19
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN “KUSTA” A. KONSEP DASAR I. PENGERTIAN Kusta (Lepra atau Morbus Hansen) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Leprae (M. Leprae). (Arief Masyor, 1999). Kusta adalah penyakit infeksi yang kronik penyebabnya ialah Mycobacterium leprae yang intra seluler obligant saraf perifer sebagai afinitas pertama lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. (Andhi Djuanda, 1999 : 71). II. KLASIFIKASI PENDERITA KUSTA Klasifikasi PB dan MB menurut Depkes RI, 1999 Kelainan kulit dan hasil pemeriksaan bakteriologis Tipe PB Tipe MB 1. Bercak (Makula) A. Jumlah B. Ukuran C. Distribusi D. Permukaan E. Batas F. Gangguan sensibilitas 1 – 5 Kecil dan besar Unilateran atau bilateral asimetris Kering dan kasar Tegas Selalu ada dan Banyak Kecil Bilateral, simetris Halus, berkilat Kurang tegas Biasanya tidak jelas, jika tidak

Lp Keluarga Kusta 2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lp Keluarga Kusta 2

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN “KUSTA”

A. KONSEP DASAR

I. PENGERTIAN

Kusta (Lepra atau Morbus Hansen) adalah penyakit kronis yang

disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Leprae (M. Leprae). (Arief Masyor,

1999).

Kusta adalah penyakit infeksi yang kronik penyebabnya ialah

Mycobacterium leprae yang intra seluler obligant saraf perifer sebagai

afinitas pertama lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas

kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. (Andhi Djuanda,

1999 : 71).

II. KLASIFIKASI PENDERITA KUSTA

Klasifikasi PB dan MB menurut Depkes RI, 1999

Kelainan kulit dan hasil

pemeriksaan bakteriologis

Tipe PB Tipe MB

1. Bercak (Makula)

A. Jumlah

B. Ukuran

C. Distribusi

D. Permukaan

E. Batas

F. Gangguan

sensibilitas

G. Kehilangan

kemampuan

berkeringat, bulu

rontok pada bercak

2. Infiltrat

A. Kulit

B. Membrana mukosa

(hidung tersumbat

1 – 5

Kecil dan besar

Unilateran atau

bilateral asimetris

Kering dan kasar

Tegas

Selalu ada dan jelas

Bercak tidak

berkeringat, ada bulu

rontok pada bercak.

Tidak ada

Tidak pernah ada

Banyak

Kecil

Bilateral, simetris

Halus, berkilat

Kurang tegas

Biasanya tidak jelas, jika

tidak terjadi pada yang

sudah lanjut

Bercak masih

berkeringat, bulu tidak

rontok

Ada kadang ada tidak

Kadang ada

Page 2: Lp Keluarga Kusta 2

pendarahan di

hidung)

3. Nodulus

4. Penebalan syaraf

5. Deformatis (cacat)

6. Sediaan apus

7. Ciri-ciri khusus

Tidak ada

Lebih sering terjadi

dini asimetris

Biasanya asimetris

terjadi dini

BTA negatif (-)

Central healing

penyembuhan ditengah

Kadang ada

Terjadi pada yang lanjut

biasanya lebih dari satu

dan simetris

Terjadi pada stadium

lanjut

BTA positif (+)

Punched out lesion (lesi

seperti kue dona),

nadarosis, ginekomastia,

hidung pelana, suara

sengau

Klasifikasi PB dan MB menurut WHO (1995)

Tipe PB Tipe MB

1. Lesi kulit

2. Kerusakan syaraf

(menyebabkan

hilangnya sensasi /

kelemahan otot yang

dipersarafi oleh saraf

yang terkena).

- 1 – 5 lesi

- Hipopingmentasi /

eritema

- Distribusi tidak

simetris

- Hilangnya sensasi

yang jelas

- Hanya satu cabang

saraf

- > 5 lesi

- Distribusi lebih

simetris

- Hilangnya sensasi

- Banyak cabang saraf

III. ETIOLOGI

M. Leprae merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat obligat

intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa

nafas bagian atas, hati dan sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat. Masa

Page 3: Lp Keluarga Kusta 2

Mycobacterium leprae

Berpredileksi di daerah tubuh yang relatif lebih dingin (hidung, cuping telingga, kaki)

Granuloma penuh basil yang menyeluruh

Tubuh kehilangan respon imun seluler

Bakterioskopis

membelah diri M. Leprae 12 – 21 hari dan masa tunasnya antara 40 hari – 40

tahun.

IV. PATOFISIOLOGI

V. GEJALA KLINIS

1.) Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas. Lesi kulit dapat

tinggal atau multipel, biasnya hipopigmentasi tetapi kadang-kadang lesi

Pausi basiler- Asimetris- Batas jelas- Hipopigmentasi- Kering - Anestesis- Gangguan lebih dini dan

menonjol

Multi basiler- Simetris- Tidak jelas- Eritematus- Mengkilat- Hipoestesi- Pada stadium akhir gambaran anastesis

pada sarung tangan dan kaos kaki

Keluhan fisik Keluhan psikologis

Ketidak sanggupan mengenal adanya penyakit kusta

Ketidakmampuan merawat anggota keluarga penderita kusta

Ketidak sanggupan mengambil keputusan cara dan tindakan terhadap penyakit kusta yang tepat

Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan

Ketidak mampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat untuk memelihara kesehatan

Gambaran klinis Histopatologi

Page 4: Lp Keluarga Kusta 2

kemerahan atau berwarna tembaga. Lesi dapat bervariasi tetapi umumnya

berupa makula, papul atau modul.

2.) Penebalan saraf tepi yang juga terjadi disertai gangguan fungsi saraf

berupa mati rasa.

3.) BTA positif

Pada beberapa kasus ditemykan hasil basil tanah asam dari kerokan

jaringan kulit. Bila ragu-ragu maka dianggap sebagai kasus dicurigai dan

diperiksa ulang setiap 3 bulan sampai ditegakkan diagnosis kusta atau

penyakit lain.

VI. PEMERIKSAAN KLINIS

A. Infeksi. Px diminta memejamkan mata, menggerakkan mulut, bersiul

dan tertawa untuk mengetahui fungsi saraf wajah.

B. Pemeriksaan sensibilitas pada lesi kulit dengan menggunkan kapas

(rasa raba). Jarum pentul yang tajam dan tumpul (rasa nyeri), serta air

panas dan dingin dalam tabung reaksi (rasa suhu).

C. Pemeriksaan fungsi saraf otonom yaitu memeriksa ada tidaknya

kekeringan pada lesi akibat tidak berfungsinya kelenjar keringat dengan

menggunakan pensil tinta (Uji Gunawan).

PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI

1. Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif.

2. Pemeriksaan bakteriologis dilakukan dengan pewarnaan tahan asam

yaitu Zieal Neelsen atau Kinyoun – Gabett.

3. Cara menghitung BTA dalam lapangan mikroskop ada 3 metode yaitu

cara zig-zag, huruf z dan setengah / seperempat lingkaran.

VII. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama program penatalaksanaan kasus kusta adalah

menyembuhkan Px kusta dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan

mata rantai penularan dari Px kusta terutama tipe yang menular kepada

orang lain untuk menurunkan insidens penyakit.

Program Multi Drug Therapy (MDT) dengan kombinasi rifampisin,

klofadimin dan DDS (Dietil Diamino Sulfat) dimulai tahun 1981. Program

ini bertujuan untuk mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat,

mengurangi ketidaktaatan Px, menurunkan angak putus obat dan

mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan.

Page 5: Lp Keluarga Kusta 2

VIII. KOMPLIKASI

Cacat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada Px kusta baik

akibat kerusakan fungsi saraf tepi maupun karena neuritis sewaktu terjadi

reaksi kusta.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Keluarga pada penderita

“Kusta” meliputi beberapa Tahap

A. TAHAP PENGKAJIAN

Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1.) Nama kepala keluarga (KK)

2.) Alamat dan telfon

3.) Pekerjaan kepala keluarga

4.) Pendidikan kepala keluarga

5.) Komposisi keluarga

No Nama JKHub dng

KKUmur Pendidikan Status Imunisasi Ket

BCG Polio DPTHepa

titis

Camp

ak

6.) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut .

7.) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa tersebut berkait dengan kesehatan.

8.) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang

dapat mempengaruhi kesehatan.

9.) Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari

kepala keluarga maupun anggota keluarga yang lain. Kebutuhan-

kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga, barang-barang yang

dimiliki keluarga.

10.) Aktifitas rekreasi keluarga

Page 6: Lp Keluarga Kusta 2

- Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat pergi bersama-sama untuk

mengunjungi tempat rekreasi.

- Nonton TV.

RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

11.) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari

keluarga inti

12.) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh

keluarga, serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum

terpenuhi.

13.) Riwayat keluarga inti (tinggal dalam satu rumah)

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing

anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status

imunisasi), sumber Yankes yang biasa digunakan keluarga serta

pengalaman-pengalaman terhadap Yankes.

14.) Riwayat keluarga sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami

dan istri.

PEMERIKSAAN LINGKUNGAN

15.) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe

rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,

peletakan perabotan rumah tangga, jenis septik tank, jarak septik tank

dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah

rumah.

16.) Karakteristik tetangga dan komunitas RW menjelaskan mengenai

karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat yang meliputi

kebiasaan, lingkungan fisik, aturan / kesepakatan penduduk setempat,

budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

17.) Mobilisasi geografis keluarga

Mobilisasi geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga

berpindah tempat.

Page 7: Lp Keluarga Kusta 2

18.) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan

mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta

perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga interaksinya

dengan masyarakat.

19.) Sistem penduduk keluarga

- Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah

anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki

keluarga untuk menunjang kesehatan.

- Fisik, psikis atau dukungan dari anggota keluarga.

- Sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

STRUKTUR KELUARGA

20.) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

21.) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi

orang lain untuk merubah perilaku.

22.) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara

formal maupun informal.

23.) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang

berhubungan dengan kesehatan.

FUNGSI KELUARGA

24.) Fungsi efektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap

anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota

keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai.

25.) Fungsi sosialisasi

Page 8: Lp Keluarga Kusta 2

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi / hubungan dalam keluarga

sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan

perilaku.

26.) Fungsi perawatan kesehatan

- Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit,

sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.

- Kesanggupan keluarga melaksakan 5 tugas kesehatan.

HAL-HAL YANG DIKAJI SEJAUH MAN KELUARGA MELAKUKAN

PEMENUHAN TUGAS PERAWATAN KELUARGA adalah :

A. Untuk mengetahui pengetahuan keluarga mengenal masyarakat

kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui

mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian,

tanda dan gejala, faktor penyebab dan mempengaruhinya serta persepsi

keluarga terhadap masyarakat.

B. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai

tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah :

- Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan

luasnya masalah.

- Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.

- Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masyarakat yang dialami.

- Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit.

- Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah

kesehatan.

- Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.

- Apakah keluarga kurang mempercayai terhadap tenaga kesehatan.

- Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan

dalam mengatasi masalah.

C. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit, yang perlu dikaji adalah :

- Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakit (sifat,

penyebaran, komplikasi, prognosa dan cara perawatannya).

- Sejauh mana keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan

perawatan yang dibutuhkan.

- Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang

diperlukan untuk perawatan.

Page 9: Lp Keluarga Kusta 2

- Sejauh mana keluarga mengetahui tentang sumber-sumber yang ada

dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber

keuangan / finansial, fasilitas fisik, psiko sosial).

- Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.

D. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara

lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah :

- Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang

dimiliki.

- Sejauh mana keluarga melihat keuntungan / manfaat pemeliharaan

lingkungan.

- Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi.

- Sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit.

- Sejauh mana sikap / pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi.

- Sejauh mana kekompakan antara anggota keluarga.

E. Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan dimasyarakat yang perlu dikaji adalah

- Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan.

- Sejauh mana keluarga memahami keuntungan-keuntungan yang

diperoleh fasilitas kesehatan.

- Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan

fasilitas kesehatan.

- Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap

petugas kesehatan.

- Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

27.) Fungsi reproduksi

A. Berapa jumlah anak

B. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga.

C. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan

jumlah anggota keluarga.

28.) Fungsi ekonomi

A. Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan

papan.

B. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada

dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.

STRES DAN KOPING KELUARGA

29.) Stressor jangka pendek dan panjang

Page 10: Lp Keluarga Kusta 2

A. Stressor jangka pendenk adalah stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu 6 bulan.

B. Stressor jangka panjang adalah stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

30.) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor hal yang

perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi /

stressor.

31.) Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila mengalami

permasalahan.

32.) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan

keluarga bila menghadapi masalah.

PEMERIKSAAN FISIK

- Memeriksa fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.

- Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan

pemeriksaan fisik di klinik.

HARAPAN KELUARGA

Pada akhirnya pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap

petugas yang ada.

MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH

Setelah data dianalisa selanjutnya menentukan prioritas masalah. Dalam

menentukan prioitas kesehatan keluarga digunakan sistem skoring sebagai

berikut :

Tabel sistem skoring prioritas masalah

KRITERIA NILAI BOBOT

1. Sifat masalah

Skala : - Ancaman kesehatan

- Tidak / kurang sehat

- Kritis

2. Kemungkinan masalah dapat

diubah

Skala : - Mudah

2

3

1

2

1

1

2

Page 11: Lp Keluarga Kusta 2

- Hanya sebagian

- Tidak dapat

3. Potensial masalah untuk dicegah

Skala : - Tinggi

- Sedang

- Rendah

4. Menonjolnya masalah

Skala : - Masalah berat harus segera

ditangani

- Ada masalah tapi tidak perlu

segera ditangani

- Masalah tidak dirasakan

0

3

2

1

2

1

0

1

1

Skoring :

1. Tentukan skor setiap kriteria

2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

3. Jumlah skor untuk semua kriteria

4. Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa keperawatan keluarga dapat dilakukan dengan cara pengscoringan.

C. PENYUSUNAN PERENCANAAN

Perencanaan disusun menyusun prioritas penerapan tujuan mentifikasi

sumber daya keluarga dan menyeleksi intervensi keperawatan.

D. PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

Perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan memobilisasi sumber-

sumber data yang ada dikeluarga masyarakat dan pemerintah.

E. EVALUASI

Pada tahap evaluasi perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan yang

sudah dilaksanakan

Page 12: Lp Keluarga Kusta 2

DAFTAR PUSTAKA

- Adhi Djuanda, Dr, dkk, 1999, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga.

- Masyoer. A, (1999), Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2, Media

Ausculapius FKUI, Jakarta.

- Buku Panduan Pelaksanaan Program P2 Kusta Bagi Petugas Unit Pelayanan

Kesehatan (2002).

- Suprajitno, S.Kp, 2004, Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek,

EGC, Jakarta

Page 13: Lp Keluarga Kusta 2

AKAD E M I P E R AW ATA N

UN IVERS ITAS M U H A M M A D IYA H SUR ABA

YA

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA An. L DENGAN

DIAGNOSA MEDIS “KUSTA” DI PUSKESMAS SIDOTOPO

SURABAYA

OLEH :

LUTFIAH

02.110.038

AKADEMI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2005