32
LAPORAN PENDAHULUAN 1. Definisi Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan TIK yang meningkat sehingga terdapat pelebaran ventrikel. 2. Etiologi Hidrocepalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan cerebrofinal tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat subaracnoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal akan menyebabkan hidrocepalus. Beberapa penyebab hidrocepalus :

Lp Hidrocepalus Stase Managematn1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lp

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi

Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid.

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan TIK yang meningkat sehingga terdapat pelebaran ventrikel.

Etiologi

Hidrocepalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan cerebrofinal tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat subaracnoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal akan menyebabkan hidrocepalus.

Beberapa penyebab hidrocepalus :

Kelainan bawaan

Stenosis aquductus sylvi

Spina bivida dan cranium bivida

Sindrom dandy-walker

Kista aracnoid

Infeksi

Perdarahan

Neoplasma

PathofisiologyCSS dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir dari ventrikel lateral ke dalam ventrikel III, dan dari sini melalui aquaductus masuk ke ventrikel IV. Di sana cairan ini memasuki spatium liquor serebrospinalis externum melalui foramen lateralis dan medialis dari ventrikel IV. Pengaliran CSS ke dalam sirkulasi vena sebagian terjadi melalui villi arachnoidea, yang menonjol ke dalam sinus venosus atau ke dalam lacuna laterales; dan sebagian lagi pada tempat keluarnya nervi spinalis, tempat terjadinya peralihan ke dalam plexus venosus yang padat dan ke dalam selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus lymphaticus). Kecepatan pembentukan CSS 0,3-0,4 cc/menit atau antara 0,2- 0,5% volume total per menit dan ada yang menyebut antara 14-38 cc/jam. Sekresi total CSS dalam 24 jam adalah sekitar 500-600cc, sedangkan jumblah total CSS adalah 150 cc, berarti dalam 1 hari terjadi pertukaran atau pembaharuan dari CSS sebanyak 4-5 kali/hari. Pada neonatus jumblah total CSS berkisar 20-50 cc dan akan meningkat sesuai usia sampai mencapai 150 cc pada orang dewasa. Hidrosefalus timbul akibat terjadi ketidak seimbangan antara produksi dengan absorpsi dan gangguan sirkulasi CSS.

Klasifikasi

Hidrocepalus dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu :

Hidrocepalus konginetus

Hidrocepalus konginitus dapat timbul karena adanya malpormasi pada system saraf pusat, seperti karena adanya :

Anomali Arnold-Chiari yangf dapat timbul bersama dengan suatu meningokel atau suatu meningomielokel

Stenosis dari aquduktus silvy

Malpormasi dari dandy-walker. Dandy-walker terdap[at atresi dari voramen luschka dan megendie

Kista-kista subaracnoidal

Aneorisma dari vena cerebri magnagaleni yang menekan pada aquaductus silvy.

Hidrocepalus akuisita, timbul sesudah :

Trauma kapitis

Peradarahan subaracnoidal

Infeksi pada sistem saraf pusat

Normal pressure hydrocepalusormal

Pada pressure hydrocepalus dapat ditemukan :

Reterdasi mental dengan disorientasi dan lupa

Paraparse dan ataksi

Inkontinensia urine

Ventrikel yang melabar denga n tekanan yang normal

Selian itu, hidrocepalus dpat dibagi menjadi :

Hidrocepalus Comunikan

Pada hydrocepalus copalus comunikan terdapat hubungan yang baik diantara ventrikel dengan ruang subaracnoidal di daerah lumbal. Hidrocepalus comunikan dapat disebabkan oleh fleksus koroedeus neonatus yang berkembang berlebihan sehingga lebih banyak cairan yang terbentuk daripada yang direabsorbsi oleh vili subaracnoidalis. Dengan demikian, cairan terkumpul di dalam ventrikel maupun di luar otak sehingga kepala membesar dan otak mengalami kerusakan berat. Selain ituhidrocepalus comunikan juga dapat disebabkan karena reabsorbsi CSF yang mengalami gangguan penumpukan CSF akan menyebabkan pembesaran bertahap pada ventrikel ke 4 yang pada gilirannya akan penekanan destruktif pada jaringan otak sekitarnya karena ventrikel yang membesar maka tekanan di dalamnya bisanya normal atau menurun, walaupun volumenya meningkat. Oleh karena itu, hidrocepalus ini sering disebut dengan hidrocepalus tekanan normal atau tekanan rendah.

B. Hydrocepalus non comunikan

Penyakit ini dinamai hydrocepalus obstruktif yang jelas menunjukkan tidak adanya hubungan ventrikel; dengan ruang subaracnoidal di lumbal. Penyebanya adalah penyempitan pada aquaduktus silvi congenital oleh karena cairan dibentuk oleh fleksus koriodeus dari ke2 dan ventrikel ke3 maka volume ke3 ventrikel tersebut menjadi membesar. Hal ini menyebabkan penekanan otak terhadap tengkorak sehingga otak menjadi tipis.

Suatu cara membedakan hydrocepalus komunikan dengan non komonikan adalah dengan jalan mengukur tekanan likour dalam ventrikulus lateralis dan tekana likour dikantong lumbal secara bersamaan.

5. Menifestasi Klinis

Gambaran klinis pada permulaan adalah pembesaran tengkorak yang disusul oleh gangguan neurologik akibat tekanan likuor yang meningkat yang menyebabkan hipotrofi otak. ( 1, 3, 6 )Hidrosefalus pada bayi (sutura masih terbuka pada umur kurang dari 1 tahun) didapatkan gambaran :

Kepala membesar

Sutura melebar

Fontanella kepala prominen

Mata kearah bawah (sunset phenomena)

Nistagmus horizontal

Perkusi kepala : cracked pot sign atau seperti semangka masak.

Gejala pada anak-anak dan dewasa:

Sakit kepala

Kesadaran menurun

Gelisah

Mual, muntah

Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak

Gangguan perkembangan fisik dan mental

Papil edema; ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut dapat mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.

6. Pemeriksaan dan Diagnosis ( 1, 3, 6 )

Gejala klinis

X Foto kepala, didapatkan

Tulang tipis

Disproporsi kraniofasial

Sutura melebar

Dengan prosedur ini dapat diketahui : a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantil b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult : oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial. Transiluminasi ; penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari batas, frontal 2,5 cm, oksipital 1 cm Pemeriksaan CSS. Dengan cara aseptik melalui punksi ventrikel/ punksi fontanela mayor. Menentukan :

Tekanan

Jumblah sel meningkat, menunjukkan

Adanya keradangan / infeksi

Adanya eritrosit menunjukkan perdarahan

Bila terdapat infeksi, diperiksa dengan Pembiakan kuman dan kepekaan antibiotik. Ventrikulografi ; yaitu dengan cara memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu.7. PenatalaksanaanA. Terapi :Terapi medikamentosa Ditujukan untuk membatasi evolusi

hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus

khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya. Dapat dicoba pada pasien

yang tidak gawat, terutama pada pusatpusat kesehatan dimana sarana

bedah sarf tidak ada. Obat yang sering digunakan adalah:

1. Asetasolamid

Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat ditingkatkan sampai maksimal 1.200 mg/hari

Furosemid

Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6 mg/kgBB/hari Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk operasi.

3. Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)

Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan progresivitas hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan terjadi penurunan tekanan CSS secara intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh vili arakhnoidalis akan lebih mudah. Indikasi : umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama pada hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan subarakhnoid, periventrikular-intraventrikular dan meningitis TBC. 18 Diindikasikan juga pada hidrosefalus komunikan dimana shunt tidak bisa dikerjakan atau kemungkinan akan terjadi herniasi (impending herniation) Cara:

LP dikerjakan dengan memakai jarum ukuran 22, pada interspace L2-3 atau L3-4 dan CSS dibiarkan mengalir dibawah pengaruh gaya gravitasi.

LP dihenti kan jika aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang memakai cara setiap LP CSS dikeluarkan 3-5 ml. Mula-mula LP dilakukan setiap hari, jika CSS yang keluar kurang dari 5 ml, LP diperjarang (2-3 hari).

Dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan CT scan kepala setiap minggu.

LP dihentikan jika ukuran ventrikel menetap pada

pemeriksaan CT scan 3 minggu berturut-turut.

Tindakan ini dianggap gagal jika :

Dilatasi ventrikel menetap

Cortical mantel makin tipis

Pada lokasi lumbal punksi terjadi sikatriks

Dilatasi ventrikel yang progresif

Komplikasi : herniasi transtentorial atau tonsiler infeksi, hipoproteinemia dan gangguan elektrolit.

4. Terapi Operasi

Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan: Mannitol per infus 0,5-2 g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit Third Ventrikulostomi/Ventrikel III Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum, dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar. Operasi pintas/Shunting Ada 2 macam :

Eksternal

CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.

b) Internal

a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.

~ Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor- Kjeldsen)

~ Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.

~ Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior

~ Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus

~ Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum

~Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum Lumbo Peritoneal Shunt CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.

8. Prognosis

Prognosis pada anak tergantung besarnya kecepatan perkembangan hidrocephalus, frekuensi komplikasi dan penyebab hidrocephalus. Sebagai contoh tumot-tumor ganas dapat menyebabkan mortalitas yang tinggi berhubungan dengan faktor-faktor komplikasi yang lain. Pada anak-anak perkembangan dan emosional seperti cemas, neorosis atau gangguan sikap anti sosial. Pada umunya hidrocephalus non infeksi menunjuk prognosis baik sedangkan hidrochepalus biasanya disertai dengan cerebral defect

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

Pengumpulan Data

1. Identitas

Meliputi Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, pendidikan, bangsa / suku, bahasa yang digunakan, alamat, tanggal dan jam MRS.

2. Keluhan Utama

Pada umumnya Kx kepalanya membesar, nyeri kepala, mata besar, kelumpuhan anggota gerak, gangguan perkembangan, dsb.

3. Riwayat Penyakit

a. Riwayat Penyakit sekarang : Menanyakan tentaang keluhan yang dialami kepada keluarga Kx mulai dari kapan terjadi.

b. Riwayat Penyakit Dahulu : Penyakit yang diderita saat kecil seperti batuk, pilek, panas. Pernah dirawat dimana, tindakan apa yang dilakukan, umur berapa saat membesarnya kepala.

c. Riwayat penyakit Keluarga : Tanyakan kepada keluarga Kx tentang didalam keluarga ada yang menderita penyakit yang diderita oleh klien seperti tumor otak atau tifoid kongenital didapatkan dari seseorang ibu hamil yang menderita demam tifoid dan menularkan kepad janin melalui darah.

Riwayat Psikososial

Peran terhadap keluarga akan menurun yang diakibatkan oleh adanya perubahan kesehatan sehingga dapat menimbulkan psikologis klien dengan timbul gejala gejala yang dialami dalam proses penerimaan terhadap penyakitnya.

5. Pola pola Fungsi Kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup

Pada umumnya klien / keluarga apakah keluarga mengerti tentang penyakit / kebiasaan hidup sehat dan dibawa kemana bila sakit.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Pada umumnya klien tidak mengalami gangguan pada pola nutrisinya.

c. Pola eliminasi

Pada klien hidrosephalus tidak mengalami gangguan

d. Pola istirahat dan tidur

Pada umumnya klien Hidrophalus mengalami gangguan waktu tidur karena adanya cairan pada cerebrospinal (pre op) dan pada (Post op) Kx tidak mengalami gangguan pada pola istirahat dan tidur.

e. Pola aktifitas dan latihan

Pada umumnya klien mengalami gangguan dalam melakukan aktifitas.

f. Pola Persepsi dan konsep diri

Biasanya disebabkan karena klien mengalami gangguan dalam cara menerima gambaran dirinya.

g. Pola sensori dan kognitif

Pada umumnya klien daya penglihatan mengalami gangguan karena adanya cairan yang menumpuk pada otak. Sehingga terjadi pembsaran pada kepala, sedangkan pendengaran, penciuman, perabaan dan kognitif (daya pikir) tidak mengalami gangguan.

6. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Biasanya pada klien Hydrosephalus fontanella cembung, pyupil oedem, mata selalu melihat kebawah.

Pernafasan terganggu, sesak nafas, GCS, kecerdasan menurun (IQ < 70).

b. Palpasi

- Biasanya turgor kulit menurun.

- Membran mukosa kering.

- Vena terlihat jelas.

- Pada kepala kulit tipis mengkilat.

c. Auskultasi

- Biasanya Bradikardi / nadi meningkat.

- Tekanan darah naik.

d. Perkusi

- Pada klien Hydrosephalus apabila dilakukan perkusi perut tidak ada pantulan gelombang cairan

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian

Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboratorium untuk memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien. Dari wawancara akan diperoleh informasi tentang biodata, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan atau penyakit di masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pola aktifitas sehari-hari, dan riwayat psikososial.

a. Keadaan Umum

Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, dan tingkat kesadaran

kualitatif atau GCS.

b. Tanda-tanda Vital

Meliputi pemeriksaan:

Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis.

Pulse rate meningkat/menurun tergantung dari mekanisme kompensasi, sistem konduksi jantung & pengaruh sistem saraf otonom.

Respiratory rate

Suhuc. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi Tampak adanya pembesaran kepala. Lingkar kepala dapat mencapai 45 cm. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Kulit kepala tampak licin/mengkilap. Adanya fenomena sun-set sign Tampak adanya hiperrefleksi ekstremitas Adanya tanda-tanda paraparesis spastic dengan reflex tendon lutut/Achilles yang meningkat serta dengan Babinski yang positif kanan dan kiri.

Perkusi Perkusi pada bagian dibelakang tempat pertemuan os frontale dan os temporal, maka dapat timbul resonnansi seperti bunyi kendi retak (cracked pot resonance). Tanda ini dinamakan Macewen`s sign.

Palpasi Sutura teraba melebar dan belum menutup

d. Pemeriksaan DiagnostikFoto RontgenFoto rotgen memperlihatkan kepala yang membesar dengan sutura dan fontanel yang masih terbuka. Tulang-tulang kepala tampak sangat tipis. Bila fosa crania posterior tampak kecil dibandingkan fossa crania medial dan anterior maka mungkin hidrocefalus tersebut ditimbulkan oleh suatu stenosis akuaduktus sylvii.

e. Pemeriksaan CT ScanMemperlihatkan susunan ventrikel yang membesar secara simetris.

Fungsi ventrikel kadang digunakan untuk menukur tekanan intra kranial menghilangkan cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk pengulangan pengaliran)

EEG : untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik

Transluminasi : Untuk mengetahui apakah adanya kelainan dalam kepala

MRI : ( Magnetik resonance imaging ) : memberi informasi mengenai stuktur otak tanpa kena radiasiPada hidrosefalus didapatkan :Tanda-tanda awal:1. Mata juling 2. Sakit kepala3. Lekas marah4. Lesu 5. Menangis jika digendong dan diam bila berbaring6. Mual dan muntah yang proyektil7. Melihat kembar8. Ataksia9. Perkembangan yang berlangsung lambat10. Pupil edema11. Respon pupil terhadap cahaya lambat dan tidak sama12. Biasanya diikuti: perubahan tingkat kesadaran, opistotonus dan spastik pada ekstremitas bawah13. Kesulitan dalam pemberian makanan dan menelan14. Gangguan cardio pulmoner

Tanda-tanda selanjutnya:1. Nyeri kepala diikuti dengan muntah-muntah2. Pupil edema3. Strabismus4. Peningkatan tekanan darah5. Denyut nadi lambat 6. Gangguan respirasi7. Kejang8. Letargi9. Muntah10. Tanda-tanda ekstrapiramidal/ataksia11. Lekas marah12. Lesu13. Apatis14. Kebingungan15. Kebutaaan

Diagnosa keperawatan

Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan hidrocefalus antara lain :Diagnosa keperawatan pre-op1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial ditandai dengan gangguan aliran darah ke otak.2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial akibat hidrocefalus ditandai dengan pasien mengeluh nyeri kepala, pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak melindungi area yang sakit dan tamapk berhati-hati saat menggerakkan kepalanya.3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah sekunder akibat kompresi serebral dan iritabilitas.4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan ekstremitas bawah akibat hidrocefalus ditandai dengan opistotonus dan spastic ekstremitas bawah, keterbatasan dalam bergerak. 5. Risiko cedera berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menyangga kepala yang besar dan rasa tegang pada leher. 6. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan kemampuan untuk menggerakan kepala sekunder akibat ukuran kepala yang tidak normal.

Diagnosa keperawatan post-op1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder akibat tindakan operasi ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, tampak meringis dan berhati-hati saat bergerak.2. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya jalur invasif akibat pemasangan VP shunt. 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit dan perawatan pasca operasi.

Rencana keperawatanPre op1) Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial ditandai dengan gangguan aliran darah ke otak.TujuanSetelah diberikan askep diharapkan perfusi jaringan serebral adekuat, dengan out come : Tingkat kesadaran membaik (GCS: E4 M6 V5). Tidak kaku kuduk. Tidak terjadi kejang. TD dalam batas normal (bayi 85/54 mmHg, toddler 95/65 mmHg, sekolah 105-165 mmHg, remaja 110/65 mmHg). Tidak terjadi muntah progresif Tidak sakit kepala GDA normal( > 95%)

Intervensia) Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai indikasi setelah dlakukan pungsi lumbal.Rasional : Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya risiko herniasi batang otak yang memerlukan tindakan medis segera.b) Pantau/catat status neurologis, seperti GCS. Rasional : Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi, penyebaran/luasnya dan perkembangan dari kerusakan serebral.c) Pantau frekuensi/irama jantung dan denyut jantung.Rasional : Perubahan pada frekuensi,disritmia dan denyut jantung dapat terjadi, yang mencerminkan trauma batang otak pada tidak adanya penyakit jantung yang mendasari.d) Pantau pernapasan, catat pola, irama pernapasan dan frekuensi pernapsan.Rasional : Tipe dari pola pernapasan merupakan tanda yang berat dari adanya peningkatan TIK/daerah serebral yang terkena.e) Tinggikan kepala tempat tidur sekitar 15-45 derajat sesuai indikasi. Jaga kepala pasien tetap berada pada posisi netral.Rasional : Peningkatan aliran vena dari kepala akan menurunkan TIK.f) Pantau GDA. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.Rasional : Terjadinya asidosis dapat menghambat masuknya oksigen pada tingkat sel yang memperburuk iskemia serebral.g) Berikan obat sesuai indikasi seperti : Steroid ;deksametason, metilprednison (medrol).Rasional : Dapat menurunkan permeabilitas kapiler untuk membatasi pembentukan edema serebral, dapat juga menurunkan risiko terjadinya fenomena rebound ketika menggunakan manitol.

2) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial akibat hidrocefalus ditandai dengan pasien mengeluh nyeri kepala, pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak melindungi area yang sakit.Tujuan Setelah dilaksakan asuhan keperawatan diharapkan nyeri dada klien hilang dengan kriteria hasil: pasien mengatakan nyeri kepala berkurang atau hilang (skala nyeri 0), dan tampak rileks, tidak meringis kesakitan, nadi normal dan RR normal.

Intervensi :1. Kaji pengalaman nyeri pada anak, minta anak menunjukkan area yang sakit dan menentukan peringkat nyeri dengan skala nyeri 0-5 (0 = tidak nyeri, 5 = nyeri sekali)Rasional : Membantu dalam mengevaluasi rasa nyeri.

2. Bantu anak mengatasi nyeri seperti dengan memberikan pujian kepada anak untuk ketahanan dan memperlihatkan bahwa nyeri telah ditangani dengan baik. Rasional : Pujian yang diberikan akan meningkatkan kepercayaan diri anak untuk mengatasi nyeri dan kontinuitas anak untuk terus berusaha menangani nyerinya dengan baik.3. Pantau dan catat TTV.Rasional : Perubahan TTV dapat menunjukkan trauma batang otak.4. Jelaskan kepada orang tua bahwa anak dapat menangis lebih keras bila mereka ada, tetapi kehadiran mereka itu penting untuk meningkatkan kepercayaan.Rasional : Pemahaman orang tua mengenai pentingnya kehadiran, kapan anak harus didampingi atau tidak, berperan penting dalam menngkatkan kepercayaan anak.5. Gunakan teknik distraksi seperti dengan bercerita tentang dongeng menggunakan boneka.Rasional : Teknik ini akan membantu mengalihkan perhatian anak dari rasa nyeri yang dirasakan.

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan muntah sekunder akibat kompresi serebral dan iritabilitas.Tujuan : Setelah dilaksakan asuhan keperawatan diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan kriteria hasil : tidak terjadi penurunan berat badan sebesar 10% dari berat awal, tidak adanya mual-muntah.Intervensi :a) Pertahankan kebersihan mulut dengan baik sebelum dan sesudah mengunyah makanan. Rasional : Mulut yang tidak bersih dapat mempengaruhi rasa makanan dan meninbulkan mual.b) Tawarkan makanan porsi kecil tetapi sering untuk mengurangi perasaan tegang pada lambung.Rasional : Makan dalam porsi kecil tetapi sering dapat mengurangi beban saluran pencernaan. Saluran pencernaan ini dapat mengalami gangguan akibat hidrocefalus. c) Atur agar mendapatkan nutrien yang berprotein/ kalori yang disajikan pada saat individu ingin makan.Rasional : Agar asupan nutrisi dan kalori klien adeakuat.d) Timbang berat badan pasien saat ia bangun dari tidur dan setelah berkemih pertama.Rasional : Menimbang berat badan saat baru bangun dan setelah berkemih untuk mengetahui berat badan mula-mula sebelum mendapatkan nutriente) Konsultasikan dengan ahli gizi mengenai kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat.Rasional : Konsultasi ini dilakukan agar klien mendapatkan nutrisi sesuai indikasi dan kebutuhan kalorinya..

4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan ekstremitas bawah akibat hidrocefalus ditandai dengan opistotonus dan spastic ekstremitas bawah, keterbatasan dalam bergerak. Tujuan :Setelah dilaksakan asuhan keperawatan diharapkan hambatan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil: Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi umum Mandiri :a) Hindari berbaring atau duduk dalam posisi yang sama dalam waktu lama.Rasional : Berbaring atau duduk dalam posisi yang sama dalam waktu lama dapat meningkatkan kekakuan otot dan menimbulkan risiko dekubitus.b) Ajarkan latihan rentang gerak aktif pada anggota gerak yang sehat sedikitnya 4x sehari.Rasional : Untuk merelaksasikan otot agar imobilitas fisik perlahan-lahan dapat teratasic) Lakukan mandi air hangat.Rasional : Mandi air hangat dapat mengurangi kekakuan tubuh pada pagi hari dan memperbaiki mobilitasd) Anjurkan untuk ambulasi, dengan atau tanpa alat bantu.Rasional : Untuk melatih otot agar terbiasa untuk mobilisasie) Lakukan pengukuran kekuatan otot.Rasional : Untuk mengkaji sejauhmana kemampuan otot pasien.

5) Risiko cedera berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menyangga kepala yang besar dan rasa tegang pada leher.Tujuan : Setelah dilaksakan asuhan keperawatan diharapkan cidera tidak terjadi dengan kriteria hasil : Tidak ada luka Pasien tidak terjatuhIntervensi :a) Orientasikan anak pada kondisi di sekelilingnya. Rasional : Mengetahui kondisi sekeliling membantu mencegah terjadinya cidera.b) Diskusikan dengan orang tua perlunya pemantauan konstan terhadap anak kecil.Rasional : Anak yang hidrocefalus dapat mengalami kebingungan dan penurunan kesadaran. Oleh karen itu, orang tua perlu melakukan pemantauan yang dilakukan secara terus-menerus untuk mengantisipasi hal-hal buruk yang mengenai anak. c) Lakukan kewaspadaan keamanan pada anak yang bingung.Rasional : Kewaspadaan dapat menghindarkan anak dari kemungkinan mengalami cidera. d) Gunakan tempat tidur rendah, dengan pagar yang terpasang Rasional : Penggunaan tempat tidur yang rendah dengan pagar terpasang dapat menghindari terjatuhnya anak dari tempat tidur.e) Gunakan matras pada lantaiRasional : Mencegah anak mengalami cidera dan mengantisipasi kemungkinan anak terjatuh ke lantai.

6) Risiko kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan kerusakan kemampuan untuk menggerakan kepala sekunder akibat ukuran kepala yang tidak normal.Tujuan : Setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama diharapkan kerusakan integritas kulit tidak terjadi dengan kriteria hasil : Tidak ada lesi, eritema, pruritus, abrasi ( lecet ) Tidak adanya Gangguan jaringan epidermis dan dermisIntervensi :a) Dorong latihan rentang gerak dan mobilitas kepala, bila memungkinkan. Rasional : Latihan menggerakkan kepala mencegak penekanan pada area tertentu yang dapat mengakibatkan kerusakan integritas kulit.b) Ubah posisi atau instruksikan anak untuk berbalik dan menggerakkan kepala.Rasional : Membantu mengurangi tekanan pada hanya pada area tertentu saja.c) Amati adanya eritema dan kepucatan, dan lakukan palpasi untuk mengetahui adanya area yang hangat dan jaringan seperti spon pada setiap perubahan posisi.Rasional : Eritema, kepucatan dapat mengindikasikan adanya kerusakan integritas kulit.

Post opDiagnosa Tujuan Intervensi Rasional1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder akibat tindakan operasi ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, tampak meringis dan berhati-hati saat bergerak. Setelah dilaksakan asuhan keperawatan diharapkan nyeri yang dirasakan klien hilang dengan kriteria hasil: pasien mengatakan nyeri kepala berkurang atau hilang (skala nyeri 0), dan tampak rileks, tidak meringis kesakitan, nadi normal dan RR normal.

Tujuan Intervensi :a) Kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien, minta anak menunjukkan area yang sakit dan menentukan peringkat nyeri dengan skala nyeri 0-5 (0 = tidak nyeri, 5 = nyeri sekali)Rasional : Membantu dalam mengevaluasi rasa nyeri.b) Bantu anak mengatasi nyeri seperti dengan memberikan pujian kepada anak untuk ketahanan dan memperlihatkan bahwa nyeri telah ditangani dengan baik. Rasional : Pujian yang diberikan akan meningkatkan kepercayaan diri anak untuk mengatasi nyeri dan kontinuitas anak untuk terus berusaha menangani nyerinya dengan baik.c) Pantau dan catat TTV.Rasional : Perubahan TTV dapat menunjukkan trauma batang otak.d) Jelaskan kepada orang tua bahwa anak dapat menangis lebih keras bila mereka ada, tetapi kehadiran mereka itu penting untuk meningkatkan kepercayaan.Rasional : Pemahaman orang tua mengenai pentingnya kehadiran, kapan anak harus didampingi atau tidak, berperan penting dalam menngkatkan kepercayaan anak.e) Gunakan teknik distraksi seperti dengan bercerita tentang dongeng menggunakan boneka.Rasional : Teknik ini akan membantu mengalihkan perhatian anak dari rasa nyeri yang dirasakan.f) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik. Rasional : pemberian analgetik dapat membantu menghilangkan rasa nyeri.

2) Risiko infeksi berhubungan dengan adanya jalur invasif akibat pemasangan VP shunt.Tujuan : Setelah diberi asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi/ adanya gejala gejala infeksi dengan kriteria hasil : Tidak demam, tidak adanya kemerahan, tidak adanya bengkak, dan tidak adanya penurunan fungsi. Tidak ada nyeri setempatIntervensi :a. Dorong teknik mencuci tangan dengan baikRasional : Mencegah infeksi nosokomial saat perawatan.b. Bersihkan daerah pemasangan VP shunt secara berkalaRasional : mencegah infeksi dengan mencegah pertumbuhan bakteri di daerah pemasangan.c. Kaji kondisi luka pasienRasional : Mengetahui apakah terjadinya tanda-tanda infeksi d. Berikan antibiotik sesuai dengan indikasiRasional : Pemberian antibiotik dapat mecegah terjadinya infeksi.

3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit dan perawatan pasca operasi. Tujuan : Setelah diberi asuhan keperawatan diharapkan pasien mengetahui tentang penyakit yang dialami dan memahami tentang perawatan pasca operasi dengan kriteria hasil : Pasien dan keluarga memahami tentang penyakit Pasien menunjukan perubahan prilakuIntervensi :a. Tentukan tingkat pengetahuan pasien dan kemampuan untuk berperan serta dalam proses rehabilitasiRasional : mempengaruhi pilihan terhadap intervensi yang akan dilakukanb. Jelaskan kembali mengenai penyakit yang diderita pasien dan perlunya pengobatan atau penanganan.Rasional : memberikan kesempatan untuk mengklrifikasi kesalahan persepsi.c. Anjurkan untuk mengungkapkan apa yang dialami, bersosialisasi dan meningkatkan kemandiriannya.Rasional : meningkatkan kembali pada perasaan normal dan perkembangan hidupnya pada situasi yang ada.d. Bekerja dengan orang terdekat untuk menentukan peralatan yang diperlukan dalam rumah sebelum pasien pulang.Rasional : jika pasien dapat kembali kerumah, perawatan dapat difasilitasi dengan alat bantu.4. EvaluasiEvaluasi merupakan penilaian dari implementasi yang dilakukan. Pre-opDx Intervensi1. Tercapainya perfusi jaringan serebral adekuat, tingkat kesadaran normal (GCS: E4 M6 V5), tidak kaku kuduk, tidak terjadi kejang dan TD dalam batas normal (bayi 85/54 mmHg, toddler 95/65 mmHg, sekolah 105-165 mmHg, remaja 110/65 mmHg).2. Nyeri berkurang, hilang, atau dapat dikontrol serta tampak rileks dan tidur/istirahat dengan baik, skala nyeri 0, dan tampak rileks, tidak meringis kesakitan, nadi normal dan RR normal

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi, tidak terjadi penurunan berat badan sebesar 10% dari berat awal, tidak adanya mual-muntah.

4. Tercapainya mobilitas secara mandiri, tercapainya peningkatan kekuatan dan fungsi umum5. Cidera tidak terjadi. Tidak ada lukadan. Pasien tidak terjatuh

6. Kerusakan integritas kulit tidak terjadi. Tidak ada lesi, eritema, pruritus, abrasi ( lecet ). Tidak adanya gangguan jaringan epidermis dan dermis

Post-opDx Intervensi1. Nyeri berkurang, hilang, atau dapat dikontrol serta tampak rileks dan tidur/istirahat dengan baik, skala nyeri 0, dan tampak rileks, tidak meringis kesakitan, nadi normal dan RR normal 2. Infeksi tidak terjadi dan tanda-tanda infeksi tidak ada. Tidak demam, tidak adanya kemerahan, tidak adanya bengkak, dan tidak adanya penurunan fungsi.3. Pasien mengetahui tentang penyakit yang dialami dan memahami tentang perawatan pasca operasi. Pasien dan keluarga memahami tentang penyakit. Pasien menunjukan perubahan prilaku.

DAFTAR PUSTAKA

Rudolph AM, dkk. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Edisi 20. Volume 3. Jakarta: EGC, 2006. Hal 2053-57

. http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/07/hydrocephalus.html Silbernagl S, Lang F. Color atlas of pathophysiology. New York: Thieme; 2000. Hal 356-7http://askep-udin.blogspot.com/2010/03/asuhan-keperawatan-hidrosefalus-by.htmhttp://askepkoe.blogspot.com/2011/06/hidrosefalus.html