Lapsus Gangguan Panik & Referat Fugue Disosiatif

  • Upload
    fateee

  • View
    183

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

f

Citation preview

ASSALAMUALAIKUM

ASSALAMUALAIKUM

LAPORAN KASUSGANGGUAN PANIK (ANXIETAS PAROKSISMAL EPISODIK) F41. 0REFERATFUGUE DISOSIATIF F44. 1

NURUL FADHILLAH 110208088Pembimbingdr. Misleny NatsirSupervisorDr. dr. H. M. Faisal Idrus , Sp.KJ (K)

LAPORAN KASUSNama : Ny. PMUmur : 42 Tahun Jenis Kelamin : PerempuanStatus Perkawinan: MenikahAgama: IslamWarga Negara : IndonesiaSuku Bangsa : BugisPendidikan : SMA ( Tamat ) Pekerjaan : IRTAlamat : Kompleks Griya Mulya Sari Blok A

Keluhan Utama : Perasaan CemasAnamnesis TerpimpinDialami sejak 1 tahun yang lalu, dan makin memberat 1 bulan terakhir. Awalnya 1 tahun yang lalu pasien menderita demam tifoid, dan sempat dirawat di RSWS selama 10 hari. Sejak saat itu pasien selalu merasa cemas dan takut mati apalagi bila pasien mendengar tentang berita kematian. Saat ini pasien merasa cemas, karena 2 minggu ke depan suami pasien akan melakukan perjalanan Papua selama 1 minggu, hal tersebut sangat membebani pikiran pasien. Pasien terkadang merasa sulit untuk bernapas, seperti tercekik, sesak, jantung berdebar-debar, sakit kepala, pusing, keringat dingin, nyeri ulu hati, susah tidur, dan seperti mau mati. Hal ini sudah dirasakan oleh pasien sebanyak 3 kali selama kurun waktu 1 bulan. Keadaan ini biasanya muncul secara tiba-tiba, sehingga pasien merasa takut untuk keluar rumah. Pasien juga sering merasa cepat lelah meskipun mengerjakan suatu pekerjaan yang yang tidak menguras banyak energi. Menurut suami pasien, akhir-akhir ini pasien tampak seperti kehilangan minat untuk beraktivitas, tetapi disaat pasien tidak merasa cemas, pasien masih dapat mengerjakan kegiatan sehari-harinya seperti biasa. Pasien memang sering mengalami cemas yang berlebihan meskipun menghadapi suatu masalah yang kecil, seperti disaat pasien ingin buang air kecil di malam hari, pasien akan membangunkan suaminya untuk mengantarnya ke kamar mandi yang terletak tidak jauh dari kamar tidur pasien, pasien merasa takut apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkannya saat pasien sedang berada di kamar mandi. Sekitar 2 bulan yang lalu kakak ipar pasien meninggal dan di saat bersamaan suami pasien juga sakit, pasien sangat takut apabila suaminya meninggal, seperti kakak iparnya. Tidak lama setelah meninggalnya kakak ipar pasien, muncul beberapa masalah keluarga yang membebani pikiran pasien, mulai dari konflik keluarga pasien dengan saudara-saudaranya yang sedang mempersoalkan masalah harta warisan, dan dengan keluarga suaminya yang mempersoalkan masalah surat-surat tanah yang dimiliki oleh pasien. Sejak 1 tahun terakhir pasien rajin kontrol ke dokter ahli penyakit dalam mengenai penyakitnya tersebut, namun dokter tersebut mengatakan tidak ada kelainan atau penyakit yang bermakna.

Hendaya / disfungsi Hendaya dalam bidang sosial (-)Hendaya dalam bidang pekerjaan (+) Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+) Faktor stressor psikososial : Di tahun 2011, pasien menderita demam tifoid, dan dirawat di RSWS selama 10 hari.Hubungan gangguan, sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikik sebelumnya : Tidak ada

Riwayat gangguan sebelumnya Trauma (-)Infeksi (+), tahun 2011 pasien menderita demam tifoid dan dirawat di RSWS selama 10 hari.NAPZA (-)

Riwayat kehidupan pribadi:1. Riwayat Prenatal Dan PerinatalPasien lahir normal, ditolong oleh dukun di rumah pasien, pada tanggal 8 Agustus 1971. Berat badan lahir tidak diketahui. Pasien tumbuh dan berkembang dengan baik serta mendapat ASI.2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 Tahun)Pasien diasuh oleh orang tua pasien. Pertumbuhan dan perkembangan pasien pada masa anak-anak awal sesuai dengan perkembangan anak seusianya. Tidak ada masalah perilaku yang menonjol.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 Tahun)Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan cukup mendapat perhatian dan kasih sayang. Pasien sangat dimanja oleh kedua orangtuanya, kemana-mana selalu diantar dan ditemani oleh ayahnya. Sehingga, pasien sering merasa takut apabila mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Pasien juga menjadi tidak mandiri dan tidak bisa mengambil keputusan di saat menghadapi suatu masalah. Pasien masuk sekolah dasar saat berumur 6 tahun, pasien bersekolah di Pangkep. Selama di Sekolah Dasar pasien bergaul dengan anak sebayanya. Hubungan dengan teman-teman sekelasnya baik. Pasien tidak pernah tinggal kelas. Prestasi pasien saat bersekolah biasa-biasa saja.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir Dan Remaja (Usia 12-18 Tahun)Tamat dari SD, pasien bersekolah di SMP Pangkep dan melanjutkan pendidikannya di SMA Pangkep. Selama di sekolah pasien dikenal sebagai seorang yang pendiam. Hubungan pasien dengan teman-temannya baik, begitu pula hubungan pasien dengan keluarga. Pasien tidak mempunyai masalah yang berat dalam keluarga. 5. Riwayat PekerjaanSetelah tamat SMA, pasien tidak bekerja secara formal. Sekarang pasien seorang ibu rumah tangga.

6. Riwayat PernikahanPasien menikah di awal tahun 1999 dengan seorang pria yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang berusia 3 tahun lebih tua dari pasien. Saat pasien menikah, pasien berusia 28 tahun. Sekarang pasien dikaruniai 2 orang anak perempuan. Anak pertama berusia 11 tahun, dan anak kedua berusia 7 tahun. Setelah menikah, pasien masih sering merasa takut apabila mengerjakan segala sesuatunya sendiri, sehingga pasien biasa ditemani oleh suaminya. Pasien lebih sering meminta suaminya untuk mengambil sebagian besar keputusan penting untuk dirinya dan mengenai masalah yang sedang dihadapinya.

7. Riwayat Kehidupan SosialHubungan pasien dengan tetangga dan teman-teman sebayanya terjalin dengan baik. 8. Riwayat Kehidupan Agama Pasien beragama islam dan seorang yang taat beribadah. Riwayat kehidupan keluarga Pasien adalah anak terakhir dari 7 bersaudara (, , , , , , ). Ayah pasien telah meninggal sejak 6 bulan yang lalu, sewaktu masih hidup ayah pasien bekerja sebagai karyawan wiraswasta di bidang tekstil. Sedangkan, ibu pasien seorang ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SMA. Pasien sangat dekat dengan kedua orang tuanya. Setelah ayah pasien meninggal, saudara-saudara pasien mulai meributkan masalah harta warisan, pasien sebenarnya tidak mempersalahkan masalah harta warisan tersebut, akan tetapi kakak pertama dan kakak ketiga pasien saling salah paham dan menjatuhkan satu sama lain. Pada situasi ini, kakak pasien selalu mengutarakan dan meminta pendapat pasien mengenai pembagian harta warisan tersebut, konflik dalam keluarga pasien inilah yang membuat pikiran pasien semakin kacau.

Situasi sekarang Saat ini pasien tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya.Persepsi pasien terhadap penyakitnya : Pasien merasa terganggu dengan penyakitnya dan pasien ingin sembuh dari penyakitnya.

AUTOANAMNESISAUTOANAMNESISTanggal : 15 April 2013Ket : DM (Dokter Muda)Pukul : 11.00 11.30 P (Pasien)Tempat: Poli Jiwa RSWSDM : Assalamualaikum, bu..P: Walaikumsalam, dok.DM: Perkenalkan saya Dila, dokter muda disini. Boleh saya tahu nama ibu siapa?P: P dok.DM: Berapa umur ibu sekarang?P: 42 tahun, dok.DM: Apa pekerjaan ibu?P: Ibu Rumah tangga.DM: Apa keluhan ibu sehingga ibu datang kesini?P: Saya selalu merasa cemas dok.DM: Sejak kapan ibu selalu merasa cemas?P: Kalau tidak salah sejak 1 tahun yang lalu dok, waktu saya sakit tipes, sejak sakit itu dok, saya selalu merasa cemas. Pada saat itu, saya takut mati, karena penyakit saya dok.

DM: Sejak 1 tahun itu ibu selalu merasa cemas?P: Tidak juga dok, waktu saya sembuh dari penyakit itu, cemasnya sudah berkurang, kadang ada kadang tidak, biasa dalam 1 bulan itu dok tidak pernah muncul. Tapi, 1 bulan terakhir lagi ini, baru mengganggu sekali lagi saya rasa ini perasaanku.DM: Kalau boleh saya tau, pada keadaan-keadaan apa saja yang membuat ibu merasa cemas?P: Banyak dok yang bisa bikin saya cemas. Begini dok, waktu itu, mungkin 2 bulan yang lalu, kakak ipar saya meninggal, terus waktu itu suami saya juga sakit, perasaan saya itu sangat was-was, saya takut kalau suami saya juga meninggal, seperti kakak iparku. Saya memang takut, kalau dengar tentang berita-berita kematian dok. Apalagi akhir-akhir ini saya punya banyak masalah.DM: Masalah apa yang sedang ibu hadapi sekarang?P: Banyak dok, sekarang ini saudara-saudara saya sedang memperebutkan harta warisan terus sepertinya saya yang merasa pusing dok, padahal sebenarnya saya tidak mempermasalahkan masalah harta warisan itu dok, belum lagi keluarga suami juga mempeributkan masalah surat-surat tanah, pusing saya rasa dok kalau banyak sekali masalahku. DM: Bagaimana dengan keluarga ibu?P:Keluarga saya baik-baik saja dok. Saya punya dua orang anak, dua-duanya perempuan dok. Kalau dalam keluarga tidak ada masalah dok, paling nanti kalau ada yang sakit baru mucul lagi ini rasa cemasku dok. Yang saya pikir lagi sekarang ini, suami saya mau ke Papua 2 minggu lagi, dan dia 1 minggu di sana, saya takut kalau dia kenapa-kenapa di sana dok.

DM: Insya Allah tidak seperti itu bu, ibu jangan terlalu menncemaskan hal tersebut, nanti dokter akan berikan obat untuk penyakit ibu. Apa ibu juga merasa susah tidur?P:Iya dok. Biasanya saya tidur habis isya tapi lama itu baru saya bisa tidur lelap. Biasanya kalau saya minum obat yang dikasi sama dokter ahli penyakit dalam, nyenyak tidur ku tapi kalau saya coba-coba hentikan begitu, susah lagi saya tidur.DM : Ibu sering ke poli penyakit dalam?P: Iya dok. kalau saya sakit saya selalu periksa tentang penyakit saya ini. Tapi dokter selalu bilang kalau itu cuma perasaan saya saja.DM:Maaf bu, kalau boleh saya tau, ibu biasanya ke poli penyakit dalam dengan keluhan apa?P: Yah, karena itu dok, sesak, jantung berdebar-debar, biasa juga karena masalah pencernaan dok, sering-sering juga sakit ulu hatiku. Biasa saya diberikan obat lanzoprazole.

DM: Kalau ibu minum obat itu, apakah nyeri yang ibu rasakan berkurang?P:Iya berkurang dok.DM:Apa selama sakit ibu juga merasa cepat lelah?P:Iya, cepat lelah, capek, lemah, loyo, baru kerja sedikit capekmi dok, sampai berkeringat dingin biasanya. Tapi kalau tidak datang ini penyakitku, saya ji yang kerja semua, menyapu, mengepel, cuci piring, masak, saya semua ji yang kerja tapi kalau datangmi lagi sakitku biasanya suami sama anakku yang tertua itu yang bantu-bantu. DM:Bagaimana dengan nafsu makan ibu?P:Saya memang sedikit porsi makanku dok, tapi akhir-akhir ini saya tambah malas makan dok.DM:Ibu kalau waktu istirahat atau waktu-waktu senggang apa yang biasanya ibu lakukan?P:Paling nonton TV dok, tapi paling sering kalau lagi tidak ada saya bikin pergima baring-baring di kamar dok.DM:Kalau begitu terima kasih banyak ya bu atas waktunya. Semoga ibu cepat sembuh ya.P: Iya sama-sama dok.

Pemeriksaan status mentalDeskripsi umum Penampilan : Seorang wanita, wajah sesuai umur, berpakaian dan berpenampilan rapi, baju lengan panjang berwarna biru, celana panjang berwarna hitam, jilbab hitam, perawakan kurus, cara berjalan biasa.Kesadaran : Baik Perilaku dan aktivitas psikomotor : tampak tenang.Pembicaraan : Bicara spontan, lancar, intonasi sedang, volume suara biasa. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

Keadaan Afektif (mood), perasaan, ekspresi afektif (hidup emosi), empati, perhatianMood: CemasAfek: Normotimia Empati : Dapat dirabarasakan Fungsi intelektual (kognitif)Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : sesuai dengan taraf pendidikanDaya konsentrasi : Baik Orientasi (waktu, tempat dan orang) : Baik Daya ingat (segera, jangka pendek dan jangka panjang) : Baik Pikiran abstrak : Baik Bakat kreatif : Tidak adaKemampuan menolong diri sendiri : Baik

Gangguan persepsi Halusinasi : tidak adaIlusi : tidak adaDepersonalisasi : tidak adaDerealisasi : tidak adaProses berpikir Arus Pikiran Produktivitas : BaikKontinuitas : Relevan dan koherenHendaya berbahasa : Tidak adaIsi pikiran Preokupasi : Pasien merasa cemas karena suami pasien akan keluar kota 2 minggu ke depan selama 1 minggu.Gangguan pikiran : Waham tidak ada

Pengendalian impuls : baik Daya nilai Norma sosial : BaikUji daya nilai : Baik Penilaian realitas : Baik Tilikan (insight) : Derajat 6 (pasien sadar dirinya sakit dan perlu pengobatan)Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

Pemeriksaan DIAGNOSTIK LEBIH LANJUTStatus Internus Tekanan darah: 100/70 mmHg, Nadi : 88x/menit Suhu : 36,6C Pernapasan : 20 x/menitKonjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus, jantung, paru-paru dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.Status NeurologisGCS E4V5M6, gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), kernig signs (-/-), pupil bulat isokor, refleks cahaya (+/+), fungsi motoris dan sensoris dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.

Ikhtisar penemuan bermaknaSeorang wanita 42 tahun datang ke poli jiwa RSWS diantar oleh suaminya dengan keluhan cemas dialami sejak 1 tahun yang lalu, dan makin memberat 1 bulan terakhir. Awalnya 1 tahun yang lalu pasien menderita demam tifoid, dan sempat dirawat di RSWS selama 10 hari. Sejak saat itu pasien selalu merasa cemas dan takut mati apalagi bila pasien mendengar tentang berita kematian. Saat ini pasien merasa cemas, karena 2 minggu ke depan suami pasien akan melakukan perjalanan Papua selama 1 minggu, hal tersebut sangat membebani pikiran pasien. Pasien terkadang merasa sulit untuk bernapas, seperti tercekik, sesak, jantung berdebar-debar, sakit kepala, pusing, keringat dingin, nyeri ulu hati, susah tidur, dan seperti mau mati. Hal ini sudah dirasakan oleh pasien sebanyak 3 kali selama kurun waktu 1 bulan. Keadaan ini biasanya muncul secara tiba-tiba, sehingga pasien merasa takut untuk keluar rumah. Pasien juga sering merasa cepat lelah meskipun mengerjakan suatu pekerjaan yang yang tidak menguras banyak energi. Menurut suami pasien, akhir-akhir ini pasien tampak seperti kehilangan minat untuk beraktivitas, tetapi disaat pasien tidak merasa cemas, pasien masih dapat mengerjakan kegiatan sehari-harinya seperti biasa. Pasien memang sering mengalami cemas yang berlebihan meskipun menghadapi suatu masalah yang kecil, seperti disaat pasien ingin buang air kecil di malam hari, pasien akan membangunkan suaminya untuk mengantarnya ke kamar mandi yang terletak tidak jauh dari kamar tidur pasien, pasien merasa takut apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan saat pasien sedang berada di kamar mandi. Sejak 1 tahun terakhir pasien rajin kontrol ke dokter ahli penyakit dalam mengenai penyakitnya tersebut, namun dokter tersebut mengatakan tidak ada kelainan atau penyakit yang bermakna.Dari pemeriksaan status mental didapatkan penampilan seorang wanita, wajah sesuai umur, berpakaian dan berpenampilan rapi, baju lengan panjang berwarna biru, celana panjang berwarna hitam, jilbab hitam, cara berjalan biasa. Kesadaran baik. Perilaku dan aktivitas psikomotor : tampak tenang. Pembicaraan : bicara spontan, lancar, intonasi sedang, volume suara biasa. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif. Mood : cemas. Afek : Normotimia. Empati : Dapat dirabarasakan. Daya konsentrasi : Baik. Orientasi (waktu, tempat dan orang) : baik. Daya ingat (segera, jangka pendek dan jangka panjang) : baik. Pikiran abstrak : baik. Derealisasi dan depersonalisasi : tidak ada. Proses pikiran ; produktivitas : cukup, kontinuitas : relevan dan koheren. Hendaya berbahasa : tidak ada. Preokupasi : Pasien merasa cemas karena suami pasien akan keluar kota 2 minggu ke depan selama 1 minggu. Gangguan pikiran : waham tidak ada, pengendalian impuls : baik, daya nilai norma sosial : baik, uji daya nilai : baik, penilaian realitas : baik, tilikan (insight) : pasien sadar dirinya sakit dan perlu pengobatan. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya. Berdasarkan pemeriksaan internus dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan.

Evaluasi multiaksialAksis I gangguan panik (F41.0)Aksis II :Ciri Kepribadian Dependen.Aksis III : Tidak ada diagnosis.Aksis IV : Di tahun 2011, pasien menderita demam tifoid, dan dirawat di RSWS selama 10 hari. Aksis V : GAF Scale 70-61 DAFTAR PROBLEMOrganobiologik : Tidak ditemukan adanya kelainan organobiologik tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga pasein memerlukan farmakoterapi.Psikologik : adanya hendaya ringan dalam menilai realita berupa gejala kecemasan sehingga pasien memerlukan psikoterapi.Sosiologik : adanya hendaya dalam bidang pekerjaan dan penggunaan waktu senggang sehingga pasien memerlukan sosioterapi. PROGNOSISBonamDengan mempertimbangkan faktor-faktor :Faktor pendukung : Pasien sadar dirinya sakit dan mau berobat.Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga. Faktor Penghambat :Banyaknya masalah yang dihadapi oleh pasien.

RENCANA TERAPI1. Farmakoterapi Alprazolam 0,5 mg - - Fluoxetin 20 mg 1 - 0 - 02. Psikoterapi suportif :Ventilasi : memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapakan isi hati dan keluhannya sehingga pasien merasa lega. Konseling : memberikan nasehat dan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya dan memberikan saran-saran yang dapat membantu dalam menyelesaikan masalahnya. Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien dengan masalah yang dihadapinya sehingga dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk menyembuhkan pasien.

FUGUE DISOSIATIFPENDAHULUANSecara umum gangguan disosiatif (dissociative disorders) bisa didefinisikan sebagai adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal (di bawah kendali sadar) yang meliputi ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan peng-nderaanan segera (awareness of identity and immediate sensations), serta control terhadap gerak tubuh.Gangguan disosiatif (konversi) dibedakan atau diklasifikasian atas beberapa penggolongan, yaitu: 1,2F44. 0 Amnesia DisosiatifF44. 1 Fugue DisosiatifF44. 2 Stupor DisosiatifF44. 3 Gangguan Trans dan KesurupanF44. 4 F44. 7 Gangguan Konversi dan Gerakan dan PenginderaanF44. 4 Gangguan Motorik DisosiatifF44. 5 Konvulsi DisosiatifF44. 6 Anestesia dan Kehilangan Sensorik DisosiatifF44. 7 Gangguan Konversi CampuranF44. 8 Gangguan Konversi LainnyaF44. 9 Gangguan Konversi YTT

FUGUE DISOSIATIFFugue berasal dari bahasa Latin fugere, yang berarti melarikan diri. Kata fugitive (pelarian atau buronan) memiliki asal kata yang sama. Fugue sama seperi amnesia dalam pelarian. Fugue disosiatif dapat pula diartikan sebagai hilangnya memori yang disertai dengan meninggalkan rumah dan menciptakan identitas baru. EPIDEMIOLOGIGangguan disosiatif bukanlah penyakit yang umum ditemukan dalam masyarakat. Tetapi gangguan disosiatif ini tidak jarang ada dalam kasus-kasus psikiatri. Prevelensinya hanya 1 berbanding 10.000 kasus dalam populasi. Fugue relatif jarang terjadi dan diyakini hanya mempengaruhi 2 dari 1000 orang dari populasi umum. Gangguan ini paling banyak muncul dalam masa perang atau terbangkitkan karena adanya bencana ataupun peristiwa lain yang sangat menekan.

ETIOLOGIGangguan Disosiatif belum dapat diketahui penyebab pastinya, namun biasanya terjadi akibat trauma masa lalu yang berat, namun tidak ada gangguan organik yang dialami. Pada dasarnya penyebab terbanyak dari gangguan fugue disosiatif adalah masalah psikologis. Faktor yang mendorong munculnya gangguan ini adalah keinginan yang sangat kuat untuk lari atau melepaskan diri dari pengalaman yang secara emosional menyakitkan individu.Trauma yang terjadi berupa :Kepribadian yang labil,Pelecehan seksual,Pelecehan fisik,Kekerasan rumah tangga ( ayah dan ibu cerai ),Lingkungan sosial yang sering memperlihatkan kekerasan.

GEJALA KLINISPerkembangan klinis Fugue Disosiatif :2,3Gangguan di mana individu melupakan informasi personal yang penting dan membentuk identitas baru, juga pindah ke tempat baru.Individu tidak hanya mengalami amnesia secara total, namun juga tiba-tiba pindah (melarikan diri) dari rumah dan pekerjaan, serta membentuk identitas baru.Biasanya terjadi setelah seseorang mengalami beberapa stress yang berat (konflik dengan pasangan, kehilangan pekerjaan, penderitaan karena bencana alam).Identitas baru sering berkaitan dengan nama, rumah, pekerjaan bahkan karakteristik personality yang baru. Di kehidupan yang baru, individu bisa sukses walaupun tidak mampu untuk mengingat masa lalu.Recovery biasanya lengkap dan individu biasanya tidak ingat apa yang terjadi selama fugue.Kriteria diagnostikPedoman DiagnostikUntuk diagnosis pasti harus ada: Ciri-ciri amnesia disosiatif (F44. 0);Melakukan perjalanan tertentu melampaui hal yang umum dilakukannya sehari-hari;Kemampuan mengurus diri yang dasar tetap ada (makan, mandi, dan sebagainya) dan melakukan interaksi social sederhana dengan orang-orang yang belum dikenalnya (misalnya membeli karcis atau bensin, menanyakan arah, memesan makanan).Harus dibedakan dari postical fugue yang terjadi setelah serangan epilepsi lobus temporalis, biasanya dapat dibedakan dengan cukup jelas atas dasar riwayat penyakitnya, tidak adanya problem atau kejadian yang stressful, dan kurang jelasnya tujuan (fragmented) berpergian serta kegiatan dari penderita epilepsi tersebut.DIAGNOSIS BANDINGPENATALAKSANAANPROGNOSISSecara umum memang diketahui bahwa semakin baik pengobatan, maka semakin baik juga prognosisnya.Prognosis individu dengan gangguan identitas disosiatif tergantung pada gejala dan fitur yang mereka alami. Misalnya, orang yang memiliki tambahan gangguan kesehatan mental yang serius, seperti gangguan kepribadian, gangguan perasaan, gangguan makanan, dan gangguan penyalahgunaan zat, memiliki prognosis yang lebih buruk. kesimpulanFugue berasal dari bahasa Latin fugere, yang berarti melarikan diri. Kata fugitive (pelarian atau buronan) memiliki asal kata yang sama. Fugue sama seperi amnesia dalam pelarian. Fugue disosiatif dapat pula diartikan sebagai hilangnya memori yang disertai dengan meninggalkan rumah dan menciptakan identitas baru. Dalam fugue disosiatif, hilangnya memori lebih besar dibanding dalam amnesia disosiatif. Orang yang mengalami fugue disosiatif tidak hanya mengalami amnesia total, namun tiba-tiba meninggalkan rumah dan beraktivitas dengan menggunakan identitas baru.Untuk pengobatan pada fugue disosiatif biasanya menggunakan psikoterapi psikodinamika suportif-ekspresif. Penatalaksanaan dengan menggali kondisi fisik dan neurologisnya. Meskipun pada penyakit ini biasanya membaik dengan sendirinya jika stress yang dihadapi saat ini telah diselesaikan. Terima Kasih