38
MAKALAH IMUN dan HEMATOLOGI Liver Function Test (LFT) dan Renal Function Test (RFT) Disusun oleh: 1. Geovani Anggasta L. (121.0041) 2. Hanny Horizoni (121.0043) 3. Hildan Aviano (121.0045) 4. Indah Susanti (121.0047) 5. Intan Ayu R. (121.0049) 6. Karina Nurlely Y.F (121.0051) 7. Lailatul Hidayah (121.0055) 8. Lusy Andi P. (1210057) 9. M. Rivky Y (121.0059) 10. Marlina Meiningrum (121.0061) 11. Maya Sari (121.0063) 12. Monica Handayani (121.0065) 13. Mustika Larasati P. (121.0067) 14. Neli Rosidawilda (121.0069) 15. Nia Dewi Syinta (121.0071) 16. Novita Fajriyah (121.0073) 17. Nurindah Rahmawaty (121.0075) 18. Prasdiana Heny P (121.0077) 19. Putri Rachmandina R. (121.0079)

LFT dan RFT

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH IMUN dan HEMATOLOGI

Liver Function Test (LFT) dan Renal Function Test (RFT)

Disusun oleh:

1. Geovani Anggasta L. (121.0041)

2. Hanny Horizoni (121.0043)

3. Hildan Aviano (121.0045)

4. Indah Susanti (121.0047)

5. Intan Ayu R. (121.0049)

6. Karina Nurlely Y.F (121.0051)

7. Lailatul Hidayah (121.0055)

8. Lusy Andi P. (1210057)

9. M. Rivky Y (121.0059)

10. Marlina Meiningrum (121.0061)

11. Maya Sari (121.0063)

12. Monica Handayani (121.0065)

13. Mustika Larasati P. (121.0067)

14. Neli Rosidawilda (121.0069)

15. Nia Dewi Syinta (121.0071)

16. Novita Fajriyah (121.0073)

17. Nurindah Rahmawaty (121.0075)

18. Prasdiana Heny P (121.0077)

19. Putri Rachmandina R. (121.0079)

PRODI S-1 Keperawatan

STIKES HANG TUAH SURABAYA

Tahun Ajaran 2013/2014

Kata Pengantar

Kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah tentang LFT

dan RFT ini tepat waktu dan sebaik-baiknya.

Makalah ini berisi tentang LFT dan RFT mencakup tema : Hepatosit dan

Enzim Predomain, Faktor penyebab kelainan hepar/ginjal, Eksresi Metabolit

Ginjal, Hepatorenal Syndrome. Serta pengertian, dan patofisiologinya.

Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dalam

pembuatan makalah selanjutnya.

Surabaya, 31 Oktober 2013

Penyusun

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hepar adalah organ yang paling besar di dalam tubuh kita, warnanya

cokelat, dan beratnya sekitar 1 ½ kg. Hat bisa diuji melalui LFT atau Liver

Function Test atau Uji Fungsi Hati adalh seperangkat tes darah yang mengukur

kadar enzim hati, protein, dan zat lainnya. Uji Fungsi Hati terdiri dari kadar

protein total dan albumin, bilirubin total dan bilirubin direk, serum glutamic

oxaloacetate transaminase (SGOT/AST) dan serum glutamic pyruvate

transaminase (SGPT/ALT), gamma glutamyl transferase (ɣ-GT), alkaline

phosphatase (ALP) dan cholinesterase (CHE).

Fungsi darai LFT ini adalah dapat menegtahui tentang penyakit yang dapat

berhubungan dengan hati. Seperti penyakit Hepatitis (hepatitis A, hepatitis B,

hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E).

Ginjal adalah sistem penyaringan alami tubuh kita, melakukan banyak

fungsi penting. Fungsi ini termasuk menghilangkan bahan ampas sisa

metabolisme dari aliran darah, mengatur keseimbangan tingkat air dalam darah,

dan menahan pH cairan darah dalam tubuh. Ginjal juga bisa dilakukan uji, yaitu

RFT atau Renal Fuction Test atau Uji Fungsi Ginjal.

Uji Fungsi Ginjal ini bisa mengetahui tentang penyakit yang berhubungan

dengan ginjal, seperti gagal ginjal. Uji Fungsi Ginjal ini terdiri dari uji protein

atau albumin, uji konsentrasi ureum darah, dan uji konsentrasi.

Pemeriksaan kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter

penting untuk mengetahui fungsi ginjal. Pemeriksaan ini juga sangat membantu

kebijakan melakukan terapi pada penderita gangguan fungsi ginjal. Tinggi

rendahnya kadar kreatinin dalam darah digunakan sebagaiindikator penting dalam

menentukan apakah seorang dengan gangguanfungsi ginjal memerlukan tindakan.

3

Kreatinin mempunyai batasan normal yang sempit, nilai di atas batasan ini

menunjukkan semakin berkurangnya nilai ginjal secara pasti. Disamping itu

terdapat hubungan jelas antara bertambahnya nilai kreatinin dengan derajat

kerusakan ginjal, sehingga diketahui pada nilai berapa perlu dilakukan cuci darah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari LFT dan RFT?

2. Apa definisi dari Hepatosit dan Enzim Predomain?

3. Apa faktor penyebab kelainan hepar atau ginjal?

4. Bagaimna ekskresi metabolic ginjal?

5. Apa definisi dari Hepatorenal syndrome?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari LFT dan RFT

2. Mengetahui definisi Hepatosit dan Enzim Predomain

3. Mengetahui penyebab kelainan hepar atau ginjal

4. Mengetahui ekskresi metabolic ginjal

5. Mengetahui definisi dari Hepatorenal syndrome

1.4 Manfaat

1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari LFT dan RFT

2. Mahasiswa mampu mengetahui definisi Hepatosit dan Enzim Predomain

3. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab kelainan hepar atau ginjal

4. Mahasiswa mampu mengetahui ekskresi metabolic ginjal

5. Mmahasiswa mampu mengetahui definisi dari Hepatorenal syndrome

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian LFT dan RFT

A. Liver Function Test (LFT)

Sebuah tes fungsi hati mungkin termasuk yang berikut:

1. Bilirubin

2. Albumin

3. Globulin

4. Alkali fosfatase

5. Alanine amino – transferase

Bilirubin adalah produk- oleh dari pergantian sel merah dan dikeluarkan

oleh hati . Jika hati rusak , bilirubin akan terakumulasi dalam tubuh kita

menyebabkan "penyakit kuning". Terlepas dari bilirubin , produk lain dari

hati adalah albumin. Albumin dapat membantu untuk mencerminkan fungsi

sintetis hati serta status gizi tubuh . Penurunan albumin akan terlihat pada

pasien dengan berbagai jenis penyakit hati , kekurangan gizi , atau setelah

operasi besar . Di sisi lain , sel-sel hati mengandung sejumlah besar enzim

termasuk alkaline fosfatase dan alanine amino-transferase . Enzim ini akan

bocor ke dalam darah jika sel-sel hati yang rusak . Jadi ketika pasien

menderita, misalnya hepatitis. enzim ini akan terdeteksi dalam darah.

LFT mewakili status kesehatan sel-sel hati. Fungsi hati yang abnormal

mungkin karena kelebihan alkohol, hati berlemak, hepatitis, obat atau faktor

lainnya. Orang yang mengkonsumsi alkohol secara teratur dan operator

hepatitis B harus memiliki pemeriksaan rutin pada fungsi hati mereka.

B. Renal Function Test (RFT)

Sebuah tes fungsi ginjal biasanya meliputi :

1. Sodium

5

2. Kalium

3. Urea

4. Kreatinin

Natrium dan kalium adalah elektrolit penting dalam tubuh kita. Mereka

harus disimpan dalam batas tertentu sehingga sel-sel kita dapat berfungsi

normal. Ginjal merupakan salah satu organ penting yang bertanggung jawab

untuk menjaga keseimbangan elektrolit. Sebuah natrium normal atau kadar

kalium mungkin mencerminkan masalah ginjal. Urea dan kreatinin adalah

limbah metabolisme tubuh dan mereka diekskresikan melalui ginjal . Setiap

kenaikan konsentrasi menandakan penurunan fungsi ginjal .

RFT menunjukkan fungsi penyaringan ginjal, terutama jika kadar

kreatinin yang meningkat. RFT juga menunjukkan keseimbangan cairan dan

elektrolit dalam darah. Lebih penting lagi, orang yang menderita tekanan

darah tinggi dan diabetes harus secara teratur memeriksa fungsi ginjal

mereka.

1. Hepatosit dan Enzim Predomain

Hepatosit adalah sel parenkimal utama pada hati yang berperan

dalam banyak lintasan metabolisme, dengan bobot sekitar 80%

dari massa hati, dan inti sel baik tunggal maupun ganda. Hepatosit

juga merupakan sekumpulan sel khusus yang dapat menghasilkan

sel baru menggantikan sel yang sudah rusak. Pada penderita sirosis

hati, proses regenerasi menjadi terhambat karena hepatosit tidak

dapat bekerja penuh akibat tumbuhnya jaringan ikat pada bagian

yang seharusnya ditempati sel hati. Kegagalan proses regenerasi ini

tentu saja mengakibatkan hati tidak bisa menjalankan fungsi secara

normal. Jika ini terjadi maka proses metabolisme tubuh menjadi

tidak normal disebabkan oleh fungsi hati yang sangat kompleks.

Hati juga menghasilkan berbagai macam protein dan enzim

pencernaan. Hati juga memproduksi komponen koagulan,

6

menyimpan kelebihan glukosa di dalam darah dalam bentuk

glikogen.

Hepatosit sangat aktif mensintesis protein dan lipid untuk disekresi,

dan memiliki banyak retikulum endoplasma dan badan Golgi. Sejumlah

populasi hepatosit juga memiliki inti sel ganda, selain inti sel tunggal

seperti sel pada umumnya.

Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai

katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi)

dalam suatu reaksi kimia organik Molekul awal yang disebut substrat

akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut

produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu

kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis sel

memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam

suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai

promoter.

Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat

untuk menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia

organik yang membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga

percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi

aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama.

2. Faktor penyebab kelainan hepar/ginjal

a) Hepar/Liver

Hati (liver) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia.

Di dalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita,

yaitu proses penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam

empedu, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun

atau obat yang masuk dalam tubuh kita. Apabila fungsi hati

terganggu maka akan terjadi dampak yang kompleks pada

7

kesehatan tubuh. Berikut akan dipaparkan beberapa gangguan dan

kelainan pada hati.

Penyakit hati bisa disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya :

Kerusakan-kerusakan bawaan sejak lahir atau kelainan-

kelainan hati yang hadir pada kelahiran.

Kelainan-kelainan metabolisme atau kerusakan dalam

proses dasar tubuh.

Infeksi-infeksi virus atau bakteri, misalnya hepatitis

virus. Ditularkan melalui makanan & minuman yang

terkontaminasi, suntikan, tato, tusukan jarum yang

terkontaminasi, kegiatan seksual, dll.

Alkohol atau keracunan oleh racun. Karena alkohol

bersifat toksin bagi hati.

Obat-obat terentu yang merupakan racun bagi hati.

Kekurangan Gizi (nutrisi).

Trauma atau luka.

Ada beberapa penyakit yang bisa menyerang hati, antara lain :

1. Hepatitis

Adalah peradangan pada hati, dapat disebabkan karena minum

alkohol berlebihan dan penyalahgunaan obat-obatan atau terlalu banyak

dosis. Bisa juga terinfeksi virus hepatitis yang dapat menyebabkan

komplikasi pada organ hati.

Macam-macam hepatitis adalah :

Hepatitis A, timbul kerusakan berat pada jaringan organ hati

secara mendadak yang disebabkan karena virus Hepatitis A

yang ada di air kotor, kerang atau juga ternak.

8

Hepatitis B, timbulnya kerusakan pada jaringan organ hati

yang disebabkan oleh virus Hepatitis B yang umumnya

terdapat pada orang dewasa. Dan jika sistem kekebalan tubuh

kita menurun, virus ini dapat aktif dalam tubuh. Bisa menular

melalui kontak darah, keringat, dan air liur.

Hepatitis C, kerusakan organ hati karena terinfeksi Virus

Hepatitis C yang biasanya ditularkan secara langsung dari

satu orang ke orang lain lewat darah, jarum suntik, atau ibu

hamil pada janinnya.

Hepatits D, Hepatitis D Virus (HDV) atau virus delta adalah

virus yang unik, yang tidak lengkap dan untuk replikasi

memerlukan keberadaan virus Hepatitis B. Penularan melalui

hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala

penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala

yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.

Hepatitis E, gejala mirip hepatitis A, demam, pegal linu,

lelah, hilang nafsu makan, dan sakit perut. Penyakit yang

akan sembuh sendiri (Self-Limited), kecuali bila terjadi pada

saat kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan.

Penularan melalui air yang terkontaminasi feses.

Hepatitis F, baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini

para pakar belum sepakat hepatitis F adalah penyakit

hepatitis yang terpisah.

Hepatitis G, gejala serupa Hepatitis C, seringkali infeksi

bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak

menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik.

Penularan melalui transfusi darah dan jarum suntik.

Gejala secara umum untuk hepatitis :

Lemah, letih, lesu dan nyeri otot.

Demam ringan.

9

Mual, kurang nafsu makan, dan tubuh menguning (mata dan kulit

menguning).

Kencing berwarna gelap, kotoran berwarna pucat, kadang-kadang

gejala sangat ringan seperti flu.

Warna kuning yang timbul pada mata, kulit, disertai demam, cepat

lelah dan pusing, juga bisa disertai pingsan.

2. Penyakit Kuning (Jaundice)

Gejala yang ditunjukkan pada penderita baik dewasa maupun anak-

anak dengan kulit dan mata yang kuning. Sakit kuning merupakan gejala

awal pada gangguan fungsi liver (hati), penyumbatan saluran empedu

atau disebabkan obat-obatan yang mengganggu fungsi hati, atau pada saat

adanya gangguan metabolisme bilirubin (substansi yang diproduksi

pecahan sel darah merah). Warna kuning yang timbul pada kulit dan mata

disebabkan karena meningkatnya kadar bilirubin dalam tubuh sehingga

mengganggu kerja organ liver.

3. Sirosis Hati (Pengerasan Organ Hati)

Penyakit hati kronik yang dianggap dalam dunia kedokteran penyakit

irreversible, ditandai dengan kerusakan pada jaringan hati. Namun masih

diusahakan perbaikan, untuk menunda proses kerusakan lebih lanjut.

Gejalanya:

Kembung, banyak angin di perut, nyeri pada daerah ulu hati.

Perut mengeras dan membesar.

Demam dan meriang, juga sulit untuk bergerak.

Penyebabnya :

Kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan dan minuman ber-alkohol.

Infeksi oleh virus dan bakteri.

Adanya sel tumor dan kanker, sehingga menghambat kerja organ

liver.

10

Penumpukan racun dalam tubuh yang berlebihan dan kurang istirahat.

4. Kanker Hati

Merupakan kelainan hati yang disebabkan oleh berkembangnya sel-

sel kanker pada jaringan hati. Kanker ini sebagai komplikasi akhir dari

hepatitis kronis karena virus Hepatitis B, C, dan Hemokromatis.

5. Perlemakan Hati

Merupakan kelainan hati akibat adanya penimbunan lemak yang

melebihi 5% dari berat hati, sehingga lemak ini membebani lebih dari

separuh jaringan hati. Perlemakan hati sering berpotensi menjadi

penyebab sirosis hati. Kelainan ini dapat dipicu oleh konsumsi alkohol

yang berlebih.

6. Kolestasis

Merupakan keadaan akibat terjadinya kegagalan hati dalam

memproduksi atau pengeluaran empedu. Kolestasis dapat menyebabkan

gagalnya penyerapan lemak dan vitamin A, D, E, dan K oleh usus, juga

dapat menyebabkan terjadinya penumpukan asam empedu, bilirubin dan

kolesterol di hati.

7. Hemokromatosis

Merupakan kelainan metabolisme yang ditandai dengan adanya

pengendapan besi secara berlebihan dalam jaringan. Penyakit ini bersifat

genetik atau keturunan.

11

b) Ginjal

Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan zat sisa metabolisme dalam tubuh.

Jika ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik maka zat–zat tersebut akan

menumpuk dalam tubuh dan menimbulkan beberapa penyakit seperti berikut

ini:

1.Anuria

Anuria merupakan kegagalan ginjal dalam memproduksi urin. Anuria

diakibatkan oleh kurangnya tekanan untuk melakukan filtrasi darah dalam

ginjal. Anuria juga bisa muncul akibat radang di glomerulus, yakni organ

penyaring darah pada ginjal. Penyempitan arterial efferent oleh hormon

epinefrin dan radang menjadi penyebab utama terjadinya penyakit ini.

2. Glikosuria

Penyakit ini ditunjukkan dengan adanya kandungan gula dalam urin.

Penyakit ini diakibatkan oleh rusaknya badan malpigi yang bertugas untuk

menyaring darah.

3.Albuminaria

Albumin merupaan protein yang bermanfaat bagi manusia karena

berfungsi untuk mencecgah agar cairan tidak terlalu banyak keluar dari

darah. Albuminaria merupakan kelainan ginjal yang diakibatkan oleh

naiknya tingkat permeabilitas membrane glomerulus. Permeabilitas bisa

naik karena adanya luka di membrane glomerulus akibat kenaikan darah,

iritasi pada sel-sel ginjal akibat eter, bakteri, logam berat, dan zat lainnya.

Penyakit ini bisa diketahui dengan adanya protein albumin pada urin.

Penyebab albuminuria di antaranya adalah kekurangan protein, penyakit

ginjal, dan penyakit hati.

12

4. Hematuria

Hematuria merupakan kondisi dimana urin mengandung sel-sel darah

merah. Hematuria juga bisa disebabkan iritasi atau radang pada sel-sel

ginjal.

5. Bilirubinaria

Penyakit ini memiliki ciri-ciri zat warna empedu atau bilirubin yang

berlebihan pada urin. Kondisi ini bisa diakibatkan adanya penguraian

hemoglobin yang berlebihan atau akibat  disfungsi hati.

6. Nefritis Glomerulus

Nefritis glomerulus atau radang ginjal umumnya diakibatkan reaksi

alergi terhadap racun yang diproduksi bakteri Streptococcus yang bisa

menginfeksi bagian tubuh lainnya seperti tenggorokan. Penyakit ini

memungkinkan sel-sel darah merah dan protein tercampur dengan urin.

Nefritis glomerulus parah bisa menyebabkan gagal ginjal.

7. Pielonefritis

Pielonefritis merupakan radang atau infeksi pada ginjal. Kondisi ini

umumnya berawal dari bagian dalam ginjal (pelvis) yang menyebar ke

seluruh bagian ginjal. Penyakit ini bisa menyebabkan terjadinya gagal

ginjal.

8. Kistitis

Kistitis merupakan radang pada kantung kemih yang disebabkan

infeksi bakteri, luka mekanis, atau infeksi bakteri.

9. Nefrosis

13

Nefrosis adalah bocornya membrane glomerulus yang menyebabkan

sejumlah besar protein dalam darah berpindah ke dalam urin. Pindahnya

protein ini mengakibatkan air dan natrium menumpuk di tubuh sehingga

mengakibatkan pembengkakan pada bagian tubuh.

10. Polisistik

Polisistik merupakan kerusakan saluran ginjal yang menyebabkan

munculnya kista di sepanjang saluran ginjal. Selain itu, kondisi ini juga

menyebabkan bagian ginjal yang berfungsi menyaring darah akan rusak.

Kista yang makin membesar dapat memicu terjadinya gagal ginjal. Gagal

ginjal akibat Polisistik ini biasanya terjadi pada usia empat puluh tahun ke

atas.

11. Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah kelainan pada ginjal karena adanya gula

(glukosa) dalam urine yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin.

Hal ini disebabkan karena proses perombakan glukosa menjadi glikogen

tergangguu sehingga glukosa darah meningkat. Ginjal tidak mampu

menyerap seluruh glukosa tersebut penyakit pada ginjal. Akibatnya,

glukosa dieksresikan bersama urine. Diabtes melitus harus dikelola dan

dikendalikan dengan baik agar penderitanya dapat merasa nyman dan

sehat, serta dapat menegah terjadinya komplikasi.

3. Eksresi Metabolit Ginjal

Eksresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa

zat cair dan zat gas. Zat-zat sisa zat sisa itu berupa urine(ginjal),

keringat(kulit), empedu(hati), dan CO2(paru-paru). Zat-zat ini harus

dikeluarkan dari tubuh karena jika tidak dikeluarkan akan mengganggu

14

bahkan meracuni tubuh. Merupakan poses akhir dari pembentukan urine

sendiri. Berikut pembentukan urine:

Darah dari aorta >>> glomerulus(filtrasi) protein tetap berada di

pembuluh darah dan terbentuk urin primer yang mengandung air, garam,

asam amino, glukosa dan urea. 

Tubulus kontortus proksimal(reabsorpsi) menyerap glukosa, garam, air,

dan asam amino. Terbentuk urin sekunder yang mengandung urea.

Tubulus kontortus distal(augmentasi) melepaskan zat-zat yang tidak

berguna atau berlebihan ke dalam urin dan terbentuk urin sebenarnya >>>

tubulus kolektivus >>> rongga ginjal >>> ureter >>> kandung kemih >>>

uretra >>> urine keluar tubuh.   

 

Zat-zat yang terkandung dalam urin:

Air. Kurang lebih 95%.

Urea, asam urat, dan amonia dan merupakan sisa pembongkaran protein.

Empedu yang memberikan warna kuning pada urine.

Garam 

Zat yang bersifat racun atau berlebihan lainnya.  

15

Banyak sedikitnya urin yang dihasilkan dalam proses ekskresi dipengaruhi

oleh beberapa faktor berikut:

1. Hormon Anti Diuretik (ADH)

Faktor pertama yang mempengaruhi produksi air kencing (urin) adalah

hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar oleh hipofisis

posterior. Jika tubuh menghasilkan banyak ADH maka penyerapan air pada

tubulus juga banyak, sehingga volume urin sedikit dan dalam kondisi pekat.

Sebaliknya, jika ADH berada dalam jumlah sedikit maka penyerapan air

juga sedikit sehingga ginjal menghasilkan urin dalam volume banyak dan

kondisinya encer. Jika kelenjar hipofisis tidak berfungsi sehingga tidak bisa

menghasilkan ADH, maka urin akan menjadi sangat encer. Kondisi demikian

dinamakan penyakit diabetes insipidus.

2. Jumlah air yang diminum

Semakin banyak volume air yang diminum, maka urin yang dihasilkan

juga semakin banyak. Disarankan agar setiap hari kita minum air putih

minuman 6 gelas. Konsumsi air putih bisa membersihkan racun-racun tubuh

yang masuk ke dalam ginjal dan memberi manfaat menjaga kelembaban pada

kulit.

3. Saraf ginjal

Rangsangan pada saraf ginjal akan mengakibatkan penyempitan duktus

eferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang dan mengakibatkan

proses filtrasi kurang efektif. Kondisi demikian mengakibatkan volume urin

yang dihasilkan jumlahnya sedikit. Begitu juga sebaliknya.

4. Jumlah hormon insulin

Jika hormon insulin jumlahnya sedikit, misalnya pada penderita diabetes

melitus, maka kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal.

Hal ini akan mengganggu proses penyerapan kembali air sehingga orang

tersebut akan lebih banyak mengeluarkan urin.

16

Proses produksi urin akan terganggu bila seseorang menderita salah satu

penyakit akibat kelainan fungsi ginjal. Penyakit kelainan ginjal yang sering

terjadi pada manusia antara lain: nefritis, diabetes melitus (kencing manis),

diabetes insipidus, albuminuria, dan batu ginjal. Semoga informasi kesehatan

ini bisa berguna untuk Anda.

Mekanisme Miksi

Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih

terisi. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :

Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya

meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua

Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang

berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya

menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks

miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat

atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.

Proses Miksi atau rangsangan berkemih :

1. Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor

yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah

cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi

reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi

relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan

akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. 

2. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi

spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis.

Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah

atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila

saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan

otak masih utuh.

17

3. Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi

inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan

retensi urine (kencing tertahan).

4. Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar

dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk

relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna. 

5. Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter

masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan

dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah

Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena

membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan

menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis. 

Reflek Miksi

Pengisian kandung kemih dengan kecepatan 3 cm perdetik, bila tak

ada urin dalam kandung kemih maka tek intravesica, dan bila urin

terkumpul 100 ml tek intravesica 10 cm H2O, hingga volume 300ml tek

masih sama karena adaptasi dinding kandung kemih.

Jumlah air kemih 250 cc sdh cukup merangsang stress reseptor

dinding vesica urinaria refleks kontraksi relaksasi sfingter internus

relaksasi sfingter eksternus proses miksi

Kontrol volunter pada sfingter eksternus :

Berkontraksi mencegah/menghentikan miksi

Terganggunya sistem persyarafan mengakibatkan inkontinensia urine

yaitu kemih keluar tanpa disadari dan retensio urine yaitu kemih tertahan.

1. Ciri – ciri Urine Normal

Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai

dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa

18

endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan

pH rata – rata 6.

4. Hepatorenal Syndrome

Definisi

Sindrom hepatorenal merupakan suatu keadaan dimana terjadinya

gangguan fungsi ginjal pada pasien dengan sirosis hepatis lanjut atau gagal

hati fulminan, yang ditandai dengan menurunnya laju filtrasi ginjal tanpa

adanya penyebab yang lain.

Insiden

Sirosis hepatis merupakan penyabab utama SHR yang terjadi pada

stadium dekompensata, tetapi juga pernah dilaporkan pada gagal hati akut.

Insiden SHR pada penyakit gagal hati akut 20%-30%.5 Angka kematian

sekitar 70% tanpa transplantasi hati. Hanya sedikit penelitian yang

dipublikasi mengenai prevalensi SHR pada anak, meskipun hal ini masih

merupakan kematian yang signifikan pada periode paska transplantasi hati

Patofisiologi

SHR merupakan stadium lanjut dari dari sirosis hati. Patofisiologi

SHR sangat kompleks akan tetapi mekanisme yang mendasarinya belum

jelas dipahami. Penyakit ini diduga terjadinya akibat vasokonstriksi ginjal

yang berlangsung bersamaan dengan memburuknya penyakit hati.

19

Ada 4 jalur kemungkinan yang terlibat dalam patofisiologi SHR:

1. Vasodilatasi arteri perifer dengan sirkulasi hiperdinamik yang

disertai dengan vasokonsriksi ginjal.

Terjadinya gangguan fungsi hati dan hipertensi portal (gambar 1)

akibat dari meningkatnya tahanan aliran darah pada sirosis sehingga

aliran darah ke limpa bertambah, vasodilatasi limpa dimediasi oleh

produksi vasodilator yang poten yaitu nitrit oksida (NO). Peningkatan

produksi NO ini akan meningkatkan regangan pembuluh darah porta

(endothelial shear stress) .

20

Bertambahnya sirkulasi limpa mengakibatkan meningkatnya produksi

vasodilator ( sitokin dan mediator vasoaktif) yang menyebabkan

terjadinya vasodilatasi sistemik. Vasodilatasi sistemik menyebabkan

berkurangnya effective arterial volume (EAV) yang akan menimbulkan

berbagai mekanisme kompensasi seperti meningkatnya pelepasan renin

angiotensin-aldosteron sistem (RAAS), sistem saraf simpatis serta

meningkatnya anti diuretik hormon (ADH) yang akan menyebabkan

terjadinya sirkulasi hiperdinamik disertai dengan peningkatan cardiac

output (CO), penurunan tahanan sistemik, hipotensi dan vasokonstriksi

pada pembuluh darah ginjal.

Peningkatan sintesis vasodilator intrarenal seperti prostaglandin yang

dapat menyebabkan vasokonstriksi ginjal. Keadaan ini akan

menyebabkan menurunnya aliran darah pada ginjal, selanjutnya akan

menyebabkan retensi garam dan air sehingga terjadi asites dan udem.4-6

Infeksi bakteri merupakan faktor pencetus yang paling sering pada

SHR.Infeksi ini akan menghasilkan produksi vasoaktif sitokin dan faktor

lain yang akhirnya akan meningkatkan produksi NO sehingga

menyebabkan vasodilatasi sistemik.

2. Rangsangan sistem saraf simpatik di ginjal

Telah diketahui bahwa terjadi peningkatan sistem saraf simpatis pada

pasien dengan sirosis hepatis dapat menyebabkan vasokonstriksi ginjal

dan meningkatnya retensi natrium. Sistem renin angiotensin dan sistem

saraf simpatik adalah beberapa dari sistem utama yang mempunyai efek

vasokonstriksi pada sirkulasi ginjal yang berperan sebagai mediator

utama vasokonstriksi ginjal pada sindrom hepatorenal. Aktifitas dari

sistem vasokonstriksi ini meningkat pada penderita dengan sirosis dan

asites, terutama penderita dengan sindrom hepatorenal yang berkolerasi

terbalik dengan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus. Hal ini

telah diperlihatkan oleh beberapa peneliti yang menemukan peningkatan

sekresi katekolamin di pembuluh darah ginjal dan limpa.6,5

21

Kostreva dkk (1988) mengamati bahwa peningkatan tekanan

intrahepatik pada hewan coba dengan cara ligasi vena intrahepatik dapat

menyebabkan rangsangan saraf simpatis pada ginjal. Rangsangan ini

menyebabkan vasokonstriksi arteriol aferen ginjal sehingga menimbulkan

penurunan aliran darah ginjal dan GFR serta meningkatkan penyerapan

air dan natrium di tubulus. Penelitian lain menunjukkan bahwa

simpatektomi dapat meningkatkang lomerulous filtration rate (GFR) pada

5 pasien SHR.

3. Gangguan fungsi jantung yang mempengaruhi perfusi ginjal

Meningkatnya heart rate dan cardiac output merupakan tanda yang

khas pada sirkulasi hiperdinamik dan stadium lanjut dari penyakit hati.6

Pada tahap awal sirosis dan hipertensi portal ringan terjadi kompensasi

dengan peningkatan CO akibat resistensi vaskuler. Pada tahap lanjut dari

sirosis terjadi resistensi vaskular dimana jantung tidak sanggup

mengkompensasi lagi sehingga aliran darah sirkulasi berkurang.

Berkurangnya CO bersamaan dengan progresifitas sirosis inilah yang

akan menyebabkan berkurangnya aliran darah ginjal.4

Krag dkk (2010) meneliti 25 orang pasien sirosis dan asites yang

diamati selama 12 bulan dengan menilai CO dengan myocardial

perfusion imaging (MPI) yang dihubungkan dengan aliran darah ginjal

dan GFR. Kesimpulan yang diperoleh adalah terjadinya gagal ginjal pada

pasien sirosis berhubungan dengan rendahnya fungsi sistolik jantung.

Peranan Berbagai Sitokinin dan Madiator Vasoaktif Pada Sirkulasi Ginjal

Beberapa fakor yang berperan sebagai agen vasoaktif pada sirkulasi

sitemik dan sirkulasi renal adalah NO, TNF-α, endothelin, endotoksin,

glukagon dan prostaglandin sebagai vasodilatasi intra renal. Nitric oxide

sebagai agen sistemik saat ini telah menjadi perhatian luas para peneliti,

karena produksi NO meningkat pada pasien sirosis disebabkan meningkatnya

aktifitas regulasi endothelial NO synthase (eNOS) akibat regangan pada

pembuluh darah limpa dan sirkulasi sistemik.4

22

Nitrit oksida akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Banyak

penelitian yang telah dilakuakan mengenai peran NO sebagai meditor

vasodilatasi pembuluh darah. Saracyn (2008) meneliti pada tikus yang dibuat

gagal ginjal dengan menyuntikkan galactosamine (Ga1N), kemudian

diberikan inhibitor nitric oxide synthase (NOS) yaitu - N omega-nitro-L-

Arginine (L-NAME). Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah

inhibitor NOS dapat mencegah gangguan fungsi ginjal. Hal ini menunjukkan

bahwa NO memegang peranan penting pada patogenesis terjadinya SHR.

Faktor pencetus sindrom hepatorenal

Banyak faktor pencetus SHR, tujuh puluh sampai 100% pasien SHR

mempunyai lebih dari 1 faktor. Faktor tersebut antara lain adalah: infeksi

bakteri, large-volume paracentesis, perdarahan gastrointestinal. Pasien sirosis

dengan perdarahan gastrointestinal lebih sering terjadi.4 Faktor-faktor

pencetus pada SHR ini diperlihatkan pada (gambar 2).

23

Klasifikasi sindrom hepatorenal

Berdasarkan klinis SHR diklasifikasikan menjadi 2 tipe, yaitu:

1. SHR tipe 1

SHR tipe 1 ditandai oleh kegagalan ginjal yang progresif cepat. Ditandai

dengan peningkatan kreatinin serum 2 kali lipat ( kadar kreatinin >2,5 mg /dl)

dalam waktukurang dari dua minggu. Pasien dengan SHR tipe 1 biasanya sakit,

mungkin tekanan darah rendah, atau memerlukan terapi dengan obat-obatan

untuk meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (inotropic) atau obat lain

untuk menjaga tekanan darah ( vasopressors ). Terapi pilihan pada tipe ini

adalah transplantasi hati. Prognosis pasien ini tidak baik, dengan angka

kematian hampir 100% tanpa transplantasi hati.

2. SHR tipe II

SHR tipe II onset progresifitasnya lebih lambat. Kejadian lebih banyak

dibandingkan dengan tipe I serta lebih berespon terhadap transjugular

intrahepatik portosystemic stent stunting (TIPSS). Peningkatan ureum kreatinin

>133 μmol/L (1.5 mg/dL), kreatinin klearence<40 mL/min, sodium urin < 10

μmol/L. Terjadinya asites yang resisten terhadap pemberian diuretic. Kriteria

SHR berdasarkan konsensus international acites club.

SHRtipe 1 : Gagal ginjal progresif (<2 minggu), peningkatan

ureumkreatinin serum ≥ 2 kali lipat, (> 221 μmol/L0 atau penurunan clearance

creatinin 50% (< 20 mL/min)

SHR tipe 2 : Tidak terjadi gagal ginjal progresif. kreatinin serum > 132.6

μmol/L atau Creatinine clearance< 40 mL/min. Tidak disertai: syok, infeksi

bakteri, pengobatan dengan obat nefrotoksik, kehilangan cairan melalui

gastrointestinal atau ginjal. Tidak ada perbaikan penggunaan diuretic

Proteinuria < 0.5 gr/dl, pemeriksaan USG tidak ditemukan kelainan ginjal

24

DAFTAR PUSTAKA

“LFT dan RFT” (http://dianhusadazainalb.blogspot.com/p/lft-dan-rft.html)

diakses pada 30 Oktober 2013 pukul 9:45

“GANGGUAN & KELAINAN HATI MANUSIA” pdf. RAMADHANI

SARDIMAN, SMAN 3 PADANG.

“MACAM-MACAM PENYAKIT DAN KELAINAN GINJAL”

(http://doktersehat.com/macam-macam-penyakit-dan-kelainan-ginjal/)

diakses pada 30 Oktober 2013 pukul 10:22

“PENYAKIT PADA GINJAL” (http://caradietyangsehatdancepat.com/penyakit-

pada-ginjal/) diakses pada 30 oktober 2013 pukul 10:21

“GINJAL II (SEKRESI, EKSRESI DAN MIKSI)”

(http://fregularb.blogspot.com/2013/01/ginjal-ii-sekresi-eksresi-dan-

miksi.html) diakses pada 30 Oktober 2013 pukul 9:42

25