16
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Laporan Kasus Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Syahranie Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Kandidosis dengan Reaksi id oleh: Dhela Restawita Dini Nur Yuni Anita Ramdhan Gautama Shella Novita Pembimbing: dr. Daulat S, Sp.KK

Lapsus Kukel Ceria

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lapsus Kukel Ceria

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Laporan Kasus

Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Syahranie

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

Kandidosis dengan Reaksi id

oleh:

Dhela Restawita Dini Nur Yuni Anita

Ramdhan Gautama Shella Novita

Pembimbing:

dr. Daulat S, Sp.KK

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Pada Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Syahranie

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

2012

Page 2: Lapsus Kukel Ceria

Abstrak

Wanita usia 31 tahun datang dengan keluhan gatal yang awalnya hanya

berupa bintil berisi cairan di lengan kanan, kemudian dalam waktu 6 tahun gatal

menyebar ke kedua lengan, tungkai, leher dan punggung. Pasien merasa

bertambah gatal jika berkeringat. Pada regio brachii, antebracii dextra dan sinistra;

regio cruris dextra dan sinistra; regio colli; regio retroauriculer; serta regio

thorakalis posterior ditemukan lesi kulit berupa papul, plakat, vesikel dengan

dasar eritematosa, terdapat pula pustul, erosi, ekskoriasi, krusta, sikatrik, dan area

yang mengalami hiperpigmentasi. Pada pasien ini diberi terapi oral ketokonazole,

CTM dan metilprednisolon, serta ketokonazole krim dan betametason krim.

Abstracts

A 31 year old woman present with intensely itchy which was originally

just a vesicle at right arm, then in 6 years itch spread to the arms, legs, neck, and

back. Itchy increased when sweating. On her colli, posterior thorax, both brachii,

antebrachii, and cruris was found papules, plaques, vesicles with erythematous

base, pustules, erosion, excoriation, crust, scar, and hyperpigmented area. This

patient was given ketoconazole tablet, CTM, methylprednisolone, ketoconazole

cream, an betamethasone cream.

Pendahuluan

Infeksi Candida merupakan salah satu infeksi nosokomial yang penting

dengan angka morbiditas, mortalitas dan pembiayaan kesehatan yang bermakna.

Penggunaan anti jamur untuk profilaksis dan penatalaksanaan infeksi kandida

telah mengubah epidemiologi dan penatalaksanaan infeksi ini. Infeksi oleh spesies

kandida (Kandidosis) adalah infeksi jamur patogen yang paling sering, yang

disebabkan oleh spesies Candida biasanya oleh Candida Albicans.(Simatupang,

2009) Kandidosis bersifat akut dan subakut yang dapat mengenai mulut, vagina,

kulit, kuku, bronchi atau paru. Infeksi kandida pertama kali ditemukan di dalam

mulut sebagai trush yang dilaporkan olen Francois Valleix (1836). Langerbach

Page 3: Lapsus Kukel Ceria

(1839) menemukan jamur penyebab trush. Kemudian Berhoud(1923) memberi

nama organisme tersebut dengan nama Candida. (Kuswadji. 2007)

Kandida adalah anggota flora normal terutama pada saluran pencernaan,

juga selaput mukosa pernapasan, vagina, uretra, kulit dan di bawah kuku jari-jari

tangan dan kaki. Di tempat-tempat ini ragi dapat bersifat patogen dan

menyebabkan keadaan-keadaan patologik ketika daya tahan tubuh menurun baik

secara lokal maupun sistemik (Simatupang, 2009).

Kandidosis kutis termasuk 3 besar penyakit kulit yang disebabkan oleh

jamur. Infeksi kandida merupakan penyakit jamur yang paling sering sebagai

akibat pekerjaan. Frekuensi kejadian dermatomikosis di sub bagian jamur

poliklinik kulit dan kelamin RSCM Jakarta pada tahun 1990 adalah ptiriasis

versikolor 40%, dermatofitosis termasuk tinea kruris 45%, kandidosis kutis dan

kuku 14% dan piedra 1% (Roesyanto, 1995).

Kandidosis dapat terjadi, apabila terdapat faktor predisposisi baik endogen

maupun eksogen..Faktor endogen antara lain: a)Perubahan fisiologis (Kehamilan,

Kegemukan), b)Umur (Orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena

status imunologiknya tidak sempurna), c)Imunologik (Penyakit genetic).

Sedangkan Faktor eksogen anta lain: a)Iklim, panas, dan kelembaban

(menyebabkan persrpirasi meningkat), b)Kebersihan kulit, c)Penggunaan bahan-

bahan yang mengandung bahan kimia (Kuswadji, 2007).

Manifestasi klinis dari kandida dapat berupa bercak, berbatas tegas,

bersisik, basah, eritematous. Lesi primer dikelilingi papul dan/vesikel dan/pustule

dan/bula (lesi satelit). Bila vesikel, bula atau pustule pecah akan meniggalkan

erosi dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer. (Kuswadji,

2007)

Kadang-kadang kandida menyebabkan penyakit sistemik progresif

ataupun perluasan pada penderita yang lemah atau sistem imunnya tertekan.

Kandidiasis mukokutan kronik timbul karena adanya defek fungsional pada

limfosit dan leukosit, sistem hormonal ataupun imunitas yang abnormal. Lesi

timbul pada kuku, kulit, mukosa, atau dapat juga timbul di daerah yang lebih

dalam (Riskillah, 2010).

Page 4: Lapsus Kukel Ceria

Salah satu perluasan infeksi dari kandida akibat imunitas abnormal yaitu

kandidosis dengan reaksi id. Reaksi id, atau autoeczematization, adalah suatu

reaksi akut pada kulit yang disebabkan berbagai macam etiologi, termasuk kondisi

kulit yang terinfeksi dan meradang akibat adanya metabolit Candida. Ruam yang

gatal menandai adanya reaksi id, yang umumnya karena reaksi immunologi

(Wolff, 2009).

Reaksi id pada Kandida (Kandidid) diduga diakibatkan oleh beberapa

faktor yaitu : Pengenalan sistem imun yang abnormal dari autologous antigen

kulit, meningkatnya rangsangan normal sel T oleh kulit dengan mengubah

konstituen kulit, penurunan ambang batas iritasi, penyebaran antigen yang

infeksius dengan respon sekunder, penyebaran hematogen sitokin dari lokasi

utama. (Evans, 2011)

Gejala klinis dan histopatologi bervariasi dan bergantung pada etiologi

dari erupsinya. (Evans, 2011) Gejalanya berupa vesikel-vesikel yang bergerombol

mirip dengan dematofitid. Pada daerah tersebut tidak ditemukan adanya jamur.

Kandidid akan sembuh sendiri bila lesi Kandidosis diobati (Riskillah, 2010).

Kasus

Seorang perempuan, usia 31 tahun datang dengan keluhan gatal di sepanjang

kedua lengan, kedua kaki, leher dan punggung atas. Keluhan dirasakan sejak ± 6

tahun sebelum datang berobat ke Poli Klinik Kulit Kelamin RSUD AWS.

Awalnya, timbul bintil kemerahan yang terasa gatal, kemudian bintil tersebut

berisi nanah dan dipecahkan oleh pasien. Bintil-bintil tersebut juga menyebar

hingga ke sepanjang lengan kiri, daerah betis, leher dan punggung atas pasien.

Pasien mengaku tidak didapatkan bintil-bintil kemerahan pada daerah lipat paha,

lipatan bawah payudara atau di ketiak.

Selama 6 tahun terakhir, pasien sudah sering berobat ke puskesmas ataupun ke

praktek dokter, namun tidak menyembuhkan keluhan pasien dan hanya

mengurangi keluhan tersebut. Pasien mengaku diberi salep dengan strip merah

muda dan biru.

Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien juga

tidak memiliki riwayat gatal akibat makanan tertentu atau udara dingin serta

Page 5: Lapsus Kukel Ceria

pasien sedang tidak menderita kencing manis. Tidak ada anggota keluarga yang

memiliki keluhan serupa maupun riwayat gatal akibat makanan tertentu atau udara

dingin. Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari hanya

berada di rumah melakukan pekerjaan rumah tangga.

Pasien ini memiliki kebiasaan jarang mengganti pakaian, walaupun setelah

beraktifitas dan mengeluarkkan banyak keringat pasien tidak langsung mengganti

pakaiannya. Pasien mengaku mengganti bajunya 1x hari saat sore hari.

Sebulan sebelumnya pasien telah memeriksakan kadar gula darahnya, dan

oleh petugas medis di puskesmas dikatakan bahwa pasien tidak memiliki penyakit

kencing manis.

Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan. Lesi kulit berada pada regio

brachii, antebracii dextra dan sinistra; regio cruris dextra dan sinistra; regio colli;

regio retroauriculer; serta regio thoracalis posterior berupa papulovesikel dengan

dasar eritematosa, pustule (+), plakat (+), excoriasi(+), erosi (+), krusta (+),

hiperpigmentasi (+), sikatrik (+) pada pasien ini. Berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan kelainan kulit yang didapatkan maka dapat ditegakkan

diagnosis kandidosis kutis dengan reaksi id pada pasien ini.

Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan tambahan lainnya dan diberikan

terapai obat oral antifungal dan kortikosteroid berupa Ketokonazol tablet dua kali

sehari dan metil prednisolon tablet dua kali 2 tablet sehari; CTM tablet tiga kali

sehari; serta antifungal dan kortikosteroid topical berupa ketokonazol krim dan

betamethason krim dipakai dua kali sehari setelah mandi. Pada pasien diberikan

pula edukasi untuk selalu menjaga kebersihan dan kelembaban kulitnya serta

sebisa mungkin untuk tidak menggaruk kulit yang gatal agar tidak terjadi infeksi.

Page 6: Lapsus Kukel Ceria

A. Regio retroauriculer dextra et sinistra

B. Regio colli

C. Regio thoracalis posterior

Page 7: Lapsus Kukel Ceria

D. Regio brachii et antebrachii dextra

E. Regio brachii et antebrachii sinistra

F. Regio cruris dextra et sinistra

Diskusi

Page 8: Lapsus Kukel Ceria

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

dilakukan terhadap pasien. Diagnosis yang diajukan yaitu Candidiasis dengan

reaksi id.

Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien tinggal di daerah tropis, dimana

daerah tropis memiliki suhu dan tingkat kelembaban yang sangat tinggi sehingga

sangat mendukung sekali untuk pertumbuhan jamur.7 Hal ini dibuktikan dengan

tingginya angka golongan penyakit kulit akibat jamur di Bagian Ilmu Kesehatan

Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Rumah Sakit

Umum Pusat H. Adam Malik yang menempati urutan kedua. Pada tahun 1996-

1998 sebanyak 4.162 orang dari 20.951 penderita baru penyakit kulit yang

berkunjung ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP H.

Adam Malik, RSUP dr. Pirngadi Medan. Dan pada tahun 2002, penyakit kulit

akibat jamur merupakan penyakit kulit yang menduduki urutan pertama

dibandingkan dengan penyakit kulit yang lain (Roesyanto, 1995). Infeksi Kandida

dapat ditularkan dari berbagai transmisi yaitu kontak maupun kolonisasi akibat

imunosupresor serta dapat pula menyebar secara tidak langsung melalui berbagai

sarana seperti kain pelapis, sisir dan topi. (Hidalgo, 2011)

Anamnesis yang dilakukan terhadap pasien, pasien datang dengan keluhan

gatal di kedua lengan, kedua kaki, leher dan punggung atas dan semakin gatal saat

berkeringat. Gatal awalnya hanya pada lengan kanan menimbulkan bintik

kemerahan yang kemudian semakin meluas dan berbentuk bulat, berisi nanah dan

dipecahkan oleh pasien. Bintil-bintil tersebut juga menyebar hingga ke sepanjang

lengan kiri, daerah betis, leher dan punggung atas pasien. Pasien mengaku tidak

didapatkan bintil-bintil kemerahan pada daerah lipat paha, lipatan bawah payudara

atau di ketiak. Pada infeksi kandida, pruritus atau rasa gatal merupakan gejala

umum yang dapat ditemukan dan biasanya akan diperparah dengan adanya

keringat. Selain rasa gatal, juga dapat dikeluhkan rasa perih. Lesi yang muncul

dapat tunggal maupun multiple yang menyebar ke seluruh tubuh (Kuswadji, 2007)

Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang

sama. Selain itu, pasien juga memiliki kebiasaan jarang mengganti pakaian.

Page 9: Lapsus Kukel Ceria

Pada pemeriksaan fisik didapatkan beberapa lesi berbentuk bulat berupa

papulovesikel dengan dasar eritematosa, dibeberapa bagian terdapat pustule,

plakat, excoriasi, erosi, krusta, hiperpigmentasi dan sikatrik pada pasien ini.

Dengan gambaran lesi satelit yang khas. Lesi ini sesuai dengan karakteristik pada

kandida yaitu berupa bercak, berbatas tegas, bersisik, basah, eritematous.lesi

primer dikelilingi papul dan/vesikel dan/pustule dan/bula (lesi satelit). Bila

vesikel, bula atau pustule pecah akan meniggalkan erosi dengan pinggiran yang

kasar dan berkembang seperti lesi primer.(Kuswadji, 2007) Papul maupun vesikel

serta luasnya lesi yang timbul bergantung pada status imun pasien, dimana akan

makin parah dan makin luas pada pasien dengan keadaan imunosupresi.

(Kuswadji, 2007)

Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, walaupun sebenarnya

banyak sekali pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu

menegakkan diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu

pemeriksaan KOH, kultur jamur dan biopsi kerokan kulit. (Simatupang, 2009)

Dimana pada KOH dapat ditemukan sel ragi, blastopore, dan hifa semu (Wolff,

2009)

Diagnosis banding yang dapat diajukan pada pasien ini yaitu Tinea

corporis. Pada Tinea corporis, kasus banyak terjadi pada daerah tropis dan

subtropics, sama dengan dermatofitosis. Angka kejadian, pada Tinea corporis

lebih banyak pada dewasa muda dan mulai menurun kejadiannya pada orang tua

usia lanjut dekade 6 dan 7 karena terkait dengan berkurang atau berhentinya

produksi sebum (Roesyanto, 1995).

Tinea corporis paling seting disebabkan T. rubrum, secara normal tumbuh

pada lapisan kulit rambut dan kuku. Faktor predisposisi yang mempengaruhi

terjadinya Tinea corporis yaitu keadaan hiperhidrosis, kulit yang berminyak serta

lembab. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Tinea corporis biasanya gatal.

Efluoresensi yang dapat ditemukan yaitu lesi bulat atau lonjong berbatas tegas

terdiri atas eritema, skuama, kadang dengan vesikel dan papul di tepi.

Pemeriksaan KOH, pada Tinea corporis didapatkan bentukan hifa dan artrospora

(Wolff, 2009).

Page 10: Lapsus Kukel Ceria

Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini yaitu medikamentosa

berupa obat oral ketokonazol tablet 2 x1, CTM 3x1 dan metilprednisolon 2x2

tablet sehari. Sedangkan obat topical yang diberikan ketokonazole krim dan

betamethason krim. Edukasi diberikan baik pada pasien maupun keluarganya.

Pemilihan ketokonazol salep sudah sesuai dengan terapi pilihan pada kandidosis,

karena ketokonazol bersifat fungistatik yang dapat menghentikan pertumbuhan

jamur. Pemberian kortikosteroid juga sesuai dengan literatur dimana

kortikosteroid membantu memperbaiki kelainan lesi dan erupsi yang terjadi.

(Simatupang, 2009)

Edukasi yang diberikan sudah sesuai dengan penatalaksanaan kandidosis

yaitu menjaga kelembaban kulit diantaranya dengan cara yaitu dengan mengganti

pakaian jika berkeringat, memakai pakaian yang tipis dan berbahan katun serta

tidak memakai pakaian ketat.

Kesimpulan

Kandiasis merupakan infeksi jamur patogen tersering. Pasien diatas

penegakkan diagnosa dan penatalaksannaan telah sesuai dengan literatur.

Penanganan yang tepat dan adekuat akan memberikan prognosa yang baik

Daftar Pustaka

Courtney M R. 2012. Tinea Corporis (serial online). Dikutip dari:

http://emedicine.medscape.com/article/htm.

Evans M. P. 2011. Id reaction (serial online). Dikutip dari:

http://emedicine.medscape.com/article/htm.

Hidalgo, JA. 2011. Candidiasis (serial online). Dikutip dari:

http://emedicine.medscape.com/article/htm.

Kuswadji. 2007. Kandidosis dalam Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima.

Jakarta: FKUI

Page 11: Lapsus Kukel Ceria

Riskillah, AG. 2010. Candida Albicans-Doctors Files. Faculty of Medicine –

University of Riau: Pekanbaru, Riau

Roesyanto I.DM. Nasution M.A. 1995. Infeksi Jamur kulit Akibat Kerja. SMF

Ilmu Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara

Medan. Pertemuan Ilmiah Dermatosis Akibat Kerja, Jakarta 16-18

Oktober 1995, 11-15

Simatupang, MM. 2009. Candida Albicans.Departemen Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Mulawarman. Medan

Wolff, Klaus., Allen RJ. 2009. Candidiasis ICD-9 : 112 ° ICD-10 : B37.0 (hal

757). Fitzpatrick’s Color Atlas & synopsis of clinical dermatology sixth

edition. Mc Graw Hill Medical: New York.