus ini,
asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda terang.
Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri,
dan mengubah indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion hidroksida
menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk
menggantikannya – mengubah indikator menjadi merah muda.
Natrium merupakan unsur alkali dengan daya reduksi paling rendah.
Untuk logam alkali tanah, elektron valensinya mudah terlepas sehingga mdah
teroksidasi tapi tidak semudah golongan alkali. Natrium merupakan unsur yang
mudah bereaksi dengan uap air, natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara
lembab maka harus disimpan dalam larutan nonpolar misalnya minyak tanah.
Percobaan selanjutnya yaitu menentukan kereaktifan natrium dalam air,
panas yang dilepaskan oleh reaksi cukup untuk meleburkan natrium dengan titik
lebur yang lebih rendah. Natrium melebur membentuk serbuk-serbuk kecil dan
bergerak di permukaan karena ditekan dari segala arah oleh hidrogen yang
terlepas selama reaksi. Jika natrium terjebak pada pinggir wadah maka hidrogen
bisa terbakar dan menghasilkan nyala orange. Warna tersebut timbul karena
kontaminasi nyala biru hidrogen oleh senyawa-senyawa natrium.
Seperti halnya logam alkali, alkali tanah juga merupakan logam yang
reaktif. Tetapi dalam hal ini, alkali lebih reaktif daripada alkali tanah. Seperti
dilihat pada percobaan ketika magnesium dan kalsium direaksikan dengan air
tidak mengalami perubahan yang berarti, barulah ketika pemanasan terbentuk
gelembung-gelembung gas. Fungsi pemanasan dalam hal ini adalah mempercepat
terjadinya reaksi. Tidak terjadinya reaksi pada suhu kamar telah membuktikan
bahwa alkali lebih reaktif dibanding alkali tanah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah urutan daya reduksi logam dengan
iodin yaitu Zn > Fe > Cu > Al sedangkan menurut teori urutan daya reduksinya
yaitu Al > Zn > Fe > Cu. Logam alkali lebih reaktif bila dibandingkan dengan
logam alkali tanah.
5.2. Saran
Untuk praktikum, sebaiknya digunakan logam-logam yang lebih beragam
lagi. Misalnya pada kereaktifan alkali, jangan hanya menggunakan natrium tapi
ditambah lagi jenis logam alkalinya supaya bisa sibandingkan kereaktifannya.
Untuk asisten, saya rasa sudah cukup bagus dalam membimbing praktikan
jadi tolong dipertahankan, klo bisa lebih ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond, 2005, Kimia Dasar konsep-konsep Inti, Erlangga, Jakarta.
Clark, Jim, 2007, Sifat Fisik dan Sifat Atom dari Unsur-unsur Golongan I (online), http://www.chem-is-try.org, diakses 14 Maret 2010, pukul 17.20 WITA.
Clark, Jim, 2007, Reaksi Unsur-unsur Golongan I dengan Air, http://www.chem-is-try.org, diakses 10 Maret 2009, pukul 17.25 WITA.
Clark, Jim, 2007, Reaksi Unsur-unsur Golongan I dengan Air, http://www.chem-is-try.org, diakses 10 Maret 2009, pukul 17.25 WITA.
Rosenberg, J. dan Epstein, L., 1997, Schaum’s Outline of Theory and Problems of Collaga Chemistry.
Saito, Taro, 2004, Buku Teks Kimia Anorganik, Iwanami Shoten, Tokyo.
Svehla, G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro edisi V, PT Kalman Media Pustaka, Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA ANORGANIK
REAKSI-REAKSI LOGAM
NAMA : ADRIANI
NIM : H311 08 267
KELOMPOK : V
HARI/TGL PERCOBAAN : SELASA/9 MARET 2010
ASISTEN : KARDINOPEL KOMBONG
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIKJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2010
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 7 Maret 2009
Asisten Praktikan
(KARDINOPEL KOMBONG) ( ADRIANI )
BAGAN KERJA
A. Daya reduksi logam atas iodin
- Dimasukkan ke dalam cawan petri yang
bersih dan kering
- Dicampurkan dengan iodin padat
- Diaduk dengan batang pengaduk sampai
campuran merata
- Ditambahkan air dengan menggunakan pipet
tetes
- Diamati reaksi yang terjadi
logam Al
Hasil
logam Zn Logam Fe Logam Cu
B. Sifat reaksi logam alkali dengan air
- Diambil menggunakan pinset dan dikeringkan dengan kertas tissu
- Diletakkan di atas kertas saring dalam cawan petri yang berisi air
- Diamati reaksi yang terjadi
- Ditambahkan larutan indikator fenol ftalein (PP)
- Diamati warna larutan yang terbentuk
C. Sifat reaksi logam alkali tanah dengan air
- Dimasukkan ke dalam sebuah tabung reaksi
- Ditambahkan 5 mL akuades
- Diamati yang terjadi pada tabung reaksi
- Tabung reaksi dipanaskan di atas nyala
pembakar sambil digoyang-goyang agar
panas merata
- Diamati perubahan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan larutan indikator PP
- Diamati warna larutan yang terbentuk
Logam Natrium (Na)
Hasil
Logam Mg
Hasil
Logam Ca