Upload
wiet-khairunisa-pratiwi
View
360
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perdagangan anak-anak atau bayi juga dihpsebut human trafficking
merupakan bentuk perbudakan di era modern ini. Hal tersebut sudah menjadi masalah
yang sangat besar. Di Indonesia sendiri masalah trafficking sudah menjadi wabah
penyakit yang sangat berbahaya. Trafficking sendiri sangat merugikan masyarakat
karena dewasa ini sungguh sangat mudah perempuan dan anak-anak diperjual
belikan. Tentu saja hal tersebuat haruslah diberantas dari Indonesia.
Maraknya penjualan bayi di era modern ini tentunya disebabkan oleh
beberapa factor yang terutama factor kemiskinan yang melanda masayarakat dewasa
ini.
Jika dilihat dari sisi aturan ada banyak jaminan perlindungan anak tau bayi
dari perdagangan yaitu ada 4 instrumen nasional yaitu UU Kesejahteraan Anak, UU
Hak Asasi Manusia, UU Perlindungan Anak dan Hukum Pidana.
Para pelaku atau sindikat yang melakukan trafficking tersebuat haruslah di
berantas sampai ke akarnya karena sindikat tersebut sudah merugikan banyak pihak.
Untuk itu perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak untuk memberantas sindikat
trafficking tersebut,tentu saja peran pemerintah dan peran masyarakat dalam
memberantas praktik trafficking sangat dibutuhkan pada saat ini.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan trafficking?
2. Apa saja factor penyebab seseorang melakukan kejahatan menjual bayi atau
trafficking?
3. Bagaimana cara agar penjualan bayi trafficking tidak lagi terjadi dikalangan
masyarakat?
4. Apa dampak dari trafficking?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui pengertian dari trafficking.
2. Agar mengetahui factor-faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan
kejahatan menjual bayi atau trafficking.
3. Agar penulis mengetahui cara agar penjualan bayi atau trafficking tidak lagi
terjadi di kalangan masyarakat.
4. Agar mengetahui dampak dari trafficking.
D. Manfaat penulisan
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan pemikiran atau kajian
dalam dunia pendidikan khususnya yang berkaitan dengan masalah-masalah
pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di masyarakat.
2. Sebagai sarana untuk mengembangkan kepribadian yang baik dan
mengembangkan wawasan dan akan menumbuhkan rasa peka terhadap
masalah-masalah social yang terjadi di masyarakat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penjualan Manusia (Trafficking)
Istilah dalam perdagangan manusia ini dapat diartikan sebagai “rekrutmen,
transportasi, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan seseorang dengan
ancaman atau penggunaan kekerasan, penculikan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan ataupun menerima atau memberi
bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang
kendali atas orang lain tersebut, untuk kepentingan eksploitasi yang secara minimal
termasuk eksploitasi lewat prostitusi atau bentuk-bentuk eksploitasi seksual lainnya,
kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek-praktek lain yang serupa dengan
perbudakan, penghambaan atau pengambilan organ-organ tubuh.” (Sumber: Pasal 3,
Protokol untuk Mencegah, Menekan dan Menghukum Perdagangan Manusia,
terutama Perempuan dan Anak, sebagai Tambahan terhadap Konvensi PBB
menentang Kejahatan Terorganisir Transnasional, 2000).
Eksploitasi dalam perdaganagan manusia (human trafficking) dapat meliputi,
paling tidak, adalah: Pertama, eksploitasi untuk melacurkan orang lain atau bentuk-
bentuk lain dari eksploitasi seksual. Kedua, kerja atau pelayanan paksa. Ketiga,
perbudakan atau praktek-praktek yang serupa dengan perbudakan.
Keempat, penghambaan. Kelima, pengambilan organ-organ tubuh.
Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) mendefenisikan human trafficking atau perdagangan
manusia sebagai: Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau
penerimaan seseorang, dengan ancaman, atau penggunaan kekerasan, atau bentuk-
bentuk pemaksaan lain, penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunaan
kekuasaan atau posisi rentan, memberi atau menerima bayaran atau manfaat untuk
memperoleh ijin dari orang yang mempunyai wewenang atas orang lain, untuk tujuan
3
eksploitasi. (Protokol PBB tahun 2000 untuk Mencegah, Menanggulangi dan
Menghukum Trafiking terhadap Manusia, khususnya perempuan dan anak-anak;
Suplemen Konvensi PBB mengenai Kejahatan Lintas Batas Negara).
Tabel dibawah ini, yang disarikan dari Definisi PBB diatas, adalah alat yang
berguna untuk menganalisis masing-masing kasus untuk menentukan apakah kasus
tersebut termasuk trafiking atau tidak. Suatu kejadian dapat dikatakan sebagai
trafiking, kejadian tersebut harus memenuhi paling tidak satu unsur dari ketiga
kriteria yang terdiri dari proses, jalan/cara dan tujuan. Jika satu unsur dari masing-
masing ketiga kategori di atas muncul, maka hasilnya adalah traficking.
Pertama setiap orang yang melakukan perekrutan, pengiriman, penyerahterimaan
orang. Kedua dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, penipuan,
penculikan, penyekapan, penyalahgunaan kekuasaan, pemanfaatan posisi kerentanan,
atau penjeratan utang. Ketiga untuk tujuan mengeksploitasi, atau perbuatan yang
dapat tereksploitasi orang tersebut.
Menurut Undang-Undang (UU) Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang (PTPPO) pasal 1 ayat 1 dan hampir sama dengan apa yang didefinisikan oleh
PBB, definisi trafficking (perdagangan orang) adalah: “tindakan perekrutan,
pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang
dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang
atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang
yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam
negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang
tereksploitasi”.
Ada tiga elemen pokok yang terkandung dalam pengertian trafficking di atas.
Pertama, elemen perbuatan, yang meliputi: merekrut, mengangkut, memindahkan,
menyembunyikan, atau meneirma. Kedua, elemen sarana (cara) untuk mengendalikan
korban, yang meliputi: ancaman, penggunaan paksaan, berbagai bentuk kekerasan,
penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau
4
pemberian/penerimaan atau keuntungan untuk memperoleh persetujuan dari orang
yang memegang kendali atas korban. Ketiga, elemen tujuannya, yang meliputi:
eksploitasi, setidaknya untuk prostitusi atau bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja
paksa, perbudakan, penghambaan, dan sebagainya (Harkristuti Harkrisnowo dikutip
dalam www.menkokesra.go.id).
Kasus perdagangan perempuan dengan modus pelacuran di luar negeri adalah
kasus yang paling umum terjadi. Bahkan, menurut data yang ada fenomena ini makin
meningkat dari tahun ke tahun. Menurut laporan Kantor Menteri Koordinator
Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) tercatat sepanjang tahun 2005 saja ada 700
perempuan Indonesia telah dijadikan budak seks di negeri orang (www.bkkbn.go.id).
Jumlah itu diperkirakan terus meningkat jika penanganannya tidak diatasi secara
serius.
B. Kronologis Peristiwa
Kasus pejualan bayi di Indonesia semakin hari semakin merebak sebagai
contoh nya terjadi percobaan penjualan bayi kembar di halaman parkir ITC Depok.
Keduanya diserahkan sang ibu pada seorang wanita bernama Merry. Tersangka
memberi uang Rp 1,8 juta sebagai biaya persalinan si kembar. Siapa sangka, Merry
menjual keduanya seharga Rp 40 juta atau Rp 20 juta untuk satu bayi. Namun
penjualan bayi yang akan dilakukan oleh sindikat penjualan bayi berhasil digagalkan
oleh pihak kepolisian dengan cara melakukan penyamaran seorang anggota
kepolisian menyamar menjadi seorang yang akan membeli kedua bayi kembar
tersebut seharga 40 juta rupiah. MS merupakan tersangka sindikat penjualan bayi
kembar tersebut. Bayi kembar tersebut merupakan korban kemiskinan orang tuanya
di Bogor, hingga akhirnya bisa sampai jatuh ke tangan MS yang merupakan pelaku
dalam sindikat perdagangan bayi.
Ana adalah orangtua dari kedua bayi kembar tersebut mengaku menyesal atas
semua perbuatannya. Wanita berusia 28 tahun itu sama sekali tidak menduga niatnya
5
mengurangi beban hidup malah di manfaatkan oleh orang lain. Bayi kembarnya
nyaris dijual seharga 40 juta.
Kasus ini berawal ketika Ana melahirkan bayi kembar, namun karena factor
ekonomi, ana menyerahkan bayinya kepada orang lain. Ana merasa tak sanggup
membesarkan bayinya karena sudah memiliki 2 anak berusia 12 dan 5 tahun yang
juga memerlukan biaya. Ana menyerahkan bayinya dengan harapan sang anak bisa
memperoleh orangtua angkat yang mampu membesarkan dengan kasih saying tulus.
Sehari-hari Ana menyambung hidup sebagai pembantu rumah tangga. Dia
bekerja dari jam 07.00 pagi hingga 18.00 sore. Penghasilan bersihnya hanya Rp 300
rbu sebulan. Selain itu saat ini Ana masih menumpang di rumah orangtuanya
disebuah kampong Parung Banteng, Katulampa, Bogor. Situasi tampak semakin sulit
setelah ditinggal begitu saja oleh suaminya, Roni, yang bekerja sebagai kuli
bangunan.
C. Konsep Ham Yang Berhubungan
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU
No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).
Konsep HAM diartikan sebagai berikut: "Human rights could generally be
defined as those rights which are inherent in our nature and without which we cannot
live as human beings" Dengan pemahaman seperti itu, konsep hak asasi manusia
disifatkan sebagai suatu common standard of achivement for all people and all
nations, yaitu sebagai tolok ukur bersama tentang prestasi kemanusiaan yang perlu
dicapai oleh seluruh masyarakat dan negara di dunia.
6
Hak-hak yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia terdiri dari:
1. Hak untuk hidup. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup,
meningkatkan taraf kehidupannya, hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera
lahir dan batin serta memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat.
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan. Setiap orang berhak untuk
membentuk kelaurga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang syah atas
kehendak yang bebas.
3. Hak mengembangkan diri. Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak
pengembangan dirinya, baik secara pribadi maupun kolektif, untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya.
4. Hak memperoleh keadilan. Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk
memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan,
baik dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses
peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin
pemeriksaan secara obyektif oleh Hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh
putusan adil dan benar.
5. Hak atas kebebasan pribadi. Setiap orang bebas untuk memilih dan
mempunyai keyakinan politik, mengeluarkan pendapat di muka umum, memeluk
agama masing-masing, tidak boleh diperbudak, memilih kewarganegaraan tanpa
diskriminasi, bebas bergerak, berpindah dan bertempat tinggal di wilayah Republik
Indonesia.
6. Hak atas rasa aman. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,
keluarga, kehormatan, martabat, hak milik, rasa aman dan tenteram serta
perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
7
7. Hak atas kesejahteraan. Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri
maupun bersama-sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, bangsa dan
masyarakat dengan cara tidak melanggar hukum serta mendapatkan jaminan sosial
yang dibutuhkan, berhak atas pekerjaan, kehidupan yang layak dan berhak
mendirikan serikat pekerja demi melindungi dan memperjuangkan kehidupannya.
8. Hak turut serta dalam pemerintahan. Setiap warga negara berhak turut serta
dalam pemerintahan dengan langsung atau perantaraan wakil yang dipilih secara
bebas dan dapat diangkat kembali dalam setiap jabatan pemerintahan.
9. Hak wanita. Seorang wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam
jabatan, profesi dan pendidikan sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-
undangan. Di samping itu berhak mendapatkan perlindungan khusus dalam
pelaksanaan pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam
keselamatan dan atau kesehatannya.
10. Hak anak. Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga,
masyarakat dan negara serta memperoleh pendidikan, pengajaran dalam rangka
pengembangan diri dan tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.
D. Faktor–Faktor Penyebab Terjadinya Perdagangan Manusia (Human
Trafficking)
Maraknya isu perdagangan perempuan & anak (Trafficking) dewasa ini
diawali dengan semakin meningkatnya migrasi tenaga kerja baik antar daerah,
wilayah maupun Negara memasuki sector informal maupun pekerjaan rumahan.
Sektor ini sebagian besar terdiri dari perempuan dan anak yang berumur di bawah 18
tahun. Penyebab yang mendorong trafficking di Indonesia adalah: Kemiskinan,
terbatasnya akses dan kesempatan kerja, kekerasan dalam rumah tangga, kepatuhan
anak terhadap orangtua (yang terdesak secara ekonomi), konflik sosial dan
8
peperangan serta lemahnya penegakan hokum, serta perubahan orientasi
pembangunan dari pertanian ke industri serta krisis ekonomi yang tidak
berkesudahan.
Kondisi ini tidak saja dialami oleh Indonesia. Laporan Survey dunia IV
tentang perempuan dan pembangunan (1999) menyebutkan bahwa banyak Negara
berkembang di Asia, seperti Vietnam, Laos, Sri Langka, Thailand, dan Philipina
mengalami hal yang sama, sebagai akibat ketidakpastian dan ketidak mampuan
menghadapi persaingan bebas dari konsep liberalisasi ekonomi di era globalisasi yang
mempunyai dampak yang cukup kompleks terutama terhadap peningkatamn peran
dan kedudukan perempuan dalam bidang ekonomi baik pada tingkat nasional maupun
internasional.
Himpitan kehidupan ini kemudian menimbulkan masyarakat untuk mencari
jalan keluar dengan melakukan segala daya upaya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya sendiri. Dalam pemenuhan itu, kadang kala mereka tidak memikirkan
dampak dari apa yang mereka kerjakan. Yang penting bagi mereka, hidup harus terus
berjalan.
Rendahnya tingkat ekonomi, pendidikan dan situasi psikologis inilah menjadi
salah satu penyebab yang tidak disadari sebagai peluang munculnya human
trafficking atau perdagangan manusia. Istilah yang kemudian diserap dalam bahasa
Indonesia dengan kata trafiking ini, sampai saat ini belum mendapat perhatian yang
maksimal dari pihak-pihak terkait. Tidaklah mengherankan jika korban trafiking terus
berjatuhan, bahkan, rentetan korban demi korban masih mungkin akan terus
bertambah.
Tidak ada satupun yang merupakan sebab khusus terjadinya trafiking manusia
di Indonesia. Trafficking terjadi karena bermacam-macam kondisi serta persoalan
yang berbeda-beda. Tetapi dapat disimpulkan beberapa faktor, antar lain:
1. Kurangnya kesadaran ketika mencari pekerjaan dengan tidak mengetahui bahaya
trafiking dan cara-cara yang dipakai untuk menipu atau menjebak korban.
9
2. Kemiskinan telah memaksa banyak orang untuk mencari pekerjaan ke mana saja,
tanpa melihat risiko dari pekerjaan tersebut. kemiskinan mempunyai sederet
definisi ekonomi dan juga keanekaragaman arti sosial dan politik. Sebab – sebab
kemiskinan antara lain upah yang rendah, diskriminasi dalam pensiunan dan
keuntungan, pekerjaan yang tak terbayar bagi wanita, perceraian, ditinggal pergi,
perpisahan dan menjanda dan menjadi ibu tampa pasangan ekonomi.
3. Kultur/budaya yang menempatkan posisi perempuan yang lemah dan juga posisi
anak yang harus menuruti kehendak orang tua dan juga perkawinan dini, diyakini
menjadi salah satu pemicu trafficking. Biasanya korban terpaksa harus pergi
mencari pekerjaan sampai ke luar negeri atau ke luar daerah, karena tuntutan
keluarga atau orangtua.
4. Lemahnya pencatatan /dokumentasi kelahiran anak atau penduduk sehingga
sangat mudah untuk memalsukan data identitas.
5. Lemahnya oknum-oknum aparat penegak hukum dan pihak-pihak terkait dalam
melakukan pengawalan terhadap indikasi kasus-kasus trafiking.
Lantas apa yang harus dilakukan seseorang jika dia merasa sudah terjebak
dalam kasus trafiking. Dijelaskan Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA)
Ditreskrim Polda NAD, Inspektur satu (Iptu) Elviana, jangan pernah takut untuk
melaporkan kejadian trafiking. Baik korban maupun masyarakat yang
mengetahuinya, harus segera melaporkan. Laporan dapat disampaikan kepada aparat
kepolisian di tingkat Polsek atau Polres. Oleh karena itu, menurutnya saat ini aparat
kepolisian di seluruh tingkatan telah dilatih untuk menangani kasus-kasus yang
menimpa perempuan dan anak, meskipun di kantor-kantor tersebut tidak memiliki
polisi wanita (Polwan), tetapi penanganan khusus untuk perempuan dan anak tetap
dapat dilakukan oleh polisi laki-laki.
10
E. Dampak Perdagangan Manusia (Human Trafficking)
Banyak dampak yang ditimbulkan oleh perdagangan manusia (human
trafficking) antara lain :
• Bentuk perdanagan manusia antara lain setiap orang yang melakukan perekrutan,
pengiriman, penyerahterimaan orang. Dengan perekrutan ini akan banya terjadinya
penipuan.
• Perdaganagan manusia banyak menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan,
penipuan, penculikan, penyekapan, penyalahgunaan kekuasaan, pemanfaatan posisi
kerentanan, atau penjeratan utang.
• Perdagangan manusia dilakukan untuk tujuan untuk tujuan mengeksploitasi, atau
perbuatan yang dapat tereksploitasi orang tersebut sehingga sangat merugikan bagi
korban perdagangan manusia.
F. Pemecahan Masalah Trafficking
Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah yang
amat pelik ini. Menurut laporan Kementerian Koordinator Kesehateraan Rakyat
da;am websitenya www.menkokesra.go.id menjelaskan bahwa pencegahan
trafficking dapat dilakukan melalaui beberapa cara yaitu:
Pertama, pemetaan masalah perdagangan orang di Indonesia, baik untuk tujuan
domestik maupun luar negeri. Kedua, peningkatan pendidikan masyarakat, khususnya
pendidikan alternatif bagi anak-anak dan perempuan, termasuk dengan sarana dan
prasarana pendidikannya. Ketiga, peningkatan pengetahuan masyarakat melalui
pemberian informasi seluas-luasnya tentang perdagangan orang beserta seluruh aspek
yang terkait dengannya. Keempat, perlu diupayakan adanya jaminan aksesibilitas bagi
keluarga khususnya perempuan dan anak untuk memperoleh pendidikan, pelatihan,
peningkatan pendapatan dan pelayanan sosial.
11
Cara-cara tersebut terkesan sangat ideal, tinggal bagaimana implementasinya
secara nyata. Upaya tersebut juga memerlukan keterlibatan seluruh sektor
pemerintah, swasta, LSM, badan-badan internasional, organisasi masyarakat,
perseorangan, dan termasuk media massa sehingga membentuk interaksi social yang
kemudian membentuk pola social positif yang lebih dinamis . kemudian
Tri Astuti mengatakan bahwa langkah yang selama ini baru dilakukan oleh Kantor
Pemberdayaan Perempuan Provinsi DIY untuk meminimalisir praktek trafficking
adalah dengan mengadakan pelatihan bagi para kepala desa tentang tertib
administrasi. Salah satu tujuan utamanya adalah mengantisipasi praktek pemalsuan
identitas yang kian marak terjadi dalam hal pengurusan syarat-syarat TKI. Namun,
sayangnya mengapa lembaga perempuan tersebut baru melangkah pada tindakan
antisipasi yang sifatnya administratif. Padahal, masih banyak bentuk kegiatan lain
yang bisa menyentuh masyarakat secara umum, termasuk kaum perempuan di
dalamnya yang rentan dengan trafficking. Selain itu pelatihan dalam membentuk
psikologi social juga harus menjadi salah satu unsur terpenting dalam mengimbangi
pengaruh globalisasi terhadap masyarakat seperti apa yang dikatan Riza Wahyuni,
S.Psi, MSi, Psikolog, Humas dan Psikolog PPT Jatim di hadapan peserta” pelatihan
teknis pendampingan korban kekerasan dan trafficking” oleh Dinas Sosial Propinsi
Jawa Timur di Batu, Jawa Timur (19/5). masalah trafficking bagi korban adalah
berkaitan dengan kesehatan reproduksi, cacat fisik permanen atau sementara, masalah
psikologis dari yang paling ringan seperti stres, depresi, sampai kepada gangguan
jiwa berat sehingga perlu dilakukan pendampingan yang khusus bagi mereka.
Pendampingan bagi korban perlu dilakukan dengan tujuan membantu mereka
memahami masalah yang dihadapi dan penguatan kapasitas psikologis, berkaitan
dengan kemandirian baik fisik atau psikis agar mereka tidak menjadi korban kembali.
Oleh karena itu perlu dilakukan kapasitas building SDM untuk melakukan
pendampingan, dan pemahaman tentang layanan kasus, mulai dari melakukan
identifikasi, apa yang harus dilakukann dalam pelayanan medis, psikososial, hukum,
dan bekerja dengan jejaring layanan. Kapasitas building yang penting bagi
12
pendamping adalah pemahaman tentang konseling yang bersifat empati bagi korban,
dimana bertujukan untuk membantu korban dalam memahami masalahnya, sebagai
fasilitator bagi korban untuk pengambilan keputusan dalam upaya kemandirian.
adapun langkah awal yang dapat kita lakukan adalah dengan melakukan kajian
akademis untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai trafficking.
G. Landasan Yuridis
Di Indonesia sendiri memiliki aturan yang menjamin anak-anak untuk tidak di
perjualbelikan di antranya UU Kesejahteaan Anak yaitu UU no 4 tahun 1979 yang
dalam salah satu pasalnya yaitu BAB II pasal 2 yang berisi sebagai berikut:
(1) Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan
kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh
dan berkembang dengan wajar.
(2) Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan
sosialnya,sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi
warganegara yangbaik dan berguna.
(3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlidungan, baik semasa dalam kandungan
maupun sesudah dilahirkan.
(4) Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar.
Pasal3
Dalamkeadaan yang membahayakan, anaklah yang pertama-tama berhak
mendapatpertolongan, bantuan, dan perlindungan.
13
Pasal 4
(1) Anakyang tidak mempunyai orang tua berhak memperoleh asuhan oleh negara
atau orangatau badan.
(2) Pelaksanaan ketentuan ayat (1)diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal5
(1) Anakyang tidak mampu berhak memperoleh bantuan agar dalam lingkungan
keluarganyadapat tumbuh dan berkembang dengan wajar.
(2) Pelaksanaan ketentuan ayat (1)diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal6
(1) Anakyang mengalami masalah kelakuan diberi pelayanan dan asuhan yang
bertujuan menolongnya guna mengatasi hambatan yang terjadi dalam masa
pertumbuhan danperkembangannya.
(2) Pelayanandan asuhan, sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1), juga diberikan
kepada anakyang telah dinyatakan bersalah melakukan pelanggaran hukum
berdasarkankeputusan hakim.
Pasal7
Anakcacat berhak memperoleh pelayanan khusus untuk mencapai tingkat
pertumbuhan danperkembangan sejauh batas kemampuan dan kesanggupan anak
yang bersangkutan.
Pasal8
14
Bantuandan pelayanan, yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan anak
menjadi hak setiapanak tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, agama, pendirian
politik, dankedudukan sosial.
Selain itu ada juga aturan yang lain yaitu dalam UU no 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dalam salah satu pasalnya yaitu menjelaskan sebagai berikut:
Pasal 3
Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak
agar dapat hidup, tumbuh,berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,
berakhlak mulia, dan sejahtera.
Pasal 4
Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 7
(1) Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh
orang tuanya sendiri.
(2) Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh
kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh
atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
15
Pasal 14
Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada
alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah
demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.
16
BAB III
ANALISIS
Indonesia dalah salah satu negara di asean yang berbatasan langsung dengan
Malaysia dan singapura itu semua memudahkan seseorang untuk melakukan
trafficking. Trafficking merupakan masalah yang begitu besar bukan hanya di dalm
negeri tetapi mudah menjadi masalah internasional.
Menurut UU No. 23 tahun 2004 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang, trafficking atau perdagangan orang adalah tindakan perekrutan,
pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang
dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang
atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang
yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam
negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
Adapun beberapa factor yang melatarbelakangi penjualn bayi dikalangan
masyarakat antara lain adalah kemiskinan, lemahnya stuktur social dan ekonomi
dikalangan masyarakat, kurangnya kesempatan bekerja, kejahatan yang terorganisir,
kurangnya pengawasan dari pihak yang berwenang sehingga bisa dengan mudah
melakukan kejahatan trafficking. Selain itu kurangnya pengajaran agama dan moral
yang baik di kalangan masyarakat.
Untuk dapat mencegah masalah ini, perlu diadakan penyuluhan dan sosialisasi
masalah kepada masyarakat. Dengan sosialisasi secara terus-menerus, masyarakat
akan mengetahui bahayanya masalah ini, dan bagaimana solusinya.
Pendidikan tentu saja tidak hanya diberikan kepada masyarakat menengah atas. Yang
paling penting adalah masyarakat kelas bawah. Mengapa? Karena perdagangan
manusia banyak terjadi pada masyarakat dengan kelas pendidikan yang cukup rendah.
17
Pendidikan harus diberikan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh semua
lapisan masyarakat.
Ketika kita telah mengetahui masalah ini dan bagaimana solusinya, tetapi
tidak memberitahu orang lain, permasalahan ini tidak akan selesai. Sebagai orang
yang telah mengetahuinya, maka menjadi kewajiban Anda untuk menyampaikan apa
yang terjadi pada orang lain, khususnya yang Anda anggap berpotensi mengalami
perdagangan manusia. Sebab, orang yang tidak mengetahui adanya permasalahan ini
tidak menyadari bahwa hal ini mungkin telah terjadi pada orang-orang di sekitar kita.
Setelah mengetahui dan mencoba memberitahu orang lain, Anda juga dapat
berperan aktif untuk menanggulangi permasalahan ini. Berperan aktif tersebut dapat
dilakukan dengan cara melaporkan kasus yang Anda ketahui kepada yang berwajib.
Anda juga bisa mengarahkan anak, keponakan, atau anak muda lain yang gemar
beraktivitas di situs jejaring sosial untuk lebih berhati-hati dalam berteman, misalnya.
yang Anda lakukan mungkin hanya sesuatu yang kecil, tetapi bila semua orang
tergerak untuk turut melakukannya,bukan tak mungkin masalah yang berkepanjangan
ini akan teratasi.
Selain itu perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak seperti pemerintah,
pihak yang berwenang dalam masalah trafficking ini dan masyarakat itu sendiri untuk
memberantas tarafficking agar di Indonesia tidak ada lagi kejahatan trafficking.
18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan:
1. Trafficking meruapakan salah satu kasus yang perlu di perhatikan dengan serius
oleh berbagai pihak yang berwenang dalam mesalah ini.
2. Ada beberapa factor yang membuat masyarakat melakukan kejahatan trafficking
yaitu karena kemiskinan, adanya kesenjangan social dan ekonomi di kalangan
masyarakat, kurangnya pendidikan nilai moral dan pendidikan agama di kalangan
masyarakat.
3. Ada berbagai cara untuk mencegah adanya trafficking yaitu pertama, pemetaan
masalah perdagangan orang di Indonesia, baik untuk tujuan domestik maupun
luar negeri. Kedua, peningkatan pendidikan masyarakat, khususnya pendidikan
alternatif bagi anak-anak dan perempuan, termasuk dengan sarana dan prasarana
pendidikannya. Ketiga, peningkatan pengetahuan masyarakat melalui pemberian
informasi seluas-luasnya tentang perdagangan orang beserta seluruh aspek yang
terkait dengannya. Keempat, perlu diupayakan adanya jaminan aksesibilitas bagi
keluarga khususnya perempuan dan anak untuk memperoleh pendidikan,
pelatihan, peningkatan pendapatan dan pelayanan sosial.
4. Dampak perdagangan manusia antara lain : Bentuk perdanagan manusia antara
lain setiap orang yang melakukan perekrutan, pengiriman, penyerahterimaan
orang. Dengan perekrutan ini akan banya terjadinya penipuan. Perdaganagan
manusia banyak menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, penipuan,
penculikan, penyekapan, penyalahgunaan kekuasaan, pemanfaatan posisi
19
kerentanan, atau penjeratan utang. Perdagangan manusia dilakukan untuk tujuan
untuk tujuan mengeksploitasi, atau perbuatan yang dapat tereksploitasi orang
tersebut sehingga sangat merugikan bagi korban perdagangan manusia.
B. Saran
1. Pemerintah dan aparat berwajib harus lebih meningkatkan pengawasan
terhadap kejahatan penjualan bayi atau trafficking dan pemerintah dan
pihak berwajib harus menghukum pelaku atau sindikat penjualan manusia.
2. Perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak untuk memberantas kejahatan
penjualan manusia.
3. Perlu diterapkannya pendidikan nilai moral dan pendidikan agama di
kalangan masyarakat.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.(___). Tersedia: http://www.lfip.org/report/trafficking%20data%20in
%20Indonesia%20_table_.pdf
Anonim. (___). Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_manusia
Anonim. (___). Tersedia:
http://kuhpreform.files.wordpress.com/2008/09/perdagangan-manusia-
dalam-ruu-kuhp-5.pdf
Anonim.(2009). Melawan Trafficking.[Online]. Tersedia:
http://www.kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/artikel/38-melawan-
trafficking.html
Anonim. (2010). Konsep hak asasi manusia. [Online]. Tersedia:
http://www.kadnet.info/web/index.php?
option=com_content&view=article&id=1602:konsep-hak-asasi-manusia-
dalam-uu-nomor-39-tahun-1999&catid=37:wawasan-perspective&Itemid=66
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_4_79.htm
Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama
Nahyudi. (2012). Polisi Dalami Sindikat Penjualan Bayi.[Online]. Tersedia:
http://berita.liputan6.com/read/378657/polisi-dalami-sindikat-penjualan-bayi
Ollenburge, Jane. 1996. Sosiologi Wanita. Jakarta: Rineka Cipta
Syafaat, Rachmad.2003. Dagang Manusia ; Kajian Trafficking terhadap perempuan
dan Anak di Jawa Timur. Yogyakarta : Lappera Puataka Utama
21
Solihin Asep.(2012). Ibu Bayi Kembar Menyesal. [Online]. Tersedia:
Http://Berita.Liputan6.Com/Read/378654/Ibu-Bayi-Kembar-Menyesal
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_4_79.htm
Sudibyo Edy.(2009). UU Perlindungan Anak. [Online]. Tersedia:
http://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2009/07/UU-
PERLINDUNGAN-ANAK.pdf
Sumardi, Mulyanto. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta: Rajawali
22