Click here to load reader
Upload
desmin
View
347
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JENDELA NURANI
Lilin yang kan selalu
kujaga
Malam ini mataku sulit sekali untuk terpejam, kutatap wajah dihadapanku
tidur dengan pulasnya. Pelupuk yang dihiasi dengan bulu mata panjang,
alis yang tebal, hidung mancungnya yang paling aku suka, bibir mungil dan
rahang tegasnya yang menurutku sangat seksi. Wah, rasanya takkan habis
kata untuk memuja sosok ini.
Seketika kudekap erat dia dan seolah bersembunyi dibalik lehernya yang
jenjang. Subhanallah, pelukan ini benar-benar membuatku nyaman.
Bahkan ditengah kegundahanku akan langsung terobati jika aku ada di
dalam dekapannya. Tak ingin melepaskannya, bahkan hidungku sangat
senang mengendus leher dan pipinya. Mungkin bisa dibilang itu adalah
hobiku, karena sehari saja aku tak menciumnya rasanya ada semangat yang
hilang dari diriku. Hehehe yaa, mungkin memang terkesan berlebihan tapi
itulah aku. Kubelai mesra rambutnya yang baru saja dipotong, lalu
kukecup keningnya.
Teringat tiga tahun yang lalu saat ia dan orangtuanya datang ke rumahku
dan memintaku untuk menjadi pendamping hidupnya, luar biasa rasanya.
Ya.. sosok ini adalah suamiku. Pria terkasih yang mendinginkan dikala
panas dan menghangatkan dikala kedinginan. Pria yang begitu sabarnya
mengahadapi sikapku. Bisa dibilang aku adalah sosok yang sangat keras,
JENDELA NURANI
aku anak pertama dari 3 bersaudara, semuanya perempuan. Hidup dari
keluarga yang sederhana menuntutku untuk tidak manja, bahkan untuk
sekolah pun aku harus bekerja. Alhamdulillah semua usaha dan kerja keras
itu membawa aku sampai ke gelar sarjana. Sampai akhirnya aku bertemu
dengan Mas Bima (suamiku). Kami berdua adalah sosok yang sama tapi
berbeda. Yaa.. kami sama-sama keras dan sama-sama egois, tak pernah
mau mengalah. Tapi kami berbeda, aku egois untuk hal yang mungkin
terlalu berlebihan, dimana hidupku penuh dengan kekhawatiran.
Sedangkan mas Bima, dia keras untuk hal yang sangat realistis karena dia
dewasa.
*******************
Singkat cerita, ada beberapa hal yang membuatku merubah pola pikir, dan
sangat mengaguminya. Yang pertama adalah saat malam pertama, sebagai
wanita yang tak pernah dekat dengan lelaki aku sangat takut menghadapi
malam pertama. Saat dia memegang tanganku pun rasanya aku mau
meledak, benar-benar dihantui rasa takut. Tapi suamiku, tak ada sedikitpun
kekesalan di wajahnya. Seolah dia sangat mengerti aku. Padahal aku tau
itu adalah saat yang paling ditunggu oleh semua pengantin baru. Tapi luar
biasa berbedanya suamiku, dia tersenyum memandangku dan berkata
“sayang, kalau memang kamu belum siap jangan dipaksa. Masih ada
malam-malam selanjutnya. Ini harus kita nikmati berdua, jangan ada yang
merasa terpaksa. Karena insyaallah nanti akan jadi calon keturunan kita”
dia membelaiku sampai aku tertidur, dan tentu saja kejadian ini tidak
berlaku lagi dimalam selanjutnya. Bahkan aku lebih dulu yang meminta
kepadanya, itu karena rasa malu dan kagum yang luar biasa atas suamiku.
*******************
JENDELA NURANI
Seusai makan malam, suamiku selalu mengajakku menonton acara komedi
di stasiun tv favoritnya. Pernah di sela-sela acara, mas tiba-tiba bertanya
“sayang, kamu setuju gak sama kalimat yang mengatakan bahwa dibalik
laki-laki yang sukses ada wanita hebat?” lalu dengan tegas aku menjawab
“setuju dong mas, berkat doa dan semangat dari istri maka lengkaplah
kesuksesan seorang suami”. Mas Bima tersenyum melihatku dan berkata
“kalau mas siy kurang setuju” jawabnya sambil tersenyum. Aku
mengerutkan keningku dan langsung protes “loh, kenapa gak setuju? Apa
alasan mas?” . kulihat mas bima menghela nafas panjang dan berkata, mas
pun menjawab “sayang, aku sangat memuliakan wanita. Seperti yang kita
tahu di dalam Al Qur’an pun yang ada tuh surat Annisa, tidak ada surat
Arrijal. Betul kan?”
“iyaaa, lalu bagaimana bisa mas tidak setuju dengan kalimat itu, sementara
mas mengatakan kalau mas sangat memuliakan wanita?” aku benar-benar
protes.
“tentu saja mas tidak setuju, wanita itu tidak sepantasnya ada dibelakang
pria. Tapi sangat pantas untuk berada disamping pria dan
mendampinginya. Setuju?” jelasnya
Aku menatap mas bima “apa bedanya mas?”
“beda dong sayang, kalo di belakang itu artinya salah satu ada yang lebih
mulia, tapi kalau di samping itu berarti kita berada di garis yang sejajar,
saling menyempurnakan ketidaksempurnaan satu sama lain. Bisa diterima
gak pendapat mas?” aku terdiam dan mulai mencerna perkataan suamiku.
Beberapa saat kemudian aku menatapnya dalam-dalam, tanpa sadar
mataku berkaca-kaca. Aku berkata dalam hati, Subhanallah, terimakasih ya
Allah.. Kau mengirimkan aku suami yang luar biasa baiknya, caranya
JENDELA NURANI
sungguh sempurna dalam memuliakanku. Ungkapan yang bukan
membuatku menjadi merasa setara dan tak menghargainya, tapi justru
membuatku tertunduk kagum dan sangat menghormatinya sebagai
pemimpin tanpa ada rasa cemas apalagi takut, karena kami bukan saingan
tapi kami adalah kepingan puzzle yang saling melengkapi untuk
menghasilkan gambar yang sempurna.
*******************
Hal lain yang membuat aku kagum dan tercengang adalah dari awal kami
menikah sampai saat ini, dia selalu mengajakku sholat subuh berjamaah
dan usai sholat dia selalu menanyaiku “sayang, sudah sampai mana hafalan
dan pemahaman Al Qur’an mu? Terus belajar ya, kamu tau mengapa mas
selalu menanyakan ini?” aku hanya terdiam sambil menatapnya dengan
tatapan kosong, lalu dia berkata “kamu tau? Madrasah terbaik untuk anak-
anak adalah ibunya. Karena mereka akan lebih sering berinteraksi dengan
kamu dibandingkan dengan mas. Jadi mas harap kamu paham dan
mengerti agama bukan hanya dasarnya saja.“ tertegun kumendengarnya.
Aku tak menyangka sosok mas Bima yang egois dan keras kepala bisa
berfikir seperti itu. Kami berdua memang bukan dari keluarga Islam yang
fanatik, tapi mas Bima selalu berpesan bahwa jika kami sudah punya anak
nanti mereka harus diperkenalkan dengan Islam secara mendalam dari
kecil. Terlepas nanti sudah besarnya mau jadi apa, yang pasti mereka
sudah punya bekal untuk kembali apabila suatu saat mereka tersesat. Dari
situ aku banyak belajar dan berusaha mengisi waktu luangku untuk
memperdalam imanku walau hanya dengan mendengar ceramah di tv
atau membaca artikel Islami di internet dan lainnya, yang pasti sedikit
waktu pun kucoba untuk menambah ilmu agar jadi manfaat, terutama
untuk diriku sendiri dulu.
JENDELA NURANI
*******************
Kejadian lain yang membuatku semakin mengasihinya adalah satu kalimat
dengan sejuta arti. Aku adalah orang yang cukup ekspresif, bisa dibilang
kurang dewasa dalam berfikir dan bersikap. Apapun yang aku rasakan bisa
saja aku tuangkan dalam statusku di jejaring sosial. Aku tau memang tidak
ada gunanya mengumbar keluh kesah disana, tapi entah kenapa aku
merasa puas jika sudah menampilkannya sebagai status dan timeline di
akunku. Tapi sejak mengenal mas bima, satu kalimat yang dia berikan
padaku tentang hal ini “sayang, nanti kalau bikin status yang positif ya,
agar kebaikannya tertular untuk mereka yang membaca.” Seketika aku
terdiam dan berfikir, oh Tuhan selama ini aku selalu berkeluh kesah dan
menumpahkan amarah disana, ternyata tidak ada gunanya. Kepuasan yang
aku rasakan tidak ada artinya, yang ada malah membawa pengaruh buruk
bagi yang membacanya.. Masyaallah, coba sedari dulu ada yang
mengingatkan aku dengan kalimat ini mungkin aku tidak akan mengumbar
kesedihanku.
*******************
Mas bima adalah seorang penulis, dia menulis di salah satu media online di
Jakarta. Setiap hari aku selalu mendapat cerita tentang kegiatannya dihari
itu, biasanya setiap sebelum tidur mas membiasakan waktu “pillow talk”
buat kami berbagi. Dan seusai bercerita, mas bima pasti mengajak
berdiskusi dan aku harus berpendapat. Apapun pendapatnya, mas bima
ingin aku melatih diri untuk berfikir kritis dan pandai berdialog, walau
hanya berdua dengannya. Tak jarang pendapat kami berbeda, tapi mas
Bima malah senang ketimbang aku menuruti pendapatnya. Bahkan kami
sampai mencari pendapat yang benar dari berbagai sumber, dan malam itu
JENDELA NURANI
juga kami googling sampai puas. Biasanya tak ada pendapat yang benar, di
tiap pendapat ada sisi yang bisa dianggap benar. Dan kami menyepakati
itu. Indah sekali rasanya, menyelesaikan masalah bersama tanpa
menimbulkan masalah. Karena jarang loh, yang berdebat saat diskusi
berakhir tanpa masalah. Itulah hebatnya Mas Bima.
*******************
Pernah suatu waktu aku mengangkat jemuran dan akan menyetrikanya.
Sebetulnya ini adalah hal yang kurang aku suka karena menyetrika itu
gerah, tapi sekarang aku adalah seorang istri jadi mau tidak mau ini adalah
kerjaan aku. Saat aku sedang asyik menyetrika, aku terperanjat kaget
karena tiba-tiba mas bima memelukku dari belakang dan berkata “sayang,
kalau menyetrika kaos yang ada sablonnya, kaosnya dibalik ya. Kalo ga
dibalik nanti sablonannya pecah dan lengket disetrikanya” lalu dia
mengecup pipiku dan membantu membalikkan kaosnya. Ya ampun malu
banget rasanya ditegur halus seperti itu. Aku Cuma bisa menunduk dan
meminta maaf kepadanya, dan mas bima Cuma tersenyum dan bilang
“gak apa-apa sayang, namanya juga belajar”. Hufth…
*******************
Pencemburu, itulah aku. Jangankan dengan wanita lain, dengan benda
atau pekerjaannya pun aku sering kali cemburu. Tak rela rasanya kalau ada
sesuatu yang lain yang diberi perhatian lebih oleh mas. Oh menyiksa,
sangat menyiksa. Ini hal tersulit yang bisa aku terima. Tapi setelah
melewati beberapa proses, mas bima menemukan jalan keluarnya. Mas
bima tidak suka melihat aku bersedih, apalagi karena sedih yang aku buat
sendiri. Mas adalah pria yang baik, tak sedikit orang mengagumi dan
menaruh hati padanya. Bahkan kadang orang yang sudah memiliki suami
JENDELA NURANI
sekalipun. Alhamdulillah, mas bisa mengahadapi itu. Sejak saat itu, kami
berdua selalu terbuka. Siapapun yang sering berinteraksi dengan kami pasti
dikenalkan, atau minimal diceritakan. Dan ternyata itu sangat manjur.
Dengan kenalnya aku dengan teman, kerabat dan orang-orang
disekitarnya maka cemburu itu hilang dengan sendirinya. Mungkin karena
aku merasa keberadaanku diakui dan dianggap olehnya, sehingga mereka
tau bahwa mas bima adalah milikku begitu pula sebaliknya. Subhanallah.
*******************
Dari hal yang kecil, ya.. perhatian dan kasih sayang bisa diberikan mulai
dari hal-hal yang kecil. Misalnya setiap sampai kantor, mas pasti
mengirimkan pesan lewat ponselnya “syg, mas udah di kantor, mana
senyum buat masnya” , dan saat jam makan siang mas pasti telepon aku
untuk sekedar mengucapkan selamat makan siang dan diakhiri dengan
kecupan lembut dari jauh”, hal lain yang selalu dilakukan mas bima adalah
mengecup keningku, saat bangun tidur, akan tidur dan sebelum pergi
kemanapun mesra sekali membuatku semakin menyayanginya.
*******************
Oiya, mas bima dulu pemusik. Dia sering manggung di beberapa kafe di
Jakarta. Lagu-lagu yang sedang booming saat itu pasti dihapalnya untuk
memenuhi list yang diminta pihak kafe. Walau kini mas jarang bermusik
lagi tapi suara indahnya sampai sekarang sering diperdengarkannya
untukku walau hanya dengan bersenandung sebait lagu, yang biasanya
dalam lagu tersebut diselipkan nama aku… lucunya. Jadi berbunga-bunga
rasanya.
*******************
JENDELA NURANI
Satu lagi hal besar yang masih mengganggu pikiranku. Ini adalah tahun
ketiga dari pernikahan kami, tapi sampai saat ini kami belum dikaruniai
buah hati. Tak ada yang salah dari kami berdua, dua-duanya normal dan
subur. Mungkin karena belum waktunya saja. Sudah 3 bulan ini aku off
dari kerjaanku, siapa tau itu cukup berpengaruh untuk merangsang
pertumbuhan janin dalam tubuhku. Kemarin aku sempat telat 2 minggu,
sudah bahagia sekali rasanya, berharap penuh agar si buah hati hadir disini.
Tapi Allah berkehendak lain, ternyata gagal lagi. Dan mas masih sabar
mendampingiku, kami saling menyemangati walau kami sama-sama tau
jauh dilubuk hati yang paling dalam kami sama-sama menginginkan
kejadiran si buah hati. Untuk mengurangi rasa sedihnya, kami sering
mengunjungi rumah kakaknya mas bima dan mengunjungi keponakan
kami. Insyaallah kasih sayang bisa dicurahkan ke keponakan kami tuk
mengobati rasa rindu ini. Kami masih terus berharap, berusaha dan berdoa
semua akan indah pada waktunya, selama ada lilin yang selalu menerangi
sekitarnya seperti suamiku yang selalu mendampingiku, menerangi hatiku
disetiap waktu. Dialah lilin yang akan selalu aku jaga agar tetap bisa
menerangiku sampai ia habis dan mati.