29
ANALISIS TOKSIKOLOGI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT DALAM SAMPEL BEDAK SALICYL DENGAN TITRASI ASAM- BASA OLEH: KELOMPOK II Ni Luh Putu Yoga Arsani (P07134013014) Made Rina Rastuti (P07134013016) Ni Luh Gede Mulan Tirtayanti (P07134013018) I Dewa Ayu Sintya Candra Yuni (P07134013020)

laporan salisilat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan penentuan asam salisilat

Citation preview

ANALISIS TOKSIKOLOGI

PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT DALAM SAMPEL BEDAK SALICYL DENGAN TITRASI ASAM-BASA

OLEH:

KELOMPOK II

Ni Luh Putu Yoga Arsani(P07134013014)

Made Rina Rastuti(P07134013016)

Ni Luh Gede Mulan Tirtayanti(P07134013018)

I Dewa Ayu Sintya Candra Yuni(P07134013020)

I Nyoman Krisna Wicaksana(P07134013022)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

TAHUN AKADEMIK 2014/2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan

1.1.1. Tujuan Umum

Mahasisiwa mampu melakukan penetapan kadar asam salisilat dalam sampel serbuk dengan titrasi asam-basa.

1.1.2. Tujuan Khusus

Mahasiswa melakukan pembakuan larutan asam dan basa.

Mahasiswa melakukan titrasi asam-basa (titrasi balik dan titrasi langsung).

Mahasiswa melakukan penetapan kadar asam salisilat dalam sampel serbuk.

1.2. Latar Belakang

Sebagai salah satu daerah tropis, Indonesia memiliki perubahan cuaca yang cukup ekstrim sehingga rawan menyebabkan alergi yang menimbulkan gatal-gatal pada masyarakat Indonesia.Untuk mengatasi gatal-gatal tersebut biasanya digunakan salisilat yang umumnya terdapat pada bedak. Selain untuk mengobati gatal-gatal, salisilat juga dapat mengobati sejumlah masalah kulit seperti jerawat,kutil, ketombe, psoriasis dan masalah kulit lainnya.

Bedak sangat akrab dengan kita di kehidupan sehari-hari karena manfaatnya yang begitu banyak. Bedak bahkan sudak kita kenal sejak bayi. Namun, ada beberapa orang yang menyalahgunakan bedak dengan penambahan bahan-bahan berbahaya ke dalamnya. Jika kandungan salisilat berlebih dalam bedak akibatnya kita dapat terkena iritasi kulit ringan sampai yang parah yaitu keracunan. Maka dari itulah perlu dilakukan pemeriksaan kadar asam salisilat pada bedak.

BAB II

DASAR TEORI

II.1. Pengertian Asam Salisilat

Asam salisilat tidak berwarna, serbuk Kristal berwarna putih. Titik leleh 159 C. Larut dalam air dengan perbandingan 1:500, larut dalam etanol (1:4), larut dalam kloroform (1:45) dan larut dalam eter (1:3). Konstanta disosiasinyaya itu 3.0 dan 13.4 (25) dan koefisien partisi (eltanol/air) sebesar 2,3. (Gelgel dkk.,2013)

Asam salisilat secara cepat diabsorpsi dan didistribusikan dalam tubuh. Asam salisilat dimetabolisme oleh konyugasi adamglukorinida dan glisin untuk menghasilkan salicyl uric acid, salicyl O-glucuronide, dansalicyl ester glucuronide, hidroksilasi menjadi gentisic acid, gentisuric acid, dan derivate dihidrolsi dan trihidroksi. Asam salisilat dieksresikan dalam urine sebagai senyawa induknya dan metabolitnya. Metabolit utama asam salisilat adalah aspirin, metal salisilat dan salsalat.(Gelgel dkk., 2013)

Dosis oral sehari dari natrium salisilat 9 mg/kg untuk 20 subjek wanita dan 20 subjek laki-laki, rata-rata konsentrasi puncak plasma 57 dan 58 mg/L yang dicapai dalam 0.9 dan 0.5 jam. Setelah pemakaian dosis oral choline salisilat yang setara dengan 3.8 gram asprin, rata-rata konsentrasi serum steady-state dilaporkan sebesar 166 mg/L.(Gelgel dkk., 2013)

Dosis letasminuman asam salisilat sebesar 15 gram.Konsentrasi plasma untuk menghasilkan efek toksik lebih dari 300 mg/L dan konsentrasi lebih dari 500 mg/L berkaitan dengan intoksikasi moderat.Waktu paruh plasma tergantung dari dosis (2-4 jam setelah mengkonsumsi salisilat kurang dari 3 gram, meningkat menjadi 19 jam pada dosis yang lebih besar dari 3 gram). Volume distribusi sekitar 0,1-0,2 L/kg (tergantung pada dosis).(Gelgel dkk., 2013)

II.2. Pengertian Titrasi

Titrasi adalah suatu metode analisis yang digunakan pada zat yang konsentrasinya belum diketahui kemudian direaksikan dengan zat lain yang telah diketahui konsentrasinya . (Peechan. 2012)

Larutan yang telah diketahui konsentrasinya telah diketahui dengan teliti dan tepat dinamakan dengan larutan baku. Bila yang terkandung memiliki kemurnian yang tinggi, stabil, penanganannya mudah maka disebut dengan bahan baku primer. Larutan baku ini ditambahkandari buret (titrant) sedikit demi sedikit kelarutan Erlenmeyer (titrat) sampai zat-zat yang direaksikan tepat menjadi ekivalen satu dengan yang lainnya. ( Jaka, 2012)

Metode titrasi secara garis besar dibedakan menjadi empat kategori yaitu titrasi asam-basa, (meliputi reaksi asam-basa), titrasi redoks (meliputi hamper semua reaksi reduksi-oksidasi), titrasi pengendapan dan titrasi kompleksometri. (Rusydianaadulla. 2013)

II.3. Reaksi Asam Basa

Reaksi asam-basa ditentukan untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi asam-basa biasanya dilakukan dengan meneteskan larutan basa yang konsentrasinya sudah diketahui kedalam larutan asam yang belum diketahui konsentrasinya atau dengan cara sebaliknya, metode ini disebut dengan analisis volumetric. Proses penetesan tersebut dilakukan sampai larutan asam dan basa tepat habis bereasi atau mencapai titik ekivalen yang ditandai dengan perubahan warnaoleh larutan standarnya dengan indikatornya.(Gelgeldkk., 2013)

Titik akhir titrasi adalah suatu keaadaan dimana titrasi harus dihentikan tepat saat terjadi perubahan warna indikator. Titik ekivalen adalah pH dimana jumlah mol asam (H+ ) sama dengan jumlah mol basa (OH-). Tititk ekivalen akan berhimpitan dengan titik akhir titrasi bila indikator yang digunakan memiliki trayek perubahan warna disekitar titik ekivalen. Bila terjadi perbedaan antara titik ekivalen dengan titik akhir titrasi maka titrasi yang dilakukan salah.(Gelgel dkk., 2013)

II.4. Indikator Asam-Basa

Dalam titrasi diperlukan suatu petunjuk titik akhir yang biasa disebut indikator.Indikator adalah senyawa organic atau anorganik yang digunakan dalam titrasi untuk menentukan dan menunjukan titik akhir titrasi. Dalam pemakaiannya indicator ada memberikan warna atau pun endapan. Namun tidak semua jenis titrasi membutuhkan indikator, karena ada beberapatitrasi yang zat asalnya yang berwarna dan memiki perbedaan warna pada awal titrasi dan akhir titrasi yang cukup kontras dan mencolok.( Jaka, 2012)

Indikator asam basa digunakan untuk membedakan larutan yang bersifat asam dan basa serta memperkirakan besarnya pH larutan dengan cara mengetahui trayek pH indikator. Dalam titrasi asam-basa, phenolphthalein merupakan indikator yang sering digunakan karena sangat mudah diamati warnanya. Bila dalam keadaan tidak terionisasi, indicator ini tidak akan mengalami perubahan warna. Sedangkan dalam lingkungan basa, indicator ini akan terionisasi menghasilkan warna merah. Dalam titrasi asam-basa, indikator yang digunakan harus dapat berubah warna tepat pada saat titik ekivalen telah tercapai.(Gelgel dkk., 2013)

Beberapa indicator asam-basa sebagai berikut :

No

Nama

Warna Asam

Warna Basa

Trayek pH

1

Alizarin kuning

Kuning

Ungu

10,1 - 12,0

2

Fenolftalein

Takberwarna

Merah

8,0 9,6

3

Timolflatein

Takberwarna

Biru

9,3 10,6

4

Fenol merah

Kuning

Merah

6,8 8,4

5

Bromtimol blue

Kuning

Biru

6,0 7,6

6

Metil merah

Merah

Kuning

4,2 6,2

7

Metil jingga/orange

Merah

Kuning

3,1 4,4

8

Para nitrofenol

Takberwarna

Kuning

5,0 7,0

9

Timol blue

kuning

Biru

8,0 9,6

10

Tropeolin OD

merah

Kuning

1,3 3,0

Tabel 1.( Jaka, 2012)

BAB III

PROSEDUR KERJA

1.1. Alat dan Bahan

1.1.1 Alat

Erlenmeyer

Pipet tetes

Pipet volume

Beaker gelas

Labu ukur

Buret=statif

Klem

Neracaanalitik

Corong gelas

1.1.2 Bahan

NaOH

HCl

Asam oksalat

Asam salisilat

Indicator Phenolphtalein

Kloroform

Aquadest

Sampel bedak salicyl

14

1.2. Cara Kerja

1.2.1. Cara Pembuatan Larutan

Pembuatan Larutan Baku Asam Oksalat 0,1 N

(Ditimbang 3,15 gram asam oksalat dihidratDimasukkan ke dalam beaker gelas 25mlDilarutkan dengan 20 ml air hingga larut.Dipindahkan ke dalam labu ukur 500 mlDitambahkan dengan air hingga mencapaitanda batas labu ukurDikocok hingga homogen)

Pembuatan Larutan Baku NaOH 0,1 N

(Ditimbang 2 gram natrium hidroksidaDimasukkan ke dalam beaker gelas 25 mlDilarutkan dengan 20 ml air hingga larut.Dipindahkan ke dalam labu ukur 500 mlDitambahkan dengan air hingga mencapai tanda batas labu ukurDikocok hingga homogen)

Pembuatan Larutan Baku HCl 0,1 N

(Diambil sebanyak 5 ml larutan asam klorida 37%Dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml yang di dalamnya sudah terdapat air sebanyak 50 ml Dikocok hingga homogenDitambahkan dengan air hingga mencapai tanda batas labu ukurDikocok hingga homogen)

(Ditimbang 0,1 gram phenolphthalein dalam labu ukur 10 mlDilarutkan dengan etanol 10 ml hingga larutDitambahkan dengan air hingga mencapai tanda batas labu ukurDikocok hingga homogen)Pembuatan Larutan Indikator Phenolphtalein 1%

1.3.2 Langkah Kerja

(Diambil 10 ml larutan asam oksalat dan dimasukkan ke dalam erlenmeyerDitambahkan 3 tetes indicator phenolphtaleinDimasukkan larutan baku NaOH ke dalam buretDititrasi larutan asam oksalat dengan larutan NaOH (perubahan warna menjadi merah muda yang stabil)Dilakukan sebanyak 3 kali)Pembakuan Larutan NaOH

Pembakuan Larutan NaCl

(Diambil 10 ml larutan NaOH dan dimasukkan ke dalam erlenmeyerDitambahkan 3 tetes indicator phenolphtaleinDimasukkan larutan baku HCl ke dalam buretDititrasi larutan NaOH dengan larutan HCl (perubahan warna menjadi jernih)Dilakukan sebanyak 3 kali)

Penetapan Kadar Senyawa Asam Salisilat dalam Sampel Serbuk

1. Titrasi Langsung

(Diambil sampel serbuk sebanyak 100 mg dan dimasukkan ke erlenmeyerDitambahkan 30 ml pelarut kloroform Dikocok hingga homogeny dan disaringDisiapkan 2 buah tabung reaksiDiambil bagian jernih dari saringan sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke masing-masing tabung reaksiDiuapkan semua pelarut kloroform di tabung reaksi pada suhu 80-90CDitambahkan etanol terlebih dahulu sebanyak 2 ml dan dikocok hingga larut.Ditambahkan air sebanyak 8 ml dan ditambahkan indicator phenolphthalein sebanyak 3 tetesDisiapkan larutan baku NaOH dalam buretDititrasi sampel tersebut dengan larutan baku NaOH (perubahan warna menjadi merah muda stabil))

2. Titrasi Balik

(Diambil sampel serbuk sebanyak 100 mg dan dimasukkan ke erlenmeyerDitambahkan larutan baku NaOH 30ml Disaring dengan kertas saringDisiapkan 2 buah erlenmeyerDiambil bagian jernih dari saringan sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke masing-masing erlenmeyerDitambahkan indicator phenolphthalein sebanyak 3 tetesDilakukan titrasi pada sampel tersebut dengan larutan baku HCl (perubahan warna menjadi jernih)Disiapkan larutan baku HCl dalam buret)

BAB IV

DATA HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

1. Penentuan Normalitas Larutan Baku NaOH

Normalitas larutan baku asam oksalat 0,1 N

Indikator Phenolphtalein

Perubahan warna yang terjadi saat titik ahkir titrasi : merah muda

Data volume titrasi :

Pengulangan

Vol. Titrat (Asam oksalat)

Vol. Titran (NaOH)

I

10 ml

10 ml

II

10 ml

10,5 ml

Rata rata

10,25 ml

Perhitungan : V1 X N1=V2 X N2

VAs. Ok X NAs. Ok = VNaOH X NNaOH

10 ml X 0,1N = 10,25 ml X NNaOH

NNaOH = 0,0975 N

MNaOH = 0,0975 M

1. Penentuan Normalitas Larutan Baku HCL

Normalitas larutan baku NaOH 0,1 N

Indikator Phenolphtalein

Perubahan warna yang terjadi saat titik ahkir titrasi : jernih

Data volume titrasi :

Pengulangan

Vol. Titrat (Asam oksalat)

Vol. Titran (NaOH)

I

10 ml

8 ml

II

10 ml

8,1 ml

Rata rata

8,05 ml

Perhitungan : V1 X N1=V2 X N2

V NaOH X N NaOH = VHCL X NHCL

10 ml X 0,0975 N = 8,05 ml X NNaOH

NNaOH = 0,1211 N

MNaOH = 0,1211 M

1. Penetapan Kadar Sampel

Titrasi Balik

Indikator : phenolphtalein

Perubahan warna yang terjadi saat titik ahkir titrasi : Tidak berwarna

Data Volume Titrasi

Pengulangan

Volume Titrat (Asam Salisilat + NaOH)

Volume Titran ( HCL)

I

10 ml

7,7 ml

II

10 ml

7,75 ml

Perhitungan :

1) Mol NaOH bereaksi: Mol NaOH total - Mol HCL

: (0,0975 M X Vol NaOH) (Vol HCL X M HCL)

: (0,0975 M X 0,03 L) (0,0077 L X 0,1211M)

: 0,0029 0,00093

: 0,0019 Mol

Mol Asam Salisilat: (Koefisien asam salisilat/koefisien NaOH) X Mol NaOH bereaksi: 1/1 X 0,0019 Mol

: 0,0019 Mol

Massa Asam Salisilat: Mol asam salisilat X Mr Asam Salisilat

: 0,0019 Mol X 138,12 gram/Mol

: 0,272 gram (272 mg)

Konsentrasi Asam Salisilat % (b/b): massa asam salisilat/massa serbuk X 100 %

: 0,272 gram/0,1 gram X 100 %

: 272 % (272 mg)

2) Mol NaOH bereaksi: Mol NaOH total - Mol HCL

: (0,0975 M X Vol NaOH) (Vol HCL X M HCL)

: (0,0975 M X 0,03 L) (0,00775 L X 0,1211M)

: 0,0029 0,00094

: 0,00196 Mol

Mol Asam Salisilat: (Koefisien asam salisilat/koefisien NaOH) X Mol NaOH bereaksi: 1/1 X 0,00196 Mol

: 0,00196 Mol

Massa Asam Salisilat: Mol asam salisilat X Mr Asam Salisilat

: 0,00196 Mol X 138,12 gram/Mol

: 0,271 gram (271 mg)

Konsentrasi Asam Salisilat % (b/b): massa asam salisilat/massa serbuk X 100 %

: 0,271 gram/0,1 gram X 100 %

: 271 % (271 mg)

3) Rata-rata: 272 % + 271 % / 2

: 271,5 % (271,5 mg)

Volume HCL yang sebenarnya :

NaOH = M X V

= 0,0975 X 0,03

= 0,002925 mol

C7O3H6= gram / Mr

= 0,002 / 138,12

= 0,00001448

NaOH + C7O3H6 NaC7O3H5

Mula mula0,0029250,00001448-

Bereaksi0,000014480,000014480,00001448

Setimbang0,00291052-0,00001448

NaOH + HCL NaCl

Mula mula0,00291052 - -

Bereaksi0,00291052 0,00291052 0,00291052

Setimbang- 0,00291052 0,00291052

Mol HCL= M X V

0,00291052= 0,1211 N X V

V= 0,00291052 / 0,1211

= 0,024034 L

= 24,034 ml

BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum dilakukan penentuan kadar asam salisilat dalam sampel bedak salicyl. Sampel bedak salicyl yang digunakan merupakan bedak yang dijual secara umum di apotek-apotek didaerah Denpasar.

Asam salisilat (ortho Hydroxy Benzoid Acid) dan derivate-derivatnya seperti aspirin merupakan golongan senyawa yang penting dalam bidang pengobatan. Asam salisilat berupa serbuk Kristal berwarna putih. Dalam dosis racun salicylamide yang tidak dimetabolik menjadi asam salicylic yang menyebabkan depresi (penekanan) terhadap saraf-saraf sentral. Racun biasanya muncul bila menelan sepuluh gram atau lebih dari macam salicylate dalam dosis tunggal (sekali minum) atau dalam dosis yang dibagi dalam satu periode 12 jam-24 jam atau bila kadar Salicylate dalam plasma darah melebihi 30 mg per 100 ml/cc. Dosis lethal (LD) atau dosis yang mematikan dari sodium salicylate dan acethylsalicylate (aspirin) bagi orang dewasa terletak antara 20g-30g. pada anak-anak terutama dibawah umur 3 tahun, mudah terpengaruh oleh racun salisilat dibandingkan dengan orang dewasa.

Dalam penentuan asam salisilat ini digunakan metode titrasi asam basa yang sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Reaksi asam basa ini biasanya dilakukan dengan meneteskan larutan basa yang konsentrasinya telah diketahui ke dalam larutan asam yang konsentrasinya belum diketahui atau dengan cara sebaliknya. Dalam titrasiini dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentukairyang bersifat netral. Dalam menganalisis sampel bedak salicyl dilakukan dengan titrasi balik, yaitu penentuan kuantitatis analit di dalam sampel dengan cara menambahkan senyawa berlebih yang diketahui konsentrasinya dengan pasti kemudian kelebihan senyawa yang tidak bereaksi dengan analit dititrasi balik dengan senyawa pentiter yang tepat.

Pada praktikum sampel mula-mula ditimbang lalu dilarutkan dengan NaOH sehingga larutan memiliki pH basa. Karena larutan bersifat basa, maka larutan dititrasi dengan larutan standar bersifat asam dan dibantu dengan indicator fenoftalein. Larutan baku bersifat asam yang digunakan dalam titrasi ini yaitu larutan baku HCl, maka dengan kata lain titrasi yang dilakukan adalah titrasi asidimetri.

Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator. Titrasi berhenti dilakukan saat telah tercapai TAT. TAT (Titik Akhir Titrasi) adalah suatu keadaan dimana titrasi harus dihentikan tepat pada saat terjadi perubahan warna indikator. Titik ekivalen adalah pH dimana jumlah mol asam (H+) sama dengan jumlah mol basa (OH). Titik ekivalen akan berimpitan dengan titik akhir titrasi bila indikator yang digunakan memiliki trayek perubahan warna di sekitar titik ekivalen. Indikator yang digunakan pada praktikum ini yaitu indikator fenoftalein memiliki trayek perubahan warna pada pH 8,0-9,8. Indikator ftalein dibuat dengan kondensasi anhidrida ftalein dengan fenol, yaitu fenoftalein. Pada pH 8,0-9,8 berubah warnanya menjadi merah. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron.

Sebelum dilakukan penentuan kadar asam salisilat, terlebih dahulu dilakukan pembakuan terhadap larutan NaOH. Pembakuan ini dilakukan dengan alasan karena konsentrasi NaOH yang sering berubah-ubah. NaOH merupakan senyawa yang bersifat higroskopis sehingga mudah mengikat air dan bereaksi dengan CO2 di udara. Larutan NaOH dibakukan dengan asam oksalat 0,1 M dan menggunakan indikator PP. Asam oksalat dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda yang stabil. Perlu diperhatikan, larutan yang telah diteteskan indikator harus segera dititrasikan, karena jika terlalu lama didiamkan maka larutan itu akan terkontaminasi dengan udara sehingga hasil yang didapat tidak valid. Dari pembakuan ini diperoleh konsentrasi NaOH sebesar 0,0975 M. Pada pembuatan, kadar NaOH yang diinginkan adalah 0,1 M. Nilai ini selisih 0,0025 M dari hasil yang diperoleh pada pembakuan. Adanya selisih nilai pada hasil pembakuan mungkin disebabkan karena faktor praktikan yang masih kurang terampil dalam mengerjakan praktikum

Sedangkan Larutan HCl dibakukan dengan NaOH dan menggunakan indikator PP. NaOH dititrasi dengan HCl hingga terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi jernih. Konsentrasi HCl yang diperoleh dari pembakuan ini adalah sebesar 0,1211 M.

Penentuan kadar asam salisilat pada sampel serbuk dilakukan dengan titrasi asam basa dengan cara titrasi balik. Titrasi dilakukan dengan HCl pada buret hingga terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi jernih. Pemilihan larutan HCl sebagai penitrasi sampel yaitu karena memenuhi syarat diantaranya: asam kuat, tidak mudah menguap, larutan yang stabil, mudah larut, dan bukan pengoksidasi yang cukup kuat untuk menghancurkan senyawa-senyawa organik yang digunakan sebagai indikator. Titrasi dilakukan 2x (duplo). Hasil volume titrasi yang pertama didapat adalah 7,7 ml, kemudian yang kedua adalah 7,75 ml.

Setelah mendapatkan volume masing-masing, dimasukkan dalam perhitungan konsentrasi asam salisilat dalam serbuk %. Pertama mol NaOH bereaksi yang didapat dari masing-masing volume yaitu 0,0019 Mol dan 0,00196 Mol, kemudian dari mol NaOH bereaksi, didapat mol asam salisilat sebesar 0,0019 Mol dan 0,00196 Mol. Dari mol asam salisilat, dicari nilai massa asam salisilat dengan cara mengalikan mol asam salisilat dengan Mr asam salisilat, dan mendapat hasil 272 mg dan 271 mg. Setelah mendapat massa asam salisilat, terakhir menentukan konsentrasi asam salisilat dalam serbuk yang dinyatakan dalam % yaitu sebesar 272 % dan 271 %. Karena melakukan titrasi duplo maka hasil konsentrasi tersebut dirata-ratakan dan mendapatkan nilai sebesar 271,5%.

Dimana pada praktikum terjadi kesalahan dalam proses titrasi dimana volume HCl yang digunakan untuk melakukan titrasi yang sebenarnya digunakan adalah 24,034 ml namun pada praktikim volume HCl yang dibutuhkan dalam titrasi adalah 7,7 ml dan 7,75 ml maka dari itu diperoleh kadar salisilat dalam serbuk bedak salicyl 271,5% Hasil ini kemudian dapat dipakai sebagai acuan untuk menganalisa dan memecahkan kasus keracunan asam salisilat yang sebelumnya telah dikemukakan pada pengantar praktikum ini. Bedak adalah sediaan dasar berupa padat, halus, lembut, homogen, mudah ditaburkan atau disapukan merata pada kulit, tidak menimbulkan iritasi atau melukai kulit. Asam salisilat dalam bedak berfungsi sebagai antiseptic.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam praktikum kali ini yaitu:

1. Harus teliti pada saat melakukan titrasi, terlebih saat akan terjadi perubahan warna pada titik akhir titrasi.

2. Penambahan indikator harus disesuaikan dengan prosedur. Penambahan indikator yang terlalu banyak dapat mempengaruhi volume sampel selain itu juga warna larutan menjadi sangat pekat. Hal ini dapat menggeser titik akhir titrasi.

3. Saat melakukan penimbangan sampel harus tepat karena jika tidak sesuai dengan takaran maka akan mempengaruhi hasil perhitungan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Pembakuan dilakukan dua kali diantaranya, pembakuan NaOH dan pembakuan HCL, pada pembakuan NaOH didapatkan normalitasnya sebanyak 0,0975 N dan pada pembakuan HCL diperoleh normalitasnya sebanyak 0,1211 N

2. Titrasi asam-basa ditentukan untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Jika titran basa maka titrat asam dan sebaliknya jika titran asam maka titrat basa.

3. Penentuan kadar asam salisilat dilakukan dengan titrasi balik, pada praktikum diperoleh hasil rata rata asam salisilat pada sampel sebanyak 271,5 % dan volume HCL yang digunakan dalam penentuan kadar asam salisilat adalah sebanyak 24,034 ml

SARAN

Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan tentang penentuan asam salisilat pada sampel dengan titrasi balik, ada hal yang harus diperhatikan diantaranya ketelitian pada saat titrasi, pada saat perubahan warna dan perhitungan.

DAFTAR PUSTAKA

Gelgel dkk. 2013. PenuntunPraktikumToksikologi D3 Analis Kesehatan. Jimbaran :Universitas Udayana

Phieechan. 2012. Laporan Asidi-Alkalimetri. [online]. http://www.scribd.com/laporan-asidi-alkalimetri

Rusydianaabdulla. 2013. Laporan Kimia Analitik. [online].http://www.scribd.com/laporan-kimia-analitik

Suntana, Jaka. 2012. Titrasi dan Macam-Macam Indikator. [online].https://icl.gooleusercontent.com/?lite_url=http://mhdjakasuntana.blogspot.com/2012/03/kimia-analisa-kualitatif.html