33
MAKALAH Mata Kuliah Etika Administrasi ETIKA LINGKUNGAN DALAM ILLEGAL LOGGING Dikerjakan Oleh : Kelompok 8 1. Chyntia Nuraini (0906611734) 2. Conny M. Simanjuntak (0906611753) 3. Ika Wulandari (0906611841) 4. Pheni Yurida (0906611942) 5. Ria Maharani Kertapati (0906612005) 6. Sekar Fitri (0906612163)

MAKALAH Etika Illegal Logging

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah etika administrasi tentang illegal logging

Citation preview

Page 1: MAKALAH Etika Illegal Logging

MAKALAH

Mata Kuliah Etika Administrasi

ETIKA LINGKUNGAN DALAM ILLEGAL LOGGING

Dikerjakan Oleh : Kelompok 8

1. Chyntia Nuraini (0906611734)2. Conny M. Simanjuntak (0906611753)3. Ika Wulandari (0906611841)4. Pheni Yurida (0906611942)5. Ria Maharani Kertapati (0906612005)6. Sekar Fitri (0906612163)

Program S1 Ekstensi Ilmu Administrasi Fiskal

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia

Depok

2011

Page 2: MAKALAH Etika Illegal Logging

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

diselesaikannya makalah Etika Lingkungan. Makalah ini berisi tentang Bagaimana

manusia memahami lingkungan sebagai suatu kesatuan yang utuh, bagaimana situasi

alam atau lingkungan dimasa sekarang, serta bagaimana menjaga kelestarian

lingkungan hidup bagi masa yang akan datang, tidak lupa, rasa terima kasih kami

ucapkan pada Dosen Etika Administrasi yang telah membimbing kami dalam

penyusunan makalah ini .

Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini.

Untuk itu kami mohon maaf jika terdapat banyak kesalahan di dalamnya, dan oleh

karenanya saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.

Jakarta, Mei 2011

Penyusun

1

Page 3: MAKALAH Etika Illegal Logging

DAFTAR ISI

i Kata Pengantar........................................................................................................................1

ii Daftar Isi................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3

1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................................3

1.2 Pokok Permasalahan...........................................................................................................5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan...........................................................................................5

1.4 Landasan Teori...................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................14

2.1 Illegal Logging .................................................................................................................14

2.2 Kaitan antara Illegal Logging dengan Etika Lingkungan.................................................17

BAB III PENUTUP................................................................................................................20

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

2

Page 4: MAKALAH Etika Illegal Logging

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara agraris, yang mana terdiri dari daratan dan

perairan yang luas. Indonesia memiliki banyak sekali pulau-pulau yang dipisahkan

oleh lautan. Indonesia dari dulu terkenal merupakan daerah yang subur (daratan).

Banyak sekali daerah daratan daripada negara kita ini yang dimanfaatkan sebagai

daerah pertanian dan juga perkebunan, hal ini karena daratan indonesia terkenal

subur sehingga baik untuk dikembangkannya sektor tersebut. Namun semakin hari

keadaan negeri kita semakin banyak mengalami perubahan. Seiring dengan

perkembangan teknologi industri, banyak lahan-lahan pertanian dan perkebuanan

yang subur dibangun diatasnya pabrik-pabrik industri dan juga perkotaan.

Perkembangan zaman juga diikuti dengan semakin banyaknya jumlah penduduk

yang mendiami negeri kita tercinta ini. Akibatnya, lahan pertanian dan perkebunan

pun semakin sempait, yang mana dikarenakan adanya pembukaan lahan untuk

memenuhi kebutuhan sandang pangan dan papan kita. Selain itu juga banyaknya

lahan-lahan yang mulai tercemar dengan limbah dan tingginya kandungan bahan-

bahan kimia yang ada di dalam tanah kita. Banyak sekali lahan-lahan perkebunan

yang dulunya masih hijau bisa dikatakan vegetasi yang ada masih cukup sekarang

menjadi daerah yang kering dan gundul. Ini semua tidak lepas dari tindakan manusia

itu sendiri yang kurang bertanggung jawab. Pada dasarnya semua yang kita lakukan

akan kembali kepada kita semua kelak. Dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas, sudah

pasti menjadi penyebab mengapa banyak sekali terjadi bencana alam seperti halnya

3

Page 5: MAKALAH Etika Illegal Logging

lonsor, banjir, dll. Penebangan hutan yang tidak mengikuti prosedur tebang pilih

menjadi hal yang paling mendasar yang menyebabkan daerah hutan kita yang

seharusnya lebat dengan pepohonan menjadi kering kerontang. Dari hal tersebut,

banyak sekali yang merasakan danpaknya baik secara langsung maupun tidak.

Banyak hewan-hewan yang turun ke daerah pemukiman penduduk, hal ini karena

mereka tidak lagi memiliki tempat tinggal yang cocok untuk diri mereka. Mereka

juga kekurangan makanan, sehingga banyak dari mereka yang menyerang pertanian

kita. Jika kita sadar, manusia sering dirugikan karena akibat ulahnya sendiri. Tidah

hanya hewan yang dirugikan, namun di sini yang paling dirugikan adalah alam

semesta ini. Sehingga jangan heran jika banyak sekali benca banjir, longsor, dll yang

terjadi di daerah sekitar kita ini.

Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat

langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia

melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat

manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang peduli

pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang seharusnya dengan

norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia modern menghadapi

alam hampir tanpa menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan

dicemari tanpa merasa bersalah. Akibatnya terjadi penurunan secara drastis kualitas

sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti

pula penurunan kualitas alam. Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya

mencuat sebagai masalah yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia.

Kiranya tidak salah jika manusia dipandang sebagai kunci pokok dalam kelestarian

4

Page 6: MAKALAH Etika Illegal Logging

maupun kerusakan lingkungan hidup yang terjadi. Bahkan jika terjadi kerusakan

dalam lingkungan hidup tersebut, YB Mangunwijaya memandangnya sebagai oposisi

atau konflik antara manusia dan alam. Cara pandang dan sikap manusia terhadap

lingkungan hidupnya menyangkut mentalitas manusia itu sendiri yang

mempertanyakan eksistensinya di jaman modern ini dalam kaitannya dengan waktu,

tujuan hidup, arti materi dan yang ada ”di atas” materi. Dengan demikian masalah

lingkungan hidup tak lain adalah soal bagaimana mengembangkan falsafah hidup

yang dapat mengatur dan mengembangkan eksistensi manusia dalam hubungannya

dengan alam. Isu-isu kerusakan lingkungan menghadirkan persoalan etika yang

rumit. Karena meskipun pada dasarnya alam sendiri sudah diakui sungguh memiliki

nilai dan berharga, tetapi kenyataannya terus terjadi pencemaran dan perusakan.

Keadaan ini memunculkan banyak pertanyaan, perhatian kita pada isu lingkungan ini

juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana keterkaitan dan relasi kita dengan

generasi yang akan datang. Kita juga diajak berpikir kedepan. Kita akan menyadari

bahwa relasi kita dengan generasi akan datang, yang memang tidak bisa timbal balik.

Karenanya ada teori etika lingkungan yang secara khusus memberi bobot

pertimbangan pada kepentingan generasi mendatang dalam membahas isu

lingkungan ini. Para penganut utilitirianisme, secara khusus, memandang generasi

yang akan datang dipengaruhi oleh apa yang kita lakukan sekarang. Apapun yang

kita lakukan pada alam akan mempengaruhi mereka. Pernyataan ini turut

memunculkan beberapa pandangan tentang etika lingkungan dalam pendekatannya

terhadap alam dan lingkungan.

5

Page 7: MAKALAH Etika Illegal Logging

1.2 Pokok Permasalahan

1 Apa dampak Illegal Logging?

2 Bagaimana kaitannya antara Illegal Logging dengan etika lingkungan?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Sehubungan dengan adanya suatu hal yang melatarbelakangi masalah, maka

ada beberapa hal yang menjadi tujuan dalam penyusunan makalah ini, yakni:

1. Mengetahui dampak Illegal Logging di Kalimantan.

2. Mengetahui kaitan antara Illegal Logging dengan etika lingkungan.

1.4 Landasan Teori

a. Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak

kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep

individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu

yang telah dilakukan. Sedangkan Etiket adalah suatu sikap seperti sopan santun atau

aturan lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok manusia yang beradab

dalam pergaulan

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.

Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui

rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil

sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya

membantu kitauntuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita

lakukan dan yangpelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam

6

Page 8: MAKALAH Etika Illegal Logging

segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi

beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.

b. Etika Lingkungan

Etika lingkungan adalah kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan

lingkungannya. Etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut

lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap

terjaga.

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika

lingkungan sebagai berikut:

a. Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan

sehngga perlu menyayangi semua kehidupan dan lingkungannya selain

dirinya sendiri.

b. Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya

untuk menjaga terhadap pelestarian, keseimbangan dan keindahan alam.

c. Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk

bahan energi.

d. Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk

makhluk hidup yang lain.

Masalah ekologi tidak cukup dihadapi dengan mengembangkan etika

lingkungan hidup. Kalau sudah menyangkut kesejahteraan masyarakat, pemikiran

etis saja tidak akan berdaya tanpa didukung oleh aturan-aturan hukum yang dapat

7

Page 9: MAKALAH Etika Illegal Logging

menjamin pelaksanaan dan menindak pelanggarnya. Untuk itu perlu diketahui

berbagai teori yang membangun pemikiran tentang etika lingkungan hidup.

Etika Lingkungan disebut juga Etika Ekologi. Etika Ekologi selanjutnya

dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Etika ekologi dalam

adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami

lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua

unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Etika Ekologi ini memiliki prinsip

yaitu bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki

hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk

berkembang. Premisnya adalah bahwa lingkungan moral harus melampaui spesies

manusia dengan memasukkan komunitas yang lebih luas. Komunitas yang lebih luas

disini maksudnya adalah komunitas yang menyertakan binatang dan tumbuhan serta

alam. Bagi etika ekologi dalam, alam memiliki fungsi sebagai penopang kehidupan.

Untuk itu lingkungan patut dihargai dan diperlakukan dengan cara yang baik. Etika

ini juga disebut etika lingkungan ekstensionisme dan etika lingkungan preservasi.

Etika ini menekankan pemeliharaan alam bukan hanya demi manusia tetapi juga

demi alam itu sendiri. Karena alam disadari sebagai penopang kehidupan manusia

dan seluruh ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk memelihara alam demi

kepentingan bersama. Terbagi dalam empat kategori besar, yaitu :

a. Etika lingkungan neo-utilitarisme

merupakan pengembangan etika utilitarisme Jeremy Bentham yang menekankan

kebaikan untuk semua. Dalam konteks etika lingkungan maka kebaikan yang

dimaksudkan, ditujukan untuk seluruh mahluk. Tokoh yang mempelopori etika ini

8

Page 10: MAKALAH Etika Illegal Logging

adalah Peter Singer. Dia beranggapan bahwa menyakiti binatang dapat dianggap

sebagai perbuatan tidak bermoral.

b. Etika lingkungan Zoosentrisme

adalah etika yang menekankan perjuangan hak-hak binatang, karenanya etika ini juga

disebut etika pembebasan binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich.

Menurut etika ini, binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena

mereka dapat merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para

penganut etika ini, rasa senang dan penderitaan binatang dijadikan salah satu standar

moral. Menurut The Society for the Prevention of Cruelty to Animals, perasaan

senang dan menderita mewajibkan manusia secara moral memperlakukan binatang

dengan penuh belas kasih.

c. Etika lingkungan Biosentrisme

adalah etika lingkungan yang lebih menekankan kehidupan sebagai standar moral.

Salah satu tokoh penganutnya adalah Kenneth Goodpaster. Menurut Kenneth rasa

senang atau menderita bukanlah tujuan pada dirinya sendiri. Bukan senang atau

menderita, akhirnya, melainkan kemampuan untuk hidup atau kepentingan untuk

hidup. Kepentingan untuk hidup yang harus dijadikan standar moral. Sehingga bukan

hanya manusia dan binatang saja yang harus dihargai secara moral tetapi juga

tumbuhan. Menurut Paul Taylor, karenanya tumbuhan dan binatang secara moral

dapat dirugikan dan atau diuntungkan dalam proses perjuangan untuk hidup mereka

sendiri, seperti bertumbuh dan bereproduksi.

d. Etika Lingkungan Ekosentrisme

adalah sebutan untuk etika yang menekankan keterkaitan seluruh organisme dan

anorganisme dalam ekosistem. Setiap individu dalam ekosistem diyakini terkait satu

9

Page 11: MAKALAH Etika Illegal Logging

dengan yang lain secara mutual. Planet bumi menurut pandangan etika ini adalah

semacam pabrik integral, suatu keseluruhan organisme yang saling membutuhkan,

saling menopang dan saling memerlukan. Sehingga proses hidup-mati harus terjadi

dan menjadi bagian dalam tata kehidupan ekosistem. Kematian dan kehidupan

haruslah diterima secara seimbang. Hukum alam memungkinkan mahluk saling

memangsa diantara semua spesies. Ini menjadi alasan mengapa manusia boleh

memakan unsur-unsur yang ada di alam, seperti binatang maupun tumbuhan.

Secara umum etika ekologi dalam ini menekankan hal-hal berikut :

Manusia adalah bagian dari alam,

Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh

manusia, tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang,

Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan

sewenang-wenang,

Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk,

Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai,

Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati,

Menghargai dan memelihara tata alam,

Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem,

Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu

sistem mengambil sambil memelihara.

2. Etika ekologi dangkal.

Sedangkan Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang

menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang

10

Page 12: MAKALAH Etika Illegal Logging

bersifat antroposentris. Etika ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat

rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan mekanistik yang kemudian

diikuti dan dianut oleh banyak ahli lingkungan. Kebanyakan para ahli lingkungan ini

memiliki pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia, Etika ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu etika antroposentris yang

menekankan segi estetika dari alam dan etika antroposentris yang mengutamakan

kepentingan generasi penerus. Etika ekologi dangkal yang berkaitan dengan

kepentingan estetika didukung oleh dua tokohnya yaitu Eugene Hargrove dan Mark

Sagoff. Menurut mereka etika lingkungan harus dicari pada aneka kepentingan

manusia, secara khusus kepentingan estetika. Sedangkan etika antroposentris yang

mementingkan kesejahteraan generasi penerus mendasarkan pada perlindungan atau

konservasi alam yang ditujukan untuk generasi penerus manusia.

  Etika yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan sumber hidup

manusia. Etika ini menekankan hal-hal berikut ini :

Manusia terpisah dari alam,

Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung

jawab manusia,

Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya,

Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia,

Norma utama adalah untung rugi,

Mengutamakan rencana jangka pendek,

Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya

dinegara miskin,

Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.

11

Page 13: MAKALAH Etika Illegal Logging

Selain itu etika lingkungan juga dibedakan lagi sebagai etika pelestarian dan

etika pemeliharaan. Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada

mengusahakan pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika

pemeliharaan dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk

kepentingan semua mahluk.

c. Illegal Logging

Penebangan liar atau disebut juga dengan illegal logging. Sedangkan

pengertian Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi lebat oleh pepohonan dan

tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang

luas di dunia. Dalam definisi lain disebutkan bahwa hutan adalah bentuk kehidupan

yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis

maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun daerah beriklim dingin, di

dataran rendah maupun pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.

Fungsi Hutan

1. Sebagai penampung karbondioksida;

dalam proses fotosintesis tumbuhan mengambil Karbondioksida (Co2) dari atmosfer

dikombinasi dengan air  dan dibantu dengan energi cahaya memproduksi materi

organik.

2. Habitat Hewan;

Hewan-hewan penghuni hutan seperti orang utan, harimau, singa, ular, babi hutan,

gajah, dan lainnya merupakan penghuni asli hutan. Habitat mereka di hutan sehingga

ketika hutan menjadi gundul hewan-hewan tersebut akan keluar dari hutan dan

mendatangi pemukiman penduduk desa, serta memangsa hewan dan penduduk. Hal

12

Page 14: MAKALAH Etika Illegal Logging

ini disebabkan karena rantai makan mereka terputus dan menyebabkan hewan-hewan

buas tersebut mencari makan di luar hutan.

3. Modulator arus hidrologika

Hutan sebagai penyeimbang arus hidrologika, sebagai tempat penyerapan air,

penahan air sehingga menghindari erosi tanah.

4. Pelestari tanah

Tanah-tanah yang dibiarkan gundul maka akan kehilangan fungsinya sebagai tanah.

Tanah akan kurang berfungsi, sehingga tanah akan menjadi tanah yang tandus.

serta merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting.

Penebangan Liar (Illegal Logging)

Pembalakan liar adalah kegiatan penebangan, pengangkutan, dan penjualan kayu

yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat. Pembalakan liar

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan atau pribadi-pribadi yang membutuhkan.

Pohon-pohon ditebang dengan seenaknya untuk keperluan pribadi dan tanpa ijin,

membuka hutan dan menguras habis isinya, dan tanpa menanam kembali hutan untuk

kelestarian selanjutnya.

13

Page 15: MAKALAH Etika Illegal Logging

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Illegal Logging

Pada dasarnya hubungan yang terjalin antara manusia dan alam dapat dibagi

menjadi hubungan manusia dengan alam yang merusak atau merugikan dan yang

menguntungkan atau dengan kata lain ada yang negatif dan positif. Ilegal logging

atau pembabatan hutan secara liar merupakan salah satu contoh hubungan yang

merusak lingkungan atau alam.

Penebangan Hutan secara ilegal (illegal logging) adalah persoalan klasik bagi

masyarakat Indonesia. Setiap hari, kegiatan tersebut marak dilakukan di sejumlah

kawasan hutan dengan diketahui petugas instansi berwenang, aparat dan masyarakat

setempat. Meskipun berkali-kali diberitakan bahwa penertiban terus diupayakan,

namun penebangan dan perusakan hutan semakin merajalela.

Di kabupaten Ketapang misalnya, sasaran penebangan liar adalah Taman Nasional

Gunung Palung ( TNGP ). Sudah sekitar 5 tahun penjarahan itu berlangsung. Sekitar

80 % dari 90.000 ha luas TNGP sudah dirambah para penebang dan mengalami

rusak berat. Para penebang yang dibayar untuk memotong pohon itu diperkirakan

jumlahnya sebanyak 2000 orang dengan menggunakan motor pemotong chainsaw .

Selain itu di hutan Kapuas Hulu, penebangan hutan liar juga tak kalah mengerikan.

Sasaran penebangan adalah pohon-pohon dengan jenis Kayu Ramin, Meranti,

Klansau, Mabang, Bedaru, dan jenis Kayu Tengkawang yang termasuk jenis kayu

dilindungi. Kayu-kayu gelondongan yang telah ditebang langsung diolah menjadi

balok dalam berbagai ukuran antara lain: 24 cm x 24 cm, 12 cm x 12 cm dengan

14

Page 16: MAKALAH Etika Illegal Logging

panjang rata-rata 6 meter. Setiap hari jumlah truk yang mengangkut kayu ini ke

wilayah Malaysia sekitar 50 –60 truk.

Dampak kerusakan terhadap ekologi lingkungan Penebangan hutan secara ilegal ini

juga menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi hutan itu sendiri maupun lingkungan

di sekelilingnya. Secara umum, dampak penebangan hutan menyebabkan:

1. Kerugian bidang Ekonomi

Berdasarkan pada perkiraan Prof. Dr. Herujono Hadisuprapto, MSc, Dekan

Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, setiap hari kayu ilegal berbentuk

balok yang diselundupkan dari Kal-Bar ke Serawak mencapai 10.000 m kubik.

Kayu-kayu ini terbebas dari iuran resmi seperti dana reboisasi, provisi sumber

daya hutan, dan pajak ekspor. Diprediksi kerugian negara mencapai Rp. 5,35

milyar per hari, atau sekitar Rp 160,5 milyar perbulan. Maka sebenarnya sangat

ironis jika kerugian ini dihubungkan dengan usaha mati-matian dari pemerintah

Indonesia untuk mencari pinjaman dana dari IMF. Ketika pemerintah mengemis

pada IMF dana senilai 400 juta $ AS, sebenarnya pemerintah kehilangan

pendapatan atas pajak senilai 4 Milyar $ AS setiap tahunnya akibat penebangan

hutan liar sejak 1998.

2. Dampak kerusakan terhadap ekologi lingkungan

Penebangan hutan secara ilegal ini juga menimbulkan akibat yang sangat

merugikan bagi hutan itu sendiri maupun lingkungan di sekelilingnya. Secara

umum, dampak penebangan hutan menyebabkan: pertama, masalah pemanasan

global; kedua, masalah degradasi tanah; dan ketiga, mempercepat kepunahan

keanekaragaman hayati di dalamnya.

15

Page 17: MAKALAH Etika Illegal Logging

Masalah pemanasan global

Para ahli memperkirakan bahwa dampak dari pemanasan global akan sangat

meningkat bila kelestarian dan keutuhan hutan tidak dipelihara. Ada beberapa

akibat yang akan muncul akibat pemanasan global ini, antara lain terjadinya

perubahan iklim. Hal ini akan mempercepat penguapan air sehingga

berpengaruh pada curah hujan dan distribusinya. Akibat selanjutnya adalah

terjadinya banjir dan erosi di daerah-daerah tertentu. Seperti kasus yang

terjadi di Pontianak ( Kalimantan Barat ) dan Nias ( Sumatra Utara ) yang

menelan korban materi dan nyawa yang sangat besar. Musim kering yang

berkepanjangan juga akan melanda daerah-daerah yang areal hutannya

digunduli, bahkan dibakar. Sebagai contoh adalah kebakaran hutan

Kalimantan Barat. Resiko yang timbul kemudian adalah banyaknya lahan

yang dibiarkan kosong.

Masalah degradasi tanah

Penebangan hutan secara tak terkendali pasti juga menyebabkan degradasi

tanah dan berkurangnya kesuburan tanah. Data dari Biro Pusat Statistik

menyebutkan bahwa lahan produktif yang telah diolah di Indonesia sebanyak

17.665.000 hektar. Sebesar 70 % dari lahan itu adalah lahan kering. Sisanya

adalah lahan basah. Akibat penebangan liar yang terjadi banyak lahan kering

yang tidak digarap. Akibatnya erosi menjadi mudah terjadi dan tanah

berkurang kesuburannya.

Masalah kepunahan keranekaragaman hayati

Masalah ini cukup mendapat perhatian penting saat ini. Berdasar penelitian

para ahli, dikatakan bahwa jumlah spesies binatang atau spesies burung

16

Page 18: MAKALAH Etika Illegal Logging

semakin berkurang, khususnya di Kalimantan Barat. Akibat penebangan

hutan yang dilakukan terus menerus, banyak hewan yang menyingkir dan

mencari habitat yang baru. Misalnya, harimau Kalimantan semakin terjepit

karena tempat tinggalnya semakin sempit dan terus di babat. Bukan tidak

mungkin bahwa tahun-tahun mendatang spesies harimau akan punah. Para

ahli memperkirakan bahwa pada tahun 2015 dengan penggundulan hutan

tropis di Kalimantan akan menyebabkan punahnya 4-8% spesies dan 17,35 %

pada tahun 2040.

2.2 Kaitan antara Illegal Logging dengan Etika Lingkungan

Di Indonesia sendiri sebenarnya etika lingkungan bukanlah merupakan hal

yang baru. Jika dikaitkan dengan praktik bisnis, maka bisnis yang etis adalah bisnis

yang dapat memberi manfaat maksimal pada lingkungan, bukan sebaliknya,

menggerogoti keserasian lingkungan.

Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menata kelestarian lingkungan,

dituduh sebagai penyebab terjadinya krisis yang berkepanjangan. Krisis lingkungan

yang terjadi akhir-akhir ini, berakar dari kesalahan perilaku manusia yang berasal

dari cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam. Masalah lingkungan semakin

terasa jauh terpinggirkan, bahkan sering hanya merupakan embel-embel atau

tempelan belaka dalam program pembangunan, kesadaran masyarakat terhadap

masalah lingkungan menurun. Padahal, berbagai bencana akibat pengelolaan

lingkungan yang tidak benar telah berulang kali terjadi, dan merupakan bagian dari

kehidupan sehari-hari masyarakat.

17

Page 19: MAKALAH Etika Illegal Logging

Menciptakan kesadaran masyarakat yang berwawasan lingkungan merupakan

fondasi untuk menjaga agar lingkungan terhindar dari berbagai macam pengrusakan

dan pencemaran. Karena pada dasarnya kerusakan lingkungan dikarenakan oleh

tangan-tangan manusia itu sendiri.

Etika lingkungan, dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan

pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih tindakan

yang baik dalam menghadapi dan menyikapi segala sesuatu sekaitan dengan

lingkungan sebagai kesatuan pendukung kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan umat manusia serta mahluk hidup lainnya.

Etika lingkungan yang baik dapat menjadikan perilaku kita semakin arif dan

bijaksana terhadap lingkungan, sebaliknya etika yang salah akan menciptakan

malapetaka bagi kehidupan manusia, karena merusak etika lingkungan hidup adalah

pertimbangan filosofis dan biologis mengenai hubungan manusia dengan tempat

tinggalnya serta dengan semua mahluk non manusia. Dengan etika lingkungan hidup,

manusia dipaksa untuk me-review segala aktivitasnya yang berhubungan dengan

lingkungan hidup, mana yang benar, mana yang salah.

Kepedulian lingkungan yang dangkal menunjukkan perhatian kepada

kepentingan yang sering diabaikan dalam ekonomi tradisional. Pandangan ini

menganggap alam bernilai hanya sejauh ia bermanfaat bagi kepentingan manusia,

bukan karena bernilai pada dirinya sendiri. Kepedulian lingkungan yang dalam,

mempertimbangkan kepentingan generasi yang akan datang.

Dalam hal ini kita tentu tidak tinggal diam saja, sebagai penonton dalam hal

kerusakan yang terjadi di bumi ini maka dari itu untuk menanggulangi terjadinya

pemanasan global yang mana banyak dampak yang terjadi jika kita hanya tinggal

18

Page 20: MAKALAH Etika Illegal Logging

diam, sebagai  orang yang bijak khususnya mahasiswa kita harus kritis tentang

masalah yang terjadi ini maka perlu dibangun kesadaran yang tinggi tentang

lingkungan dengan di kenalkan kepada publik tentang etika lingkungan. Maka dari

itu kita harus mengetahui pengertian illegal logging, dampak yang dihasilkan, dan

solusi apa yang harus dilakukan.

19

Page 21: MAKALAH Etika Illegal Logging

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada dasarnya hubungan yang kurang baik antara manusia dengan alam

terjadi karena ada faktor keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Namun,

karena sifat dasar manusia yang tidak pernah merasa puas maka terjadi eksploitasi-

eksploitasi yang berlebihan yang nantinya berdampak pada kerusakan alam. Adapun

dampak dari pada kegiatan manusia yang merusak lingkungan utamanya hutan

banyak sekali, seperti banjir, longsor, adanya hewan-hewan liar yang menyerang

pemukiman yaitu areal pertanian karena sudah tidak ada lagi makanan yang tersisa di

hutan akibat pembalakan liar, dan masih banyak lagi lainnya. Dari situ manusia

nantinya juga akan merasa dirugikan oleh perbuatannya sendiri.

Sesuatu yang dilakukan oleh manusia akan kembali kepada manusia itu sendiri.

Etika lingkungan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi

individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih tindakan yang baik dalam

menghadapi dan menyikapi segala sesuatu sekaitan dengan lingkungan sebagai

kesatuan pendukung kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan umat manusia

serta mahluk hidup lainnya.

20

Page 22: MAKALAH Etika Illegal Logging

DAFTAR PUSTAKA

Azhari Samlawi, Etika Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta:

DIKTI, 1997.

Bertens, K. Etika, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Keraf, A. Sonny. Etika Lingkungan, Jakarta: Kompas, 2002.

Haba, John. “Illegal Logging, Penyebab dan Dampaknya”. Jakarta: PMB-LIPI. 2005.

Soerjani, Mohamad, Pembangunan dan Lingkungan, Jakarta: Institut Pendidikan dan

Pengembangan Lingkungan (IPPL), 1996.

http://blawgerpoet.blogdetik.com/2011/02/14/pembalakan-liar-hutan-indonesia/

http://kpshk.org/index.php/berita/read/2011/02/11/1404/pencegahan-dan-

pemberantasan-pembalakan-liar.kpshk

http://impasb.wordpress.com/2008/02/27/penyebab-dan-dampak-rusaknya-hutan-

kita/

21