23
PENGARUH TOPIKAL MADU RAMBUTAN TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA EKSISI PADA KULIT TIKUS DIBANDINGKAN POVIDON IODINE 10% ARTIKEL PENELITIAN Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani Oleh Rani Silmi Zulafa 4111091008 UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI FAKULTAS KEDOKTERAN

Madu Rambutan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

madu rambutan

Citation preview

Page 1: Madu Rambutan

PENGARUH TOPIKAL MADU RAMBUTAN TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA EKSISI PADA KULIT

TIKUS DIBANDINGKAN POVIDON IODINE 10%

ARTIKEL PENELITIAN

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Jenderal Achmad Yani

Oleh Rani Silmi Zulafa

4111091008

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERCIMAHI

2013

Page 2: Madu Rambutan

PENGARUH TOPIKAL MADU RAMBUTAN TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA EKSISI PADA KULIT TIKUS DIBANDINGKAN POVIDON IODINE 10%

Rani Silmi Zulafa1, Euis Reni Yuslianti,2 Hendrarto Dirdjoatmodjo.3

1Fakultas Kedokteran Unjani Cimahi, 2,3 Bagian Biokimia dan Biologi Molekular Fakultas Kedokteran Unjani Cimahi

Madu rambutan merupakan salah satu bahan alami yang diketahui dapat membantu penyembuhan luka karena mempunyai efek antioksidan, antiinflamasi, antibakteri, dan debridement. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh topikal madu rambutan terhadap penyembuhan luka eksisi pada kulit tikus dibandingkan povidon iodine 10%.

Bentuk penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Subjek penelitian menggunakan 27 ekor tikus jantan galur Wistar. Semua tikus dilukai dengan menggunakan gunting bedah pada bagian punggung, kemudian dibagi atas 3 kelompok yaitu kelompok kontrol, tikus dengan luka eksisi yang hanya ditutup dengan kassa, kelompok madu rambutan, diberi olesan madu rambutan sebanyak 2 ml dan ditutup kassa, serta kelompok povidon iodine, diberi olesan povidon iodine 10% sebanyak 2 ml dan ditutup kassa. Luka diamati pada hari ke-3, 7 dan 14. Kemudian pada hari ke-14 dilakukan pengukuran kadar malondialdehide dengan menggunakan metode TBARs. Penelitian dilakukan selama 21 hari sampai luka pada tikus sembuh dan tumbuh bulu. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan Post Hoc Mann-Whitney.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pemberian topikal madu rambutan dapat membantu proses penyembuhan pada luka eksisi. Persentase penyembuhan berbeda secara signifikan pada hari ke-3 dan hari ke-7, serta dapat menyembuhkan luka lebih cepat dari kelompok lain yaitu dengan rata-rata lama penyembuhan selama 17,6 hari, sedangkan hasil perbandingan kadar malondialdehide pada seluruh kelompok tidak ada penurunan yang signifikan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian topikal madu rambutan dapat membantu penyembuhan luka eksisi tetapi tidak mempengaruhi kadar malondialdehide.

Kata kunci : Madu rambutan, povidon iodine, luka eksisi

PENDAHULUAN

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan tersebut dapat

disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti trauma benda tajam atau tumpul, perubahan

suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, gigitan hewan, maupun kontak panas. Luka sering

terjadi pada manusia, jika luka tidak segera ditangani, akan menyebabkan perdarahan, bahkan

infeksi. Organ yang paling sering mengalami luka adalah kulit, karena letaknya yang berada

1

Page 3: Madu Rambutan

pada lapisan paling luar tubuh yang berfungsi sebagai barier atau pelindung dari lingkungan luar

tubuh seperti panas, dingin, zat kimia, dll. Kulit merupakan organ yang sangat penting, jika

terdapat kerusakan, maka kulit akan kehilangan fungsinya.1,2

Luka merupakan salah satu proses yang mencetuskan adanya peradangan dalam hal ini

termasuk luka eksisi, yang dapat menghasilkan radikal superoksida atau radikal bebas yang

dihasilkan oleh fagosit. Radikal bebas dalam jumlah berlebih akan mengakibatkan stress

oksidatif yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi biologi seperti homeostasis ion, aktivitas

enzim, integrasi membran, bahkan kerusakan atau kematian sel yang dapat mengganggu atau

memperlambat proses penyembuhan luka. Oleh karena itu, sangat penting untuk

mengembalikan fungsinya sesegera mungkin dari kerusakan.3

Dewasa ini telah marak penggunaan herbal atau pengobatan alami dalam membantu

proses penyembuhan penyakit, karena minimalnya efek samping yang ditimbulkan

dibandingkan dengan penggunaan obat- obatan kimiawi. Salah satu bahan alami yang sering

digunakan dalam pengobatan luka adalah madu. 4

Madu adalah makanan manis berupa cairan kental yang dihasilkan oleh serangga

terutama lebah yang berasal dari nektar, yaitu cairan yang kaya akan gula yang dihasilkan oleh

bagian bunga dan tumbuhan. Madu mengandung senyawa organik yang telah teridentifikasi

antara lain seperti polyphenol, flavonoid, dan glikosida yang berfungsi sebagai antioksidan,

selain itu madu juga mengandung berbagai jenis enzim, yaitu glukosa oksidase dan invertase

yang membantu proses pengolahan sukrosa untuk diolah menjadi glukosa dan fruktosa agar

menjadi lebih mudah untuk dicerna, serta enzim amilase, katalase, dan lipase. Madu juga

mengandung gula, asam amino, mineral dan vitamin, yang terbukti meningkatkan proliferasi sel

dan sintesis hydroxyproline di jaringan granulasi yang baru terbentuk, dan diketahui

mengandung hidrogen peroksida tingkat rendah yang ditemukan untuk merangsang proliferasi

fibroblas dan angiogenesis.3,5,6,7,8

2

Page 4: Madu Rambutan

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Asterina dan Vega menunjukkan madu memiliki

efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan E. coli. Penelitian lain memperlihatkan

bahwa efek antibakteri dari suatu madu karena adanya zat methyl glioxyl (MGO). Madu juga

dipercaya berperan sebagai antiinflamasi (antiperadangan) karena terkait dengan kandungan

antioksidan yang dimilikinya, selain itu Fanny telah meneliti bahwa madu rambutan dapat

menurunkan kadar MDA plasma dibandingkan dengan madu kelengkeng.7,9,10,11

BAHAN DAN METODE

Bentuk penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Subjek penelitian menggunakan 27

ekor tikus jantan galur Wistar. Semua tikus dilukai dengan menggunakan gunting bedah pada

bagian punggung, kemudian dibagi atas 3 kelompok yaitu kelompok kontrol, tikus dengan luka

eksisi yang hanya ditutup dengan kassa, kelompok madu rambutan, diberi olesan madu

rambutan sebanyak 2 ml dan ditutup kassa, serta kelompok povidon iodine, diberi olesan

povidon iodine 10% sebanyak 2 ml dan ditutup kassa. Luka diamati pada hari ke-3, 7 dan 14.

Kemudian pada hari ke-14 dilakukan pengukuran kadar malondialdehide dengan menggunakan

metode TBARs. Penelitian dilakukan selama 21 hari sampai luka pada tikus sembuh dan

tumbuh bulu. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik Kruskal-Wallis dilanjutkan

dengan Post Hoc Mann-Whitney.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Topikal Madu Rambutan terhadap Penyembuhan Luka Eksisi pada Kulit Tikus

Dibandingkan Povidon Iodine 10%.

Pengamatan Luka Eksisi Hari Ke-0

Pada saat penelitian, dilakukan pengamatan pada luka eksisi pada 27 tikus percobaan

untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pada luka eksisi yang diberi madu rambutan

3

Page 5: Madu Rambutan

dibandingkan dengan povidon iodine 10%. Berikut ini adalah gambar pada kulit tikus setelah

dilakukan luka eksisi pada bagian punggung.

Gambar 1. Kulit tikus setelah dilakukan eksisi pada hari ke-0.

Gambar tersebut menunjukkan bahwa seluruh luka pada masing-masing tikus dilukai

dengan ukuran dan kedalaman yang sama yaitu dengan panjang dan lebar masing masing 1cm

x 1cm dengan membuang bagian kulit tikus yaitu epidermis dan dermis yang kedalamannya

mencapai kurang lebih 2 mm. Pada gambar tersebut tampak luka dengan sisa perdarahan

segar. Luka tersebut mengalami fase yang pertama yaitu fase inflamasi. Fase inflamasi

berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira- kira hari kelima. Pada gambar tersebut belum

tampak adanya kemerahan, pembengkakan, karena luka masih baru saja dilukai.

Pengamatan Luka Eksisi Hari Ke-3

Luka eksisi pada hari ke-3 menunjukkan luka yang diberi povidon menimbulkan warna

gelap atau kehitaman pada luka selain itu tampak kemerahan pada bagian tepi dan terdapat

edema atau pembengkakan. Sedangkan luka eksisi pada kelompok kontrol tampak kemerahan

dan sedikit membengkak pada luka, dibandingkan dengan luka pada kelompok madu rambutan.

Selain itu, luka yang diberi madu rambutan mempunyai permukaan luka yang lebih halus dan

lebih kecil ukurannya dibandingkan dengan kelompok yang lain, seperti yang terlihat pada

gambar berikut ini.

4

Page 6: Madu Rambutan

a b c

Gambar 2. Luka eksisi pada hari ke-3 a.kelompok povidon iodine, b. kelompok madu rambutan c. kelompok kontrol.

Hal tersebut sesuai dengan tanda-tanda pada fase penyembuhan luka yang pertama yaitu

fase inflamasi yang terjadi pada saat segera setelah luka sampai hari kelima. Pada saat cedera,

jaringan terganggu dan terjadi kerusakan pembuluh darah akibatnya terjadi pelepasan lokal sel-

sel darah dan elemen darah lainnya, contohnya yaitu trombosit dengan melepaskan faktor

pembekuan, PDGF dan TGF-ß untuk memulai proses perbaikan sehingga terbentuk bekuan.

Bekuan darah di dalam lumen pembuluh darah mengakibatkan hemostasis, sedangkan bekuan

darah di lokasi luka membentuk provisional matrix (PM) guna migrasi sel. Fase ini didominasi

trombosit yang langsung membekukan luka baru melalui jalur koagulasi intrinsik dan ekstrinsik.

Trombosit melepaskan sejumlah faktor kemotaksis yang menarik trombosit lain, leukosit, dan

fibroblas ke lokasi luka. Fase inflamasi dilanjutkan oleh leukosit yang masuk ke lokasi luka,

khususnya neutrofil dan makrofag yang berperan menghilangkan debris melalui fagositosis dan

membunuh bakteri serta scavenging debris selular. Fase inflamasi dibagi dalam komponen yang

saling berhubungan erat, yaitu pelepasan dan agregasi trombosit, proses koagulasi dan

inflamasi, dan pengerahan leukosit.

Adanya sejumlah faktor kemotaksis yang menarik trombosit lain, leukosit, dan fibroblas ke

lokasi luka dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang meningkatkan

permeabilitas kapiler menyebabkan terjadinya eksudasi cairan, penyerbukan sel radang, disertai

5

Page 7: Madu Rambutan

vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan. Seperti yang terlihat pada

gambar diatas terdapat tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna

kemerahan karena kapiler melebar (rubor), dan pembengkakan (tumor). Fase ini disebut juga

fase lambat karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh

fibrin yang amat lemah.16,17,18,

Tetapi pada luka eksisi yang diberi madu rambutan, sedikit tampak kemerahan pada

bagian luka dan tidak ada pembengkakan yang berarti sesuai dengan teori bahwa madu

berperan sebagai antiiinflamasi. Selain itu, rata–rata luka eksisi yang diberi madu rambutan

lebih kering dibandingkan dengan kelompok kontrol maupun povidon iodine, karena sesuai

dengan fungsinya yang memberikan efek debridement, dan bersifat osmotik, madu dapat

menyerap cairan yang ada pada luka sehingga membuat luka menjadi kering.4,5

Pengamatan Luka Eksisi Hari Ke-7

Luka eksisi pada hari ke-7 tampak semakin mengecil dibandingkan dengan luka eksisi

pada hari ke-3. Luka eksisi pada hari ke-7 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

a b c

Gambar 3. Luka eksisi pada hari ke-7 a.kelompok povidon iodine, b. kelompok madu rambutan c. kelompok kontrol.

Gambar di atas menunjukkan luas luka eksisi yang semakin mengecil baik dari kelompok

povidon iodine, madu rambutan, maupun kontrol. Pada hari ke-7 ini merupakan fase terjadinya

6

Page 8: Madu Rambutan

proliferasi yang ditandai dengan proses angiogenesis, pembentukan jaringan granulasi,

kontraksi luka dan proses epitelisasi. Pada jaringan granulasi awal, faktor pertumbuhan PDGF

yang dikeluarkan dari degranulasi trombosit juga berperan dalam proliferasi fibroblas. Selama

pembentukan jaringan granulasi, fibroblas mensintesis tumpukan kolagen untuk mengisi

jaringan yang hilang akibat luka dan sebagai tempat kapiler yang baru terbentuk. Proses migrasi

hanya bisa terjadi kearah yang lebih rendah atau datar, sebab epitel tidak dapat bermigrasi

ketempat yang lebih tinggi. Fibroblas tersebut terbentuk bermigrasi ke bagian antara tepi luka

sepanjang helaian serat fibrin. Sehingga penyembuhan luka tampak mengecil atau sembuh

mulai dari tepi luka. Madu diketahui mengandung gula, asam amino, mineral dan vitamin, yang

dapat meningkatkan proliferasi sel dan sintesis hydroxyproline di jaringan granulasi yang baru

terbentuk. 1, 16,17,18,

Pengamatan Luka Eksisi Hari Ke-14

Penyembuhan luka eksisi di hari ke-14 ini sudah memasuki fase remodeling atau fase

akhir dari penyembuhan luka. Sel epitel yang pertumbuhannya di pengaruhi oleh EGF

(Epidermal Growth Factor) yang dihasilkan fibroblas dan keratinosit, kemudian berproliferasi di

bagian permukaan bekas luka dan epidermis membentuk stratifikasi seperti normal kembali.

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa luka eksisi pada kelompok madu rambutan lebih kecil dari

pada kelompok povidon iodine maupun kontrol. Pada fase ini terjadi proses pematangan yang

terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi

dan perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Peristiwa dan komponen matriks

ekstraselular utama yang terjadi pada fase ini adalah fibronektin dan komponen yang

berhubungan, asam hialuronik dan proteoglikan, kolagen, kontraksi dan kemunculan

miofibroblas. Miofibroblas berperan penting dalam proses kontraksi. Miofibroblas adalah

fibroblas pada luka yang mengalami perubahan, mengekspresikan aktin otot polos dan

menyerupai otot polos. Mekanisme ini diatur oleh TGF-β1. Fase ini dapat dinyatakan berakhir

7

Page 9: Madu Rambutan

jika semua tanda radang sudah lenyap. Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi

matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya

mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang

pucat, tipis seperti yang tampak pada gambar. Luka eksisi pada tikus di hari ke-14 dapat dilihat

sebagai berikut.1,15,17,18

a b c

Gambar 4. Luka eksisi pada hari ke-14 a.kelompok povidon iodine, b. kelompok madu rambutan c. kelompok kontrol.

Hasil Analisis Statistik

Uji Kruskal-Wallis

Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa persentase penyembuhan luka pada hari ke-3

dan ke-7 mempunyai perbedaan yang signifikan. Karena nilai signifikansi persentase

penyembuhan luka pada hari ke-3 dan ke-7 <0,05. Sedangkan untuk persentase penyembuhan

luka pada hari ke-14 tidak signifikan karena nilai signifikansi >0,05. Dengan kata lain,

persentase penyembuhan luka eksisi pada luka tikus signifikan pada jari ke-3 dan ke-7. Hal

tersebut mungkin terjadi karena pada hari ke-3 dan 7 proses yang paling dominan terjadi adalah

proses inflamasi dan proliferasi fibroblas.

Pada proses inflamasi terdapat sejumlah faktor kemotaksis yang menarik trombosit lain,

leukosit, dan fibroblas ke lokasi luka dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin

yang meningkatkan permeabilitas kapiler menyebabkan terjadinya eksudasi cairan,

8

Page 10: Madu Rambutan

penyerbukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan

pembengkakan. Tanda dan gejala klinik reaksi radang berupa warna kemerahan karena kapiler

melebar (rubor), suhu hangat (kalor), dan pembengkakan (tumor). Peran madu dalam fase ini

adalah sebagai antiinflamasi yang meredakan gejala klinik reaksi radang tersebut. Sehingga

proses penyembuhan yang terjadi pada hari ke-3 mengalami perubahan yang signifikan.

Selama pembentukan jaringan granulasi, fibroblas mensintesis tumpukan kolagen untuk

mengisi jaringan yang hilang akibat luka dan sebagai tempat kapiler yang baru terbentuk. Epitel

tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan

luka, kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi hanya bisa

terjadi kearah yang lebih rendah atau datar, sebab epitel tak dapat bermigrasi ketempat yang

lebih tinggi. Fibroblas tersebut terbentuk bermigrasi ke bagian antara tepi luka sepanjang

helaian serat fibrin. Sehingga penyembuhan luka tampak mengecil atau sembuh mulai dari tepi

luka, dan madu rambutan mempunyai fungsi mengandung gula,asam amino, mineral dan

vitamin, yang terbukti meningkatkan proliferasi sel dan sintesis hydroxyproline di jaringan

granulasi yang baru terbentuk, juga diketahui mengandung hidrogen peroksida tingkat rendah

yang ditemukan, untuk merangsang proliferasi fibroblas dan angiogenesis, sehingga proses

penyembuhan yang terjadi pada hari ke-7 juga terjadi perubahan yang signifikan.1, 16,17,18,3,29

Uji analisis Post Hoc Mann-Whitney

Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat 3 data yang signifikan. Persentase

penyembuhan luka pada hari ke-3 menunjukkan signifikansi antara kelompok povidon iodine

dan madu rambutan, sedangkan persentase penyembuhan luka hari ke-7 menunjukkan

kelompok kontrol dan madu rambutan, serta kelompok povidon iodine dan madu rambutan

menunjukkan perbedaan yang signifikan, tetapi pada hari ke-14 semua kelompok tidak

signifikan.

9

Page 11: Madu Rambutan

Perbedaan Pengaruh Topikal Madu Rambutan terhadap Penyembuhan Luka Eksisi pada

Kulit Tikus Dibandingkan Povidon Iodine 10%.

Perbedaan Rata-Rata Persentase Penyembuhan Luka

Persentase penyembuhan luka pada sampel percobaan diukur pada hari ke 3, 7 dan 14

sesuai dengan fase-fase penyembuhan luka seperti yang digambarkan pada Gambar 4.5 yang

menunjukkan rata-rata persentase penyembuhan luka pada masing-masing kelompok

percobaan. Pada hari ke-3 kelompok kontrol mempunyai persentase penyembuhan luka

sebesar 1,5%, pada kelompok madu rambutan sebesar 2,4%, dan kelompok povidon iodine

sebesar 0.3%. Dengan kata lain, pada hari ke-3 kelompok madu rambutan mempunyai

persentase penyembuhan luka paling besar. Pada hari ke-7 rata-rata persentase penyembuhan

luka pada kelompok kontrol sebesar 3%, pada kelompok madu rambutan sebesar 6,5%, dan

pada kelompok povidon iodine sebesar 1,5%. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada hari ke-7

rata-rata persentase penyembuhan luka madu rambutan lebih besar dari pada kelompok kontrol

dan madu rambutan. Sama halnya pada hari ke-14 mempunyai persentase penyembuhan luka

paling besar dibandingkan kelompok yang lain yaitu rata-rata sebesar 6,7%, dengan rata-rata

persentase penyembuhan luka kelompok kontrol sebesar 4,3%, dan persentase penyembuhan

luka kelompok povidon iodine 3,5% seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5. Grafik rata-rata persentase penyembuhan luka.

10

Page 12: Madu Rambutan

Perbedaan Waktu Penyembuhan antara Pemberian Topikal Madu Rambutan terhadap

Penyembuhan Luka Eksisi pada Kulit Tikus Dibandingkan Povidon Iodine 10%.

Lama penyembuhan pada penelitian ini dilihat sampai luka menutup sempurna dan

tumbuh bulu kembali dengan waktu terlama kurang lebih 21 hari. Gambar 4.9 menunjukkan

bahwa lama penyembuhan luka eksisi pada kelompok kontrol rata-rata selama 19 hari,

sedangkan pada kelompok madu rambutan selama 17,6 hari, dan pada kelompok povidon

iodine selama 18,1 hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok madu rambutan adalah

kelompok tercepat dalam penyembuhan luka eksisi dibandingkan dengan kelompok kontrol,

maupun povidon iodine. Nilai rata-rata lama penyembuhan dapat dilihat pada gambar sebagai

berikut.

Gambar 6. Grafik lama penyembuhan luka (hari).

Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa madu dapat membantu penyembuhan luka, salah

satunya yaitu luka eksisi. Madu rambutan dipilih karena diketahui dapat menurunkan kadar

malondialdehide (MDA) dalam darah dibandingkan dengan madu kelengkeng, maupun madu

randu. Dengan kata lain, madu rambutan mempunyai kandungan antioksidan lebih tinggi

dibandingkan dengan madu kelengkeng maupun madu randu, walaupun belum diketahui

perbedaan kandungan dari masing-masing jenis madu tersebut. Karena luka eksisi merupakan

11

Page 13: Madu Rambutan

salah satu proses yang mencetuskan terbentuknya radikal bebas, karena kerusakan sel yang di

akibatkan oleh luka eksisi akan terjadi beberapa reaksi yaitu seperti peroksidasi membran lipid,

fragmentasi DNA dan ikatan silang protein yang akan mencetuskan terbentuknya radikal bebas.

Madu mengandung berbagai macam vitamin (B2, B3, B9 dan vitamin C), mineral, air,

karbohidrat, protein. juga mengandung senyawa organik yang telah teridentifikasi antara lain

seperti polyphenol atau flavonoid, glikosida, dan saponin.

Flavonoid telah lama diakui memiliki aktivitas antiinflamasi, antioksidan, antialergi,

hepatoprotektif, antitrombotik, antiviral, dan antikarsinogenik. Saponin memiliki fungsi sebagai

antiinflamasi,antibakteri, dan antikarsinogenik Komponen saponin menurut Froschle terbukti

mampu menstimulasi sintesis fibroblas oleh fibronektin. Selain itu, madu juga mengandung

berbagai jenis enzim, yaitu glukosa oksidase dan invertase yang membantu proses pengolahan

sukrosa untuk diolah menjadi glukosa dan fruktosa agar menjadi lebih mudah untuk dicerna,

selain itu juga terdapat enzim amilase, katalase, dan lipase. Maka dari itu madu rambutan

mampu membantu penyembuhan luka dibandingkan dengan kelompok lain terutama povidon

iodine yang hanya berperan sebagai antiseptik dalam perawatan luka. Selain bebas dari efek

samping, madu mudah didapat dengan harga yang terjangkau.3,4,5,26

Perbedaan Kadar Malondialdehide (MDA)

Selain dilakukan pengukuran panjang dan lebar luka, dilakukan juga pengukuran kadar MDA

plasma yang diambil dari darah tikus percobaan untuk mengetahui kadar malondialdehide atau

radikal bebas yang terbentuk dalam tubuh tikus. Tujuannya yaitu untuk mengetahui apakah luka

eksisi dalam hal ini adalah salah salah satu faktor pencetus terbentuknya radikal bebas, dapat

berpengaruh dengan diberikannya madu rambutan yang dalam hal ini adalah sebagai salah

satu antioksidan yang mana dapat menghambat atau mengurangi terbentuknya radikal bebas

sehingga diharapkan dapat membantu proses penyembuhan. Hasil pengukuran kadar MDA

menunjukkan bahwa kadar MDA pada kelompok madu rambutan 0,11 mg/ml, pada kelompok

12

Page 14: Madu Rambutan

povidon iodine 0,19 mg/ml, pada kelompok kontrol 0,08 mg/ml. Dengan demikian, kelompok

povidon iodine mempunyai kadar MDA lebih tinggi daripada kelompok yang lain. Hal tersebut

mungkin terjadi karena pemberian povidon iodine pada luka dapat menyebabkan rasa perih dan

dapat mengiritasi kulit. Terbukti pada saat penelitian, tikus merintih dan menjadi lebih agresif

ketika dioleskan povidon iodine. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya stress pada tikus

dan dapat mencetuskan radikal bebas dalam tubuh. Akibatnya kadar malondialdehide yang

terbentuk pada tikus yang diberi povidon iodine lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok

yang lain.31,32,33

Analisis Statistik Kadar Malondialdehide (MDA)

Uji Kruskal-Wallis

Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa kadar MDA antara kelompok kontrol, madu

rambutan dan povidon iodine diperoleh nilai signifikansi kadar MDA sebesar 0.358. Perbedaan

antar kelompok yang nilai dianggap signifikan adalah kelompok yang mempunyai nilai

signifikansi <0,05. Pada hasil diatas, nilai signifikansi kadar MDA >0,05. Maka dapat diambil

kesimpulan bahwa perbedaan kadar MDA antarkelompok kontrol, madu rambutan dan povidon

iodine tidak signifikan.

Hal tersebut dikarenakan zat-zat antioksidan pada madu yang terserap melalui kulit yang

terkena luka terbuka hanya sedikit, karena bahan topikal yang diserap melalui kulit melalui

beberapa tahap sehingga belum mampu mempengaruhi kadar malondialdehide yang terbentuk

pada darah secara sistemik.3,21

KESIMPULAN DAN SARAN

Pemberian madu rambutan berpengaruh terhadap luka eksisi kulit tikus dibandingkan

povidon iodine 10% pada hari ke-3 dan ke-7 dan terdapat perbedaan pengaruh antara

pemberian topikal madu rambutan terhadap luka eksisi kulit tikus dibandingkan povidon iodine

10%, selain itu kelompok madu rambutan kelompok tercepat dalam penyembuhan luka eksisi.

13

Page 15: Madu Rambutan

Tetapi tidak ada perbedaan kadar malondialdehide (MDA) yang signifikan antara ketiga

kelompok.

Untuk mengetahui lebih lanjut pengaruh madu rambutan terhadap luka, perlu dilakukan

penelitian mengenai perbedaan kandungan dari masing- masing jenis madu terutama madu

rambutan, penentuan dosis madu terhadap penyembuhan luka, efek madu rambutan secara

peroral, gambaran histopatologi dan biologi molekular mengenai efek madu rambutan terhadap

luka.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yuslianti, E. Pengantar stres oksidatif. Cimahi: Fakultas Kedokteran Unjani; 2012. Hal 3-98.

2. Sudjatmiko, Gentur. Madu untuk obat luka kronis. Tangerang: Yayasan Khasanah Kebajikan; 2011. Hal 6-31.

3. Perdana, Fachruddin. Aplikasi madu sebagai pemanfaatan alami untuk membantu penyembuhan luka pada kulit. Bogor: Institut Pertanian Bogor.2012.

4. Rooster Hd, Declercq J, Bogaert Mv. Honey for wound care: myth or science. Flemish Veterinary Magazine. 2008; 78.

5. Mavric, Wittman. Identification and quantification of methylglyoxal as the dominant antibacterial constituent of manuka (Leptospermum scoparium) honeys from New Zealand. NCBI. 2008;52: Hal 483.

6. Kwakman, Paulus Hs. How honey kills bacteria. The Faseb Journal. 2010. Hal 2580-2581.

7. Rio YBP, Djamal A, Asterina. Perbandingan efek antibakteri madu asli sikabu dengan madu lubuk minturun terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus secara in vitro. Jurnal Kesehatan Andalas.2012; 2: 59-61.

8. Decline, Vega. Efektivitas madu dan sari buah mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai antibakteri Terhadap Escherichia coli pada karkas ayam. Surabaya: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. 2011.

9. Fanny.Aktivitas antioksidan madu kelengkeng dan madu rambutan terhadap kadar malondialdehid plasma darah dibandingkan dengan vitamin c (in vitro). Cimahi : Universitas Jenderal Achmad Yani. 2011.

10. Mayo Foundation For Medical Education And Research. Layer of Skin. Www.Mayoclinic.Com/Health/Medical/Im00941. 20 Juli 2012.

11. Dorland, W. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 28. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011. Hal 777.

12. L, Naude. The practice and science of wound healing: history and physiology of wound healing. Professional Nursing Today. 2010;14(3) : 17-21.

14

Page 16: Madu Rambutan

13. Gouin JP, Glaser JK. The impact of psychological stress on wound healing: methods and mechanisms. NIH Public Access. 2011; 1 : 1-10.

14. Guo S, DiPietro LA. Factors affecting wound healing. J Dent Res. 2010; 3: 219-227.

15. Yanhendri, Satya WY. Berbagai bentuk sediaan topikal dalam dermatologi. CDK-194. 2012; 6: 423-429.

16. Uttara B, Singh A, Zamboni P, Mahajan R. Oxidative stress and neurodegenerative diseases: a review of upstream and downstream antioxidant therapeutic options. Current Neuropharmacology. 2009; 7 :65-74.

17. Hamid, Aiyelaagbe, Usman, Ameen, Lawal. Antioxidants: its medicinal and pharmacological applications. African Journal of Pure and Applied Chemistry. 2010; 8: 142-151.

18. Schneider C, Porter N, Brash AR. Routes to 4-hydroxynonenal: fundamental issues in themechanisms of lipid peroxidation. The Journal of Biological Chemistry. 2008; Vol. 283:15539 –15543.

19. Repetto M, Semprine J, Boveris A. Lipid peroxidation: chemical mechanism, biological implications and analytical determination. INTECH. 2012; 1: 4-23.

20. Tapas AR, Sakarkar DM, Kakde RB. Flavonoids as nutraceuticals: a review. Tropical Journal of Pharmaceutical Research. September 2008; 7 (3): 1089-1099.

21. Anonim. Picture Of Honey. Http://www.Inmagine.Com/Searchterms/Honey-2.Html. 20 Juli 2012.

22. United State Department of Agriculture. Nutrition of Honey. Http://Fnic.Nal.Usda.Gov/Food-Composition/Usda-Nutrient-Data-.[Online] 3/30/12.

23. Aljady AM, Kamaruddin MY,Jamal AM, Yassim. Bichemical efficacy honey of malaysian honey on inflicted wounds: an animal model. Medical Journal Of Islamic Academy Of Sciences. 2000; 3:125-132.

24. Al-Waili NS, Salom K, Al-Ghamdi Ahmad. Honey for wound healing, ulcers, and burns; data supporting its use in clinical practice. The Scientific World Journal. 2011; 11: 766-787.

25. Square Pharmaceutical Ltd. Povidone-iodine antiseptic disinfectant topical preparation. Http://www.Squarepharma.Com.Bd/Spl_Pi_Pdf/P187.Pdf. 2012. Diunduh 4 Juli 2012.

26. Gottardi, Waldemar. Iodine and iodine compounds. www.N.Cdc.Gov. Diunduh Pada Tanggal 9 Februari 2013.

27. Anonim. Struktur povidone iodine. Http://Www.Chlorhexidinefacts.Com/Povidone.Html. 2013.

28. The National Academies Press. Guide for the care and use of laboratory animals. http://www.nap.edu. 2010. Diunduh tanggal 16/2/2013.

29. Sabirin, Indah PR. Peran ekstrak etanol topikal daun mengkudu pada penyembuhan luka ditinjau dari imunoekspresi CD34 dan kolagen pada tikus. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung.2011.

30. Dahlan, M.Sopiyundin. Statistik untuk kedokteran kesehatan. Edisi 4. Jakarta: Seagung Seto; 2009. Hal 97-119.

31. The National Academic Press. Guide for The Care and Use of Laboratory Animal . www.nap.edu.2011. Diunduh 7 April 2012.

15