60
BAB I KONSEP EFUSI PLEURA 1.1 Anatomi dan Fisiologi Pleura Pleura terletak dibagian terluar dari paru-paru dan mengelilingi paru. Pleura disusun oleh jaringan ikat fibrosa yang didalamnya terdapat banyak kapiler limfa dan kapiler darah serta serat saraf kecil. Pleura disusun juga oleh sel-sel (terutama fibroblast dan makrofag). Pleura paru ini juga dilapisi oleh selapis mesotel. Pleura merupakan membran tipis, halus, dan licin yang membungkus dinding anterior toraks dan permukaan superior diafragma. Lapisan tipis ini mengandung kolagen dan jaringan elastis (Sylvia Anderson Price dan Lorraine M, 2005: 739). Ada 2 macam pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis. Pleura parietalis melapisi toraks atau rongga dada sedangkan pleura viseralis melapisi paru- paru. Kedua pleura ini bersatu pada hilus paru. Dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura ini yaitu pleura viseralis bagian permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesotelial yang tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 µm). Diantara celah-celah sel ini terdapat beberapa sel limfosit. Di bawah sel-sel mesotelia ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit 1

Makalah Efusi Pleura

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Efusi Pleura

BAB I

KONSEP EFUSI PLEURA

1.1 Anatomi dan Fisiologi Pleura

Pleura terletak dibagian terluar dari paru-paru dan mengelilingi paru. Pleura

disusun oleh jaringan ikat fibrosa yang didalamnya terdapat banyak kapiler limfa

dan kapiler darah serta serat saraf kecil. Pleura disusun juga oleh sel-sel (terutama

fibroblast dan makrofag). Pleura paru ini juga dilapisi oleh selapis mesotel. Pleura

merupakan membran tipis, halus, dan licin yang membungkus dinding anterior

toraks dan permukaan superior diafragma. Lapisan tipis ini mengandung kolagen

dan jaringan elastis (Sylvia Anderson Price dan Lorraine M, 2005: 739).

Ada 2 macam pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis. Pleura parietalis

melapisi toraks atau rongga dada sedangkan pleura viseralis melapisi paru-paru.

Kedua pleura ini bersatu pada hilus paru. Dalam beberapa hal terdapat perbedaan

antara kedua pleura ini yaitu pleura viseralis bagian permukaan luarnya terdiri dari

selapis sel mesotelial yang tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 µm). Diantara celah-

celah sel ini terdapat beberapa sel limfosit. Di bawah sel-sel mesotelia ini terdapat

endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit. Seterusnya dibawah ini (dinamakan

lapisan tengah) terdapat jaringan kolagen dan serat-serat elastik. Pada lapisan

terbawah terdapat jaringan intertitial subpleura yang sangat banyak mengandung

pembuluh darah kapiler dari A. Pulmonalis dan A. Brankialis serta pembuluh

getah bening. Keseluruhan jaringan pleura viseralis ini menempel dengan kuat

pada jaringan parenkim paru. Pleura parietalis mempunyai lapisan jaringan lebih

tebal dan terdiri dari sel-sel mesotelial juga dan jaringan ikat (jaringan kolagen

dan serat-serat elastik). Dalam jaringan ikat, terdapat pembuluh kapiler dari A.

Interkostalis dan A. Mammaria interna, pembuluh getah bening dan banyak

reseptor saraf-saraf sensorik yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan

temperatur. Sistem persarafan ini berasal dari nervus intercostalis dinding dada.

Keseluruhan jaringan pleura parietalis ini menempel dengan mudah, tapi juga

mudah dilepaskan dari dinding dada di atasnya. Di antara pleura terdapat ruangan

yang disebut spasium pleura, yang mengandung sejumlah kecil cairan yang

1

Page 2: Makalah Efusi Pleura

melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser secara bebas pada

saat ventilasi. Cairan tersebut dinamakan cairan pleura. Cairan ini terletak antara

paru dan thoraks. Tidak ada ruangan yang sesungguhnya memisahkan pleura

parietalis dengan pleura viseralis sehingga apa yang disebut sebagai rongga pleura

atau kavitas pleura hanyalah suatu ruangan potensial. Tekanan dalam rongga

pleura lebih rendah daripada tekanan atmosfer sehingga mencegah kolaps paru.

Jumlah normal cairan pleura adalah 10-20 cc (Hood Alsagaff dan H. Abdul

Mukty, 2002: 786).

Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura parietalis

dan pleura viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah pemisahan

toraks dan paru yang dapat dianalogkan seperti dua buah kaca objek yang akan

saling melekat jika ada air. Kedua kaca objek tersebut dapat bergeseran satu

dengan yang lain tetapi keduanya sulit dipisahkan. Cairan pleura dalam keadaan

normal akan bergerak dari kapiler di dalam pleura parietalis ke ruang pleura

kemudian diserap kembali melalui pleura viseralis. Hal ini disebabkan karena

perbedaan tekanan antara tekanan hidrostatik darah yang cenderung mendorong

cairan keluar dan tekanan onkotik dari protein plasma yang cenderung menahan

cairan agar tetap di dalam. Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura

viseralis lebih besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan oleh pleura

parietalis dan permukaan pleura viseralis lebih besar dari pada pleura parietalis

sehingga dalam keadaan normal hanya ada beberapa mililiter cairan di dalam

rongga pleura (Sylvia Anderson Price dan Lorraine M, 2005: 739).

Gambar 1.1 Gambaran Anatomi Pleura (dikutip dari Poslal medicina, 2007:

www.google.com)

2

Page 3: Makalah Efusi Pleura

1.2 Definisi Efusi Pleura

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi

atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura (Suzanne Smeltzer: 2001).

Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-

paru dan rongga dada, diantara permukaan viseral dan parietal. Dalam keadaan

normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang

membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama

sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan.

Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah darah,

nanah, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi. Efusi

pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu

penyakit.

Pada gangguan tertentu, cairan dapat berkumpul dalam ruang pleural pada titik

dimana penumpukan ini akan menjadi bukti klinis, dan hampir selalu merupakan

signifikasi patologi. Efusi dapat terdiri dari cairan yang relatif jernih, yang

mungkin merupakan cairan transudat atau eksudat, atau dapat mengandung darah

dan purulen. Transudat (filtrasi plasma yang mengalir menembus dinding kapiler

yang utuh) terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan

reabsorpsi cairan pleural terganggu. Biasanya oleh ketidakseimbangan tekanan

hidrostatik atau onkotik. Transudat menandakan bahwa kondisi seperti asites atau

gagal ginjal mendasari penumpukan cairan. Eksudat (ekstravasasi cairan ke dalam

jaringan atau kavitas). Biasanya terjadi akibat inflamasi oleh produk bakteri atau

tumor yang mengenai permukaan pleural (Sylvia Anderson Price dan Lorraine,

2005: 739).

Efusi yang mengandung darah disebut dengan efusi hemoragis. Pada keadaan ini

kadar eritrosit di dalam cairan pleural meningkat antara 5.000-10.000 mm3.

Keadaan ini sering dijumpai pada keganasan pneumonia. Berdasarkan lokasi

cairan yang terbentuk, efusi pleura dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Efusi

yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit

penyebabnya, akan tetapi efusi yang bilateral seringkali ditemukan pada penyakit :

3

Page 4: Makalah Efusi Pleura

kegagalan jantug kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus

eritematosis sistemik, tumor dan tuberkulosis.

Terdapat beberapa jenis efusi berdasarkan penyebabnya, yakni :

a. Bila efusi berasal dari implantasi sel-sel limfoma pada permukaan

pleura, cairannya adalah eksudat, berisi sel limfosit yang banyak dan sering

hemoragik.

b. Bila efusi terjadi akibat obstruksi aliran getah bening, cairannya bisa

transudat atau eksudat dan ada limfosit.

c. Bila efusi terjadi akibat obstruksi duktus torasikus, cairannya akan

berbentuk cairan kelenjar limfa (chylothorak)

d. Bila efusi terjadi karena infeksi pleura pada pasien limfoma maligna

karena menurunnya resistensinya terhadap infeksi, efusi akan berbentuk

empiema akut atau kronik (www.medicastore.com).

Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi :

1. Transudat

Transudat Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu

adalah transudat. Transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan

kapiler hidrostatik dan koloid osmotik menjadi terganggu, sehingga

terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan melebihi reabsorbsi oleh pleura

lainnya. Biasanya hal ini terdapat pada:

a) Meningkatnya tekanan kapiler sistemik

b) Meningkatnya tekanan kapiler pulmonal

c) Menurunnya tekanan koloid osmotik dalam pleura

d) Menurunnya tekanan intra pleura

Penyakit-penyakit yang menyertai transudat adalah:

a) Gagal jantung kiri (terbanyak)

b) Sindrom nefrotik

c) Obstruksi vena cava superior

d) Asites pada sirosis hati (asites menembus suatu defek diafragma atau

masuk melalui saluran getah bening)

4

Page 5: Makalah Efusi Pleura

2. Eksudat

Eksudat merupakan cairan pleura yang terbentuk melalui membran kapiler

yang permeable abnormal dan berisi protein transudat. Terjadinya perubahan

permeabilitas membrane adalah karena adanya peradangan pada pleura

misalnya: infeksi, infark paru atau neoplasma. Protein yang terdapat dalam

caira pleura kebanyakan berasal dari saluran getah bening. Kegagalan aliran

protein getah bening ini akan menyebabkan peningkatan konsentrasi protein

cairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat. Penyakit yang menyertai

eksudat, antara lain: infeksi (tuberkulosis, pneumonia) tumor pada pleura,

infark paru, karsinoma bronkogenik radiasi, penyakit dan jaringan ikat/

kolagen/ SLE (Sistemic Lupus Eritematosis).

(Hadi Halim, 2001: 787-788)

1.3 Etiologi

Efusi pleura merupakan proses penyakit primer yang jarang terjadi, tetapi

biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.

Menurut Brunner & Suddart. 2001, terjadinya efusi pleura disebabkan oleh 2

faktor yaitu:

1. Infeksi

Penyakit-penyakit infeksi yang menyebabkan efusi pleura antara lain:

tuberculosis, pnemonitis, abses paru, abses subfrenik.

Macam-macam penyakit infeksi lain yang dapat menyebabkan efusi pleura

antara lain:

a.Pleuritis karena Virus dan mikoplasma

Efusi pleura karena virus atau mikoplasma agak jarang. Bila terjadi

jumlahnya pun tidak banyak dan kejadiannya hanya selintas saja. Jenis-

jenis virusnya adalah : Echo virus, Coxsackie virus, Chlamidia, Rickettsia,

dan mikoplasma. Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit antara

100-6000 per cc.

5

Page 6: Makalah Efusi Pleura

b. Pleuritis karena bakteri Piogenik

Permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringan

parenkim paru dan menjalar secara hematogen, dan jarang yang melalui

penetrasi diafragma, dinding dada atau esophagus.

Aerob : Streptococcus pneumonia, Streptococcus mileri, Saphylococcus

aureus, Hemofilus spp, E. coli, Klebsiella, Pseudomonas spp.

Anaerob : Bacteroides spp, Peptostreptococcus, Fusobacterium.

c.Pleuritis Tuberkulosa

Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang bersifat eksudat.

Penyakit kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberkulosis paru melalui

fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening.

Cairan efusi yang biasanya serous, kadang-kadang bisa juga hemoragis.

Jumlah leukosit antara 500-2000 per cc. mula-mula yang dominan adalah

sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfost. Cairan efusi sangat sedikit

mengandung kuman tuberculosis.

d. Pleura karena Fungi

Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran

infeksi fungi dari jaringan paru. Jenis fungi penyebab pleuritis adalah :

aktinomikosis, koksidioidomikosis, aspergillus, kriptokokus,

histoplasmosis, blastomikosis, dll. Patogenesis timbulnya efusi pleura

adalah karena reaksi hipersensitivitas lambat terhadap organisme fungi. .

e.Pleuritis karena parasit

Parasit yang dapat menginfeksi ke dalam rongga pleura hanyalah amoeba.

Bentuk tropozoit datang dari parenkim hati menembus diafragma terus ke

parenkim paru dan rongga pleura. Efusi pleura karena parasit ini terjadi

karena peradangan yang ditimbulkannya. Di samping ini dapat terjadi

empiema karena karena ameba yang cairannya berwarna khas merah

coklat.di sini parasit masuk ke rongga pleura secara migrasi dari perenkim

hati. Dapat juga karena adanya robekan dinding abses amuba pada hati ke

arah rongga pleura.

6

Page 7: Makalah Efusi Pleura

2. Non infeksi

Sedangkan penyakit non infeksi yang dapat menyebabkan efusi pleura antara

lain: Ca paru, Ca pleura (primer dan sekunder), Ca mediastinum, tumor

ovarium, bendungan jantung (gagal jantung), perikarditis konstruktifa, gagal

hati, gagal ginjal.

Adapun penyakit non infeksi lain yang dapat menyebabkan efusi pleura antara

lain:

a. Efusi pleura karena gangguan sirkulasi

1. Gangguan Kardiovaskuler

Payah jantung (decompensatio cordis) adalah penyebab terbanyak

timbulnya efusi pleura. Penyebab lainnya dalah perikarditis

konstriktiva dan sindrom vena kava superior. Patogenesisnya dalah

akibat terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan

kapiler pulmonal akan menurunkan kapasitas reabsorbsi pembuluh

darah subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun (terhalang)

sehingga filtrasi cairan ke rongga pleura dan paru-paru meningkat.

2. Emboli Pulmonal

Efusi pleura dapat terjadi pada sisi paru yang terkena emboli pulmonal.

Keadaan ini dapat disertai infark paru ataupun tanpa infark. Emboli

menyebabkan turunnya aliran darah arteri pulmonalis, sehingga terjadi

iskemia maupun kerusakan parenkim paru dan memberikan

peradangan dengan efusi yang berdarah (warna merah). Di samping itu

permeabilitas antara satu atau kedua bagian pleura akan meningkat,

sehingga cairan efusi mudah terbentuk.

Cairan efusi biasanya bersifat eksudat, jumlahnya tidak banyak, dan

biasanya sembuh secara spontan, asal tidak terjadi emboli pulmonal

lainnya. Pada efusi pleura denga infark paru jumlah cairan efusinya

lebih banyak dan waktu penyembuha juga lebih lama.

7

Page 8: Makalah Efusi Pleura

3. Hipoalbuminemia

Efusi pleura juga terdapat pada keadaan hipoalbuminemia seperti

sindrom nefrotik, malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites serta

anasarka. Efusi terjadi karena rendahnya tekana osmotic protein cairan

pleura dibandingkan dengan tekana osmotic darah. Efusi yang terjadi

kebanyakan bilateral dan cairan bersifat transudat.

b. Efusi pleura karena neoplasma

Neoplasma primer ataupun sekunder (metastasis) dapat menyerang pleura dan

umumnya menyebabkan efusi pleura. Keluhan yang paling banyak ditemukan

adalah sesak nafas dan nyeri dada. Gejala lain adalah adanya cairan yang

selalu berakumulasi kembali dengan cepat walaupun dilakukan torakosentesis

berkali-kali.

Terdapat beberapa teori tentang timbulnya efusi pleura pada neoplasma,

yakni :

- Menumpuknya sel-sel tumor akan meningkatnya permeabilitas

pleura terhadap air dan protein

- Adanya massa tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran

pembuluh darah vena dan getah bening, sehingga rongga pleura gagal

memindahkan cairan dan protein

- Adanya tumor membuat infeksi lebih mudah terjadi dan

selanjutnya timbul hipoproteinemia.

c. Efusi pleura karena sebab lain

1. Efusi pleura dapat terjadi karena trauma yaitu trauma tumpul, laserasi,

luka tusuk pada dada, rupture esophagus karena muntah hebat atau karena

pemakaian alat waktu tindakan esofagoskopi.

2. Uremia

Salah satu gejala penyakit uremia lanjut adalah poliserositis yang terdiri

dari efusi pleura, efusi perikard dan efusi peritoneal (asites). Mekanisme

penumpukan cairan ini belum diketahui betul, tetapi diketahui dengan

timbulnya eksudat terdapat peningkatan permeabilitas jaringan pleura,

8

Page 9: Makalah Efusi Pleura

perikard atau peritoneum. Sebagian besar efusi pleura karena uremia tidak

memberikan gejala yang jelas seperti sesak nafas, sakit dada, atau batuk.

3. Miksedema

Efusi pleura dan efusi perikard dapat terjadi sebagai bagian miksedema.

Efusi dapat terjadi tersendiri maupun secara bersama-sama. Cairan bersifat

eksudat dan mengandung protein dengan konsentrasi tinggi.

4. Limfedema

Limfedema secara kronik dapat terjadi pada tungkai, muka, tangan dan

efusi pleura yang berulang pada satu atau kedua paru. Pada beberapa

pasien terdapat juga kuku jari yang berwarna kekuning-kuningan.

5. Reaksi hipersensitif terhadap obat

Pengobatan dengan nitrofurantoin, metisergid, praktolol kadang-kadang

memberikan reaksi/perubahan terhadap paru-paru dan pleura berupa

radang dan dan kemudian juga akan menimbulkan efusi pleura.

6. Efusi pleura idiopatik

Pada beberapa efusi pleura, walaupun telah dilakukan prosedur diagnostic

secara berulang-ulang (pemeriksaan radiologis, analisis cairan, biopsy

pleura), kadang-kadang masih belum bisa didapatkan diagnostic yang

pasti. Keadaan ini dapat digolongkan daloam efusi pleura idiopatik.

(Asril Bahar, 2001)

d. Efusi pleura karena kelainan Intra-abdominal

Efusi pleura dapat terjadi secara steril karena reaksi infeksi dan

peradangan yang terdapat di bawah diafragma, seperti pankreatitis,

pseudokista pancreas atau eksaserbasi akut pankreatitis kronik, abses

ginjal, abses hati, abses limpa, dll. Biasanya efusi terjadi pada pleura kiri

tapi dapat juga bilateral. Mekanismenya adalah karena berpindahnya

cairan yang kaya dengan enzim pancreas ke rongga pleura melalui saluran

getah bening. Efusi disini bersifat eksudat serosa, tetapi kadang-kadang

juga dapat hemoragik. Efusi pleura juga sering terjadi setelah 48-72 jam

pasca operasi abdomen seperti splenektomi, operasi terhadap obstruksi

intestinal atau pascaoperasi atelektasis.

9

Page 10: Makalah Efusi Pleura

1. Sirosis Hati

Efusi pleura dapat terjadi pada pasien sirosis hati. Kebanyakan efusi

pleura timbul bersamaan dengan asites. Secara khas terdapat kesamaan

antara cairan asites dengan cairan pleura, karena terdapat hubungnan

fungsional antara rongga pleura dan rongga abdomen melalui saluran

getah bening atau celah jaringan otot diafragma.

2. Sindrom Meig

Tahun 1937 Meig dan Cass menemukan penyakit tumor pada ovarium

(jinak atau ganas) disertai asites dan efusi pleura. Patogenesis

terjadinya efusi pleura masih belum diketahui betul. Bila tumor

ovarium tersebut dioperasi, efusi pleura dan asitesnya pun segera

hilang. Adanya massa di rongga pelvis disertai asites dan eksudat

cairan pleura sering dikira sebagai neoplasma dan metastasisnya.

3. Dialisis Peritoneal

Efusi pleura dapat terjadi selama dan sesudah dilakukannya dialysis

peritoneal. Efusi terjadi pada salah satu paru maupun bilateral.

Perpindahan cairan dialisat dari rongga peritoneal ke rongga pleura

terjadi melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya

komposisi antara cairan pleura dengan cairan dialisat.

1.4 Manifestasi Klinis

Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan oleh penyakit dasar.

Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis,

sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi

akan menentukan keparahan gejala. Efusi yang luas akan menyebabkan sesak

napas. Area yang mengandung cairan atau menunjukkan bunyi napas minimal

atau tidak sama sekali mengandung bunyi datar, pekak saat perkusi. Suara

egophoni akan terdengar diatas area efusi. Deviasi trakea menjauhi tempat yang

sakit dapat terjadi jika penumpukan cairan pleural yang signifikan. Bila terdapat

efusi pleura kecil sampai sedang, dispnea mungkin saja tidak ditemukan.( Brunner

& Suddart, 2001: 593)

10

Page 11: Makalah Efusi Pleura

1.5 Patogenesis Efusi Pleura

Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 10-20 cc. Cairan di rongga

pleura jumlahnya tetap karena ada keseimbangan antara produksi oleh pleura

parientalis dan absorbsi oleh pleura viceralis. Keadaan ini dapat dipertahankan

karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura parientalis sebesar

9 cm H2O dan tekanan koloid osmotic pleura viceralis. Namun dalam keadaan

tertentu, sejumlah cairan abnormal dapat terakumulasi di rongga pleura. Cairan

pleura tersebut terakumulasi ketika pembentukan cairan pleura lebih dari pada

absorbsi cairan pleura, misalnya reaksi radang yang meningkatkan permeabilitas

vaskuler. Selain itu, hipoprotonemia dapat menyebabkan efusi pleura karena

rendahnya tekanan osmotic di kapiler darah ( Hood Alsagaff dan H. Abdul Mukty,

2002).

Menurut Hood Alsagaff dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Dalam,

keadaan normal pada cavum pleura dipertahankan oleh:

1. Tekanan hidrostatik pleura parientalis 9 cm H2O

2. Tekanan osmotik pleura viceralis 10 cm H2O

3. Produksi cairan 0,1 ml/kgBB/hari

Secara garis besar akumulasi cairan pleura disebabkan karena dua hal yaitu:

1. Pembentukan cairan pleura berlebih

Hal ini dapat terjadi karena peningkatan: permeabilitas kapiler (keradangan,

neoplasma), tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke jantung / v.

pulmonalis ( kegagalan jantung kiri ), tekanan negatif intrapleura

(atelektasis ).

Ada tiga faktor yang mempertahankan tekanan negatif paru yang normal ini.

Pertama, jaringan elastis paru memberikan kontinu yang cenderung menarik

paru-paru menjauh dari rangka thoraks. Tetapi, permukaan pleura viseralis dan

pleura parietalis yang saling menempel itu tidak dapat dipisahkan, sehingga

tetap ada kekuatan kontinyu yang cenderung memisahkannya. Kekuatan ini

dikenal sebagai kekuatan negatif dari ruang pleura.

11

Page 12: Makalah Efusi Pleura

Faktor utama kedua dalam mempertahankan tekanan negatif intra pleura

menurut Sylvia Anderson Price dalam bukunya Patofisiologi adalah kekuatan

osmotic yang terdapat di seluruh membran pleura. Cairan dalam keadaan

normal akan bergerak dari kapiler di dalam pleura parietalis ke ruang pleura

dan kemudian di serap kembali melalui pleura viseralis. Pergerakan cairan

pleura dianggap mengikuti hukum Starling tentang pertukaran trans kapiler

yaitu, pergerakan cairan bergantung pada selisih perbedaan antara tekanan

hidrostatik darah yang cenderung mendorong cairan keluar dan tekanan

onkotik dari protein plasma yang cenderung menahan cairan agar tetap di

dalam. Selisih perbedaan absorbsi cairan pleura melalui pleura viseralis lebih

besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan parietalis dan permukaan

pleura viseralis lebih besar daripada plura parietalis sehingga pada ruang

pleura dalam keadaan normal hanya terdapat beberapa milliliter cairan.

Faktor ketiga yang mendukung tekanan negatif intrapleura adalah kekuatan

pompa limfatik. Sejumlah kecil protein secara normal memasuki ruang pleura

tetapi akan dikeluarkan oleh sistem limfatik dalam pleura parietalis. Ketiga

faktor ini kemudian, mengatur dan mempertahankan tekanan negatif intra

pleura normal.

2. Penurunan kemampuan absorbsi sistem limfatik

Hal ini disebabkan karena beberapa hal antara lain: obstruksi stomata,

gangguan kontraksi saluran limfe, infiltrasi pada kelenjar getah bening,

peningkatan tekanan vena sentral tempat masuknya saluran limfe dan tekanan

osmotic koloid yang menurun dalam darah, misalnya pada hipoalbuminemi.

Sistem limfatik punya kemampuan absorbsi sampai dengan 20 kali jumlah

cairan yang terbentuk.

Pada orang sehat pleura terletak pada posisi yang sangat dekat satu sama

lain dan hanya dipisahkan oleh cairan serous yang sangat sedikit, yang

berfungsi untuk melicinkan dan membuat keduanya bergesekan dengan

mudah selama bernafas. Sedikitnya cairan serous menyebabkan

keseimbangan diantara transudat dari kapiler pleura dan reabsorbsi oleh

vena dan jaringan limfatik di selaput visceral dan parietal. Jumlah cairan

12

Page 13: Makalah Efusi Pleura

yang abnormal dapat terkumpul jika tekanan vena meningkat karena

dekompensasi cordis atau tekanan vena cava oleh tumor intrathorax.

Selain itu, hypoprotonemia dapat menyebabkan efusi pleura karena

rendahnya tekanan osmotic di kapailer darah.

Eksudat pleura lebih pekat, tidak terlalu jernih, dan agak menggumpal. Cairan

pleura jenis ini biasanya terjadi karena rusaknya dinding kapiler melalui

proses suatu penyakit, seperti pneumonia atau TBC, atau karena adanya

percampuran dengan drainase limfatik, atau dengan neoplasma. Bila efusi

cepat permulaanya, banyak leukosit terbentuk, dimana pada umumnya limfatik

akan mendominasi. Efusi yang disebabkan oleh inflamasi pleura selalu

sekunder terhadap proses inflamasi yang melibatkan paru, mediastinum,

esophagus atau ruang subdiafragmatik. Pada tahap awal, ada serabut pleura

yang kering tapi ada sedikit peningkatan cairan pleura.selama lesi

berkembang, selalu ada peningkatan cairan pleura. Cairan eksudat ini sesuai

dengan yang sudah di jelaskan sebelumnya. Pada tahap awal, cairan pleura

yang berupa eksudat ini bening, memiliki banyak fibrinogen, dan sering

disebut serous atau serofibrinous. Pada tahap selanjutnya akan menjadi kurang

jernih, lebih gelap dan konsistensinya kental karena meningkatkanya

kandungan sel PMN.

Efusi pleura tanpa peradangan menghasilkan cairan serous yang jernih, pucat,

berwarna jerami, dan tidak menggumpal, cairan ini merupakan transudat.,

biasanya terjadi pada penyakit yang dapat mengurangi tekanan osmotic darah

atau retensi Na, kebanyakan ditemukan pada pasien yang menderita

oedemumum sekunder terhadap penyakit yang melibatkan jantung, ginjal, atau

hati. Bila cairan di ruang pleura terdiri dari darah, kondisi ini merujuk pada

hemothorax. Biasanya hal ini disebabkan oleh kecelakaan penetrasi traumatik

dari dinding dada dan menyobek arteri intercostalis, tapi bisa juga terjadi

secara spontan saat subpleural rupture atau sobeknya adhesi pleural (Sylvia

Anderson Price dan Lorraine, 2005: 739).

13

Page 14: Makalah Efusi Pleura

1.6 WOC

Non Infeksi mis. Ca paru, Ca pleura (primer dan sekunder), Ca mediastinum, tumor ovarium, bendungan jantung (gagal jantung), perikarditis konstruktifa, gagal hati, gagal ginjal

Infeksi (TB)tuberculosis, pnemonitis,

abses paru

Reaksi Ag -Ab

Merangsang mediator inflamasi

Bradikinin, prostaglandin, histamine, serotonin

Vaso aktif

Gangguan keseimbangan tekanan Hidrostatik dan

Onkotik

Penumpukan sel-sel tumorMassa tumor

Tersumbatnya pembuluh darah vena dan getah bening

Rongga pleura gagal memindahkan cairan

Akumulasi cairan di rongga pleura

Perpindahan cairan EFUSI PLEURA

Sesak nafas (Dispnea)

Nafsu makan ↓

Menekan pleura

Ekspansi paru inadekuat

PK: Atelektasis

Meningkatkan permeabilitas membran

Nafas pendek dengan usaha kuat

Kesulitan tidur

Kelelahan ↑

Indikasi Tindakan

Torakosintesis Pemasangan WSD

Terputusnya Kontinuitas jaringan

14

Rangsangan serabut saraf

sensoris parietalis

Peningkatan cairan Pleura

MK: Nyeri

MK: Nyeri

MK: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

MK: Ketidakefektifan

Pola NapasMK: Gangguan

Pola Tidur Perlukaan

Port de entre kuman

Page 15: Makalah Efusi Pleura

1.7 Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik

1. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik pasien dengan efusi pleura akan ditemukan:

1. Inspeksi: pencembungan hemithorax yang sakit, ICS melebar,

pergerakan pernafasan menurun pada sisi sakit, mediastinum terdorong ke

arah kontralateral.

2. Palpasi: sesuai dengan inspeksi, fremitus raba menurun.

3. Perkusi: perkusi yang pekak, garis Elolis damoisseaux

4. Auskultasi: suara nafas yang menurun bahkan menghilang.

2. Diagnostik

Diagnosis kadang-kadang dapat ditegakkan secara anamnesis dan pemeriksaan

fisik saja. Tapi kadang-kadang sulit juga, sehingga perlu pemeriksaan tambahan

sinar tembus dada. Untuk diagnosis yang pasti perlu dilakukan tindakan

torakosentesis dan pada beberapa kasus dilakukan juga biopsy pleura.

1. Sinar tembus dada

Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk

bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi daripada

bagian medial.

Cairan dalam pleura kadang-kadang menumpuk menggelilingi lobus paru

(biasanya lobus bawah) dan terlihat dalam foto sebagai bayangan konsolidasi

parenkim lobus. Dapat juga menggumpul di daerah para-mediastinal dan

terlihat dalam foto sebagai figura interlobaris. Bisa juga terdapat secara

parallel dengan sisi jantung, sehingga terlihat sebagai kardiomegali.

Hal lain yang dapat juga terlihat dalam foto dada pada efusi pleura adalah

terdorongnya mediastenum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Tapi bila

15

MK: Rsiko Tinggi terhadap

Infeksi

Page 16: Makalah Efusi Pleura

terdapat atelektasis pada sisi yang berlawanan dengan cairan, mediastenum

akan tetap pada tempatnya.

Di samping itu gambaran foto dada dapat juga menerangkan asal mula

terjadinya efusi pleura yaitu bila terdapat jantung yang membesar, adanya

masa tumor, adanya lesi tulang yang destruktif pada keganasan, adanya

densitas parenkimynag lebih kerang dpada pneumonia atau abses paru.

Pemeriksaan dengan ultrasonografi pada pleura dapat menentukan adanya

cairan dalam rongga pleura. Pemeriksaan ini sangat membantu sebagai

penentuan waktu melakukan aspirasi cairan tersebut, terutama pada efusi yang

terlokalisasi. Demikian juga dengan pemeriksaan CT Scan dada. Adanya

perbedaan densitas cairan dengan jaringan sekitarnya, sangat memudahkan

dalam menentukan adanya efusi pleura. Hanya saja pemeriksaan ini tidak

banyak dilakukan karena biayanya masih mahal.

Gambar 1.2 Gambaran Toraks dengan Efusi Pleura

(http://www.efusi pleura/080308/thorax/weblog.htm)

2. Torakosentesis

Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna sebagai sarana untuk

diagnostic maupun terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dilakukan pada

penderita dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru di

sela iga IX garis aksilaris posterioar dengan memakai jarum Abbocath nomor

14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1.000-1.500 cc

16

Page 17: Makalah Efusi Pleura

pada setiap kali aspirasi. Adalah lebih baik mengerjakan aspirasi berulang-

ulang daripada satu kali aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleural

shock (hipotensi) atau edema paru. Edema paru dapat terjadi karena paru-paru

menggembang terlalu cepat.

Komplikasi lain torakosentesis adalah pneumotoraks, ini yang paling sering,

udara masuk melalui jarum), hemotoraks (karena trauma pada pembuluh darah

interkostalis), emboli udara (ini agak jarang terjadi). Dapat juga terjadi laserasi

pleura viseralis, tapi biasanya ini akan sembuh sendiri dengan cepat. Bila

laserasinya cukup dalam, dapat menyebabkan udara dari alveoli masuk ke

vena pulmonalis sehingga terjadi emboli udara. Untuk mencegah emboli udara

ini menjadi emboli pulmoner atau emboli sistemik, penderita dibaringkan pada

sisi kiri di bagian bawah, posisi kepala lebih rendah daripada leher, sehingga

udara tersebut dapat terperangkap di atrium kanan.

Untuk diagnostic caiaran pleura dilakukan pemeriksaan:

1) Warna cairan

Biasanya cairan pleura berwarna agak kekuning-kuningan (serous-xantho-

chrome). Bila agak kemerah-merahan,ini dapat terjadi pada trauma, infark

paru, keganasan, adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila kuning

kehijauan dan agak perulen, ini menunjukan adanya empiema. Bila

merahtengguli, ini menunjukan adanya abses karena amoeba.

2) Biokimia

Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang

perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

17

Page 18: Makalah Efusi Pleura

(dikutip dari Asril Bahar: 2001)

Di samping pemeriksaan tersebut di atas, secara biokimia di periksakan

juga pada cairan pleura:

A. Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit

infeksi, arthritis rheumatoid dan neoplasma

B. Kadar amylase. Biasanya meningkat pada pankreatitis dan metastasis

adenokarsinoma.

3) Sitologi

transudat Eksudat

Kadar protein

dalam efusi

efusi (g/dl)

< 3 > 3

Kadar protein

dalam serum

per kadar

protein dalam

serum

< 0,5 > 0,5

Kadar LDH

dalam efusi

(I.U.)

< 200 > 200

Kadar LDH

dalam efusi

pe Kadar

LDH dalam

serum

< 0,6 > 0,6

Berat jenis

cairan efusi

< 1, 016 > 1, 016

Rivalta negatif Positif

18

Page 19: Makalah Efusi Pleura

Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk diagnostic

penyakit pleura, terutama bila ditemukan patologis atau dominasi sel –sel

tertentu.

a) Sel neutrofil: menunjukan adanya infeksi akut

b) Sel limfosit: menunjukan adanya infeksi kronik seperti pleuritis

tuberkulosa atau limfoma malignum.

c) Sel mesotel: bila jumlahnya meningkat adanya infark

paru.biasanya juga ditemukan banyak sel eritrosit.

d) Sel mesotel maligna: pada mesotelioma.

e) Sel-sel besar dengan banyak inti: pada arthritis rheumatoid.

f) Sel L.E: pada lupus eritematosus sistemik.

4) Bakteriologi

Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung

mikroorganisme, apalagi bila cairanya purulen.Efusi yang purulan dapat

mengandung kuman-kuman yang aerob ataupaun anaerob. Jenis kuman

yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneumokokus, E, coli,

Klebsiella, Pseudomonas, Enterobacter.

3. Biopsi pleura

Pemeriksaan histology stu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat

menunjukan 50-75 persen diagnosis kasus-kasus pleuritis tuberkolosa dan

tumor pleura. Komplikasi adalah pneumotoraks, hemotoraks, penyebarab

infeksi atau tumor pada dinding dada.

4. Pendekatan pada efusi yang tidak terdiagnosis

Analisis terhadap cairan pleura yang dilakukan satu kali kadang-kadang tidak

dapat menegakkan diagnosis.Dalam hal ini dianjurkan asppirasi dan

anakisisnya diulang kembali sampai diagnosis menjadi jelas.

Jika fasilitas memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan tambahan seperti:

a) Bronkoskopi, pada kasus–kasus neoplasma, korpus alienum dalam

paru, abses paru.

b) Scanning isotop, pada kasus-kasus dengan emboli paru.

19

Page 20: Makalah Efusi Pleura

c) Torakoskop(fiber-optic-pleuroscopy) pada kasus-kasus dengan

neoplasma atau tuberculosis pleura.

(Asril Bahar,. 2001: 786-789)

20

Page 21: Makalah Efusi Pleura

BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian Keperawatan

1) Pengkajian Pre Tindakan

Pengkajian Efusi Pleura

a. Riwayat keperawatan

b. B1 (Breathing)

- kaji adanya penyakit yang

mendasari terjadinya efusi pleura

(misal: TB, pneumonia,

neoplasma, dll)

- kaji emosi yang timbul

akibat pola nafas tidak efektif

- kaji koping (kecemasan)

klien mengenai penyakitnya

- kaji apakah klien pernah

kontak langsung dengan penderita

TB dan infeksi lain yang

mendasari efusi pleura

- kaji tempat kerja klien.

Misal: pabrik bahan-bahan kimia

(asbes)

- kaji pola makanan misal

makanan yang mengandung

bahan karsinogenik

- kaji keluhan utama yang

paling dirasakan klien. Misal

sesak nafas

1. pola nafas tidak teratur (dispneu/

sesak nafas)

2. nafas pendek

21

Page 22: Makalah Efusi Pleura

c. B2 (Blood)

d. B3 (Brain)

e. B4 (Bladder)

f. B5 (Bowel)

g. B6

(Bone/musculoskeletal/inte

gumen)

h. Aktivitas/istirahat

3. ketidaksimetrisan dada saat

ekspansi (pergerakan dada)

4. egofoni diatas area efusi

5. frekuensi nafas meningkat

6. bunyi nafas menghilang/ tidak

terdengar diatas bagian yang

terkena efusi pleura

7. perkusi pekak dan penurunan

fremitus raba

8. ekspansi paru inadekuat

1. tekanan darah

dan denyut nadi meningkat

2. nyeri dada

setempat ketika dilakukan

perkusi

3. peningkatan suhu tubuh

tidak ada masalah

Tidak ada masalah

1. kehilangan nafsu makan

2. penurunan masukan makanan

3. penurunan masukan makanan

4. penurunan berat badan

5. ketidakmampuan untuk makan

karena distres pernapasan

1. turgor kulit

sekitar abdomen buruk

2. bentuk dada

(barrel chest)

3. ukuran dada tidak mengalami

22

Page 23: Makalah Efusi Pleura

i. Pemeriksaan laboratorium

dan diagnostic

perubahan

1. kesulitan tidur

2. keletihan meningkat

- Periksaan sinar dada,

ditemukan : sudut kostrofenik

tumpul, obstruksi diafragma

sebagian, dan “putih” komplet

(opaque densitas) pada area yang

sakit

- Torasentesis

- Biopsi pleura

- Pemeriksaan cairan sitologi

untuk sel-sel malignan

- Pewarnaan gram, kultur,

basil tahan asam, dan sensivitas

cairan pleura

- Hitung sel darah merah dan

putih

- Pemeriksaan kimiawi

(glukosa, amylase, laktat

dehidrogenase, LDH, protein)

2) Pengkajian Post tindakan

Pengkajian Efusi Pleura

a. Riwayat keperawatan 1. kaji keluhan utama yang paling

dirasakan menggangu klien

selama dan setelah tindakan

2. kaji pengetahuan/pendidikan

tentang prosedur tindakan

23

Page 24: Makalah Efusi Pleura

b. B1 (breating)

c. B2 (Blood)

d. B3 (Brain)

e. B4 (Bladder)

f. B5 (Bowel)

g. B6

3. emosi yang meningkat akibat

tindakan

4. kaji pola makan klien selama dan

setelah tindakan

5. kaji koping (kecemasan) klien

selama dan sesudah tindakan

6. kaji mobilitas yang menurun

selama tindakan

7. kaji kondisi klien selama tindakan

1. ekspansi paru adekuat

2. sesak napas berkurang

3. pola napas teratur

4. frekuensi napas normal

5. gerakan dada simetris saat

ekpansi

6. adanya fremitus raba

7. terdengarnya bunyi napas (sonor

pada paru ketika perkusi)

1. tekanan darah normal

2. nyeri dada saat tindakan

3. suhu tubuh normal

tidak ada masalah

tidak ada masalah

1. peningkatan nafsu makan

2. peningkatan masukan makanan

dan berat badan

1. adanya tanda iritasi (kulit sekitar

24

Page 25: Makalah Efusi Pleura

(Bone/musculoskeletal/integ

umen)

h. Aktifitas/istirahat

perlukaan akibat pemasangan

WSD berwarna merah)

2. peradangan/inflamasi di sekitar

pemasangan WSD

keterbatasan rentang gerak pada area

pemasangan WSD

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang timbul menurut Carpenito (1995) adalah:

a) Diagnosa Keperawatan Pre Tindakan

1. Ketidakefektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura

ditandai dengan sesak nafas

2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang tindakan medis

pemasangan WSD ditandai dengan palpitasi, gemetar, gelisah, gugup,

ketakutan, terkejut

3. Nyeri berhubungan dengan inflamasi sekunder terhadap efusi pleura

ditandai dengan klien mengeluh nyeri, wajah tampak menahan nyeri,

menangis dan merintih

4. Gangggun pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder

terhadap efusi pleura ditandai dengan kesulitan untuk jatuh tertidur

5. Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan anoreksia akibat nyeri

6. Ansietas berhubungan dengan prosedur pemeriksaan diagnostic ditandai

dengan klien menghindar, pucat, palpitasi dan gemetar

b) Diagnosa Keperawatan Post Tindakan

1. Nyeri berhubungan dengan truma jaringan sekunder terhadap

pemasangan WSD

2. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan truma jaringan

sekunder terhadap pemasangan WSD

2.3 Perencanaan

25

Page 26: Makalah Efusi Pleura

a). Rencana Tindakan Pre Tindakan

1. Ketidakefektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam ronga pleura

ditandai dengan sesak nafas.

Tujuan :

Pasien memperlihatkan pola pernafasan yang efektif dalam waktu 2 hari

setelah pemasangan WSD.

Kriteria evaluasi hasil

1. Pasien memperlihatkan/ mempertahankan pola pernafasan yang efektif

dan mengalami perbaiakn pertukaran gas pada paru, meliputi :

1. Frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan normal

2. Penurunan nyeri dada/dispneu

3. Pada pemeriksaan sinar-x, cairan rongg pleura kembali normal,

baik jumlah maupun konsistensinya

2. Klien menyatakan factor penyebab, jika diketahui dan

menyatakan cara adaptif mengatasi factor tersebut

3. Mengutarakan pentingnya latihan paru setiap hari

Rencana Tindakan

No Rencana Tindakan Rasional

1 Posisikan fowler. Duduk tinggi memungkinkan

ekspansi paru dan memudahkan

pernapasan

2 Dorong atau bantu pasien dalam

melakukan nafas dalam.

Dapat meningkatkan banyaknya

sputum dimana gangguan ventilasi

dan ditambah ketidaknyamanan

upaya bernafas.

3

4

Siapkan untuk bantu pemasangan

WSD

Pantau kepatenan pemasangan dan

Memudahkan upaya pernafasan

dalam, dimana dapat lebih

mempercepat penghisapan

26

Page 27: Makalah Efusi Pleura

keefektifan proses drainase dengan

WSD (Water Seal Drainage),

meliputi :

1. Observasi klem penghubung klien

dengan system, jika klemnya tidak

terpasang dengan semestinya, maka

pasang kembali (perbaiki posisinya}

2. Observasi kebocoran pada system

WSD, jika terjadi :

Gelembung berkelanjutan

pada bilik WSD,

menandakan kebocoran

antara klien dan water seal,

maka kencangkan

sambungan yang kendur

antara klien dengan water

seal

Gelembung berkelanjutan

dan belum dapat teratas

menandakan bahwa

kebocoran tidak berpusat

pada klien, maka ganti

system drainase (kolaborasi

dengan dokter)

3. Pastikan plester terpasang dan

menghubungkan antara dada dan

selang drinase dengan tepat

4. Pastikan patensi ventilasi udara pada

sistem :

a. Ventilasi harus bebas sumbatan

b. Ventilasi bilik control penghisap

harus tanpa sumbatan, saat memakai

- Klem berfungsi untuk mengisolasi

system agar tidak ada udara yang

masuk ke dalam sistem

- Sambungan yang kendor

menyebabkan udara memasuki

sistem

- Gelembung berlanjut sebagai

fiksasi dan mengamankan selang

tetapi pada WSD dan plester

penghubung

-Plester berfungsi sebagai fiksasi

dan mengamankan selang dada ke

sistem memungkinkan udara yang

tertahan keluar ke atmosfir

- Memberikan factor keamanan

adanya tekanan negatif berlebihan

ke dalam atmosfir

27

Page 28: Makalah Efusi Pleura

penghisap

5. Pantau posisi selang agar tetap

menggantung dalam garis lurus dari

atas tempat tidur ke bilik drainase

6. Pantau selang dada, bila pengkajian

keperawatan menandakan obstruksi

pada drainase sekunder terhadap

bekuan atau debris pada selan, maka

lakukan pemencetan atau urut selang

dada tersebut

7. Pastikan posisi botol WSD terletak

di bawah tempat tidur klien (posisi

lebih rendah dari paru klien)

8. Pastikan drainase berjalan dengan

semestinya

- Meningkatkan drainase

- Pemijatan menimbulkan tingkat

tekanan negatif tinggi dan

mempunyai potensi penarikan

jaringan paru atau pleura ke dalam

lubang drainase selang dada

- Mempermudah drainase dan

mempertahankan tekanan negatif

dan mempunyai potensi penarikan

jaringan atau pleura ke dalam

lubang drainase selang dada

5 Pertahankan tirah baring untuk

mengambil posisii yang nyaman

Memberikan rasa nyaman pada

klien

6 Pastikan pada individu bahwa tindakan

latihan pernafasan dilakukan untuk

menjamin keamanan

Melakukan pelatihan pernafasan

7 Jelaskan alasan, demonstrasikan, dan

instruksikan klien untuk batuk saat

ekspirasi

Batuk saat ekspirasi mencegah

peningkatan tekanan.pleura,

sehingga drainase dapat berjalan

dengan lancer

8 Bantu dan ajarkan klien untuk :

-Berbalik, batuk dan nafas setiap 2-4

jam

- Melatih pernafasan klien

28

Page 29: Makalah Efusi Pleura

- Memberikan spirometer insentif

-Bebat dada ketika batuk

- Lakukan latihan rentang gerak pasif

pada semua ekstremitas klien setiap 2-

4 jam

- Memberikan oksigenasi yang

yang adekuat

- Mengurangi guncangan pada

rongga pleurayang dapat

mengakibatkan nyeri

- Mengurangi kekakuan pada sendi

gerak akibat tirah baring

9 Berikan obat-obatan sesuai pesanan

dan pastikan bahwa klien

meminumnya

Mencegah terjadinya salah memberi

obat dan mempercepat proses

penyembuhan

10 Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi,

jelaskan bahwa fungsi pernafasan akan

meningkat dan dispneu akan menurun

dengan melakukan latihan

Mengurangi intoleransi aktivitas

pada klien mengurangi ansietas

pada saat latihan dan memberi

motivasi pada klien untuk

melakukan latihan pernafasan

11 Pantau TD, S, N, dan P setiap 4jam Untuk mengetahui perkembangan

klien setiap 4 jam

2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang tindakan medis

pemasangan. WSD ditandai dengan palpitasi , gemetar, gelisah, gugup,

katakutan, terkejut.

Tujuan :

Individu akan mengetahui penyebab ansietasnya dan mampu menunjukkan pola

koping yang baik, maupun saat tindakan medis dilakukan.

Kriteria evaluasi hasil :

1. Klien mengatakan bahwa ia mengetahui penyebab ansietasnya

2. Klien mengatakan bahwa ia menyadari pantingnya atau alasan tindakan

tersebut dilakukan

29

Page 30: Makalah Efusi Pleura

3. Palpitasi, gemetar, gelisah, gugup, terkejut, ketakutan menurun atau tidak

ada pada saat pra, pasca, dan waktu tindakan medis dilakukan

4. Klien mengungkapkan apa yang diharapkannya atau optimisme terhadap

tindakan tersebut

Rencana tindakan :

No Rencana Tindakan Rasional

1 Sebelum melakukan tindakan

jelaskan terlebih dulu mengenai :

- Jenis tindakan yang akan

dilakukan

- Alasan dan hasil tindakan yang

diharapkan

-Resiko yang akan terjadi

Jenis anesthesia

Perkiraan lama tindakan,

pemasangan, pencabutan, dan

pemulihan

Kebutuhan partisipasi dalam

kegiatan, peralatan, lingkungan,

petugas, sensasi pasca operasi

Penjelasan lebih awal dapat

menurunkan atau menghilangkan

ansietas klien. Klien mengetahui

proses dan tujuan, tindakan

tersebut dilakukan

2 Jika terjadi ansietas ringan ulangi

kembali penjelasan awal

Penjelasan dapat menenangkan

klien dan meminimalisir atau

mengeliminasi ansietas tersebut

3 Jika ansietas sedang, Bantu klien

untuk mengungkapkan pengertian

dan alsan ansietas. Bantu unutk

menilai kembali adanya ancaman

dan belajar cara baru untuk

mengatasinya

Pada tingkat ini, perlu usaha

tambahan atau bantuan untuk

memahami ansietas yang terjadi

4 Jika terjadi ansietas berat, beri

tahu dokter

Pada tingkat ini persepsi sangat

menurun, tidak dapat

30

Page 31: Makalah Efusi Pleura

berkonsentrasi, tindakan

kolaboratif diperlukan

5

6

Beri informasi di samping tempat

tidur mengenai sensai serta

gambaran (menggunakan selang)

dan jelaskan bahwa klien dan

keluarganya dapat menghadapinya

pada pasca operasi

Jelaskan pentingnya penyluhan

dan demonstrasi serta instruksikan

klien untuk mengulangi

demonstrasi

- Latihan aktivitas, dan cara

latihan rentang gerak pasif

- Duduk, bangun, dan ambulasi

- Pentingnya perawatan diri

Informasi dapat membantu klien

untuk mengetahui gambaran

tindakan yang akan dilakukan.

Keyakinan dapat membantu klien

untik lebuh siap menghadapi

tindakan

Penyuluhan, demonstrasi

mendorong atau membantu klien

untuk melaksanakan latihan pasca

operasi untuk mempercepat

pemulihan dan meminimalisir efek

lainnya yang tidak diharapkan

3. Nyeri berhubungan dengan inflamasi sekunder terhadap efusi pleura ditandai

dengan klien mengeluh nyeri, wajah tampak menahan nyeri, menangis dan

merintih

Tujuan :

Nyeri teratasi seiring dengan berkurangnya akumulasi cairan pleura

Kriteria evaluasi hasil :

1. Klien mengetahui penyebab nyeri

2. klien menyatakan nyeri yang dirasakannya berkurang atau hilang

3. Klien tidak lagi menunjukkan wajah menahan nyeri, menangis, dan merintih

Rencana tindakan :

No Rencana Tindakan Rasional

1 Bantu klien untuk menetukan

penyebab nyeri dan tentukan

Tindakan yang dapat dilakukan jika

penyebab dan tingkatan nyeri telah

31

Page 32: Makalah Efusi Pleura

tingkatannya, diukur dengan skala

nyeri dan rentang 0-10

diketahui

2 Berikan analgesic pada penurunan

rasa nyeri yang optimal :

- Lihat advice dokter

- Jelaskan rute yang digunakan per-

oral, inhalasi, IM, atau IV

- Konsultasikan dengan apoteker

mengenai kemungkinan reaksi

tambahan akibat interaksi denga

nobat lain

Analgesik dapat menurunkan atau

menghilangkan sensasi nyeri dan harus

dilakukan secara kolaboratif

3 Kurangi ayau turunkan efek

samping umum dari narkotik, jika

digunakan jelaskan bahwa narkotik

bisa menyebabkan konstipasi,

sedasi, adiksi, mual- muntah, dan

mulut kering

Narkotik dapat menyebabkan adiksi dan

efek samping lain yang membahayakan

4 Kolaborasi dengan klien untuk

melakukan tindakan pengurangan

nyeri noninvasive :

Ajarkan dan instruksikan

penggunaan tehnik relaksasi (nafas

berirama, lambat, dan dalam),

distraksi dan masase

Kolaborasi dapat mempermudah

pelaksanaan tindakan dan tehnik relaksasi

mampu mengurangi sensasi nyeri

5 Beri informasi akurat untuk

menurunkan rasa nyeri mengenai

penyebab nyeri dari kemungkinan

kapan nyeri akan hilang serta

yakinkan klien bahwa ia mampu

mengatasi rasa nyeri

Informasi dan dukungan keyakinan dapat

menenangkan klien sehingga sensai nyeri

tidak terlalu dirasakan

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder terhadap

gangguan pernafasan ditandai dengan kesulitan untuk jatuh tertidur

32

Page 33: Makalah Efusi Pleura

Tujuan :

Memperbaiaki pola tidur klien hingga kembali teratur tanpa terganggu oleh

kondisi terapinya

Kriteria hasil evaluasi :

1. Klien mengetahui dan mengerti factor-faktor yang menghambat untuk tertidur

2. Klien mengetahui dan menerapkan teknik-teknik untuk mempermudah tidur

3. Klien segera tertidur dalam waktu kuran dari 30 menit

Rencana tindakan :

No Rencana tindakan Rasional

1 - Kurangi atau hilangkan distraksi

lingkungan seperti kebisingan dan

stimulus yaitu : tutp pintu ruangan,

gorden atau tirai, lepaskan hubungan

telepon, kurangi stimulus (seperti

pembicaraan staf), hindari prosedur

yang tidak penting selama klien

tertidur, batasi pengunjung

- Tutup kebisingan lingkungan

dengan kebisingan putih misalnya

kipas angin, musik lembut, rekaman

hujan

Kebisingan dan stimulus dapat

mengganggu istirahat atau tidur klien

2 Beri posisi fowler pada klien Posisi fowler mempermudah drainase

pleura

3 Relaksasi atau latihan nafas sebelum

tidur

Relaksasi mempermudah untuk tidur

4 Lakukan ritual sebelum tidur (bagi

yang terbiasa) :

- Mandi air hangat

Ritual sebelum tidur dapat membantu

klien untuk cepat tidur

33

Page 34: Makalah Efusi Pleura

- Makan makanan kecil sebelum

tidur

- berdoa

- membaca

- dipijat

- minum susu hangat

- bunyikan musik yang lembut

5 Batasi jumlah dan lamanya tidur

siang jika berlebihan (lebih dari 90

menit)

Tidur siang yang lebih dari 90 menit

dapat menurunkan stimulus untuk tidur

yang lama pada malam hari

6 Tingkatkan aktivitas sehari-hari jika

memungkinkan : buat bersama klien

jadwal program aktivitas sehari-hari

- Ajarkan pentingnya latihan regular

seperti berpindah

Aktivitas berupa latihan dapat

menurunkan stress dan memudahkan

tertidur

7 Kurangi potensi terhadap cedera

ketika tidur :

-Gunakan pagar tempat tidur jika

perlu

- tempatkan tempat tidur pada posisi

yang rendah

- Berikan pengawasan yang cukup

- tempatkan bel pada tempat yang

rendah

Pencegahan dapat menghindarkan klien

dari cidera yang memperparah kondisi

klien

8 Berikan sedative atau hipnotik

dalam dosis seminimal mungkin jika

diperlukan (konsul dengan dokter)

Sedative atau hipnotik dapat membuat

klien mudah tertidur

9 Jelaskan obat-obat hipnotik atau

sedative tidak boleh digunakan

dalam jangka waktu yang lama

Sedative atau hipnotik dapat

menyebabkan adiksi bila digunakan

dalam jangka waktu yang lama

b) Rencana Tindakan Post Tindakan

34

Page 35: Makalah Efusi Pleura

1. Nyeri berhubungan dengan truma jaringan sekunder terhadap

pemasangan WSD

Tujuan: Menghilangkan nyeri akibat pemasangan WSD

Kriteria hasil evaluasi:

a. Pasien menyatakan nyeri hilang atau terkontrol

b. Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, dan peningkatan aktivitas

dengan tepat

Rencana Tindakan

No Tindakan/Intervensi Rasional

1.

Mandiri

Pantau tanda vital Perubahan frekuensi

jantung atau TD

menunjukkan bahwa

pasien mengalami nyeri

khususnya bila alasan lain

untuk perubahan tanda

vital telah terlihat

2. Berikan tindakan nyaman misalnya pijatan

punggung, perubahan posisi, musik

tenang/perbincangan, relaksasi atau latihan

napas

Tindakan non analgesik

diberikan dengan sentuhan

lembut dapat

menghilangkan

ketidaknyamanan dan

memperbesar efek terapi

analgesik

1.

Kolaborasi

Berikan anlgesik dan antitusif sesuai terapi Obat ini dapat digunakan

untuk menekan batuk non-

produktif dan untuk

meningkatkan

kenyamanan istirahat.

35

Page 36: Makalah Efusi Pleura

2. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan truma jaringan sekunder

terhadap pemasangan WSD

Tujuan: Mengurangi faktor infeksi yang berhubungan dengan truma jaringan

sekunder terhadap pemasangan WSD

Kriteria Hasil: Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan

risiko infeksi.

Rencana Tindakan

No Tindakan/Intervensi Rasional

1.

Mandiri

Awasi suhu. Demam dapat terjadi karena

infeksi.

2. Kaji pentingya latihan napas, batuk

efektif, perubahan posisi, dan masukan

cairan adekuat.

Aktivitas ini meningkatkan

mobilisasi dan pengeluaran sekret

untuk menurunkan resiko

terjadinya infeksi paru.

3. Observasi warna. Sekret berbau, kuning atau

kehijauan menunjukkan adanya

infeksi paru.

4. Dorong keseimbangan antara aktivitas

dan istirahat.

Menurunkan konsumsi/kebutuhan

keseimbangan oksigen dan

memperbaiki pertahanan pasien

terhadap infeksi, meningkatkan

penyembuhan.

5. Diskusi kebutuhan masukan nutrisi

adekuat.

Malnutrisi dapat mempengaruhi

kesehatan umum dan menurunkan

tahanan terhadap infeksi.

1.

Kolaborasi

Dapatkan spesimen sputum dengan

batuk atau pengisapan untuk pewarnaan

kuman Gram, kultur/sensitivitas.

Dilakukan untuk mengidentifikasi

organisme penyebab dan

kerentanan terhadap berbagai

36

Page 37: Makalah Efusi Pleura

antimikrobial.

2. Berikan antimikrobial sesuai indikasi Dapat diberikan untuk organisme

khusus yang teridentifikasi

dengan kultur dan sensitivitas,

atau diberikan secara profilaktik

karana resiko tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood dan H. Abdul Mukty. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.

Surabaya: Airlangga University Press

Anonim. Paru-paru dan Saluran Pernapasan. www.medicastore.com. Diakses

tanggal 10 Maret 2008, jam 13.00 WIB

37

Page 38: Makalah Efusi Pleura

Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI

Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. Jakarta:

EGC

Carpenito, Lynda Juall. 1995 Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Halim, Hadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit. Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.

Rofiqahmad. 2008. Thorax. http://www.efusi pleura/080308/thorax/weblog.htm.

diakses tanggal 13 Maret 2008 jam 13.20 WIB

38