55
LAPORAN KASUS MODUL HUKUM AGAMA DAN MORAL “Seorang Pasien Yang Menolak Pengobatan” KELOMPOK 6 030.07. 198 Olga Ayu Pratami 030.08. 218 Rifqa Wildaini 030.09. 016 Andreas Ronald Barata s 030.09. 017 Andreas Surya 030.09.018 Andri Changat 030.09.019 Angelia Elisabeth Mambu 030.09.021 Angelina Goenawan 030.09.082 Fanny Isyana Fardhani 030.09.084 Febrian Tan Jaya 030.09.085 Febriani Muldiati 030.09.086 Fenni Cokro 030.09.087 Fhiserra Kusuma Primadha 030.09.134 Lailil Indah Seftiana 030.09.135 Laksmi Putri Ayukinati

Makalah HAM 3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah HAM 3

LAPORAN KASUS

MODUL HUKUM AGAMA DAN MORAL

“Seorang Pasien Yang Menolak Pengobatan”

KELOMPOK 6

030.07. 198 Olga Ayu Pratami

030.08. 218 Rifqa Wildaini

030.09. 016 Andreas Ronald Barata s

030.09. 017 Andreas Surya

030.09.018 Andri Changat

030.09.019 Angelia Elisabeth Mambu

030.09.021 Angelina Goenawan

030.09.082 Fanny Isyana Fardhani

030.09.084 Febrian Tan Jaya

030.09.085 Febriani Muldiati

030.09.086 Fenni Cokro

030.09.087 Fhiserra Kusuma Primadha

030.09.134 Lailil Indah Seftiana

030.09.135 Laksmi Putri Ayukinati

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Page 2: Makalah HAM 3

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam pelaksanaannya, dunia kedokteran berpegang teguh kepada empat

kaidah dasar moral (moral principles) yaitu: otonomi berarti setiap tindakan medis

haruslah memperoleh persetujuan dari pasien, beneficence berarti setiap tindakan

medis harus ditujukan untuk kebaikan pasien, non-maleficence berarti setiap tindakan

medis harus tidak boleh memperburuk keadaan pasien, dan justice berarti bahwa sikap

atau tindakan medis harus bersifat adil.

Persetujuan yang berdasarkan pengetahuan merupakan salah satu konsep inti

etika kedokteran saat ini. Hak pasien untuk mengambil keputusan mengenai

perawatan kesehatan mereka telah diabadikan dalam aturan hukum dan etika di

seluruh dunia. Deklarasi Hak-hak Pasien dari World Medical Association

menyatakan:

“Otonomi pasien adalah salah satu hak pasien yang mendasar oleh karena

berkaitan dengan hak asasi dalam memperoleh perlindungan atas integritas tubuhnya.

Pasien mempunyai hak untuk menentukan sendiri, bebas dalam membuat keputusan

yang menyangkut diri mereka sendiri. Dokter harus memberi tahu pasien konsekuensi

dari keputusan yang diambil.“

Pasien dewasa yang sehat mentalnya memiliki hak untuk memberi izin atau tidak

memberi izin terhadap prosedur diagnosa maupun terapi. Pasien mempunyai hak

untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusannya.

Pasien harus paham dengan jelas apa tujuan dari suatu tes atau pengobatan, hasil apa

yang akan diperoleh, dan apa dampaknya jika menunda keputusan.

1

Page 3: Makalah HAM 3

BAB II

LAPORAN KASUS

Skenario 1

Ny. S 35 tahun datang berobat ke sebuah klinik bedah dengan keluhan utama

tidak dapat buang air kecil. Setiap kali ingin BAK perlu ditolong dengan memakai

kateter. Setelah dilakukan pemeriksaan lengkap termasuk dengan kolonoskopi,

ditemukan adanya tumor pada daerah kolon yang mendesak vesika urinaria sehingga

mengakibatkan kesulitan BAK. Dokter menganjurkan untuk dilakukan tindakan

pembedahan pengangkatan tumor mengingat tumornya belum seberapa besar. Ny. S

dan keluarga setuju dengan saran dokter dan menandatangani informed consent.

Saat pembedahan dilakukan, dokter menemukan banyak terjadi perlengketan

dan ternyata karsinoma primernya ada pada ovarium sebelah kiri. Dihadapkan pada

kenyataan yang ada pada saat itu dan kondisi pasien yang tampak melemah, dokter

segera memutuskan untuk melakukan reseksi kolon dan mengangkat ovariumnya

tanpa konsultasi dulu dengan dokter obgyn.

Setelah operasi, kondisi pasien tampak membaik dan dokter segera

memberikan kemoterapi serta penyinaran. Akibat efek samping kemoterapi dan

penyinaran itu, Ny. S merasakan penderitaan yang luar biasa, tidak bisa makan karena

sangat mual dan nyeri yang kadang hampir tidak tertahankan.

Ny. S akhirnya mengambil keputusan untuk menolak terapi apapun dan

memilih tinggal dirumah bersama keluarganya. Ia menyadari bahwa penyakitnya

tidak bisa diobati dan hidupnya tidak lama lagi.

Skenario II

Sikap Ny. S yang menolak semua terapi dari dokter berdampak pada kondisi

fisiknya yang semakin kurus. Atas saran teman-temannya dan juga desakan keluarga,

Ny. S lalu mencoba berobat ke pengobatan alternative. Ramuan “jamu” dari

pengobatan alternative ternyata tidak memberikan perbaikan pada kondisi

2

Page 4: Makalah HAM 3

kesehatannya. Kondisi Ny. S semakin parah dan sekarang malah sering merasakan

sakit yang luar biasa yang hampir tidak tertahankan. Melihat keadaan Ny. S,

suaminya lalu minta bantuan dokter didekat rumahnya untuk mengatasi rasa sakitnya.

Dokter lalu memberikan suntikan morfin. Akibat suntikan itu, Ny. S tertidur dan

kelihatannya rasa sakitnya bisa diredakan. Namun setelah efek morfin itu hilang, Ny.

S tampak kembali kesakitan sehingga dokter terpaksa harus memberikan suntikan

morfin beberapa kali dengan dosis yang semakin bertambah. Pada akhirnya nyawa

Ny. S tidak dapat dipertahankan, ia akhirnya meninggal.

3

Page 5: Makalah HAM 3

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Status Pasien

Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Usia : 35 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Alamat : -

Status : Menikah

Pekerjaan : -

Tanda Vital

Kesadaran : -

Tekanan darah : -

Nadi : -

Pernapasan : -

Suhu : -

Keluhan Utama : Tidak dapat buang air kecil

Riwayat Penyakit Dahulu : -

Riwayat Penyakit Keluarga: -

3.2. Daftar Masalah

Daftar masalah Dasar Penjelasan

Ny. S Menderita tumor di kolon

yang menyebabkan sulit

buang air kecil kemudian saat

Hasil

pemeriksaan

dokter

Sangat mempengaruhi persepsi

pasien mengenai penyakitnya.

Pasien merasa sakit parah dan

4

Page 6: Makalah HAM 3

dilakukan operasi, ditemukan

tumor primer di ovarium kiri.

penyakitnya tidak dapat

disembuhkan

Tindakan reseksi kolon dan

pengangkatan ovarium tanpa

konsultasi

Tindakan dokter

bedah

Menurut sisi medis dan moral,

tindakan yang dilakukan dokter

ini bertujuan baik demi

kebaikan pasien. Namun,

sebaiknya dokter memberikan

penjelasan akan tindakannya ini

kepada keluarga pasien setelah

operasi selesai. Ada pula

kemungkinan bahwa keluarga

pasien dapat menjadikan hal ini

sebagai perkara.

Komunikasi yang kurang baik Riwayat

pemeriksaan

oleh dokter

Komunikasi merupakan elemen

penting dalam setiap hubungan

dokter-pasien. Komunikasi

yang salah dan buruk dapat

berdampak buruk bagi kedua

belah pihak. Pada kasus ini

dokter seharusnya sigap dan

empati terhadap penderitaan

pasien dan berusaha

mengurangi penderitaannya.

Komunikasi buruk dapat

berdampak pada penolakan

terapi dan sederet masalah

lainnya.

Penyuntikan morfin Hasil

pemeriksaan

dokter di dekat

rumah

Menurut kelompok kami,

indikasi dan pemberian

mungkin sudah tepat, namun

dibutuhkan edukasi dan

pengawasan yang ketat akan

5

Page 7: Makalah HAM 3

efek samping pemberian

morfin. Perlu juga ditelusuri

mengenai cascade anti nyeri

dalam menangani kasus kanker

stadium akhir.

Terapi alternatif yang sia-sia Hasil anamnesis Pasien berusaha mendapatkan

pengobatan dengan jamu namun

tidak mendapat hasil dan

kondisinya semakin memburuk.

Dokter sebaiknya mengedukasi

mengenai terapi alternative

dengan benar agar pasien tidak

membahayakan dirinya sendiri.

Paliatif care Hasil

pemeriksaan

Dapat dilakukan untuk

meningkatkan kualitas hidup

pasien. Dilaksanakan melalui

ilmu interdisiplin. Sebaiknya

juga melibatkan rohaniwan

sesuai dengan kepercayaan

pasien. Dipandang dari segi

bioetik juga baik sebab

mengutamakan prinsip

beneficience.

3.3. Perspektif hukum

A. Perluasan Operasi

Pada pasal 7 PerMenKes No.585/MenKes/Per/IX/1989 disebutkan bahwa:

(1) Informasi juga harus diberikan jika ada kemungkinan perluasan operasi.

(2) Perluasan operasi ang tidak dapat diduga sebelumnya, dapat dilakukan untuk

menyelamatkan jiwa pasien.

6

Page 8: Makalah HAM 3

(3) Setelah perluasan operasi sebagaimana dimaksud ayat (2) dilakukan, dokter

harus memberikan informasi kepada pasien atau keluarganya.1

→ Pada kasus ini, diketahui bahwa saat pembedahan dilakukan, dokter menemukan

banyak perlengketan dan ternyata karsinoma primernya ada pada ovarium kiri. Pada

keadaan ini, perluasan operasi dapat dilakukan karena dihadapkan pada kenyataan

yang ada saat itu dan kondisi pasien yang tampak melemah. Namun yang sangat

disayangkan, bagaimana bisa terjadi hal seperti ini, seharusnya dapat dilakukan

pemeriksaan penunjang lain seperti USG sebelum dilakukan operasi agar tidak terjadi

kesalahan diagnosis. Dalam hal ini, seperti yang tercantum pada ayat ke (3), dokter

harus memberikan informasi kepada pasien atau keluarganya mengenai perluasan

operasi yang telah dilakukan.

B. Penolakan Tindakan Medis Oleh Pasien

Pada Declaration of Lisbon (1981) : The Rights of the Patient disebutkan beberapa

hak pasien, diantaranya hak memilih dokter, hak dirawat dokter yang “bebas”, hak

menerima atau menolak pengobatan setelah menerima informasi, hak atas

kerahasiaan, hak mati secara bermartabat, dan hak atas dukungan moral atau

spiritual.2

Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 53 menyebutkan beberapa hak

pasien, yakni hak atas informasi, hak atas second opinion, hak atas kerahasiaan, dan

hak atas persetujuan tindakan medis.

Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pada pasal 4-8 disebutkan setiap

orang berhak atas kesehatan; akses atas sumber daya; pelayanan kesehatan yang

aman, bermutu dan terjangkau; menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang

diperlukan; lingkungan yang sehat; info dan edukasi kesehatan yg seimbang dan

bertanggung jawab; dan informasi tentang data kesehatan dirinya. Hak-hak pasien

dalam UU No. 36 tahun 2009 itu diantaranya meliputi:

1. Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak

sadar, penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).

7

Page 9: Makalah HAM 3

2. Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, izin ybs,

kepentingan ybs, kepentingan masyarakat).

3. Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan

penyelamatan nyawa atau cegah cacat).

Selain itu, dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (Perlindungan Pasien)

Pasal 56 disebutkan:

(1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan

pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami

informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.

(2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku

pada:

a. penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke dalam

masyarakat yang lebih luas;

b. keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau

c. gangguan mental berat.

(3) Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.3

→ Pada kasus diketahui bahwa setelah operasi, kondisi pasien tampak membaik dan

dokter segera memberikan kemoterapi serta penyinaran. Akibat efek samping

kemoterapi dan penyinaran itu, Ny. S merasakan penderitaan yang luar biasa, tidak

bisa makan karena mual dan nyeri yang kadang-kadang hampir tidak tertahankan.

Ny. S akhirnya mengambil keputusan untuk menolak terapi apa pun dan memilih

tinggal di rumah bersama keluarganya. Ia menyadari bahwa penyakitnya tidak bisa

diobati dan hidupnya tidak akan lama lagi. Berdasarkan ketentuan hukum yang telah

tersebut di atas, seorang dokter wajib memberikan penjelasan mengenai segala

tindakan medis yang akan dilakukan pada pasien, namun Ny. S berhak untuk

memilih atau menghentikan pengobatan baginya. Dalam hal ini, dokter tidak bisa

memaksakan keputusan pasien, namun dokter dapat memberikan penjelasan ulang

tentang apa yang akan terjadi apabila pasien menolak pengobatan, serta memberikan

8

Page 10: Makalah HAM 3

second opinion pada pasien. Jika memungkinkan, dapat pula disarankan pada pasien

dan keluarganya untuk mendapatkan pelayanan perawatan paliatif.

C. Paliatif Care

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization; WHO) memberikan definisi

perawatan paliatif sebagai berikut (2005):

Paliative Care is an integrated system of care that: improves the quality of life, by

providing pain and symptom relief, spiritual and psychosocial support from diagnosis

to the end of life and bereavement.

(Perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang meningkatkan kualitas

hidup, dengan meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan

spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hidup, dan

dukungan terhadap keluarga yang merasa kehilangan).

perawatan paliatif merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang relatif baru di

Indonesia. Kebijakan perawatan paliatif ini baru dicanangkan pemerintah, dalam hal

ini Departemen Kesehatan Republik Indonesia, dengan diterbitkannya SK Menkes RI

nomor 604/MENKES/SK/IX/1989. Sedangkan pelayanan perawatan paliatif untuk

masyarakat baru dimulai pada tanggal 19 Februari 1992.

→ pada pasien ini, dimana telah mengalami kanker stadium lanjut karena diketahui

telah terjadi penyebaran dari kanker primernya dan menolak untuk mendapatkan

pengobatan, sebenarnya mungkin dapat disarankan untuk mengikuti paliatif care

sebagai second opinion untuk meningkatkan kualitas hidup serta meringankan

penderitaannya. Selain itu, dapat pula memberikan dukungan pada keluarga melalui

pelayanan ini.

3.4. Perspektif Bioetika

1. Dokter bedah mengangkat tumor ovarium tanpa konsultasi ahli Obstetri

dan Ginekologi

Penjelasan dari sudut pandang bioetika:

9

Page 11: Makalah HAM 3

Secara bioetika seorang dokter bedah yang melakukan perluasan operasi tanpa

mengkonsultasikan terlebih dahulu kepada yang lebih berkompeten dapat

dibenarkan apabila tujuannya adalah untuk menegakkan asa beneficence dan

nonmaleficence. Dalam sudut pandang beneficence, dokter akan melakukan segala

sesuatu demi kebaikan pasien sehingga yang telah dilakukan dokter adalah baik

menurut etika karena pada saat itu gangguan kausatif ( tumor primer ) Ny. S adalah

pada ovarium kirinya sehingga demi kesembuhan Ny. S seharusnya ovarium kiri

harus diangkat

Menurut aspek non maleficence (do no harm), maka tindakan pengangkatan

ovarium kiri yang dilakukan dokter bedah tersebut adalah baik karena apabila

dokter bedah harus menutup kembali luka operasi demi kepentingan untuk

mengkonsultasikan dan memeriksakan Ny. S terlebih dahulu kepada ahli Obstetri

dan Ginekologi, maka ini akan merugikan pasien dari segi waktu, luka operasi, dan

biaya karena operasi harus dilakukan dua kali.

Pandangang etika menyatakan tindakan dokter bedah tersebut buruk apabila

setelah perluasan operasi yang dilakukan, dokter bedah tidak memenuhi aspek

otonomi pasien dan justice bagi pasien. Sehingga untuk memenuhi aspek tersebut,

maka komunikasi post operasi menjadi sesuatu yang penting dan jangan sampai

diabaikan.

2. Penolakan kemoterapi dan radioterapi

Tindakan Ny. S melakukan penolakan kemoterapi dan radioterapi dipandang

buruk dalam sudut pandang etika. Hal ini dikarenakan etika berpandangan bahwa

apabila Ny. S menolak melakukan terapi yang seharusnya dapat berhasil karena

tumor primer yang ada telah diangkat tetapi malah menolaknya, maka hal ini akan

berdampak pada pembiaran diri untuk meninggal perlahan seperti yang terjadi

pada eutanasia pasif atau bunuh diri.

Solusi yang terbaik adalah memberikan edukasi dan komunikasi, serta

pendekatan yang lebih komprehensif dan holistik dari aspek biopsikososial dan

kulturan yang dilakukan oleh dokter, keluarga, dan pemuka agama untuk

memperbaiki persepsi pasien sehingga pasien memiliki motivasi tinggi untuk

mejalankan pengobatan dan sembuh.

10

Page 12: Makalah HAM 3

3. Persepsi pasien akan penyakit yang tidak bisa diterapi lagi

Persepsi pasien akan penyakit yang tidak bisa diterapi lagi sesungguhnya

merupaka hak otonomi pasien, menurut sudut pandang bioetika. Namun, hal ini

dipandang buruk secara etika karena berdasarkan etika teleologi yang berpegang

teguh pada hasil yang didapatkan akibat perbuatan pasien tersebut, maka akan

berakibat pada penyerahan diri kepada kematian yang seharusnya bisa ditunda

apabila pasien mau menjalankan terapi sebagaimana mestinya sesuai prosedur

yang ada.

4. Pengobatan alternatif yang menjadi pengobatan sia-sia

Secara deontologi, maka pengobatan alternatif adalah baik adanya karena

tujuannya adalah untuk menolong orang yang sakit, tetapi hal ini dipandang buruk

oleh etika karena dalam pandangan teleologi, hasil yang didapatkan oleh Ny. S

melalui pengobatan alternatif tidak ada dan cenderung memperburuk keadaan Ny.

S karena penyakit Ny. S yang tidak terobati oleh terapi alternatif tersebut. Hal ini

mengakibatkan terjadinya pengobatan sia-sia yang merugikan Ny. S sehingga

aspek beneficence dan nonmaleficence tidak terpenuhi.

5. Terapi palliative dengan morphin

Pada dasarnya tujuan dokter memberikan terapi palliative dengan morphin

adalah untuk mengurangi rasa sakit Ny. S karena dokter bermaksud untuk

melakukan yang terbaik demi pasien, seperti yang tercermin dalam praktik

beneficence menurut bioetika. Hal ini menjadi baik menurut etika. Namun, akan

menjadi buruk menurut etika apabila dokter dalam pemberian morphin pada Ny. S

tidak memberikan edukasi yang adekuat kepada keluarga Ny. S mengenai efek

samping yang mungkin timbul akibat pemberian morphin tersebut, pemberian

morphin tidak sesuai indikasi, tidak melakukan pemantauan berkala terhadap Ny.

S setelah pemberian morphin. Hal demikian berarti dokter melanggar prinsip

otonomi pasien, beneficence, non maleficence dan justice.

11

Page 13: Makalah HAM 3

3.5 Perspektif Kedokteran

Perspektif kedokteran dapat dimasukkan dalam pandangan kedokteran

terhadap tindakan dokter bedah dalam perluasan operasi, edukasi yang diberikan

dalam kemoterapi dan radioterapi, terapi alternative, pemberian analgetik pada

pengobatan paliatif

a. Tindakan perluasan operasi

seharusnya dokter bedah menyadari kompetensinya pada saat akan

melakukan perluasan operasi pada tumor primer ovarium kiri. Tumor

primer ditemukan saat operasi dilakukan sehingga pengangkatan

ovarium kiri tidak tercantum dalam informed consent yang telah

dilakukan pada preoperative sehingga diperlukan pendapat dari dokter

obstetric dan ginekologi sebelum dilakukan pengangkatan. Konsultasi

seharusnya dilakukan sehingga menghindarkan dokter bedah tersebut

dari tindakan yang tidak sesuai dengan SOP yang legal

b. KIE dalam kemoterapi dan radioterapi

Pola hubungan dokter pasien sangat memegang peranan dalam

keadaan tersebut. Collegial model menjadi pola hubungan dokter

pasien yang paling dapat diterima. Seharusnya diperlukan adanya

praktisi interdisisplin yang terdiri dari ahli bedah, ahli onkoloh,

psikiater, dan dokter keluarga yang dengan komunikasi persuasive dan

penuh pengertian sehingga dapat memberikan perspektif yang baik

bagi persepsi pasien

c. Terapi alternative

Untuk kasus penyakit yang berat dan membahayakan nyawa

seharusnya tidak dilakukan terapi alternative. Terapi yang dilakukan

seharusnyaterapi komplementer. Dokter seharusnya menjelaskan

kepada pasien dan keluarga mengenai terapi konvensional dan

komplementer yang harus atau dapat dipilih oleh pasien berdasarkan

EBM atau RCT yang telah teruji efektivitasnya

12

Page 14: Makalah HAM 3

d. Pemberian analgetik pada terapi alternative

Seharusnya dokter tidak langsung memberikan morphin karena

morphin merupakan golongan narkotika yang merupakan pilihan

terakhir penghilang rasa nyeri apabila obat analgetik seperti OAINS,

steroid, dan opiat tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinyauntuk

menghilangkan rasa nyeri pada penyakit Ny.S

3.6. Pandangan Agama

a. Islam

Dalam pandangan Islam, penyakit merupakan cobaan yang diberikan Allah

SWT kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya. Ketika seseorang sakit

disana terkandung pahala, ampunan dan akan mengingatkan orang sakit kepada

Allah SWT. Aisyah pernah meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda :

'Tidak ada musibah yang menimpa diri seorang muslim, kecuali Allah

mengampuni dosa-dosanya, sampai-sampai sakitnya karena tertusuk duri

sekalipun" (H.R. Buchari).

Allah SWT menciptakan cobaan antara lain untuk mengingatkan manusia

terhadap rahmat-rahmat yang telah diberikan-Nya. Allah SWT memberikan

penyakit agar setiap insan dapat menyadari bahwa selama ini dia telah diberi

rahmat sehat yang begitu banyak. Namun kesehatan yang dimilikinya itu sering

kali di abaikan, bahkan mungkin disia-siakan. Padahal ia mempunyai harga yang

sangat bernilai tiada tolak ukur dan bandingannya.

Disamping itu, sakit juga digunakan oleh Allah SWT untuk memperingatkan

manusia atas segala dosa-dosa dan perbuatan jahatnya selama hidup di dunia.

Kalau dahulu seorang insan yang banyak berbuat kesalahan tidak berfikir tentang

dosa dan pahala, maka disaat sakit biasanya manusia teringat akan dosa-dosanya

sehingga ia berusaha untuk bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah SWT.

13

Page 15: Makalah HAM 3

Konsep-konsep pengobatan dalam islam

1. Keyakinan

Ketika seseorang sakit, ia harus sangat meyakini bahwa sakit yang dialaminya

tersebut berasal dari Allah SWT, dan Allah juga yang akan

menyembuhkannya. Seperti dalam firman Allah :

“Dan apabila aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku” (Asy-Syu’araa

[36]:80)

Di samping itu ada juga hadist yang berbunyi “Lii Kulli Daa In Dawaun” yang

artinya “Setia penyakit ada obatnya”. Seseorang yang menderita suatu

penyakit haruslah mempunyai keyakinan yang sangat kuat bahwa semua

penyakit pasti ada obatnya.

2. Menggunakan obat yang halal dan dan Thoyyib

“sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya, dan menjadikan

setiap penyakit pasti ada obatnya. Maka berobatlah kalian, tapi jangan dengan

yang haram” (Riwayat Abu Dawud).

Konsep kedua dalam pengobatan islam adalah adalah menggunakan obat yang

halal dan thoyyib.

3. Tidak membawa mudharat dan mencacatkan tubuh

Dalam pengobatan islam, kita dianjurkan untuk tidak melakukan pengobatan

yang kiranya pengobatan tersebut membawa kemudharatan yang justru

menimbulkan masalah baru bagi seseorang.

4. Tidak berbau takhayul, bid’ah, dan kurafat

Ketiga hal diatas wajib dihindari karena dapat mengakibatkan pelakunya jatuh

dalam jurang kekafiran.

5. Mencari yang lebih baik

Seseorang dianjurkan untuk terus berikhtiar sampai penyakit itu sembuh atas

izin Allah.

14

Page 16: Makalah HAM 3

6. Ikhlas, sabar, dan bertawakal

Konsep –konsep yang telah disebutkan diatas hendaknya dapat diterapkan oleh

pasien sendiri yang tertimpa penyakit, maupun oleh dokter sendiri dalam

menghadapi dan menyikapi penyakit pasiennya.

Pandangan islam tentang perawatan paliatif

Dalam islam, ada salah satu layanan Hu Care atau “Husnul Khatimah Care”

yang merupakan pengembangan perawatan paliatif yang sudah dikenal sebagai sistem

perawatan terpadu. Tujuannya meningkatkan kualitas hidup dengan cara meringankan

nyeri dan penderitaan lainnya.

Memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa

ditegakkan sampai akhir hayat. Termasuk dukungan pada keluarga yang kehilangan.

Program ini sekaligus menjawab kebutuhan pasien dan keluarganya dalam

mempersiapkan akhir hidup yang baik dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam.

Terutama dalam hal memahami konsep sehat-sakit, ikhtiar-tawakal, keyakinan-

amalan yang bermanifestasi pada sikap dan perilaku pasien. Unsur utama meraih

husnul khatimah dalam pelayanan Hu Care adalah pasien dapat menerima takdir

sakitnya.

Pengobatan alternatif menurut pandangan islam

Islam memperbolehkan pengobatan alternatif asalkan itu tidak menggunakan

bahan yang haram ataupun seseuatu yang menuju kearah musyrik. Memanfaat

suatu benda untuk penyembuhan dengan mempercayai benda tersebut dapat

membawa kesembuhan pada dirinya termasuk sesuatu yang musyrik,

(contoh:jimat)

o “Barang siapa yang menggantungkan jimat, berarti ia telah melakukan

perbuatan syirik.” (HR. Ahmad dan Hakim). Artinya, menggantungkan jimat

dan hatinya bergantung kepadanya berarti berbuat syirik.

o Ungkapan abadi dari Abu Qurath 4500 tahun yang lalu : “jadikanlah

makananmu sebagai obatmu dan obatilah setiap penderitaan dengan nabati

yang tumbuh di bumi, karena nabati itulah yang paling pantas untuk

menyembuhkan.

15

Page 17: Makalah HAM 3

b. Hindu

Penyakit itu datang dari dalam maupun dari luar diri sendiri. Menurut ajaran

Hindu, Bhuwana Agung atau Alam Raya maupun Bhuwana Alit atau Alam Kecil

(Badan Manusia) terdiri dari lima unsure utama yaiyu aksa (leher), wayu (udara),

teja (api), apah (air), pertiwi (tanah). Kalau kelima unsur ini tidak seimbang baik

dari dalam maupun dari luar maka akan menyebabkan penyakit.

“Bahwa yang menyebabkan seseorang sakit adalah tidak adanya harmoni

pada diri perseorangan dalam hubungannya dengan lingkungan luarnya dan obat

adalah alat untuk mengembalikan harmoni ini”.

Penderitaan

Penderitaan dan kesukaran hidup yang dialami manusia memiliki dimensi

yang luas. " Penderitaan dipandang sebagai penderitaan, maka " penderitaan " akan

tetap sebagai penderitaan. Kalau " Penderitaan dipandang sebagai " karunia " Tuhan

dan " ujian " bagi perjalanan hidup kita, maka penderitaan itu akan merupakan proses

penguatan, peningkatan dan penyucian diri bagi manusia dalam pendakian spiritual

menuju Brahman. Penderitaan harus dipandang sebagai proses kristalisasi jiwa

menuju penglihatan di dalam diri. Penglihatan ke dalam diri akan membawa

kemurnian jiwa tanpa selubung kegelapan hawa nafsu yang menggelora. Hanya jiwa

yang murni akan dapat menjangkau kesucian Tuhan.

Kematian

Kematian adalah perpisahan jasad dengan Roh. Mati menurut pandangan

Hindu hanyalah berlaku bagi jasad, bukan untuk Roh. Gambaran perjalanan sang Roh

antara kematian dan kelahiran kembali sebagai berikut : Roh berpindah dengan badan

astral atau suksma sarira. Badan astral ini terjadi dan 19 tattwa atau prinsip, yaitu; 5

organ penggerak, 5 organ pengetahuan, 5 prana, pikiran, kecerdasan dan citta (bawah

sadar) dan ahamkara atau keakuan (ego). Badan halus ini membawa segala jenis

samskara atau kesan, serta wawasan atau kecenderungan-kecenderungan dan Roh

pribadi. Bila buah dan karma- karma baik telah dihabiskan. Ta menggabungkan

dirinya dengan badan fisik yang baru dan berinkarnai pada tempat di bumi ini. Yang

16

Page 18: Makalah HAM 3

penilakunya sudah baik mencapai kelahiran baik, dan yang perilakunya jahat ditanik

ke dalam kandungan yang penuh dosa atau kelahiran yang lebih rendah. Hindu

mengenal konsep PurusaPradhana, Brahman-Atman, Bhuana Agung-Bhuana Alit.

Pada peristiwa “kematian”, Atman diharapkan kembali kepada Brahman, dan jasad

(Bhuana Alit) kembali kepada alam (Ehuana Agung).

Pandangan agama Hindu tentang pengobatan alternatif

Dalam kitab-kitab umat Hindu memuat berbagai macam jenis penyakit dan

teknik pengobatan. Dicontohkan penyakit kencing Manis (diabetes mellitius).

Penyakit ini, sudah ditemukan sekitar 3.000 tahun yang lalu. Ini dibuktikan dengan

disebutkannya penyakit ini dalam kitab Ayur Veda. Kitab Ini merupakan bagian dari

kelompok kitab Upa Veda.

Isi kitab Ayur Veda lebih banyak ulasannya bersumberkan dari ajaran yang

terdapat dalam kitab Atharwa Veda yang juga merupakan bagian dari

Catur Veda Sruti. Di dalam kitab suci Atharwa Weda isinya lebih banyak mengulas

hal-hal yang bersifat keduniawiaan. Misalnya, tata cara pengobatan, menolak bala

penyakit, menawarkan atau memunahkan racun dan sejenisnya.

c. Katholik

Sakit

Manusia yang sakit merupakan konsekuensi logis manusia sebagai mahkluk

yang memiliki tubuh. Tubuh manusia sebagai mahkluk hidup bersifat sangat rapuh.

Oleh karena itu manusia tidak tidak bisa tidak menderita sakit. Seperti kematian

demikianpun rasa sakit bersifat merelativir. Dan yang menyebabkan sakit adalah

manusia itu sendiri, karena kelalaian manusia menjaga tubuh

Pandangan tersebut dilandasi oleh pemahaman orang katolik tentang eksistensi

Allah atau Tuhan sebagai Mahabaik. Mahabaik berarti tidak bisa dibandingkan

kebaikan-Nya dengan kebaikan manusia. Allah Mahabaik artinya Allah tidak baik

seperti manusia yang baik. Pandangan yang demikian merupakan analogi entis, yaitu

argument tentang derajat kesempurnaan berdasarkan tingkat yang berbeda.

17

Page 19: Makalah HAM 3

Allah adalah cinta kasih (1 Yoh 4: 8-16). Bukan Tuhan yang menyebabkan

manusia sakit tetapi karena kelalaian manusia. Oleh karena itu segala sesuatu yang

tidak baik tidak berasal dari allah

Penyakit merupakan percobaan yang paling berat, dan setiap penyakit akan

mengingatkan kita pada suatu kematian [KGK 1500 (Katekismus Gereja Katolik)].

Penyakit dapat menyebabkan rasa takut, sikap menutup diri malahan kadang-kadang

rasa putus asa dan pemberontakan terhadap Allah. Tetapi ia juga dapat membuat

manusia menjadi lebih matang, dapat membuka matanya untuk apa yang tidak penting

dalam kehidupannya, sehingga ia berpaling kepada hal-hal yang penting. Sering kali

penyakit membuat orang mencari Allah dan kembali lagi kepada-Nya (KGK 1501).

Penderitaan

Kalau mengalami kejahatan dan penderitaan, iman akan Bapa yang mahakuasa

dapat diuji secara serius. Sewaktu-waktu Allah tampaknya tidak hadir dan tidak

mampu mencegah kemalangan. Namun Allah Bapa menyatakan kekuasaan-Nya atas

cara paling rahasia dalam penghinaan dan kebangkitan Putera-Nya, yang

mengalahkan yang jahat. Dengan demikian, Yesus yang tersalib adalah "kekuatan

Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya daripada

manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia" (1 Kor 1:2425).

Dalam pembangkitan dan pengangkatan Kristus, Bapa menunjukkan "kekuatan kuasa-

Nya" dan menyatakan betapa "hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya" (Ef 1:19).

(KGK 272). Dengan kata lain, penderitaan merupakan sesuatu yang menguji iman

kita kepada Tuhan, sehingga penderitaan harus diterima dan dihadapi dengan

mendekatkan diri kita kepada Tuhan.

Kematian

Agama Katolik memandang kematian badan manusia sebagai awal dari

kehidupan yang sesungguhnya. Kematian badan manusia bukan merupakan akhir dari

kehidupan. Agama Katolik percaya akan kehidupan kekal (Surga) dan kematian kekal

(neraka). Selain surga dan neraka juga ada apa yang disebut dengan tempat

penyucian. Tempat penyucian adalah suatu tempat atau keadaan sementara bagi jiwa

orang – orang saleh yang berada dalam keadaan dosa ringan atau tidak berdosa berat.

Jiwa – jiwa tersebut belum boleh memandang wajah allah atau belum boleh masuk

18

Page 20: Makalah HAM 3

Surga karena masih ada dosa yang perlu disucikan. Berdasarkan doa orang – orang

yang masih hidup dan berdasarkan kerahiman Allah mereka diperbolehkan masuk

Kerajaan Abadi yaitu Surga.

Pengobatan Alternatif dan Pengobatan Paliatif

Dalam Agama Katolik, tidak ada larangan bagi orang sakit untuk menjalani

pengobatan alternative dan pengobatan paliatif, selama pengobatan – pengobatan ini

dapat menyembuhkan atau membuat keadaan menjadi lebih baik. Hal ini berdasarkan

pada landasan ajaran agama Katolik, yaitu Hukum Cinta Kasih dan KGK 1506 –

1510, dimana Kristus mengajak para murid – muridnya dan juga gereja untuk

menyembuhkan dan merawat para orang – orang sakit.

d. Kristen

Penderitaan

Adalah suatu pemurnian Allah yaitu yang membuahkan damai sejahtera

melalui sakit penyakit. [Ayub.5 : 17-18 ; Ibrani.2 : 11 ; 1 Korintus.11 : 32]

Sakit

Adalah dosa yang berasal dari perilaku hidup tidak sehat yaitu tidak menjaga

tubuh sebagai “Bait Roh Kudus” yang berasal dari Allah sendiri [1 Korintus.6 : 19-

20]

Pandangan agama kristen terhadap kematian

Dasar Kitab Suci

Kitab Suci mengisahkan kepada kita mengapa sampai kita mengalami kematian, dan

bagaimana seharusnya kita menyikapinya sebagai orang beriman.

1. Manusia mati karena dosa, dan tak seorangpun yang dapat berkuasa atas hari

kematian.

19

Page 21: Makalah HAM 3

Dari kisah Adam dan Hawa kita ketahui bahwa manusia mati karena dosa pertama

yang dilakukan (lih. Kej 2:16).  Menurut pengajaran Rasul Paulus, “Upah dosa ialah

maut.” (Rom 6:23a). Semua orang yang berdosa, pada akhirnya akan mati (lih. Mzm

89: 48) dan tak ada seorangpun yang berkuasa atas hari kematian (Ams 11:19).

Maka kita melihat banyak contoh di dalam Kitab Suci bagaimana dosa, terutama dosa

menghujat Tuhan, memimpin seseorang kepada maut, seperti pada banyak contoh

dalam Perjanjian Lama. Atau mungkin yang paling jelas dalam Perjanjian Baru adalah

kematian Yudas (lih. Kis 1:18) dan Herodes (Kis 12:19-23). Dosa yang inilah yang

memisahkan kita dengan Allah.

2. Kematian Kristus membuka pintu perdamaian antara kita dengan Allah dan

oleh kurban Kristus kita dapat memperoleh keselamatan dan hidup yang kekal.

Ketika kita masih berdosa dan menjadi seteru Allah, Kristus wafat bagi kita untuk

mendamaikan kita dengan Allah; sehingga oleh darah-Nya kita dibenarkan (lih. Rom

5:9-10). Maka oleh Adam, kita manusia jatuh dalam dosa, sedangkan oleh Kristus kita

memperoleh hidup yang kekal (lih. Rom 5:12-18). Oleh ketidaktaatan Adam kita

semua jatuh dalam dosa, namun oleh ketaatan Yesus kita semua dibenarkan. (lih.

Rom 5:19). Kita menerima rahmat kehidupan kekal pada saat kita dibaptis di dalam

kematian Kristus, untuk dibangkitkan bersama-sama dengan Dia dan memiliki

kehidupan yang baru bersama Dia (lih. Rom 6:1-4).

3. Kematian ini dikalahkan oleh kebangkitan Kristus.

Kebangkitan Kristus dari kematian menjadi bukti bahwa kematian tidak berkuasa atas

diri-Nya (lih. Rom 6:9). Ketika tubuh kita yang fana ini mengenakan Kristus, maka

maut telah ditelan dalam kemenangan (lih. 1 Kor 15:53-57). Dengan kebangkitan

Kristus dari kematian, Ia mengalahkan belenggu dosa dan maut, sehingga bahkan

kematian sekalipun tidak dapat memisahkan kita dari kasih-Nya (lih. Rom 8:38-39).

Oleh jasa Kristus ini, maka ketika kita tubuh kita mati, artinya kemah tempat

kediaman kita di bumi dibongkar, Allah telah menyediakan tempat kediaman di sorga

yang kekal (lih. 2 Kor 5:1).

20

Page 22: Makalah HAM 3

4. Atas jasa Kristus itu, maka bagi orang percaya, kematian adalah seperti jatuh

tertidur (fallen asleep), sebab kita mempunyai pengharapan akan kebangkitan dan

hidup yang kekal.

Dengan Roh Kudus yang sudah diberikan kepada kita, maka Roh Kudus itu yang

telah membangkitkan Yesus dari kematian, akan juga membangkitkan kita (lih. Rom

8: 11). Maka dengan demikian, kita yang “mati dengan Dia, kitapun akan hidup

dengan Dia” (2 Tim 2:11). Pada akhirnya, kita yang telah meninggal dalam Kristus

akan dibangkitkan oleh Kristus, seperti Kristus bangkit setelah kematian-Nya.

Kebangkitan badan ini akan terjadi di akhir jaman, saat Kristus turun dari sorga

diiringi sangkakala (lih.1 Tes 4:13-18).

5. Namun demikian, sebelum kita memperoleh kehidupan kekal, segera setelah

kematian kita akan diadili.

Seperti yang kita ketahui dari kisah Lazarus dan orang kaya setelah kematian mereka

(lih. Luk 16:16-31), kita mengetahui,  bahwa manusia “ditetapkan untuk mati hanya

satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.” (Ibr 9: 27). Pada saat inilah kita diminta

untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita (lih. Luk 16:2) dan akan

diadili sesuai dengan perbuatan kita (lih. 1 Pet 1:17, Rom 2:6). Lalu jiwa kita

menerima akibat dari keputusan pengadilan ini. Inilah yang disebut Pengadilan

Khusus.

Sedangkan pada akhir dunia nanti, kita akan kembali diadili di hadapan semua

mahluk, dan segala perbuatan baik dan jahat akan dinyatakan, “Sebab tidak ada

sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan dan tidak ada sesuatu yang

rahasia yang tidak diketahui dan diumumkan.”(Luk 8: 17). Pada saat itu, seluruh

bangsa akan dikumpulkan di hadapan tahta Kristus, dan Dia akan mengadili semua

orang: yang baik akan dipisahkan dengan yang jahat seperti memisahkan domba dan

kambing (lih. Mat 25: 32-33). Pengadilan ini merupakan semacam ‘pengumuman’

hasil Pengadilan Khusus setiap orang di hadapan segala mahluk. Inilah yang disebut

Pengadilan Umum/ Terakhir.

21

Page 23: Makalah HAM 3

6. Kematian juga dapat berarti mati secara rohani karena dosa, dan kita

membutuhkan pengampunan dari Tuhan untuk menghidupkan kita kembali secara

rohani.

Rasul Paulus mengatakan bahwa kita telah mati secara rohani karena pelanggaran

kita, namun kemudian dihidupkan kembali sesudah Allah mengampuni kita (lih. Kol

2 :13, Ef 2:1-5). Kita adalah orang- orang yang dahulu mati karena dosa, tetapi

sekarang hidup oleh Allah, sehingga perlu menyerahkan anggota-anggota tubuh kita

kepada Allah (Lih. Rom 6:12-13). Kita tidak selayaknya hidup menuruti keinginan

daging, bermewah- mewah dan berlebihan, karena jika demikian artinya kita sudah

mati selagi masih hidup (lih. 1 Tim 5:6). Dari keadaan seperti inilah kita semua harus

bangkit, untuk mengikuti terang Kristus (lih. Ef 5:14).

7. Kematian terhadap diri sendiri adalah jalan menuju kekudusan.

Rasul Paulus mengajarkan kepada kita agar kita mematikan segala sesuatu yang

duniawi di dalam diri kita, agar kita dapat hidup sebagai manusia baru (Kol 3:5).

Dengan hidup sebagai manusia baru, kita mempunyai Kristus yang menjadi pusat

hidup kita. Sehingga, kita tidak lagi hidup untuk diri kita sendiri tetapi untuk Dia,

yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk kita (lih. 2 Kor 5:14-15). Dan hidup bagi

Kristus dan di dalam Kristus ini adalah kekudusan, di mana kita dimampukan untuk

mengasihi Tuhan dan sesama.

8. Jika kita hidup di dalam Kristus, maka kematian adalah suatu keuntungan.

Karena jika kita hidup menurut segala perintah-Nya, maka kita akan hidup untuk

Kristus. Bagi umat beriman, kita tidak hidup untuk diri kita sendiri, dan juga tidak

mati untuk diri kita sendiri. Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika

kita mati, kita mati untuk Tuhan (Rom 14:8). Maka dengan selalu tinggal di dalam

Dia, tidak menjadi soal apakah kita hidup atau mati. Rasul Paulus mengatakan,

“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan,” (Fil 1:21) karena

melalui kematian kita pergi untuk bertemu dengan Kristus dan diam bersama- sama

dengan Dia (lih. Fil 1:23). Pada saat itulah, kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya

yang sebenarnya (1 Yoh 3:2). Maka dalam arti kehidupan kekal ini, maka dapat

dikatakan, “hari kematian lebih baik dari hari kelahiran.” (Pkh 7:1)

22

Page 24: Makalah HAM 3

9. Kematian orang dikasihi Tuhan berharga dimata Tuhan.

“Berharga di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya.” (Mzm 116:15).

Jiwa orang benar ada dalam tangan Allah, dan tidak ada siksaan yang menimpa

mereka. Walau kematian mereka nampak sebagai malapetaka menurut pandangan

orang bodoh, namun mereka sesungguhnya berada dalam ketentraman…. Sebab kasih

setia Tuhan dan belas kasihan-Nya menjadi bagian orang-orang pilihan-Nya (lih. Keb

3:1-9).

10. Yesus berpesan agar kita tidak takut menghadapi kematian.

Yesus berkata, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga

kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku

mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat

bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu,

Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di

mana Aku berada, kamupun berada.” (Yoh 14:1-3).

Pengobatan alternatif

Selama obat-obatan alternatif dapat menimbulkan efek positif kepada

pengobatan pasien maka pengobatan tersebut dibenarkan. Tetapi pengobatan yang

bersifat occcult (kuasa gelap) dilarang untuk digunakan.

Perawatan paliatif

Menurut agama kristen dibenarkan perawatan paliatif karena menurunkan

kesakitan pasien dan dapat menaikkan kualitas hidupnya dan dapat menerima

kematiannya dengan iklas serta menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual

pasien.

23

Page 25: Makalah HAM 3

e. Buddha

Penderitaan

Penderitaan dan lenyapnya penderitaan merupakan topik utama dalam agama

Buddha. Apapun aliran agama Buddha yang anda anut, semuanya bersumber pada

masalah penderitaan dan lenyapnya penderitaan. Sebenarnya masalah penderitaan dan

bagaimana kita dapat melenyapkan penderitaan merupakan persoalan semua umat

manusia.

Jika kita bisa menutup pintu penyebab penderitaan, maka penderitaan itu akan

lenyap. Penderitaan tidak akan lenyap jika hanya dengan mencari kebahagiaan apalagi

kebahagiaan yang semu. Sepintas kelihatannya benar, penderitaan dapat dilenyapkan

dengan menimbulkan kebahagiaan. Tetapi jika kita renungkan sesungguhnya

kebahagiaan semu itu akan menimbulkan sebuah penderitaan baru kembali. Pseudo

Happiness, Kebahagiaan semu, yang palsu merupakan sumber penderitaan yang baru.

Pintu sumbernya penderitaan ada tiga yaitu mulut, perbuatan kita serta pikiran

kita. Kalau saja kita dapat memantau semua pintu pintu yang dapat menimbulkan

penderitaan maka kebahagiaan yang sejati dapat muncul. Penderitaan biasanya

menampilkan muka yang bagus bagus. Penderitaan jarang menampakkan muka yang

menyeramkan.

Sebenarnya apakah kebahagiaan yang sesungguhnya? kebahagiaan yang sejati

muncul saat penderitaan lenyap. Lenyapnya penderitaan dilakukan dengan jalan

mengurangi penderitaan bukan dengan jalan menciptakan kebahagiaan semu.

Kebahagiaan yang sejati ada didalam diri kita sendiri. Pada saat kita mencari

kebahagiaan di luar dari dalam diri sendiri maka dapat dipastikan kebahagiaan yang

diperoleh adalah kebahagiaan semu. Kebahagiaan yang bersumber dari luar diri kita

biasanya akan menimbulkan suatu penderitaan baru. Jadi mulailah dengan mengubah

yang ada di dalam diri kita sendiri, penderitaan akan mulai berkurang. Jika

penderitaan berkurang maka kebahagiaan akan muncul.

Pengobatan Alternatif

Usaha penyembuhan menurut agama Buddha:

24

Page 26: Makalah HAM 3

a. Bukan hanya menghilangkan gejala

b. Sebaiknya mencari sumber penyakit

c. Pikiran sebagai akar masalah (sering)

d. Meluruskan pandangan keliru

Prinsip pengobatan:

A. Sakit adalah corak kehidupan

B. Kalau tidak bias disembuhkan atau diredakan harus diterima dengan rela

C. Pencegahan secara dini adalah dengan tidak berbuat jahat.

Pandangan:

a. Tidak ada masalah sepanjang tidak pelanggaran sila dan dharma

b. Dilakukan dengan sadar dan sukarela

Pengobatan paliatif

Pengobatan paliatif diberikan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang

menderita penyakit yang serius atau membahayakan jiwa. Tujuan dari pengobatan

paliatif adalah mencegah atau merawat sedini mungkin gejala-gejala penyakit, dan

efek samping yang disebabkan dari pengobatan penyakit tersebut, serta masalah-

masalah psikologis, sosial dan spiritual yang terkait dengan penyakit atau

pengobatannya.

Menurut pandangan agama Buddha terapi paliatif yang diharapkan lebih kearah

pendekatan spiritual, membaca atau mendengarkan ajaran Dhamma, jika bias meditasi

lebih disarankan lagi.

3.7 Solusi

Untuk permasalahan kasus diatas, dimana pasien menolak dilakukannya

kemoterapi sebagai terapi paliatif pasca operasi sebagai dokter seharusnya melakukan

edukasi kembali mengenai kepentingan pelaksanaan kemoterapi tersebut, hubungan

yang dibangun antara dokter dan apsien sebaiknya dilandasi dengan rasa kepercayaan

dan pembinaan rapport dengan baik. namun jika kemoterapi tidak dapat diterima dan

25

Page 27: Makalah HAM 3

dijalankan pasien dokter juga harus menghormati hak oonomi pasien sebagai landasar

tertinggi hal yang perlu di[erhatikan dari segi bioetika. Selain dilakukannya

pembinaan hubungan yang baik antara dokter dan pasien, keluarga pasien seharusnya

memberikan dukungan terbaik dan menenangkan pasien untuk tetap tabah dan tidak

mudah menyerah menghadapi permasalahannya. Bimbingan kerohanian sangat

diperlukan agar psikologis pasien lebih tenang.

Keputusan keluarga pasien dan teman-temannya untuk memilih pengobatan

alternatif, ada baiknya. Jika keluarga pasien meminta masukan dari dokter, sebaiknya

sebagai dokter menerima keputusan pasien dan menjelaskan bahwa untuk memilih

pengobatan alternatif diperlukan pemahaman mengenai landasan ilmiahnya. Namun

juga tidak bertentangan dengan agama pasien tersebut.

Dikarenakan pasien sudah berada di fase terminal, keluarga juga perlu

dipersiapkan untuk dapat menerima keadaan pasien, harus kuat untuk mengahdapi

kemungkinan terburuk, yaitu kematian yang terjadi apda pasien.

26

Page 28: Makalah HAM 3

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Hak Pasien dan Kewajiban Dokter

Berdasarkan hubungan kontrak di atas muncullah hak-hak pasien yang pada

dasarnya terdiri dari dua hak, yaitu:

1. The Rights to health care

2. The Rights to self determination

Secara tegas The World Medical Association telah mengeluarkan Declaration

of Lisbon on the Rights of the Patient (1991), yaitu hak memilih dokter secara bebas,

hak dirawat oleh dokter yang bebas dalam membuat keputusan klinis dan etis, hak

untuk menerima atau menolak pengobatan setelah menerima informasi yang adekuat,

hak untuk dihormati kerahasiaan dirinya, hak untuk mati secara bermartabat dan hak

untuk menerima atau menolak dukungan spiritual atau moral.

UU kesehatan menyebutkan beberapa hak pasien seperti hak atas informasi,

hak atas second opinion, hak untuk memberikan persetujuan atau menolak suatu

tindakan medis, hak untuk kerahasiaan, hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan,

dan hak untuk memperoleh ganti rugi apabila ia dirugikan akibat kesalahan tenaga

kesehatan.

Di sisi lain pasien juga memiliki kewajiban, demikian pula dokter juga

memiliki hak. Namun yang lebih utama dibicarakan adalah kewajiban dokter yang

dimilikinya sejak dia mengucapkan sumpah dokter. Kewajiban tersebut adalah:

1. Kewajiban profesi sebagaimana terdapat di dalam lafal sumpah dokter, kode

etik kedokteran, standar prilaku profesi (SOP) dan standar pelayanan medis

(SPM)

2. kewajiban yang lahir oleh karena adanya hubungan dokter-pasien

UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran merumuskan hak dan

kewajiban dokter dan pasien di dalam pasal-pasal 50-53. dokter dan dokter gigi

memiliki hak memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai

27

Page 29: Makalah HAM 3

dengan standar profesi dan standar prosedur operasional, hak untuk memberikan

layanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional, hak

memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya dan hak

menerima imbalan jasa. Di sisi lain dokter dan dokter gigi berkewajiban memberikan

pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta

kebutuhan medis pasien, merujuk pasien apabila tidak mampu melakukan suatu

pemeriksaan atau pengobatan, merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang

pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia, melakukan pertolongan

darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas

dan mampu melakukannya, dan menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti

perkembangan ilmu kedokteran/ kedokteran gigi.

Sementara itu, berdasarkan UU Praktik Kedokteran pasien memiliki hak untuk

mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana

dimaksud dalam pasal 45 ayat (3), meminta pendapat dokter lain, mendapatkan

pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis, menolak tindakan medis, dan

mendapatkan isi rekam medis. Adapun pasal 45 ayat (3) menyatakan tentang

penjelasan tersebut di atas sekurang-kurangnya meliputi diagnosis dan tata cara

tindakan medis, tujuan tindakan medis yang akan dilakukan, alternatif tindakan lain

dan risikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap

tindakan yang akan dilakukan. Di sisi lain pasien berkewajiban memberikan informasi

yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya, mematuhi nasihat dan petunjuk

dokter, mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan, dan

memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. (1)

4.2 Informed consent

1. Prisip moral utama dokter

Dalam profesi kedokteran, dikenal 4 prinsip moral utama yang harus dijunjung

tinggi seorang dokter, yaitu5:

a. Prisnsip otonomi

Yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak

otonomi pasien (the rights to self determination). Prinsip otonomi pasien

dianggap sebagai dasar dari doktrin informed consent.

28

Page 30: Makalah HAM 3

b. Prinsip beneficence

Yaitu prinsip moral yang mnegutamakn tindakan yang ditujukan ke

kebaikan pasien.

c. Prinsip non maleficence

Yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk

keadaan pasien.

d. Prinsip justice

Yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam

mendistribusikan sumber daya.

2. Informed consent

Informed consent adlah suatu proses yang menunjukan komunikasi yang

efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan

dan apa yang tidak akan dilaukan terhadap pasien. Informed consent lebih kearah

persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.5

Informed consent memiliki 3 elemen, yaitu5:

a. Threshold elements

Pemberi consent haruslah seseorang yang kompeten. Kompeten disini

diartikan berkapasitas untuk membuat keputusan. Secara hukum seseorang

dianggap kompeten adalah apabila telah dewasa, sadar dan berada dalam

keadaan mental yang tidak di bawah pengampuan. Dewasa disini berarti telah

mencapai usia 21 tahun atau telah pernah menikah.

b. Information elements

Elemen ini terdiri dari dua bagian, yaiotu disclosure (pengungkapan)

dan understanding (pemehaman). Hal ini member konsekuensi pada tenaga

medis untuk memberikan informasi sedemikian rupa sehingga pasien dapat

mencapai pemahaman yang adekuat.

Seberapa baik suatu informasi harus diberikan kepada pasien dapat

dilihat dari 3 standar, yaitu:

Standar praktek profesi

Kewajiban memberikan informasi dan criteria ke-adekuat-an informasi

ditentukan bagaimana biasanya dilakukan dlaam komunitas tenaga medis.

Standar subyektif

Keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh pasien

secara pribadi, sehingga informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien

29

Page 31: Makalah HAM 3

tersebut dalam membuat keputusan. Standar inisangat sulit dilaksanakan atau

hampir mustahil untuk memahami nilai-nilai yang secara individual dianut

pasien.

Standar pada reasonable person

Merupakan hasil kompromi dari kedua standar sebelumnya, yaitu

dianggap cukup apabila informasi yang diberikan telah memenuhi kebutuhan

pada umumnya orang awam. Subelemen pemahaman dipengaruhi oleh

penyakitnya, irrasionalis, dan imaturitas, banyak ahli mengatakan, apabila

elemen ini tidak dilakukan, maka dokter dianggap lalai melaksanakan

tugasnya member informasi yang adekuat.

c. Consent elements

Elemen ini terdiri dari dua bagian, yaitu voluntariness (kesukarelaan,

kebebaasan) dan authorization (persetujuan).

Kesukarelaan mengharuskan tidak adanya penipuan, misrepresentasi

ataupun paksaan.

Suatu tindakan medis terhadap seseorang pasien tanpa memperoleh

persetujuan terlebih dahulu dari pasien tanpa memperoleh persetujuan terlebih dahulu

dianggap sebagai penyerangan atas hak orang lain atau perbuatan melanggar hukum.

Doktrin informed consent tidak berlaku pada 5 keadaan:

Keadaan darurat medis

Ancaman terhdap kesehatan masyarakat

Pelepasan hak memberikan consent

Clinical privilege

Pasien yang tidak kompeten memberikan consent

Contextual circumstances juga seringkali mempengaruhi pola peroleh

informed consent. Seorang yang dianggap sudah piku n, orang yang dianggap

memiliki mental yang lemah untuk dapat menerima kenyataan dan orang dlam

keadaan terminal dianggap tidak berkompeten menerima informasi yang benar

apalagi membuat keputusan medis.

Hak menolak terapi lebih sukar diterima oleh profesi kedokteran daripada hak

menyetujui terapi. Banyak ahli mengatakan bahwa hak menolak terapi bersifat tidak

absolute, artinya masih dapat ditolak atau tidak diterima oleh dokter. Hal ini karena

dokter akan mengalami konflik moral dengan kewajiban menghormati kehidupan,

30

Page 32: Makalah HAM 3

kewajiban untuk mencegah perbuatan bunuh diri, kewajiban melindungi pihak ketiga,

dna integritas etis profesi dokter.5

3. Proxy consent

Proxy consent adalah consent yang diberikan oleh orang yang bukan si pasien

itu sendiri, dengan syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan consent secara

pribadi, dan consent tersebut harus mendekati apa yang sekiranya akan diberikan oleh

pasien apabila ia mampu memberikannya (baik buat pasien, bukan baik buat orang

banyak). Umumnya urutan orang yang memberikan proxy-consent adalah:

Suami/isteri

Anak

Orang tua

Saudara kandung,dll

Proxy-consent hanya boleh dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan

ketat.

4.3 Pengobatan Alternatif

Pandangan Hukum

Pemerintah telah mengeluarkan undang undang PERMENKES RI No

1109/PER/IX/2007 tentang batasan terapi alternatif yaitu terapi alternatif merupakan

terapi non-konvensional untuk meningkatkan kesehatan pasien yang bersifat promotif,

preventif, kuratif, rehabilitatif dan harus dilandasi pengetahuan biomedik. Individu

yang menjalankan usaha terapi altrernatif seyogyanya memiliki izin dari pemerintah

untuk menjalankan praktik di bidang kesehatan.

Pro dan kontra tentang pengobatan alternatif :

Pro pengobatan alternatif

Pada umumnya biaya untuk terapi alternatif lebih murah, efek samping lebih

sedikit, tindakan tidak invasif, menggunakan bahan bahan alamiah.

Kontra pengobatanalternatif

31

Page 33: Makalah HAM 3

Tidak ada pembuktian atau evidence based, tidak jelas bahan yang digunakan

dalam pengobatan, tidak melaporkan praktek kepada dinas kesehatan sehingga tidak

memiliki surat, membuka peluang terjadinya penipuan.

Pandangan bioetika tentang pengobatan alternatif

Terapi alternatif berdasarkan sudut pandang bioetika:

Otonomi : Pasien berhak memilih pengobatan yang akan dilakukan

Beneficence : Melakukan yang terbaik untuk proses perbaikan diri pasien dari

penyakit

Nonmaleficence : Selama terapi yang di lakukan tidak memperburuk

kesehatan pasien

Sebagai seorang dokter terhadap pengobatan alternatif

- Menghormati otonomi

Pasien berhak dan bebas memilih dan memutuskan tindakan apa yang akan di

lakukan dalam proses pengobatan dan penyembuhan atas dirinya.

- Melindungi agar pasien tidak dirugikan

- Sebagai dokter berkewajiban untuk menjelaskan tentang penyakit yang di

derita pasien. Dan memberikan masukan apa yang sebaiknya dilakukan untuk

proses perbaikan pasien dari penyakitnya tersebut. Tanpa menentang prinsip

otonomi yang dimiliki pasien untuk memilih pengobatan dokter.

- Memastikan pengobatan alternatif yang akan dijalankan pasien sesuai dengan

evidence based medicine

4.4 Perwatan paliatif

Perawatan paliatif adalah stiap bentuk perawatan medias atau perawatan yang

berkonsentrasi pada pengurangan gejala penyakit. Tujuan dari perawatan paliatif

mencegah dan mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup pasien dan

keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa .

Non rumah sakit perawatan paliatif tidak tergantung pada prognosis dan

ditawarkan dalam hubunganya dengan kuratif dan semua bentuk lain yang sesuai

perawatan medis . Perwatan palliatif juga dapat digunakanuntuk mengurangi efek

32

Page 34: Makalah HAM 3

samping dari pengobatan kuratif, seperti mengurangi rasa mual yang berhubungan

dengan kemoterapi.

Perwatan paliatif itu sendiri berguna untuk

Penatalaksanaan nyeri

Penatalaksanaan keluhan fisik lain

Asuhan keperawatan

Dukungan psikologis

Dukungan sosial

Dukungan kultural dan spiritual

Dukungan persiapan dan selama duka cita

Istilah perawatan paliatif semakin digunakan berkaitan dengan penyakit lain

selain kanker seperti kronis, gangguan paru progresif, penyakit ginjal, gagal jantung

kronis, HIV/AIDS, dan kondisi neurologis progresif.

Penatalaksanaan Nyeri

Analgesik adalah anggota dari kelompok obat yang digunakan untuk

menghilangkan rasa sakit, juga dikenal sebagai "obat penghilang rasa sakit". Tangga

analgesik (analgesic ladder) dirancang oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)5

untuk membantu resep kesehatan dalam resep obat analgesik dengan menyarankan

sebuah strategi yang logis untuk mengelola nyeri dalam banyak situasi sakit. Tangga

ini membela pendekatan melangkah dengan penggunaan obat penghilang rasa sakit

dari kelompok analgesik:

- Analgesik sederhana yaitu parasetamol dan non-steroid anti-inflammatory

drugs (NSAID)

- Opioid lemah yaitu tramadol, kodein

- Opioid kuat yaitu morfin, fentanyl, oxycodone, petidin

- Adjuvant - analgesik ajuvan adalah obat yang aslinya tidak untuk nyeri tetapi

lebih untuk kondisi lain tetapi telah ditemukan efektif dalam sulit untuk

mengatasi rasa sakit, terutama nyeri neuropatik. Kelompok obat ini termasuk

antidepresan, antikonvulsan (anti kejang obat-obatan), dan lainnya.

33

Page 35: Makalah HAM 3

Pada setiap langkah dari tangga analgesik non-opioid analgesik membentuk dasar

dari manajemen nyeri. Parasetamol dan NSAID (jika tidak kontraindikasi) karena itu

harus selalu diresepkan dengan analgesia opioid (lemah atau kuat). Hal ini dikenal

sebagai multi-modal analgesia dan adalah konsep bahwa rasa sakit ini paling berhasil,

bukan dengan satu jenis obat atau terapi, tetapi dengan kombinasi, yang

memaksimalkan keberhasilan sementara menjaga efek samping rendah. Bukti telah

menunjukkan bahwa ketika hal ini terjadi rasa sakit lebih baik, jumlah yang lebih

kecil pembunuh rasa sakit diperlukan dan efek samping yang kurang terjadi.

WHO menganjurkan bahwa analgesik harus diberikan "setiap beberapa jam",

yaitu setiap 3-6 jam, bukan “sesuai permintaan”. Pendekatan ini lebih mengarah pada

“obat yang tepat dengan dosis yang tepat dan pada waktu yang tepat”, karena hal ini

cukup efektif dalam penanganan nyeri.

Keuntungan dari tangga analgesik meliputi:

- Kesederhanaan, karena hanya kelompok analgesik sedikit yang digunakan.

- Fleksibilitas, untuk berbagai macam situasi rasa sakit dan juga kepada pasien

secara global. Dengan mengacu pada golongan obat, bukan obat khusus,

tangga mempertahankan tingkat fleksibilitas yang memungkinkan dokter

untuk bekerja di dalam peraturan mereka mengatur dan keterbatasan.

34

Page 36: Makalah HAM 3

- Keselamatan, bahwa obat paling aman digunakan pertama dalam dosis efektif

terendah.

- Penekanan pada multimodal analgesia.

Kelemahan antara lain:

- Mungkin terlalu sederhana untuk pengelolaan beberapa jenis nyeri, nyeri

neuropatik terutama atau bagi mereka yang tergantung opioid.

- Ini menunjukkan bahwa analgesik harus dipakai per oral, yang terkadang tidak

sesuai, misalnya, ketika pasien tidak dapat mengkonsumsi obat melalui mulut.

BAB V

KESIMPULAN

35

Page 37: Makalah HAM 3

Ny. S memiliki hak otonomi yang harus dihormati. Pemaksaan pengobatan bagi

penyakit terminal dari carcinoma ovarium yang diderita Ny. S tidak dibenarkan oleh

agama, hukum, dan buruk menurut sudut pandang bioetika. Namun, pembiaran tanpa

usaha untuk mengobati secara tepat juga menjadi masalah moral tersendiri bagi para

praktisi medis yang seharusnya berpihak pada kehidupan dan mencegah kematian

yang belum saatnya. Pengobatan sia – sia yang dilakukan melalui pengobatan

alternatif juga dipandang buruk oleh sudut pandang etika, walaupun pengobatan

alternatif yang dilakukan sukarela adalah benar menurut hukum, agama, dan etika.

Masalah Ny. S seharusnya diselesaikan melalui pendekatan holistik yang persuasif

dari aspek biopsikososial dan spritual. Seharusnya masalah Ny. S diselesaikan dengan

komunikasi. Komunikasi untuk memperbaiki persepsi pasien memegang peranan

penting sehingga pasien tetap memiliki motivasi dan semangat untuk menjalani

pengobatan demi mengupayakan kesembuhan. Pada akhirnya Ny. S meninggal.

Seharusnya apabila Ny. S dan keluarga Ny. S mau melakukan terapi palliative, maka

keluarga dapat menerima dengan ikhlas kematian Ny. S dan semua akan dalam

keadaan lebih siap.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

36

Page 38: Makalah HAM 3

1. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Jakarta:

Pustaka Dwipar; 2007. p. 10-2.

2. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan perundang-undangan bidang

kedokteran. Jakarta: FKUI; 1994.

3. The World Medical Association. 2005. World Medical Association

Declaration of Lisbon on The Rights of The Patient. Available at:

http://dl.med.or.jp/dl-med/wma/lisbon2005e.pdf. Accessed on June 29, 2012.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009. Available at:

http://dinkes.demakkab.go.id/v2010/dokumen/uu_no_36_thn_2009-

ttg_kesehatan.pdf. Accessed on June 29, 2012.

5. Jadad AR, Browman GP. The WHO analgesic ladder for cancer pain

management. Stepping up the quality of its evaluation. JAMA. 1995;274(23):1870–3.

37