85
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang (1) Tujuan Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan, terencana dan terarah. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing manusia Indonesia. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas adalah penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. 1

Lokakarya Mini

  • Upload
    usre

  • View
    1.507

  • Download
    17

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lokakarya mini puskesmas

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang(1)

Tujuan Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai

tujuan tersebut diselenggarakan program pembangunan nasional secara

berkelanjutan, terencana dan terarah. Pembangunan kesehatan merupakan

bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan

diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing manusia

Indonesia.

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut

diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan

terpadu. Puskesmas adalah penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan

untuk jenjang tingkat pertama.

Sesuai dengan yang disebutkan di dalam Sistem Kesehatan Nasiaonal

(SKN-2004) bahwa Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan

kesehatan tingkat pertama. Adapun fungsi Puskesmas ada tiga, yaitu: sebagai

pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan; pusat pemberdayaan

masyarakat dan keluarga; serta sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat

pertama. Dalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas mengacu pada 4 azas

penyelenggaraan yaitu wilayah kerja, pemberdayaan masyarakat, keterpaduan

dan rujukan.

Sejak diperkenalkannya konsep Puskesmas pada tahun 1968, berbagai

hasil telah banyak dicapai. Angka kematian ibu dan kematian bayi telah

berhasil diturunkan dan sementara itu angka harapan hidup rata-rata bangsa

1

Indonesia telah meningkat secara bermakna. Jika pada tahun 1995 angka

kematian ibu dan angka kematian bayi masing-masing adalah 373/100.000

kelahiran hidup (SKRT 1995) serta 60/1.000 kelahiran hidup (Susenas 1995),

maka pada tahun 1997 angka kematian ibu turun menjadi 334/100.000

kelahiran hidup (SDKI 1997), sedangkan angka kematian bayi pada tahun

2001 turun menjadi 51/1.000 kelahiran hidup (Susenas 2001). Sementara itu

umur harapan hidup rata-rata meningkat dari 45 tahun pada tahun 1970

menjadi 65 tahun pada tahun 2000.

Pada saat ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah

air. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat

dengan Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling. Kecuali itu untuk

daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, Puskesmas dilengkapi

dengan fasilitas rawat inap.

Sekalipun berbagai hasil telah banyak dicapai, namun dalan dalam

pelaksanaannya Puskesmas masih menghadapi masalah, antara lain:

1. Visi, misi dan fungsi Puskesmas belum dirumuskan secara jelas,

sehingga pelaksanaan program Puskesmas dan keterkaitannya dengan

program pembangunan kesehatan secara keseluruhan belum optimal.

2. Beban kerja Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota terlalu berat. Pertama, karena rujukan kesehatan ke dan

dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kurang berjalan. Kedua, karena

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang sebenarnya bertanggungjawab

penuh terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan secara menyeluruh

di wilayah Kabupaten/Kota lebih banyak melaksanakan tugas-tugas

administratif.

3. Sistem manajemen Puskesmas yakni perencanaan (P1) yang

diselenggarakan melalui mekanisme perencanaan mikro (micro

planning) yang kemudian menjadi perencanaan tingkat Puskesmas,

penggerakkan pelaksanaan (P2) yang diselenggarakan melalui

mekanisme lokakarya mini (mini workshop) serta pengawasan,

pengendalian dan penilaian (P3) yang diselenggarakan melalui

2

mekanisme stratifikasi Puskesmas yang kemudian menjadi penilaian

kinerja Puskesmas, dengan berlakunya prinsip otonomi perlu

disesuaikan.

4. Pengelolaan kegiatan Puskesmas, meskipun telah ditetapkan merupakan

aparat daerah tetapi masih terlalu sentralistik. Puskesmas dan daerah

tidak memiliki keleluasaan menetapkan kebijakan program yang sesuai

dengan kebutuhan masyarakat setempat, yang tentu saja dinilai tidak

sesuai lagi dengan era desentralisasi.

5. Kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas kurang berorientasi pada

masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat setempat. Selama ini

setiap Puskesmas dimanapun berada menyelenggarakan upaya kesehatan

yang sama.

6. Keterlibatan masyarakat yang merupakan andalan penyelenggaraan

pelayanan kesehatan tingkat pertama, belum dikembangkan secara

positif. Sampai saat ini, Puskesmas kurang berhasil menumbuhkan

inisiatif dan rasa memiliki serta belum mampu mendorong kontribusi

sumber daya dari masyarakat dalam penyelenggaraan upaya Puskesmas.

7. Sistem pembiayaan Puskesmas belum mengantisipasi perkembangan

masa depan, yakni sistem pembiayaan pra-upaya untuk pelayanan

kesehatan perorangan.

Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan

program kegiatannya, untuk itu perlu didukung kemampuan manajemen yang

baik. Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian yang bekerja secara

sinergik yang meliputi perncanaan, penggerakan pelaksanaan serta

pengendalian, pengawasan dan penilaian.

Penerapan manajemen penggerakan pelaksanaan dalam bentuk forum

pertemuan yang dikenal dengan Lokakarya Mini.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pelaksanaan Lokakarya Mini di Puskesmas Tayu II?

3

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana pelaksanaan Lokakarya Mini sebagai bagian dari

manajemen Puskesmas di Puskesmas Tayu II.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kapan dilaksanakannya Lokakarya Mini di Puskesmas

Tayu II.

b. Mengetahui apa saja yang dipersiapkan oleh petugas Puskesmas Tayu

II dalam melakukan Lokakarya Mini.

c. Mengetahui manfaat diadakannya Lokakarya Mini terhadap

pelaksanaan program-program di Puskesmas Tayu II.

d. Mengevaluasi pelaksanaan Lokakarya Mini di Puskesmas Tayu II.

e. Mengetahui hambatan dan masalah dalam pelaksanaan Lokakarya

Mini di Puskesmas Tayu II.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Puskesmas

1. Pengertian

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

a. Unit Pelaksana Teknis

Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

(UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas

teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan

unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan

kesehatan di Indonesia.

b. Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan

oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal.

c. Penanggung Jawab Penyelenggaraan

Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya

pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan Puskesmas bertanggung jawab

hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.

d. Wilayah Kerja

Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu

kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu

Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar

Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah

5

(desa/kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas tersebut secara

operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

2. Visi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.

Kecamatan Sehat adalah gambaran masayarakat kecamatan masa depan

yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat

yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan

untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan

merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator

utama yakni:

a. Lingkungan sehat

b. Perilaku sehat

c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada

visi pembangunan kesehatan Puskesmas di atas yakni terwujudnya

Kecamatan Sehat, yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi

masyarakat serta wilayah kecamatan setempat.

3. Misi Puskesmas

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.

Misi tersebut adalah:

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah

kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor

lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan

aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak menimbulkan

6

dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap

lingkungan dan perilaku masyarakat.

b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap

keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya

makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan

dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu

berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan

pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana

sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,

keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal

di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan

kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan Puskesmas

mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.

4. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh

Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan

nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas

agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka

mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

7

5. Fungsi Puskesmas

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat

dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta

mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu Puskesmas aktif

memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan

setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk

pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan Puskesmas adalah

mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit

tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka

masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki

kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan

masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan

kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut

menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program

kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini

diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya

sosial budaya masyarakat setempat.

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan

kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi

tanggungjawab puskesmas meliputi:

1) Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang

bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama

menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan,

tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

8

penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan

untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

2) Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang

bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara

dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi

kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,

perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga

berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan

masyarakat lainnya.

B. Gambaran Umum Puskesmas Tayu II(2)

1. Sejarah Singkat Puskesmas Tayu II

Kepadatan penduduk dengan kurang lebih 61.857 jiwa yang

tersebar dalam 31 pedesaan di Kecamatan Tayu, dengan sarana pelayanan

1 (satu) unit pelayanan kesehatan Puskesmas Tayu I yang terletak di

tengah-tengah perkotaan. Puskesmas ini dinilai belum dapat memberikan

pelayanan kesehatan secara maksimal dengan banyaknya penduduk yang

terletak jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan.

Di tahun 1985 pemerintah setempat berupaya untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dalam pelayanan kesehatan, dengan mendirikan

penambahan sarana pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang belum

tersentuh pelayanan kesehatan secara optimal, Dengan mengacu Undang-

Undang Dasar 1945 pada amandemen kedua dan keempat yang berbunyi,

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,

dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan (pasal 28H, ayat 1) dan negara

bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan fasilitas

9

pelayanan umum yang layak (pasal 34, ayat 3)”, maka didirikanlah sarana

pelayanan bagi masyarakat yang jauh dari sentuhan pelayanan kesehatan

dengan nama “Puskesmas Tayu II”.

Puskesmas Tayu II pada awalnya dikepalai oleh dr. Supriyadi,

M.Kes. sampai dengan Februari 2007, kemudian digantikan oleh dr.

Sutopo pada Maret 2007 sampai Maret 2009, kemudian digantikan oleh

H. Munadi, S.KM pada April 2009 sampai saat ini. Puskesmas Tayu II

saat ini memiliki tenaga kesehatan dan karyawan yang berjumlah 32

orang.

2. Landasan Hukum

a. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara No. 100 Tahun 1992 Tambahan Lembaran Negara No. 3495)

b. Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara No. 126 Tahun 2004 Tambahan Lembaran Negara

No. 4437)

c. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Penimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaga Negara

No. 126 Tahun 2004 Tambahan Lembaran Negara No. 4438)

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 Tahun 2006 tentang

Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah

e. Peraturan Daerah Kabupaten Pati No. 6 Tahun 2000 tentang

pembentukan Organisasi Dinas-dinas Daerah Kabupaten Pati

f. Peraturan Daerah Kabupaten Pati No. 1 Tahun 2006 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pati

g. Peraturan Daerah Kabupaten Pati No. 1 Tahun 2007 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pati

h. Keputusan Bupati Pati No. 85 Tahun 2001 tentang Uraian Tugas

Dinas-dinas Daerah Kabupaten Pati

i. Rencana Strategi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Pati Tahun

2002-2006

10

3. Visi dan Misi Puskesmas Tayu II

Puskesmas Tayu II mempunyai Visi dan Misi sebagai pedoman

dalam melaksanakan pekerjaan.

a. Visi Puskesmas Tayu II

Terwujudnya Kecamatan Tayu Sehat.

b. Misi Puskesmas Tayu II

1) Menggerakkan pembangunan Kecamatan Tayu yang berwawasan

kesehatan. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan

sektor lain agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu agar

pembangunan tersebut mendorong lingkungan dan perilaku

masyarakat agar semakin sehat.

2) Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup

sehat. Puskesmas selalu berupaya agar keluarga dan masyarakat

makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan

pengetahuan dan kemampuan untuk hidup sehat.

3) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang

bermutu, merata dan terjangkau. Puskesmas harus selalu berupaya

untuk menjaga agar cakupan dan kualitas pelayanannya tidak

menurun, bahkan kalau bisa selalu ditingkatkan agar semakin

besar cakupannya dan semakin bagus kualitas karyawannya.

4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas selalu berupaya ar

derajat kesehatan, keluarga dan masyarakat tetap terpelihara

bahkan semakin meningkat seiring dengan derap pembangunan

kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.

11

4. Struktur Organisasi Puskesmas Tayu II

Gambar 1. Struktur Organisasi Puskesmas Tayu II

Keterangan Garis :

: garis komando

: garis koordinasi

5. Tujuan dan Sasaran Puskesmas Tayu II

Puskesmas Tayu II mempunyai tujuan dan sasaran yang menjadi

pedoman dalam menjalankan tugas sehari-harinya sebagai berikut :

a. Tujuan Puskesmas Tayu II

Tujuan Puskesmas Tayu II adalah:

1) Meningkatkan manjemen upaya kesehatan bagi institusi kesehatan

yang didukung oleh sumber daya kesehatan agar terselenggara

12

pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh

masyarakat.

2) Meningkatkan, memelihara pelayanan kesehatan melalui upaya

promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif agar masyarakat

terlindungi kesehatannya.

3) Mengembangkan para digma sehat bagi seluruh staholders dan

masyarakat agar terwujud kawasan lingkungan yang berkualitas.

4) Menciptakan keberdayaan staholders dan masyarakat agar

berperilaku hidup bersih dan sehat serta meningkatkan

kemandirian UKBM.

b. Sasaran Puskesmas Tayu II

Sasaran pembangunan kesehatan di wilayah Puskesmas Tayu II

adalah :

1) Cakupan kunjungan ibu hamil K4 96 %.

2) Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani harus diketahui

sedini mungkin disemua desa di wilayah Puskesmas Tayu II.

3) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan 100 %.

4) Cakupan pelayanan Nifas 87,5 %.

5) Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani 100 %.

6) Cakupan pelayanan anak balita 91 %.

7) Desa UCI 100 %.

8) Balita gizi buruk diwilayah Puskesmas Tayu II mendapat

perawatan 100 %.

9) Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100 %.

10) Cakupan peserta KB aktif diwilayah Puskesmas Tayu II 82 %.

11) Penemuan pasien baru TB BTA (+) 100 %.

12) Penemuan dan penanganan penderita diare diwilayah Puskesmas

Tayu II 100%.

13

13) Desa tersedia PKD/Polindes dengan sumber daya manusia

kesehatan yang berkompeten yang didukung obat dan alat

kesehatan yang memadai 100 %.

14) Penduduk terlayani dalam mencari pengobatan dan pertolongan

kesehatan di Puskesmas dan jaringannya.

15) Kejadian luar biasa (KLB) dan wabah penyakit tertanggulangi

secara cepat dan tepat sehingga menimbulkan dampak kesehatan

masyarakat yang lebih luas.

16) Cakupan Desa Siaga aktif 100 %.

17) Keluarga sadar gizi 90 %.

18) Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat.

19) Terwujudnya tatanan institusi sehat pada seluruh institusi.

20) Terciptanya kondisi lingkungan rumah tangga dan industri yang

sehat 100 %.

21) Balita yang dating dan ditimbang (D/S) diwilayah Puskesmas Tayu

II 80 %.

22) Cakupan pelayanan kesehatan prausia lanjut dan usia lanjut 70%.

23) Cakupan bayi yang mendapat ASI Ekslusif 80 %.

6. Profil Puskesmas Tayu II

a. Nama Lembaga : Puskesmas Tayu II

b. Kepala Puskesmas

1) Nama : H. Munadi, SKM

2) Pendidikan : S1

3) Jurusan : Kesehatan Masyarakat

c. Alamat

1) Jalan : Jl. Tayu-Jepara KM 3

2) Kabupaten : Pati

3) Propinsi : Jawa Tengah

4) Kode Pos : 59155

5) Telepon : (0295) 5557174

14

d. No. Kode Puskesmas : 1602

e. Luas Tanah : 2200 m2

f. Luas Bangunan

1) Gedung Puskesmas : 15 m x 8 m

2) Perumahan Dokter : 10 m x 7 m

3) Perumahan Bidan : 9 m x 6 m

4) Perumahan Perawat : 9 m x 6 m

5) Puskesmas Pembantu : 12 x 13 m

7. Letak dan Batas Wilayah

Puskesmas Tayu II terletak di Kecamatan Tayu terlaetak di bagian

utara Kabupaten Pati dan berjarak 30 km dari kota Pati dengan batas

wilayah :

a. Sebelah Utara : Puskesmas Dukuhseti

b. Sebelah Selatan : Puskesmas Gunungwungkal

c. Sebelah Barat : Puskesmas Cluwak

d. Sebelah Timur : Puskesmas Tayu I

8. Data Desa

Secara administratif wilayah Puskesmas Tayu II terdiri dari 8 desa,

yaitu:

a. Desa Pundenrejo

b. Desa Bulungan

c. Desa Kedungbang

d. Desa Purwokerto

e. Desa Bendokaton Kidul

f. Desa Luwang

g. Desa Dororejo

h. Desa Kalikalong

15

9. Data Penduduk

Data penduduk di Puskesmas Tayu II terdiri dari beberapa data

yaitu jumlah penduduk, jumlah KK dan KK miskin dan data sasaran.

a.Jumlah Penduduk

No Nama Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Pundenrejo 1832 1822 3654

2. Bulungan 1748 1836 3584

3. Kedungbang 870 865 1735

4. Purwokerto 1836 1872 3708

5. Bendokaton Kidul 674 724 1398

6. Luwang 1023 1061 2084

7. Dororejo 1093 1096 2189

8. Kalikalong 1697 1810 3507

Jumlah 10.773 11.086 21.859

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tayu II

b. Jumlah KK dan KK miskin

No Nama Desa Jumlah KKJumlah KK

Miskin

Persentase

( % )

1. Pundenrejo 1135 879 42

2. Bulungan 1218 451 37

3. Kedungbang 538 337 63

4. Purwokerto 1246 585 46

5. Bendokaton Kidul 1613 308 19

6. Luwang 655 333 50

16

7. Dororejo 692 198 29

8. Kalikalong 1328 560 42

JUMLAH 8425 3251 38 %

Tabel 2. Jumlah KK dan KK Miskin di Wilayah Kerja Puskesmas Tayu II

c. Data Sasaran

No Nama Desa

Jumlah

Sekola

h

Jumlah

Ponpes

Jumlah

TTU

Jumlah

IMRT

Jumlah

Bayi

Jumlah

Bumil

Jumlah

Anak

Sekolah

SD/MI

1. Pundenrejo 3 - 18 7 58 64 367

2. Bulungan 3 - 15 2 62 62 403

3. Kedungbang 1 - 11 - 29 29 183

4. Purwokerto 5 3 17 23 62 62 354

5.Bendokaton

Kidul1 - 6 4 25 25 177

6. Luwang 7 1 6 1 42 42 337

7. Dororejo 1 - 6 8 43 43 124

8. Kalikalong 4 - 11 4 62 62 353

Jumlah 25 4 90 49 383 389 2298

Tabel 3. Jumlah Sasaran Kerja Puskesmas Tayu II

10. Derajat Kesehatan Masyarakat di Wilayah Puskesmas Tay u II

17

a. Angka Kematian Bayi (nfant Mortality Rate)

Angka kematian bayi adalah banyaknya kematian bayi umur < 1

tahun per 1000 kelahiran hidup pada waktu tertentu. Angka Kematian

Bayi (IMR) tidak hanya disebabkan oleh faktor teknis yang saling

berkaitan antara lain, pelayanan kesehatan, imunisasi, perbaikan gizi

keluarga, perbaikan kesehatan lingkungan, dan peran serta masyarakat,

tetapi dimungkinkan juga disebabkan oleh kurang baiknya sistem

pelacakan dan pencatatan yang ada.

Angka kematian bayi di wilayah Puskesmas Tayu II pada tahun

2009 adalah 9 bayi.

b. Angka kematian Maternal (Maternal Mortality Rate)

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian Ibu karena

sebab-sebab yang berhubungan dengan kehamilan per 100.000

kelahiran hidup dalam wilayah tertentu.

AKI dapat digunakan untuk mengukur besarnya resiko yang

dihadapi selama hamil, bersalin dan masa nifas. Tingginya resiko itu,

berkaitan dengan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan,

khususnya bagi ibu dan anak, tingginya angka kematian ibu

merupakan indikator keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas

pelayanan yang kurang, termasuk pelayanan antenatal dan obstetrik.

Angka kematian ibu nifas di wilayah Puskesmas Tayu II pada tahun

2009 adalah 3 di Desa Dororejo 2 orang dan Desa Bendokaton Kidul

1 orang.

11. Potensi Pembangunan Kesehatan

a. Ketenagaan Puskesmas Tayu II

Sebagai organisasi yang memberikan pelayanan kepada

masyarakat luas di bidang kesehatan, Puskesmas Tayu II yang terdiri

Puskesmas Induk di desa Pundenrejo, Puskesmas Pembantu di desa

Luwang dan Puskesmas Keliling di 5 (lima) desa yaitu Desa

18

Dororejo, Desa Kalikalong, Desa Purwokerto, Desa Kedungbang dan

Bendokaton Kidul. Puskesmas Tayu II memiliki 25 orang sumber

daya manusia yang terdiri dari:

No Jenis Tenaga Jumlah Persen (%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Sarjana (S - 1)

D III

D-I Kebidanan

SPK / SMF / SPRG

SMA / SMEA

SMP

4 orang

12 orang

1 orang

3 orang

3 orang

2 orang

16,0

48,0

4,0

12,0

12,0

8,0

Jumlah 25 orang 100 %

Tabel 4. Jenis dan Jumlah Ttenaga Puskesmas Tayu II

Secara profsional mempunyai relevansi terhadap bidang yang

ditangani dengan Tugas Pokok, Tugas Integrasi dan Tugas Tambahan.

Fungsi Puskesmas yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan yang

berwawasan kesehatan, sebagai pusat pemberdayaan keluarga dan

masyarakat di bidang kesehatan dan sebagai pusat pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab terhadap status

kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya dengan memberikan

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat dengan

mengoptimalkan kerjasama lintas sektor serta pemberdayaan potensi

masyarakat.

Program upaya kesehatan Puskesmas terdiri dari :

1) Upaya Kesehatan Wajib yang terdiri dari 6 jenis upaya yaitu :

a) Upaya Promosi Kesehatan

b) Upaya Kesehatan Lingkungan

c) Upaya KIA dan KB

d) Upaya Kesehatan Gizi

e) Upaya Pemberantasan Penyakit Menular

f) Upaya Pengobatan Dasar

19

2) Upaya Kesehatan Pengembangan

Rencana pelaksanaan kegiatan upaya Kesehatan

pengembangan yang disusun sesuai dengan alokasi yang disetujui

dari pemberi dana (Pemerintah atau sumber lain).

b. Peran Serta Masyarakat di Wilayah Puskesmas Tayu II

Jumlah Kader

posyandu dan

Da`i

Jumlah

Kader,

esling

Jumlah

Kader

diare

Jumlah

Lansia

Jumlah

Battra

Jumlah

Dokter

Kecil

198 8 8 4 18 170

Tabel 5. Peran Masyarakat di Wilayah Puskesmas Tayu II

c. Sarana dan Prasarana Kesehatan

NO DESANAMA

BIDES

DATA SARANA PELAYANAN KESEHATAN

SARANA

PELAYAN

AN

JMLH

POSY

DOK

TER

DOK

GIGI

DOKTER

SPESIALI

S

BIDAN

1. PudenrejoDyah

HardiniPolindes 6 1 5

2 BulunganKhoirunnisa

Putri AyuniPolindes 4 - 1

3 KdungbangIrra Prama

DewiPKD 4 - 1

4 PurwokertoAizzatul

MualamahPKD 6 - 1

5Bendokaton

Kidul

Hernawanti

APKD 3 - 1

6 Luwang Sri Rezeki Pustu 5 - 1

7 DororejoAna Mei

MunaszharPKD 4 - 1

20

8 KalikalongNurlailatul

FitriyahPKD 6 - 2

JUMLAH 38 1 - - 13

Tabel 6. Sarana dan Prasarana Kesehatan di Wilayah Puskesmas Tayu II

12. Data Sumber Daya Manuasia Puskesmas Tayu II

NO NAMA NIP / NRPTTPENDIDIKA

N TERAKHIRJABATAN KET

1. H. Munadi, SKM19610424

198603 1 012

Sarjana

Kesehatan

Masyarakat

Kepala

PuskesmasPNS

2. Dr. Siti Afrohah19740814

200604 2 019

Sarjana

Kedokteran

Dokter

UmumPNS

3.Dr. Zidny

Afrokhul

19860503

201101 1 005

Sarjana

kedokteran

Dokter

UmumPNS

4.Nurbaiti

Wahyuni

19650420

198511 2 003SPK Perawat PNS

5. Muhajir, SH19620607

198703 1 010S-1

Kepala Tata

UsahaPNS

6. Kabul Sutrisno19650125

198703 1 008SMA

Staf Tata

UsahaPNS

7.Bambang

Supriyanto

19670822

198812 1 001SPK Perawat PNS

8. Sukini19690312

1981903 2 007AKBID Bidan PNS

9. Siti Indiyatun19650117

199303 2 003

Sarjana

Kesehatan

Masyarakat

Sanitarian PNS

10. Kaspiah19640328

199201 2 001AKPER Perawat PNS

21

11. Hamidah19691102

199003 2 005SPK Perawat PNS

12. Harni19740822

200604 2 014AKPER Perawat PNS

13 Nur Khamid19570825

198503 1011SMP

Staf Tata

UsahaPNS

14 Ery Puji Lestari19731105

200604 2 007AKBID Bidan PNS

15 Sri Rezeki19790430

200801 2 007AKBID Bidan PNS

16.Siti Nuraeny

Diana Dewi

19771014

200801 2 012SMA

Staf Tata

UsahaPNS

17.Ana Mei

Munaszahar11.4.047.10732 AKBID Bidan Desa PTT

18.Ikie Yhesi

Hutagaluh11.4.048.5118 AKBID Bidan Desa PTT

19.Nurlailatul

Fitriyah11.4.048.16507 AKBID Bidan Desa PTT

20. Dyah Hardini 11.4.023.408 AKBID Bidan Desa PTT

21. Irra Prama Dewi 11.4.023.410 AKBID Bidan Desa PTT

22.Khoirunnisa Putri

Ayuni11.4.048.5123 AKBID Bidan Desa PTT

23.Aizzatul

Mualamah11.4.048.5134 AKBID Bidan Desa PTT

24. Kastari - SMPSopir

PuskesmasKontrak

25. Ngatno - SMPPenjaga

MalamKontrak

26. Wahyu Sejati - SMA Staf Tata Wiyata

22

Usaha Bakti

27. Bawono - SMAStaf Tata

Usaha

Wiyata

Bakti

28. Ngatmiyaningsih -Sarjana

KeperawatanPerawat

Wiyata

Bakti

Tabel 7. Daftar Sumber Daya Manusia Puskesmas Tayu II

13. Denah Lokasi Puskesmas Tayu II

Jalan Tayu – Pati Jalan Tayu – Jepara km.03

Gambar 2. Denah Lokasi Puskesmas Tayu II

14. Peran Puskesmas Tayu II dalam Masyarakat

Puskesmas Tayu II merupakan sarana kesehatan yang terjangkau

tempatnya. Puskesmas Tayu II keberadaannya sangat dibutuhkan oleh

masyarakat karena dalam lingkup masyarakat sekitar berada dibawah

kelas menengah kebawah sehingga masyarakat sangat senang dan sangat

membutuhkan keberadaan Puskesmas Tayu II dengan memberikan

pelayana kesehatan secara gratis. Puskesmas Tayu II juga memberikan

penyuluhan kepada masyaraka yang mempunyai masalah keluarga,

23

Ds

.Bul

unga

n

Ds.

Kes

ambi

UPusk Tayu

ID

s. K

iring

an

Pusk Tayu II

narkoba, kesehatan lingkungan, dan pembinaan kader posyandu setiap

satu bulan sekali, sehingga bukan dari Pusksmas Tayu II saja yang

memberikan pembinaan atau pengertian kepada masyarakat tetapi ibu-ibu

kader posyandu juga memberikan pembinaan kepada masyarakat.

a. Sistem Kerja Internal

Pengolahan Data Pasien Pukesmas Tayu II merupakan salah satu

bagian laporan yang dilaporkan secara rutin dan terperinci setiap

bulannya yang sesuai dengan sub yang ada.

Sistem pengolahan data pasien yang ada di Puskesmas Tayu II

masih menggunakan cara yang sederhana dan manual dimana petugas

yang dari pendaftaran pasien mengambil berkas-berkas pasien yang

banyak dicari satu-persatu setelah itu diserahkan ke poli peyalanan

untuk dilakukan pemeriksaan didalam poli pelayanan petugasnya juga

melakukan pencatatan setelah dilakukan pemeriksaan dengan

pencatatannua juga dilakukan secara manual setelah itu pasien

menerima resep dari dokter dan diserahkan kepada petugas apotek

petugas apotek juga mempunyai tugas untuk mencatat obat apa saja

yang dipakai setiap harinya. Setelah itu semua pencatatan dari loket,

poli pelayanan sampai apotek semua itu direkap dan diserahkan

kepada petugas entry data untuk dilakukan pengolahan data.

24

Pasien datang berobat

Petugas mencatat dan mencari data pasien di family folder

Setelah mengisi data pasien dan membuat lemar obat / resep

Diserahkanke poli pelayanan untuk dilakukan pemeriksaan dan pasien menerima resep

Petugas poli mencatat pasien sakit apa dan diberi obat apa

Petugas apotek mencatat obat apa yang diberikan kepada pasien setiap harinya

Pasien menerima obat

Pasien memberikan resep ke petugas apotek

Untuk gambar skema sistem kerja internal pengolahan data

pasien dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 3. Skema Pengolahan Data Pasien Masuk

Untuk pengolahan data pasien yang dilaporkan setiap bulannya

dimulai dari penerimaan data mulai dari data dari loket, poli pelayanan

dan data dari apotek dan kalau ada yang periksa ke pelayanan

kesehatan ibu dan anak dan dari pelayanan kesehatan desa (PKD) .

Petugas entry merekap data semua dan mengerjakannya setelah jadi

data tersebut terdiri dari data pasien dari semua pos-pos pelayanan, 10

besar penyakit, rekap jumlah kunjungan dan membuat surat tanda

setoran (STS) setelah semua selesai dimintakan tanda tangan kepada

kepala Puskesmas. Laporan tersebut dibuat minimal rangkap tiga

dengan permintaan dari Dinas Kesehatan satu, Badan Pelayanan

Jaminan Kesehatan Daerah (JAKMESDA) dan Badan Pelayanan

Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) dan satu arsip oleh

bagian tata usaha.

25

C. Lokakarya Mini(2)

1. Definisi

Lokakarya Mini adalah suatu bentuk forum pertemuan yang

merupakan penerapan dari manajemen penggerakan pelaksanaan di

Puskesmas.

2. Tujuan

a. Umum

Meningkatkan fungsi Puskesmas melalui penggalangan kerja sama tim

baik lintas program maupun lintas sektor serta terlaksananya kegiatan

Puskesmas sesuai dengan perencanaan.

b. Khusus

1) Tergalangnya kerjasama tim baik lintas program maupun lintas

sektor.

2) Terpantaunya hasil kegiatan Puskesmas sesuai dengan

perencanaan.

3) Teridentifikasinya masalah dan hambatan dalam pelaksanaan

kegiatn Puskesmas.

4) Teridentifikasinya penyebab masalah serta diupayakannya

pemecahan masalah.

5) Tersusunnya rencana kerja untuk periode selanjutnya.

3. Ruang Lingkup

Keberhasilan pembangunan kesehatan memerlukan keterpaduan baik

lintas program maupun lintas sektor. Penyelenggaraan program kesehatan

memerlukan dukungan lintas sektor terkait. Oleh karenanya, Puskesmas

harus melakukan kerjasama dengan lintas sektor agar diperoleh dukungan

dalam pelaksanaan berbagai kegiatannya. Salah satu bentuk upaya

penggalangan dan pemantauan berbagai kegiatan ini adalah melalui

pertemuan, dalam hal ini adalah melalui Lokakarya Mini.

26

Pada dasarnya ruang lingkup lokakarya mini meliputi dua hal pokok,

yaitu:

a. Lintas Program

Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan

perencanaan dan memecahkan masalah yang dihadapai seta

tersusunnya rencana kerja baru. Pertemuan bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kerjsama antar petugas intern Puskesmas, termasuk

Puskesmas Pembantu dan Bidan Desa

2) Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai

dengan perencanaan, yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).

3) Meningkatkan motivasi petugas Puskesmas untuk dapat

melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan (RPK).

4) Mengkaji pelaksanaan rencana kerja (RPK) yang te;ah disusun,

memecahkan masalah yang terjadi dan menyusun upaya

pemecahan dalam bentuk rencana kerja yang baru.

b. Lintas Sektor

Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan

dukungan dari sektor-sktor yang bersangkutan dalam pelaksanaan

pembangunan kesehatan.

Pertemuan dilaksanakan untuk:

1) Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam

membina dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam

bidang kesehatan.

2) Mengkaji hasil kegiatan kerja sama, memecahkan masalah yang

terjadi serta menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana

kerja sama.

D. Pelaksanaan Lokakarya Mini(3)

1. Lokakarya Mini Bulanan

27

a. Gambaran Umum

Proses manajemen perencanaan tidak dapat terlaksanan dengan

baik apabila tidak dilanjutkan dengan pemantauan dan perencanaan

ulang. Tindak lanjut bertujuan untuk menilai sampai seberapa jauh

pencapaian dan hambatan-hambatan yang dijumpai oleh para

pelaksananya pada bulan yang lalau, sekaligus pemantauan rencana

kegiatan Puskesmas, sehingga dapat dibuat perencanaan ulang yang

lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Di samping

itu, kita ketahui bersama bahwa keberhasilan pelaksanaan kegiatan

Puskesmas memerlukan pengorganisasian dan keterpaduan baik lintas

program maupun lintas sektor.

Pengorganisasian dan keterpaduan lintas program, artinya

keterpaduan internal Puskesmas bertujuan agar seluruh petugas

mempunyai rasa memiliki dan meningkatkan motivasi dalam

melaksanakan seluruh kegiatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas.

Tindak lanjut perencanaan adalah mengadakan pengorganisasian

intern Puskesmas dan pemantauan dilaksanakan melalui Lokakarya

Mini Bulanan.

b. Tujuan

1) Tujuan Umum

Terselenggaranya lokakarya bulanan intern Puskesmas dalam

rangka pemantauan hasil kerja petugas Puskesmas dengan cara

membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas

dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan

dari daerah binaan dengan targetnya serta tersusunnya rencana

kerja bulan berikutnya.

2) Tujuan Khusus

a) Diketahuinya hasil kegiatan Puskesmas bulan lalu

b) Disampaikannya hasil rapat dari Kabupaten/Kota, Kecamatan

dan berbagai kebijakan serta program.

28

c) Diketahuinya hambatan/masalah dalam pelaksanaan kegiatan

bulan lalu.

d) Dirumuskannya cara pemecahan masalah.

e) Disusunnya rencana kerja bulan baru.

c. Tahapan Kegiatan

Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas diselenggarakan dalam 2

(dua) tahap, yaitu:

1) Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama

Lokakarya mini bulanan yang pertama merupakan lokakarya

penggalangan tim yang diselenggarakan dalam rangka

pengorganisasian untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan

Puskesmas (RPK).

Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan

penanggung jawab dan pelaksana setiap kegiatan serta untuk

satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja

Puskesmas dilakukan pembagian habis kepada seluruh petugas

Puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan yang

dimilikinya.

Pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang pertama adalah

sebagai berikut:

a) Masukan

i. Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok

tentang peran, tanggung jawab staf, dan kewenangan

Puskesmas.

ii. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru

berkaitan dengan Puskesmas.

iii. Informasi tentang tata cara penyusunan rencana kegiatan

(Plan of Action/POA) Puskesmas.

b) Proses

29

i. Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan

lapangan/daerah binaan.

ii. Analisis beban kerja tiap petugas.

iii. Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab

daerah binaan.

iv. Penyusunan rencana kegiatan (Plan of Action/POA)

Puskesmas tahunana berdasarkan Rencana Pelaksanaan

Kegiatan Puskesmas (RPK).

c) Keluaran

i. Rencana kegiatan (Plan of Action/POA) Puskesmas

tahunan.

ii. Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai

dengan POA.

iii. Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.

2) Lokakarya Mini Bulanan Rutin

Lokakarya mini bulanan Puskesmas ini diselenggarakan

sebagai tindak lanjut dari lokakarya mini bulanan yang pertama.

Lokakarya bulanan rutin ini dilaksanakan untuk memantau

pelaksanaan POA Puskesmas, yang dilakukan setiap bulan secara

teratur.

Penanggung jawab penyelenggaraan lokakarya mini bulanan

adalah Kepala Puskesmas, yang dalam pelaksanaannya dibantu

staf Puskesmas dengan mengadakan rapat kerja seperti biasanya.

Fokus utama lokakarya mini bulanan rutin adalah ditekankan

kepada masalah pentingnya kesinambungan arah dan kegiatan

antara hal-hal yang direncanakan, pelaksanaannya serta hasilnya,

agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut dapat berhasil

guna dan berdayaguna.

Pelaksanaan lokakarya mini bulanan rutin Puskesmas adalah

sebagai berikut:

30

a) Masukan

i. Laporan hasil kegiatan bulan lalu

ii. Informasi tentang hasil rapat di Kabupaten/Kota

iii. Informasi tentang hasil rapat di Kecamatan

iv. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru

b) Proses

i. Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan

mempergunakan PWS

ii. Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan

dengan kepatuhan terhadap standar pelayanan

iii. Merumuskan alternatif pemecahan masalah

c) Keluaran

i. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan

ii. Rencana kerja bulan yang baru

d. Penyelenggaraan Lokakarya Mini Bulanan

Setelah dipahami tujuan dari Lokakarya dan tahapan kegiatan

tersebut di atas, dapat diketahui materi yang akan diberikan/dibahas,

maka selanjutnya untuk dapat menyelenggarakannya perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Pengarah: Kepala Puskesmas

2) Peserta

Seluruh petugas Puskesmas, termasuk petugas Puskesmas

Pembantu dan Bidan di Desa.

3) Waktu

Waktu pelaksanaan lokakarya mini bulanan disesuaikan dengan

kondisi dan situasi Puskesmas serta kesepakatan dengan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Misalnya pada awal bulan atau hari

Sabtu minggu pertama atau hari lain yang dianggap tepat.

Demikian halnya dengan waktu penyelenggaraan diatur oleh

Puskesmas, misalnya diselenggarakan pada jam 10.00 – 15.00.

31

Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa lokakarya mini

bulanan dilaksanakan dengan melibatkan seluruh petugas

Puskesmas, tanpa mengganggu aktivitas pelayanan serta dapat

tercapai tujuan.

4) Acara

Pada dasarnya susunan acara lokakrya mini bulanan bersifat

dinamis, dapat disusun sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan

waktu, dan kondisi Puskesmas setempat. Sebagai contoh susunan

acara lokakarya mini adalah sebagai berikut:

a) Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama disebut juga

Lokakarya Penggalangan Tim

i. Pembukaan

ii. Dinamika kelompok

iii. Pengenalan program baru

iv. POA Puskesmas

v. Analisa beban kerja petugas

vi. Pembagian tugas dan desa binaan

vii. Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru

b) Lokarya Mini Bulanan Rutin

i. Pembukaan

ii. Dinamika kelompok; menumbuhkan motivasi

iii. Pengenalan program baru

iv. Inventarisasi kegiatan bulan lau

v. Analisa pemecahan masalah

vi. Penyusunan kegiatan bulan yang akan datang

vii. Pembagian tugas bulan yang akan datang

viii. Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru

5) Tempat

32

Diupayakan agar lokakarya mini dapat diselenggarakan di

Puskesmas, apabila tidak memungkinkan dapat menggunakan tempat

lain yang lokasinya berdekatan dengan Puskesmas. Ruang yang

dipakai hendaknya cukup untuk menampung semua peserta.

6) Persiapan

Sebelum pertemuan diadakan, perlu persiapan yang meliputi:

a) Pemberitahuan hari, tanggal dan jam.

b) Pengaturan tempat, sebaiknya seperti huruf “U”.

c) Papan tulis, spidol dan kertas lembar balik.

d) Rencana Kerja Harian bulan lalu.

e) Membuat visualisasi hasil pelaksanaan kegiatan bulan lalu

dibandingkan dengan target bulanan per Desa, antara lain

menggunakan PWS.

f) Buku catatan/notulen Rapat Dinas Keshatan dan Rapat Lintas

Sektor/Kecamatan

g) Materi pelajaran dan alat peraga yang digunakan.

h) Formulir Rencana Kerja Bulanan secukupnya.

2. Lokakarya Mini Tribulanan

a. Gambaran Umum

Setelah melaksanakan penggalangan/peningkatan kerjasama

lintas sektoral, sebagai tindak lanjut semangat kerja sama dalam Tim

yang telah ditimbulkan dalam lingkungan sektor-sektor yang

bersangkutan, maka hal ini perlu dipelihara dengan baik. Di samping

itu, keberhasilan pembangunan kesehatan sangat memerlukan

dukungan lintas sektor. Di mana kegiatan masing-masing sektor perlu

dikoordinasikan sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal.

Untuk itu, perlu dilakukan pemantauan pelakasanaan kerjasmaa

lintas sektoral dengan lokakarya mini yang diselenggarakan setiap

33

tribulan disebut dengan lokakarya mini yang diselenggarakan setiap

tribulan disebut dengan lokakarya mini tribulanan.

b. Tujuan

1) Umum

Terselenggaranya lokakarya tribulanan lintas sektoral dalam

rangka mengkasji hasil kegiatan kerja sama lintas sektoral dan

tersusunnya rencana kerja tribulan berikutnya.

2) Khusus

a) Dibahasnya dan dipecahkan secara bersama lintas sektoral

masalah dan hambatan yang dihadapi.

b) Dirumuskannya mekanisme/rencana kerja lintas sektoral yang

baru untuk tribulan yang akan datang.

c. Tahapan Kegiatan Lokakarya Mini Tribulan Lintas Sektoral

Lokakarya mini tribulanan lintas sektor dilaksanakan dalam dua

tahap yaitu:

1) Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama

Lokakarya mini tribulan yang pertama merupakan lokakarya

penggalangan tim yang diselenggarakan adalam rangka

pengorganisasian. Pengorganisasian dilaksanakan untuk dapat

terlaksannya rencana kegiatan sektoral yang terkait dengan

kesehatan.

Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan

penanggung jawab dan pelaksanan setiap kegiatan serta untuk

satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja

kecamatan dilakukan pembagian habis kepada seluruh sektor

terkait , dengan mempertimbangkan kewenangan dan bidang yang

dimilikinya.

Pelaksanaan lokakarya mini tribulanan adalah sebagai

berikut:

34

a) Masukan

i. Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika

kelompok

ii. Informasi tentang program lintas sektor

iii. Informasi tentang program kesehatan

iv. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru

b) Proses

i. Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor

ii. Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sektor

iii. Pembagian peran dan tugas masing-masing sektor

c) Keluaran

i. Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam

mendukung program, kesehatan

ii. Rencana kegiatan masing-masing sektor

2) Lokakarya Mini Tribulan Rutin

Sebagaimana lokakarya bulanan Puskesmas, maka

lokakarya tribulanan lintas sektoral merupakan tindak lanjut dari

lokakarya Penggalangan Kerjasama Lintas Sektoral yang telah

dilakukan dan selanjutnya dilakukan tiap tribulan secara tetap.

Penyelenggaraan dilakukan oleh Camat dan Puskesmas

dibantu sektor terkait di kecamatan. Lokakarya tribulanan lintas

sektoral dilaksankan sebagai berikut:

a) Masukan

i. Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan

dukungan sektor terkait

ii. Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-masing sektor

dalam melaksanakan program kesehatan

iii. Pemberian informasi baru

b) Proses

i. Analisis hambatan dan maslah pelaksanaan program

kesehatan

35

ii. Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-

masing sektor

iii. Merumuskan cara penyelesaian masalah

iv. Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan

tribulan baru

c) Keluaran

i. Rencana kerja tribulan yang baru

ii. Kesepakatan bersama

d. Penyelenggaraan Lokakarya Mini Tribulan Lintas Sektoral

1) Persiapan

Sebelum lokakarya dilaksanakan, perlu diadakan persiapan

yang meliputi:

a) Pendekatan kepada Camat

i. Memimpin lokakarya dengan menjelaskan acaranya.

ii. Mengkoordinasikan sektor-sektor agar menyajikan laporan

kegiatan dan pembinaan.

iii. Mempersiapkan tempat penyelenggaraan lokakarya.

b) Puskesmas melaksanakan:

i. Pembuatan visualisasi hasil-hasil kegiatan dalam bentuk

yang mudah dipahami oleh sektor-sektor lainnya, antara

lain dalam bentuk PWS.

ii. Persiapan alat-alat tulis kantor dan formulir kerja tribulan

lintas sektor.

iii. Persiapan catatan hasil kesepakatan yang lalu dan

instruksi/surat-surat yang berhubungan dengan peran serta

masyarakat yang berkaitan dengan sektor kesehatan.

iv. Penugasan salah seorang staf untuk membuat notulen

lokakarya.

v. Pembuatan surat-surat undangan lokakarya untuk ditanda

tangani camat.

36

2) Peserta

Lokakarya mini tribulanan lintas sektor dipimpin oleh

Camat, adapun peserta lokakarya mini tribulanan adalah sebagai

berikut:

a) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

b) Tim Penggerak PKK Kecamatan

c) Puskesmas di wilayah Kecamatan

d) Staf Kecamatan, antara lain: Sekretaris Camat, unit lain yang

terkait

e) Lintas sektor di kecamatan, antara lain: Pertanian, Agama,

Pendidikan, BKKBN, Sosial

f) Lembaga/organisasi kemasyarakatan, antara lain: TP PKK

Kecamatan, BPP/BPKM/Konsil Kesehatan Kecamatan

(apabila sudah terbentuk)

3) Waktu

Lokakarya mini tribulanan lintas sektor yang pertama

diselenggarakan pada bulan pertama tahun anggaran berjalan.

Sedangkan untuk selanjutnya dilaksanakan setiap tribulan. Adapun

waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan kondisi setempat. Hal

yang perlu dijadikan pertimbangan adalah diupayakan agar

seluruh peserta dapat menghandiri lokakarya. Lokakarya ini

diselenggarakan dalma waktu ±4 jam. Secara umum, jadwal acara

lokakarya mini tribulanan adalah sebagai berikut:

a) Lokakarya Mini Tribulanan yang Pertama

i. Pembukaan

ii. Dinamika kelompok

iii. Kegiatan sektor

iv. Inventarisasi peran bantu sektor

v. Analisa hambatan dan masalah

vi. Pembagian peran dan tanggung jawab sektor

vii. Perumusan rencana kerja

37

viii. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan

b) Lokakarya Mini Tribulanan Rutin

i. Pembukaan

ii. Dinamika kelompok, menumbuhkan motivasi

iii. Kegiatan sektor terkait

iv. Maslaah dan hambatan masing-masing sektor

v. Analisis masalah dan hambatan

vi. Upaya pemecahan masalah

vii. Rencana kerja tribulan mendatang

viii. Kesepakatan pembinaan

ix. Kesepakatan bersama

x. Penutupan

4) Tempat

Tempat penyelenggaraan lokakarya mini tribulanan lintas

sektor adalah di Kecamatan atau tempat lain yang dianggap sesuai.

38

BAB III

PERMASALAHAN

A. Pengamatan Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas Tayu II

Kami mengamati salah satu pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan

Puskesmas Tayu II pada tanggal 7 Desember 2011. Adapun pelaksanaannya

sebagai berikut:

1. Pengarah : Kepala Puskesmas

2. Peserta : Seluruh petugas puskesmas

3. Tanggal : 7 Desember 2011

4. Waktu : Pukul 10.00-13.00 WIB

5. Tempat : Puskesmas Tayu II

6. Acara :

a. Pembukaan oleh Kepala Puskesmas Tayu II

b. Penyampaian informasi dari pihak eksternal Puskesmas (Dinas

Kesehatan Kabupaten Pati) oleh Kepala Puskesmas

c. Pemyampaian evaluasi pelayanan kesehatan oleh Kepala Puskesmas

d. Penyampaian laporan kegiatan oleh pemegang program

e. Penyampaian masalah pelaksanaan kegiatan oleh pemegang program

f. Pembahasan masalah kekosongan bidan desa oleh Kepala Puskesmas

g. Pembahasan ketentuan Jampersal oleh Kepala Puskesmas

h. Laporan keuangan dana BOK oleh pengurus

i. Lain-lain

j. Penutup

B. Hasil Wawancara dengan Komponen yang Berperang Penting dalam

Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas Tayu II

1. Hasil Wawancara dengan Kepala Puskesmas Tayu II

Menurut Kepala Puskesmas, lokakarya mini atau Lokmin adalah

pertemuan yang bertujuan mengevaluasi kegiatan dan program yang telah

39

dijalankan bulan lalu dan merencanakan program dan kegiatan yang akan

dilakukan mendatang. Lokmin idealnya dilakukan tiap awal bulan, namun

terkadang pelaksanaan Lokmin di Puskesmas Tayu II tidak di awal

bulan. Hal tersebut dilakukan karena Kepala Puskesmas menunggu

apakah terdapat informasi dari rapat pimpinan atau dari Dinas Kesehatan

yang akan disampaikan saat Lokmin.

Pelaksanaan Lokmin direncanakan dan diatur tiap bulannya oleh

Kepala Bagian Tata Usaha (Kasubbag TU). Sedangkan Kepala

Puskesmas hanya menyiapkan materi dan informasi penting yang akan

dibicarakan saat Lokmin. Di Puskesmas Tayu II, perencanaan dan

penjadwalan bersifat fleksibel dan dilakukan bersama-sama oleh Kepala

Puskesmas dan Kasubbag TU. Input Lokmin adalah evaluasi dan masalah

dari program-program yang telah dijalankan sedangkan outputnya adalah

pemecahan dari masalah-masalah tersebut.

Pada saat Lokmin, Kepala Puskesmas bertugas sebagai pengarah,

pembina, dan penentu kebijakan. Kepala Puskesmas akan bertanya

mengenai permasalahan setiap program. Jika ada, maka masalah tersebut

akan dimusyawarahkan dan dicari solusinya. Dari solusi-solusi yang

didapat saat Lokmin, keputusan terakhir ada pada Kepala Puskesmas

yang akan menentukan solusi mana yang akan digunakan. Hal tersebut

yang disebut penetuan kebijakan.

Kepala Puskesmas juga bertugas sebagai pengarah dan pembina.

saat Lokmin. Selain program dan kegiatan, juga dibahas hal lain seperti:

kedisiplinan, kinerja, dan ketaatan pegawai puskesmas. Dalam Lokmin,

Kepala Puskesmas mengarahkan dan mebina pegawai agar lebih disiplin

dan meningkatkan kinerjanya

Menurut Kepala Puskesmas, pelaksanaan Lokmin Puskesmas Tayu

II telah berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari: acara

berlangsung tertib tiap bulan, antusiasme peserta, serta aspirasi peserta

yang dinilai bagus dalam pemecahan masalah. Indikator keberhasilan

40

Lokmin dapat dilihat dari keberhasilan solusi yang telah dihasilkan dan

keberhasilan tersebut dinilai pada Lokmin selanjutnya.

Masalah dan hambatan yang sering terjadi saat Lokmin adalah

peserta dan pemegang program sering kurang aktif dalam Lokmin. Hal

tersebut bisa disebabkan karena pemegang program belum siap, belum

melakukan evaluasi pribadi mengenai pelaksanaan programnya, atau

pemegang program kurang paham terhadap program yang menjadi

tanggung jawabnya. Hal tersebut diantisipasi oleh Kepala Puskesmas

dengan mengumumkan dan memerintahkan para pemegang program agar

menyiapkan laporan kegiatannya dan masalah yang dihadapinya selama

menjalankan program sebelum diadakan Lokmin. Pengumuman biasanya

dilakukan saat apel atau rapat.

Menurut Kepala Puskesmas, program-program yang telah dilakukan

di Puskesmas Tayu II semua sudah berjalan dengan baik sesuai dengan

aturan dan dilaporkan dalam laporan kegiatan rutin. Setiap ada masalah

juga selalu dicari pemecahannya bersama-sama saat Lokmin ataupun di

luar Lokmin.

Pemecahan masalah yang diberikan saat Lokmin biasanya bersifat

arahan umum. Pemecahan yang spesifik dan detil itu sulit dilakukan

karena banyaknya program yang dilakukan, serta satu orang dapat

mengampu beberapa program. Jika dibahas semua secara mendetil akan

sangat sulit. Selain itu yang dibahas di Lokmin bukan hanya program,

namun juga informasi dari dinas, penyampaian tentang kedisiplinan,

pelayanan, pembinaan, dan kinerja. Detil pemecahan masalah dilakukan

oleh individu masing-masing pengampu dengan berkoordinasi dengan

Kepala Puskesmas dan petugas lain

Selain Lokmin interprogram, ada juga Lokmin intersektor. Lokmin

intersektor seharusnya diadakan tiap tiga bulan sekali dengan

mengundang sektor lain seperti dari kecamatan, DKK, kades, dan sektor

lain. Namun, di Puskesmas Tayu II, tidak dilakukan Lokmin intersektor.

Hal tersebut karena masalah biaya. Puskesmas belum mempunyai

41

anggaran untuk menyiapkan acara Lokmin intersektor selama ini. Oleh

karena itu, apabila ada materi-materi yang perlu dibicarakan intersektor,

biasanya diselipkan pada program kegiatan lain yang mengundang

intersektor seperti pelatihan kader desa.

2. Hasil Wawancara dengan Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubbag TU)

Puskesmas Tayu II

Peran Kasubbag TU dalam Lokmin adalah membantu Kepala

Puskesmas dalam perencanaan, evaluasi, pemecahan masalah saat

Lokmin. Kasubbag TU juga berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas

merencanakan kegiatan Lokmin tiap bulannya.

Menurut narasumber, Lokmin yang sudah dijalankan selama ini

telah berjalan dengan baik karena sudah adanya koordinasi dan persiapan

dari para peserta Lokmin dan pemegang program, komunikasi yang

berjalan lancar, dan musyawarah yang berlangsung “hidup” karena tiap

peserta Lokmin berpatisipasi aktif dalam memberikan saran dan

aspirasinya.

Lokmin di Puskesmas Tayu II dianggap telah berhasil karena telah

memberikan solusi secara efektif pada banyak masalah di puskesmas Tayu

II. Menurut narasumber, masalah yang dibicarakan di Lokmin tidaklah

semua masalah, namun yang dibicarakan hanya yang penting saja

berdasarkan skala prioritas. Hal tersebut untuk menghemat waktu dan

tenaga. Lokmin tersebut dianggap berhasil apabila solusi yang dihasilkan

dapat memecahkan masalah dari program tersebut. Parameter

keberhasilannya berdasarkan pencapaian target pada bulan berikutnya.

Namun ada masalah yang belum dapat dipecahkan dalam Lokmin

sampai saat ini yaitu banyaknya program dan kurangnya personil sehingga

efektivitas dan efisiensi program kurang maksimal. Hal tersebut

membutuhkan koordinasi intersektor terutama dengan Dinas Kesehatan.

Lokmin intersektor menurut narasumber, sudah sering dilakukan di

Puskesmas Tayu II namun hanya bersifat insidental atau tidak rutin.

42

Hal-hal lain yang sering menjadi masalah dalam Lokmin adalah

belum siapnya laporan kegiatan dari pemegang program. Namun hal

tersebut tidak terlalu mengganggu dan bisa diatasi

Saran untuk Lokmin selanjutnya adalah agar para peserta Lokmin

lebih mempersiapkan materi dan program yang diampunya sebelum

Lokmin diadakan.

3. Hasil Wawancara dengan Pemegang Program

a. Pemegang Program UKS dan Puskesmas Keliling

Program-program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) terbagi

dalam trias program yaitu pendidikan kesehatan, pembinaan

lingkungan sehat, dan pelayanan kesehatan. Contoh-contoh

programnya adalah Penjaringan Kesehatan, imunisasi anak sekolah,

penyuluhan, pelatihan dan lomba dokter kecil, lomba UKS, dan

banyak lainnya

Laporan kegiatan program-program tersebut akan dibahas saat

Lokmin. Oleh karena itu, sebelum Lokmin, disiapkan laporan kegiatan

dan masalah setiap program.

Menurut narasumber, masalah yang sering dihadapi saat

menjalankan program UKS di Puskesmas Tayu II adalah tidak adanya

koordinasi antara petugas UKS sekolah dan petugas UKS puskesmas.

Selain itu UKS adalah program yang seharusnya diurus oleh

intersektor seperti dinas kesehatan, dinas pendidikan, kementerian

dalam negeri, dan kementerian agama. Namun selama ini dianggap

kalau UKS adalah urusan puskesmas saja, sehingga jarang ada kerja

sama intersektor. Bahkan, Pak Camat tidak terlalu mengurusi UKS,

setiap ada pertemuan tidak pernah hadir langsung namun hanya

diwakilkan.

Masalah tersebut sudah dikemukakan saat Lokmin interprogram,

namun sejauh ini belum ada tindak lanjutnya. Seharusnya masalah

43

tersebut diajukan pada Lokmin intersektor, namun selama ini di

puskesmas Tayu II, belum pernah dilakukan Lokmin intersektor.

Menurut narasumber, Lokmin yang selama ini dilakukan sudah

berjalan dengan baik dan para pemegang program sudah melaporkan

kegiatannya. Lokmin juga memberikan manfaat untuk program UKS

sendiri. dari Lokmin tersebut, bisa didapatkan informasi tentang

program baru, arahan untuk menjalankan program, menganggarkan

dana, dan sebagainya.

b. Pemegang Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Pemegang program KIA membawahi para bidan termasuk bidan

desa yang mengampu desa-desa di wilayah kerja Tayu II. Program

yang dilaksanakan KIA antara lain: Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga

Berencana, gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare.

Pada tahun 2011 yang lalu, program-program KIA telah berjalan

lancar, dan telah memenuhi target yang telah ditentukan. Tidak ada

hambatan yang berarti dalam pelaksanaan program karena keaktifan

dari kader dan masyarakat setempat.

Mengenai lokakarya mini di Puskesmas Tayu II, sebelum

pertemuan beliau mempersiapkan laporan kegiatan, dan follow up-nya,

kegiatan apa saja yang masih belum mencapai target sehingga saat

Lokmin dapat dibahas. Monitoring dan evaluasi program bulanan juga

dibahas dalam Lokmin.

Menurut beliau, Lokmin sangat bermanfaat bagi pelaksanaan

program di Puskesmas Tayu II karena dalam pertemuan tersebut

dilakukan evaluasi, pemantauan plaksanaan program, program mana

saja yang belum terlaksana atau belum mencapai sasaran sehingga

harus ditingkatkan.

Pelaksanaan lokakarya mini di Puskesmas Tayu II menurut

beliau sudah baik. Namun, partisipasi dari peserta dirasa masih kurang,

sebagai contoh bidan desa enggan mengungkapkan keluhan-keluhan

44

atau masalah yang terjadi di desa, padahal sudah diberikan kesempatan

oleh ketua Lokmin. Durasi Lokmin sudah cukup, Kepala Puskesmas

sebagai ketua Lokmin sudah cukup baik karena sudah mempersiapkan

bahan rapat dengan seksama dan memberikan kesempatan kepada

peserta untuk menyampaikan aspirasinya.

Sebagai masukan, narasumber menyampaikan hendaknya pada

saat Lokmin selanjutnya, tiap bidan desa ditanya apa

keluhan/hambatan yang mereka hadapi, telepon genggam sebaiknya

dimatikan saat jalannya Lokmin agar tidak mengganggu konsentrasi

peserta.

c. Pemegang Program Imunisasi

Meskipun baru mengampu pemegang program imunisasi,

program imunisasi selama ini dikatakan sudah berjalan baik. Cakupan

imunisasi balita, BIAS, dan ibu hamil sudah baik. Hal ini terkait

dengan baiknya koordinasi dengan bidan desa.

Tidak ada hambatan yang berarti dalam kinerja program

imunisasi selain ketersediaan vaksin. Ketersediaan vaksin sering

menyebabkan tertundanya imunisasi pada balita, contohnya vaksin

BCG dan Hepatitis B Uniject yang sering tidak tersedia.

Mengenai lokakarya mini di Puskesmas Tayu II, sebelum

pertemuan beliau mempersiapkan laporan kegiatan, dan follow up-nya,

kegiatan apa saja yang masih belum mencapai target sehingga saat

Lokmin dapat dibahas. Pelaporan tersebut dikumpulkan dari bidan

desa.

Menurut beliau, Lokmin sangat bermanfaat bagi pelaksanaan

program di Puskesmas Tayu II karena bisa mengevaluasi program

yang kurang baik dalam pelaksanaannya.

Pelaksanaan lokakarya mini di Puskesmas Tayu II menurut

beliau sudah baik. Namun partisipasi peserta terkadang kurang.

Sehingga ada permasalahan yang terkadang belum terbahas.

45

d. Program Gizi dan Puskesmas Pembantu (Pustu)

Pemegang program gizi berkaitan erat dengan program KIA

dalam hal pemantauan status gizi balita. Sedangkan program Pustu

berkaitan dengan pelayanan di masyarakat sekitar.

Selama ini, program yang diampu dinilai sudah berjalan baik.

Pelaporan program gizi dalam Lokmin berkaitan dengan laporan

bidan-bidan desa, serta kebijakan-kebijakan dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Pati sebagai penentu tagret program gizi. Hambatan yang

sering muncul adalah keterlambatan pengumpulan laporan dari bidan

desa.

Sedangkan program Pustu, keberhasilan program didasarkan

pada jumlah pasien yang berobat. Karena jumlah pasien selama ini

sedikit, maka pemegang program lebih giat mensosialisasikan kepada

warga di sekitar Pustu bahwa mereka dapat berobat ke Pustu secara

rutin. Hambatan yang dirasakan adalah dukungan sarana dan prasarana

yang sangat minimal, misalnya tidak adanya sumber listrik, tidak ada

sumber air, serta obat-obatan yang kurang.

Selama ini, pelaksanaan Lokmin sudah baik, dimana Lokmin

mampu memfasilitasi pemaparan program yang diampu, serta

mengetahui permasalahannya.

4. Hasil Wawancara dengan Bidan Desa

Selain melakukan wawancara dengan para pemegang program,

kami juga mewawancarai seorang bidan desa sebagai perwakilan. Dari

wawancara didapatkan hasil sebagai berikut.

Lokakarya mini merupakan suatu pertemuan rutin bulanan yang

diselenggarakan puskesmas berisi pemaparan tentang laporan kegiatan,

evaluasi dan perencanaan untuk program pada bulan selanjutnya. Sebelum

mengikuti Lokmin, yang dipersiapkan oleh bidan yaitu laporan kegiatan

46

bulanan dan hasil pencapaian bulanan, berapa persen dari target yang telah

tercapai. Namun, selama ini para bidan desa belum pernah membaca

panduan penyelenggaraan Lokmin dari Dinas Kesehatan, informasi hanya

didapat secara lisan dari pengarahan kepala Puskesmas. Selama ini,

menurutnya, program yang dilaksanakan di desa binaannya selalu

memenuhi target karena kader posyandu desa tersebut aktif. Selama ini

juga tidak ada masalah yang berarti dalam pelaksanaan program di desa.

Dalam lokakarya mini yang telah dilakukan selama ini, umumnya

dirinya dan bidan desa yang lain cenderung pasif, hanya menyampaiakan

laporan jika ditanya oleh kepala puskesmas. Tidak ada inisiatif dari bidan

untuk menyampaikan informasi maupun masalah yang didapati di desa.

Menurut narasumber, Lokmin yang sudah berjalan selama ini sudah baik,

baik mengenai jalannya acara maupun dari partisipasi peserta. Dalam

Lokmin, telah dibahas mengenai evaluasi program-program yang sudah

dilaksanakan dan perencanaan program selanjutnya. Peran kepala

Puskesmas sebagai moderator juga dikatakan sudah baik. Hanya durasi

Lokmin dirasa terlalu lama terutama jika terdapat perselisihan pendapat

dalam forum tersebut. Tidak ada saran untuk pelaksanaan lokakarya mini

selanjutnya.

C. Analisis Masalah

1. Lokakarya Mini Bulanan

a. Pengetahuan tentang Lokakarya Mini Bulanan

Dari hasil wawancara, dapat diketahui bahwa seluruh

narasumber secara umum telah mengetahui pengertian, maksud, dan

tujuan diadakannya lokakarya mini bulanan. Seluruh narasumber

menyatakan bahwa tujuan utama lokakarya mini bulanan yaitu untuk

menilai sampai seberapa jauh pencapaian dan hambatan-hambatan

yang dijumpai oleh para pelaksananya pada bulan yang lalu, sekaligus

pemantauan rencana kegiatan Puskesmas, sehingga dapat dibuat

47

perencanaan ulang yang lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai. Namun, pengetahuan mengenai teknis pelaksanaan

secara detil, para narasumber belum mengetahui dengan baik. Hal ini

kemungkinan dikarenakan kurangnya sosialisasi mengenai teknis

yang benar dan sesuai degan Buku Panduan Lokakarya Mini

Puskesmas yang dibuat oleh Kementrian Kesehatan.

b. Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan

1) Masukan

Dari hasil pengamatan pelaksanaan lokakarya mini bulanan

pada tanggal 7 Desember, berikut ini analisis kesesuaian teknis

dengan panduan yang ada.

a) Laporan hasil kegiatan bulan lalu

Pada pelaksanaan loka karya mini, laporan kegiatan bulan

lalu sudah disampaikan oleh sebagian pemegang program.

Penyampaian laporan tidak dilakukan secara detil, namun

lebih difokuskan pada masalah yang ada. Berdasarkan hasil

wawancara, seluruh pemegang program sudah menyiapkan

laporan bulanan untuk disampaikan saat Lokmin. Namun

beberapa program mengaku bahwa kurang ada kesempatan

untuk menyampaikan laporan kegiatan bulanan beserta

masalah yang dihadapi. Sedangkan Kepala Puskesmas

menyatakan bahwa kurang tersampaikannya permasalahan

dalam Lokmin disebabkan karena peserta kurang aktif. Hal

yang bertolak belakang ini menunjukkan kurangnya

komunikasi yang efektif antara Kepala Puskesmas sebagai

pemimpin dan pengarah Lokmin dengan peserta. Salah satu

bentuk kurangnya komunikasi dalam Lokmin ini dapat

diketahui dari bentuk pertanyaan tertutup yang diajukan pada

peserta rapat, seperti “Apakah ada masalah untuk pemegang

program dan bidan desa?”, bukan pertanyaan terbuka,

48

misalnya “Bagaimana pencapaian pelaksanaan porgram bulan

lalu?”.

b) Informasi tentang hasil rapat di Kabupaten/Kota dan

Kecamatan

Informasi mengenai hasil rapat di luar Puskesmas sudah

diberikan kepada peserta oleh Kepala Puskesmas. Namun,

Kepala Puskesmas mengaku bahwa hal ini sering

menyebabkan keterlambatan diadakannya Lokmin setiap

bulannya.

c) Informasi tentang kebijakan, program, dan konsep baru

Informasi mengenai kebijakan, program, dan konsep baru

sudah diberikan pada Lokmin, misalnya kebijakan baru

mengenai Jampersal.

2) Proses

a) Analisis hambatan dan masalah

Analisis hambatan dan masalah program kegiatan sudah

dilakukan pada saat Lokmin. Namun, analisis tidak dilakukan

secara mendetil dan komprehensif. Hal tersebut dikarenakan

banyaknya program yang harus dievaluasi tidak sebanding

dengan keterbatasan waktu yang tersedia selama Lokmin.

Analisis masalah ini cenderung dilakukan satu arah dari

pimpinan Lokmin.

b) Merumuskan alternatif pemecahan masalah

Lokmin cenderung tidak memunculkan rumusan

pemecahan masalah yang konkrit. Arahan pemecahan masalah

cenderung satu arah dan hanya secara garis besar. Pemecahan

masalah secara detil diserahkan pada pemegang program

berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas dan petugas lain.

3) Keluaran

a) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan

49

Pada akhir Lokmin, dinilai kurang terjadi kesepakatan

dalam melaksanakan kegiatan. Hal ini kemungkinan

disebabkan minimalnya jumlah sumber daya manusia sehingga

satu orang memegang banyak program. Kesepakatan yang

kurang ini juga kemungkinan disebabkan kurang dinamika

dalam Lokmin, sehingga tidak semua peserta menyampaikan

aspirasi.

b) Rencana kerja bulan yang baru

Rencana kerja bulan baru yang dihasilkan dalam Lokmin

dinilai tidak konkrit. Lokmin tidak menghasilkan matriks yang

jelas mengenai rencana kerja bulan baru yang mengacu pada

analisis yang telah dibahas sebelumnya.

c. Penyelenggaraan Lokakarya Mini Bulanan

Penyelenggaraan Lokmin bulanan secara umum sudah sesuai

dengan panduan yang ada, yaitu dalam hal: pengarah dan peserta.

Kekurangan penyelenggaraan terdapat pada waktu Lokmin, dimana

sering terhambat dikarenakan alasan menunggu hasil rapat eksternal

Puskesmas yang harus disampaikan saat Lokmin. Sedangkan

mengenai acara, susunan acara tidak dipaparkan secara jelas. Hal ini

sangat berpengaruh pada efektivitas waktu yang digunakan dan terkait

dengan sedikitnya output lokmim yang tercapai.

d. Persiapan Loka Karya Mini Bulanan

Persiapan yang sudah dilakukan sesuai dengan ketentuan

diantaranya:

1) Pemberitahuan hari, tanggal dan jam.

2) Rencana Kerja Harian bulan lalu.

3) Membuat visualisasi hasil pelaksanaan kegiatan bulan lalu

dibandingkan dengan target bulanan per Desa, antara lain

menggunakan PWS.

50

4) Buku catatan/notulen Rapat Dinas Keshatan dan Rapat Lintas

Sektor/Kecamatan

5) Materi pelajaran dan alat peraga yang digunakan.

6) Formulir Rencana Kerja Bulanan secukupnya.

Sedangkan persiapan yang belum dilakukan adalah:

1) Pengaturan tempat, sebaiknya seperti huruf “U”.

2) Papan tulis, spidol dan kertas lembar balik.

2. Lokakarya Mini Tribulanan

Lokmin lintas sektor yang seharusnya dilakukan tibulanan tidak

dilaksanakan di Puskesmas Tayu II. Hal ini terkait keterbatasan dana

yang tersedia. Namun demikian, materi yang seharusnya dibahas dalam

Lokmin tribulanan dialihkan pada pertemuan-pertemuan lintas sektor

baik dengan kepala desa maupun perangkat kecamatan. Adapun follow

up hasil koordinasi lintas sektor sulit kami ketahui dengan baik. Salah

satu narasumber mengaku koordinasi lintas sektor kurang, dan menjadi

hambatan dalam pelaksanaan program yang dilakukan.

51

BAB IV

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Dari pemaparan dan analisis masalah yang telah dijelaskan, maka intervensi

yang perlu diberikan adalah memberi penyuluhan mengenai lokakarya mini.

1. Tujuan:

a. Meningkatkan pengetahuan semua karyawan Puskesmas mengenai

lokakarya mini dan perang masing-masing

b. Meningkatkan pengetahuan semua karwayan Puskesmas, terutama

pemegang program dan bidan desa mengenai perlunya mempersiapkan

laporan bulan secara detil saat lokakarya mini

2. Sasaran:

Semua karyawan Puskesmas Tayu II

3. Strategi pelaksanaan:

a. Memberikan informasi mengenai lokakarya mini

b. Memberikan informasi mengenai persiapan yang perlu dilakukan sebelum

lokakarya mini

c. Memberikan informasi mengenai capaian-capaian yang harus diperoleh

dalam lokakarya mini

4. Pengembangan alternatif kegiatan:

a. Memberi contoh susunan acara dan matriks pencatatan hasil lokakarya mini

agar Lokmin berjalan lebih efektif dan tepat sasaran

b. Menyusun dan mensosialisasikan buku panduan lokakarya mini yang mudah dipahami

52

BAB V

PELAKSANAAN

Tempat dan Tanggal Implementasi

Ruang Pertemuan Puskesmas

Tayu II tanggal 8 Februari

2011

Pemaparan dan diskusi mengenai panduan

lokakarya mini.

a. Pengertian lokakarya mini

b. Jenis lokakarya mini

c. Persiapan lokakarya mini

d. Pelaksanaan lokakarya mini

e. Hal penting yang dibahas dalam lokakarya

mini (laporan bulanan, analisis masalah,

pemecahan masalah, kesepakatan kegiatan

bulan berikutnya)

f. Pentingnya dinamika pimpinan dan peserta

dalam lokakarya mini

g. Pembagian booklet panduan lokakarya mini

kepada para pemegang program

Tabel 8. Pelaksanaan Intervensi

53

BAB VI

MONITORING DAN EVALUASI

Tanggal Monitoring Evaluasi

8 Maret 2012 Persiapan laporan bulanan

sebelum Lokmin

Persiapan pelaksanaan

Lokmin

Susunan acara Lokmin

Pelaksanaan pelaporan,

analisis masalah, dan

perumusan pemecahan

masalah saat Lokmin

Dinamika dalam pelaksanaan

Lokmin

Para pemegang program

mempersiapkan laporan

bulanan dan masalah dalam

pelaksanaan program ataupun

kurangnya cakupan

pelaksanaan program

Pelaksanaan Lokmin

terencana dengan baik, dalam

penyediaan sarana dan

prasarana

Susunan acara ditetapkan dan

menjadi panduan sehingga

Lokmin berjalan efektif

Setiap pemegang program

diberi kesempatan

memaparkan laporan bulanan

dan menekankan pada

masalah yang ada.

Terdapat rumusan pemecahan

masalah setiap program dan

dibuat dalam matriks

Dinamika selama Lokmin

bagus, dengan aktifnya semua

peserta.

Tabel 9. Monitoring dan Evaluasi

54

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan tingkat

pertama yang memiliki fungsi sebagai pusat penggerak pembangunan

berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga,

serta sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.

2. Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan

program kegiatannya, untuk itu perlu didukung kemampuan manajemen

yang baik.

3. Lokakarya mini adalah suatu bentuk forum pertemuan yang merupakan

penerapan dari manajemen penggerakan pelaksanaan di Puskesmas.

4. Tujuan Lokmin adalah terselenggaranya lokakarya bulanan intern

Puskesmas dalam rangka pemantauan hasil kerja petugas Puskesmas

dengan cara membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas

dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari

daerah binaan dengan targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan

berikutnya.

5. Masalah dalam pelaksanaan Lokmin bulanan di Puskesmas Tayu II

adalah: pengetahuan detil mengenai panduan Lokmin yang kurang,

analisis dan pemecahan masalah yang tidak terarah dan terinci, kurangnya

kesepakatan pelaksanaan kegiatan selanjutnya, waktu pelaksanaan yang

sering tertunda, persiapan berupa susunan acara tidak terencana dengan

baik, format peserta tidak dalam bentuk “U”, fasilitas pendukung yang

tidak tersedia.

6. Koordinasi lintas sektoral dilakukan pada acara-acara pertemuan

intersektoral yang lain karena Lokmin tribulanan belum terlaksana di

Puskesmas Tayu II.

55

B. Saran

1. Saran untuk Peserta

a. Setiap peserta diharapkan lebih konsentrasi dalam mengikuti

pelaksanaan Lokmin mengingat pentingya untuk kelancaran program

bulanan Puskesmas.

b. Setiap pemegang program diharapkan lebih aktif dalam

menyampaikan hasil kegiatan dan hambatan yang dihadapi.

c. Memberikan umpan balik tentang program yang disampaikan dalam

Lokmin.

d. Setiap pemegang program membuat matriks evaluasi program yang

dibahas dalam Lokmin.

e. Mempelajari kembali panduan lokakarya mini yang dibuat oleh

Kementrian Kesehatan.

2. Saran untuk Pengarah (Kepala Puskesmas)

a. Menumbuhkan motivasi kerja kepada semua pemegang program dan

staf Puskesmas.

b. Menciptakan suasana kondusif dalam pelaksanaan Lokmin agar

tumbuh semangat dan keaktifan peserta dalam hal meningkatkan

kinerja untuk kegiatan mendatang.

c. Membuat susunan acara pelaksanaan Lokmin dengan alokasi waktu

yang jelas sehingga lebih efektif.

d. Meningkatkan fungsi organisasi sebagai pimpinan Lokmin dalam

menggali dan mengarahkan analisis masalah dan pemecahannya secara

detil dan tepat sasaran.

e. Mengarahkan jalannya Lokmin sehingga tercapai kesepakatan yang

jelas antara semua peserta Lokmin mengenai pelaksanaan program

berikutnya dan rencana bulan baru.

f. Mempelajari kembali dan mensosialisasikan panduan lokakarya mini

sesuai pedoman yang dibuat oleh Kementrian Kesehatan.

56

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2011. Perencanaan Tingkat Puskesmas. Pati: Puskesmas Tayu II.

2. Soeparmanto, Sri. 2006. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas. Jakarta:

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI.

57