32
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA NASKAH LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA PARANOID OLEH : Hayatin Nisa H1A 009 027 PEMBIMBING : dr. Hj. Elly Rosila Wijaya, Sp.KJ, MM 0

Lapsus Psikiatri Hn2

  • Upload
    kim-chi

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lapsus psikiatri

Citation preview

TUGAS KEPANITERAAN KLINIKILMU PENYAKIT JIWA

NASKAH LAPORAN KASUSSKIZOFRENIA PARANOID

OLEH :Hayatin NisaH1A 009 027

PEMBIMBING :dr. Hj. Elly Rosila Wijaya, Sp.KJ, MM

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAMRUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMATAHUN 2015

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIENNama: Tn. AAJenis Kelamin: Laki-lakiUsia: 32 tahunAgama: IslamSuku: MbojoPendidikan: SMA Pekerjaan: -Status Pernikahan : Belum MenikahAlamat: Sadia, BimaPasien masuk rumah sakit tanggal 31 Maret 2015, diantar oleh keluarganya. Ini merupakan pertama kalinya pasien dirawat inap di RSJ Mutiara Sukma.

II. RIWAYAT PSIKIATRI Data diperoleh dari: Autoanamnesis pada tanggal 31 Maret dan 01 April 2015 Alloanamnesis dari: Tn.I, sepupu pasien, berusia 31 tahun, tamat SMA, wiraswasta, sepupu pasien, pada tanggal 31 Maret 2015 Catatan Rekam Medik A. Keluhan Utama :Gelisah

B. Riwayat Penyakit Sekarang :(Alloanamnesis: Ibu pasien)Pasien dibawa ke IGD RSJ Mutiara Sukma untuk pertama kalinya dikeluhkan sering berbicara kacau sejak 1 tahun yang lalu, pasien sering melamun, susah tidur, kadang memukul dan mengejar orang, senang merusak barang-barang.Awalnya sekitar 1 tahun lebih yang lalu pasien berencana untuk menikah dengan pacarnya yang sudah direstui oleh kedua pihak, pada saat lamaran, keluarga perempuan menolak secara sepihak rencana pernikahannya tersebut. Pada saat itu, pasien tidak tampak terlalu menyesal dengan kejadian tersebut, pasien tidak mengurung diri, tidak sering menyendiri, dan tetap bekerja membantu pekerjaan bibi pasien. Sebelumnya sekitar 1 tahun lebih yang lalu juga pasien pernah menjadi tim sukses seorang caleg namun caleg yang didukungnya tidak menang.Beberapa bulan setelahnya pasien sering tampak berbicara kacau, bicaranya sulit dimengerti, dan selalu membicarakan tentang keinginannya untuk menjadi walikota Bima. Pasien juga sering mengatakan bahwa dirinya adalah reinkarnasi dari raja-raja zaman dahulu dan pasien sering melihat bayangan-bayang manusia yang bisa pasien kendalikan selain itu pasien juga sering melihat bayang-bayang seperti bayangan binatang seperti kucing, monyet yang mengawasi dirinya dan berbicara padanya namun bicaranya tidak jelas. Ini terkadang membuat terbangun pada malam hari dan sulit tidur sehingga pasien hanya duduk termenung saat malam.Pasien juga beberapa bulan terakhir sering mengamuk dan merusak barang-barang dirumahnya, pasien biasanya mengamuk setiap 3 hari sekali atau satu minggu sekali dan merusak barang-barang, namun akhir-akhir ini pasien hanya mengamuk sekitar 1 bulan sekali. Pasien mengamuk dan merusak barang-barang tiba-tiba dan tanpa alasan yang jelas. Selain itu pasien juga sering mengganggu tetangganya dan melempar tetangganya atau orang lain disekitarnya tanpa alasan yang jelas.Beberapa minggu terakhir sebelum masuk rumah sakit pasien sering gelisah, dan kembali mengamuk dan merusak barang-barang dirumahnya, memukul orang, sering melamun, pasien juga masih dikeluhkan sering terbangun saat malam hari. Namun pasien tidak pernah keluyuran dan pasien tidak pernah dipasung ataupun dikurung. Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kesedihan yang mendalam, pasien juga tidak terlihat lebih aktif atau terlihat lebih banyak berbicara dari biasanya.Untuk kegiatan sehari-hari, pasien masih dapat melakukannya dengan baik, pasien masih sering mandi dan sangat menjaga kebersihan dirinya. Untuk makan dan minum pasien masih dapat melakukannya sendiri, apabila ingin makan pasien biasanya meminta atau mengambil makan sendiri.

AutoanamnesisPasien masuk RSJ Mutiara Sukma untuk pertama kalinya. Pasien tidak merasa dirinya sakit. Pasien mengatakan ia tidak mengetahui mengapa dirinya dibawa ke RSJ dan merasa dirinya dibawa karena ada orang yang tidak menyukainya. Pasien merasa diantar oleh keluarga dan Walikota Bima yakni bapak H. Quraish. Sementara bapak H. Quraish merupakan orang yang mengendalikan dirinya yang memasukan dirinya ke Rumah Sakit, karena suatu alasan atau permasalahan politik untuk tidak menjadikannya walikota Bima.Pasien mengaku aktif di dunia politik sampai saat ini dan memiliki jabatan sebagai Sekjen Wilayah Bima di Partai Amanat Nasional (PAN), dimana yang merupakan pimpinan PAN Bima yaitu bapak Ferry Sofyan, namun pasien tidak mengetahui ketua umum PAN saat ini dan pasien tidak ikuti dalam munas PAN di Bali. Pasien saat ini juga merupakan salah satu calon Walikota Bima tahun 2019, yang saat ini sedang menjalani tes psikologi di Rumah Sakit Jiwa, dan pasien akan melakukan berbagai macam seminar untuk membuat dirinya terpilih. Karena pasien merupakan calon walikota, pasien mengganggap banyak orang ingin menjatuhkan pasien dan banyak yang membicarakan pasien.Pasien juga mengaku pernah melihat bayangan-bayangan seperti manusia dan yang dimana pasien tidak mengetahui berbicara apa kepadanya namun tidak mengancam pasien dan pasien mampu mengendalikan bayangan tersebut, bayangan lainnya yakni binatang seperti monyet kucing yang seperti mengawasi dirinya. Pasien juga sering mendengar bisikan yang mengatakan bahwa dirinya merupakan reinkarnasi dari para raja-raja dari dinasti-dinasti zaman dahulu dan tentang presentase usia puber. Pasien sering mengatakan tentang presentase usia puber, namun ketika ditanya kembali tentang presentasi usia puber, pasien tidak dapat menjelaskannya dengan pasti. Pasien mengaku sudah berpacaran beberapa kali, 2-3 kali yang serius, namun beberapa bulan terakhir pasien putus, hal ini tidak membuat pasien sedih. Untuk kegiatan sehari-hari pasien masih dapat melakukannya dengan baik. Sebelumnya pasien tidak pernah merasa sulit tidur, tidak pernah mengalami kegelisahan, pasien mengaku tidak pernah mengamuk, untuk makan dan minum pasien mampu melakukannya sendiri dan pasien mengaku merasa senang namun terkadang sedih karena tidak dapat bertemu keluarganya dan ingin bertemu dengan bapak H. Quraish untuk mempertanyakan mengapa pasien dibawa kesini.

Riwayat Penyakit Dahulu :1) Riwayat Gangguan PsikiatriPasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.2) Riwayat Gangguan Medis Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang mengharuskannya dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan dengan keadaan pasien saat ini. Riwayat tekanan darah tinggi (-), sesak napas atau asma (-), trauma kepala (-), epilepsi (-).3) Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat LainPasien tidak pernah menggunakan alkohol dan zat lain. C. Riwayat Kehidupan Pribadi :1) Masa Prenatal dan PerinatalPasien merupakan anak tunggal. Pasien merupakan anak yang diharapkan dan kelahirannya membawa kegembiraan dalam keluarga. Kondisi ibu pada saat mengandung pasien dalam keadaan sehat, tidak mengalami masalah emosional yang bermakna, penyakit fisik yang serius, dan tidak mengkonsumsi obat-obatan yang bersifat toksik pada saat kehamilan dan saat nifas. Pasien lahir cukup bulan dengan berat badan cukup dan langsung menangis. Kelahirannya ditolong oleh bidan desa. Proses kelahiran pasien normal dan tidak ada komplikasi. Setelah lahir, pasien tinggal dan dibesarkan oleh orang tuanya hingga saat ini. 2) Masa Kanak Awal (0-3 tahun)Pasien hanya mendapat ASI sampai usia sekitar 1,5 tahun. Setelah itu, pasien diberi susu formula. Pasien mendapat makanan tambahan pada usia < 6 bulan berupa pisang dan bubur, selanjutnya secara bertahap diberi makan bubur nasi dengan lauk apa saja yang ada di rumah. Sejak kecil pertumbuhan pasien sama dengan teman sebayanya dan pasien tumbuh sebagai anak yang ceria. Ayah pasien meninggal pada saat berumur 1 tahun.3) Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lain. Pasien bersekolah seperti anak-anak yang lain dan pasien selalu bermain dengan teman-teman sebayanya. Hubungannya pasien dengan orangtua (ibu) pasien baik. Pasien merupakan anak biasa di sekolahnya. Hubungan pasien dengan saudaranya cukup baik. 4) Masa Kanak Akhir dan RemajaSelama SMP dan SMA, pasien dapat bergaul dengan baik, memiliki cukup banyak teman sebaya dan memiliki beberapa teman akrab. Pasien termasuk anak yang ramah di sekolahnya. Saat SMP dan SMA, pasien memiliki prestasi sekolah yang cukup baik. Hubungan pasien dengan kakak-kakaknya cukup baik. 5) Masa Dewasaa. Riwayat PendidikanPasien menyelesaikan sekolah SD sampai SMA tepat waktu, dimana pasien tidak pernah tinggal kelas. Setelah tamat SMA, pasien mulai mencari pekerjaan dan tidak melanjutkan pendidikannya ke tingkat kuliah. Pasien sebelumnya sempat menjadi TKI di Malaysia selama 5 tahun sebagai pegawai kelapa sawit dan pulang 2 tahun yang lalu.b. Riwayat PekerjaanPasien pernah bekerja sebagai TKI di Malaysia selama 5 tahun sebagai pegawai kelapa sawit dan pulang 2 tahun yang lalu. Setelah kembali ke Bima pasien biasa bekerja membantu bibinya sebagai pengantar barang-barang.c. Riwayat Perkawinan Pasien belum pernah menikah.d. Riwayat AgamaPasien beragama Islam, pendidikan agama didapatkan dari orang tua dan guru Selama ini, pasien rajin beribadah dan menjalankan kewajiban agamanya. e. Riwayat PsikoseksualPendidikan seksual tidak pernah diberikan oleh orangtuanya. Pengetahuan tentang pendidikan seksual didapat dari teman-temannya dan televisi. Pasien belum menikah. Sepengatahuan orangtua, teman dan tetangganya, pasien pernah memiliki hubungan dekat dengan lawan jenis (pacaran), beberapaka kali dan serius dengan wanita terakhir namun lamarannya ditolak.

f. Aktivitas SosialPasien memiliki cukup banyak teman. Pasien tidak menyakiti teman-temannya dan menanggapi dengan santai saja jika diolok-oloh oleh temannya. Menurut pasien hal tersebut masih wajar dan biasa. Pasien jarang menceritakan masalahnya pada keluarga atau temannya. Pasien hanya diam dan memendam perasaannya karena menurut pasien mereka tidak terlalu mengerti jika pasien menceritakan keluhan-keluhannya. Pasien dapat bergaul dengan cukup baik di lingkungan rumahnya.g. Riwayat Pelanggaran HukumPasien belum pernah melakukan tindakan yang melanggar hukum selama ini.

D. Riwayat Keluarga :Pasien adalah anak kedua dari 2 bersaudara dan merupakan anak laki-laki satu-satunya. Sewaktu lahir sampai dengan sekarang, pasien tinggal bersama kedua orang tuanya namun saat usia 1 tahun ayah pasien meninggal dan saat ini masih tinggal bersama ibu dan kakaknya. Untuk kebutuhan pasien cukup terpenuhi. Dari penghasilan ibu dan kakaknya sebagai pedagang. Hubungan pasien dengan orang tua dan saudaranya cukup baik. Menurut keluarga pasien, tidak terdapat anggota keluarga inti pasien yang mengalami gangguan jiwa. Genogram Keluarga

KeteranganLaki-lakiPerempuanPasienTinggal serumah Sudah berpisah

E. Situasi Kehidupan Sekarang :Pasien tinggal bersama ibu dan kakaknya. Kebutuhan hidup sehari-hari pasien dipenuhi ibu dan kakak pasien yang bekerja sebagai pedagang. Penghasilan ini dirasa belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

F. Persepsi dan Harapan Keluarga :Dari keterangan yang didapatkan dari orang tua dan keluarga berharap pasien dapat sembuh, sehingga pasien dapat menjalani hidupnya dengan baik dan tidak kembali kambuh lagi. Keluarga tidak mengerti dengan baik penyakit pasien. Faktor penyebab pasien mengalami keluhan ini pertama kali diketahui jelas namun belum pasti.

G. Persepsi dan Harapan Pasien :Pasien merasa dirinya tidak mengalami gangguan ataupun sakit. Pasien merasa tidak perlu mendapat pengobatan karena ia merasa sehat.

III. STATUS MENTAL Berdasarkan pemeriksaan tanggal 01 April 2015.A. Deskripsi Umum :1) PenampilanPasien seorang laki-laki, tampak sesuai usia, perawakan sedang, penampilan rapi, rawat diri kesan baik, baju bersih dan ekspresi wajah tampak normal.2) PsikomotorNormoaktif. Saat wawancara, pasien dapat mengikuti wawancara sampai akhir.3) Sikap terhadap PemeriksaKooperatif, pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup baik. B. Pembicaraan Spontan, lancar, volume sedang, intonasi cukup dan artikulasi jelas, menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan pemeriksa namun terkadang tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan pemeriksa.C. Mood dan Afek Mood: eutimik Afek: luas Keserasian: serasiD. Gangguan Persepsi Halusinasi visual (+) dan halusinasi auditorik (+) halusinasi penghidu (-), halusinasi pengecapan (-), halusinasi taktil (-).E. Pikiran Proses pikir: sirkumtansial; asosiasi longgar Isi pikir: waham kebesaran (+). Bentuk: tidak realistisF. Kesadaran dan Kognisi a. Taraf Kesadaran dan Kesiagaaan : compos mentis, baik.b. Orientasi : Orang kesan baik. Pasien mengenali dokter muda yang memeriksanya, dan beberapa pasien lainnya yang berada dibangsal Tempat kesan baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini dia berada di RS Jiwa Provinsi NTB. Situasional kesan baik. Pasien dapat mengetahui saat dilakukan wawancara dan saat itu adalah siang hari.

c. Daya Ingat : Daya ingat jangka panjang (remote memory) cukup baik. Pasien dapat menceritakan kejadian pada saat pasien masih kecil dan pasien mengingat tahun kelahirannya. Daya ingat masa lalu belum lama (recent past memory) baik. Pasien dapat mengingat peristiwa-peristiwa penting dalam beberapa bulan terakhir seperti tahun pemilihan presiden Indonesia. Daya ingat baru saja (recent memory) baik. Pasien dapat mengingat makanan yang dimakan saat makan pagi. Daya ingat segera (immediate/recall memory) baik. Pasien dapat menyebutkan kembali angka dan nama bunga yang disebutkan oleh pemeriksa.d. Konsentrasi dan Perhatian : cukup baik, pasien mampu mengikuti wawancara dengan baik, perhatiannya tidak mudah teralih.e. Kemampuan Membaca dan Menulis : kesan baik, pasien dapat membaca tulisan yang ditunjukkan pemeriksa. Kemampuan menulis kesan baik, pasien dapat menuliskan namanya dan beberapa kalimat.f. Kemampuan Visuospasial : kesan baik, pasien dapat mengikuti bentuk gambar yang dicontohkan oleh pemerksa (segitiga dan bujursangkar).g. Pikiran Abstrak : baik, mengetahui persamaan dari beberapa benda, misalnya jeruk, pisang, apel, dan rambutan termasuk kelompok buah-buahan.h. Intelegensi dan kemampuan informasi: baik, pasien mengetahui siapa presiden Indonesia dan beberapa nama ibukota di Indonesia.G. Pengendalian ImpulsSelama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri dengan baik, namun ada riwayat pengendalian impuls yang terganggu saat sebelum dibawa ke RS.H. Daya Nilai dan Tilikan Daya Nilai Sosial : cukup baik. Uji Daya Nilai: cukup baik Penilaian Daya Realita (RTA): terganggu, dengan adanya halusinani dan ide-ide waham kebesaran. Tilikan: Derajat 1. Pasien menyangkal bahwa dirinya mengalami gangguan dan tidak membutuhkan pengobatan.I. Taraf dapat dipercaya Secara umum kurang dapat dipercaya.

C. Status Internus : Keadaan: baik Kesadaran : compos mentis Tanda Vital Tekanan darah: 110/70 mmHg Frekuensi nadi: 84 x/menit Frekuensi napas: 20 x/menit Suhu aksila: afebris Kepala/Leher: dalam batas normal Thorax: cor/pulmo dalam batas normal Abdomen: dalam batas normal Extremitas: atas dan bawah dalam batas normal

D. Status Neurologis : Tanda Rangsang Meningeal: tidak ditemukan Tanda Efek Ekstrapiramidal Tremor tangan : negatif Bradikinesia : negatif Cara berjalan : normal Keseimbangan: baik Rigiditas : negatif Motorik : baik Sensorik : baik

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNATelah diperiksa seorang laki-laki berusia 32 tahun, agama Islam, suku Mbojo, saat ini tidak bekerja, status belum menikah, datang dengan keluhan utama gelisah dan berbicara sendiri, berbicara kacau, mengganggu orang disekitarnya dan sulit tidur, pasien sering berbicara sendiri seolah-olah sedang berbicara dengan orang lain, pasien sering melamun, susah tidur, kadang memukul dan mengejar orang, senang merusak barang-barang, menurut yang mengantarkannya, apa yang dibicarakan oleh pasien tidak nyambung sejak 1 tahun yang lalu.Awalnya sekitar 1 tahun lebih yang lalu pasien berencana untuk menikah dengan pacarnya yang sudah direstui oleh kedua pihak, pada saat lamaran, keluarga perempuan menolak secara sepihak rencana pernikahannya tersebut. Pada saat itu, pasien tidak tampak terlalu menyesal dengan kejadian tersebut, pasien tidak mengurung diri, tidak sering menyendiri, dan tetap bekerja membantu pekerjaan bibi pasien. Beberapa bulan setelahnya pasien sering tampak berbicara kacau, bicaranya sulit dimengerti, dan selalu membicarakan tentang keinginannya untuk menjadi walikota Bima. Pasien juga sering mengatakan bahwa dirinya adalah reinkarnasi dari raja-raja zaman dahulu dan pasien sering melihat bayangan-bayang manusia yang bisa pasien kendalikan.Pasien juga beberapa bulan terakhir sering mengamuk dan merusak barang-barang dirumahnya, pasien biasanya mengamuk setiap 3 hari sekali atau satu minggu sekali dan merusak barang-barang, namun akhir-akhir ini pasien hanya mengamuk 1 bulan sekali. Beberapa minggu terakhir sebelum masuk rumah sakit pasien sering gelisah, dan kembali mengamuk dan merusak barang-barang dirumahnya, memukul orang, sering melamun, pasien juga dikeluhkan sering terbangun saat malam hari. Namun pasien tidak pernah keluyuran dan pasien tidak pernah dipasung ataupun dikurung. Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kesedihan yang mendalam, pasien juga tidak terlihat lebih aktif atau terlihat lebih banyak berbicara dari biasanya.Untuk kegiatan sehari-hari, pasien masih dapat melakukannya dengan baik, pasien masih sering mandi dan sangat menjaga kebersihan dirinya. Untuk makan dan minum pasien masih dapat melakukannya sendiri, apabila ingin makan pasien biasanya meminta atau mengambil makan sendiri. Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang mengharuskannya dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan dengan keadaan pasien saat ini. Riwayat tekanan darah tinggi (-), sesak napas atau asma (-), trauma kepala (-), epilepsi (-).Sedangkan pada pemeriksaan fisik umum dan neurologis didapatkan hasil dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan vital sign dalam batas normal, pemeriksaan fisik umum dalam batas normal. Pada pemeriksaan status mental didapatkan bahwa tampak sesuai usia, penampilan cukup rapi, perawatan diri cukup baik, baju bersih, perawakan sedang, ekspresi wajah tampak ceria. Sikap terhadap pemeriksa kooperatif. Bicara spontan, lancar dan serta cepat. Psikomotor normoaktif, mood eutimik, afek luas, dengan kesan serasi. Terdapat halusinasi visual dan auditorik. Bentuk pikiran tidak realistik, proses pikir sirkumtansial dan asosiasi longgar, dan isi pikiran terdapat ide-ide mirip waham kebesaran. Kesadaran compos mentis. Orientasi orang, tempat, dan waktu terkesan baik. Daya ingat baik. Konsentrasi/perhatian cukup baik. Kemampuan visuospasial terkesan baik. Kemampuan membaca dan menulis terkesan baik. Pikiran abstrak serta intelegensi pasien terkesan cukup baik. Daya nilai sosial dan uji daya nilai baik cukup baik, RTA terganggu, tilikan derajat 1.

V. FORMULASI DIAGNOSTIK Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik serta status mental, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik dapat disingkirkan (F00-F09). Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang menyebabkan perubahan fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan (F10-F19).Dari anamnesis juga ditemukan bahwa pasien mengalami gejala berbicara kacau, sering melamun, susah tidur, mengganggu orang lain yang dialami sejak 1 tahun terakhir. Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya halusinasi auditorik dan halusinasi visual dengan arus pikiran yang tidak realistik, sirkumtansial, asosiasi longgar dan ditemukan adanya waham kebesaran, serta terdapat pula gangguan pada penilaian realitas dan tilikan, danya sehingga dapat ditegakkan diagnosis untuk Aksis I adalah F20.0 Skizofrenia Paranoid. Gangguan kepribadian yang bermakna secara klinis saat ini belum dapat ditentukan, sehingga untuk aksis II tidak ada diagnosisPada pasien ini juga tidak ditemukan kondisi medis umum yang bermakna, sehingga pada pasien ini Aksis III Tidak Ada Diagnosis.Pada pasien ini, untuk Aksis IV ditemukan adanya beberapa masalah, antara lain masalah keluarga, lingkungan sosial, pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi. Pada Aksis V GAF (Global Assessment of Functioning) HLPY (Highest Level Past Year) 80-71, GAF Scale Pada Saat Ini adalah 60-51 yaitu gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

VI. EVALUASI MULTI AKSIAL Aksis I: F20.0 Skizofrenia Paranoid Aksis II : Tidak Ada Diagnosis Aksis III : Tidak Ada Diagnosis Aksis IV : Masalah lingkungan sosial, pekerjaan, dan ekonomi Aksis V : GAF HLPY 80-71 GAF Current 60-51

VII. DAFTAR MASALAHA. Organobiologik : Ketidakseimbangan neurotransmitter.B. Psikologis/Perilaku: Bicara kacau, halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (+), waham (+), RTA terganggu, tilikan derajat 1.C. Lingkungan dan Sosioekonomi : Masalah yang berkaitan dengan lingkungan sosial, yaitu kegagalan menikah dengan pacarnya dan gagal menjadi anggota DPR. Keluarga yang memiliki pengetahuan yang kurang terhadap penyakit atau gangguan jiwa yang diderita pasien serta pengobatan yang harus diberikan kepada pasien. Meskipun demikian, keluarga mendukung pengobatan yang diberikan dan berharap pasien dapat kembali melakukan aktivitas seperti biasanya.

VIII. RENCANA PENATALAKSANAANA. Psikofarmaka : Risperidone 2 x 2 mg Alprazolam 1 x 0,5 mg (malam) Trihexylphenidyl 2x2 mgB. Psikoterapi Kepada pasien dilakukan psikoterapi suportif suportif dengan cara mendukung pasien. Sistem pendukung pasien harus kuat, tidak terlalu mencampuri maupun menjauhi pasien. Pasein juga diberikan edukasi mengenai penyakitnya, gejala, penyebab, pengobatan, bagaimana dampak bila tidak kontrol atau tidak minum obat dan bagaiman jika keluhan kembali muncul.C. Psikoedukasi Edukasi terhadap pasien : Memberi informasi dan edukasi pada pasien mengenai gangguan yang diderita, dari gejala, dampak, faktor resiko, pemicu, tingkat kekambuhan, dan tatacara dan manfaat pengobatan agar pasien tetap taat meminum obat, dan segera berobat bila mulai timbul gejala serupa. Memberi edukasi mengenai keuntungan pengobatan sehingga pasien termotivasi untuk minum obat secara teratur. Memberi edukasi pada pasien mengenai hendaya pada dirinya agar pasien dapat menerima keadaannya. Memberi penjelasan pada pasien mengenai kemampuan yang dimiliki agar pasien dapat memaksimalkan kemampuan dirinya.

Kepada keluarga dilakukan psikoedukasi : Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan antara gejala dengan perilaku, perjalanan penyakit, serta prognosis). Pada akhirnya diharapkan keluarga bisa menerima dan memahami keadaan pasien serta mendukung proses penyembuhannya dan mencegah kekambuhan. Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek samping yang mungkin muncul pada pengobatan). Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara teratur.

IX. PROGNOSISHal yang meringankan prognosis :1. Faktor pencetus jelas2. Fungsi kognitif pasien masih baikHal yang memperburuk prognosis :1. Insight derajat 12. Kurangnya pengetahuan dan perhatian keluarga pasien mengenai gangguan yang dialami pasien.Berdasarkan hal-hal tersebut, maka prognosis pada pasien ini adalah : Qua ad vitam: bonam Qua ad functionam: dubia ad bonam Qua ad sanationam: dubia ad bonam

X. DISKUSI Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik serta status mental, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik dapat disingkirkan (F00-F09). Pada pasien didapatkan riwayat penggunaan alkohol. Oleh karena itu, kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif bisa disingkirkan. Dari anamnesis ditemukan bahwa pasien mengalami gejala psikotik yang muncul sejak 1 tahun terakhir dan pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya halusinasi auditorik dan halusinasi visual dengan arus pikiran yang tidak realistik, sirkumtansial, asosiasi longgar dan ditemukan adanya waham kebesaran, serta terdapat pula gangguan pada penilaian realitas dan tilikan, maka berdasarkan PPDGJ III ditegakkan diagnosis yang kedua untuk Aksis I adalah F20.0 Gangguan Skizofrenia Paranoid. Oleh karena pasien mengalami skizofrenia paranoid yang mengakibatkan adanya hendaya dalam menilai realitas, hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, dan hendaya dalam fungsi mental, maka pada pasien perlu dipertimbangkan pemberian antipsikotik.Penggunaan antipsikotik pada pasien ini didasarkan pada fakta bahwa antipsikotik dapat membantu mencapai dan memelihara respons klinis yang diinginkan. Terdapat dua golongan obat antipsikotik, yaitu golongan tipikal dan atipikal. Pasien saat ini diberikan terapi antipsikotik yakni Risperidon 2x2 mg. Risperidon merupakan obat antipsikosis golongan atipikal. Risperidon bekerja dengan menghambat dopamin di jalur mesolimbik tetapi tidak di mesokortikal sehingga fungsi kognitif pada pasien tidak terganggu. Pada jalur mesolimbik, antagonis serotonin 5-HT2A gagal melawan antagonis D2, sehingga terjadi blokade reseptor D2. Apabila reseptor dopamin banyak dihambat maka akan terjadi up regulation dari reseptor serotonin di post sinaps. Afinitas risperidon terhadap 5-HT2A 10-20 kali lebih kuat dibandingkan dengan reseptor D2.Pada jalur nigrostriatal, berlebihnya kadar dopamine dapat menyebabkan Chorea, Tics, Diskinesia. Sedangkan jika kadar dopamine kurang dapat menyebabkan timbulnya gejala ekstrapiramidal seperti : rigiditas/kaku, akinesia/bradikinesia, ataupun tremor. Awalnya SDA (Serotonin-Dopamin-Antagonis) bekerja dengan memblok reseptor dopamine sehingga kadar dopamine menurun dan menyebabkan terjadinya GEP. Namun SDA yang bekerja di reseptor serotonin akhirnya menstimulasi pengeluaran dopamine sehingga akhirnya kadar dopamine kembali meningkat. Oleh kerena itu, SDA menyebabkan efek minimal GEP atau tidak sama sekali.Pada jalur mesokortikal, terjadi defisiensi dopamine sehingga menyebabkan timbulnya gejala negative dan kognitif akibat defisiensi dopamine secara primer atau sekunder. Penghambatan pada reseptor serotonin oleh SDA menyebabkan pelepasan dopamine di otak yang akan mengkompensasi kekurangan dopamine sehingga mengurangi gejala negative dan kognitif pada jalur mesokortikal.Pada jalur tuberoinfundibular, dopamine bekerja mengontrol sekresi prolaktin. Obat SDA awalnya memblok reseptor dopamine sehingga kadar dopamine rendah dan menyebabkan peningkatan kadar prolaktin, kemudian SDA yang menghambat di reseptor serotonin akhirnya menstimulasi pelepasan dopamine di pre-sinaps, sehingga kadar prolaktin menjadi rendah.Risperidon sebagai obat golongan atipikal dapat memperbaiki gejala positif, dan tidak memperburuk gejala negative pada skizofrenia. Obat golongan ini bekerja sebagai antagonis reseptor serotonin dan dopamin. Risperidon memiliki efek samping sindrom ekstrapiramidal yang lebih rendah jika dibandingkan dengan golongan obat antipsikosis tipikal seperti haloperidol. Dosis yang digunakan pada terapi inisial 2 mg/hari dan besoknya dapat dinaikkan menjadi 4 mg/hari. Namun, sebagian besar pasien membutuhkan 4-6 mg/hari. Pada pasien ini dosis risperidon pada hari pertama diberikan 2 x 2 mg per hari terkait dengan waktu paruh risperidon 12-24 jam. Dosis risperidon kemudian akan dinaikkan perlahan-lahan menjadi 2x3 mg setiap 2-3 hari hingga mencapai dosis efektif (gejala psikosis mulai mereda) dan dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan hingga mencapai dosis optimal. Setelah mencapai dosis optimal, dosis tersebut dipertahankan selama lebih kurang 8-10 minggu sebelum masuk ke tahap pemeliharaan. Dalam tahap pemeliharaan, dosis dapat dipertimbangkan untuk mulai diturunkan setiap 2 minggu sampai diperoleh dosis minimal yang dapat dipertahankan tanpa menimbulkan kekambuhan. Follow up mengenai efek samping risperidon selama periode pengobatan pada pasien ini mutlak dilakukan.Efek samping dari pengobatan dengan antipsikosis generasi kedua misalnya risperidon memang relatif minimal namun hal tersebut berbeda-beda pada setiap orang. Sehingga bila terdapat efek samping berupa gejala ekstrapiramidal seperti badan kaku, rasa gelisah atau tangan-kaki selalu ingin bergerak, atau hiperslivasi maka dosis risperidon diturunkan terlebih dahulu..Untuk meminimalisir gejala ekstrapiramidal, perlu diberikan obat golongan antikolinergik, yaitu Trihexyphenydil HCl untuk mengatasi gejala ekstrapiramidal yang mungkin timbul. Namun, jika tidak ditemukan tanda-tanda gangguan ekstrapiramidal maka pemberian THP tidak perlu diberikan terkait efek samping jangka panjang berupa Atropin Toxic Syndrome.Salah satu tambahan obat yang diberikan pada pasien adalah Alprazolam 1 x 0,5 mg yang diberikan pada malam hari. Tujuan dari agen anti ansietas ini pada malam hari dengan harapan pasien dapat beristirahat. Terapi non farmakologis memegang peranan yang cukup penting pada pasien. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah psikoterapi suportif, psikoedukasi. Dalam psikoterapi suportif, terapis menunjukkan penerimaan terhadap pasien, dengan cara menunjukkan perilaku yang hangat, ramah, namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima, dan dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami gangguan proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan proses pikir, serta adanya gangguan dalam melakukan hubungan dengan orang lain. Selain itu, keluarga juga memegang peranan penting sebagai primary care-givers atau primary care-support. Pada psikoedukasi keluarga diberikan penjelasan tentang penyebab, gejala, pentingnya pengobatan, terapi-terapi pendukung lainnya, serta mengenai hubungan keluarga dengan pasien.

XI. 20

XII. RIWAYAT PERJALANAN GANGGUAN JIWA PADA PASIEN

MRS I Maret 2015Gagal Menikah2014

Gambar. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien

Tabel. Riwayat Perjalanan Gangguan pada Pasien

Maret 2015

Gejala semakin terlihat Bicara sendiri Halusinasi dan waham Berbicara kacau Merusak barang-barang Memukul orang lain Mudah tersinggung.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993. Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.2. Faith BD, Lisa D. 2007. Schizophrenia : Psychosocial Treatment in Kaplan and Saddock Comprehensive Textbook of Psychiatry. 8th Edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. 3. Kaplan HI, Saddock BJ, et al. 2007. Schizophrenia in Kaplan and Saddock Comprehensive of Psichiatry. 8th Edition. Philadelphia : Lippincott William & Wilkins.4. Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press.5. Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. 6. Peter BJ, Peter FB. 2006. Schizophrenia. London : Churchill Livingstone Elsevier.