23

Lilin Magazine # Agustus 2014

Embed Size (px)

DESCRIPTION

"Seandainya Thomas Edison Tidak Punya Impian" apa yang terjadi dengan malam-malam kita? Tanpa penemuan-penemuannya, mungkin kita masih tertinggal beratus tahun di masa lalu, dalam menggunakan teknolgi bagi kehidupan. Edison adalah sang pemimpi, yang membuktikan bahwa keterbatasan-keterbatasan merupakan alasan paling kuat untuk menghidupkan impian dan meraihnya. Keterbatasan bukan alasan untuk mundur, demikian kita diingatkan dengan penemuan-penemuannya. Lewat Ulasan kali ini, kita diajak untuk menghidupkan impian pribadi, dan termasuk impian komunitas untuk hal-hal yang lebih besar. Selamat menghidupkan impian kembali.

Citation preview

240 juta penduduk Indonesia, kitalah sekian persen dari angka tersebut. Jika bangsa asing saja selalu gencar memikirkan dan mengimpikan potensi indonesia dan berusaha menjalin hubungan spesial dengan Indonesia, kenapa kita sendiri tidak memperbaiki hubungan spesial dengan sesama kita? Akankah kita melipat tangan saja, atau duduk manis, seolah-olah tidak punya tanggungjawab atau impian untuk memperbaiki sekeliling kita? Tidakkah kita punYa impian? Bahkan banyak impian para pendiri bangsa kita yang belum juga tercapai.

Tidak bisa dipungkiri, setiap manusia memiliki banyak impian, namun semakin ia besar-bertambah umur, sangat sedikit impiannya yang terwujud. Mungkin terabaikan tidak terpelihara, atau terhimpit keadaan. Tapi jangan menyerah, untuk itulah kita perlu berbagi. Pepatah lama mengatakan "Orang pintar belajar besar dari pengalamannya, sementara orang bijak juga belajar dari pengalaman orang lain." Mari bersatu kita saling berbagi impian sehingga impian itu bisa saling menguat dan menjadi nyata.

Jujur saja, Lilin Magazine adalah sebuah rintisan, penuh impian dan juga penuh tantangan. Akan tetapi kami percaya akan ada "penolong" yang akan melengkapi. Menjadi "bacaan dan pengingat" yang mendukung generasi muda dalam mengerjar visi maupun impian adalah komitmen.

Di atas semua itu, Lilin Magazine adalah majalah impian generasi "terbarukan" jadi siapa pun Anda sangat dinantikan untuk mewujudkannya bersama.

Salam...

Pembuka

“MENGHIDUPKAN IMPIAN”

1|| www.lilinmagazine.com

Edison mempunyai jutaan impian untuk menciptakan alat-alat canggih yag dapat membantu meringankan beban hidup manusia. Impian untuk menambah nilai kehidupan yang seringkali terjebak dalam keterbatasan. Benar sekali, bagi Edison, keterbatasan adalah jalan menuju penemuan-penemuan mutakhir. Keterbatasanlah yang mendorongnya untuk terus bermimpi dan bermimpi, hingga akhirnya ribuan hak paten ia miliki berkat penemuan-penemuannya yang memberikan sumbangan besar bagi peradaban manusia.

Ada nasehat bijak yang mengingatkan kita, "When there is no vision, the people perish" Proverb 29:18.” Ini mengingatkan perlunya kita melihat ke depan. Melihat segala kemungkinan yang bisa membawa kita keluar dari keterbatasan. Mengimpikan sesuatu yang lebih baik dari situasi atau keadaan yang menghimpit.

Hal ini juga kita lihat dalam sosok sederhana Joko Widodo alias Jokowi yang baru-baru ini terpilih menjadi presiden NKRI periode 2014-2019. Tidak mungkin ia berani mencalonkan diri menjadi "pemimpin" atau pengemban tugas terbesar bagi 240 juta penduduk indonesia, bila tidak digerakkan oleh sebuah impian untuk memimpin pemerintahan indonesia ke jalan yang lebih baik.

Semula ia dikecam, dituduh sebagai pengingkar janji. Dicela sebagai sosok yang lari dari tanggung jawab "membereskan DKI Jakarta. Ada apa di balik semua ini? Tentu sekali, impianlah yang menggerakkan dan memampukannya berjuang keras menghadapi segala rintangan.

Demikian pula Lilin Magazine ini adalah sebuah fragmentasi dari impian untuk menjalin relasi positif dan kreatif dalam menyongsong era teknologi dan globalisasi yang "serba gampang-gampang susah ini".

1 |PENGANTAR REDAKSI

3 | SEANDAINYA THOMAS EDISON TAK PERNAH PUNYA IMPIAN

8 | KISAH NYATA MEMBUAT MEDIA ACTION.. ACTION... & ACTION

10| SUMATERA CARE “Membangun Impian Bersama”

12| YOUTH FINANSIAL “ Merencanakan Finansial Sejak Dini, Why Not??? 13 | CERITALAH “ Menemukan Arti Sebuah Kenangan”

14 | “MAAF SAYA TIDAK TAKUT MENULIS”

15 | YOUTH HEALTH “Muda Sehat dan Berprestasi”

16 | I-MOTIVASI “ K o m i t m e n”

2 || www.lilinmagazine.com

M E N U K I T A

WE ARE WHAT WE REPEATEDLY DO, EXCELLENT, THAN,IS NOT AN ACT, BUT A HABIT.

ARISTOTLE

SEANDAINYA THOMAS ALVA EDISON TAK PERNAH PUNYA IMPIAN?

Edison atau lengkapnya, Thomas Alva Edison merupakan tokoh yang “memang” terkenal di zamannya bahkan pada zaman digital ini. Penemuan-penemuanya “memang” sengaja ia ciptakan untuk generasi yang akan datang ( futuristik). Kabar baiknya kitalah generasi yang menikmati hasil-hasil penemuannya dari masa lalu itu.

Pada usia 6 tahun, Thomas memulai percobaan pertamanya dengan mengerami telor angsa dengan memberikan suhu hangat.

Pada usia 9 tahun, Thomas sudah mulai membaca buku History of England, The Peny Encyclopedia karangan Hume, Decline and Fall of the Roman Empire karangan Gibbon.

Setelah berhenti belajar pada sekolah formal, Thomas juga harus segera berhenti belajar dari ibunya Nancy Elliot.

Thomas harus membantu Ibunya mencari uang!!! Menjadi penjual koran di jalanan, dan berjualan koran di dalam kereta api, ditambah buku-buku dan mainan.

Di kereta api, Thomas mulai menerbitkan Weekly Heraldnya dengan bentuk kwitansi. Thomas membeli huruf-huruf bekas dari Detroit

Free Press dan membeli sebuah mesin cetak kwitansi bekas dari hotel.

Dari usaha koran itu, ia mendapatkan US$ 45 per bulan selama 4 tahun, sebanyak US $2.000 dan diserahkan kepada ibunya. ( )

Pada usia 18 tahun Edison ditembak seorang Polisi. Waktu itu ia memborong setumpuk buku North America Review, pada sebuah pelelangan buku dan pulang pada pukul 3 pagi. Polisi yang melihatnya menduga bahwa ia adalah pencuri. Peringatan dari sang polisi tak digubrisnya, karna ketulian telinga sebelahnya.

Edison tak kunjung berhenti dan akhirnya polisi menembak dan mengenai telinganya. Untungnya polisi itu bukanlah ahli tembak, kalau tidak Edison pasti meninggal dan tak kan menemukan bola lampu.

Tomas Edison merupakan pekerja keras yang telah memegang ribuan hak paten dalam penemuan fisika, kelistrikan maupun bagian umum lainnya. Meski telah ratusan tahun, mengingat sang Edison sepertinya tidak ada jenuhnya. Sosoknya bisa hidup dalam lintas zaman ysng berbeda.

Edison lahir dari keluarga kurang beruntung. Waktu itu lebih tepat disebut dari keluarga miskin. Ia tidak punya kesempatan sekolah. Malahan ia turut menjadi penopang ekonomi keluarganya. ANEHNYA lagi,

Edison kecil adalah bukanlah anak yang digemari para guru di sekolah. “ Thomas adalah seorang yang berotak udang dan tidak ada gunanya bersekolah,” kata seorang guru. Bahkan ayahnya pun menganggapnya seorang yang bodoh.

Namun kesedihan ini tidak berlangsung lama. Edison memilih untuk percaya pada dukungan ibunya. Dalam suatu kesempatan ia berkata “Kepercayaan yang Ibu berikan kepada saya merupakan pendorong yang baik sehingga saya dapat bertahan dan maju”.

Baik untuk diingat, pada usia kecil pun, Thomas sudah belajar menghadapi tantangan, dan masalah terbesar yang sesungguhnya paling sering kita hadapi adalah “percaya pada diri sendiri atau lebi percaya pada orang yang menjatuhkan kita?”

Thomas Alva EdisonLahir di Ohio-Milan 11 Februari 1847

Ayah : Samuel, Keturunan BelandaIbu : Nancy Elliot, Keturunan SkotlandiaPada tahun 1837, Keluarganya menetap

di Amerika.

|| www.lilinmagazine.com3

Pemimpin Umum : Shemy Saragih Sekretaris Redaksi : Nony Sinaga, SS Lestari Samosir, S.Pd.

Redaksi :Roy Hutasoit, SS | Azis Matondang, SS | Michael Naibaho, A.Md |Theresia Sipanggkar, SPd. | Lia Simangunsong |Denata Rajagukguk | Elhine Lumbantobing | Firmansyah Tarigan | Fritz Tampubolon |

Website : www.lilinmagazine.comRedaksi : [email protected] oleh : Lilin InstituteMedan 2014 Sumatera Utara, Indonesia

|| www.lilinmagazine.com4

Your time is limited. Dont waste it !!Be care.. your future has run

even when you close your eyes.

BE WISE... “He that gathereth in summer is a wise son:

but he that sleepeth in harvest is a son that causeth shame.

Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi, siapa tidur pada musim panen membuat malu.

Amsal10:5”

|| www.lilinmagazine.com5

Di gerbong kereta api yang tidak terpakai, ia me-nyimpan mesin cetaknya dan membuat tempat percobaan atau laboratorium sederhana. Suatu hari, ketika kereta api sedang berjalan, sebuah botol percobaannya jatuh dan pecah. Fosfor dengan segera menyebar dan menyebabkan ke-bakaran. Sang kondektur marah besar dan me-napar Thomas dan mengusirnya dari kereta api, sementara laboratoriumnya dan mesin cetaknya dibuang dari gerbong. “Tamparan sang kondektur membuatnya tuli sebelah dan untuk selamanya.”

Tak lama kemudian, Thomas membuka laborato-rium mini di loteng rumahnya. Dengan menggu-nakan pipa buangan asap kompor yang diisolasi dengan leher botol, Thomas memasang kabel tel-egraph dari pohon kepohon. Suatu malam, see-kor lembu berkeliaran ,lalu menabrak tiang kabel dan akhirnya terjerat oleh kabel. Lembu melen-guh keras dan membangunkan para tetangga.Akhirnya percobaan dan peralatan telegrap itu dihancurkan. Semua jadi kacau demikian pula usaha surat kabarnya berhenti.

Thomas tak punya apa-apalagi. Pada usia 15 ta-hun itu ia merasa benar-benar menjadi pengang-guran. Sembari merenungi nasibnya dengan ber-jalan-jalan sampai ke stasiun kreta api di Clemens tempat ia dilempar keluar kondektur. Sekilas, Thomas melihat seorang anak sedang berjalan-jalan di peron kereta api sementara kereta api sudah semakin dekat. Tanpa berpikir panjang, Thomas segera menyambar tangan anak itu seh-ingga mereka berdua jatuh ke samping rel kere-ta. Sebagian sepatu Thomas sempat terkena roda kereta namun mereka berdua selamat. Ayah anak itu ternyata adalah kepala stasiun kereta api itu, sehingga sangat berterimakasih kepadanya, lalu menawarkan pekerjaan pada bagian telegraph untuknya.

CINEMATOGRAFIDua tahun sebelum menemukan paten listriknya Thomas mendapatkan paten untuk gramofon. Saat itu ia sedang menyanyi dengan memper-gunakan mikrofon dan ternya getaran suaranya diteruskan oleh kawat baja yang mengenai jarin-ya. Ia berpikir bahwa getaran suara itu dapat di-rekam dan dengan alur yang sama, alat itu tentu dapat berbicara, begitu analis awalnya. Berbagai eksperimen pun dilakukan, dan akhirnya men-emukan teknik perekaman itu dan pada masa itu piringan hitam menjadi sangat dibutuhkan.

Tak sampai di situ, Thomas mulai berpikir tentang gambar yang hidup. Ia mulai menggabungkan teknologi gramofon dengan teknologi fotografi. Akhirnya ia menemukan kinetoskop yang ter-penting dalam teknologi gambar hidup. Setelah

semua selesai, karyawan Thomas diminta berjungkir-balik di depan kamera dan semua tingkah laku karyawannya itu dapat diulang lagi di depan layar bioskop. Dari penemuan ini kamera film segera diproduksi dan memberikan keuntungan yang sangat besar pula.

LAMPU LISTRIKSebelumnya seorang ilmuan Prof. Barker di Philadel-hpia menemukan lampu busur pertama dan menun-jukkannya kepada Thomas. Menurut Edison, cahaya lampu itu harus dibagi lagi karena cahayanya yang meledak terang dan segera lenyap.Sementara menurut Thomas cahaya yang dibutuh-kan adalah cahaya lampu yang kecil yang dapat ditahan atau dibagi-bagi.Eksperimen pun dilanjutkan dengan investasi waktu dan perjuangan besar. Lebih dari ribuan bahan telah dicoba namun gagal. Kawat kecil dari platina, mele-leah, benang yang dikarbonisasi putus dan banyak ragam lainnya. Bahan karbon yang ia inginkan belum juga cocok sehingga ia mengutus karyawannya untuk mencarinya hingga ke cina, jepang india, ama-zon. Pada bula Januari 1880 akhirnya Thomas meda-patkan paten atas penemuan bola lampu listriknya. Kemudian ia membangun pabriknya di Menlo Park, dan sejarah penerangan dunia segera menyebar. Untuk lampu lalu lintas di jalan raya, ia meciptakan aki yang mampu menyimpan daya listrik.

Dia juga memulai pemikiran untuk menggunakan aki pada kereta listrik dengan kecepatan dua kali kece-patan kuda. Meski tak pernah memproduksi kender-aan, ia terus mengembangkan potensi listrik hingga keseluruh komponen elekrtonik.

Salah satu perusahaannya yang masih hidup hingga saat ini adalah General Electric atau juga dikenal GE yang tersebar di seluruh dunia.

Thomas Alva Edison rutup usia 18 oktober 1931.Sepanjang sejarah, masih banyak lagi penemuan revolusionernya yang bahkan masih sangat sulit diterapkan di zaman lampau hingga zaman ini.

PENEMUAN SPEKTAKULER

SEANDAINYA THOMAS ALVA EDISON TIDAK PUNYA IMPIAN untuk semua karya-karyanya, maka dunia masih akan

ketertinggalan ratusan zaman di tahun lalu. Thomas Edison membuktikan, bahwa kekurangan atau

ketiadaan bukanlah penghalang, MALAHAN ia menunjukkan bahwa halangan-halangan atau ketiadaanlah

yang mendorong penemuan-penemuan spektakuler.Kegagalan bukan berarti perhentian akhir, MELAINKAN

ditemukannya dorongan dan alasan baru untuk menemukan yang lebih baik.

Kepada dunia, Thomas Edison mengajarkan,jenius itu 1% dan keberhasilan itu 99% kerja keras

(genius is 1 % dan succesfull is 99 & prespiration)

|| www.lilinmagazine.com6

Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya,

Adalah ketika dia mulai mencitai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum dan berkata “aku turut berbahagia untukmu”

Apabila cinta tidak bertemu, bebas-kan dirimu, biarkan hatimu kembali ke alam bebas lagi.Kamu mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan cinta dan kehilangannya.

Kahlil Gibran

Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu mendapatkan keinginanya, melainkan mereka yang tetap bangkit ketika mereka jatuh, entah bagaiaman dalam perjalanan ke-hidupan.

Kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada,

Cintamu akan tetap di hatinya, sebagai penghargaan abadi atas pilihan-pilihan hidup yang telah kamu buat.

|| www.lilinmagazine.com7

Beberapa waktu yang lalu saya berbincang dengan beberapa mahasiswa di tempat saya men-gajar, Universitas Sari Mutiara Indonesia. Topiknya beragam, mulai dari masalah perkuliahan hingga kegiatan di luar aktivitas belajar. Topik terakhir ini semakin mengerucut dengan wacana untuk mem-buat media publikasi bagi mahasiswa. Untuk yang satu ini saya tentu bersemangat m e n g u r a i -kan, pasalnya pengalaman saya menggagas pers mahasiswa di Departemen Ilmu Komunikasi Uni-versitas Sumatera Utara (USU) akan sangat berarti bagi mereka yang tampaknya sangat berapi-api membuat media sendiri.

Bagi saya semangat dan keinginan yang kuat membangun media sendiri, apalagi pengelolan-ya adalah mahasiswa adalah modal yang utama, selain tentu saja modal kepekaan sosial, bakat menulis, dan kemampuan berorganisasi. Para ma-hasiswa, teman bincang saya ini baru punya satu, sedangkan modal lain baru sebagian dimiliki te-man-teman yang lain. Sebagai sebuah pertanyaan, itu saya jawab memang perlu waktu dan wadah tersendiri untuk mengasahnya. Perumpamaannya begini, kalau saya menempatkan sebagai fasilita-tor, saya akan membawakan kepada kalian sebuah baskom. Masing-masing kalian membawakan air dengan bobot yang berbeda-beda. Isilah baskom itu hingga penuh, lalu marilah kita menceburkan diri ke dalamnya. Baskom itu adalah medium pub-likasi yang hendak kita bangun dan air itu adalah kemampuan personal yang berbeda-beda. Ketika ada wadah dan sebagian isi di dalamnya, maka kita sedang membangun fondasi yang cukup kokoh un-tuk maju dan berkembang.

Hal yang sama saya alami tatkala dimintai masu-kan oleh mahasiswa Departemen Ilmu Komunika-si USU 3 tahun silam untuk membentuk pers ma-hasiswa. Sebenarnya saya pun telah melontarkan wacana itu kepada mahasiswa lain, sebab selama puluhan tahun, departemen itu belum memiliki pers mahasiswa sebagai media praktik jurnalistik sebenarnya. Kondisi itu jelas memalukan. Maka, gagasan itu saya wujudkan sebagai sebuah visi tersendiri, karena rekan-rekan mahasiswa ada yang mendukung, termasuk rekan alumni Febry

Ichwan Butsi dan kebetulan beberapa dosen senior memiliki otoritas dan koneksi tersendiri di internal kampus.

Singkat cerita ketua departemen mendukung pembentukan pers mahasiswa itu di bawah unit pelaksana teknis Pusat Pengkajian Komunikasi Massa (P2KM), Departemen Ilmu Komunikasi USU. Melalui beberapa diskusi alot akhirnya disepakati wujud medianya adalah portal berita supaya menghemat ongkos cetak dan dikelola langsung oleh mahasiswa. Pers mahasiswa itu kami namakan Pijar (Pelita Insan Terpelajar). Kami dan mereka sangat bangga, karena setelah 30 tahun lebih muncullah pers mahasiswa baru di lingkungan kampus yang mampu bersaing, sekaligus sebagai rekan dengan pers mahasiswa yang sudah lama ada, khususnya di tingkatan universitas, yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa SUARA USU.

Dari pengalaman itu saya memetik entitas yang sangat berharga bahwa sebenarnya ada bakat jurnalistik terpendam di antara mahasiswa kita dewasa ini. Teknologi pun semakin murah dibeli dan mudah digunakan. Masalahnya sangat sedikit personal ataupun kelompok di luar itu yang me-mang benar-benar berniat membantu mendo-rong membentuk wadahnya. Ketika wadah sudah ada dan diperkenalkan, maka tidak perlu upaya keras merekrut orang-orang baru setiap tahun-nya. Pihak kampus pun merasa terbantu, sebab kegiatan mahasiswa yang langsung terakait den-gan studinya akan memberikan nilai tambah bagi akreditasinya.

Nah, kembali ke gagasan mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia tadi. Seseorang di antara mereka bertanya, “Apakah perlu diwujudkan dalam bentuk UKM atau di bawah satu unit di kampus seperti pengalaman abang itu?”

Saya jawab, “Tidak mesti, bentuklah kelompok studi mahasiswa jurnalistik, misalnya itu sudah cukup. Yang penting kalian serius dan memang benar-benar niat. Kalaupun dapat langsung dibentuk UKM, syukurlah.”

Kisah Nyata Membuat MediaAction… action… action…!

Oleh Vinsensius Sitepu *

|| www.lilinmagazine.com8

Teman yang lain bertanya lagi, “Tapi kalau kami membuat majalah ataupun tabloid kan biaya cetaknya tidak murah, bang!”

“Untuk yang satu ini solusinya adalah membuat portal berita. Sekarang domain sudah murah dan bisa dibayar setiap tahun, antara 90-150 ribu rupiah. Untuk urusan hosting ada banyak yang gratis. Kalau mau yang berbayar cukup siapkan yang berkapasitas 1 GB saja dulu den-gan biaya sekitar 300 ribu per tahun!” kata saya.

“Lalu bagaimana soal pelatihannya, bang? Kami kan belum terlalu paham tentang dunia media, apalagi nanti pelatihannya perlu duit yang tidak kecil,” ujar mahasiswa lain.

“Itu tidak menjadi masalah. Tidak semua rekan-rekan wartawan professional atau dosen kilmu komunikasi minta bayaran untuk acara-acara ke-mahasiswaan seperti ini. Mereka justru senang bisa membantu,” pungkas saya.

Mereka tampaknya memiliki keinginan yang kuat membuat media sendiri. Namun di atas semua itu akan muncul keraguan kalau sekitar 30 hari selepas hari pembicaraan itu, struktur pengelola kelompok studinya belum muncul. Kalau hanya wacana, tentu saja basi. Saya sam-paikan itu sebagai sebuah tantangan, sekaligus mengukur keseriusan mereka.

“Kalau ini jadi, saya salut,” kataku.

Pilihan mediumSalah satu inti dari kegiatan jurnalisme selain menulis adalah pengelola dihadapkan kepada pilihan medium yang tepat. Apakah media ter-cetak (printed media) atau digital. Menjawab itu sederhana saja. Kalau punya uang, pilihlah yang pertama. Kalau kocek tidak terlalu tebal, media digital adalah yang paling tepat, sebab media digital memungkinkan cara distribusi dan pema-sarannya lebih mudah dan menggapai pembaca yang lebih luas.

Dalam konteks komunitas mahasiswa, maka medium digital adalah solusi paling tepat. Lagipula tidak perlu perangkat pendukung yang canggih. Soal kamera misalnya tidak perlu kamera DSLR. Kalaupun punya kamera pocket sudah cukup. Kalau itupun tidak pu-nya gunakan kamera ponsel atau tablet!

Lebih rinci lagi konsep media digital yang seperti apa, apalah portal berita layaknya kompas.com atau detik.com atau majalah digital (e-magz) dirancang layaknya media cetak (printed-media like), seperti Majalah De-tik yang terkenal itu atau Lentera News (majalahlen-tera.com) yang diterbitkan Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Medan. Lebih keren lagi, jikalau sanggup mengapa tidak membuat radio atau televisi internet?

Khusus untuk e-magz jikalau dibandingkan dengan portal berita tentu lebih sulit, sebab perlu kemam-puan tata letak yang mumpuni sebagai upaya pen-gayaan visualnya. Berbeda dengan portal berita yang menitikberatkan kepada kecepatan penyampaian konten (teks, foto, video dan animasi). Namun demikian dengan mempertimbangkan jumlah dan mutu sumber daya yang mumpuni pengelola media, maka tidak ada salahnya menggabungkan kedua for-mat itu, seperti dibuat oleh Detik.com yang memiliki Majalah Detik dan Harian Detik.

Ringkasan dari ini semua ini bahwa simpul terpent-ing dalam membangun media sendiri adalah se-mangat para pengelolanya. Perihal pilihan medium dan teknologi pendukungnya sudah ada dan cukup murah, yaitu Internet. Dan satu lagi yang tidak ka-lah penting adalah terlalu banyak wacana, maka tujuan tidak ada pernah tercapai. Jangan teraduk terlalu larut ke dalam konsep, tetapi action… action… action…!

[*Dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Sari Mutiara Indonesia, Medan | Mantan Pemimpin Redaksi Tabloid Mahasiswa SUARA USU, vinsensius.info, [email protected]]

|| www.lilinmagazine.com9

|| www.lilinmagazine.com

MEMBANGUN SUMATERA IMPIAN

Gelap… Lampu padam. Suara tangisan kembali memeking. Bukan niat, tapi listik habis. PLN, kembali melakukan penyalaan listrik bergilir- alias pemadaman bergilir. Yaah.. apa yang bisa kita lakukan?

Seandainya saja 30 tahun lalu sudah ada yang mengimpikan “No- Kekurangan Listrik di Suma-tera, atau Sumatera Always On” pasti Sumatera kita ini menjadi kampung yang selalu bersinar. Tentunya generasi saat ini, tidak lagi berkeluh kesah akan “fenomena padam” yang tak pernah lepas dari umpat-umpatan bibir dan mata war-ga. Pasalnya ketika listrik padam, lalu lintas pun macat total, sesak. Handphone bersiap padam, komputer padam, TV dan mesin-mesin padam. Aduh.. panas dan remang semakin tak tertahan, mau apalagi?

Semestinya “demonstrasi emosi” yang tak eko-nomis pun mungkin tidak akan berulang me-madati memori harian kita yang sudah semakin sumpek (crash) dengan himpitan beban hidup. Tapi baik juga kita berefleksi lebih dulu, apakah setiap kita sudah berlaku efektif dan maksimal dalam meningkatkan produktifitas atau kualitas diri ketika tidak ada hambatan seperti padamnya listrik? Semoga saja.

Sumatera Utara yang kini berusia lebih dari 64 tahun ini masih serasa kampung kita, tetapi tak jarang kita merasa asing untuk melangkah mem-benahinya. Sepertinya ada yang membenteng-nya hingga sulit bahkan untuk mendekat sebe-lum menyentuhnya.

Penduduk sumut sejumlah 13.326.307 yang tersebar pada 25 kabupaten ditambah 8 kota ini, terus mengalami perubahan. Tapi tak tahu pasti, siapa saja yang menentukan perubahan-nya. Ada yang bilang pemodal asing atau perusahaan asing ada pula yang bilang, yaaa kita masyarakat. Dari segi mananya? Konsumerisme jawabnya singkat.

Warga Sumut yang begitu banyak ini ternyata menjadi agen perubahan konsumtif yang meno-pang para pengembang-pengembang bermodal tinggi dan mimpi tinggi, tepatnya menjadikan warga Sumut sebagai “pembangun” impian para kapitalis dan penguasa. Sementara kita sepertinya memiliki ketinggian impian ketika mendapatkan produk baru atau mengkonsumsi produk asing yang kita internalisasikan dengan istilah menikmati produk.

Alhasil tetap merasa, gedung-gedung tinggi di kota Medan ini akan kita nikmati sebagai tiang penyangga Suma-tera. Sampai kapan kita keliru menyebut diri sebagai penikmat? Penikmat semu yang tak bisa berbuat banyak selain menonton dan sesekali menggerutu.

“Sangat jarang kita mendengar adanya pendirian ikon atau pancak yang akan menjadi penopang atau pendobrak kemajuan Sumatera ini. Sangat jarang juga, satuan pelajar atau cendikiawan dari segudang perguruan tinggi maupun universitas-universitas kita yang meletakkan dasar-dasar pembangunan itu.”

Seakan sulit ditemukan, sampai di-manakan impian para agen perubahan itu ? Ataukah kita sudah lupa bermimpi? Atau bahkan tidak sempat mengukir impian untuk kampung Sumatera ini? Ataukah mungkin kita hanya akan men-jadi pemimpi yang tinggal terima dengan impian bangsa lain di kampung kita ini?

Sepertinya sangat jarang kita, hitung-hitungan dan kali mengali, bahkan bagi membagi tentang kampung Sumut ini.

Tingkat kemiskinan yang terdata men-capai 1,390,800 jiwa (10,39%). Di sam ping itu juga dibebani dengan tingkat pengangguran sebanyak 402.000,- pada awal Februari 2014. Angka putus sekolah 1.238.437 orang, siswa miskin 8.452.054 orang, penderita TBC 19.000 (2005), penderita HIV/ AIDS sejumlah 301 jiwa (26 warga asing ditambah 276 warga Indonesia)

Sebagian besar persoalan di atas tentu merupakan akibat dari pemberdayaan sumber daya alam dan manusia yang belum dimaksimalkan. Jumlah potensi intelektual yang belum disesuai-fungsi-kan dan bisa jadi pula para intelektual pemegang kursi dan keputusan, tak serius dalam membangun. Direduksi lagi dengan nurani nasional yang tidak takut akan Tuhan.

Padahal tidak kurang ilmuan- atau ka-langan intelektual yang produktif dari tanah sumatera ini.

Tapi sayangnya sebagian besar dari mereka—segera terbang

10

Sumatera Care

|| www.lilinmagazine.com

atau eksodus ke kampung orang, bahkan tinggal dan nyaman di sana.

“Bukannya menjadi kampungan atau lokal sentris, tapi kenyataaanya sangat jarang kita punya waktu berkualitas untuk benar-benar memikirkan perkembangan sumatera, 5-10 tahun ke depan.”

Masa depan kampung kita ini mestinya bu-kan dalam perencanaan dan strategi pihak asing. Sebab semestinya nilai-nilai luhur bu-daya dan kekerabatan itu hanya akan bisa di-pelihara oleh kita sendiri. Masalah besarnya, jika kita tidak memegang pintu-pintu peruba-han itu, sama artinya menghadapkan maruah budaya kita di tangan orang asing.

“Meskikah kita menyerahkan keputusan – se-penting impian itu pada orang asing? Masih-kah kita melipat tangan atau b e r p a l i n g ria dari kenyataan bahwa Sumatera krisis

pemimpin-pemimpin yang berkarakter kokoh? Bahkan kita kekurangan para cendikiawan yang mau membangun sumatera impian, yang semestinya telah sama-sama kita pahami dan dukung perwujudannya.

“Gubrisan singkat ini, butuh masukan dan dorongan agar kita berani membangun Impian Sumatera (Suma-tera Dream). Pandanglah sekeliling kampung sumatera ini, dan mari membangun impian itu bersama sama. Ayolah… mari rekatkan kembali jejaring lintas generasi, kita berdayakan apa yang sudah ada kita impikan apa yang belum ada. Seorang teladan yang sangat berpenga-ruh pernah berpesan, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipu-ji, pikirkanlah semuanya itu.” demikian pula tentunya, bersama kita membangun Sumatera Impian.

***

Bagikan impian-impian Anda tentang Sumatera ke redaksi [email protected]

Selamat Berbahagia kepada,

Candra Saragih dan Clara Naibaho

Penerimaan Sakramen Pernikahan

28 Juni 2014Gereja Katolik Santo Antonius Padua,

Tiga dolok, (Pertengahan Siantar- Parapat)

Semoga menjadi keluarga bahagia dalam Tuhan Jesus Kristus.

11

Hal-hal seperti ini menghidarkan kita dengan pepatah yang mengatakan “hard work for money” tetapi kita mesti menjadi orang yang “smart work and smart invest”

L :Mengapa anak-anak muda perlu/ bertanggung-jawab merencanakan finansialnya?

Anak- anak muda khususnya usia yang sudah porduktif tentunya perlu merencanakan masa depan keuangan mereka. Namun perlu kita ketahui bahwa merencakan masa depan keuangan kita bukan seberapa besar uang kita miliki saat ini, tetapi bagaimana mengatur keinginan, gaya hidup, dan kebutuhan kita untuk mencapai apa yang kita cita-citakan pada masa yang akan datang. Jadi merencanakan masa depan keuangan kita adalah sesederhana bagaimana kita menunda kebutuhan tersier kita untuk mempersiapkan kebutuhan primer pada masa yang akan datang.

L: Apakah ada contoh real penerapan perencanaan keuangan itu di negara maju atau orang sukses?

Di beberapa Negara maju penerapan perencanaan keuangan itu sudah diterapkan oleh pemerintah. Hal itu dilakukan dengan mendorong warganya untuk mulai berinvestasi di instrumen-instrumen investasi yang ada. Contohnya saja reksa dana. Kalau di negara Malaysia mereka sudah sukses mendorong warganya agar berinvestasi di pasar modal melalui reksa dana. Hal itu dilakukan dengan mempermudah warganya membeli reksa dana pada harga yang sangat terjangkau dan membuat program reksa dana yang khusus dibeli hanya oleh orang Melayu saja.

Alhasil sampai saat ini di tahun 2014 salah satu pengelola reksa dana mereka PNB (Permodalan Nasional Berhad) telah mengelola dana RM 540 (Rp. 750 triliun). Dengan uang yang dihasilkan dari masyarakat ini, tentunya mendorong pertumbuhan ekonomi mereka dari berbagai sector perusahan baik itu sector keuangan, perkebunan, property, otomotif, infrastruktur, manufaktur, dan lain sebagainya. Tidak hanya pertumbuhan ekonomi negara namun imbal hasil dari portofolio investasi reksa dana mereka sangat menguntungkan warganya.

Kita juga bisa belajar dari seorang investor tersukses “Mr. Warren Buffet”. Beliau adalah orang ke-3 terkaya dunia saat ini. Dia tidak memiliki bisnis atau perusahaan seperti orang kaya lainnya. Tapi dia kaya melalui jalur investasi di pasar modal. Sejak usia 13 tahun dia sudah mulai berinvestasi di saham Coca cola. Kalau dulu perusahaan seperti Coca cola ketika zaman 60-an belumlah sebesar sekarang. Namun bisa kita bayangkan bagaimana ekspansi perusahaan tersebut hampir di seluruh dunia saat ini.

L: Apa yang bisa dilakukan oleh anak muda dalam merencanakan keuangannya? Seperti apakah itu melek keuangan?

Merencanakan keuangan kita tidak berarti berapa uang kita miliki saat ini, tetapi mengatur bagaimana menyeimbangkan gaya hidup kita dengan kemampuan kita. Melek keuangan berbicara soal dunia investasi, inflasi, pajak, dan hukum.

Hal-hal seperti ini menghidarkan kita dengan pepatah yang mengatakan “hard work for money” tetapi kita mesti menjadi orang yang “smart work and smart invest”. Kalau kita sudah melek keuangan kita tidak perlu lagi punya mindset bekerja untuk uang. Uang memang kita perlukan untuk memenuhi kebutuhan kita, akan teteapi bukan berarti uang adala satu-satunya yang kita inginkan. Uang adalah sarana. Jadilah “smart work and smart invest”. Bekerja untuk uang adalah haram tapi biarkan uang yang bekerja dan mengejar kita.

Mungkin ungkapan ini bisa menjadi slogan bagi sahabat muda sekalian.

MERENCANAKAN KEUANGAN SEJAK DINI,WHY NOT?

Stevan Leonardo SilalahiYouth Financial [email protected]

|| www.lilinmagazine.com

Youth Financial

12

Masalah keuangan tak habis-habisnya kita temukan dalam keseharian. Tua-muda, tetap saja perlu tahu seluk beluk keuangan, untuk itu Lilin Magazine, mengajak seorang Youth Financial Consulting berbagi dengan sobat muda, berikut petikannya.

Menemukan Arti Sebuah Kenangan

Mengerti atau tidak kehidupan ini, tetap harus dijalani. Masih punya waktu untuk tetap terus tertawa. Tapi akan ada banyak waktu untuk ber-duka. Yah...waktu yang akan jawab semua seperti kata orang banyak.

“Kamu tahu gak, apa yang selalu buat aku tersenyum?” kata Anez sahabatku

“ya gak tahulah..emangnya aku ini dukun...?” jawab ku bercanda

“hahaha....itulah yang buat aku selalu tertawa. Yah... kamulah jawaban keba-hagiaanku itu.” jawab sahabatku

“baduuuuttttt kaleee....ha ha ha ha” jawabku sambil mengambil posisi duduk

Itulah banyangan yang bisa aku ra-sakan saat ini. ketika seorang saha-bat meninggalkanku saat aku SMP. Sampai saat ini aku masih belum bisa terima dengan kepergian sahabatku itu.»Happy Birthday to you my best friend... only you know who›s am i.» kata sahabatku di hari ulang tahunku yang ke 14.

Aku langsung menyambut kata-kata Anez sahabat ku itu berkata, « Happy birthday for you too my best friend...and you always stay in my heart...

Lalu kami saling berpelukan dan ber-nyanyi, « JIKA TUA NANTI KITA TLAH HIDUP MASING-MASING, INGATLAH HARI INI....»

Ternyata itu hari ulang tahun terakhir yang kami rayakan. Hari ulang tahun aku dan Anez jatuh pada hari yang sama. Hanya saja dia lahir di pagi hari, sedangkan aku di malam hari.

Air mata mulai berjatuhan...semua aku ingat tentang sahabatku itu. Aku merindukan saat-saat Natal, Liburan, Ulang Tahun dan bahkan saat aku bertemu dengan dia pertama sekali di arena balapan liar.

Oleh Etty Rosita Simbolon

Kami yang semula adalah musuh, akhirnya bisa menjadi sahabat yang sangat baik. Pertemanan kami, membawa aku menjadi anak yang baik. Kami berdua diusir dari ke-lompok karena kami berteman.

Sulit terbayangkan saat ini sahabat yang dulu membuat aku tersenyum, meninggal di tangan aku sendiri karena sakit yang dideritanya.

«Nez, seandainya aku Tuhan yang bisa menghidupkan kamu kem-bali, itulah hal yang pertama aku lakukan.» kataku dalam hati saat melihat foto kami berdua.

Setelah kepergian Anez, aku lebih banyak berdiam dan akhirnya aku terjerumus kembali ke dalam bala-pan liar. Aku merasa itu hal yang paling baik membuat aku tenang dan tak mengingat sahabatku itu lagi. Tapi kejadian itu membawa aku ke dalam trauma besar. Teman ku yang ikut balapan liar mening-gal di tabrak konteiner. Hingga saat ini aku tak mau lagi mengendarai motor.

«Winita...yang berlalu biarlah berlalu. aku memang pergi dari dunia. tapi aku akan tetap tinggal di hatimu.» terdengar suara saha-batku.

aku menoleh ke belakang namun aku tak melihat apapun. aku cari namun tak juga menemukannya.

«Nez...waktu telah berjalan. seka-«Nez...waktu telah berjalan. seka-rang aku sudah bukan yang dulu. aku tak baik, tapi tak juga jahat. Hanya saja aku tak bisa menggan-tikan mu dengan yang lain sebagai sahabat yang membuat hidupku lebih baik.» kataku memeluk foto kami yang dulu.

«ingat sahabatku...kamu harus terus berjuang dan berusaha walau

tanpa aku. Kamu harus bisa bahagia dan menemukan jati diri kamu yang sessungguhnya.Lalu aku mengambil mancis dan membakar semua kenangan kami berdua.

Hal itu aku lakukan atas permin-taan Anez sahabatku itu. Dia meminta padaku, saat aku sudah mau tamat kuliah, dia menyuruh aku membakar semua kenangan kami. Karena dia selalu bilang, akan ada lembaran baru pada album kehidupan masa depan. Namun ada satu pasang baju rajutan punya aku dan Anez yang tidak aku bakar. Karena, ketika aku rindu dengan dia, aku bs memeluk dia hanya lewat baju itu.

«JIKA TUA NANTI KITA TLAH HIDUP MASING-MASING, INGAT-LAH HARI INI....» kataku sambil tidur memeluk baju itu dan meneteskan air mata

* * *

|| www.lilinmagazine.com

Ceritalah

13

12

SELAMAT MENJADI

KELUARGA BARU

DALAM TUHAN

JESUS KRISTUS

drg. BIMA EWANDO KABAN &

drg. CAROLYN SAGALA

SELAMAT BERBAHAGIA MENJADI

KELUARGA BARU DALAM TUHAN JESUS KRISTUS

secara unik, khas dan berbeda. Nah, pada titik itu, ungkapan kapan bahwa tiap diri punya hak untuk menulis (buku) telah mendapati dasarnya.

Jika saya hendak menambahkan pendapat Gol A Gong dan Agus M. Irkham, setiap diri juga punya hak untuk 'salah' dalam 'belajar menulis'. Hasil yang salah adalah bagian inti dari proses menulis. Ia serupa dengan 10003 kali kesalahan Edison sebe-lum berhasil menemukan bola lampu. Mungkin, metamorfosa kupu-kupu dapat dijadikan perum- pamaan lebih menarik tentang bagaimana proses merupakan ciri khas kehidupan alam. Hal serupa yang berlaku dalam kehidupan kita tatkala hendak menulis.

Dalam bukunya "A9ama Saya adalah Jurnalisme", Andreas Harsono menulis satu bab tentang inspi-rasi menulis yang berjudul 'Menulis Perlu Tahu dan Berani'. Ini tulisan mengetengahkan perihal paling mendasar sebelum menulis sebagaimana dicantum dalam judulnya. Andreas sendiri terilhami pernyataan Pramoedya Ananta Toer dalam novel "Khotbah dari Jalan Hidup" yang mengatakan, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." Bagi Andreas, ada dua syarat sederhana bila hendak "bekerja untuk keabadian": harus tahu dan harus berani. Menulis telah kita pahami sebagai rahmat dan hak yang diwariskan pada manusia. Yang membedakan dengan mahluk hidup lainnya. Tidak hanya menunjukkan jati diri, namun juga tin-dak mulia dalam berbagi pengetahuan dan kabar. Ketakutan semestinya bukan kerikil tajam setiap kali hendak menulis. Jadi, jangan takut. Di dalam Alkitab sendiri dicatat terdapat 365 kali ayat-ayat dimana Tuhan mengatakan: "Jangan Takut." Nah!?

Sejatinya jarak antara tangan dan sumber akal (otak) tidak sampai satu meter. Namun, bukan suatu pengalaman muskil bila ada insan yang sulit merajut aksara untuk tulisan. Seolah kata dan makna terdampar ke rimba nun jauh di sana. Alhasil, kertas dan layar sebagai wadah tulisan tetap putih bersih dari noda teks.

Rasa takut kerap jadi biang keladi ini masalah. Pengalaman itu umumnya diwariskan secara turun-temurun tanpa disadari. Sama seperti menanggapi rumor bahwa kuburan kucing tetangga sering di-datangi arwah gentayangan anjing bulldog. Ketakutan akan menulis dan cerita horor amat mudah melekat pada fikiran. Alih-alih memulai, mereka mulai membangun argu-mentasi bahwasanya kehidupan tidak akan berhenti tanpa menulis.

Sejumlah penulis populer memang sep-ertinya dihujani rahmat luar biasa. Seperti menyebut nama Paulo Coelho dengan novel-novel fantastis yang terilhami petu-alangannya. Atau melirik pengakuan Dee (Dewi Lestari), dalam novel "Filosofi Kopi", tentang bagaimana ia (maaf sedikit hiper-bolis) seperti 'kesurupan' menuliskan inti novel fenomenalnya, "Supernova", dalam satu malam. Namun, tetap saja ada proses panjang yang mereka lalui. Melawan rasa takut itu sendiri termasuk diantaranya.Belajar menulis tidak mesti menuju jalan para novelis. Masih ada tujuan mulia lain-nya sebagai inspirasi memulai diri untuk menulis. Saya senang pemikiran Gol A Gong dan Agus M. Irkham bahwa menulis meru-pakan hak yang ditahbiskan bagi setiap insan. Sebagaimana mereka sampaikan dalam buku "Gempa Literasi", bahwa tulisan bukan semata-mata teks. Ia adalah anak rohani. Saat membaca tulisan, kita sedang mendalami kedirian penulisnya. Paradigma berpikirnya. Kesadaran dan sikap laku hidupnya. Dan tiap diri itu diciptakan Tuhan

Maaf, Saya (Tidak) Takut Menulis!!oleh Ananta Bangun

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat

dan dari sejarah.

|| www.lilinmagazine.com14

Berdasarkan definisi World Health Organization (WHO), sehat merupakan suatu keadaan sejahtera, jasmani, rohani dan sosial, bukan hanya terbebas dari penyakit ataupun cacat saja.

Data kesehatan menyatakan se-makin lanjut usia seseorang maka akan semakin berisiko mengalami berbagai penyakit kronis meliputi obesitas, diabetes, penyakit jan-tung, penyakit ginjal. Oleh karena itu sangat penting menerapkan perilaku hidup sehat sejak dini karena akan sangat bermanfaat di usia tua. Jika di usia muda perilaku hidup sehat tidak ditera-pkan, akan berakibat buruk pada usia tua.

Perilaku hidup sehat secara se-derhana dapat dibangun melalui konsumsi makanan dan minuman yang sehat, olahraga teratur, dan berpikiran positif.

Konsumsi makanan dan minu-man yang sehat sangat penting untuk memenuhi kebutuhan tubuh dalam beraktifitas setiap hari. Makanan dan minuman yang sehat dapat diperoleh den-gan mengatur komposisi karbohi-drat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Karbohidrat sebagai sumber energi perlu dikonsumsi seban-yak 50-60% dari total konsumsi makanan sehari-hari. Adapun bahan makanan sumber karbo-hidrat meliputi nasi, mie, roti, jagung, ubi. Protein adalah unsur pembangun dan pengganti sel-sel tubuh, perlu dikonsumsi 15-20% dari telur, ikan, ayam, tempe dan tahu. Lemak sebagai sumber cadangan energi sebaiknya dikosumsi 25-30% dari daging, susu, mentega, santan.

Di jaman modern saat ini, berkem-bang budaya instan yaitu kecepatan waktu memegang peranan penting dalam keberhasilan berbagai hal. Namun sebaiknya tidak diterapkan dalam pemilihan makanan. Saat ini banyak sekali pilihan makanan instan siap saji yang mudah didapat di masyarakat. Namun sayangnya makanan siap saji ini memiliki kom-posisi yang kurang baik apabila ser-ing dikonsumsi. Komposisi makanan instan yang merugikan tersebut antara lain terlalu tinggi lemak atau garam yang menyebabkan pening-katan risiko penyakit degeratif.

Selain komposisi makanan, faktor persiapan makanan dan penentuan jadwal makan juga sangat penting diperhatikan. Persiapan makanan yang baik dilakukan dengan men-jaga kebersihan dalam memasak sampai menghidangkan makanan. Mencuci tangan adalah hal seder-hana yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan makanan. Jadwal makan yang teratur, tidak menunda-nunda dapat mendukung kesehatan saluran pencernaan.

Olahraga yang sehat dilakukan dengan gerakan-gerakan berirama yang memiliki frekuensi dan durasi dan durasi teratur. Olahraga ber-manfaat meregangkan otot-otot sehingga mencegah kekakuan yang sering terjadi seiring bertambahnya usia. Manfaat lain olahraga adalah menyeimbangkan masukan dan ke-luaran energi sehingga didapatkan berat badan yang ideal dan risiko penyakit-penyakit akibat kegemu-kan dapat dihindari.Berpikiran positif memampukan kita menghadapi setiap keadaan

Oleh dr. Wina Sinaga, M. Gizi.

Muda, Sehat dan Berprestasi

|| www.lilinmagazine.com

Youth Health

yang terjadi dengan baik. Dengan ber-pikiran positif kita juga dapat bersyukur walaupun apa yang kita harapkan tidak terjadi karena selalu ada harapan dalam kepercayaan kepada Sang Pencipta dan akan selalu ada waktu yang tepat untuk terwujudnya harapan-harapan kita tersebut. Berpikiran positif menjadikan pemikiran kita lebih tenang, tidak takut dan tidak gelisah sehingga kita dapat memiliki istirahat yang berkualitas dan akhirnya memiliki tubuh yang sehat.

Untuk mencapai perilaku sehat terse-but, orang muda yang kreatif dapat mu-lai dengan hal-hal yang kecil antara lain membuat catatan-catatan kecil sebagai pengingat (reminder) untuk memilih jenis makanan, menetapkan jadwal makan dan olahraga serta menuliskan hal-hal yang dapat disyukuri setiap hari. Catatan-catatan kecil tersebut dapat ditempel di agenda pribadi, dituliskan di handphone, atau tablet sehingga mudah dilihat setiap saat untuk meng-ingatkan diri sendiri.

Dengan prilaku sehat tersebut, diya-kini generasi muda dapat lebih mudah mencapat prestasi-prestasi yang tinggi. Tubuh yang sehat, pemikiran yang sehat memampukan setiap orang berkarya maksimal dalam berbagai bidang. Tanpa kesehatan, mustahil seseorang dapat belajar, bekerja dengan baik. Adanya gangguan kesehatan dapat mengham-bat kemampuan berpikir, bekerja seh-ingga tidak dapat mencapai target yang seharusnya dicapai.

Hai orang muda, jaga kesehatanmu dan raih prestasimu!

15

“Data kesehatan menyatakan semakin lanjut usia seseorang maka akan

semakin berisiko mengalami berbagai penyakit kronis meliputi obesitas,

diabetes, penyakit jantung, penyakit ginjal."

Komitmen yang teguh adalah membuat keputusan sebeum solusi ditemukan, dan menyaki-ni bahwa prinsip itu benar. Komitmen adalah motivator yang membuat orang maju terus menvapai tujuan. Komitmen membuat orang lain tahu di mana Anda berdiri dan membiarkan hati Anda merasakan ‘getaran’ dari mengejar tujuan Anda. Komitmen membuat Anda memulai sementara orang lain diam, dan membuat Anda terus berjalan sementara orang lain berhenti.

Benar kata para bijak. Sejarah penuhdengan orang-orang yang diberi peringatan untuk menghentikan prestasi-prestasi besar yang mengubah dunia.

Abraham Linclon (Pesiden 7 AS) termasuk diantara yang mengalaminya. Abraham mencalonkan diri untuk masuk parlemen pembuat undang-undang negara dan gagal. Dia memasuki dunia bisnis dan gagal besar, bahkan ia menghabiskan waktu 17 tahun untuk mebayar hutang -hutanngnya.

Kemudian ia mencalonkan diri untuk masuk kongres namun kalah. Kembali, dengan semangat gigih Abraham mencalonkan diri untuk menjadi senator dan masih harus menerima kekalahan juga.

Tapi siapa pernah tahu, Abraham Linclon akhirnya menjadi Presiden Amerika Serikat, menimpin seluruh warga yang pernah menolak atau bahkan menyaksikan kekala-hannya. Abraham Linclon tak pernah ber-henti.

Tanpa komitmen, ia akan berhenti pada kegagalan, namun dengan komitmen kemenangan ada pada genggamannya. Dengan komitmen, Abraham hanya akan berhenti pada setiap kemenangan.Satu lagi, sebelum setiap orang dengan

mudah bepergian dengan naik pesawat, ujian komitmen juga menghadang Orville dan Wilbur Wright. Bahkan mereka dihakimi dengan pernyataan yang amat keras. “Apabila Tuhan menginginkan manusia untuk terbang, Tuhan akan memberikan sayap.” Begitulah masyarakat North California mema-tahkan, gagasan Wright bersaudara upayanya dalam menerbangkan manusia melambung ke langit. Perco-ban atau dorongan untuk menyerah senantiasa mem-bayangi, namun terbukti daya optimisme menjaga jalan yang benar.

Sebagian besar orang yang berhenti berusaha dan ke-cewa tidak akan pernah mencapai potensinya, bukan karena kesempatan yang buruk atau masalah yang luar biasa, tetapi karena gagal berkomitmen pada diri mereka untuk mencapai tujuan.

Kejeniusan, bakat, kepekaan, atau hubungan yang tepat tak akan memberikan buah keberhasilan tanpa komitmen yang siap uji. Rasanya tidak berlebihan untuk mengatakan, komitmen adalah kunci untuk membuka dan memasuki pintu keberhasilan.

Komitmen Edison untuk menemukan filamen untuk bola lampu telah mengantarnya pada percobaan hampir ke seribu kali. Kedengaran melelahkan, namun kebahagiaan tidak luput darinya.

Tak ada ruginya mengingat rumusan Edison tentang keberhasilan, “ Kesuksesan itu 99 % kerja keras dan hanya 1% kejeniusan”. Hanya orang yang memegang komitmen yang siap bekerja keras mencapai tujuan. Para teladan kesuksesan juga mengingatkan“Tidak ada masalah yang akan membiarkan Anda menjadi orang yang sama setelah masalah berakhir. Masalah adalah pembatas antara keberhasilan dan kegagalan.”

Setiap impian berhak menjadi nyata, setiap orang berhak menyumbangkan impian perbaikan atau peru-bahan. Ayolah... komit pada setiap janji-janji, kebersa-maan dalam membangun keberhasilan.

***

KOMITMEN !!!

i-motivasi

16 || www.lilinmagazine.com

h

|| www.lilinmagazine.com