Upload
doery-dhiach-poerwa
View
296
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
perhitungan rasio arus migrasi penduduk
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad 21 merupakan suatu abad tuntutan bagi negara-negara berkembang
untuk dapat bersaing dengan negara-negara maju, sehingga banyak cara yang
ditempuh pemerintah negara berkembang untuk dapat bersaing. Salah satu
jalan yang ditempuh oleh negara berkembang adalah dengan meningkatkan
kemakmuran hidup warga negaranya.
Kemakmuran antara satu negara dengan negara lain tidaklah sama, hal itu
dapat dilihat diberbagai bidang yang dikembangkan negara tersebut, salah
satunya adalah perkembangan IPTEK. Selain dari perkembangan dibidang
IPTEK kemakmuran suatu negara secara menyolok dapat diketahui dari
pertumbuhan penduduknya, karena pertumbuhan penduduk merupakan tiang
kokohnya dari suatu negara. Apabila laju pertumbuhan penduduknya kurang
seimbang terjadi ketimpangan, maka negara tersebut dapat dikategorikan
sebagai yang belum berkembang.
Negara Indonesia sendiri merupakan suatu negara yang laju pertumbuhan
penduduknya mengalami ketimpangan, hal ini dapat terlihat dari ciri
penduduknya secara kuantitatif ( jumlah penduduknya yang besar,
perkembangan pertumbuhan penduduknya cepat, dan persebaran yang tidak
merata antar daerah satu dengan daerah yang lain). Laju pertumbuhan
1
penduduk di Indonesia meliputi tiga faktor, antara lain kelahiran (fertilitas),
kematian (mortalitas), dan mobilitas.
Pada masa Orde Baru pemerintah lebih memperhatikan laju pertumbuhan
penduduk terhadap tingkat kelahiran (fertilitas) dan mortalitas (kematian),
tetapi pemerintah lebih menitik beratkan kepada masalah mobilitas untuk
sekarang ini. Mobilitas sendiri terdiri dua macam yaitu mobilitas permanen dan
mobilitas non permanen. Diantara kedua mobilitas tersebut ada yang paling
fundamental mempengaruhi laju pertumbuhan dan sering menjadi pusat
perhatian langsung oleh pemerintah adalah mobilitas permanen ( migrasi),
karena dari asumsi pemerintah sendiri bahwa perkiraan kasar secara sederhana
pada tingkat pertumbuhan penduduk sebagian besar hampir sama, dan
ketimpangan penduduk pada hakekatnya disebabkan oleh migrasi.
Arus migrasi di Indonesia terjadi pada suatu aktifitas perekonomian oleh
suatu kelompok, yang terpusat pada suatu daerah atau area tertentu yang
dianggap efisien. Biasanya terkonsentrasi pada daerah yang tingkat
penduduknya cukup tinggi ( perkotaan). Sedangkan untuk kota kecil
aktifitasnya tidak dipengaruhi oleh mobilitas sosial, yang perkembangannya
tidak cepat seperti halnya di kota besar. Kota besar di Indonesia yang sering
dipengaruhi dengan migrasi terjadi di Jakarta, Bandung, Surabaya, yogyakarta,
Semarang bahkan pula didaerah Medan, karena dikota-kota tersebut merupakan
tempat aktifitas industri modern yang menjadi pusat para migran. Migrasi ini
pada umumnya didominasi oleh penduduk pedesaan, yang sumber dayanya
belum dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
2
Selain terjadi antar kota juga terjadi antar pulau maupun juga antar negara,
yang dianggap efisien untuk melanjutkan hidup para migran. Untuk antar pulau
sering dikenal dengan transmigrasi. Transmigrasi bertujuan untuk mengurangi
kepadatan penduduk yang terjadi dipulau Jawa, ke pulau-pulau yang jarang
penduduknya yang dianggap efisien ( seperti Maluku, Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi dan Irian Jaya). Indonesia sendiri melakukan transmigrasi pertama
kali dilaksanakan pada tahun 1905 (masa kolonial) yaitu perpindahan
penduduk Jawa Tengah ke Lampung, sejak saat itu arus migrasi ke Lampung
semakin membesar.
Kabupaten Grobogan merupakan salah satu dari kabupaten yang terletak di
Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Grobogan terletak diantara kedua
pegunungan kendeng yang membujur dari arah barat ke timur, serta berada di
bagian timur Propinsi Jawa Tengah dengan batasan-batasn sebagai berikut
1. Sebelah barat : Kabupaten Semarang, dan kabupaten Demak.
2. Sebelah utara : Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati.
3. Sebelah timur : Kabupaten Blora
4. Sebelah selatan : Kabupaten Ngawi ( Jawa Timur ), Kabupaten Sragen,
Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Surakarta.
Ditinjau dari letak geografisnya wilayah kabupaten Grobogan terletak
diantara 110 15’ BT-11125’BT dan 7LS-730’LS.
Secara adminitrasi Kabupaten II Grobogan terdiri atas 6 wilayah pembantu
bupati (kawedanan), 19 kecamatan dan 280 desa/kelurahan dengan ibukota
berada di Purwodadi. Berdasarkan Evaluasi Penggunaan Tanah (EPT) tahun
3
1983 kabupaten Grobogan mempunyai luas tanah sebesar 1.975,85 km2 dan
merupakan kabupaten terluas nomor dua setelah kabupaten Cilacap. Jarak utara
ke selatan 37 km dan jarak barat ke timur 83 km.
Dilihat dari geologinya, kabupaten Grobogan terdiri dari beberapa jenis
tanah seperti Aluvial ( coklat /hitam ), local (kuning coklat/ merah), Cromosol
( kelabu sampai hitam), dan mediterania merah kuning (merah sampai coklat).
Sedangkan untuk reliefnya berupa pegunungan kapur dan perbukitan serta
dataran bagian tengahnya, dan topologi terbagi kedalam tiga kelompok antara
lain :
1. Daerah dataran rendah berada pada ketinggian sampai 50 meter diatas
permukaan air laut dengan kelereng antara 0-8 % meliputi enam
kecamatan yaitu Gubug, Tegowanu, Purwodadi, Godong, Grobogan
sebelah selatan dan Wirosari sebelah selatan.
2. Daerah perbukitan berada pada ketinggian sampai 50-100 meter diatas
permukaan air laut dengan kelerengan antara 8-15 % meliputi lima
kecamatan yaitu kecamatan Klambu, Brati, Grobogan sebelah utara
dan Wirosari sebelah utara.
3. Daerah dataran tinggi berada pada ketinggian 100-500 meter di atas
permukaan air laut dengan kelerengan lebih dari 15%, meliputi wilayah
kecamatan yang berada di sebelah selatan dari wilayah Kabupaten Dati
II Grobogan.
4
Berdasarkan letak relief dan geografisnya Kabupaten Grobogan merupakan
kabupaten yang tiang penyangga perekonomiannya berada dari sektor pertanian
dan merupakan daerah yang cenderung cukup sulit mendapatkan air bersih.
Dari monografi kecamatannya diperoleh data daerah pertanian akhir tahun
2000 untuk kabupaten Grobogan yang seluruhnya seluas 120.030,761 Ha yang
terdiri dari 61.850,402 Ha tanah sawah dan 58.180,359 Ha tanah kering.
Dilihat dari kondisi pengairan yang ada, pada kenyataannya dimusim
kemarau sistem pengairan tersebut tidak dapat diharapkan manfaatnya. Dari
tanah sawah seluas 61.850,405 Ha dapat digolongkan ke dalam: irigasi tehnis,
irigasi setengah tehnis, irigasi sederhana, irigasi tadah hujan. Sedang tanah
kering terdiri atas: Pekarangan, tegal, dan tambak, tetapi sebagian besar adalah
tanah sawah tadah hujan.
Kabupaten Grobogan yang berada diantara pegunungan Kendeng memiliki
sumber bahan tambang dan galian yang cukup dapat diandalkan, meskipun
sumbangan dari sektor pertambangan dan penggalian dalam pembentukan
Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB) hingga saat ini relatif kecil. Hal
tersebut disebabkan adanya beberapa kendala, seperti modal, cara
penambangan, cara pengolahan hasil dan sumber daya manusia. Kondisi seperti
ini sangat memungkinkan terbukanya kesempatan kerjasama antara
pemerintah daerah dengan pihak swasta ( baik dari dalam maupun dari asing)
untuk menanamkan modalnya guna pengelolaan bahan tambang dan galian
secara optimal. Bahan tambang/galian yang dimiliki dan mungkin dapat
5
dikembangkan di kabupaten Grobogan meliputi: Kapur, Tanah liat, garam,
gips, batu, dan lain-lain.
Sektor industri sendiri di Kabupaten Grobogan tergolong kecil, dan jarang
tersentuh masyarakat Grobogan pada umumnya. Walau ada beberapa industri
yang sampai keluar daerah Kabupaten Grobogan bahkan sampai keluar negeri,
seperti industri sirup, kecap, minyak kayu putih, bahkan yang sampai diekspor
keluar negeri yaitu genting, yang berasal dari desa Sarip kecamatan Wirosari.
Untuk sektor perkebunan kurang dapat diandalkan, dikarenakan wilayah
yang jarang bahkan kurang untuk pengairan, serta faktor tanah yang berkapur
dan letak geografis Kabupaten Grobogan diantara dua pegunungan Kendeng.
Di Kabupaten Grobogan untuk perkebunan yang dibudidayakan adalah
perkebunan kayu putih di kecamatan Toroh dan Geyer, serta terkenal akan
perkebunan pohon kayu jati.Hal ini dikarenakan dari kondisi geografisnya
sehingga mempengaruhi hasil yang berkualitas berupa produk kayu jati,
sehingga dipasaran tingkat nasional harga jualnya paling tinggi daripada
Kabupaten Jepara penghasil kerajinan ukir-ukiran.
Sektor pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan
masyarakat yang berperan meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi
pendidikan suatu masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya. Adapun
hasil dari sensus 2000 tingkat pendidikan di Kabupaten Grobogan menurut
jenis kelamin dan kelompok umur adalah yang tidak/belum tamat SD
seberar31,24%, untuk tamatan SD 50,97 %, sedangkan yang tamat perguruan
tinggi sebesar 0.45%. dan perbandingan cukup besar sekali antara yang
6
tidak/belum tamat SD dengan lulusan perguruan tinggi, hal ini dikarenakan
perekonomian masyarakat yang masih terbatas dan sekolah banyaknya pun
terbatas pula, seperti halnya untuk perguruan tinggi sampai tahun 2001 belum
ada.
Sektor ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam
kehidupan manusia, karena menyangkut ekonomi dan sosial kehidupan
masyarakat di Kabupaten Grobogan. Sektor ini masih didominasi oleh
penduduk laki-laki, dengan proporsi penduduknya yang bekerja didominasi di
sektor pertanian, kemudian baru di sektor jasa, dalam hal ini adalah sebagai
pekerja kasar (buruh). Pola hidup ini hampir sama baik penduduk laki-laki
maupun perempuan.
Kabupaten Grobogan pada tahun 2001 banyak yang melakukan migrasi
keluar maupun masuk. Hal ini dilakukan karena alasan geografis dan
kebutuhan untuk kelangsungan hidup ( bekerja dan sekolah).
B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Pertumbuhan Nasional suatu negara dipengaruhi oleh kesejahteraan
masyarakatnya. Hal tersebut merupakan faktor yang fundamental dan
menjadi pusat perhatian bagi pemerintah yang pada umumnya di pengaruhi
faktor migrasi, dengan taraf pendidikan masyarakat migran yang masih
cukup rendah, dan lapangan kerja yang sempit, serta keadaan geografis yang
kurang memungkinkan.
7
Hal ini juga mendorong ketertarikan masyarakat Grobogan untuk
memperoleh hidup yang lebih baik. Sehingga menyebabkan masyarakat
melakukan migrasi.
Migrasi yang dilakukan masyarakat Grobogan banyak menimbulkan
dampak baik positif maupun negatif bagi Kabupaten Grobogan maupun bagi
daerah tujuan, serta menghasilkan rasio migrasi netonya yang cukup
menyolok.
2. Pembatasan Masalah
Dari rumusan diatas penulis tertarik mengangkat masalah antara lain:
1. Apa penyebab dan dampak positif maupun negatif dari migrasi bagi
Kabupaten Grobogan dan daerah tujuan?
2. Apakah ada pengaruh banyaknya lapangan kerja dan banyaknya
sekolah yang ada terhadap migrasi keluar di Kabupaten Grobogan?
3. Bagaimana rasio migrasi keluar, apakah positif ataupun negatif pada
tahun 2001?
C. Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan
Adapun tujuan penulis antara lain adalah
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya migrasi dan dampak yang
ditimbulkan baik bagi Kabupaten Grobogan maupun bagi daerah
tujuan.
8
2. Untuk mengetahui adakah pengaruh antara banyaknya lapangan
pekerjaan dan banyaknya sekolah terhadap migrasi keluar di
Kabupaten Grobogan.
3. Untuk mengetahui rasio migrasi neto pada tahun 2001.
b. Manfaat
Manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Menambah pengetahuan di ilmu demografi dan kependudukan, kususnya
mengenai pertumbuhan penduduk (dalam hal ini tentang migrasi).
2. Menjadikan penulis untuk peduli lingkungan mengenai dampak negatif
dari migrasi tersebut.
3. Sebagai acuan pengetahuan dalam mempelajari ilmu demografi dan
kependudukan, serta statistik yang berkaitan dengan migrasi.
D. Hipotesis
Hipotesis sangat diperlukan di dalam penelitian ini, karena hipotesis
merupakan dugaan sementara yang belum tahu kebenarannya, agar terarah
kebenarannya. Hipotesisnya adalah “ Ada pengaruh antara jumlah lapangan
kerja dan jumlah sekolah terhadap migrasi keluar di Kabupaten Grobogan.
E. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan.
Latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan
manfaat, hipotesis serta sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Pertumbuhan Penduduk dan Migrasi.
9
Bab III : Metodologi Penelitian
Sumber data, konsep dan definitif, analisa data
Bab IV: Hasil penelitian dan pembahasan
Bab V : Penutup
Kesimpulan dan saran-saran.
Daftar Pustaka
Lampiran
10
BAB II
Landasan Teori
A. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan Penduduk adalah keseimbangan yang dinamis antara
kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi
jumlah penduduk ( Yasin, Moh, 1981: 5). Pertumbuhan penduduk sangat
berpengaruh dalam jalannya kemakmuran suatu negara. Dimana tidak semua
negara laju pertumbuhan penduduknya sangat berbeda. Pertumbuhan penduduk
dipengaruhi tiga faktor antara lain adalah mortalitas ( kematian), fertilitas
( kelahiran), dan mobilitas. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan antara satu
dengan yang lain.
Negara Indonesia laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat dari bentuk atau
ciri penduduknya, yang dikelompokkan menjadi dua yaitu ciri kuantitatif dan
ciri kualikatif. Untuk ciri kuantitatif meliputi jumlah penduduk yang cukup
besar, pertumbuhan penduduknya yang cepat, dan persebaran antara antar
daerah tidak merata. Sedang kualikatif meliputi kualitas penduduk yang dapat
ditinjau dari segi pendidikan dan pekerjaan, yang masih tergolong cukup
rendah ( Mantra, Ida Bagus, 2003: 1).
Hal ini dilandasi dengan suatau pekiraan kasar secara sederhana yang
diasumsikan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk alamiah sebagian hampir
sama, dan pada hakekatnya ketimpangan pertumbuhan penduduk secara
11
alamiah ( kelahiran (fertilitas) dan kematian (mortalitas)) disebabkan oleh
faktor mobilitas (migrasi) (Pollard, A. H.et al, 1982:123).
Sehingga dari ketiga faktor tersebut yang paling fundamental mempengaruhi
pertumbuhan penduduk baik secara langsung atau tidak langsung adalah
mobilitas ( migrasi) ( Tjiptoherianto, Prijono, 2000:1).
Mobilitas sendiri meliputi dua jenis kelamin (pria dan wanita) yang tidak
ada batasan biologis untuk melakukan gerakan/perpindahan serta dapat
dilakukan salama hidup, tapi mobilitas menurut pengertiannya dibagi menjadi
dua yaitu:
1. Mobilitas penduduk horizontal atau geografis adalah mencakup gerakan/
perpindahan ( movement) penduduk ynag melintasi batas/ ruang tertentu.
2. Mobilitas sosial adalah yang mencerminkan perubahan status heirarki sosial
seseorang ataupun perubahan status generasi yang satu ke generasi berikut
( Razake, Abdul Aziz, 1986: 381).
Menurut tujuannya mobilitas dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Mobilitas permanen ( migrasi) adalah perpindahan penduduk ke suatu
tempat dengan tujuan untuk menetap.
2. Mobilitas non permanen ( sekuler) adalah perpindahan sementara ( tidak ada
niat untuk menetap, hal ini dapat disebut juga ( bukan migrasi) atau
sirkulasi) (Steele, 1983: 266). Tetapi juga ada yang berpendapat bahwa jika
jangka waktu lebih pendek lagi dalam satu hari yaitu berangkat pagi pulang
sore kembali dilakukan secara terus-menerus dikenal pula dengan migrasi
pulang pergi (“ Commuting”)( Mantra, Ida Bagus, 1986:116).
12
B. Migrasi
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa definisi migrant “ A migrant is a
person changes his places of residence from one polity or administrative are
to another”. Bila diartikan migrasi adalah perpindahan tempat secara permanen
sebab selain itu dikenal pula “mover” yaitu orang pindah dari satu tempat
ketempat laindalam satu kesatuan politik atau adminitrasi ( Mantra, Ida Bagus,
1986:111).
Migrasi mempunyai dua type adalah :
1. Migrasi internasional.
2. Migrasi Internal.
Penjelasan kedua type sering kali menjadi sangat berbeda , sehingga kerap
kali lebih penting dipandang dari sudut politik dan adminitrasi daripada
pengembangan teoritis (Kammeyen dan Helen, 1986: 111).
Tetapi menurut indikatornya migrasi dibedakan beberapa hal yaitu :
a) Migrasi semasa hidup ( a lifetime migrant) adalah migrasi yang terjadi jika
kabupaten/ propinsi tempat kelahiran berbeda dengan tempat tinggal
sekarang.
b) Migrasi risen ( recent migrant) adalah migrasi yang terjadi jika
kabupaten/propinsi tempat tinggal sekarang beda dengan sebelumnya.
c) Migrasi Kembali adalah migrasi tempat lahir sama dengan tempat tinggal
sekarang tetapi beda dengan tempat tinggal sebelumnya.
Dan menurut bentuk migrasi yang sering dilaksanakan para migran ada tiga
yaitu:
13
a) Perubahan tempat yang bersifat rutin ( recurrent movement).
b) Perubahan tempat yang tidak bersifat sementara, seperti perpindahan bagi
pekerja musiman.
c) Perubahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidak kembali ke
tempat semula ( non recurrent movement) (Mantra, Ida Bagus, 1986: 117).
Menurut para ahli migrasi yang sering dilaksanakan berlandaskan dari
beberapa teori. Yang mana antar teori berkaitan dengan latar belakang, tujuan
dan motivasi, teori-teori itu antara lain:
a. Teori Ravenstain “ The Law of migration “ bahwa migrasi terjadi dalam
arus atau aliran orang dari tempat asal tertentu ke daerah tujuan spesifik.
Menurut teori ini biasanya didominasi perempuan dan orang dewasa.
b. Teori Ekologis “ migrasi di tingkat masyarakat diasumsikan bahwa
jumlah penduduk, organisosial, tehnologi dan lingkungan terjadi
keseimbangan”. Diteori ini menunjukkan bahwa migrasi dipengaruhi dan
mempengaruhi faktor fertilitas dan mortilitas. Disini menjelaskan jumlah
migrasi selalu berubah karena terjadi kematian selama/ sesudah migrasi
berlangsung. Serta bagian porsi yang disebabkan oleh fertilitas/ mortalitas
harus yang dihilangkan, yaitu dengan cara menambah /mengurangi fertilitas/
mortalitas yang terdaftar ( dengan menyusun estimasinya). Untuk sisa
perubahan disebabkan migrasi yang terjadi disetiap daerah. Hal ini
merupaakan migrasi selama periode tertentu ( migrasi antar dua sensus).
14
c. Teori Lee (Everett Lee / 1966), teori ini menunjukkan empat faktor
hipotesa yang mempengaruhi migrasi yaitu +/- daerah asal, +/- darah
tujuan, faktor penghambat dan faktor personal.
Penghalang – antar penghambat-antara
Daerah asal Daerah tujuan Keteranagan :+ - : faktor pendorong.
0 : faktor tidak berpengaruh
Dari teori ini terlihat bahwa migrasi didominasi masyarakat pedesaan
menuju kota besar, sehingga makin rendahnya pertumbuhan alamiah
penduduk kota yang mengakibatkan makin lamban status perubahan daerah
pedesaan menjadi kota, serta relatif kuat kebijaksanaan pembangunan dan
ekonomi (Tjiptoherianto, Prijono, 2001:1). Migrasi yang terjadi tidaklah
sama dengan apa yang terjadi pada periode yang akan datang baik tempat
pengiriman maupun tempat tujuan.
d. Teori Sell de jong (1978)
Disini menyebutkan bahwa migrasi dipengaruhi beberapa komponen antara
lain: kemampuan, motivasi, harapan, intensity. Teori ini terlihat pada pola
migrasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota dipengaruhi faktor
ekonomi dan tujuan untuk hidup yang lebih baik ( menurut Todaro). Pola
seperti ini sering terjadi di lokasi industri modern biasanya terjadi di pusat
perdagangan dan pabrik yang lebih besar, dan sektor pertanian yang sempit.
15
+ - 0 - + 0 + - + + - 0 + 0 – 0 - + + - + - 0 + 0 - + + 0 - + - + 0 + 0 - + - + 0 - + -
0 - + 0 - + 0 - + - + - 0 - + - + - + - + 0 - + - 0 + - 0 + - 0 + 0 + - + - 0 + 0 + - + - + 0
Untuk negara industri pertumbuhan penduduk ke kota merupakan
perpindahan penduduk yang paling menyolok daripada migrasi yang lain.
Dan daya tarik ke kota tak hanya terbatas tingkat Nasional ( Pollard,
1982:123).
Dari daya tarik penduduk desa ke kota, menunjukan bahwa orang yang
melakukan perpindahan tempat dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan,
dan mempunyai aspirasi agar dapat terlaksana. Apabila suatu wilayah
kebutuhan tersebut tidak dapat memenuhi, maka akan terjadi tekanan
( stress) untuk dapat memenuhi, sehingga menyebabkan orang tersebut
melakukan perpindahan. Langner ( dikutip dari Wolpert 1966, 93)
mengatakan “…any influence, Whether it arises from the internal
environment or the external environment, which interferes with the
satification of basic need or which disturbs or threatens to disturb the
equilibrium.” Jadi intensitas tekanan ( stress) dari seseorang tergantung pada
besar kecilnya kebutuhan yang dapat dipenuhi di daerah di mana ia berada.
Menurut disertasi Francis Harry Cummings (1975, 20-3) Perilaku migrasi
penduduk dari daerah asal ke daerah tujuan disajikan dalam sebuah bagan
( lampiran).
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis memperoleh data yang konkret pada penelitian,
penulis menggunakan beberapa cara antara lain:
1. Studi Pustaka
Peneliti memperoleh data melalui sumber-sumber buku seperti:
a. Buku
(1). Buku masalah pertumbuhan penduduk dalam hal ini tentang
Migrasi.
(2). Buku statistik.
(3). Buku dari BPS mengenai keadaan georafis kabupaten
Grobogan ( Kabupaten Grobogan dalam angka tahun 2001).
b. Data
(1). Data Sensus penduduk tahun 2000 dan Sensus penduduk tahun
1990 Kabupaten Grobogan.
(2). Data penduduk tahun 1991 dan Penduduk tahun 2001
Kabupaten Grobogan.
(3). Data banyaknya lapangan kerja dan banyaknya sekolah
Kabupaten Grobogan tahun 2001.
2. Wawancara
17
Peneliti mengadakan tanya jawab kepada pegawai BPS sub Sosial, para
migran masuk dan migran keluar.
B. Konsep dan Definisi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain
dalam periode tertentu. Dari berbagai definisi migrasi yang bermacam-macam
dan identik maka dasar pengukuran juga menjadi sulit. Dalam pengukuran
migrasi ini dilakukan setahun sekali dan dalam pengukuran migrasi tersebut
dilkakukan baik dari segi dareah tujuan maupun daerah asal, dengan sebagai
berikut :
a) Migrasi Masuk
Migrasi masuk adalah masuknya penduduk ke daerah tujuan ( area of
destination).
b) Migrasi Keluar
Migrasi Keluar adalah perpindahan penduduk keluar dari suatu
daerah asal (area of origin)
d) Migrasi Bruto
Migrasi Bruto adalah Banyaknya penduduk yang masuk dan keluar
dibagi banyaknya penduduk.
e) Migrasi Neto
Migrasi Neto adalah selisih antara jumlah migrasi masuk dan migrasi
keluar dibagi jumlah penduduk.
C. Analisis Data
18
Untuk mengetahui besarnya migrasi baik keluar ataupun masuk, dan baik
dari daerah asal maupun daerah tujuan dapat diukur dengan berbagai cara,
antara lain:
1. Migrasi masuk
Keterangan :
Mi : Jumlah migrasi masuk.
I : Jumlah migran yang masuk.
P : Jumlah penduduk persetengah tahun.
K : Konstanta (1000)
2. Migrasi keluar
keterangan :
Mo : Jumlah migrasi yang keluar
O : Jumlah migran yang keluar
P : Jumlah penduduk persetengah tahun.
K : Konstanta (1000)
3. Migrasi bruto ( Mb).
keterangan :
Mb : Migrasi bruto
19
I : Jumlah migran yang masuk
O : Jumlah migran yang keluar
P : Jumlah penduduk persetengah tahun.
K : Konstanta (1000)
4. Migrasi neto (Mn).
keterangan :
Mn : Migrasi Neto
I : Jumlah migran yang masuk
O : Jumlah migran yang keluar
P : Jumlah penduduk persetengah tahun.
K : Konstanta (1000)
(Sembiring,RK.1985:60)
Dari pengukuran tersebut dapat dianalisis lanjut melalui migrasi netonya
dengan menggunakan perbandingan dua sensus, dalam hal ini ada beberapa
cara, antara lain:
1. Balancing equation dengan metode intercensal component method.
Metode ini dengan menggunakan perbandingan antara dua sensus melaluli
pertumbuhan alamiah ( kematian ( mortalitas), dan kelahiran (fertitilitas)).
I – E = ( P1 – P0 ) – ( B –D )
Keterangan :
I – E : Migrasi Neto
B : Kelahiran
20
D : Kematian
P1-P0 : Perubahan Penduduk antar dua Sensus.
2. Intercensal Survival Ratio Method yaitu perkiraan migrasi netonya dengan
membandingkan antara dua sensus melalui umur. Dalam intercensal ini
peneliti menggunakan Forward Census Survival Ratio ( FCSR) atau
peluang hidup maju. FCSR ini merupakan suatu pecahan yang
pembilangnya adalah jumlah orang dalam suatu kelompok umur dari
penduduk pada suatu sensus, sedang penyebut adalah jumlah orang dalam
kelompok umur yang 10 tahun ( jika sensus intervalnya 10 tahun) lebih
muda dari penduduk pada sensus sebelumnya.
Keterangan :
FCSR : Peluang hidup maju
: Jumlah penduduk tahun 2001 pada interval umur 10-14
: Jumlah penduduk tahun 1990 pada interval umur 0-4
Untuk perkiraan migrasi netonya adalah :
Keterangan :
: Rasio migrasi neto tahun 2001
: Jumlah penduduk pada sensus tahun 2000 umur 10-14
: Jumlah penduduk pada sensus tahun 1990umur 0-4
21
FCSR : Peluang hidup maju
( Mantra, Ida Bagus, 1981:125-130)
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh jumlah lapangan pekerjaan
dan jumlah sekolah terhadap migrasi netonya dengan menggunakan regresi
ganda. Dengan persamaan regresinya adalah:
= a + b1X1 + b2X2
Y merupakan variabel yang dependent, sedangkan X merupakan variabel
yang independent. Sedangkan untuk keterangan X dan Y sendiri adalah sebagai
berikut:
banyaknya lapangan pekerjaan di Kabupaten Grobogan.
banyaknya sekolah di Kabupaten Grobogan.
Y = Migrasi keluar Kabupaten Grobogan tahun 2001
Perhitungannya menggunakan program SPSS 10.0, tingkat taraf
kepercayaan = 0,05. Dengan Hipotesis sebagai berikut :
H0 : Koefisien regresi tidak signifikan ( linier)
H1: Koefisien regresi signifikan ( linier).
Kriteria bila Ho ditolak, artinya koefisiennya berarti dan
regresinya signifikan (linier), maka artinya ada pengaruh antara banyaknya
lapangan kerja dan banyaknya sekolah terhadap migrasi keluar di Kabupaten
Grobogan.
Sebelum melakukan perhitungan kelinieran, maka untuk terlebih dahulu
variabel Y diuji normalitas dan homogenitas untuk variabel X, dalam SPSS
untuk normalitas dan homogenitas menggunakan statistik non parametrik yaitu
dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Chi-Square.
Dengan Hipotesisnya sebagai berikut :
22
Dengan kriteria Sigifikan > 0.05 maka H0 diterima, jadi distribusi normal
dan homogen.
(Santosa, Singgih.2002 : 324-401)
BAB IV
23
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dari data penduduk tahun 2001, untuk usia 15 tahun keatas Kabupaten
Grobogan menurut jenis lapangan pekerjaannya yaitu sektor pertanian
(75,61%), jasa(18,56%) dan perdagangan (8,39%). Sedang menurut status
pekerjaannya bekerja sendiri 37,75%, wiraswasta dengan buruh tidak tetap dan
tak dibayar 34,39%, 15,78%, dan buruh 11.66%.
Bidang pendidikan yang ada di Kabupaten Grobogan adalah mulai dari
tingkat pra sekolah sampai SLTA, sedangkan perguruan tinggi sendiri belum
ada, untuk data jumlah penduduk yang tidak/belum tamat SD sebesar 31.24%
dan lulusan dari perguruan tinggi sebesar 0.45%, sehingga diperoleh data untuk
penduduk yang tidak/belum tamat SD lebih besar daripada yang perguruan
tinggi. Hal ini terlihat bahwa taraf pendidikan di Kabupaten Grobogan
tergolong masih rendah.
Dari data yang diperoleh melalui sensus penduduk tahun 1990 dan tahun
2000, serta data banyaknya penduduk tahun 1991 dan 2001, dapat dianalisis
lebih lanjut sebagai barikut:
1. Perhitungan Homogenitas
Dalam uji homogenitas ini yang di uji adalah vareabel
independent ( variabel X1 dan X2). Perhitungan uji homogenitas ini
24
didalam SPSS menggunakan Non Parametrik yaitu mengunakan
uji Chi-Square dengan analisis sebagai berikut :
a. Untuk output I ( Frequancies)
Jumlah N semua variabel adalah sebanyak 19, dengan
persamaan rata-rata didalam Expected N seragam yaitu 1%
untuk variabel X1, Sedangkan untuk variabel X2 Expected N
juga seragam yaitu 1,2%. Dan residual ( Selisih jumlah antara
observasi N dan Expected N) adalah seragam yaitu 0 untuk X1,
untuk X2 residualnya hampir semua –0,2 dan ada beberapa
dengan hasil residualnya adalah 0,8.
b. Untuk output II ( test statistik )
H0: Banyaknya sampel dari setiap tahunnya adalah
homogen
H1: Banyaknya sampel dari setiap tahunnya adalah tidak
homogen
Untuk kriteria X2hit < X2tabel maka H0 diterima.
Dengan :5%, df:18 (dari rumus k-1) untuk X1 dan X2 df:
15 maka table diperoleh X2 tabel = X2(1- ,df) atau X2
(1-0,05, 18) =
X20,95:18 adalah 28,9 dan X2
(1-0.05, 15) = X20,95:15 adalah 25. X2
hit dari
variabel X1 perhitungan SPSS adalah 0.00, dikarenakan dari
hasil X2hit < X2
tabel ( 0.00 < 28,9 ) maka H0 diterima. Sedangkan
X2hit dari variabel X2 adalah 2,053, dikarenakan X2
hit<X2tabel
25
(2,053 < 25) maka H0 diterima. Berdasarkan probabilitasnya
adalah :
Jika sig > 0.05 maka H0 diterima.
Terlihat bahwa sig > 0.05 ( 1 > 0.05 ) jadi H0 diterima artinya
bahwa sampel dari setiap tahunnya adalah homogen.
2. Uji Normalitas
Untuk uji Normalitas yang duji adalah sama yaitu Y dengan
menggunkan statistik Non parametric dengan Kolmogorov-
Smirnov dengan Hipotesisnya :
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi Normal.
H1: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak Normal.
Dengan kriteria :
Jika sig > 0.05 maka H0 diterima.
Dari hasil pengujian dengan menggunakan Kolmogorov-
Smirnov diperoleh N : 19 dengan rata-rata 337.26 dan standar
deviasi 245.05 dengan signifikan: 0.438, dimana sig. > 0.05, maka
H0 diterima berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
Normal.
3. Uji Regresi linier
Dalam pengujian ini untuk mengetahui hipotesisnya adalah:
Ho : Tidak ada pengaruh antara banyaknya lapangan
pekerjaan dan banyaknya sekolah terhadap migrasi
keluar di Kabupaten Grobogan.
26
H1: Ada pengaruh antara banyaknya lapangan pekerjaan
dan banyaknya sekolah terhadap migrasi keluar di
Kabupaten Grobogan.
Hipotesis tersebut terdiri dari variable X dengan Variabel
Y, dengan keterangan variable :
X1 : Banyaknya Lapangan Pekerjaan di Kabupaten
Grobogan.
X2 : Banyaknya Sekolah di Kabupaten Grobogan.
Y : Migrasi Keluar yang terjadi di Kabupaten Grobogan.
Dengan menggunakan regresi linier ganda diperoleh hasil
sebagai berikut :
Untuk rata-rata migrasi keluar dengan diukur dari jumlah
kecamatan sebanyak 19 kecamatan adalah 337.26 jiwa
dengan standar deviasi sebesar 245.05 jiwa. Untuk jumlah
lapangan pekerjaan yang ada rata-ratanya sebesar 465.68
dan dengan standar deviasi sebesar 311.42. Dan rata-rata
banyaknya sekolah sebanyak 81.16 dengan standar deviasi
sebesar 34.
Besarnya hubungan antar variabel dengan dihitung
melalui koefisien korelasi, untuk korelasi antara variabel Y
dan X1 sebesar 0.0.36, korelasi antara variabel Y dengan X2
sebesar 0.709 dan korelasi antara variabel X1 dengan X2
sebesar 0.46 ketiga hubungan tersebut menunjukkan
27
hubungan yang positif . Besarnya signifikansi korelasi 0.00
jauh di bawah 0.05, oleh karena itu korelasi antara variabel
migrasi keluar dengan variabel jumlah lapangan pekerjaaan
dan jumlah sekolah sangat nyata.
Angka R square adalah 0.503 ( pengkuadratan dari
koefisien korelasi, atau 0.709 X 0.709 = 0.503). R square
disebut juga dengan koefisien determinasi, yang dalam hal
ini berarti 50.3% yang melakukan migrasi dikarenakan
keterbatasan jumlah lapangan pekerjaan dan jumlah sekolah
di Kabupaten Grobogan. Untuk standar error of estimasi
adalah 183.24 jiwa. Untuk standar deviasi lebih besar dari
pada standar error of estimasi.
Untuk uji anova , di dapat Fhit adalah 8.096 dengan tingkat
signifikansi adalah 0.00 jauh lebih dari 0.05, dapat dikatakan
bahwa jumlah lapangan pekerjaan dan jumlah sekolah
berpengaruh terhadap migrasi keluar.
Dengan persamaan regresi:
Y = -78.926 + 0.003131X1 + 5.11 X2.
4. Pengukuran rasio migrasi diperoleh sebagai berikut:
Pengukuran migrasi secara sederhana dengan jumlah penduduk
untuk pertengahan tahun 2001 yaitu sebanyak 13308,03 jiwa,
sedangkan jumlah yang melakukan migrasi keluar sebanyak 6408
28
jiwa, dan yang melakukan migrasi kedalam sebanyak 6728 jiwa.
Diperoleh: jumlah migrasi masuk (Mi) tahun 2001 sebanyak 505
perseribu jiwa. Migrasi keluar (Mo) 481 perseribu jiwa, migrasi
bruto(Mb) dengan menjumlahkan penduduk yang melakukan
migrasi keluar dengan yang melakukan migrasi kedalam di bagi
jumlah penduduk pertengahan tahun sebanyak 987 perseribu jiwa.
Sedangkan migrasi neto (Mn) secara sederhana pengukurannya
melalui migran masuk dikurangi dengan migran keluar di bagi
jumlah penduduk pertenganhan tahun sebanyak 24perseribu jiwa.
Dari pengukuran tersebut dapat dianalisis lanjut untuk mengetahui
rasio perkiraan migrasi neto melalui perkiraan dua sensus yaitu
data sensus penduduk tahun 1990 dan 2000. Dalam hal ini
dilakukan dengan dua cara sebagai berikut:
a. Balancing Equation dengan Intercansaal Component Method
(Perkiraan antar dua sensus melalui pertumbuhan alamiah).
Dari hasil sensus penduduk tahun 2000 dan tahun 1990 di
peroleh untuk P0 ( jumlah penduduk dari sensus 1990 ):
10487,09 dibagi seratus jiwa dan P1 ( jumlah penduduk dari
sensus 2000): 12682,34 dibagi seratus jiwa, untuk fertilitas
sebanyak 1606,02 dibagi seratus jiwa dan mortalitas
sebanyak 602,36 dibagi seratus jiwa. Maka rasio migrasi neto
tahun 2001 ( I - E) di peroleh rasio positif sebanyak 119159
jiwa.
29
b. Rasio perkiraan dengan menggunkan Intersensal Survival
Ratio Method melalui Forward Survival Ratio ( FCSR) atau
sering di sebut dengan peluang hidup maju. Metode ini
menggunakan perbandingan dari dua sensus serta jumlah
penduduk tahun 2001 dan 10 tahun sebelumnya yaitu tahun
1991, melalui pendekatan umur. Diperoleh untuk survival
ratio sebanyak 12,33 dibagi seratus jiwa, dan perkiraan
penduduk untuk tahun 2001 sebesar 9238,13 dibagi seratus
jiwa, dimana berbeda dengan jumlah penduduknya untuk
tahun 2001 sebanyak 13371,32 dibagi seratus jiwa dan
penduduk tahun 1991 sebesar 12192,8 dibagi seratus jiwa.
Maka dari jumlah tersebut di peroleh rasio migrasi netonya
sendiri untuk tahun 2001 adalah positif sebesar 96748 jiwa.
B. Penyebab dan Dampak Terjadinya Migrasi
1. Penyebab terjadinya migrasi
Dilihat dari letak geografisnya Kabupaten Grobogan termasuk
kabupaten yang kurang dengan sumber daya alam yang belum
bisa dimanfaatkan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan
penduduk. Dengan tanah yang cenderung kesulitan untuk
mendapatkan air, sehingga pada musim kemarau benar-benar
mengalami kesulitan air. Jadi jenis pertanian pangan yang cocok
untuk ditanam berupa tanaman padi dan jagung.
30
Untuk bidang Industri masih tergolong kecil. Dan hanya
didaerah-daerah tertentu, seperti genting di daerah Wirosari,
minyak kayu putih dari Toroh dan Geyer, kecap dari Purwodadi,
sirup dan tempe kripik dari Gubug, dan mie di Purwodadi. Tetapi
untuk perkembangan produksinya belum bisa bermigrasi secara
optimal dalam pemasarannya. Dari hasil sensus 2000 dan data
tahu 2001 daerah industri terbanyak berada di kecamatan Wirosari
dan kecamatan Gubug.
Sektor jasa pun kebanyakan berupa pekerja kasar (seperti
tukang becak, kuli, buruh, tukang ojek,dsb) biasanya berasal dari
daerah pedesaan.
Dari data mengenai Lapangan pekerjaan/status pekerjaan tahun
2001 terlihat di bidang pertanian yang mendominasi di sektor
pertanian dan pekerjaan yang lain berupa pekerjaan kasar, yang
menyebabkan pengangguran musiman, ditambah status
pendidikan yang masih rendah, sehingga mendorong untuk
melakukan migrasi baik berupa internal maupun internasional.
Untuk migrasi internal sendiri biasanya daerah tujuan adalah Kota
Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Semarang. Migrasi
Internal selain berupa urbanisasi juga berupa transmigrasi daerah
tujuannya adalah Sumatra, Kalimantan, Irian, Batam, Bali. Alasan
para migran melakukan tranmigrasi ini selain untuk memenuhi
kebutuhan, juga dikarenakan sosialisasi program dari pemerintah
31
seperti didaerah Kedung Ombo, sedangkan untuk migrasi
Internasional biasanya bekerja sebagai TKI ( baik berupa buruh
pabrik atau pun pembantu rumah tangga). Negara tujuannya
adalah Arab, Korea dan Malaysia. Mereka melakukan migrasi
bahkan sampai keluar dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup dengan mencari pekerjaan daerah tersebut .
Selain untuk memenuhi kebutuhan, alasan lain melakukan
migrasi adalah pengembangan usaha. Salah satunya dengan
mengembangkan usaha. Contohnya seperti usaha rumah makan
“SWEEKE” sampai daerah Semarang, Surakarta, bahkan pula
sampai ke Surabaya dan Jakarta, pengembangan toko Luwes
sampai para pegawainya pun ikut bermigrasi dalam
pengembangan toko tersebut. Area pengembangannya adalah
daerah Semarang, Pati. Selain itu pula usaha genting dari Wirosari
hingga diekspor,juga sirup kartika dari Gubug pemasaran ke
keluar ditujukan pada took-toko besar ( swalayan) hingga sampai
di ekspor. Pengembangan usaha yang masuk ke dalam Kabupaten
Grobogan sendiri yaitu seperti usaha rumah makan Tegal ( “
WARTEG”), dan warung tenda “ The Poci”, dari bidang jasa
sendiri pun ada yaitu berupa rumah sakit dari yayasan
“YAKUM”, serta pengembangan di bidang pendidikan mulai
dilaksanakan dengan membuka perkulihaan berupa universitas
32
terbuka untuk para pegawai seperti Universitas Slamet Riyadi
Surakarta, Universitas Muria Kudus.
Alasan bermigrasi yang lain adalah keperluan dinas. Baik yang
melakukan migrasi keluar atau pun migrasi ke dalam Kabupaten
Grobogan, dikarenakan dipindah tugaskan / dimutasi ataupun
dalam penempatan dinas ke luar atau ke dalam. Hal ini sering
terjadi pada pegawai negeri, Kepolisian dan TNI. Sehingga yang
mempengaruhi orang melakukan migrasi ke dalam dikarenakan
keperluan dinas.
Alasan selain dalam pekerjaan/memenuhi kebutuhan hidup
( mencari pekerjaan, memperluas usaha, dan keperluan dinas ),
juga faktor di dalam segi pendidikan. Di Kabupaten Grobogan,
kualitas pendidikan masih rendah, masih banyak lulusan SD,
bahkan pula ada yang tidak tamat SD. Kualitas pendidikan masih
kurang ( tercatat dalam sekolah yang IDT). Kota Purwodadi (ibu
kota kabupaten) sendiri masih kurang dibanding kota yang lain.
Untuk perguruan tinggi belum ada, sehingga untuk melajutkan
pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi harus
melakukan migrasi. Kota tujuan yang menjadi sasaran migrasi
adalah Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan
Malang.
2. Dampak terjadinya migrasi
33
Dengan adanya migrasi, cukup banyak membawa pengaruh bagi
kehidupan masyarakat daerah asal maupun daerah tujuan. Dampak
yang sering terjadi biasanya berbentuk dampak positif dan dampak
negatif.
Dampak positif :
1. Terpenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Berkurangnya jumlah pengangguran di Kabupatan Grobogan.
3. Memberi pemasukan bagi PDRB melalui masyarakat Grobogan
yang berprofesi sebagai TKI dan pengembangan usahanya.
4. Berkurangnya jumlah pengangguran, menurun pula tingkat
kriminalitas.
5. Meningkatkan kualitas hasil produksi dan dapat memperluas
lapangan pekerjaan.
6. Memperkenalkan kualitas hasil Kabupaten Grobogan keluar
daerah.
7. Pendapatan daerah tujuan bertambah.
8. Mendekatkan tali persaudaraan bagi migran yang tinggal dengan
saudaranya.
9. Meningkatkan mutu kualitas pendidikan baik daerah asal ataupun
tujuan.
10. Memperlancar pekerjaan.
11. Mengenalkan hasil produksi daerah tujuan hingga mendorong
orang untuk melakukan migrasi keluar.
34
Dampak Negatifnya yang di timbulkan dari migrasi adalah :
1. Dapat mengubah kebudayaan dan gaya hidup para migran.
2. Meningkatnya kesenjangan sosial bagi daerah tujuan seperti
pengangguran dan pendirian tempat-tempat PSK yang biasanya
adalah para migran.
3. Tingginya tingkat kriminalitas bagi daerah tujuan.
4. Nama baik Kabupaten Grobogan akan tercoreng, dikarenakan
dari tingkat kriminalitas dan kesenjangan sosial berasal dari para
migran Kabupaten Grobogan.
5. Terjadi kepadatan penduduk di daerah tujuan, sehingga timbul
pemukiman kumuh.
6. Menghambat pembangunan Kabupaten Grobogan untuk menjadi
kota yang disebabkan keluarnya tenaga produktif dari Kabupatan
Grobogan.
7. Dikarenakan sumber daya yang belum bisa dimanfaatkan secara
optimal oleh masyarakat Kabupaten Grobogan, yang
menyebabkan ketertarikan masyarakat daerah lain untuk
mengambilnya,seperti penjarahan kayu jati dan penambangan
liar.
8. Pertumbuhan penduduk dan penyebarannya tidak merata.
C. Adakah Pengaruh Antara Banyaknya Lapangan Pekerjaan,
Banyaknya Sekolah dengan Migrasi Keluar
35
Dari perhitungan melalui uji homogenitas dan normalitas diperoleh
variabel tersebut normal dan homogen ( sampel untuk setiap tahunnya
adalah homogen), dikarenakan homogen dan normal maka dilakukan
perhitungan regresi di peroleh bahwa untuk hipotesis di terima. Jadi
untuk Kabupaten Grobogan migrasi keluar dikarenakan pemenuhan
kebutuhan untuk mencari pekerjaan dan meneruskan pendidikan ke
tingkat yang lebih tinggi. Hal ini di karenakan keterbatasan lapangan
pekerjaan dan masih rendahnya tingkat pendiddikan dengan belum
sekolah dengan jenjang yang lebih tinggi.
D.Rasio Migrasi Neto Kabupaten Grobogan Tahun 2001
Untuk hasil perhitungan penduduk yang melakukan migrasi keluar
maupun migrasi kedalam pada tahun 2001 menggunakan data dari BPS
(Badan Pusat Statistik) tahun 2001, tahun 2000, dan tahun 1991, serta
untuk sensus menggunakan sensus tahun 2000 dan sensus 1990.
Dari kedua analisis tersebut (Balancing Equation dan Survival Rasio
dan Forward Survival Ratio) dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa rasio
migrasi neto Kabupaten Grobogan adalah positif, artinya bahwa untuk
Kabupaten Grobogan pada tahun 2001 banyaknya migran yang melakukan
migrasi masuk jumlahnya lebih besar dari pada banyaknya migran yang
melakukan migrasi keluar.
36
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penyebab orang melakukan migrasi baik masuk maupun keluar
dikarenakan:
a. Kondisi alam yang kurang strategis menyebabkan pengangguran
musiman.
b. Keinginan orang untuk mencari pekerjaan guna kehidupan yang
lebih baik lagi.
c. Perluasan pemasaran usaha dan pengembangan usaha (sektor jasa
pelayanan medis dan pendidikan).
d. Keperluan dinas.
e. Untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Migrasi membawa dampak baik positif maupun negatif daerah asal dan
daerah tujuan.
a. Untuk dampak positif: Kebutuhan terpenuhi, berkurangnya
kesenjangan sosial daerah asal, PDRB Kabupaten Groboban dan
daerah tujuan bertambah, memperluas lapangan pekerjaan dan
meningkatnya kualitas .
b. Untuk dampak negatif: mengubah kebudayaan hidup para migran,
kesenjangan sosial daerah tujuan, dan meningkatnya kriminalitas
sehingga mencoreng nama baik Kabupaten Grobogan,
37
menghambat pembangunan Kabupaten Grobogan menjadi kota,
serta penyebaran penduduk tidak merata .
2. Dari perhitungan regresi linier berganda melalui SPSS dengan variabel
Y: migrasi keluar, X1: Banyaknya lapangan pekerjaan, X2: banyaknya
sekolah di Kabupaten Grobogan diperoleh F hit 8,096, dengan
signifikasi yaitu 0,00 < 0,05 maka dikatakan bahwa jumlah lapangan
kerja dan jumlah sekolah mempengaruhi migrasi keluar di Kabupaten
Grobogan. Hal ini terbukti bahwa penyebab migrasi keluar dikarenakan
terbatasnya banyaknya lapangan kerja dan banyaknya sekolah.
3. Dari analisis rasio perkiraan migrasi neto melalui perkiraan dua sensus
adalah positif artinya migrasi neto Kabupaten Grobogan diperoleh
jumlah migrasi masuk lebih besar daripada jumlah migrasi keluar untuk
tahun 2001 .
B. Saran-Saran
Berdasarkan dari kesimpulan yang ada diajukan saran-saran sebagai
berikut :
1. Pemerintah daerah memperhatikan pendidikan, karena pendidikan
adalah tiang dari suatu pembangunan.
2. Pemerintah menggalang kerja sama dengan investor luar atau pihak
swasta guna mengelola sumber daya alam yang belum dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin serta mencegah tindak kriminal,
seperti penjarahan hasil bumi dan menyalurkan industri kecil untuk
dapat bersaing.
38
3. Membentuk balai latihan kerja bagi penduduk yang akan melakukan
migran untuk mencari pekerjaan.
4. Melakukan pengarahan kepada petani dalam menanggulangi
kekurangan air dalam irigasi dan penanaman yang cocok dengan
tanah Kabupaten Grobogan.
39
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Shecha.1988. Anilisi Migrasi Berdasarkan Data Supas 1985 di
Pulau Jawa. Yogyakarta: Kantor Mentri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup dan Pusat Penelitian Kependudukan UGM.
Ananta, Laris. 1993. Ciri Demografi Kualitas Penduduk dan Pembangunan
Ekonomi. Jakarta: FEUI.
Arikunto, Suharsimi. 1985. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Cipta.
Badan Pusat Statistik.1991. Kabupaten Grobogan dalam Angka 1991.
Grobogan : BPS.
___________________. 2000. Kabupaten Grobogan dalam Angka 2000.
Grobogan : BPS.
___________________.2001. Kabupaten Grobogan dalam Angka 2001.
Grobogan : BPS.
___________________.1990. Hasil Sensus Kabupaten Grobogan Tahun
1990. Grobogan : BPS.
___________________.2000. Hasil Sensus Kabupaten Grobogan Tahun
2000. Grobogan : BPS.
Budi Harjo, Eko. 1992. Sejumlah Masalah Pemukiman Kota. Bandung:
Alumni.
Chris Maning, Rajudin dan Noer Effendi. 1985. Urbanisasi, Pengguran, dan
Sektor Informasi di Kota. Jakarta: Gramedia.
40
Harjono, Joan. 1988. Sejarah Kolonisasi dan Transmigrasi dari Kolonisasi
Sampai Swakarsa. Jakarta: Gramedia.
Kammeyen, Helen. Terjemahan Abdul Aziz Razake.1986. Pengantar
Demografi. Jakarta: P2LPTK
Mantra, Ida Bagus.1983. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta: nur
Cahaya.
___________________.1986. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: FEUI.
___________________.2003. Transmigrasi masyarakat Indonesia. Jakarta:
Kompas
Munir, Rozi. 1984. Tehnik Analisa Kependudukan. Jakarta: Bina Aksara.
Pollard, A. H et al. 1982. Terjemahan Rozy Munir. Tehnik Demografi.
Jakarta: Bina Aksara.
Prawiro, Ruslan H. 1979. Kependudukan Teori Fakta dan Masalah.
Bandung: Alumni.
Razake, Abdul Aziz. 1986. Pengantar Kependudukan dan Lingkungan
Hidup. Jakarta: P2LPTK.
Santoso, Singgih. 2002. SPSS Versi 10. Jakarta: Gramedia.
Sembiring,RK. 1985.Demografi. Jakarta: Etasa Dinamika.
____________. 1989. Analisis Regresi. Bandung: ITB.
Singarimbun, Masri dan Sofien Efendi. 1995. Metode Penelitian Survei.
Jakarta: LP3ES.
Sudjana. 1996. Metode Stastistika. Bandung: Tarsito.
Steele. 1983. Terjemahan Ida Bagus. Demografi. Jakarta: Bina Aksara.
41
Tjiptoherianto, Prijono. 2000. Sosialisasi Urbanisasi, Pengangguran
Perkotaan. Jakarta : Kompas.
Yasin, Moh. 1981. Pengantar Kependudukan. Jakarta: P2LPTK
www. Geogle.com.
42
Lampiran 1
Proses Pengambilan Keputusan dalam Melaksanakan Mobilitas atau Tidak
43
Masyarakat A
Individu
Kebutuhan / Aspirasi
Kebutuhan Aspirasi Terpenuhi
Kebutuhan Aspirasi Tak Terpenuhi
Keputusan
Tinggal(Tidak Pindah)
Tekanan Ekonomi Tekanan Sosial Psychologi
Proses kontakLangsung/Tidak Langsung
Penghalang Antara
Keputusan
Tinggal Nglaju Mondok Migrasi
Menyesuaikan Diri
Kota Daerah Pedesaan
Lampiran 2
HUBUNGAN ANTARA TEKANAN ( STRESS) YANG DIAKIBATKAN KEINGINAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
Tinggi A
Tingkat
stress
B
Rendah jumlah penduduk Tinggi
Keterangan :
A : Menunjukkan orang yang melakukan migrasi.
B : Menunjukkan orang tidak melakukan migrasi.
Dari persamaan garis diatas menunjukkan bahwa jumlah orang yang melakukan
migrasi mempunyai tingkat stress yang lebih besar dari pada orang yang tidak
melakukan migrasi, dengan tingkat intensitas yang sama.Dan tingkat stress
tersebut dikarenakan keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup ( baik dalam
mencari pekerjaan dan pendidikan ).
44
Lampiran 3
PERHITUNGAN DENGAN PENGUKURAN MIGRASI SEDERHANA
P00 = 13244,74
P01 = 13371,32
O = 6408
I = 6728
Dari hasil data penduduk tahun 2000 dan tahun 2001 Kabupaten Grobogan maka
diperoleh sebagai berikut :
1. Migrasi Masuk ( Mi)
Jadi jumlah migrasi masuk tahun 2001 untuk Kabupaten Grobogan adalah 505
perseribu jiwa.
2. Migrasi Keluar ( Mo)
45
Jadi jumlah migrasi keluar tahun 2001 untuk Kebupaten Grobogan adalah 481
perseribu jiwa.
3. Migrasi Bruto ( Mb )
Jadi jumlah migrasi bruto Kabupaten Grobogan tahun 2001 sebanyak 987
perseribu jiwa.
4. Migrasi Neto ( Mn)
Jadi jumlah migrasi neto untuk Kabupaten Grobogan tahun 2001 sebesar 24
perseribu jiwa.
Lampiran 4
46
A. Balancing Equation dengan Metode Intercensal Component Method
( Perkiraan antar dua sensus melalui pertumbuhan alamiah)
Hasil dari data sensus penduduk tahun 1990 dan tahun 2000 sebagai
berikut :
Po = 10487.09
P1 = 12682.34
B = 1606.02
D = 602.36
Ditanya Migrasi Neto Penduduk tahun 2001 ( I – E ) ?
Jawab :
I – E = ( P1 – P0 ) – ( B – D )
I – E = ( 12682,34 – 10487,09 ) – (1606,02 – 602,36 )
I – E = ( 2195,25 – 1003,66 )
I – E = 1191,59
47
Lampiran 5B. Perkiraan dengan menggunakan Intersensal Survival Ratio Method
Dengan Forward Survival Ratio ( FCSR )/ Peluang Hidup Maju
Umur FCSR P91 Sensus 90 Sensus 00 Perkiraan P01 P01 Mn 010-4 1,12 1273,04 1227,94 1207,67 1372,00 1272,7
5--9 0,91 1456,78 1406,31 1269,06 1273,23 1337,7910--14 0,80 1417,45 1368,69 1349,51 1098,67 1422,39 -22,4915-19 0,88 1223,09 1179,32 1253,56 1032,87 1318,92 -19,6720-24 1,05 1030,66 10,0627 1080,77 10,60 1137,81 -17,9025-29 0,99 1059,67 1002,68 1016,87 992,62 1071,2 -16,0030-34 1,00 862,61 842,88 1030,37 843,87 1086,03 1019,7735-39 0,89 712,99 678,79 994,8 607,24 1049,04 2,1840-44 0,92 562,21 541,98 819,07 499,35 863,62 -24,8045-49 0,83 552,23 532,61 604,45 443,05 637,84 -2,7950-54 0,91 502,94 498,24 490,47 451,85 517,99 -8,8855-59 0,83 390,97 377,69 434,57 313,63 459,37 -8,4860-64 0,36 651,18 339,86 431,41 120,68 456,11 -20,4465-69 0,84 218,86 211,56 306,83 178,47 324,66 -6,8070-74 157,58 152,18 218,74 231,22 98,06
75+ 120,53 116,3 174,19 184,63 -4,28jumlah 12,33 12192,8 10487,093 12682,34 9238,13 13371,32 967,48
Berdasarkan dari hasil perhitungan dengan menggunakan
Intercensal Survival Ratio Method dengan menggunakan Forward Census
Survival Ratio ( peluang hidup maju rasio migrasi neto yang dihasilkan adalah
positif sebesar 967480 jiwa dari Kabupaten Grobogan untuk tahun 2001. Artinya
bahwa tahun 2001 rasio migrasi netonya untuk migrasi masuk lebih besar dari
pada migrasi keluar untuk Kabupaten Grobogan.
Lampiran 6
48
NPar Tests
a. Chi-Square Test ( Uji Homogenitas)
Frequencies
X1
1 1.0 .0
1 1.0 .0
1 1.0 .0
1 1.0 .0
1 1.0 .0
1 1.0 .0
1 1.0 .0
1 1.0 .0
1 1.0 .0
1 1.0 .0
1 1.0 .0
1 1.0 .0
1 1.0 .0
1 1.0 .0
1 1.0 .0
1 1.0 .0
1 1.0 .0
1 1.0 .0
1 1.0 .0
19
68
106
156
165
176
201
258
364
457
505
511
559
572
574
577
600
787
912
1300
Total
Observed N Expected N Residual
X2
1 1.2 -.2
1 1.2 -.2
2 1.2 .8
1 1.2 -.2
1 1.2 -.2
1 1.2 -.2
1 1.2 -.2
2 1.2 .8
1 1.2 -.2
1 1.2 -.2
1 1.2 -.2
1 1.2 -.2
2 1.2 .8
1 1.2 -.2
1 1.2 -.2
1 1.2 -.2
19
11
45
53
58
62
66
68
72
80
85
94
108
109
113
124
160
Total
Observed N Expected N Residual
49
Test Statistics
.000 2.053
18 15
1.000 1.000
Chi-Square a,b
df
Asymp. Sig.
X1 X2
19 cells (100.0%) have expected frequencies lessthan 5. The minimum expected cell frequency is 1.0.
a.
16 cells (100.0%) have expected frequencies lessthan 5. The minimum expected cell frequency is 1.2.
b.
Keterangan :
X1 : Jumlah Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Grobogan.
X2 : Jumlah Sekolah di Kabupaten Grobogan.
b. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
19
337.26
245.05
.199
.199
-.106
.868
.438
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Y
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Keterangan:
Y : Jumlah Migrasi Keluar Kabupaten Grobogan.
50
Lampiran 7
Regression
Untuk mengetahui adanya pengaruh banyaknya lapangan pekerjaan dan
banyaknya sekolah terhadap migrasi keluar di Kabupaten Grobogan
Descriptive Statistics
337.26 245.05 19
465.68 311.42 19
81.16 34.00 19
Y
X1
X2
Mean Std. Deviation N
Correlations
1.000 .036 .709
.036 1.000 .046
.709 .046 1.000
. .441 .000
.441 . .426
.000 .426 .
19 19 19
19 19 19
19 19 19
Y
X1
X2
Y
X1
X2
Y
X1
X2
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Y X1 X2
Variables Entered/Removedb
X2, X1a . EnterModel1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Yb.
51
Model Summaryb
.709a .503 .441 183.24 .503 8.096 2 16 .004 1.564Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), X2, X1a.
Dependent Variable: Yb.
ANOVAb
543634.6 2 271817.309 8.096 .004a
537217.1 16 33576.067
1080852 18
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X2, X1a.
Dependent Variable: Yb.
Coefficientsa
-78.926 126.441 -.624 .541
3.131E-03 .139 .004 .023 .982 .036 .006 .004
5.110 1.272 .709 4.019 .001 .709 .709 .708
(Constant)
X1
X2
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Zero-order Partial Part
Correlations
Dependent Variable: Ya.
Keterangan :
X1 : Jumlah Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Grobogan.
X2 : Jumlah Sekolah di Kabupaten Grobogan.
Y : Jumlah Migrasi Keluar Kabupaten Grobogan.
52