81
LAPORAN TAHUNAN/AKHIR IDENTIFIKASI KOMPONEN PENYUSUN PENGELOLAAN PERIKANAN DI RAWA BANJIRAN GIAM SIAK KECIL, PROVINSI RIAU PUSAT PENELITIAN PENGELOLAAN PERIKANAN ` DAN KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013 Oleh : Husnah, Yoga Candra Ditya, Melfa Marini, Sonny Koeshendrajana, Joko Samiaji, Dessy, dan Raider Sigit Juniarto

LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

LAPORAN TAHUNAN/AKHIR

IDENTIFIKASI KOMPONEN PENYUSUN PENGELOLAAN PERIKANAN DI RAWABANJIRAN GIAM SIAK KECIL, PROVINSI RIAU

PUSAT PENELITIAN PENGELOLAAN PERIKANAN` DAN KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKELAUTAN DAN PERIKANANKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANANTAHUN 2013

Oleh :

Husnah, Yoga Candra Ditya, Melfa Marini, Sonny Koeshendrajana,Joko Samiaji, Dessy, dan Raider Sigit Juniarto

Page 2: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

ii

LAPORAN TAHUNAN/AKHIR

IDENTIFIKASI KOMPONEN PENYUSUN PENGELOLAAN PERIKANAN DI RAWABANJIRAN GIAM SIAK KECIL, PROVINSI RIAU

Oleh :

Husnah, Yoga Candra Ditya, Melfa Marini, Sonny Koeshendrajana, Joko Samiaji,Dessy, dan Raider Sigit Juniarto

PUSAT PENELITIAN PENGELOLAAN PERIKANANDAN KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANANTAHUN 2013

Page 3: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

iii

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul penelitian : Identifikasi komponen penyusun pengelolaanperikanan rawa banjiran Giam Siak Kecil,Provinsi Riau

2. Tim Penelitian :- Husnah (Koodinator)- Yoga Candra Ditya (Anggota)- Melfa Marini (Anggota)- Sonny Koeshendrajana (Anggota)- Joko Samiaji (Anggota)- Dessy (Anggota)- Raider Sigit Junianto (Anggota)

3. Jangka Waktu Penelitian : 1 (satu) Tahun

Palembang, Desember 2013Mengetahui,Kepala Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Koordinator Kegiatan

Drs. Budi Iskandar, MSc Dr. Ir. Husnah, M.PhilNIP. NIP. 19610215 198903 2 001

Page 4: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

iv

ABSTRAK

Sungai Siak Kecil berikut rawa banjirannya (tasik) merupakan bagian dari sistimperairan di Suaka Margasatwa GSK yang terletak di zona inti dari cagar biosfir GSK-BB.Sasaran utama penetapan cagar biosfir adalah sebagai kawasan konservasi dan sebagaimodel pengelolaan lahan yang berkelanjutan. namun dari sebelum ditetapkan sebagai cagarbiosfir hingga saat ini, perairan tersebut telah dimanfaakan masyarakat untuk berbagaikegiatan termasuk perikanan. Hasil studi pada tahun 2010 mengindikasikan perubahanantrophogenik yang berasal dari wilayah sekitar cagar biosfir. Hal ini menunjukkan bahwapengelolaan sumberdaya alam khususnya sumberdaya perikanan di cagar biosfir ini belumoptimal. Mengingat kegiatan pemanfaatan dari berbagai sektor perlu disusun modelpengelolaan yang terpadu dengan pendekatan berbasis masyarakat dan ekosistem yangmelibatkan berbagai lembaga dan pengguna (stakeholder) yang terkait dengankeberlanjutan pemanfaatan dan kelestarian sumberdaya alam di GSK. Penelitian bersifatmulti tahun untuk mendukung pengelolaan perikanan terpadu di rawa banjiran GSK. Padatahun 2013 kegiatan yang dilakukan berupa desk study dan Focus group discussion denganpemanfaat dan pangelola sumberdaya ikan di rawa banjiran GSK. Penurunan kualitassumberdaya perairan GSK disebabkan oleh dan faktor anthropogenik. Oleh karena itu arahkebijakan dan strategi pengelolaan dimasa mendatang agar lebih ditekankan pada upayameminimalisasi tekanan lingkungan dan menyusun dan menerapkan peraturan mengenaipemanfaatan pengawasan dan sangksi berkaitan dengan sumberdaya GSK. Pengelolaanyang perlu dilakukan kedepan diantaranya adalah rehabilitasi hutan, zonasi wilayahkonservasi dan pemanfaatan, domestikasi ikan asli, penerapan pengawasan dan sanksihukum pelanggaran pemanfaatan SDA, restocking ikan asli, transfer teknologi pembenihandan budidaya, inisiasi pembentukan lembaga masyarakat pengelola GSK. Bagi peruntukanpengembangan pemanfaatan perikanan arah dan strategi kebijakan yang disarankan adalah:penetapan zonasi pemanfaatan, domestikasi ikan asli, transfer teknologi pembenihan ikanasli dan restocking ikan asli seperti tapah, baung dan selais. Model Pengelolaansumberdaya perairan rawa banjiran GSK secara keseluruhan harus bersifat terpadu,komprehensif dan partisipatif sesuai dengan dinamika perkembangan yang terjadi.

.

Page 5: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan

rahmat nya sehingga riset berjudul “Identifikasi komponen penyusun pengelolaan

perikanan di rawa banjiran Giam siak Kecil, Provinsi Riau” dapat terlaksana dengan baik

sesuai dengan rencana. Tujuan ini adalah untuk mendapatkan data dan

informasikomponen penyusun pengelolaan sebagai berikut: (1) Potensi dan peamanfaatan

sumberdaya perairan dan ikan di rawa banjiran GSK (2) Potensi dan pemanfaatan

sumberdaya alam di rawa banjiran GSK, (3) Sosial ekonomi dan budaya masyarakat di

rawa banjiran GSK, (4) Existing pengelolaan sumberdaya alam di GSK dan (5)

Kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya alam di rawa banjiran GSK.Diharapkan

dengan adanya informasi ini dapat memberikan kontribusi terhadap penyusunan konsep

pengelolaan sumberdaya perikana di rawa banjiran Giam Siak Kecil, provinsi Riau.

Ucapan terima kasih kami tujukan terutama kepada pihak-pihak yang telah

membantu terlaksananya penelitian ini:

1. Dinas Kelautan dan Perikanan, Provinsi Riau

2. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkalis dan Siak Indrapura

3. BAPPEDA ProvinsiRiau

4. BAPPEDA Kabupaten Bengkalis dan Siak Indrapura

5. BLHD Kabupaten Bengkalis dan Siak Indrapura

6. Dekan Fakultas Perikanan, Universitas Riau

7. Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Islam Riau

8. PT. Sinarmas Forestry

9. Peneliti non klas dan teknisi di Laboratorium Koleksi Ikan, Hidrobiologi dan Kimia

BPPPU

10. Kepala Desa, nelayan dan masyarakat lainnya di Tasik Serai, Katialau, Betung dan Air

Hitam

Demikianlah semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi dunia perikanan dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Atas perhatiannya kami ucapkan terima

kasih.

Palembang, Desember 2013

Penulis

Page 6: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

vi

DAFTAR ISI

No HalHALAMAN SAMPUL iHALAMAN PENGESAHAN iiiABSTRAK ivKATA PENGANTAR vDAFTAR ISI viDAFTAR TABEL viiDAFTAR GAMBAR x

I. PENDAHULUAN 11.1. Latar Belakang 11.2. Tujuan Dan Sasaran 21.3. Tujuan dan Sasaran Kegiatan 31.4. Keluaran yang Diharapkan 31.5. Hasil Yang Diharapkan 41.4. Manfaat dan Dampak 4

II TELAHAAN HASIL-HASIL PENELITIAN TERKAITSEBELUMNYA

5

2.1. Definisi dan Klasifikasi Lahan Rawa 52.2. Karakteristik Khas Ekosistem Rawa Banjiaran 82.3. Profil Kewilayahan Mandau 102.4. Asumsi Dampak Degradasi Lingkungan Terhadap

Komponen Ikan11

III. METODOLOGI PENELITIAN 133.1. Kerangka Pemikiran dan Alur Pendekatan Pemecahan

Masalah Penelitian13

3.2. Waktu dan Lokasi 133.3. Pendekatan Dalam Penelitian 133.4. Kebutuhan Data 143.5. Faktor Resiko dan Keberhasilan 143.6. Komponen Kegiatan 143.7. Alat dan Bahan Penelitian 153.8. Metode Penelitian 15

Page 7: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

vii

No Hal

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 174.1. Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Perairan dan Ikan di

Di Rawa Banjiran Giam Siak Kecil4.2. Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Alam Non Perikanan 474.3. Sosial ekonomi dan Budaya Masyarakat di Sungai dan Rawa

Banjiran Giam Siak Kecil48

4.4. Existing Pengelolaan Sumberdaya Alam di GSK 594.5. Kelembagaan 60

V. KESIMPULAN DAN SARAN 66

VI. DAFTAR PUSTAKA 67

Page 8: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

viii

DAFTAR TABEL

No Hal

2.1 Parameter kunci lingkungan terdegradasi 11

4.1.4.1 Jenis-jenis ikan di sekitar Giam Siak Kecil Provinsi Mandau 32

4.1.4.2 Keragaman jenis ikan pada berbagai tipe ekosistem dan dinamikafluktuasi air dirawa banjiran Giam Siak Kecil pada tahun 2010. Datapenelitian( Husnah et al, 2010) diolah

35

4.1.4.3 Keragaman jenis ikan pada berbagai tipe ekosistem, dinamika fluktuasiair dan alat tangkap dirawa banjiran Giam Siak Kecil pada tahun 2010.Data penelitian( Husnah et al, 2010) diolah

37

4.1.4.4 Jenis ikan tertangkap nelayan di rawa banjiran GSK tahun 2013 (DataFGD 2013 diolah)

39

4.1.4.5 Jenis ikan yang mengalami penurunan jumlah di rawa banjiran GSKtahun 2013 (Data FGD 2013 diolah)

40

4.1.4.6 Jenis ikan yang punah di rawa banjiran GSK tahun 2013 (Diolah daridata FGD 2013)

41

4.1.5.1 Hasil tangkapan nelayan pada berbagai tinggi air, tipologi habitat danjenis alat tangkap (Data penelitian Husnah et al (2010) diolah

44

4.1.5.2 Jenis dan sebaran ikan di Danau Laut Tawar dan disepanjang badansungai Krueng Peusangan pada tahun 2012 (warna hitam, biru danmerah adalah waktu ditemukan masing-masing pada bulan Maret, Junidan Septmber )

48

4.3.2.1 Deskripsi Profil Sosial Ekonomi Nelayan Perairan Sungai dan RawaBanjiran GSK Menurut Lokasi Terpilih, 2013.

51

4.3.3.1 Mata Pencaharian Masyarakat Menurut Jenis Usaha, PengalamanUsaha dan Alokasi Curahan Kerja di Lokasi Terpilih, 2013.

53

4.3.3.2 Pola Mata Pencaharian Masyarakat Nelayan Sehari-hari Di GSK,2013.

54

4.3.3.3 Dinamika Pola Penggunaan Alat Tangkap dan Ikan TertangkapMenurut Bulan di Lokasi Studi, 2013.

54

Page 9: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

ix

No Hal

4.3.4.1 Jumlah anggota bekerja responden di rawa banjiran Giam Siak Kecil

(GSK)

55

4.3.4.2 Struktur Pendapatan Keluaraga Menurut Kategori Jenis Pendapatandan Besaran Pendapatan Yang Diterima di Giam Siak Kecil, 2013.

56

4.3.4.3 Struktur Pengeluaran Keluarga Menurut Kategori jenis Pengeluarandan Besarannya di rawa banjiran Giam Siak Kecil (GSK), 2013.

57

4.3.5.1 Rata-rata luas lahan usaha responden 57

4.3.6.1 Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Keterkaitannya denganPengelolaan Sumber daya Perikanan Perairan Sungai dan Rawa GSK,2013.

58

4.4.1. Persepsi masyarakat di rawa banjiran Giam Siak Kecil mengenaisumberdaya alam 60

4.4.2 Persepsi masyarakat di rawa banjiran Giam Siak Kecil mengenaisumberdaya alam

60

4.4.3 Persepsi responden (pemanfaat) terhadap komponen dan prosespengelolaan sumberdaya alam di rawa banjiran Giam Siak Kecil

61

4.5.1 Identifikasi Kelembagaan Masyarakat Nelayan di Tasik Karialau, AirHitam, Betung dan Serai (2013).

62

4.5.2 Persepsi pemanfaat dan pengelola tentang isu penting pengelolaanSDA di Giam Siak Kecil

64

4.5.3 Persepsi pemanfaat dan pengelola tentang peluang peluang untukperbaikan sistem pengelolaan SDA di Giam Siak Kecil

65

4.5.4 . Kriteria keberhasilan dan kegagalan pengelolaan 65

Page 10: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

x

DAFTAR GAMBAR

No Hal

2.2.1 Contoh ekosistem “Swamp” di daerah aliran sungai (DAS) RawasProvinsi Sumatra Selatan.

5

2.2.2 Contoh ekosistem “Marsh” di daerah aliran sungai (DAS)Lempuing, Provinsi Sumatra Selatan

6

2.2.3 Contoh ekosistem “blanket bog” (a) dan “raised bog’ (b). 19

2.2.4 Contoh ekosistem disebut “hochmoor". 21

3.1 Kerangka pemikiran dan alur pemecahan masalah penelitian . AlurPengelolaan ) ( )

13

4.1.1.1 Sungai Siak Kecil dan tasik-tasik di Suaka Margasatwa Giam SiakKecil, Provinsi Riau (Husnah & Prianto, 2011).

17

4.1.1.2 Profil rawa banjiran di Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil, ProvinsiRiau (Husnah & Prianto, 2011).

18

4.1.1.3 Kondisi Tasik Betung saat muka air rendah (tahun 2008) dan tinggi(Agustus, 2010) (Husnah & Prianto, 2011).

18

4.1.3.1 Tinggi muka air di Tasik Cagar Biosfir GSK (A) penguapan (B) dancurah hujan (C) di stasiun klimatologi Pekanbaru tahun 2010(Husnah & Prianto, 2011)

20

4.1.3.2 Tinggi muka air (water level) pada stasiun pengamatan di TasikGiam Siak Kecil dan Sungai Siak Kecil pada bulan Februari, Mei,Agustus dan November 2010 (Husnah & Prianto, 2011).

21

4.1.3.3 Suhu udara dan air pada stasiun pengamatan di Tasik Giam SiakKecil dan Sungai Siak Kecil pada bulan Februari, Mei, Agustus danNovember 2010 (Husnah & Prianto, 2011).

22

4.1.3.4 Nilai pH sedimen pada stasiun pengamatan di Tasik Giam SiakKecil dan Sungai Siak Kecil pada bulan Februari, Mei, dan Agustus2010 (Husnah & Prianto, 2011).

23

Page 11: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

xi

No Hal

4.1.3.5 Nilai pH air pada stasiun pengamatan di Tasik Giam Siak Kecil danSungai Siak Kecil pada bulan Februari, Mei, Agustus dan November2010 (Husnah & Prianto, 2011).

23

4.1.3.6 Nilai keasaman mineral (a) dan keasaman total (b) pada stasiunpengamatan di Tasik Giam Siak Kecil dan Sungai Siak Kecil padabulan Februari, Mei, Agustus dan November 2010 (Husnah &Prianto, 2011).

24

4.1.3.7 Bahan organik (A) total organik karbon (TOC) dan organik karbonterlarut (DOC) pada bulan Agustus (B) pada Komplek Tasik GiamSiak Kecil dan Sungai Siak Kecil di Riau pada tahun 2010.

25

4.1.3.8 Kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen) pada tasik GiamSiak Kecil dan Sungai Siak Kecil , Riau pada bulan Pebruari hinggaNovember 2010.

26

4.1.3.9 Kandungan konsumsi oksigen biota (BOD 5 day) dan konsumsioksigen proses kimia (COD) pada tasik Giam Siak Kecil danSungai Siak Kecil, Riau pada bulan Pebruari hingga November 2010(Husnah & Prianto, 2011).

27

4.1.3.10 Kandungan jumlah padatan terlarut (TDS) dan daya hantar listrik(conductivity) pada tasik Giam Siak Kecil dan Sungai Siak Kecil ,Riau pada bulan Pebruari hingga November 2010 (Husnah &Prianto, 2011).

28

4.1.3.11 Kandungan fenol pada tasik Giam Siak Kecil dan Sungai Siak Kecil, Riau pada bulan Agustus 2010.

29

4.1.3.12 Kandungan bahan organik pada sedimen di tasik Giam Siak Kecildan Sungai Siak Kecil (Husnah & Prianto, 2011).

29

4.1.3.13 Kandungan logam berat Timah Hitam (Pb) pada sedimen di tasikGiam Siak Kecil dan Sungai Siak Kecil , Riau pada bulan Pebruaridan Mei.

30

4.1.3.14 Laju produksi karbon (C), nitrogen (N), dan fosfor (P) daritumbuhan sepadan di di komplek danau rawa banjiran Giam SiakKecil Provinsi Riau , 2010

31

4.1.5.1 Hasil tangkapan ikan pada alat lukah (pot trap) di Tasik Air Hitampada tahun 2010 (Husnah et al., 2010)

42

Page 12: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

xii

No Hal

4.1.5.2 Hasil tangkapan ikan pada alat jaring (gill net) di Tasik Air Hitampada tahun 2010 (Husnah et al., 2010).

43

4.1.5.3 tangkapan ikan pada berbagai alat tangkap di kempat tasik padabulan Pebruari, Mei, Agustus dan November 2010 (Marini et al.,2011)

45

4.3.1.1 Lokasi Penangkapan Ikan Nelayan Tasik Air Hitam, Tasik Betung,Tasik Katialau dan Tasik Serai Pada Saat Air Pasang Maksimum diPerairan SungaiDan Rawa Banjiran GSK.

49

4.3.1.2 Betung, Tasik Katialau dan Tasik Serai Pada Saat Air SuruTerendah di Perairan Sungai Dan Rawa Banjiran GSK.

50

4.3.2.1 Distribusi Komposisi Kelompok Usia Nelayan Tasik Air Hitam,Tasik Katialau, Tasik Serai dan Tasik Betung Tahun 2013.

51

4.3.3.1 Keterkaitan sumber daya, pemanfaat dan pengelola sebagaiilustrasisistem sosial ekologi.

52

Page 13: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil merupakan satu dari dua suaka

margasatwa dalam kawasan inti (core) Cagar Biosfir Giam Siak Kecil (GSK)-

Bukit Batu di Provinsi Riau yang ditetapkan oleh United Nations Educational,

Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai cagar biosfir ke tujuh di

Indonesia pada bulan Mei 2009 di Jeju, Korea Selatan (Kementerian Kehutanan

Republik Indonesia, 2009). Dibandingkan dengan enam cagar biosfir lainnya di

Indonesia, Cagar Biosfir GSK-Bukit Batu memiliki karakteristik yang spesifik

diantaranya adalah kawasan intinya (core zone) merupakan kawasan konservasi

dan hutan produksi yang tidak dikonversi (Biosphere Reserve Directory, 2010;

LPPM IPB, 2009), sedangkan cagar biosfir lainnya kawasan intinya adalah taman

nasional.

Sasaran utama ditetapkannya Cagar Biosfer GSK-BB tersebut diantaranya

adalah adalah: (1) memanfaatkan Cagar Biosfer untuk konservasi sumberdaya

alam dan (2)memanfaatkan Cagar Biosfer sebagai model pengelolaan lahan dan

pendekatan pembangunan berkelanjutan di bentang lansekap (sustainable

development of the landscape) hutan rawa gambut, tasik dan sistem perairannya,

dan lahan gambut yang telah dikonversi menjadi hutan tanaman industri (HTI),

perkebunan, pertanian, dan pemukiman (LIPI, 2009; Biosphere Reserve

Directory, 2010). Sungai Siak Kecil berikut rawa banjirannya (tasik) merupakan

bagian dari sistim perairan di Suaka Margasatwa GSK yang terletak di zona inti,

namun dari sebelum ditetapkan sebagai cagar biosfir hingga saat ini, perairan

tersebut telah dimanfaakan masyarakat untuk berbagai kegiatan termasuk

perikanan.

Sampai saat ini informasi mengenai potensi dan pemanfaatan sumberdaya

perikanan di rawa banjiran ini masih terbatas. Studi yang dilakukan Husnah et al

(2010) menunjukkan intensitas penangkapan ikan yang tinggi diindikasikan

dengan padatnya berbagai alat tangkap yang dioperasikan di danau rawa banjiran

(tasik) maupun di Sungai Siak baik pada musim kemarau maupun hujan. Jenis

ikan yang ditemukan mencapai 37 spesies dan didominasi oleh kelompok ikan

rawa (blackfish) ekonomis dari famili Siluridae seperti ikan lais-laisan

Page 14: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

2

(Kryptopterus spp) dan Ikan Tapah (Wallago leeri), dan dari famili Bagridae

yaitu Ikan Baung (Hemibagrus nemurus).

Suatu wilayah yang akan dijadikan kawasan suaka hendaknya memenuhi

beberapa persyaratan diantaranya tersedianya kualitas lingkungan yang baik untuk

kehidupan, pertumbuhan dan perkembangbiakan biota yang dilindungi

(Koeshendrajana&Hoggarth, 1998; Hoggarth, 2000; Crivelli, 2002). Namun hasil

studi Husnah dan Marini (2011) mengindikasikan tingginya kandungan logam

berat timah hitam (Pb) dan cadmium pada sedimen dan organ ikan yang berasal

dari rawa banjiran Giam Siak Kecil. Selain itu prevalensi ketidaknormalan

kesehatan ikan mencapai 20%. Kondisi ini mengindikasikan adanya pengaruh

antrophogenik yang berasal dari sekitar wilayah cagar biosfir.

Untuk memfungsikan suaka margasatwa GSK secara optimal dengan tetap

memperhatikan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya oleh masyarakat

disekitarnya perlu dilakukan penyusunan dan implementasi model pengelolaan

sumberdaya di rawa banjiran GSK. Upaya ini telah diinsiasi oleh Balai Penelitian

Perikanan Perairan Umum (BP3U) melalui penandatangan naskah keinginan

bekerja sama antara BP3U dengan lembaga dan stakeholder di provinsi Riau

diantaranya adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Balai Konservasi Sumberdaya

Alam, Balai Pengelolaan DAS, Fakultas Perikanan Universitas Riau dan PT

Sinarmas Forestry pada bulan Oktober 2011.

Kegiatan desk study ” Identifikasi komponen penyusun pengelolaan

perikanan di rawa banjiran Giam Siak Kecil, Prov Riau” merupakan satu dari

rangkaian penelitian yang bersifat multi tahun untuk mendukung pengelolaan

perikanan terpadu di rawa banjiran GSK.

1.2. Justifikasi

Sungai Siak Kecil berikut rawa banjirannya (tasik) merupakan bagian dari

sistim perairan di Suaka Margasatwa GSK yang terletak di zona inti dari cagar

biosfir GSK-BB. Sasaran utama penetapan cagar biosfir adalah sebagai kawasan

konservasi dan sebagai model pengelolaan lahan yang berkelanjutan. namun dari

sebelum ditetapkan sebagai cagar biosfir hingga saat ini, perairan tersebut telah

Page 15: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

3

dimanfaakan masyarakat untuk berbagai kegiatan termasuk perikanan. Hasil studi

pada tahun 2010 mengindikasikan perubahan antrophogenik yang berasal dari

wilayah sekitar cagar biosfir. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan

sumberdaya alam khususnya sumberdaya perikanan di cagar biosfir ini belum

optimal. Mengingat kegiatan pemanfaatan dari berbagai sektor perlu disusun

model pengelolaan yang terpadu dengan pendekatan berbasis masyarakat dan

ekosistem yang melibatkan berbagai lembaga dan pengguna (stakeholder) yang

terkait dengan keberlanjutan pemanfaatan dan kelestarian sumberdaya alam di

GSk.

1.3. Tujuan Dan Sasaran Kegiatan

Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi komponen-komponen penyusun

model pengelolaan perikanan terpadu di rawa banjiran Giam Siak Kecil:

a. Potensi dan pemanfaatan sumberdaya perairan dan ikan di rawa banjiran

GSK

b. Potensi dan Pemanfaatan sumberdaya alam di rawa banjiran GSK

c. Sosial ekonomi dan budaya masyarakat di rawa banjiran GSK

d. Existing pengelolaan sumberdaya alam di GSK

e. Kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya alam di rawa banjiran GSK

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah tersedianya data dasar komponen

penyusun model pengelolaan perikanan terpadu di rawa banjiran GSK

diantaranya:

a. Potensi dan pemanfaatan sumberdaya perairan dan ikan di rawa banjiran

GSK

b. Potensi dan Pemanfaatan sumberdaya alam di rawa banjiran GSK

c. Sosial ekonomi dan budaya masyarakat di rawa banjiran GSK

d. Existing pengelolaan sumberdaya alam di GSK

e. Kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya alam di rawa banjiran GSK

Page 16: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

4

1.4 Keluaran Yang Diharapkan

Keluaran dari penelitian ini adalah komponen penyusun model

pengelolaan perikanan terpadu di rawa banjiran GSK diantaranya:

a. Potensi dan pemanfaatan sumberdaya perairan dan ikan di rawa banjiran

GSK

b. Potensi dan Pemanfaatan sumberdaya alam di rawa banjiran GSK

c. Sosial ekonomi dan budaya masyarakat di rawa banjiran GSK

d. Existing pengelolaan sumberdaya alam di GSK

e. Kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya alam di rawa banjiran GSK

1.5 Hasil Yang Diharapkan

Data dan informasi komponen komponen penyususn pengelolaan

perikanan terpadu di rawa banjiran GSK

1.6 Manfaat Dan Dampak

Manfaat dari kegiatan penelitian ini adalah tersedianya data dan informasi

komponen penyusun pengelolaan terpadu sumberdaya ikan di rawa banjiran

Giam Siak Kecil. Dampak yang diharapkan dari kegiatan penelitian adalah

keberlanjutan pemanfaatan dan kelestarian sumberdaya ikan di rawa banjiran

Giam Siak Kecil.

Page 17: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

5

II. TELAAH HASIL–HASIL PENELITIAN TERKAIT SEBELUMNYA

2.1. Definisi Dan Klasifikasi Lahan Rawa

Lahan rawa berdasarkan Artikel 1.1 Konvensi Ramsar yang dilaksanakan di

Iran pada tahun 1971, didefinisikan sebagai lahan basah, atau “wetland”, yang

mencakup wilayah “marsh”, “fen”, lahan gambut (peatland), atau air, baik terbentuk

secara alami atau buatan, dengan air yang tidak bergerak (static) atau mengalir, baik

air tawar, payau, maupun air asin, termasuk juga wilayah laut yang kedalaman airnya,

pada keadaan surut terendah tidak melebihi enam meter (Anonimous, 2011). Menurut

Subagyo (2006) lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu

yang panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang

(waterlogged) air dangkal. Lahan rawa sering disebut dengan berbagai istilah, seperti

“swamp”, “marsh”, “bog” dan “fen”, masing-masing mempunyai arti yang berbeda

(Anonimous, 2011)..

“Swamp” adalah istilah umum untuk rawa, digunakan untuk menyatakan

wilayah lahan, atau area yang secara permanen selalu jenuh air, permukaan air

tanahnya dangkal, atau tergenang air dangkal hampir sepanjang waktu dalam setahun.

Air umumnya tidak bergerak, atau tidak mengalir (stagnant), dan bagian dasar tanah

berupa lumpur. Dalam kondisi alami, swamp ditumbuhi oleh berbagai vegetasi dari

jenis semak-semak sampai pohon-pohonan, dan di daerah tropika biasanya berupa

hutan rawa atau hutan gambut (Gambar 2.2.1).

Gambar 2.2.1 Contoh ekosistem “Swamp” di daerah aliran sungai (DAS) Rawas Provinsi SumatraSelatan.

Page 18: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

6

“Marsh” adalah rawa yang genangan airnya bersifat tidak permanen, namun

mengalami genangan banjir dari sungai atau air pasang dari laut secara periodik,

dimana debu dan liat sebagai muatan sedimen sungai seringkali diendapkan.

Tanahnya selalu jenuh air, dengan genangan relatif dangkal. Marsh biasanya

ditumbuhi berbagai tumbuhan akuatik, atau hidrofitik, berupa “reeds” (tumbuhan air

sejenis gelagah, buluh atau rumputan tinggi, seperti Phragmites sp.), “sedges”

(sejenis rumput rawa berbatang padat, tidak berbuluh, seperti famili Cyperaceae), dan

“rushes” (sejenis rumput rawa, seperti purun, atau “mendong”, dari famili Juncaceae,

yang batangnya dapat dianyam menjadi tikar, topi, atau keranjang). Marsh dibedakan

menjadi "rawa pantai" (coastal marsh, atau saltwater marsh), dan "rawa pedalaman"

(inland marsh, atau fresh water marsh) (SSSA, 1984; Monkhouse & Small,

1978)(Gambar 2.2.2).

Gambar 2.2.2 Contoh ekosistem “Marsh” di daerah aliran sungai (DAS) Lempuing,Provinsi Sumatra Selatan.

“Bog” adalah rawa yang tergenang air dangkal, dimana permukaan tanahnya

tertutup lapisan vegetasi yang melapuk, khususnya lumut Spaghnum sebagai vegetasi

dominan, yang menghasilkan lapisan gambut (bereaksi) masam. Ada dua macam bog,

yaitu "blanket bog” (Gambar 2.2.3a), dan "raised bog” (Gambar 2.2.3b). Blanket bog

adalah rawa yang terbentuk karena kondisi curah hujan tinggi, membentuk deposit

gambut tersusun dari lumut Spaghnum, menutupi tanah seperti selimut pada

Page 19: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

7

permukaan lahan yang relatif rata. Raised bog adalah akumulasi gambut masam yang

tebal disebut “hochmoor" (Gambar 2.2.4),yang dapat mencapai ketebalan 5 meter, dan

membentuk lapisan (gambut) berbentuk lensa pada suatu cekungan dangkal.

Gambar 2.2.3 Contoh ekosistem “blanket bog” (a) dan “raised bog’ (b).

Gambar 2.2.4 Contoh ekosistem disebut “hochmoor".

“Fed” adalah rawa yang tanahnya jenuh air, ditumbuhi rumputan rawa sejenis “reeds”,

“sedges” dan “rushes”, tetapi air tanahnya bereaksi alkalis, biasanya mengandung kapur (CaCO3)

atau netral. Umumnya membentuk lapisan gambut subur yang ber-reaksi netral, yang disebut

“laagveen” atau “lowmoor”.

a b

Page 20: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

8

2.2. Karakteristik Khas Ekosistem Rawa Banjiran

Karakteristik khas ekosistem rawa adalah secara periodik mengalami musim

air dalam dan musim air dangkal. Fluktuasi kedalaman ini akibat limpahan air dari

sungai, danau dan atau air hujan (Junk dan Wantzen, 2004). Perubahan kedalaman air

musiman mempengaruhi kondisi kualitas air (Hartoto, 2000), dan ritme kehidupan

ikan (Lowe-McConnell, 1987). Perubahan kedalaman air merupakan faktor utama

yang menentukan struktur komunitas ikan di rawa banjiran/lebak (Lowe-McConnell,

1987; Baran dan Cain, 2001; Hoeinghais et al, 2003). Struktur dan fungsi komunitas

biota perairan berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas lingkungan hidup dari

biota tersebut. Lain halnya dengan biota pada lingkungan darat (terrestrial) dimana

perkembangan struktur dan fungsi komunitas merupakan fungsi dari kualitas dan

kuantitas lahan dan udara, struktur dan fungsi biota perairan selain fungsi kedua

komponen tersebut juga merupakan fungsi dari kualitas dan kuantitas media air.

Karakteristik dan dinamika kualitas media air sangat dipengaruhi oleh kualitas

udara, tanah di dasar perairan, geomorfologi dan kegiatan yang ada di daerah

tangkapan air (water catchment area) dan di daerah aliran sungai. Habitat ikan tidak

hanya menyediakan kualitas dan kuantitas air untuk hidup, namun dapat juga

menyediakan pakan alami ataupun substrat untuk tumbuh dan berkembang biak. Oleh

karena itu, dikenal beberapa jenis habitat seperti habitat pengasuhan, habitat mencari

makan dan habitat pemijahan. Habitat ikan bervariasi tergantung pada karakteristik

morfologi dan tingkah laku ikan yang berbeda antara satu jenis ikan dengan jenis ikan

lainnya.

Untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan secara optimal dan berkelanjutan

perlu.dilakukan pengelolaan perikanan, meliputi berbagai kegiatan yang ditujukan

dalam pengelolaan perikanan, diharapkan kesejahteraan hidup masyarakat dapat

meningkat,oleh sebab itu inventarisasi mengenai keinginan, harapan dan prefensi

masyarakat perlu dilakukan (Kartamihardja, 1993).

Hal-hal yang perlu diperhatikan agar dicapai tingkat pemanfaatan yang optimal dan

berkelanjutan, adalah :

Page 21: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

9

a. Pengelolaan Habitat

Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan di dalam pengelolaan

sumberdaya perairan adalah kondisi habitat agar habitat baru tersebut sesuai bagi

persyaratan perkembangan populasi ikan untuk menyelesaikan daur hidupnya.karna

setiap perairan yang terbentuk mungkin hanya cocok sebagai daerah pertumbuhan,

tetapi tidak sebagai daerah pemijahan bagi beberapa jenis ikan, sehingga ikan tersebut

hanya dapat tumbuh namun tidak dapat melanjutkan keturunannya.

Agar produksi perikanan di perairan rawa banjiran meningkat dan sesuai

dengan sasaran yang diharapkan, maka pengelola perikanan harus mampu

memanipulasi dan memodifikasi habitat rawa banjiran sehingga sesuai dengan

persyaratan yang diperlukan oleh populasi ikan.

b. Pengelolaan Populasi Ikan

Perubahan ekosistem sungai menjadi ekosistem rawa banjiran akan

berpengaruh terhadap populasi ikan. Pada awal penggenangan, siklus hidup ikan akan

terganggu. Jenis ikan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan rawa banjiran akan

tumbuh dan berkembang biak serta biasanya merupakan ikan yang mendominasi.

Sebaliknya, jenis ikan yang kurang atau tidak mampu beradaptasi, pada jangka

panjang akan menghilang meskipun mungkin pada tahun pertama penggenangan

jumlahnya melimpah.

c. Pengelolaan Penangkapan

Pola usaha penangkapan ikan yang dikembangkan di suatu perairan harus

didasarkan pada pengetahuan tentang populasi ikan seperti formasi populasi,

dinamika populasi, kelimpahan stok dan biomass, dan produksi maksimum lestari

yang dapat dicapai. Usaha penangkapan diarahkan pada rasionalisasi pemanfaatan

sumber yang optimal dengan memperhatikan kelestarian sumber. Dengan sasaran itu,

maka pola pembinaan pengelolaan di daerah padat menurut Widana dan

Martosubroto (1986) dilakukan dengan upaya sebagai berikut :

1. pembatasan upaya baik jumlah alat tangkap maupun musim penangkapan.

2. pembatasan ukuran mata jaring atau alat lain

Page 22: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

10

3. membangun reservat baru dan meningkatkan fungsi reservat yang sudah ada, serta

perlu adanya pengawasan terhadap kegiatan nelayan yang merugikan fungsi

reservet tersebut dan perlu adanya penyuluhan tentang arti penting suatu reservat.

4. mengadakan penebaran yang harus ditunjang dengan penyediaan benih yang cukup

dengan jalan meningkatkan fungsi BBI lokal.

5.perlu penyuluhan yang intensif kepada masyarakat mengenai pentingnya kelestarian

sumber.

Pengendalian penangkapan ikan antara lain dapat dilakukan dengan cara:

1. Menetapkan daerah dan musim atau bulan larangan penangkapan ikan, yang

bertujuan untuk memberi kesempatan ikan berkembang biak dan bertumbuh.

2. Pengaturan ukuran terkecil yang boleh ditangkap, yaitu dengan penetapan ukuran

terkecil mata jaring insang dan ukuran mata pancing rawai yang boleh dipakai

oleh nelayan.

3. Pengaturan upaya penagkapan, misalnya dengan mengatur jumlah nelayan dan

atau unit alat tangkap.

4. Larangan penggunaan alat tangkap ikan yang dapat membahayakan kelestarian

sumberdaya perikanan, misalnya larangan penggunaan bahan peledak dan bahan

beracun berbahaya (B3), alat tangkap berarus listrik dan pukat harimau.

2.3. Profil Kewilayahan Mandau

Mandau merupakan sebuah kecamatan yang terletak di kabupaten Bengkalis,

dengan Ibukota Duri, luas wilayah 937.47 km2, 9 kelurahan dan 6 desa. Kabupaten

bengkalis awalnya terdiri dari 1 (satu) wilayah pembantu Bupati yang berkedudukan

di Duri dan 8 (delapan) wilayah kecamatan, yaitu : Kecamatan Bengkalis (luas

514,00 km2), kecamatan Mandau (luas 3,440,47 km2) ibukota Duri, Kecamatan

Merbau (luas 1.348,91 km2) ibu kota Teluk Bitung, Kecamatan Tebing Tinggi (luas

1.436,83 km2) dengan ibukota Selat Panjang,

Kemudian berdasarkan data akhir 2002 (sumber : badan pusat Statistik),

Kabupaten Bengkalis mengalami pemekaran wilayah menjadi 11 (sebelas) kecamatan

Gambar 2.1) Kecamatan – kecamatan tersebut (3 kecamatan baru) adalah Kecamatan

Page 23: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

11

Rangsang Barat (dengan luas 241,60 km2 dan ibukota Segomeng) merupakan

pemekaran dari Kecamatan Rangsang (luas menjadi 681 km2), Kecamatan Rupat

Utara (ibukota Tanjung Medan dengan luas 628,50 km2) yang merupakan pemekaran

dari Kecamatan Rupat (luas menjadi 896,35 km) dan Kecamatan Tebing Tinggi Barat

(Ibukota Alai dengan luas 586,83 km2) yang merupakan pemekaran dari Kecamatan

Tebing Tinggi (luas menjadi 849,50 km2) serta menjadi 136 desa 24 Kelurahan

(berdasarkan data akhir 2002). Selanjutnya berdasarkan perda yang disyahkan awal

tahun 2003, guna mempercepat proses pembangunan Kabupaten Bengkalis

dimekarkan kembali hingga menjadi 13 kecamatan pinggir (merupakan hasil

pemekaran dari Kecamatan Mandau) dan Kecamatan Siak Kecil (merupakan

pemekaran dari Kecamatan Bukit Batu).

Batas wilayah dari kecamatan Mandau adalah Sebelah Utara Berbatasan

dengan Kecamatan Bukit Batu dan Kodya Dumai, sebelah selatan berbatasan

dengan Kecamatan Pinggir, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu

dan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bukit Batu dengan Letak wilayah

0°56’12”-1°28’17” Lintang Utara, 100°56’10”-101°43’26” Bujur Timur.

2.4. Asumsi Dampak Degradasi Lingkungan Terhadap Komponen Ikan

a. Jumlah ikan asli dan ikan dengan ciri taxa khusus berkurang

b. Jumlah species yang peka berkurang

c. Persentase specialis trofik dan habitat berkurang

d. Jumlah total individu berkurang

e. Persentase ukuran individu yang besar dan jumlah ukuran kelas berkurang

f. Persentase species dan individu ikan introduksi bertambah

g. Persentase individu yang toleran bertambah

h. Persentase individu dengan keabnormalan morfologi luar bertambah

Page 24: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

12

2.5. Parameter Kunci Lingkungan Terdegradasi

Tabel 1. Parameter kunci lingkungan terdegradasi

KIMIA FISIKA BIOLOGIpH Habitat structure External anomaliANC Bank stabilityConductivity Degree channel alterationSO4 Riparian vegetationNitrat Land useDOC

PARAMETER LOKASIREFERENSI DEGRADASI

pH ≥ 6 ≤ 5Acid Neutralizing Capacity (ANS)eq/L

≥ 50 ≤ 0

DO (ppm) ≥ 4 ≤ 2Nitrat (mg/L) ≤ 4.2 ≥ 7Urban land Use ≤ 20% catchment area > 50% catchment

areaForest land Use ≥ 25% catchment areaBank stability ratingRemoteness rating Optimal/sub optimalAesthetic rating Optimal or sub optimalChannel alteration rating No channelization poorRiparian buffer width (m) ≥ 15 = 0Point Source of discharge no

Page 25: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

13

III METODOLOGI

3.1 . Kerangka Pemikiran Dan Alur Pendekatan Pemecahan MasalahPenelitian

Gambar 3.1. Kerangka pemikiran dan alur pemecahan masalah penelitian . AlurPengelolaan ) ( )

3.2. Waktu dan Lokasi

Kegiatan Penelitian dilakukan tahun 2013 di provinsi Riau

3.3 . Pendekatan dalam Penelitian

Pada tahun ke satu (2013) penelitian yang dilakukan bersifat desk study.

Data yang dikumpulkan mencakup studi pustaka yang berkaitan dengan

komponen penyusun model pengelolaan perikanan terpadu di rawa banjiran.

LINGKUNGANPERAIRAN (fisik,

kimia danbiologi)

KARAKTERISTIKSUMBERDAYA

IKAN

SUMBERDAYA PERAIRANRAWA BANJIRAN GSK

PEMANFAATANMULTI SEKTOR

Pertanian,Pertambangan,

Pemukiman, Industri,Perikanan, dll

BENCANA ALAM DANPROSES ALAMIAH

DEGRADASI LINGKUNGAN DANSUMBERDAYA HAYATI PERAIRAN

SUNGAI (KRUENG) PEUSANGAN

PENGELOLAAN TERPADUWILAYAH/EKOSISTEM, SEKTOR,

DISIPLIN ILMU DANSTAKEHOLDERSektor Perikanan

POTENSI DAN PEMANFAATANSUMBERDAYA PERIKANAN PENELITIAN

KAPASITASPENANGKAPAN

Page 26: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

14

Data dikumpulkan berasal dari berbagai sumber dari lembaga terkait.

Selain itu, akan dilakukan beberapa kali pertemuan dengan stakeholder seperti

pemanfaat (masyarakat) dan pengelola seperti dinas-dinas pemerintah provinsi

Riau, lembaga perguruan tinggi dan lembaga penelitian kementrian dan non

kementrian yang terlibat dalam naskah keinginan bekerja sama yang telah ditanda

tangani di Pekanbaru pada bulan Nopember 2011.

3.4. Kebutuhan Data

Data sekunder yang dikumpulkan mencakup:

a. Potensi dan pemanfaatan sumberdaya perairan dan ikan di rawa

banjiran GSK

b. Potensi dan Pemanfaatan sumberdaya alam di rawa banjiran GSK

c. Sosial ekonomi dan budaya masyarakat di rawa banjiran GSK

d. Existing pengelolaan sumberdaya alam di GSK

e. Kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya alam di rawa banjiran

GSK

3.5 Faktor Resiko dan Keberhasilan

Faktor keberhasilan yang mendorong pencapaian sasaran adalah telah

adanya keinginan bekerja sama yang dituangkan dalam”Naskah kerjasama

pengelolaan sumberdaya alam di rawa banjiran GSK antara lembaga penelitian

departemen dan non departemen, Pemerintah Provinsi Riau dan perguruan tinggi

di Provinsi Riau”. Selain itu beberapa studi pendahuluan mengenai sumberdaya

alam di GSK telah dilakukan baik dari perguruan tinggi maupun lembaga

penelitian departemen dan non departemen.

3.6 . Komponen Kegiatan

Kegiatan penelitian terdiri atas:

a. Studi pustaka/desk study

b. Diskusi dengan Tim persiapan Penelitian

c. Focus discussion group(FGD) dengan pemanfaat SDI rawa banjiran Giam

Siak Kecil

Page 27: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

15

d. Focus group discussion (FGD) dengan pengelola SDI rawa banjiran Giam

Siak Kecil

e. Penyusunan draft komponen pengelolaan terpadu SDI rawa banjiran Giam

Siak Kecil

3.7. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang dibutuhkan diantaranya adalah alat tulis kantor untuk kebutuhan

administrasi penelitian, FGD dan penyusunan draft pngelolaan. Untuk mobilitas

kegiatan FGD alat yang dibutuhkan adalah kendraaan roda empat dan perahu

motor.

3.8. Metode penelitian

3.8.1 . Pengumpulan DataPada tahun ke satu (2013) penelitian yang dilakukan bersifat desk study

dan appraisal study melalui diskusi kelompok secara terfokus focus group

discussion/FGD). Data yang dikumpulkan mencakup studi pustaka yang berkaitan

dengan komponen penyusun model pengelolaan perikanan terpadu di rawa

banjiran. Data dikumpulkan berasal dari berbagai sumber dari lembaga terkait.

Selain itu, dilakukan beberapa kali pertemuan (FGD) dengan para pemanfaat dan

pengelola SDI rawa banjiran Giam Siak Kecil seperti masyarakat pemanfaat

langsung SDA GSK, dinas-dinas pemerintah provinsi Riau, lembaga perguruan

tinggi dan lembaga penelitian kementrian dan non kementrian yang terlibat dalam

naskah keinginan bekerja sama yang telah ditanda tangani di Pekanbaru pada

bulan Nopember 2011.

Data sekunder yang dikumpulkan mencakup:

a. Potensi dan pemanfaatan sumberdaya perairan dan ikan di rawa

banjiran GSK

b. Potensi dan Pemanfaatan sumberdaya alam di rawa banjiran GSK

c. Sosial ekonomi dan budaya masyarakat di rawa banjiran GSK

d. Existing pengelolaan sumberdaya alam di GSK

Page 28: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

16

e. Kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya alam di rawa banjiran

GSK

Data primer diperoleh melalui survey observasi lapang dan responden

kunci yang diperoleh melalui diskusi kelompok terfokus (FGD). FGD

dilaksanakan secara bertahap, tahap pertama dilakukan dengan para pemanfaat

sumberdaya perairan yang berasal dari empat tasik yaitu tasik Serai, Katialau,

Betung dan Air Hitam. Peserta sebagai responden kunci dan atau narasumber

terdiri atas berbagai pemanfaat, yaitu: nelayan, pembudidaya ikan, pedagang ikan,

pengolah ikan, petani dan pekebun. Tahap kedua dilakukan dengan para

pengambil keputusan dari berbagai Satuan Kerja Pemerintah Daerah (provinsi dan

kabupaten, perguruan tinggi, dan Lembaga Swadaya).

Pada tahap pertama, FGD dilaksanakan di tasik Serai dan Betung berlokasi

di rawa banjiran GSK pada bulan April 2013. Peserta FGD pertama sebanyak 37.

Tahap kedua dilaksanakan di tasik Katialau dan Air Hitam berlokasi di rawa

banjiran GSK pada bulan Oktober 2013 melibatkan peserta sebanyak 64 orang.

Focus group discussion dengan pengelola dilakukan pada bulan Oktober 2013

dengan peserta sebanyak 41 yang berasal dari Pusat Penelitian Pengelolaan

Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (P4KSI), Balai Penelitian Perikanan

Perairan Umum, Universitas Riau, Universitas Islam Riau, PT. Sinamas Forestry,

pejabat tingkat kecamatan dan SKPD lingkup provinsi dan kabupaten di Riau

Pengumpulan data dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus (FGD)

dengan presentasi status sumberdaya alam rawa banjiran GSK hasil penelitian

Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum pada tahun 2010 dilanjutkan

pengarahan pengisian dan tanya jawab.

3.8.2. Analisis Sampel3.8.2.1. Analisis Data

Data yang dihasilkan dari kegiatan FGD dari pemanfaat dan pengelola SDI rawa

banjiran Giam Siak Kecil akan dikelompokan berdasarkan :

a. Sumberdaya dan ekologi

b. Sosial ekonomi

c. Aspek Legal dan kelembagaan

d. Masalah dan peluang

Page 29: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

17

e. Isu dan peluang pengelolaan yang akan menghasilkan tujuan dan

rencana pengelolaan dan kriteria keberhasilan pengelolaan.

Data yang dikumpulkan ditabulasi dan dianalisa secara deskripsi. Data disusun

secara tabulasi dan gambar kemudian dianalisa dengan pemberian skor kemudian

dibahas secara deskriftif.

Page 30: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Potensi dan pemanfaatan sumberdaya perairan dan ikan di rawa banjiran GiamSiak Kecil

4.1.1. Karakteristik dan keragaman habitat ikan

Berdasarkan klasifikasi yang tercantum dalam Artikel 2.1. Konvensi Ramsar tahun

1971, rawa banjiran merupakan ekosistem perairan yang memiliki satu atau lebih tipe

ekosistem lahan rawa. Pada Suaka Margasatwa GSK, rawa banjirannya terdiri atas ekosistem

sungai permanen (permanen river) yaitu Sungai Siak Kecil, rawa lebak (grassland) terdiri

atas swamp, marsh, bog dan danau rawa banjiran (floodplain lake) yang terendam air secara

semi permanen (tasik) tersebar disepanjang Sungai Siak Kecil dari bagian hulu hingga hilir

(Husnah & Prianto, 2011). Tasik tersebut diantaranya adalah Sigalanggang, Baru, Tangkalan

Siam, Tombatusonsang, Katialau, Serai, Betung, Merbalu, Ungus, Besingin dan Air Hitam

(Gambar 4.1.1.1).

Morfologi rawa banjiran (tasik berikut anak sungai) di Suaka Margasatwa GSK

berbeda dengan morfologi sebagian besar rawa banjiran di Sumatera Selatan dan Kalimantan.

Morfologi rawa banjiran di Suaka Margasatwa GSK dicirikan dengan saluran utama Sungai

Siak Kecil yang kedua sisinya langsung ditumbuhi oleh tanaman sempadan (riparian

vegetation) (Gambar 4.1.1.2). Pada kondisi musim air besar (musim hujan), kesemua tasik

tersebut menyatu dengan badan air Sungai Siak Kecil, sedangkan pada musim air kecil

(musim kemarau) khususnya pada musim kemarau yang panjang, hampir sebagian besar tasik

tersebut kering dan perairan yang tersisa di dalam tasik adalah saluran yang menghubungkan

tasik dengan Sungai Siak Kecil (Gambar 4.1.1.3) (Husnah & Prianto, 2011).

Gambar 4.1.1.1 Sungai Siak Kecil dan tasik-tasik di Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil,Provinsi Riau (Husnah & Prianto, 2011).

Page 31: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

19

E

A

B

D

C

HF

L

K

JG

Keterangan:

A. Tumbuhan daratan (teresterial);Callophyllum sp, Kompassia sp

B. Tumbuhan sepadan (Riparian vegetation); Syzygum sp, Fragraea sp

C. Tumbuhan sepadan (Riparian vegetation), Pandanus sp

D. Rumput purun (Eleocharis sp)

E. Savannah floodplain(flooded grassland) area

F. Canal connected to the main river (Saluran berhubungan dengan badan sungai)

G. River bank (Sepadan sungai)

H. Main river (Badan sungai)

J . Highest water level (Muka air tertinggi)

K. Lowest water level (Muka air terendah)

Gambar 4.1.1.2 Profil rawa banjiran di Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil, Provinsi Riau (Husnah &Prianto, 2011).

Gambar 4.1.1.3 Kondisi Tasik Betung saat muka air rendah (tahun 2008) dan tinggi (Agustus, 2010)(Husnah & Prianto, 2011).

Page 32: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

20

4.1.2. Topografi dan kondisi tanah

Kondisi topografi di kawasan cagar biosfir GSK-BB tidak berbeda dengan kondisi di

wilayah kabupaten Bengkalis dan kabupaten Siak. Wilayah Kabupaten Bengkalis merupakan

dataran rendah, rata-rata ketinggian antara 1 - 25 meter diatas permukaan laut, sebagian besar

merupakan tanah organosol, yaitu jenis tanah yang banyak mengandung bahan organic

(Pemerintah Kabupaten Bengkalis, 2010).

Bentang alam di Kabupaten Siak sebagian besar terdiri dari dataran rendah di bagian

Timur dan sebagian dataran tinggi di sebelah barat. Pada umumnya struktur tanah terdiri dan

tanah podsolik merah kuning dan batuan, dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus

dalam bentuk rawa-rawa atau tanah basah. Lahan semacam ini subur untuk pengembangan

pertanian, perkebunan dan perikanan (Pemerintah Kabupaten Siak, 2010).

4.1.3. Kualitas fisiko kimia air dan sedimen

Komplek tasik di cagar biosfir GSK dan BB termasuk dalam kelompok ekosistem

perairan rawa banjiran, oleh karena itu proses siklus fisika kimia dan biologi sangat

berkaitan erat dengan fluktuasi tinggi muka air yang juga dipengaruhi oleh iklim setempat.

Cagar biosfir GSK-Bukit Batu beriklim tropis dengan suhu udara antara 25°- 32° Celsius,

dengan kelembaban dan curah hujan cukup tinggi. Musim hujan terjadi sekitar bulan

September hingga Januari dan musim kemarau terjadi sekitar bulan Pebruari hingga Agustus

dengan curah hujan rata-rata berkisar antara antara 809-4.078 mm/tahun. Periode kering

(musim kemarau) biasanya terjadi antara bulan Pebruari hingga Agustus (Husnah & Prianto

2011).

Berdasarkan pengukuran tinggi air harian pada akhir bulan Pebruari hingga

pertengahan bulan Nopember (Gambar 4.1.3.1) menunjukkan kondisi tinggi muka air rendah

terjadi pada bulan awal bulan Maret hingga pertengahan bulan Juli, sedangkan kondisi air

tinggi terjadi pada akhir bulan Juli hingga akhir bulan Pebruari. Bila dikaitkan dengan laju

penguapan dan curah hujan harian berdasarkan stasiun pemantauan klimatologi di Pekanbaru

tahun 2010, maka fluktuasi tinggi muka air tersebut khususnya curah hujan kurang berkaitan

erat. Hal ini diperkirakan karena kondisi tataguna lahan yang sangat berbeda dengan tata

guna lahan di kawasan cagar biosfir yang didominasi oleh penutupan lahan hutan industri dan

hutan alam (Husnah & Printo, 2011)..

Page 33: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

21

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

J anuari Pebruari Maret A pril Mei J uni J uli A gus tus S eptember Oktober November

Wa ktu peng a ma ta n

Peng

uapa

n (m

m)

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November

Waktu (tanggal/bulan)

Cura

h hu

jan

(mm

)

Gambar 4.1.3.1 Tinggi muka air di Tasik Cagar Biosfir GSK (A) penguapan (B) dan curahhujan (C) di stasiun klimatologi Pekanbaru tahun 2010 (Husnah & Prianto,2011)

Fluktuasi tinggi muka air musim air rendah dan tinggi pada tasik di cagar biosfir GSK

berikut dengan Sungai Siak Kecil relative lebih rendah (lebih kurang 1.5 m) dibandingkan

dengan fluktuasi tinggi muka air pada beberapa danau atau tasik di rawa banjiran di Sumatra

Selatan ataupun di Kalimantan yang lebih dari 2 m (Husnah & Prianto, 2011).

B

C

020406080

100120140160180200

26 1 1 1 1 1 1 1 1 1

PebruariMaret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober NovemberWaktu (Bulan)

Ting

gi a

ir (c

m)

A

Page 34: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

22

0.001.002.003.004.005.006.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Serai Katialau Betung Air Hitam Siakkecil

Siakkecil

Sampling Site

Wat

er le

vel (

m)

Feb May August Nov

Gambar 4.1.3.2 Tinggi muka air (water level) pada stasiun pengamatan di Tasik Giam SiakKecil dan Sungai Siak Kecil pada bulan Februari, Mei, Agustus danNovember 2010 (Husnah & Prianto, 2011).

Relatif rendahnya fluktuasi tinggi muka air pada kedua musim di cagar biosfir GSK berkaitan

erat pasokan air yang relative kurang karena sumber air di Tasik Cagar biosfir GSK sebagian

besar dari Sungai Siak Kecil dengan debit air yang relative lebih rendah bila dibandingkan

dengan sumber air rawa banjiran di Sumatra Selatan dan Kalimantan yang berasal dari sungai

besar dengan debit air relative lebih tinggi. Dari kedua sisi sungai terbentuk bagian yang

agak dalam (tasik) yang bagian tepinya ditumbuhi tanaman kelompok pancang, tiang dan

semai dengan diameter batang masing-masing berukuran 10-20 cm, 5-10 cm, dan kurang dari

5 cm (Husnah & Prianto, 2011) .

Fluktuasi suhu air pada komplek tasik Giam Siak Kecil yang mencakup Tasik Serai,

Katialau, Betung, dan Air Hitam, serta pada dua stasiun di badan utama Sungai Siak Kecil

(hulu dan hilir) berkaitan erat dengan fluktuasi suhu udara dan ketinggian muka air (Gambar

4.1.3.2 dan 4.1.3.3). Fluktuasi suhu udara dan air pada komplek tasik Giam Siak Kecil pada

musim hujan dan kering mencapai 4 oC. Suhu air di badan utama Sungai Siak Kecil relatif

lebih rendah dibandingkan dengan keempat tasik tersebut. Hal ini berkaitan dengan

kedalaman air yang relatif lebih tinggi dan adanya aliran alir di badan utama Sungai Siak

Kecil (Husnah & Prianto, 2011)..

Page 35: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

23

20222426283032343638

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Serai Katialau Betung Air Hitam Siakkecil

Siakhilir

Sampling Site

Air T

empe

ratu

re (o

C)

Feb May August Nov

20222426283032343638

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Serai Katialau Betung Air Hitam Siakkecil

Siakhilir

Sampling Site

Wate

r Tem

pera

ture

(oC)

Feb May August Nov

Gambar 4.1.3.3. Suhu udara dan air pada stasiun pengamatan di Tasik Giam Siak Kecil danSungai Siak Kecil pada bulan Februari, Mei, Agustus dan November 2010(Husnah & Prianto, 2011).

Keasaman sedimen dan air pada komplek tasik Giam Siak Kecil (Tasik Serai,

Katialau, Betung dan Air Hitam) serta pada dua stasiun pengamatan di badan utama Sungai

Siak Kecil tergolong tinggi dengan nilai aktivitas ion hidrogen (pH) pada sedimen dan air

pada kisaran 3.5-5.0 dan 3.5-4.0 (Gambar 4.1.3.4 dan 4.1.3.5). Dari keempat tasik yang

diamati, nilai pH pada Tasik Serai relatif lebih rendah daripada ketiga tasik lainnya begitupun

dengan badan air Sungai Siak Kecil. Rendahnya nilai pH pada perairan rawa banjiran

tersebut berkaitan dengan jenis tanah yang mendominasi di lahan tersebut yaitu tanah gambut

(Husnah & Prianto, 2011).

Page 36: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

24

2.002.503.003.504.004.505.005.50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Serai Katialau Betung Air Hitam Siakhulu

Siakhilir

Sampling site

pH

Sed

imen

t

Feb May August

2.003.004.005.006.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Serai Katialau Betung Air Hitam Siak Siak

Sampling Site

Wa

ter

pH

Feb May August Nov

Gambar 4.1.3.4 Nilai pH sedimen pada stasiun pengamatan di Tasik Giam Siak Kecil danSungai Siak Kecil pada bulan Februari, Mei, dan Agustus 2010 (Husnah &Prianto, 2011).

Gambar 4.1.3.5 Nilai pH air pada stasiun pengamatan di Tasik Giam Siak Kecil dan SungaiSiak Kecil pada bulan Februari, Mei, Agustus dan November 2010(Husnah & Prianto, 2011).

Bila dikaitkan dengan kandungan keasaman total dan mineralnya (Gambar 4.1.3.6),

dimana kandungan asam mineral dan keasaman total pada stasiun di Tasik Serai lebih rendah

daripada stasiun lainnya, maka sumber keasaman di Tasik Serai disebabkan oleh asam-asam

gambut sedangkan pada stasiun lainnya sumber keasaman disebabkan oleh asam-asam

mineral (Husnah & Prianto, 2011)..

Page 37: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

25

01020304050

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Serai Katialau Betung Air Hitam Siak SiakSampling Site

Min

eral

aci

dity

(mg

/L)

Feb May August Nov

01020304050

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Serai Katialau Betung Air Hitam Siak SiakSampilng Site

To

tal A

cid

ity (m

g/L

)

Feb May August Nov

Kondisi terlihat dengan jelas pada bulan basah yaitu pada bulan Agustus dan November

terjadi peningkatan kandungan asam mineral yang berasal dari limpasan pada stasiun Tasik

Katialau, Betung, Air Hitam dan badan utama Sungai Siak.

Gambar 4.1.3.6 Nilai keasaman mineral (a) dan keasaman total (b) pada stasiun pengamatandi Tasik Giam Siak Kecil dan Sungai Siak Kecil pada bulan Februari, Mei,Agustus dan November 2010 (Husnah & Prianto, 2011).

Kandungan bahan organik di komplek tasik Giam Siak Kecil dan Sungai Siak Kecil

cenderung meningkat dengan menurunnya tinggi muka air pada bulan Mei khususnya di

Tasik Katialau dan Tasik Betung (Gambar 4.1.3.7). Peningkatan kandungan bahan organik

tersebut berkaitan dengan konsentrasi bahan tersebut, berkaitan dengan akibat sinergi dari

berkurangnya volume air dan penambahan bahan organik pengaruh aktivitas dari pemukiman

masyarakat (Husnah & Prianto, 2011).

Page 38: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

26

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Serai Katialau Betung Air Hitam Siakkecilhulu

SiakKecilHilir

Sampling site

TOC

0

1

2

3

4

5

6

7

DOC

Total organic carbon/TOC (mg/l) Dissolved organic carbon/DOC (mg/l)

0.002.004.006.008.00

10.0012.0014.0016.0018.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Serai Katialau Betung Air Hitam Siakhulu

Siakhilir

Sampling Site

Org

anic

mat

ter (

mg

C/L)

Feb May August Nov

Gambar 4.1.3.7. Bahan organik (A) total organik karbon (TOC) dan organik karbon terlarut(DOC) pada bulan Agustus (B) pada Komplek Tasik Giam Siak Kecil danSungai Siak Kecil di Riau pada tahun 2010.

Pada Gambar 4.1.3.7 terlihat juga bahwa kandungan bahan organik cenderung lebih

tinggi pada stasiun di bagian hilir seperti di Tasik Katialau, Betung, Air Hitam dan Sungai

Siak Kecil bagian hilir daripada Tasik Serai dan Siak Kecil Bagian hulu. Tasik Serai

merupakan tasik yang paling hulu dibandingkan dengan ketiga tasik lainnya. Relatif lebih

tingginya bahan organik pada bagian hilir berkaitan pasokan bahan organik berasal dari

berbagai aktivitas dan lingkungan yang lebih banyak dibandingkan di bagian hulu yang

merupakan kawasan konservasi. Fenomena tersebut didukung oleh data TOC dan DOC yang

lebih tinggi pada bagian hilir mulai dari Tasik Betung, Tasik Air Hitam hingga Siak Kecil

Bagian hilir dibandingkan dengan Tasik Serai, Tasik Katialau, dan Siak Kecil bagian hulu

(Gambar 4.1.3.7). Bila dikaitkan antara nilai TOC dan DOC, maka nilai DOC hanya 25%

daripada nilai TOC. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar bahan organik yang ada

dalam perairan dalam bentuk partikel (particulate) lebih besar dari 0.45 mikron yang

merupakan sisa dekomposisi bahan-bahan organik yang merupakan karakteristik dari lahan

gambut. Karakteristik lahan gambut terlihat juga dari nilai TOC yang lebih dari 10 mg/l.

Page 39: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

27

0.001.002.003.004.005.006.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Serai Katialau Betung Air Hitam Siakhulu

Siakhilir

Sampling Site

Dis

solv

ed O

xyg

en (

mg

/L) Feb May August Nov

Fluktuasi tinggi muka air di rawa banjiran akan berkaitan erat dengan proses

dekomposisi bahan organik dan kandungan oksigen terlarut. Kandungan oksigen terlarut pada

akhir dari air besar (bulan Februari) lebih rendah dibandingkan dengan waktu pengamatan

lainnya (Mei, Agustus, dan November) (Gambar 4.1.3.8). Hal ini berkaitan dengan puncak

dari dekomposisi tumbuhan yang mati akibat tergenang air dan proses oksidasi senyawa-

senyawa tereduksi. Tingginya proses oksidasi senyawa tereduksi didukung oleh tingginya

kandungan oksigen yang dibutukan untuk proses proses kimia (chemical oxygen

demand/COD) (Gambar 4.1.3.9). Tingginya Selain itu, kandungan bahan organik terlarut

pada tasik (Serai, Katialau, Betung, dan Air Hitam) yang dicirikan dengan perairan yang

tergenang lebih tinggi dibandingkan dengan perairan mengalir (Sungai Siak Kecil bagian

hulu dan hilir).

Gambar 4.1.3.8 Kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen) pada tasik Giam Siak Kecildan Sungai Siak Kecil , Riau pada bulan Pebruari hingga November 2010.

Relatif lebih besarnya kandungan oksigen terlarut pada perairan tergenang adalah

kontribusi fotosintesa dari tumbuhan air dan dangkalnya perairan pada perairan tasik.

Kontribusi rendahnya tinggi muka air terhadap oksigen terlarut terlihat secara nyata pada

Tasik Serai yang relatif lebih dangkal dibandingkan tasik lainnya.

Peningkatan proses dekomposisi dicirikan oleh peningkatan konsusumsi oksigen

terlarut oleh dekomposer dan penurunan kandungan oksigen terlarut di perairan. Berdasarkan

pengukuran jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk proses dekomposisi mikroba

selama 5 hari (biological oxygen demand/BOD5 day) menunjukkan peningkatan pada saat

tinggi muka air rendah (bulan Mei) dan bukan pada bulan Februari. Tingginya BOD pada

Page 40: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

28

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Serai Katialau Betung Air Hitam Siakhulu

Siakhilir

Sampling Site

BO

D 5

day

(m

g D

O/L

)

Feb May August Nov

0.005.00

10.0015.0020.0025.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Serai Katialau Betung Air Hitam Siakhulu

Siakhilir

Sampling Site

CO

D (

mg

DO

/L)

Feb May August Nov

bulan Mei tersebut berkaitan dengan terjadi konsentrasi mikroba akibat berkurangnya volume

air (Gambar 4.1.3.9).

Gambar 4.1.3.9 Kandungan konsumsi oksigen biota (BOD 5 day) dan konsumsi oksigenproses kimia (COD) pada tasik Giam Siak Kecil dan Sungai Siak Kecil,Riau pada bulan Pebruari hingga November 2010 (Husnah & Prianto,2011).

Page 41: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

29

020406080

100120140160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Serai Katialau Betung Air Hitam Siakhulu

Siakhilir

Sampling Site

Tota

l Dis

solv

ed S

ollid

s(m

g/L)

Feb May August Nov

050

100150200250300

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Serai Katialau Betung Air Hitam Siakhulu

Siakhilir

Sampling Site

Cond

uctiv

ity (U

S)

Feb May August Nov

Gambar 4.1.3.10. Kandungan jumlah padatan terlarut (TDS) dan daya hantar listrik(conductivity) pada tasik Giam Siak Kecil dan Sungai Siak Kecil , Riaupada bulan Pebruari hingga November 2010 (Husnah & Prianto, 2011).

Relatif lebih tingginya keasaman mineral pada seluruh stasiun kecuali di Tasik Serai

berkaitan dengan jumlah ion-ion dalam air yang diindikasikan dengan tingginya kandungan

jumlah padatan terlarut (TDS) dan daya hantar listrik (Conductivity) (Gambar 4.1.3.10).

Diperkirakan ion-ion tersebut berkaitan dengan sulfat yang merupakan hasil oksidasi tanah

mineral.

Senyawa fenol merupakan salah satu produk hasil dekomposisi, oleh karena

kandungan senyawa fenol erat kaitannya dengan kandungan bahan organik di suatu perairan.

Fenomena tersebut juga terjadi pada perairan rawa banjiran Giam Siak Kecil dimana

kandungan fenol yang tinggi di Tasik Katialau dan Air Hitam (Gambar 4.1.3.11) berkaitan

erat dengan kandungan bahan organiknya (Husnah & Prianto, 2011).

Page 42: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

30

0123456789

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Serai Katialau Betung Air Hitam Siakkecil

Siakkecil

Sampling site

Phen

ol (m

g/kg

)

05

101520253035404550

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Serai Katialau Betung Air Hitam Siakkecil

Siakkecil

Sampling site

Orga

nic m

atter

(%)

Gambar 4.1.3.11. Kandungan fenol pada tasik Giam Siak Kecil dan Sungai Siak Kecil , Riaupada bulan Agustus 2010.

Seperti halnya dengan di kolom air, kandungan bahan organik pada sedimen di Tasik

Serai, Katialau, Betung dan Air hitam ataupun Sungai Siak Kecil relatif tinggi dengan

kandungan lebih dari 5% (Gambar 4.1.3.12). Tingginya kandungan bahan organik ini

tercermin juga dari tekstur sedimen yang didominasi oleh partikel debu dan pasir baik pada

Tasik ataupun Sungai Siak Kecil dengan persentase kandungan pasir, debu dan liat di Tasik

Betung, Air Hitam dan Sungai Siak Kecil masing-masing adalah 47.02, 45.38, 7.6%; 41.10,

51.37, 7.53%; dan 51.60, 40.84, 7.56% (Husnah & Prianto, 2011).

Pengukuran terhadap logam berat Timah Hitam (Lead/Pb) dan Cadmium (Cd)di

sedimen pada bulan Pebruari dan Juni menunjukkan kandungan kedua logam tersebut pada

sebagian besar stasiun di Giam Siak Kecil dan badan utama Sungai Siak Kecil telah melebihi

baku mutu yang diizinkan yaitu lebih dari 0.6 mg/Kg (Gambar 4.1.3.13).

Gambar 4.1.3.12 . Kandungan bahan organik pada sedimen di tasik Giam Siak Kecil danSungai Siak Kecil (Husnah & Prianto, 2011).

Page 43: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

31

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Serai Katialau Betung Air Hitam siakkecil

siakkecil

Sampling Site

Lead

(mg/

Kg)

Pebruari Mei

Gambar 4.1.3.13. Kandungan logam berat Timah Hitam (Pb) pada sedimen di tasik GiamSiak Kecil dan Sungai Siak Kecil , Riau pada bulan Pebruari dan Mei.

Sebaliknya, kecuali pada Tasik Betung pada bulan Pebruari dan Tasik Serai pada bulan Mei,

kandungan logam Cadmiun pada sebagian besar stasiun pengamatan pada konsentrasi <0,005

mg/Kg. Tingginya kandungan Timah Hitam diperkirakan berkaitan dengan pasokan dari

kegiatan industri perminyakan disekitar Tasik Giam Siak Kecil.

Kemampuan suatu perairan untuk menghasilkan atau memproduksi karbon persatuan

luasan dan waktu merupakan indikator dari tingkat kesuburannnya. Pada perairan rawa

banjiran, produktivitas perairan sebagian besar berasal dari luar perairan atau disebut dengan

allochtonous yang berasal dari . dekomposisi daun atau bagian dari tumbuhan sepadan

(riparian vegetation) akan menentukan produktivitas perairan. Laju produksi guguran dari

tumbuhan sepadan jenis Samak bervariasi antara perairan tasik dan Sungai Siak Kecil dan

berada pada kisaran 2,92-3,91 ton karbon (C)/ha/th (Gambar 4.1.3.14). Laju produksi karbon

di rawa banjiran Giam Siak Kecil relatif lebih rendah dibandingkan dengan laju produksi

serasah pohon bakau di Muara Sunga Musi yang berada pada kisaran 10-20 ton/ha/th

(Husnah et al, 2009). Rendahnya laju produksi karbon di Giam Siak Kecil berkaitan dengan

lamanya tenggang waktu antara waktu penempatan dan waktu pengumpulan serasah yang

mencapai 90 hari, sehingga sebagian dari guguran bagian dari tumbuhan sepadan tersebut

telah mengalami proses dekomposisi. Dari bagian-bagian tumbuhan sepadan yang jatuh ke

dalam litter trap, komposisi yang tertinggi berasal dari daun dengan persentase pada kisaran

50-80%. Hal yang sama juga ditemukan pada komposisi serasah pohon bakau di Muara

Sungai Musi (Husnah & Prianto, 2011).

Page 44: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

32

0.000.501.001.502.002.503.003.504.004.50

Betung Air Hitam Sungai SiakKecil

Sampling Site

C an

d P

0

20

40

60

80

100

N

C (tonne/ha/year) P (kg/ha.year) N (kg/ha/year)

0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.0090.00

Betung Air hitam Sungai Siak Kecil

Sampling Site

Perc

entag

e (%

)

Daun Ranting Buah Kelopak Hancuran Kulit kayu Campuran(biji)

Gambar 4.1.3.14. Laju produksi karbon (C), nitrogen (N), dan fosfor (P) dari tumbuhansepadan di di komplek danau rawa banjiran Giam Siak Kecil ProvinsiRiau , 2010

4.1.4. Keragaman jenis ikan

Ikan dapat digunakan sebagai indikator dari perubahan lingkungan perairan.

Berdasarkan hasil tangkapan nelayan, jumlah jenis ikan yang ditemukan selama riset

berlangsung dari 14 stasiun ditemukan sebanyak 37 jenis yang berasal dari 12 familia (Tabel

4.1.2), dengan hasil tangkapan tertinggi pada bulan November di stasiun Air hitam. Dari 12

familia tersebut kelimpahan relatif didominasi oleh familia Siluridae dari spesies Wallago

leerii (Husnah, et. al, 2010). Rendahnya keanekaragaman jenis dan hasil tangkapan di Giam

Siak Kecil tersebut kemungkinan disebabkan oleh kondisi ekosistem hutan rawa di daerah

aliran Sungai Siak sudah banyak mengalami kerusakan, lokasi yang sempit dan juga faktor

karakteristik dari lokasi itu sendiri yang merupakan rawa banjiran sehingga pengaruh

ketinggian air memegang peranan yang sangat penting, Menurut Kottelat et al, (1996)

semakin panjang dan lebar ukuran suatu perairan semakin banyak pula jumlah jenis ikan

yang menempatinya. Adanya hubungan positif antara kekayaan jenis dengan suatu area yang

Page 45: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

33

ditempati tergantung pada dua faktor. Pertama, peningkatan jumlah mikro habitat akan dapat

meningkatkan keragaman. Kedua, area yang lebih luas sering memiliki variasi habitat yang

lebih besar dibanding dengan area yang lebih sempit (Wooton, 1991). Keasaman yang tinggi

dan sumber karbon yang dominan berasal dari serasah di Giam Siak Kecil menyebabkan

hanya ikan jenis rawa (black fish) dan jenis ikan dengan rantai makanan detritus feeder dan

predator yang mampu beradaptasi dengan kondisi tersebut (Marini et al., 2011)

Tabel 4.1.4.1. Jenis-jenis ikan di sekitar Giam Siak Kecil Provinsi Mandau

No Familia Nama Ikan Nama Latin Valid Name

1 AmbassidaeFatimah/Sepengkah

Parambassisapogonoides

Parambassis apogonoides

2 AmbassidaeSepengkah kepalapendek

Parambassismacrolepis

3 Anabantiidae Betok Anabas testudineus Anabas testudineus

4 Bagridae Baung Hemibagrus nemurus Hemibagrus nemurus

5 BagridaeBaung layar/Baungpisang

Bagrichthysmacracanthus

Bagrichthys macracanthus

6 Bagridae Gelang/RiuPseudeutropiusbracypopterus

Pseudeutropiusbrachypopterus

7 Bagridae Sengetai Mystus bimaculatus Mystus bimaculatus

8 Bagridae Leiocassis leiacanthus Leiocassis leiacanthus

9 Belonidae Selincah Belontia hasseltii Belontia hasselti

10 Channidae Bujuk/ Lumpung Channa lucius Channa lucius

11 Channidae Gabus Channa striata Channa striata

12 ChannidaeSiandang/Serandang

Channa pleuropthalmus Channa pleurophthalma

13 Channidae Toman Channa melastoma Channa melasoma

14 Clariidae Koli/Lele Clarias nieuhofi Clarias nieuhofii

15 ClariidaeSembilang/ sepertilele

Encheloclaristapeinopterus

Encheloclariastapeinopterus

Page 46: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

34

Lanjutan Tabel 4.1.4.1

Jenis ikan tercatat dalam contoh koleksi nelayan namun tidak tertangkap pada saat survey (huruf bewarna merah)

Sumber: Husnah et el. (2010)

No Familia Nama Ikan Nama Latin Valid Name

16 CyprinidaeMengkaek/Semburingan

Puntius lineatus Puntius lineatus

17 Cyprinidae Pantau merah Rasbora cephalotaenia Rasbora cephalotaenia

18 Cyprinidae Paweh/Paud Osteochilus spilurus Osteochilus spilurus

19 Cyprinidae Pimping/ Siamias Parachela oxygastroides Parachela oxygastroides

20 Cyprinidae Situmbuk Luciocephalus pulcher Luciocephalus pulcher

21 Cyprinidae Sosau Pectenocypris korthausae Pectenocypris korthausae

22 Cyprinidae KalabauOsteochilusmelanopleurus

Osteochilus melanopleurus

23 Helostomatidae Tembakang Helostoma temmenckii Helostoma temminkii

24Luciocephalinae/Osphronemidae

Sepat mata merah Trichogaster trichopterus Trichogaster trichopterus

25Luciocephalinae/Osphronemidae

Sepat permato Trichogaster leerii Trichogaster leerii

26 Nandinae/ Nandidae tengkorak labu Nandus nebulosis Nandus nebulosus

27 Pangasidae Juaro Pangasius polyuranodon Pangasius polyuranodon

28Pristolepidinae/Nandidae

Sepatung Pristolepis fasciata Pristolepis fasciata

29 Siluridae Balik tulang Kryptopterus micronema Phalacronotus micronemus

30 Siluridae Lais Kryptopterus lais Kryptopterus lais

31 Siluridae Lais Silurodes hypopthalmus Ompok hypophthalmus

32 Siluridae Lais Kryptopterus limpok Kryptopterus limpok

33 SiluridaeLais janggut/selaiskoteh

Ompok eugeneiatus Ompok eugeneiatus

34 Siluridae Lais modang/Tapa wallago leerii Wallago leerii

35 Siluridae Lais muncung Kryptopterus apogon Phalacronotus apogon

36 Siluridae Lilo/Ilo-ilo Silurichthys hasselti Silurichthys hasseltii

37 Siluridae Tapa payu Silurichthys phaiosoma Silurichthys phaiosoma

Page 47: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

35

Dari 37 jenis ikan yang dikoleksi nelayan harian, hanya 30 jenis ditemukan pada saat

survey lapangan (Tabel 4.1.4.2). Keragaman jenis ikan bervariasi dan dipengaruhi oleh

lokasi, tinggi muka air, dan jenis alat tangkap yang digunakan (Tabel 4.1.4.2-4.1.4.4). Pada

saat air turun, jenis ikan yang ditemukan pada tasik dibandingkan dengan jenis ikan total

pada kisaran 37-60%, pada saat air kecil (stabil) pada kisaran 7-57%, dan pada saat air naik

(puncak) pada kisaran 10-50%. Relatif lebih banyaknya ikan tertangkap pada saat air kecil

berkaitan dengan berkurangnya luasan habitat perairan sehingga peluang tertangkap berbagai

jenis ikan semakin besar dibandingkan pada saat air besar. Keragaman jenis ikan di tasik

Betung dan Air Hitam relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kedua tasik lainnya. Hal ini

berkaitan dengan jenis dan jumlah alat tangkap yang digunakan. Pada kedua tasik tersebut

alat yang digunakan adalah berbagai ukuran lukah dan jaring insang baik pada saat air kecil

maupun air naik (Tabel 4.1.4.4). Persentasi jenis ikan yang tertangkap dengan alat lukah di ke

empat tasik pada kisaran 36.67-73.33% dan alat tangkap jaring pada kisaran 23.33-36.67%.

Dibandingkan dengan ekosistem tasik, jenis ikan yang tertangkap dengan di badan sungai

Siak Kecil lebih rendah. Hal ini berkaitan dengan kurang bervariasi mikrohabitat dan

keragaman jenis alat tangkap yang digunakan di badan sungai.

Lingkungan perairan yang sehat diindikasikan dengan keberadaan top predator. Pada

perairan laut top predator diantaranya adalah ikan hiu (Griffin et al., 2008) sedangkan pada

perairan umum daratan ikan top predator diantaranya adalah toman (Wikipedia, 2013) dan

ikan tapah (Wallago leeri). Kedua jenis ikan tersebut tergolong ikan yang dominan

tertangkap oleh nelayan di tasik maupun sungai Siak Kecik khususnya pada saat air turun dan

air rendah (Tabel 4.1.4.3). Komposisi ikan toman dan ikan tapah dalam tangkapan nelayan

berada pada kisaran 26-50% dan lebih dari 50%. Hasil FGD dengan para pemanfaat juga

menunjukkan bahwa 100% responden di Tasik Serai, Katialau dan Air hitam menjawab

bahwa ikan toman, ikan tapah dan ikan ekonomis lainnya seperti ikan baung, bujuk, selais

dan serandang (Tabel 4.1.4.4) adalah ikan yang masih banyak ditemukan. Namun demikian,

ikan toman dan tapah tergolong adalah ikan yang sedang mendapat tekanan penangkapan.

Hal ini terlihat dari jawaban lebih dari 60% pemanfaat yang menjawab bahwa kedua jenis

ikan ini telah mengalami penurunan ukuran (Tabel 4.1.4.5).

Page 48: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

36

Tabel 4.1.4.2. Keragaman jenis ikan pada berbagai tipe ekosistem dan dinamika fluktuasi air dirawa banjiran Giam Siak Kecil pada tahun 2010.Data penelitian( Husnah et al, 2010) diolah

No Nama lokal Nama latin Tasik Sungai Tasik

Air turun Air kecil (stabil) Air naik (Puncak) AirTurun

Feb-Maret

April-Juni Juli-Agustus Sept-Nop

Airhitam

Serai Katialau Betung Air hitam Siak kecilSerai

Katialau Betung Air hitam Betung Air hitam

1 Baung Hemibagrus nemurus x xxx x xx x x xx x x

2 Baung layar Bagrichthysmacracanthus

x x x xx x

3 Bujuk/Lumpung Channa lucius x x x xx x x xx x x

4 Gabus Channa striata x

5 gelang/Riu Psedeutropiusbracypopterus

x x

6 Patin Pangasius sp xx x

7 koli/lele Clarias nieuhofi x

8 Lilo Silurichthys hasseltii x

9 Mengkaek Puntius lineatus x x x

10 pantau Rasbora cephalotaenia x x

11 paud-paud Osteochilus spilurus x

12 Permato Trygoster leerii x

13 Pimping Parachila oxygastroides x x xx x x

14 Selais balik tulang Kryptopterus micronema x

15 Selais botul/lais muncung

Kryptopterus apogon x x x

16 Lais sungut(janggut)

Ompok eugeneiatus x xx x x x

Page 49: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

37

Lanjutan Tabel 4.1.4.2

17 Selais modang/lais tapa

Kryptopterus limpok xx

18 Selais sp Kryptopterus lais x x x x x x x x x

19 Selincah/kepar Belontia hasseltii x x x x x x x x

20 Semburingan Puntius lineatus x

21 Sepat Trygoster trychopterus x x

22 Sepatung/batung Pristolepis fasciata x x x x xxx x x x x

23 Sepengkah Parambassis apogonoides x x x x x x x x x

24 Serandang Channa pleuropthalmus x x x x xx x x x x

25 Singetai Mystus bimaculatus x

26 Sosau Pectenocypris korthausae x

27 Tapa Payu Silurichthys phaiosoma x

28 tapah Wallago leeriii x x xx xxx x x x x x

29 Tembkang Helostoma temminckii x x x x x x x x

30 Toman Channa melastoma x x x x x x x x x

Kelimpahan relatif 0,37 0,07 0,40 0,57 0,27 0,07 0,10 0,40 0,50 0,47 0,60 0,50

No Nama lokal Nama latin Tasik Sungai Tasik

Air turun Air kecil (stabil) Air naik (Puncak) AirTurun

Feb-Maret

April-Juni Juli-Agustus Sept-Nop

Airhitam

Serai Katialau Betung Air hitam Siak kecil Serai Katialau Betung Air hitam Betung Air hitam

Page 50: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

38

Tabel 4.1.4.3. Keragaman jenis ikan pada berbagai tipe ekosistem, dinamika fluktuasi air dan alat tangkap dirawa banjiran Giam Siak Kecil padatahun 2010. Data penelitian( Husnah et al, 2010) diolah

No Nama lokal Nama latin Tasik Sungai siak kecil Tasik

Air turun Air Kecil Air naik Air turun

Feb-Maret April-Juni Juli-Agustus Sept-Nop

Lukah Lukah

Pancing Jaring Tajur Lukah Lukah Jaring Pancing Tajur Jala

Lukah Jaring

1 Baung Hemibagrus nemurus x xx xxx x-xx x-xx xx x xx

2 Baung layar Bagrichthysmacracanthus

x x x

3 Bujuk/Lumpung Channa lucius x x x x x

4 Gabus Channa striata x

5 Gelang/Riu Psedeutropiusbracypopterus

x x

6 Patin Pangasius sp x x

7 Koli/lele Clarias nieuhofi x x

8 Lilo Silurichthys hasseltii x

9 Mengkaek Puntius lineatus x x x

10 Pantau Rasbora cephalotaenia x x

11 Paud-paud Osteochilus spilurus x

12 Permato Trychoter leerii x

13 Pimping Parachila oxygastroides x x x x x

14 Selais balik tulang Kryptopterus micronema x

15 Selais botul/lais muncung Kryptopterus apogon x x x x

16 Lais sungut (janggut) Ompok eugeneiatus x x xx x

17 Selais modang/ lais tapa Kryptopterus limpok xx x

18 Selais sp Kryptopterus lais x x x-xx x x x x x

19 Selincah/kepar/sekopa Belontia hasseltii x x x x x x x

20 Semburingan Puntius lineatus x

21 Sepat Trygoster trychopterus x x

Page 51: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

39

Lanjutan Tabel 4.1.4.3

22 Sepatung/batung Pristolepis fasciata x x x x x x xxx x

23 Sepengkah Parambassis apogonoides x x x x x x

24 Serandang/siandang Channa pleuropthalmus x x x x x x

25 Singetai Mystus bimaculatus

26 Sosau Pectenocypris korthausae

27 Tapa Payu Silurichthys phaiosoma xxx

28 Tapah Wallago leeriii x-xxx x xxx xxx x x x x-xx

29 Tembakang/tuakang Helostoma temminckii x x x x x xx x x

30 Toman Channa melastoma x x-xx x x x xx xxx x x

jenis ikan Jumlah 11 18 3 8 1 2 19 11 3 3 1 22 7

% dari total jenis 36,67 60,00 10,00 26,67 3,33 6,67 63,33 36,67 10,00 10,00 3,33 73,33 23,33

Kelimpahan jenis ikan (x)

x: Jenis ikan < 25% dari total hasil tangkapan

xx: Jenis ikan 26-50% dari total hasil tangkapan

xxx: Jenis ikan >50% dari total hasil tangkapan

No Nama lokal Nama latin Tasik Sungai siak kecil Tasik

Air turun Air Kecil Air naik Air turun

Feb-Maret April-Juni Juli-Agustus Sept-Nop

Lukah Lukah Pancing Jaring Tajur Lukah Lukah Jaring Pancing Tajur Jala Lukah Jaring

Page 52: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

40

Tabel. 4.1.4.4. Jenis ikan tertangkap nelayan di rawa banjiran GSK tahun 2013 (Data FGD2013 diolah)

No Nama lokal Nama Umum Nama ilmiah TasikN Serai Katialau Betung Air Hitam

1 Papaud Bantak Batu Osteochilus spilurus 82 39 40 672 Baung Baung (Asian redtail

catfish)Hemibagrus nemurus 100 100 80 100

3 BaungPisang

False balack lancer Bagrichthys macropterus 82 100 70 100

4 Betok Betok (Climbing Perch) Anabas testudienus 73 50 60 585 Ilo-ilo Hasselt's leaf ctfish Silurichthys hasseltii 55 72 60 676 koli/lele Lindi (Slender walking

catfish)Clarias nieuhofi 82 94 60 100

7 Lumpung/Bujuk

Runtuk Chana lucius 100 100 70 100

8 Mengkaek Engkarit (lined/stripedbarb)

Puntius lineatus 91 100 60 92

9 Pantau Seluang Rasbora cephalotaenia 82 100 70 10010 Patung Empatung (Mlayan

leaffish)Pristolepis fasciata 73 94 60 92

11 Gelang/Riu Nuayang Tebal Psedeutropius bracypopterus 82 72 40 5812 Sekopah Ketoprak (Malay

comtail)Belontia hasselti 82 100 50 100

13 Selais Kryptopterus sp (K. Micronema,K. apogon, K limpok, K. Lais);Ompok eugeneiatus)

100 100 80 100

14 Sengitai Mystus bimaculatus 82 83 50 25

15 Sepat Three spot gourami Trichopodus trichopterus 91 100 60 10016 Sepengkah Gaba-gaba/Senara

(Iridescent glassyperchlet)

Parambassis apogonoides 100 100 60 100

17 Siamis/Pimping

Kelampak/kelampok(galss fish/glass barb)

Prachela oxygastroides 91 94 70 100

18 Siandang Selendang mayang(Ocellated snakehead)

Channa pleuropthalmus 100 100 70 100

19 Sosau Pectenocypris korthausae 73 94 60 10020 Tapa Tapah Wallago leerii 100 100 70 10021 Toman Black snakehead Channa melastoma 100 100 70 10022 Tuakang Tambakan/Biawan

(Kissing gourami)Helostoma temminckii 100 100 80 92

23 Belida clown knifefish Chitala chitala24 Sengarat25 Jalay Channa maruliodes26 Kayangan Arwana (Asian

bonytoungeSclepages formosus

27 Kasung

Page 53: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

41

Tabel. 4.1.4.5. Jenis ikan yang mengalami penurunan jumlah di rawa banjiran GSK tahun2013 (Data FGD 2013 diolah)

No Jenis ikanNama lokal Nama Umum Nama ilmiah Serai Katialau Betung Air Hitam

1 Papaud Bantak Batu Osteochilus spilurus 36 6 10 332 Baung Baung (Asian

redtail catfish)Hemibagrus nemurus 36 56 20 58

3 Baung Pisang False balack lancer Bagrichthys macropterus 36 61 30 584 Betok Betok (Climbing

Perch)Anabas testudienus 45 39 20 50

5 Ilo-ilo Hasselt's leafctfish

Silurichthys hasseltii 36 50 20 50

6 koli/lele Lindi (Slenderwalking catfish)

Clarias nieuhofi 45 50 20 58

7 Lumpung/Bujuk

Runtuk Chana lucius 36 33 20 58

8 Mengkaek Engkarit(lined/stripedbarb)

Puntius lineatus 45 28 20 58

9 Pantau Seluang Rasbora cephalotaenia 36 28 20 5010 Patung Empatung

(Mlayan leaffish)Pristolepis fasciata 27 39 20 50

11 Gelang/Riu Nuayang Tebal Psedeutropiusbracypopterus

45 22 10 50

12 Sekopah Ketoprak (Malaycomtail)

Belontia hasselti 36 44 10 58

13 Selais Kryptopterus sp (K.Micronema, K. apogon, Klimpok, K. Lais); Ompokeugeneiatus)

55 50 40 58

14 Sengitai Mystus bimaculatus 36 50 20 50

15 Sepat Three spotgourami

Trichopodus trichopterus 45 28 10 58

16 Sepengkah Gaba-gaba/Senara(Iridescent glassyperchlet)

Parambassis apogonoides 45 28 20 50

17 Siamis/Pimping

Kelampak/kelampok (galss fish/glassbarb)

Prachela oxygastroides 55 44 20 58

18 Siandang Selendangmayang (Ocellatedsnakehead)

Channa pleuropthalmus 55 50 20 58

19 Sosau Pectenocypris korthausae 36 44 10 5020 Tapa Tapah Wallago leerii 55 61 40 9221 Toman Black snakehead Channa melastoma 45 67 30 5822 Tuakang Tambakan/Biawan

(Kissing gourami)Helostoma temminckii 45 67 20 58

23 Belida clown knifefish Chitala chitala24 Sengarat25 Jalay Channa maruliodes

26 Kayangan Arwana (Asianbonytounge

Sclepages formosus

27 Kasung

Page 54: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

42

Menurut Welcomme (2001), salah satu indikator penurunan populasi ikan adalah penurunan

ukuran individu ikan.Tekanan terhadap keragaman jenis ikan telah dirasakan oleh para

pemanfaat sumberdaya ikan di rawa banjiran GSK. Rata-rata lebih dari 58% responden di

keempat tasik menyatakan bahwa empat jenis ikan yaitu belida, jalay, sengarat dan arwana

sudah tidak ditemukan lagi saat ini (Tabel 4.1.4.6).

Tabel. 4.1.4.6. Jenis ikan yang punah di rawa banjiran GSK tahun 2013 (Diolah dari dataFGD 2013)

No Jenis ikanNama lokal Nama Umum Nama ilmiah Serai Katialau Betung Air Hitam

1 Papaud Bantak Batu Osteochilus spilurus 62 Baung Baung (Asian redtail

catfish)Hemibagrus nemurus 6

3 Baung Pisang False balack lancer Bagrichthys macropterus 174 Betok Betok (Climbing

Perch)Anabas testudienus 11

5 Ilo-ilo Hasselt's leaf ctfish Silurichthys hasseltii 116 koli/lele Lindi (Slender walking

catfish)Clarias nieuhofi 11

7 Lumpung/Bujuk Runtuk Chana lucius 68 Mengkaek Engkarit (lined/striped

barb)Puntius lineatus 6

9 Pantau Seluang Rasbora cephalotaenia 610 Patung Empatung (Mlayan

leaffish)Pristolepis fasciata 11

11 Gelang/Riu Nuayang Tebal Psedeutropius bracypopterus 1112 Sekopah Ketoprak (Malay

comtail)Belontia hasselti 11

13 Selais Kryptopterus sp (K.Micronema, K. apogon, Klimpok, K. Lais); Ompokeugeneiatus)

11

14 Sengitai Mystus bimaculatus 17

15 Sepat Three spot gourami Trichopodus trichopterus 2216 Sepengkah Gaba-gaba/Senara

(Iridescent glassyperchlet)

Parambassis apogonoides 6

17 Siamis/Pimping

Kelampak/kelampok(galss fish/glass barb)

Prachela oxygastroides 11

18 Siandang Selendang mayang(Ocellated snakehead)

Channa pleuropthalmus 11

19 Sosau Pectenocypris korthausae 1120 Tapa Tapah Wallago leerii 1121 Toman Black snakehead Channa melastoma 1122 Tuakang Tambakan/Biawan

(Kissing gourami)Helostoma temminckii 11

23 Belida clown knifefish Chitala chitala 82 80 5824 Sengarat 27 61 60 10025 Jalay Channa maruliodes 64 61 70 5826 Kayangan Arwana (Asian

bonytoungeSclepages formosus 91 61 20

Page 55: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

43

4.1.5. Penangkapan ikan

Hasil tangkapan ikan pada rawa banjiran Giam Siak Kecil berkaitan erat dengan

fluktuasi tinggi muka air (Tabel 4.1.5.1).

.

Gambar 4.1.5.1. Hasil tangkapan ikan pada alat lukah (pot trap) di Tasik Air Hitam padatahun 2010 (Husnah et al., 2010)

0

20

40

60

80

100

120

140

Waktu pengamatan

Tinggi

Muka

Air (c

m)

0

1

2

3

4

5

6

7

Hasil

Tangk

apan

(kg/ha

ri/nela

yan)

Tinggi air (cm) Total tangkapan ikan (kg/hari/nelayan)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Waktu Pengamatan

Tingg

i Muk

a Air

0

5

10

15

20

25

30

Hasil

tang

kapa

n ika

n(kg

/hari/n

elaya

n)

Tinggi air (cm) Total tangkapan ikan (Kg/hari/nelayan)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Waktu Pengamatan

0

1

2

3

4

5

6

7

Hasil

tang

kapa

n ika

n(kg

/hari/n

elaya

n)

Tinggi air (cm) Total tangkapan ikan (Kg/hari/nelayan)

0

20

40

60

80

100

120

140

Waktu pengamatan

Tingg

i Muk

a Air

0

1

2

3

4

5

6

7

Hasil

tangk

apan

(kg/ha

ri/nela

yan)

Tinggi air (cm) Total tangkapan ikan (Kg/hari/nelayan)

Page 56: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

44

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

3942434550515456576063646567697074757780848587889295969810010

110

210

310

410

510

610

710

810

911

011

111

211

311

411

511

611

711

811

912

012

112

212

312

412

512

612

712

812

913

013

113

213

313

413

513

613

713

813

914

014

114

214

314

414

514

614

714

814

915

015

115

215

315

415

515

615

715

815

916

016

116

216

3

Waktu Pengamatan

Tin

ggi m

uka

air

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Has

il T

angk

apan

(kg

/har

i/nel

ayan

)

Tinggi muka air (cm) Hasil tangkapan (kg/hari/nelayan)

Pada alat tangkap lukah (pot trap) hasil tangkapan ikan dari beberapa nelayan (Gambar

4.1.5.1-4.1.5.2) menunjukan pada saat air mulai turun yang terjadi antara bulan pebruari

hingga Mei, hasil tangkapan lukah cenderung menurun dengan kisaran tangkapan 2-5

kg/hari/nelayan. Pada saat air rendah (bulan Mei hingga Agustus) hasil tangkapan meningkat

dengan kisaran tangkapan antara 3-6 kg/hari/nelayan. Pada saat air terendah (akhir bulan

Juni) terjadi penurunan hasil tangkapan dengan kisaran 1-3 kg, dan hasil mulai meningkat

kembali pada saat air besar dengan hasil tangkapan pada kisaran 5-25 kg/hari/nelayan. Hasil

tangkapan ikan dengan jaring menunjukkan tingkah laku yang sedikit berbeda dengan alat

tangkap lukah. Hasil tangkapan ikan dengan jaring cenderung meningkat pada saat air

tergenang cukup lama (Mei-Agustus) dengan kisaran hasil tangkapan 4-8 kg/hari/nelayan

dan saat tinggi muka air tertinggi yaitu pada bulan November dengan kisaran hasil tangkapan

5-16 kg/hari/nelayan (Gambar 4.1.5.2) (Husnah et al., 2010).

Gambar 4.1.5.2. Hasil tangkapan ikan pada alat jaring (gill net) di Tasik Air Hitam padatahun 2010 (Husnah et al., 2010).

Hasil tangkapan nelayan di tasik Air hitam cenderung lebih tinggi dibandingkan tiga tasik

lainnya dengan hasil tangkapan pada kisaran 6-10 kg/nelayan/bulan pada saat air turun (Februari –

Maret, 51-100 kg/nelayan/bulan pada air kecil (air stabil), dan lebih dari 100 kg/nelayan/bulan pada

saat air air besar (Juli-Agustus) dan air mulai turun (September-Nopember) (Tabel 4.1.5.1 & Gambar

4.1.5.3). Hasil tangkapan ikan tersebut sebagian besar diperoleh dari alat tangkap lukah dan jaring

yang dioperasikan hampir sepanjang tahun di tasik Air Hitam. Sebagian besar hasil tangkapan berasal

dari tiga jenis ikan yaitu ikan tapah, toman dan tembakang. Hasil tangkapan ikan tapah pada saat air

turun, air kecil, air besar dan mulai turun masing-masing pada kisaran 26- 50 kg/nelayan/bulan, 11-

25 kg/nelayan/bulan, 51-100 kg/nelayan/bulan dan lebih besar dari 100 kg/nelayan/bulan.

Page 57: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

45

Air turun

Feb-Mar

Air hi t Kati Bet Ai r hi t Kati Ai r hi t Sera i Kati Bet Ai r hi t Ai r hi t Sera i Ai r hi t Bet Bet Ai r hi t Bet Ai r hi t

Lukah Pancing Tajur Rawai Tajur Lukah Jaring PancingTajur Ja la

1 Baung Hemibagrus nemurus 1 4 1 4 1 1 4 5 6 2 6 1 1

2 Baung layar Bagrichthys macracanthus 1 1 1 4

3 Bujuk/Lumpung Channa lucius 1 1 3 2 3 1 1 4

4 Gabus Channa striata 1

5 gelang/Riu Psedeutropius bracypopterus

6 Patin Pangasius sp 2 5

7 kol i /lele Clarias nieuhofi 1

8 Li lo Silurichthys hasseltii

9 Mengkaek Puntius lineatus 1

10 pantau Rasbora cephalotaenia 1

11 paud-paud Osteochilus spilurus

12 Permato Trygoster leerii

13 Pimping Parachila oxygastroides 1 1 2 4

14 Sela is ba l ik tulang Kryptopterus micronema 4

15 Sela is botul/la is muncung Kryptopterus apogon 1 1

16 Lais sungut (janggut) Ompok eugeneiatus 1 1 3

17 Sela is modang/ la is tapa Kryptopterus limpok 1

18 Sela is sp Kryptopterus lais 1 1 1 3 1 3 5 1 3 1

19 Sel incah/kepar/sekopa Belontia hasseltii 2 1 5

20 Semburingan Puntius lineatus

21 Sepat Trygoster trychopterus 1

22 Sepatung/batung Pristolepis fasciata 1 1 1 1 1

23 Sepengkah Parambassis apogonoides 1 1 1 2 1 2

24 Serandang Channa pleuropthalmus 1 2 1 1 4 2 2 1 4 1

25 Singeta i Mystus bimaculatus

26 Sosau Pectenocypris korthausae

27 Tapa Payu Silurichthys phaiosoma

28 tapah Wallago leeriii 1 1 4 1 3 1 1 1 4 1 6 5 1 6 1

29 Tembakang/tuakang Helostoma temminckii 1 2 2 2 4 4 1 5

30 Toman Channa melastoma 2 1 3 3 1 3 1 4 5 2 1 6 1

2 4 3 5 1 5 1 1 1 1 1 6 5 6 6 1 0 2 3 6 1 2

Air keci l (Stabi l ) Ai r Naik Air Turun

Tas ik Sungai Tas ik

Lukah Jaring Lukah Lukah Jaring

Tota l (kg/nelayan)

Tas ik

Siak keci l Kati

No Nama loka l Nama latin

Apri l -Juni Jul i -Agustus Sept-Nop

Tabel 4.1.5.1. Hasil tangkapan nelayan pada berbagai tinggi air, tipologi habitat dan jenis alat tangkap (Data penelitian Husnah et al (2010) diolah

Keterangan:1 : Hasil Tangkapan ≤ 5 kg/nelayan/hari 3 : Hasil Tangkapan 11-25 kg/nelayan/hari 5 : Hasil Tangkapan 51-100 kg/nelayan/hari2 : Hasil Tangkapan 6-10 kg/nelayan/hari 4 : Hasil Tangkapan 26-50 kg/nelayan/hari 6 : Hasil Tangkapan > 101 kg/nelayan/hari

Page 58: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

46

Hasil tangkapan ikan toman dan ikan tembakang relatif lebih kecil dibandingkan tapah. Hasil

tangkapan kedua jenis ini cenderung lebih besar pada saat air naik dan mulai turun dengan kisaran 26-

50 kg/nelayan/bulan.

Informasi tersebut di atas mendukung hasil penilaian nelayan yang menyatakan telah

terjadinya tekanan terhadap sumberdaya ikan tapah dan toman yang dindikasikan dengan

penurunan ukuran individu ikan. Hasil FGD tentang isu permasalahan yang dihadapi nelayan

di tasik GSK, juga menunjukkan telah terjadi penurunan jumlah ikan dan pendapat nelayan

sebagai akibat peanurunan ketebalan hutan di sekitar GSK (Tabel 4.1.5.2)

Gambar 4.1.5.3. Hasil tangkapan ikan pada berbagai alat tangkap di kempat tasik pada bulanPebruari, Mei, Agustus dan November 2010 (Marini et al., 2011)

Page 59: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

47

Tabel 4.1.5.2. Isu dan permasalahan dihadapi oleh pemanfaat dan pengelola rawa banjiranGiam Siak Kecil tahun 2013. (data FGD tahun 2013 yang diolah). Isue utamadiindikasikan dengan skor nilai mendekati 0.

No Isu dan Permasalahan Pemanfaat Pengelola1 Peningkatan ketinggian air 9 102 Penurunan ketinggian muka air 9 63 Meluasnya wilayah tumbuhan air di perairan 10 94 Penurunan ketebalan hutan di sekitar GSK 5 65 Hilangnya sumber-sumber air dan sungai di sekitar GSK 6 86 Pencemaran perairan 6 77 Penurunan jumlah jenis-jenis ikan 7 58 Penurunan jumlah ikan 4 59 Penurunan pendapatan dari hasil

tangkapan/karamba/pariwisata4 7

10 Pemakaian alat tangkap illegal (strum,tuba, bom) 5 811 Padatnya jumlah jaring (alat tangkap ikan)/keramba

dioperasikan di perairan8 10

12 Semakin kecilnya ukuran mata jaring yang dioperasikan 9 1013 Belum ada peraturan-peraturan mengenai pemanfaatan,

pengawasan dan sanksi berkaitan dengan sumberdaya GSK9 4

14 Belum diterapkannya peraturan-peraturan mengenaipemanfaatan, pengawasan dan sanksi berkaitan dengansumberdaya GSK

10 4

15 Belum ada wadah/lembaga pengelola sumberdaya GSK 11 616 Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap kelestarian

sumberdaya13 4

4.2. Potensi dan pemanfaatan sumberdaya alam non perikanan

Sungai Siak Kecil berikut rawa banjirannya (tasik) merupakan bagian dari sistim

perairan di Suaka Margasatwa GSK yang terletak di zona inti, namun dari sebelum

ditetapkan sebagai cagar biosfir hingga saat ini, perairan tersebut telah dimanfaakan

masyarakat. Berbagai aktivitas pada kedua kabupaten ini akan mempengaruhi kualitas,

produktivitas dan keberlanjutan dari sumberdaya perairan dan ikan di perairan tasik ataupun

di Sungai Siak Kecil berikut dengan anak-anak sungainya.

Pada zona inti, berbagai jenis pemanfaatan lahan diantaranya adalah pertanian

musiman dan perikanan. Pada zona penyangga, kegiatan masyarakat diantaranya perikanan,

perkebunan tanaman industri, kelapa sawit, dan tanaman perkebunan lainnya, pertanian

musiman, pengumpulan kayu dan produk hutan lainnya. Pemanfaatan lahan pada zona

transisi diutamakan pemukiman, pertanian musiman, perkebunan sawit, karet, agro industri,

Page 60: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

48

industri kehutanan, pertambangan, ekplorasi gas dan minyak bumi, serta berbagai

pemanfaatan ekonomi lainnya (Anonimous, 2010).

Di luar kawasan cagai biosfir GSK-BB, pemanfaatan lahan di Kabupaten Bengkalis

seperti di kecamatan Mandau, diantaranya didominasi oleh penutupan lahan berupa kebun

karet, semak belukar, hutan, kebun sawit, kebun campuran dan lahan terbuka, dan sebagian

kecil merupakan lahan pertanian, lahan terbangun dan badan air. Sebagian dari areal lahan

terbuka merupakan kawasan pertambangan (Pemerintah Kabupaten Bengkalis, 2010).

Ladang-ladang minyak bumi terdapat di Kecamatan Mandau, Bukit Batu pengelolaannya

dilakukan oleh perusahaan minyak PT. Caltex Pasific Indonesia dengan wilayah operasi di

Kecamatan Mandau dan Bukit Batu. Jumlah perusahaan besar yang beroperasi di sekitar

kawasan cagar biosfir GSK-BB di kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis dan di

Kabupaten Siak masing-masing sebanyak 7 perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan

industri dan hutan dan bidang lain.

4.3 Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat di Sungai dan Rawa Banjiran GSK

4.3.1 Lokasi Terpilih Dan Profil Masyarakat Nelayan

Giam Siak Kecil (GSK) merupakan komplek tasik terbesar di Provinsi Riau yang juga

merupakan bagian dari sub daerah aliran sungai (DAS) Mandau dan Sungai Siak Kecil.

Sungai Siak kecil menghubungkan kompleks tasik Giam Siak Kecil dengan selat Bengkalis.

Kompleks tasik ini terdiri atas beberapa tasik yang saling berhubungan seperti: Tasik Baru,

Tombatusonsang, Katialau, Serai, Betung, Marbalu, Bunian, Ungus, Besingin dan Air hitam.

Komplek tasik Giam Siak Kecil dikelilingi oleh hutan tanaman industri yang dimiliki oleh

empat perusahaan dibawah naungan Sinar Mas Forestry (LPPM IPB, 2008 dalam Husnah et

al., 2012), dan telah diusulkan pada bulan Pebruari 2009 dan telah mendapatkan persetujuan

UNESCO pada bulan Mei 2009 sebagai Cagar Biosfir Giam Siak Kecil –Bukit Batu (GSK-

BB) yang merupakan satu dari tujuh Cagar Biosfir yang ada di Indonesia. Penurunan jumlah

dan ukuran jenis ikan tertangkap telah banyak dilaporkan oleh para peneliti dan salah satu

jenis ikan yang merupakan ikon dari Sungai Siak yaitu ikan Terubuk (Tenualosa Macrura)

sudah jarang ditemukan. Fenomena tersebut diperkuat oleh hasil kajian yang dilakukan oleh

Husnah et al. (2009) di Sungai Siak yang berlokasi di Kuala Tapung hingga muara Sungai

Mandau mengindikasikan rendahnya kuantitas dan kualitas hasil tangkapan nelayan

ditemukan hanya pada beberapa lokasi khususnya pada lokasi pemukiman, perkebunan dan

industri. Pada lokasi berdekatan dengan muara Sungai Mandau masih ditemukannya jenis

Page 61: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

49

ikan ekonomis penting seperti Ikan Belida (Notopterus chitala), Patin (Pangasius sp), Baung

(Mystus nemurus) dan Ikan Lais-laisan (Kyrptopterus sp.).

Sementara itu, kajian terkait aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat nelayan

yang bermukim di kawasan cagar biosfir GSK-BB relatif belum banyak dilakukan. Oleh

karena itu, salah satu tujuan penelitian ini adalah mengkaji aspek sosial ekonomi dan budaya

masyarakat nelayan di kawasan tersebut. Data dan informasi nelayan pada perikanan sungai

dan rawa banjiran GSK dikumpulkan pada lokasi-lokasi terpilih: (a) Tasik Katialau; (b) Tasik

Betung; (c) Tasik Air Hitam, dan; (d) Tasik Serai. Sebaran lokasi-lokasi pengamatan tersebut

pada saat air tertinggi (pasang maksimum) dan air terendah (surut minimum) dapat dilihat

pada Gambar 4.3.1.1 dan 4.3.1.2

4.3.2 Profil Sosial Ekonomi dan Budaya

Profil sosial Ekonomi nelayan direpresentasikan oleh beberapa indikator, antara lain

adalah (a) jarak lokasi atau desa ke tempat pusat kegiatan ekonomi baik di tingkat kecamatan,

kabupaten dan propinsi; (b) komposisi jumlah penduduk; (c) tingkat pendidikan, dan; (d)

jumlah nelayan. Mengacu pada Tabel 1 di bawah serta Gambar 1 dan 2, lokasi terjauh

ditunjukkan oleh Tasik Air Hitam dan Katialau; kemudian diikuti oleh Tasik Serai dan

Betung. Jarak lokasi tempuh tersebut berimplikasi pada biaya transportasi yang harus

dikeluarkan oleh nelayan, baik untuk menjual hasil tangkapannya maupun untuk membeli

kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Dari sisi tingkat pendidikan, nelayan di Tasik Air Hitam

relatif mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup tinggi, diikuti oleh nelayan Tasik

Serai, Katialau dan Betung.

Dari sisi komposisi kelompok umur, nelayan di keempat lokasi menunjukkan pola

distribusi kelompok umur yang beragam; meskipun demikian dapat dikatakan bahwa nelayan

di Tasik Serai relatif menjadi profesi bagi generasi usia produktif (20-50 tahun) serta sedikit

sekali dilakukan oleh generasi ‘manula’ (>50 tahun). Lebih dari 50% nelayan Tasik Serai

berusia 20-30 tahun; komposisi kelompok usia yang sama ditunjukkan oleh nelayan Tasik Air

Hitam (33%), Tasik Katialau (25%) dan Tasik Betung (20%). Fenomena ini mengindikasikan

bahwa semakin dekat lokasi masyarakat ke pusat kegiatan ekonomi, semakin kecil minat

masyarakat berprofesi sebagai nelayan (ilustrasi Tabel 4.3.2.1 dan Gambar 4.3.2.1). Secara

umum dijumpai bahwa suku Melayu dan Siak relatif mendominasi profesi nelayan perikanan

perairan sungai dan rawa banjiran di GSK; kemudian diikuti oleh suku Mandau dan Jawa.

Page 62: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

50

Gambar 4.3.1.1. Lokasi Penangkapan Ikan Nelayan Tasik Air Hitam, Tasik Betung, TasikKatialau dan Tasik Serai Pada Saat Air Pasang Maksimum di Perairan SungaiDan Rawa Banjiran GSK.

Page 63: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

51

Gambar 4.3.1.2. Lokasi Penangkapan Ikan Nelayan Tasik Air Hitam, Tasik Betung, Tasik Katialau dan Tasik Serai Pada Saat Air SurutTerendah di Perairan Sungai Dan Rawa Banjiran GSK.

Page 64: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

52

Tabel 4.3.2.1. Deskripsi Profil Sosial Ekonomi Nelayan Perairan Sungai dan Rawa BanjiranGSK Menurut Lokasi Terpilih, 2013.

Sumber: Data primer dan sekunder (2013) di olah.Keterangan:

- Nelayan Tasik Betung dari Desa Tasik Betung- Nelayan Tasik Serai dari Desa Tasik Serai- Nelayan Tasik Air Hitam dari Desa Lubuk Gaung, mereka bersifat musiman dengan cara membangun

pondok di sekitar lokasi penangkapan pada saat musim ikan.- Nelayan Tasik Katialau bersifat musiman dengan cara membangun pondok di sekitar lokasi

penangkapan pada saat musim ikan.

Gambar 4.3.2.1. Distribusi Komposisi Kelompok Usia Nelayan Tasik Air Hitam, TasikKatialau, Tasik Serai dan Tasik Betung Tahun 2013.

4.3.3 Pola Mata Pencaharian Masyarakat Nelayan

Hubungan masyarakat, sumber daya alam dan pengelola sumber daya merupakan satu

kesatuan yang secara sederhana dapat dikatakan sebagai satu kesatuan sistem sosial ekologi

atau sistem ekologi sosial. Anonymous (2013) menyatakan bahwa Sistem Ekologi-Sosial

Diskripsi Tasik Betung Tasik Serai Tasik Air Hitam Tasik Katialau

Orbitasi (km)Jarak Desa ke Ibukota Kecamatan 40 70 ke Ibukota Kabupaten 10 290 ke Ibukota Propinsi 160 120Penduduk (orang)- Laki-laki 403 1997 na na- Perempuan 365 1731 na na- Total 768 3728 na naTingkat Pendidikan (%)- s/d tamat SD 49,81 72,37 83,33 72,23- SLTP/A 47,1 27,63 16,67 27,67- PT 3,09 - - -

Nelayan (orang) 70 60 12-16 18-20

0,005,00

10,0015,0020,0025,0030,0035,00

<20 Tahun 20-30 31-40 41-50 >50

Persentase Usia

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

<20 Tahun 20-30 31-40 41-50 >50

Persentase Usia

(a) Tasik Air Hitam (b) Tasik Katialau

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

<20 Tahun 20-30 31-40 41-50 >50

Persentase Usia

(c) Tasik Serai

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

<20 Tahun 20-30 31-40 41-50 >50

Persentase Usia

(c) Tasik Betung

Page 65: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

53

(SES) adalah sebuah sistem ekologi yang berhubungan erat dengan/dan dipengaruhi oleh satu

atau lebih sistem sosial. Sebuah sistem ekologi dapat secara bebas didefinisikan sebagai suatu

sistem yang saling tergantung dari organisme atau unit biologis. Istilah "SES" digunakan

untuk merujuk pada subset dari sistem sosial di mana beberapa hubungan saling tergantung

antara manusia yang dimediasi melalui interaksi dengan biofisik dan unit biologi non-

manusia (Anderies et al., 2004 dalam Anonymous, 2013). Secara sederhana hubungan

tersebut di atas dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 4.3.3.1.

Gambar 4.3.3.1. Keterkaitan sumber daya, pemanfaat dan pengelola sebagai ilustrasisistem sosial ekologi.

Lingkungan sosial ekonomi dan budaya meliputi: (a) keberadaan manusia dalam

kumpulan rumah tangga yang membentuk komunitas dengan karakteristik budaya berupa

sistem nilai, perilaku dan norma yang mengalami perubahan secara dinamis sebagai respon

ataupun antisipasi dinamika perubahan sumber daya alam; (b) kelembagaan sosial ekonomi

seperti sistem peraturan sosial dalam memanfaatkan sumber daya serta ekonomi pasar.

Penelitian LIPI (2007) mengungkapkan bahwa secara tradisional penduduk atau

masyarakat telah bermukim dan beraktivitas untuk memenuhi kebutuhannya dalam kawasan

cagar alam biosfir GSK, terutama pada lahan ‘daratan’ berupa hutan dan vegetasi

pendukungnya kemudian mengalami perluasan ke lahan ‘perairan’ berupa sungai dan rawa

banjiran. Masyarakat memanfaatan hasil-hasil hutan maupun sungai dan rawa banjiran untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, antara lain berupa bahan makanan, sayuran, buah-buahan

dan ikan. Pemanfaatan sumber daya untuk diperjual belikan untuk mendapatkan uang secara

langsung (cash money) umumnya berupa kayu dan ikan. Dalam memanfaatkan dan

mendayagunakan sumber daya alam yang ada, sistem peraturan sosial yang terbentuk didasari

atas kesadaran bahwa mereka sangat tergantung pada kekayaan sumber daya alam yang ada,

sehingga mereka harus berperilaku arif dan bijaksana sedemikian rupa sehingga

kelestariannya terjamin.

Page 66: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

54

Hasil penelitian di lokasi terpilih tasik Katialau, tasik Air Hitam, tasik Betung dan

tasik Serai menjelaskan pola mata pencaharian masyarakat yang hidup di sekitar cagar alam

biosfir GSK seperti diilustrasikan pada Tabel 4.3.3.1. Pada tabel tersebut diuraikan

pengalaman usaha terkait dengan mata pencaharian yang masyarakat beserta alokasi curahan

waktu mereka sehari-hari maupun dalam periode mingguan serta tahunan.

Tabel 4.3.3.1. Mata Pencaharian Masyarakat Menurut Jenis Usaha, Pengalaman Usaha danAlokasi Curahan Kerja di Lokasi Terpilih, 2013.

Sumber: Data survai 2013 di olah.

Secara tradisi, pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya perikanan perairan

sungai dan rawa banjiran GSK telah tertanam dalam kebiasaan masyarakat setempat bahwa

sumber daya yang ada tersebut mempunyai nilai penting bagi penghidupan mereka sehari-

hari; hal ini selanjutnya terefleksi dalam pola perkembangan mata pencaharian mereka.

Masyarakat secara sadar tidak menggunakan alat tangkap dan cara penangkapan yang bersifat

merusak kelestarian kehidupan sumber daya perikanan perairan sungai dan rawa banjiran,

misalnya tidak menggunakan alat setrum listrik, bahan peledak dan racun (tuba) ikan ataupun

memasang alat tangkap yang dipasang memotong jalur aliran sungai terutama pada saat

musim kemarau. Dengan melakukan tindakan seperti di atas, diyakini bahwa sumber daya

ikan sungai dan rawa banjiran terjamin kelestariannya. Pola mata pencaharian masyarakat

nelayan di sekitar sumber daya perairan sungai dan rawa banjiran GSK sehari-hari

ditunjukkan oleh Tabel 4.3.3.2.

Aktivitas penangkapan ikan di kalangan masyarakat nelayan sekitar perairan sungai

dan rawa banjiran GSK didominasi oleh nelayan tradisional dengan penguasaan armada dan

alat tangkap yang sederhana.

Lokasi Jenis Usaha Pengalaman (th) Jam/Hari Hari/Minggu Bulan/Tahun

Pertanian 16 5 7 6Perkebunan 5 3 5 12Perikanan 7 6 7 9Pertanian 10 8 7 10Perkebunan 2 2 7 10Perikanan 4 9 6 11Perkebunan 16 4 6 11Perikanan 36 6 6 9Perkebunan 7 5 4 11Perikanan 16 7 7 11Perdagangan 4 10 5 12

Tasik Air Hitam

Tasik Betung

Tasik Serai

Tasik Katiallau

Page 67: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

55

Tabel 4.3.3.2. Pola Mata Pencaharian Masyarakat Nelayan Sehari-hari Di GSK, 2013.

Lampiran 1. Susunan keanggotaan Badan Koordinasi Pengelolaan cagar Biosfer Giam SiakKecil-Bukit Batu (Kep Gub Riau No. Kpts. 920/V/2010 tanggal 14 Mei 2010).

S

Sumber: Survai 2013, data di olah.

Armada perahu yang digunakan berukuran panjang dan lebar sekitar 5-6 m (panjang)

dan 70-80 cm (lebar) yang dioperasikan dengan dayung dan/atau mesin tempel dengan daya

yang relatif kecil (< 5 PK). Alat tangkap yang digunakan berupa jaring, pacing, jala dan

bubu. Selain itu alat tangkap lukah digunakan. Kegiatan penangkapan ikan umumnya masih

berorientasi pada upaya memenu kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Peningkatan jumlah

penduduk serta perkembangan peningkatan akses jalan dari lokasi pemukiman menuju pusat-

pusat kegiatan ekonomi (pasar) baik ke kecamatan, kabupaten maupun propinsi

menyebabkan permintaan terhadap ikan meningkat. Hal ini mendorong nelayan untuk

melakukan modifikasi alat tangkap dan cara penangkapan ikan sedemikian rupa sehingga

mampu memperoleh hasil tangkapan ikan dalam jumlah besar dan menguntungkan. Berbagai

perubahan konstruksi alat tangkap dan pengoperasian penangkapan cenderung memberikan

dampak negatip terhadap kondisi sumber daya ikan sehingga kegiatan penangkapan ikan

menjadi tidak terkendali. Dinamika pola penggunaan alat tangkap dan hasil ikan tertangkap

menurut bulan pada peride penangkapan tahunan dapat dilihat pada Tabel 4.3.3.3

Tabel 4.3.3.3. Dinamika Pola Penggunaan Alat Tangkap dan Ikan Tertangkap MenurutBulan di Lokasi Studi, 2013.

Sumber: Survai 2013, data diolah.

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

Lukah (Lais Tapa) 1 1 1 1 1 1Lukah (Toman) 1 1 1 1 1Jaring (Tuakang) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1Jaring (Baung) 1 1 1 1 1 1Jaring (Lele) 1 1 1 1 1Jaring (Lumpung) 1 1 1 1 1 1

BulanAlat Tangkap danIkan Tertangkap

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5

Memasang Jaring 1 1 1 1 1Melihat Lukah 1 1 1 1 1 1Menjemur Ikan 1 1 1 1 1 1Menyalai Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1Jual Ikan 1 1 1Cari Kayu 1 1Berkebun :Karet 1 1Sawit 1 1

Aktivitas/Kegiatan Waktu (Jam)

Page 68: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

56

Jumlah anggota bekerja responden di Perairan Katialau GSK

1 50,002 16,673 16,674 5,56

>4 5,561 82 753 84 0

>4 81 402 403 04 20

>4 01 452 273 94 9

>4 0

Tasik Serai

Lokasi

Tasik Katialau

Tasik Air Hitam

Tasik Betung

Jumlah Anggota Keluargayang Bekerja

PersentaseJawaban

Literatur review mengungkapkan bahwa pada masa lalu (sebelum tahun 2000an)

musim ikan (panen raya) terjadi pada saat awal musim penghujan. Pada saat tersebut

permukaan air sungai naik dan air melimpah ke daerah rawa banjiran sampai mendekati

kawasan ‘daratan’ hutan dan daerah pemukiman. Kondisi ini secara langsung memberikan

kesempatan nelayan untuk memperluas daerah penangkapan ikan yang dapat di akses,

sehingga hasil tangkapan mereka meningkat. Situasi ini berbeda keadaannya bila

dibandingkan dengan perikanan sungai dan rawa banjiran di Sumatra Selatan dan Kalimantan

Barat, dimana musim ikan (panen raya) terjadi pada saat air mulai surut hingga surut

terendah. Bahkan, pada saat air surut terendah banyak ikan tertangkap atau terperangkap

yang tidak sempat termanfaatkan, baik dikonsumsi secara langsung atau diolah. Pada saat

panen raya, ikan tidak terjual seluruhnya, sehingga kegiatan pengolahan ikan baik dalam

bentuk ikan asin maupun ikan salai marak dipraktekkan oleh masyarakat nelayan.

4.3.4 Pendapatan Dan Pengeluaran Rumah Tangga

Secara tradisional, ada anggapan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga

semakin sejahtera tingkat kehidupan mereka. Hal ini di dasarkan pada pertimbangan bahwa

dengan adanya anggota keluarga yang ralatif banyak maka tersedia potensi tenaga kerja yang

dapat melakukan kegiatan usaha perekonomian produktif (Tabel 4.3.4.1).

Tabel 4.3.4.1. Jumlah anggota bekerja responden di rawa banjiran Giam Siak Kecil (GSK)

Page 69: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

57

Tabel 4.3.4.1 memberikan ilustrasi bahwa rataan jumlah anggota keluarga yang dapat

membantu kegiatan usaha produktif sebanyak 2 orang.

Pola mata pencaharian masyarakat sangat tergantung pada ketersediaan sumber daya

di lokasi dimana mereka bermukim. Hasil FGD memberikan ilustrasi bahwa 90% peserta

menyatakan bahwa ketergantungan mereka terhadap sumber daya perairan rawa banjiran

tinggi. Sebagian besar masyarakat pemanfat SDA rawa banjiran GSK memiliki mata

pencaharian lebih dari satu kegiatan usaha perekonomian. Struktur pendapatan dan

pengeluaran rumah tangga masyarakat dapat digambarkan seperti pada Tabel 4.3.4.2 dan

Tabel 4.3.4.3

Tabel. 4.3.4.2. Struktur Pendapatan Keluaraga Menurut Kategori Jenis Pendapatan danBesaran Pendapatan Yang Diterima di Giam Siak Kecil, 2013.

Sumber: FGD Tahun 2013.Keterangan: Angka dalam tabel menunjukkan prosentase responden

Persentase Pengeluaran Responden di Perairan Katialau GSK

<500 ribu 500 ribu-1 jt 1-2 jt >2jtKebutuhan Makanan 38,89 5,56 44,44 5,56Kebutuhan Pakaian 16,67 38,89 22,22 5,56Kebutuhan Perumahan 11,11 16,67 5,56 5,56Kebutuhan Pendidikan 5,56 22,22 11,11 0,00Kebutuhan Kesehatan 33,33 11,11 5,56 0,00Kebutuhan Makanan 25 33 42Kebutuhan Pakaian 33 33Kebutuhan Perumahan 25 50Kebutuhan Pendidikan 33Kebutuhan Kesehatan 75Kebutuhan Makanan 0 40 50 10Kebutuhan Pakaian 30 0 0 0Kebutuhan Perumahan 0 0 0 0Kebutuhan Pendidikan 80 0 0 0Kebutuhan Kesehatan 10 0 0 0Kebutuhan Makanan 9 18 64 0Kebutuhan Pakaian 64 0 0 0Kebutuhan Perumahan 27 0 0 0Kebutuhan Pendidikan 9 9 0 0Kebutuhan Kesehatan 55 0 0 0

Tasik Betung

Tasik Serai

Lokasi Jenis Pengeluaran Rata-rata pengeluaran per bulan

Tasik Katialau

Tasik Air Hitam

Page 70: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

58

Tabel 4.3.4.3. Struktur Pengeluaran Keluarga Menurut Kategori jenis Pengeluaran danBesarannya di rawa banjiran Giam Siak Kecil (GSK), 2013.

Sumber: FGD Tahun 2013.Keterangan: Angka dalam tabel menunjukkan prosentase responden

4.3.5 Penguasaan Lahan

Pola pencaharian masyarakat lebih dari satu usaha tercermin dari luasan lahan yang

dimiliki (Tabel 4.3.5.1). Mata pencaharian non perikanan seperti pertanian, perkebunan dan

pengolahan ikan dilakukan oleh kaum perempuan (istri dan anak). Usaha sampingan

sebagian besar responden adalah pearkebunan. Hal ini terlihat dari luasan ladang dan

perkebunan yang lebih dari 4 hektar dibandingkan dengan lahan sawah kurang dari satu

hektar.

Tabel 4.3.5.1. Rata-rata luas lahan usaha responden

Sumber: FGD Tahun 2013.Keterangan: Angka dalam tabel menunjukkan prosentase responden

Besaran Pendapatan Keluarga Responden di Perairan Katialau GSK

<1 juta 1-3 juta >3 jutaPendapatan utama 16,67 55,56 0Pendapatan Sampingan 16,67 11,11 0,00Pendapatan Utama 17 67 0Pendapatan Sampingan 8 8 0Pendapatan Utama 10 30 0Pendapatan Sampingan 40 20 0Pendapatan Utama 0 64 27Pendapatan Sampingan 3 6 0

Tasik Katialau

Tasik Air Hitam

Tasik Betung

Tasik Serai

Lokasi Persentase Pilihan RespondenJenis Pendapatan

Rata-rata luas Lahan Usaha RespondenLokasi Jenis Lahan Usaha Luas (ha)

Sawah (ha) 1,17Ladang/Kebun (ha) 4,63Keramba (ha)Sawah 0,6Ladang/Kebun 0,5KerambaSawah 0,0Ladang/Kebun 1,75Keramba 0Sawah 0,0Ladang/Kebun 4,25Keramba 0

Tasik Katialau

Tasik Air Hitam

Tasik Betung

Tasik Serai

Page 71: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

59

4.3.6 Peran Wanita Dalam Rumah Tangga Nelayan

Pembagian peran dalam rumah tangga terbentuk mengikuti kondisi sosial budaya dan

sosial ekonomi yang dipraktekkan oleh suatu komunitas. Kondisi tersebut juga dipengaruhi

oleh bagaimana keterkaitan hubungan antara komunitas tersebut dengan sumber daya alam

dimana mereka menggantungkan penghidupannya. Gender oleh Simatauw et al. (2001),

didefinisikan sebagai perbedaan peran, status, pembagian kerja yang dibuat oleh sebuah

masyarakat berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.3.6.1. Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Keterkaitannya dengan PengelolaanSumber daya Perikanan Perairan Sungai dan Rawa GSK, 2013.

Sumber: FGD Tahun 2013.Keterangan: Angka dalam tabel menunjukkan prosentase responden

Gender berbeda dengan jenis kelamin; gender merupakan bentukan manusia bukan kodrat

yang mengandung pengertian bahwa gender dapat berubah setiap saat. Lebih lanjut

dinyatakan bahwa gender ini bersifat dinamis secara lokalitas. Dalam konteks analisis gender

serta keterkaitannya dengan penguasaan, pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya

Lokasi Jenis Peran Pilihan Responden (%)

Mengurus RT 61,11Membantu usaha (mencariuang)

50,00

Menyumbang pemikiran dalammengambil keputusan

33,33

Lainnya 0,00kosong 16,67Mengurus RT 92Membantu usaha (mencariuang)

58

Menyumbang pemikiran dalammengambil keputusan

33

Lainnya -Mengurus RT 90Membantu usaha (mencariuang)

70

Menyumbang pemikiran dalammengambil keputusan

60

Lainnya 0Mengurus RT 91Membantu usaha (mencariuang)

64

Menyumbang pemikiran dalammengambil keputusan

55

Lainnya -

Tasik Katialau

Tasik Air Hitam

Tasik Betung

Tasik Serai

Page 72: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

60

alam, terkait di dalamnya adalah bagaimana pola hubungan kuasa dan peran anatara laki-laki

dan perempuan dalam menjadikan alam sebagai sumber penghidupan. Hasil diskusi

kelompok terfokus di lokasi komunitas/ masyarakat nelayan terpilih, peran perempuan dapat

diidentifikasi seperti ditunjukkan oleh Tabel 4.3.6.1.

Mengurus urusan rumah tangga merupakan peran dominan perempuan dalam rumah

tangga nelayan di keempat lokasi yang di amati. Dalam konteks penghidupan dan

keterkaitannya dengan sumber daya perikanan, perempuan dalam rumah tangga nelayan

berperan membantu keluarga dalam mencari penghasilan dan memberikan sumbangan

pemikiran dalam pengambilan keputusan keluarga.

4.4. Existing pengelolaan sumberdaya alam di GSK

Pasal 33 UUD 1945 secara eksplisit menyebutkan bahwa secara legal sumber daya

alam yang ada di wilayah Indonesia dimiliki oleh negara. Secara faktual, kehadiran negara

dalam kepemilikan (property rights system) sumber daya tidak terlihat dengan jelas sehingga

terkesan bahwa sumber daya yang ada adalah bukan milik siapa-saja atau milik bersama

(common property) atau dimiliki oleh masyarakat (communal property). Hak kepemilikan

sumber daya akan berimplikasi pada hak pemanfatan (access rights). Pemahaman status

keterkaitan pemanfaat dengan sumber daya alam yang ada akan berpengaruh pada praktek

pola pemanfaatan sumber daya tersebut. Selain daripada itu, pemahaman tingkat kerentanan

sosial (masyarakat) secara implisit tergambarkan dari pola pikir masyarakat terhadap

kepemilikan dan tanggungjwab terhadap pengelolaannya. Tabel 4.4.1 dibawah memberikan

ilustrasi persepsi masyarakat hasil FGD terkait dengan kepemilikan sumber daya perairan

rawa banjiran GSK. Sebagian besar responden menyatakan bahwa sumber daya tersebut

merupakan milik yang masyarakat.

Tabel 4.4.1. Persepsi masyarakat di rawa banjiran Giam Siak Kecil mengenai sumberdayaalam

Pilihan Tasik Persentase/JawabanSerai Katialau Betung Air Hitam

Tidak ada 27 0 30 0Tuhan 0 17 0 17Negara (pemerintah) 18 33 10 17Masyarakat 45 44 50 67PT. Sinarmas 0 0 0 0Tidak menjawab 9 6 10 0

Page 73: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

61

Pemikiran tersebut terungkap juga dari Tabel 4.4.2. ternyata persepsi masyarakat

bahwa masyarakat adalah bagian dari pengelola perairan di rawa banjiran GSK dan persepsi

masyarakat tentang terlibatnya mereka dalam pengelolaan SDA. Pemikiran tersebut

merupakan nilai penting dalam pengelolaan sehingga apabila akan dilakukan beberapa

alternatif pengelolaan maka diharapkan masyarakan akan berpartisipasi untuk mendukung

keberhasilan pengelolaan.

Tabel 4.4.2. Persepsi pemanfaat tentang pengelola sumberdaya perairan di Giam Siak Kecilsaat ini

Pengelola Persentase Pilihan Responden/ Lokasi TasikSerai Katialau Betung Air Hitam Rataan

Tidak ada 36 17 20 0 18Pemerintah 9 6 20 25 15Masyarakat 45 78 60 75 65PT. Sinarmas Forestry 0 0 0 0 0kosong 9 6 0 0 4

Namun demikian beberapa hal mempengaruhi keberhasilan pengelolaan diantaranya belum

ada kesepakatan tentang penentuan siapa yang berhak untuk memanfaatkan SDA, jenis alat

yang digunakan, batas daerah penangkapan, belum adanya aturan sangsi terhadap

pemanfaatan sumberdaya yang tidak rasional dan penggunaan alat tangkap yang ilegal, belum

adanya peran tokah agama, adat, masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan SDA, dan

belum adanya koordinasi dengan pengelola lain seperti satuan kerja pemerintah daerah

(dinas-dinas terkait dalam pemanfaatan dan pengelolaan SDA rawa banjiran GSK) yang

tercermin dari hasil FGD bahwa dalam pengelolan masyarakat tidak meminta izin dari

pemerintah karena mereka tidak dilibatkan dalam proses pengelolaan (Tabel 4.4.3).

4.5. Kelembagaan

Secara sederhana kelembagaan dapat di artikan sebagai wadah dan seperangkat

mekanisme yang disepakati dan dijalankan. Kata kelembagaan tidak hanya merujuk kepada

lembaga atau organisasi, tetapi juga merujuk kepada aturan-aturan yang ada dan mengikat

(Priatna, 2007). Ciri umum kelembagaan sosial adalah organisasi pola-pola pemikiran dan

pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktifitas-aktifitas kemasyarakatan dan hasil-

hasilnya.

Page 74: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

62

Tabel 4.4.3. Persepsi responden (pemanfaat) terhadap komponen dan proses pengelolaansumberdaya alam di rawa banjiran Giam Siak Kecil

Parameter/komponenpenilaian

Persentase Pilihan Responden/Lokasi Tasik

Serai Katialau Betung Air Hitam RataanYa Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Apakah ada kesepakatansiapa yang boleh menangkapikan

100 11 72 8 92 5 66

Apakah ada kesepakatanpembatasan jenis danjumlah alat/ketamba yangberoperasi

100 33 61 33 67 17 57

Apakah ada kesepakatanpenempatan alattangkap/keramba di GSK

100 17 72 17 83 8 64

Apakah ada sangsi bagimasyarakat yang melanggarkesepakatan

36 55 50 44 30 60 33 67 37 56

Apakah Bapak/Ibu ikutmelestarikan lingkungansumberdaya alam di GSK,baik itu sumberdaya hutanmaupun perairan

82 9 61 28 70 20 67 33 70 23

Apakah ada peran tokohagama dalam pengelolaansumberdaya alam di GSK

18 73 61 22 20 70 25 75 31 60

Apakah ada peran tokohadat dalam pengelolaansumberdaya alam di GSK

37 55 17 67 30 60 21 70

Apakah ada peran tokohmasyarakat dalampengelolaan sumberdayaalam di GSK

18 73 28 50 50 40 75 25 43 47

Apakah ada peranpemerintah dalampengelolaan sumberdayaalam di GSK

18 73 28 50 30 50 67 33 36 52

Apakah Bapak/Ibu ikutmengelola sumberdaya alamdi GSK

61 33 75 25 34 15

Apakah Bapak/Ibu dalampengelolaan sumberdayaalam, baik itu hutan danperairan GSK memintapertimbangan izin kepadapara tokoh agama, adat,masyarakat dan pemerintah

9 82 22 56 20 70 13 77

Page 75: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

63

Kelembagaan sosial memiliki suatu tingkat kekekalan tertentu ketika himpunan norma-

norma yang terkandung di dalam kelembagaan sosial tersebut berkisar kepada kebutuhan

pokok sudah sewajarnya harus dipelihara. Fungsi dari kelembagaan sosial adalah menjaga

keutuhan masyarakat dan memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan

sistem pengendalian sosial (social control system). Konflik terjadi seiring munculnya

perbedaan kepentingan atau kebutuhan di dalam suatu masyarakat. Berfungsinya peranan ini

akan dapat mengikat tujuan-tujuan pembentukan kelembagaan sesuai dengan fungsinya

tersebut.

Hasil identifikasi kelembagaan yang ada dan berkembang di lokasi kajian dapat

dilihat pada Tabel 4.5.1.

Tabel 4.5.1. Identifikasi Kelembagaan Masyarakat Nelayan di Tasik Karialau, Air Hitam,Betung dan Serai (2013).

Parameter/ Komponen Lokasi Tasik Persentasi Pilihan respondenSerai Katialau Betung Air Hitam Rataan

Ada TidakAda

Ada TidakAda

Ada TidakAda

Ada TidakAda

Ada TidakAda

Apakah sudah ada kelompoknelayan/pembudidaya/masyarakat lainnya

0 91 0 94 10 80 8 92 5 89

Apakah ada aturan-aturan yangtidak tertulis dijalankan secaraturun temurun dalammenjalankan usaha/matapencaharian

0 91 28 67 30 60 0 100 14 79

Apakah ada upacara-upacaraadat berkaitan dengansumberdaya di GSK

0 0 11 78 0 0 0 100 3 44

Apakah ada pengaturan waktukapan bekerja dan tidak bekerja

0 0 11 72 0 0 0 100 3 43

Apakah ada orang yang dihormati di lingkungan tempattinggal dan usaha

45 45 72 11 70 20 25 75 53 38

Apakah ditemukan konflikantara nelayan/pembudidaya/usaha pariwisata yangmerupakan penduduk aslisetempat

9 82 0 89 30 60 0 100 10 83

Apakah ditemukan konflikantaranelayan/pembudidaya/usahapariwisata yang merupakanpenduduk asli setempat dengannelayan/pembudidaya/usaha pariwisata pendatang

0 91 11 72 30 60 0 100 10 81

Sumber: Data FGD 2013 diolah.

Page 76: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

64

Berdasarkan hasil diskusi kelompok terfokus di masing-masing lokasi, kelembagaan

dalam bentuk kelompok nelayan, pengolah ikan, pekebun ataupun bentuk lainnya sebagai

representasi suatu wadah atau organisasi maupun mekanisme pengaturan kegiatan

penangkapan di keempat lokasi dilaporkan hampir tidak ada. Meskipun demikian, ada

ketokohan yang dihormati dan dianut oleh masing-masing komunitas tersebut dan tidak

ditemukan konflik antar pengguna baik antar penduduk asli dan antar penduduk asli dengan

pendatang.

Berdasarkan hasil studi pustaka, data primer FGD pemanfaatn dan pengelola yang

telah dipaparkan pada sub bab 4.1-4.5 tersebut diatas, perlu disusun tujuan pengelolaan,

rencana pengelolaan dan kriteria keberhasilan pengelolaan. Ketiga komponen tersebut tidak

didasarkan pada sinergitas antara persepsi masyarakat pemanfaat dan pengelola SDA rawa

banjiran GSK yang merupakan inti dari pengelolaan secara bersama (ko-manajemen).

Tujuan pengelolaan dicermikan dari isu atau permasalahan penting yang dirasakan oleh

pemanfaatan dan pengelola. Isu penting yang dirasakan oleh nelayan maupun pengelola di

rawa banjiran GSK diantaranya adalah penurunan jumlah ikan, penurunan ketebalan hutan

disekitar GSK, penurunan pendapatan dari hasil tangkapan (Tabel 4.5.2). Isu penting lain

yang dirasakan pemanfaat adalah belum adanya tapal batas yang jelas wilayah inti suaka

margasatawa GSK sehingga pembukaan lahan untuk perkebunan sawit seperti yang

ditemukan di desa tasik Serai dan Betung telah memasuki wilayah inti ssuaka margasatwa

GSK. Untuk itu persepsi masyarakat dan nelayan tentang rencana pengelolaan ke depan

diarahkan pada rehabilitasi hutan, zonasi wilayah konservasi dan pemanfaatan, domestikasi

ikan asli, penerapan pengawasan dan sanksi hukum pelanggaran pemanfaatan SDA,

restocking ikan asli, transfer teknologi pembenihan dan budidaya, inisiasi pembentukan

lembaga masyarakat pengelola GSK (Tabel 4.5.3). Keberhasilan suatu pengelolaan dirasakan

langsung oleh nelayan dan pengelolaa suatu SDA. Berdasarkan hasil FGD, persepsi

keberhasilan pengelolaan menurut pemanfaat dan pengelola rawa banjiran GSK diindikasikan

pada besarnya produksi ikan dan pendapatan masyarakat serta masih baiknya keragaman

ikan.

Page 77: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

65

Tabel 4.5.2. Persepsi pemanfaat dan pengelola tentang isu penting pengelolaan SDA diGiam Siak Kecil

No Isu dan Permasalahan Jawaban responden/Lokasi TasikSerai Katialau Betung Air

HitamRataan

PemanfaatRataan

Pengelola1 Peningkatan ketinggian air 7 12 9 10 9 102 Penurunan ketinggian muka air 5 16 8 9 9 63 Meluasnya wilayah tumbuhan air di

perairan9 10 12 9 10 9

4 Penurunan ketebalan hutan di sekitarGSK

8 5 5 4 5 6

5 Hilangnya sumber-sumber air dansungai di sekitar GSK

9 3 9 4 6 8

6 Pencemaran perairan 7 5 9 2 6 77 Penurunan jumlah jenis-jenis ikan 6 7 9 7 7 58 Penurunan jumlah ikan 3 6 4 3 4 59 Penurunan pendapatan dari hasil

tangkapan/karamba/pariwisata2 7 4 4 4 7

10 Pemakaian alat tangkap illegal(strum,tuba, bom)

9 3 7 3 5 8

11 Padatnya jumlah jaring (alat tangkapikan)/keramba dioperasikan diperairan

9 5 10 9 8 10

12 Semakin kecilnya ukuran mata jaringyang dioperasikan

12 5 10 9 9 10

13 Belum ada peraturan-peraturanmengenai pemanfaatan, pengawasandan sanksi berkaitan dengansumberdaya GSK

12 7 8 9 9 4

14 Belum diterapkannya peraturan-peraturan mengenai pemanfaatan,pengawasan dan sanksi berkaitandengan sumberdaya GSK

13 9 7 12 10 4

15 Belum ada wadah/lembaga pengelolasumberdaya GSK

12 11 7 13 11 6

16 Rendahnya pemahaman masyarakatterhadap kelestarian sumberdaya

13 15 9 16 13 4

Sumber: Data FGD 2013 diolah

Keterangan: Prioritas jawaban utama diindikasikan dengan skor yang mendekati angka 0

Page 78: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

66

Tabel 4.5.3. Persepsi pemanfaat dan pengelola tentang peluang peluang untuk perbaikansistem pengelolaan SDA di Giam Siak Kecil

No Peluang Perbaikan Jawaban responden/Lokasi TasikSerai Katialau Betung Air Hitam Rataan

PemanfaatRataan

Pengelola1 Rehabilitasi hutan 2 3 1 4 2 42 Pembersihan tumbuhan air 6 5 6 73 Instalasi pengendalian limbah

industri di perkotaan6 7 7 8

4 Pengadaan saranapenampungan sampah organikdan organik pemukiman danusaha pariwisata

9 4 8 7 7

5 Pengadaan tempatpembuangan sampah akhir

2 9 6 8

6 Domestikasi ikan asli pada BalaiBenih Ikan Dinas KKP

3 4 2 3 3 5

7 Transfer teknologi pembenihandan budidaya ikan Asli

2 4 3 8 4 5

8 Restocking ikan asli GSK 2 2 4 6 4 59 Zonasi wilayah konservasi dan

pemanfaatan di GSK3 4 1 3 3 3

10 Inisiasi pembentukan lembagamasyarakat pengelola GSK

3 4 9 5 4

11 Penerapan pengawasan dansanksi hukum pelanggaranhukum pemanfaatansumberdaya GSK

3 3 3 3 5

12 Pembatasan jumlah dan ukuranmata jaring alat tangkap dankeramba pada musim tertentu

4 4 4 1 3 7

Sumber: Data FGD 2013 diolah

Keterangan: Prioritas jawaban utama diindikasikan dengan skor yang mendekati angka 0

Tabel 4.5.4. Kriteria keberhasilan dan kegagalan pengelolaan

No Kriteria Keberhasilan Jawaban responden/Lokasi TasikSerai Katialau Betung Air Hitam Rataan

PemanfaatRataan

Pengelola1 Produksi ikan 1 2 3 1 2 32 Keragaman ikan 4 2 4 3 3 33 Kuantitas dan kualitas perairan 4 4 4 4 4 34 Pendapatan masyarakat 2 2 2 3 2 35 Kualitas pendididkan

masyarakat5 5 4 5 5 4

6 Tidak adanya konflik 5 5 4 6 5 4Sumber: Data FGD 2013 diolah

Keterangan: Prioritas jawaban utama diindikasikan dengan skor yang mendekati angka 1

Page 79: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

67

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Pengembangan pemanfaatan dan pendayagunaan sumberdaya perairan

rawa banjiran GSK bagi perikanan dapat dikelompokkan kedalam pengembangan

usaha perikanan tangkap dan pengolahan ikan. Hasil FGD memetakan status dan

permasalahan pemanfaatan serta pendayagunaan sumberdaya GSK, dalam

kelompok dinamika potensi sumberdaya perairan dan ikan, potensi dan

pemanfaatan sumberdaya alam non perikanan dan sosial ekonomi serta

kelembagaan pengelolaan perikanan.

Penurunan kualitas sumberdaya perairan GSK disebabkan oleh dan faktor

anthropogenik. Oleh karena itu arah kebijakan dan strategi pengelolaan dimasa

mendatang agar lebih ditekankan pada upaya meminimalisasi tekanan lingkungan

dan menyusun dan menerapkan peraturan mengenai pemanfaatan pengawasan dan

sangksi berkaitan dengan sumberdaya GSK. Pengelolaan yang perlu dilakukan

kedepan diantaranya adalah rehabilitasi hutan, zonasi wilayah konservasi dan

pemanfaatan, domestikasi ikan asli, penerapan pengawasan dan sanksi hukum

pelanggaran pemanfaatan SDA, restocking ikan asli, transfer teknologi

pembenihan dan budidaya, inisiasi pembentukan lembaga masyarakat pengelola

GSK

Bagi peruntukan pengembangan pemanfaatan perikanan arah dan strategi

kebijakan yang disarankan adalah: penetapan zonasi pemanfaatan, domestikasi

ikan asli, transfer teknologi pembenihan ikan asli dan restocking ikan asli seperti

tapah, baung dan selais. Model Pengelolaan sumberdaya perairan rawa banjiran

GSK secara keseluruhan harus bersifat terpadu, komprehensif dan partisipatif

sesuai dengan dinamika perkembangan yang terjadi.

Page 80: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

68

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2010a. Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Access 23 Desember 2010.http://www.bengkalis.go.id/sajian_menu.php?link_unemdi=4

Anonymous. 2010b. Pemerintah Kabupaten Siak. Access 23 Desember 2010.http://siakkab.go.id/tentangsiak_4_Geografi.html

Anonymous. 2011. Classification system for wetland type. Http://www.Ramsar.org/cda/en/ramsar-activities-cepa-classification-system/main/ramsar/1-6369^21235_4000_0. Akses Oktober 2011 jam 9.42

Anonimous. 2011. Suaka Margasatwa di Riau – Sumatera – Indonesia. SuakaMargasatwa di Riau – Sumatera – Indonesia Thursday, 27 January 2011 09:52(ramsar.org, 2011). http://www.ramsar.org/pictures/norbalwet - 2007 - 04. Jpg.Disebut “hochmoor”.

Anonymous, 2013. Sistem Sosial Ekologi. http://tropical-mcrm.blogspot.com/2012/04/ sistem-ekologi-sosial.html diakses 11Desember 2013.

Griffin, E., K.L. Miller, B. Freitas, and M. Hirshfield. 2008. Predator as prey: whyhealthy ocean need sharks. Oceana. Washington D.C. 20 pp

Hoggarth, D., M.F. Sukadi, A.S. Sarnita, S. Koeshendrajana, N.A. Wahyudi, E.S.Kartamihardja, A. Poernomo, M.S. Anggraeni, A.K. Gaffar, Ondara, Samuel,M.A. Thomas, Murniati dan K. Purnomo. 2000. Panduan PengelolaanBersama Suaka Produksi Ikan Di Perairan Sungai Dan Rawa Banjiran.Balitbangtan – Puslitbang Perikanan. Jakarta. 27 hal.

Husnah et al., 2009. Penentuan Tingkat Degradasi Lingkungan Perairan di SungaiSiak Bagian Hilir dengan benthic Integrated Biotic Index (B-IBI). LaporanTahunan/Akhir. T.a. 2009. Internal record. BRPPU.PRPT.BRKP.DKP.

Husnah dan E. Prianto. 2011. Karakteristik lingkungan perairan rawa: Studi kasusurawa banjiran suaka margasatwa Giam Siak Kecil. Dalam: Perikanan dankondisi lingkungan sumberdaya ikan perairan umum daratan Riau.N.N.Wiadyana, A. K. Gaffar dan Husnah (eds). Bee Publishing. Palembang. Hal:37-60

Husnah, Makri, E. Riani, K. Fatah, Maturidi, A. Sudrajat, M. Marini, Darmansyah,M. D. Rastina dan R. S. Junianto. 2011. Karakteristik Habitat, Sumber DayaPerairan Dan Kegiatan Penangkapan Ikan Di Komplek Danau Rawa BanjiranSub DAS Mandau, Provinsi Riau. Laporan Teknis (tidak dipublikasikan).Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan,Balitbang-KP, KKP. Jakarta.

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartika, & S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater fishesof western Indonesia and Sulawesi. Barkeley Books. Singapura

LIPI. 2007. Keanekaragaman Hayati Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil TasikBitung Dan Hutan Konservasi PT Arara Abadi Blok Bukit Batu, Riau.

Page 81: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR - bp3upalembang.kkp.go.idbp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Riau... · LAPORAN TAHUNAN/AKHIR ... curah hujan (C ) di stasiun klimatologi

69

Laporan Akhir: Kerjasama LIPI dengan PT Arara Abadi Sinar Mas Asia Pulpand Paper, Riau. 112 hal.

MAP Bosphere Reserve Directory. 2010. Giam Siak Kecil-Bukit Batu. Acces 23Desember 2010. http://www.unesco.org/mabdb/br/brdir/directory/ biores.asp?code=INS+07 &mode=all

Marini, M. Asyari, dan Herlan. 2011. Keragaman jenis ikan. Dalam: Perikanan dankondisi lingkungan sumberdaya ikan perairan umum daratan Riau.N.N.Wiadyana, A. K. Gaffar dan Husnah (eds). Bee Publishing. Palembang. Hal:141-230.

Priyatna, F.N. 2007. Laporan Aspek Sosial Ekonomi Sungai Seruyan. Balai BesarRiset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Sarnita, A.S., M.F. Sukadi dan F. Cholik. 1993. Program penelitian perikananperairan umum. Prosiding Temu Karya Ilmiah Perikanan Perairan Umum.Pengkajian potensi dan prospek pengembangan perairan umum Sumatera

Simatauw, M., L. Simanjuntak dan P.T. Kuswardono. 2001. Gender danPengelolaan Sumber daya Alam: Sebuah Panduan analisis. YayasanPenguatan Institusi dan Kapasitas Lokal (PIKUL). Galang Printika.Yogjakarta. 106 hal.

Welcomme, R.L. 2001. Inland Fisheries: Ecology and Management. Food andAgricultural Organization. The United Nation. Fishing News Book. Oxford.357 p.

Wikipedia. 2013. List of apex predators http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_apex_predators#In_ aquatic_environments. 24 Desember 2013 jam12.10

Wooton, J. 1991. Ecology of Teleost Fishes. New York: Chapman & Hall.