16
1 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Hukum Koperasi Tugas Mingguan Badan Hukum Koperasi Oleh: Kelompok 10 Anggota: No Nama NPM 73 Atharyansha h Puneri 1206253281 74 Putri Letitiya Kusuma Aisyah 1206254271 75 Rania Fairuza Hassan 1206254946 76 Satrio Dwi Mulyaqin 1206263774 77 Fradinta Nadya Laksmita 1206263780 78 Fritz Marlen J.H.T 79 Immanuel Sinaga 1206263875 80 Franz Andrean Bigmono 1206263925

Makalah Badan Hukum Koperasi

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/22/2018 Makalah Badan Hukum Koperasi

    1/16

    1

    Fakultas Hukum Universitas Indonesia

    Hukum Koperasi

    Tugas Mingguan

    Badan Hukum Koperasi

    Oleh:

    Kelompok 10

    Anggota:

    No Nama NPM

    73 Atharyanshah Puneri 1206253281

    74 Putri Letitiya Kusuma Aisyah 1206254271

    75 Rania Fairuza Hassan 1206254946

    76 Satrio Dwi Mulyaqin 1206263774

    77 Fradinta Nadya Laksmita 1206263780

    78 Fritz Marlen J.H.T

    79 Immanuel Sinaga 1206263875

    80 Franz Andrean Bigmono 1206263925

  • 5/22/2018 Makalah Badan Hukum Koperasi

    2/16

    2

    Depok 2014

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,

    Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah mengenai

    badan hukum koperasi ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga

    makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi

    pembaca dalam hal koperasi sebagai badan hukum.

    Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

    pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi

    makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

    Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kamimiliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk

    memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

    Jakarta, Juli 2014

    Kelompok 10

  • 5/22/2018 Makalah Badan Hukum Koperasi

    3/16

    3

    Daftar Isi

    Halaman Cover 1

    Kata Pengantar 2

    Daftar Isi 3

    BAB I Pendahuluan

    1.1Latar Belakang 41.2Rumusan Masalah 51.3Tujuan 51.4Manfaat 5

    BAB II Pembahasan

    2.1 Pengertian Koperasi Sebagai Badan Hukum dan Urgensinya 6

    2.2 Dasar Hukum Koperasi Adalah Badan Hukum 8

    2.3 Tanggung Jawab Koperasi kepada Pihak Ketiga setelah Adanya Status Badan Hukum 8

    2.4 Akibat Diperolehnya Status Badan Hukum oleh Koperasi 9

    2.5 Cara Koperasi Memperoleh Status Badan Hukum 11

    BAB III Penutup

    3.1 Kesimpulan 13

    Daftar Pustaka 15

  • 5/22/2018 Makalah Badan Hukum Koperasi

    4/16

    4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Koperasi merupakan suatu organisasi yang telah mendunia. Koperasi adalah suatu

    prganisasi yang didirikan dengan tujuan untuk mensejahterakan seluruh anggotanya.

    Dalam UU No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, disebutkan bahwa koperasi

    adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi

    dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan

    ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi juga merupakan badan

    usaha sebagaimana badan usaha lainnya, tapi yang membedakannya dengan badan usaha

    non-koperasi adalah watak sosial koperasi. Sehingga, koperasi diharapkan menjadi format

    kelembagaan perjuangan anggotanya dan wadah untuk meningkatkan kesejahteraan

    rakyat atas dasar gotong-royong1.

    Koperasi sendiri merupakan suatu organisasi yang telah dikenal di seluruh dunia

    sejak adanya Koperasi Rochdale yang didirikan di Inggris pada tahun 1844 2. Sejak

    berdirinya Koperasi Rochdale yang disertai dengan kesuksesannya mensejahterakan

    seluruh anggotanya, bahkan hingga memiliki omset yang sangat besar dari usaha yang

    dilakukan, maka koperasi menjadi semakin terkenal dan mulai didirikan di berbagai

    penjuru dunia, termasuk juga Indonesia.

    Di Indonesia, koperasi pertama kali didirikan di Purwokerto pada tahun 1896 oleh

    Raden Aria Wiria Atmadja, yang berupa Hulp en Spaarbank (Bank Bantuan danTabungan) yang ditujukan untuk para pegawai negeri di Purwokerto3. Sejak saat itu,

    koperasi terus berkembang dan bertahan hingga saat ini. Dengan berdirinya koperasi di

    Indonesia, maka dibuat pula pengaturan khusus mengenai koperasi ini. Pengaturan-

    pengaturan mengenai koperasi ini terus berkembang dan mengalami perubahan seiring

    dengan perkembangan koperasi itu sendiri. Bahkan, sejak diberlakukannya UU No. 12

    Tahun 1967 Tentang Pokok-pokok Perkoperasian, koperasi menjadi memiliki status

    sebagai badab hukum. Hak ini kemudian menimbulkan pertanyaan mengenai urgensi dari

    keharusan koperasi memiliki status badan hukum. Hal inilah yang membuat penulis

    tertarik untuk membahas mengenai badan hukum koperasi dalam makalah ini.

    1.2.Rumusan Masalah

    1. Apa pengertian koperasi sebagai badan hukum dan apa urgensinya koperasi sebagaisebuah badan huku?

    2. Apa saja dasar hukum dari status badan hukum yang dimiliki koperasi?1Jhonny W. Situmorang,Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM (Uji Keragaman Koperasi Berprestasi

    Berdasarkan Skala Usaha Uji Keragaman Koperasi Berprestasi Berdasarkan Skala Usaha Tahun 2009),

    (Jakarta: Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK, 2006) hal.3

    2Andjar Pachta W, dkk,Hukum Koperasi Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian dan Modal Usaha,(Jakarta: Prenada Media, 2005), hal 29.3Ibid.

  • 5/22/2018 Makalah Badan Hukum Koperasi

    5/16

    5

    3. Bagaimana tanggung jawab koperasi terhadap pihak ketuga dengan adanya statusbadan hukum yang melekat padanya?

    4. Apa saja akibat hukum dari status badan hukum yang dimiliki koperasi?5. Bagaimana cara koperasi untuk mendapatkan status badan hukum?

    1.3.Tujuan

    Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:

    1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan koperasi sebagai dasar hukum dan apaurgensinya koperasi adalah sebuah badan hukum;

    2. Untuk mengetahui apa saja dasar hukum dari status badan hukum yang dimilikikoperasi;

    3. Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab koperasi terhadap pihak ketuga denganadanya status badan hukum yang melekat padanya;

    4. Untuk mengetahui apa saja akibat hukum dari status badan hukum yang dimilikikoperasi;

    5. Untuk mengetahui bagaimana cara koperasi untuk mendapatkan status badan hukum.1.4.Manfaat

    Manfaat dari penulisan ini adalah agar mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

    Indonesia yang mengambil mata kuliah Hukum Koperasi mendapatkan pemahaman

    mengenai status badan hukum yang melekat pada koperasi.

  • 5/22/2018 Makalah Badan Hukum Koperasi

    6/16

    6

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Pengertian Koperasi Sebagai Badan Hukum dan Urgensinya4

    Pengaturan tentang koperasi terdapat dalam UU No.25/1992 tentang perkoperasian

    kemudian telah diundangkan UU perkopersian yang baru yaitu No.17/2012 tentang

    perkoperasian. UU No.17/2012 lebih rinci mengatur mengenai kegiatan perkoperasian,

    seperti adanya aturan lebih lengkap tentang perubahan anggaran dasar, kewajiban pengurus,

    modal penyertaan, dan praktek investasi pada koperasi, definisi dari Ps.1 butir 1 UU

    Perkopersian menyebutkan bahwa Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau

    badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasisekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

    Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha berbadan hukum sebab akta

    pendiriannya disahkan oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, serta

    pengesahan tersebut diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia sesuai dengan

    Pasal 9 UU Perkoperasian. Berdasarkan bentuk koperasi yang merupakan badan hukum,

    maka koperasi merupakan subyek dalam hubungan hukum yang dapat menjadi pembawa hak

    dan kewajiban hukum. Badan hukum tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum

    sendiri, melainkan harus dengan perantaraan manusia atas nama badan hukum, sehingga

    koperasi memerlukan organ dalam kegiatannya. Pembagian organ koperasi yang tercantum

    dalam Pasal 21 UU Perkoperasian terdiri dari:

    1. Rapat anggota2. Pengurus3. PengawasKoperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya.

    Berdasarkan pendekatan menurut lapangan usaha dan atau tempat tinggal para anggotanya

    terdapat jenis koperasi simpan pinjam. Koperasi dengan jenis simpan pinjam adalah koperasi

    yang anggota-anggotanya terdiri dari orang-orang yang mempunyai kepentingan langsungdalam soal-soal perkreditan atau simpan pinjam.

    Koperasi terdiri atas dua bentuk seperti yang termuat dalam Pasal 6 UU

    Perkoperasian, yaitu koperasi primer dan koperasi sekunder. Koperasi primer, baru dapat

    didirikan apabila ada minimal 20 orang yang secara bersama-sama mempunyai tujuan untuk

    mendirikan suatu koperasi, sehingga hubungan antara berbagai perangkat dalam badan usaha

    koperasi tersebut menimbulkan suatu hubungan hukum yang akan terus terjadi selama ada

    interaksi internal maupun eksternal. Adapun memberikan sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak

    berbuat sesuatu dinamakan prestasi. Perikatan yang dilakukan oleh para anggota koperasi

    4R.T Sutantya Rahardja Hadhikusum. Hukum Koperasi Indonesia, Raja Grafindo Persada, 2005. Jakarta.

  • 5/22/2018 Makalah Badan Hukum Koperasi

    7/16

    7

    tersebut dituangkan ke dalam anggaran dasar koperasi sebagai dasar formal bagi persetujuan

    atau kesepakatan para anggota untuk bekerja sama yang merupakan fondasi bagi koperasi.

    Persetujuan yang telah dibuat tersebut sah berlaku menjadi undang-undang bagi para

    anggota dan semua unsur koperasi yang telah membuatnya, dan tidak dapat ditarik kembalikecuali dengan sepakat oleh kedua belah pihak, serta harus didasarkan pada itikad baik,

    sesuai dengan Pasal 1338 KUH Perdata. Persetujuan di dalam sebuah anggaran dasar

    membuat hak dan kewajiban masing-masing organ koperasi jelas serta sebagai tata tertib ke

    dalam koperasi yang mengikat semua organ koperasi. Pengelolaan kegiatan koperasi oleh

    pengurus dalam praktek tidak selalu sesuai dengan tugas yang diamanatkan oleh undang-

    undang, sebab mungkin saja terjadi suatu kelalaian. Kelalaian yang dilakukan oleh pengurus

    koperasi dapat menyebabkan adanya wanprestasi.

    Sedangkan Urgensi dari Koperasi sebagai Badan Hukum yaitu meliputi, mendirikan

    serta membentuk badan usaha merupakan dasar penting apabila kita akan membangun suatubisnis sendiri. Keberadaan badan usaha yang berbadan hukum dalam suatu perusahaan baik

    perusahaan kecil, menengah atau besar akan melindungi perusahaan dari segala tuntutan

    akibat aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan tersebut. Saya pribadi berpandangan dalam

    menjalankan suatu usaha tidak diwajibkan bagi seorang Pengusaha untuk mendirikan sebuah

    badan hukum. Hal tersebut merupakan suatu pilihan bagi Pengusaha untuk menentukan

    bentuk dari penyelenggaraan usaha yang cocok untuk kegiatan usaha yang dijalankannya.

    Namun, untuk beberapa jenis usaha tertentu yang memang diwajibkan menurut peraturan

    perundang-undangan harus berbentuk badan usaha yang merupakan badan hukum seperti

    Bank, Rumah Sakit, penyelenggara satuan pendidikan formal.

    Tetapi yang paling penting yang harus dilihat dari Urgensi sebagai badan hukum yaitu

    benefitnya, Sebagai sarana perlindungan hukum dengan mendirikan badan usaha berarti

    bisnis Anda telah memiliki izin usaha. Dengan izin usaha, seorang pengusaha telah sedini

    mungkin menjauhkan kegiatan usahanya dari tindakan pembongkaran dan penertiban. Hal

    tersebut berefek memberikan rasa aman dan nyaman akan keberlangsungan usahanya.

    Legalisasi merupakan sarana yang disediakan oleh pemerintah agar kenyamaan dalam

    melakukan kegiatan usaha dirasakan oleh para pelakunya. Serta mempermudah mendapatkan

    suatu proyek ada beberapa jenis usaha seperti usaha bidang produksi atau developerperumahan tidak terlepas dari proses pemenangan tender suatu proyek, baik dari perusahaan

    swasta maupun pemerintah. Dalam suatu tender, mensyaratkan bahwa para peminat harus

    memiliki dokumen-dokumen hukum. Tentunya unsur-unsur legalitas yang terkait dengan

    kepemilikan suatu badan usaha guna mengikuti pelelangan suatu sarana perlindungan hukum

    tender. Kemudian dalam hal pengembangan usaha akan terasa lebih mudah, adanya surat izin

    dan kejelasan legalitas usaha, akan dapat mempermudah Anda untuk mendapatkan tambahan

    modal dari lemabaga keuangan/Bank yang dibutuhkan bagi pengembangan usaha

  • 5/22/2018 Makalah Badan Hukum Koperasi

    8/16

    8

    2.2 Dasar Hukum Koperasi Sebagai Badan Hukum

    Pada awalnya, koperasi sebagai badan hukum diatur pada undang-undang Nomor 12

    Tahun 1967 tentang Perkoperasian. Hal tersebut disebutkan dalam 2 pasal, yaitu:5

    1. Pasal 41, yang berbunyi: Koperasi yang akta pendiriannya disahkan menurutketentuan undang-undang ini adalah badan hukum.

    2. Pasal 45, yang berbunyi: Sejak tanggal pendaftaran dimaksud dalam pasal 44 ayat(3) UU no.12 Tahun 1967, koperasi yang bersangkutan adalah badan hukum,

    sehingga hak dan kewajiban yang timbul serta ikatan yang diadakan atas namana

    sebelum tanggal pendaftaran tersebut, seketika itu beralih kepadanya.

    Setelah keluarnya Undang-Undang nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,

    Undang-undang ini yang sampai sekarang yang menjadi acuan bahwa koperasi adalah sebuah

    badan hukum. Hal tersebut tercantum pada pasal:

    1. Pasal 9, yang berbunyi: Koperasi memperoleh status badan hukum setelah aktapendiriannya disahkan oleh pemerintah.

    2.3 Tanggung Jawab Koperasi Kepada Pihak Ketiga Setelah Adanya Status Badan

    Hukum

    Pertanggungjawaban terhadap pihak ketiga dalam koperasi apabila koperasi tersebut

    belum menjadi badan hukum maka tidak terdapat pemisahan harta kekayaan antara pengurusdengan koperasi itu sendiri sehingga apabila terjadi wanprestasi pada koperasi dapat dituntut

    sampai dengan harta pribadi pengurusnya apabila harta kekayaan koperasi itu sendiri tidak

    mencukupi. Namun apabila dapat dibuktikan lain yaitu terjadi oleh karena salah satu

    pengurus melakukan tindakan diluar kewenangannya maka pertanggungjawaban tersebut

    dapat dilimpahkan kepada salah satu pengurus itu saja tidak melibatkan pengurus yang lain.

    Lain hal nya setelah berstatus badan hukum, koperasi telah menjadi subjek hukum

    yang memiliki hak dan kewajiban. Dalam hal ini, maka status hukum serta harta kekayaan

    koperasi dan pendirinya telah terpisah. Adanya status badan hukum ini juga berkaitan dengan

    pertanggungjawaban ketika koperasi melakukan wanprestasi. Tidak hanya itu, apabila terjadi

    suatu hal yang menyebabkan koperasi bangkrut, maka kreditur hanya dapat menuntut sebatas

    pada kekayaan yang dimiliki koperasi, sepanjang pengurus maupun anggota telah melakukan

    tindakan bagi kepentingan koperasi, yang mana tindakan tersebut tidak melanggar hukum,

    kesusilaan dan ketertiban umum.6

    Secara konsep teroritis, tanggung jawab Pengurus koperasi adalah tidak terbatas.

    Berbeda dengan tanggung jawab persero dalam Perseroan Terbatas, dimana hanya terbatas

    pada saham yang dimilikinya. Tanggung jawab Pengurus koperasi diatur dalam Pasal 34 UU

    5H. M.N. Purwosutjipto, Pokok Hukum Dagang Indonesia 2, Jakarta:Penerbit Djambatan, 1992, hlm. 223.

    6 Drs Arifin Sitio, M.Sc., Ir. Halomoan Tamba, M.B.A., Koperasi Teori dan Praktik, Jakarta:Erlangga, 2001

  • 5/22/2018 Makalah Badan Hukum Koperasi

    9/16

    9

    Perkoperasian7 yang menyatakan bahwa Pengurus, baik bersama-sama, maupun sendiri-

    sendiri, menanggung kerugian yang diderita Koperasi, karena tindakan yang dilakukan

    dengan kesengajaan atau kelalaiannya (ayat 1). Dan disamping penggantian kerugian

    tersebut, apabila tindakan itu dilakukan dengan kesengajaan, tidak menutup kemungkinan

    bagi penuntut umum untuk melakukan penuntutan (ayat 2).

    Dari ketentuan tersebut jelas bahwa tanggung jawab yang harus dipikul oleh setiap

    pengurus koperasi adalah tanggung renteng (bersama-sama), walaupun dalam keadaan

    tertentu tanggung jawabnya adalah secara individual. Tanggung jawab tanggung renteng

    tersebut merupakan manifestasi dari asas kekeluargaan yang dianut dalam kegiatan koperasi,

    sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 UU Perkoperasian.

    Berdasarkan pemahaman dari maksud tanggung jawab Pengurus koperasi tersebut,

    maka dapat diidentifikasikan menjadi beberapa bagian penting, antara lain:

    Jika kelalaian itu mengenai sesuatu yang termasuk pekerjaan beberapa orang anggotapengurus, maka mereka bersama-sama menanggung kerugian;

    Seorang anggota pengurus bebas dari tanggung jawabnya, jika ia dapat membuktikanbahwa kerugian itu bukan akibat dari kelalaian atau kesengajaannya. Juga harus dapat

    membuktikan bahwa ia telah berusaha dengan secepatnya untuk mencegah timbulnya

    kerugian itu;

    Penggantian kerugian oleh anggota/anggota-anggota pengurs yang melakukankelalaian atau kesengajaan, tidak menutup kemungkian bagi penuntut umum untuk

    menuntut anggota pengurus yang bersangkutan dari sudut hukum pidana

    Atau dalam bahasa sederhananya adalah bahwa terhadap kerugian yang diderita oleh

    Koperasi, pengurus secara bersama-sama (renteng) maupun sendiri-sendiri (pribadi)

    menanggung kerugian tersebut, jika kerugian itu terjadi atau timbul karena tindakannya yang

    disengaja atau akibat kelalaiannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika kerugian

    tersebut bukan akibat dari tindakan sengaja ataupun bukan akibat dari kelalaian pengurus dan

    pengurus bersangkutan dapat membuktikannya, maka dia bebas dari tanggung jawab tersebut.

    Sehingga dalam hal ini koperasi itu sendirilah yang bertanggung jawab dalam

    kedudukannya sebagai suatu badan hukum. Tetapi apabila kerugian tersebut sebagai akibat

    tindakan sengaja dari pengurus disamping dia bertanggung jawab untuk mengganti kerugian,maka tidak menutup kemungkinan bagi penuntut umum untuk melakukan tuntutan pidana.

    Misalnya dalam hal: penyalahgunaan uang organisasi, melalaikan tugas, melakukan tugasnya

    dan dengan tidak hati-hati.8

    2.4 Akibat Hukum Diperolehnya Status Badan Hukum Oleh Koperasi

    7Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian8Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, 2001. Koperasi Teori dan Praktek, Erlangga, Jakarta.

  • 5/22/2018 Makalah Badan Hukum Koperasi

    10/16

    10

    Di Indonesia, koperasi meruakan salah satu bentuk badan usaha yang memiliki status

    sebagai badan hukum. Status badan hukum yang dimiliki koperasi ini merupakan amanat dari

    pasal 9 UU No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Dengan diperolehnya status badan

    hukum oleh koperasi, maka koperasi pun merupakan subjek hukum dan menjadi pengemban

    hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum, layaknya manusia.

    Dengan diperolehnya status badan hukum oleh koperasi juga akan memiliki sifat-sifat

    yang dimiliki oleh badan hukum pada umumnya, yaitu, adanya kepentingan yang bukan

    kepentingan orang perorangan, melainkan kepentingan suatu gerombolan orang-orang yang

    merupakan kesatuan9. Selain itu, badan hukum juga memiliki harta kekayaan sendiri yang

    terpisah dari harta kekayaan orang perorangan yang secara de factobertindak, sehingga tidak

    dapat terjadi bahwa orang-perorangan dapat mengambil tindakan sesuai kehendak hatinya

    terhadap kekayaan badan hukum tersebut10. Lebih lanjut, karena koperasi memiliki status

    sebagai badan hukum, maka koperasi dapat melakukan perikatan, dan semua parikatan yang

    dibuat atas nama koperasi tersebut menjadi tanggung jawab koperasi.11

    Sebagaimana yang telah dituliskan di atas, dengan mendapatkan status badan hukum,

    maka koperasi menjadi subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban, sehingga terhadap

    pihak ketiga, apabila diperlukan, dapat dengan jelas mengetahui siapa yang dapat dimintai

    bertanggung jawab atas jalannya usaha badan hukum koperasi tersebut12. Dengan demikian,

    apabila di kemudian hari ternyata koperasi melakukan wanprestasi, misalnya dalam

    memenuhi kewajiban untuk membayar utang kepada pihak ketiga, maka dengan status badan

    hukum yang demikian menjadi jelas bahwa dapat ditentukan siapa yang akan bertanggung

    jawab secara hukum terhadap wanprestasi tersebut, apakah badan hukum koperasi, manajer,

    atau para anggotanya.13 Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab, tentu harus

    diadakan pemeriksaan dan selanjutnya dapat dibuktikan. Dalam hal ini, adanya pemisahan

    harta kekayaan antara badan hukum koperasi dengan para anggota dan pengurusnya menjadi

    suatu hal yang sangat penting sebab apabila di kemudian hari koperasi mengalami

    kebangkrutan, maka pihak ketiga, termasuk kreditor, tidak dapat menuntut para anggota

    pendiri atau anggota koperasi itu secara pribadi untuk bertanggung jawab melunasi semua

    utang-utang atau kewajiban-kewajiban, apabila tidak terbukti bahwa anggota pendiri atau

    anggota koperasi itulah yang menyebabkan kerugian.14 Dengan kata lain, tanggung jawab

    dari anggota kopreasi adalah tanggung jawab terbatas, yaitu apabila tidak dapat dibuktikan

    bahwa anggota koperasi menyebabkan kebangkrutan yang dialami oleh koperasi, makaanggota tersebut hanya diminta bertanggung jawab sesuai dengan jumlah simpanan yang

    disetorkan.

    9Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkumpulan Perseroan dan Koperasi di Indonesia, (Jakarta: Dian Rakyat,

    1985), hal. 910

    Ibid.11

    H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2, (Jakarta: Djambatan, 1992), hal.22412

    Andjar Pachta W dkk, Hukum Koperasi Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian dan Modal Usaha,

    (Jakarta : Prenada Media, 2005) hal.92.13Ibd.

    14Ibid.

  • 5/22/2018 Makalah Badan Hukum Koperasi

    11/16

    11

    2.5 Cara Koperasi Memperoleh Status Badan Hukum

    Perolehan status badan hukum dimulai sejak salah satu koperasi yang didirikan

    mendapatkan pengesahan atas akta pendirian atau anggaran dasar di hadapan notaris,

    walaupun pengesahan yang dilakukan adalah hanya bertujuan sebagai registrasi atau

    pencatatan di lembaga pemerintahan dan pengumuman dalan Berita Negara RI untuk

    memudahkan kantor urusan koperasi dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

    koperasi-koperasi yang didirikan di Indonesia. Maka dengan dapatnya status badan hukum,

    koperasi menjadi subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban. Karena itu, telah jelas dan

    tegas dalam mengetahui siapa yang dapat diminta bertanggung jawaban atas jalannya badan

    hukum koperasi. Pertanggungjawaban tersebut adalah tingkat keterlibatan kesalahan setiap

    anggora maupun pengurus sebagai organ sendiri dalam koperasi. Sedangkan anggota

    koperasi hanya akan bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh koperasi itu

    sendiri.15

    Di Indonesia, koperasi merupakan suatu badan hukum. Dalam UU No.25 Tahun 1992

    Tentang Perkoperasian pasal 9 menyatakan bahwa Koperasi akan memperoleh status badan

    hukum apabila akta pendirian dari koperasi disahkan oleh Pemerintah. Dalam UU No. 12

    Tahun 1967 menyebutkan bahwa perkumpulan koperasi ini merupakan badan hukum. Hal ini

    dicantumkan dalam pasal 45 undang-undang ini menyebutkan bahwa sejak tanggal

    pendaftaran sebagai dimaksud dalam pasal 44 UU No. 12 1967 ayat (3), koperasi yang

    bersangkutan merupakan badan hukum, sehingga hak dan kewajiban yang timbul serta iktana

    yang diadakan atas namanya sebelum tanggal pendaftaran tersebut, seketika itu beralih. Dari

    pasal ini dapat diambil kesimpulan bahwa perkumpulan koperasi adalah badan hukum,

    karena badan hukum ini merupakan subjek hukum, maka koperasi dapat memilii hak dan

    kewajiban16. Status badan hukum yang dimaksudkan ini adalah berupa registrasi atau

    pencatatan dilembaga pemerintahan dan pengumuman dalam Berita Negara RI17.

    Koperasi akan mendapatkan status badan hukum setelah mendapatkan pengesahan

    dari Menteri Koperasi. Agar mendapat pengesahan tersebut, maka para pendiri atau kuasa

    pendiri mengajukan permintaan pengesahan secara tertulis kepada Menteri Koperasi danPKM c.q. Kepala Kantor Departemen Koperasi dan PKM setempat. Dalam pengajuan

    permintaan pengesahan, para pihakjuga harus melampirkan:

    1. dua rangkap akta pendirian koperasi yang dilampiri anggaran dasar koperasi, satudiantaranya bermaterai cukup;

    2. berita acara rapat pembentukan koperasi, termasuk pemberian kuasa untukmengajukan permohonan pengesahan apabila ada;

    15http://keuanganlsm.com/dasar-dasar-dan-syarat-pembentukan-koperasi/

    16Pengertian Pokok Hukum Dagang, H.M.N Purwosutjipto. Djambatan. Jakarta;2007. Hal 224.

    17Hukum Koperasi Indonesia, Andjar Pachta. Kencana. Jakarta; 2007. Hal 92.

    http://keuanganlsm.com/dasar-dasar-dan-syarat-pembentukan-koperasi/http://keuanganlsm.com/dasar-dasar-dan-syarat-pembentukan-koperasi/http://keuanganlsm.com/dasar-dasar-dan-syarat-pembentukan-koperasi/http://keuanganlsm.com/dasar-dasar-dan-syarat-pembentukan-koperasi/
  • 5/22/2018 Makalah Badan Hukum Koperasi

    12/16

    12

    3. surat bukti penyetoran modal, sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok; Suratbukti penyetoran modal dapat berupa surat keterangan yang dibuat para pendiri

    koperasi dan harus menggambarkan jumlah sebenarnya; jumlah yang telah disetor

    berupa copy kuitansi pembayaran simpanan pokok dan atau simpanan wajib; bukti

    penyetoran uang ke bank, apabila jumlah modal yang telah disetor tersebutdisimpan di bank;

    4. rencana awal kegiatan usaha koperasi. Rencana awal kegiatan badan usahakoperasi yang dilampirkan dalam pengajuan permintaan pengesahan akta

    pendirian koperasi adalah program kerja dan anggaran yang layak secara

    ekonomi.

    Dalam kurun waktu maksimal 3 (tiga) bulan terhitung sejak diterimanya pengajuan

    permintaan pengesahan, pejabat yang berwenang harus menetapkan pendapatnya apakah

    pengajuan permintaan pengesahan tersebut diterima atau tidak. Apabila akta pendirian

    koperasi diterima pengesahaannya, maka status badan hukum pun akan melekat kepada

    koperasi.

  • 5/22/2018 Makalah Badan Hukum Koperasi

    13/16

    13

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Urgensi dari Koperasi sebagai Badan Hukum yaitu meliputi, mendirikan serta

    membentuk badan usaha merupakan dasar penting apabila kita akan membangun suatu bisnis

    sendiri. Keberadaan badan usaha yang berbadan hukum dalam suatu perusahaan baikperusahaan kecil, menengah atau besar akan melindungi perusahaan dari segala tuntutan

    akibat aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan tersebut.

    Dasar Hukum koperasi adalah badan hukum adalah pasal 9 Undang-Undang nomor

    25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yang berbunyi:Koperasi memperoleh status badan

    hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh pemerintah.

    Pertanggungjawaban terhadap pihak ketiga dalam koperasi apabila koperasi tersebut

    belum menjadi badan hukum maka tidak terdapat pemisahan harta kekayaan antara pengurus

    dengan koperasi itu sendiri sehingga apabila terjadi wanprestasi pada koperasi dapat dituntutsampai dengan harta pribadi pengurusnya apabila harta kekayaan koperasi itu sendiri tidak

    mencukupi. Lain hal nya setelah berstatus badan hukum, koperasi telah menjadi subjek

    hukum yang memiliki hak dan kewajiban. Dalam hal ini, maka status hukum serta harta

    kekayaan koperasi dan pendirinya telah terpisah. Dalam hal tanggung jawab pengurus

    koperasi setelah berstatus badan hukum, ada beberapa hal penting, yaitu:

    Jika kelalaian itu mengenai sesuatu yang termasuk pekerjaan beberapa orang anggotapengurus, maka mereka bersama-sama menanggung kerugian;

    Seorang anggota pengurus bebas dari tanggung jawabnya, jika ia dapat membuktikanbahwa kerugian itu bukan akibat dari kelalaian atau kesengajaannya. Juga harus dapatmembuktikan bahwa ia telah berusaha dengan secepatnya untuk mencegah timbulnya

    kerugian itu;

    Penggantian kerugian oleh anggota/anggota-anggota pengurs yang melakukankelalaian atau kesengajaan, tidak menutup kemungkian bagi penuntut umum untuk

    menuntut anggota pengurus yang bersangkutan dari sudut hukum pidana

    Dengan diperolehnya status badan hukum oleh koperasi, maka koperasi pun

    merupakan subjek hukum dan menjadi pengemban hak dan kewajiban dalam lalu lintashukum, layaknya manusia. Dengan diperolehnya status badan hukum oleh koperasi juga akan

  • 5/22/2018 Makalah Badan Hukum Koperasi

    14/16

    14

    memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh badan hukum pada umumnya, yaitu, adanya

    kepentingan yang bukan kepentingan orang perorangan, melainkan kepentingan suatu

    gerombolan orang-orang yang merupakan kesatuan.

    Koperasi akan mendapatkan status badan hukum setelah mendapatkan pengesahan

    dari Menteri Koperasi. Agar mendapat pengesahan tersebut, maka para pendiri atau kuasa

    pendiri mengajukan permintaan pengesahan secara tertulis kepada Menteri Koperasi dan

    PKM c.q. Kepala Kantor Departemen Koperasi dan PKM setempat. Dalam pengajuan

    permintaan pengesahan, para pihakjuga harus melampirkan:

    5. dua rangkap akta pendirian koperasi yang dilampiri anggaran dasar koperasi, satudiantaranya bermaterai cukup;

    6. berita acara rapat pembentukan koperasi, termasuk pemberian kuasa untukmengajukan permohonan pengesahan apabila ada;

    7. surat bukti penyetoran modal, sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok; Suratbukti penyetoran modal dapat berupa surat keterangan yang dibuat para pendirikoperasi dan harus menggambarkan jumlah sebenarnya; jumlah yang telah disetor

    berupa copy kuitansi pembayaran simpanan pokok dan atau simpanan wajib; bukti

    penyetoran uang ke bank, apabila jumlah modal yang telah disetor tersebut

    disimpan di bank;

    8. rencana awal kegiatan usaha koperasi. Rencana awal kegiatan badan usahakoperasi yang dilampirkan dalam pengajuan permintaan pengesahan akta

    pendirian koperasi adalah program kerja dan anggaran yang layak secara

    ekonomi.

    Dalam kurun waktu maksimal 3 (tiga) bulan terhitung sejak diterimanya pengajuan

    permintaan pengesahan, pejabat yang berwenang harus menetapkan pendapatnya apakah

    pengajuan permintaan pengesahan tersebut diterima atau tidak. Apabila akta pendirian

    koperasi diterima pengesahaannya, maka status badan hukum pun akan melekat kepada

    koperasi.

  • 5/22/2018 Makalah Badan Hukum Koperasi

    15/16

    15

    DAFTAR PUSTAKA

    Hadhikusum, R.T Sutantya Rahardja. 2005. Hukum Koperasi I ndonesia. Jakarta: Raja

    Grafindo Persada

    http://keuanganlsm.com/dasar-dasar-dan-syarat-pembentukan-koperasi/

    Pachta W, Andjar dkk. 2005. Hukum Koperasi Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendiriandan Modal Usaha. Jakarta: Prenada Media

    Prodjodikoro, Wirjono. 1985. Hukum Perkumpulan Perseroan dan Koperasi di Indonesia.

    Jakarta: Dian Rakyat

    Purwosutjipto, H.M.N. 1992. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2. Jakarta:

    Djambatan

    Sitio, Drs Arifin, M.Sc., Ir. Halomoan Tamba, M.B.A..2001.Koperasi Teori dan Praktik.

    Jakarta: ErlanggaSitumorang, Jhonny W. 2006. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM (Uji Keragaman

    Koperasi Berprestasi Berdasarkan Skala Usaha Uji Keragaman Koperasi Berprestasi

    Berdasarkan Skala Usaha Tahun 2009). Jakarta: Deputi Bidang Pengkajian

    Sumberdaya UKMK

    http://keuanganlsm.com/dasar-dasar-dan-syarat-pembentukan-koperasi/http://keuanganlsm.com/dasar-dasar-dan-syarat-pembentukan-koperasi/
  • 5/22/2018 Makalah Badan Hukum Koperasi

    16/16

    16