21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau BB janin lebih dari 1000 gram. ( Kamus istilah kebidanan). Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ organ maupun aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR). Ketiadaan janin pada berbagai tahap merupakan kematian janin. Berdasarkan revisi tahun 2003 dari Prosedur Pengkodean Penyebab dari Kematian Janin Berdasarkan ICD-10, Pusat Statistik Kesehatan Nasional mendefinisikan kematian janin sebagai kematian yang terutama berkaitan dengan ekspulsi komplet atau 1

MAKALAH IUFD

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah tentang KB IUFD

Citation preview

Page 1: MAKALAH IUFD

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam

kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu

ke atas atau BB janin lebih dari 1000 gram. ( Kamus istilah kebidanan).

Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor

antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi

berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi

kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat

mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah

kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin

adalah irefersibel. Kerja organ organ maupun aliran darah janin tidak

seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR).

Ketiadaan janin pada berbagai tahap merupakan kematian janin.

Berdasarkan revisi tahun 2003 dari Prosedur Pengkodean Penyebab dari

Kematian Janin Berdasarkan ICD-10, Pusat Statistik Kesehatan Nasional

mendefinisikan kematian janin sebagai kematian yang terutama berkaitan

dengan ekspulsi komplet atau ekstraksi hasil konsepsi dari Ibu, pada

durasi yang tidak dapat diperkirakan di dalam masa kehamilan, dan

merupakan terminasi kehamilan yang tidak diinduksi. Kematian janin

diindikasikan oleh adanya fakta setelah terjadi ekspulsi atau ekstraksi,

janin tidak bernafas atau menunjukkan tanda-tanda lain dari kehidupan

seperti detak jantung, pulsasi umbilical cord, atau gerakan yang berarti

dari otot-otot volunter. Detak jantung tidak termasuk kontraksi transien

dari jantung, respirasi tidak termasuk pernafasan yang sangat cepat atau

gasping.

Kematian janin yang terjadi tanpa alasan yang jelas pada kehamilan,

normal tidak rumit.

Ini terjadi pada sekitar 1 persen dari kehamilan dan biasanya

(tergantung pada sumber daya tersebut) dianggap sebagai kematian janin

1

Page 2: MAKALAH IUFD

ketika terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan dan / atau berat sama dengan

atau lebih dari 500 gram.

American College of Obstetrics and Gynecologists juga

merekomendasikan kematian termasuk terjadi pada 22 minggu kehamilan

atau lebih (kelompok lain menggunakan 20 minggu kehamilan). Meskipun

definisi kematian janin paling sering digunakan dalam literatur medis, hal ini

bukan berarti definisi saja. Bahkan di Amerika Serikat, perbedaan dalam

definisi yang digunakan adalah substansial. Pusat Nasional Statistik

Kesehatan AS, sebuah divisi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan

Penyakit, update secara berkala Model Statistik Vital Negara Undang-

Undang dan peraturan untuk membantu negara dalam mengembangkan

undang-undang vital statistik. Mereka merekomendasikan pelaporan

kematian janin yang terjadi pada janin dengan berat 350 gram atau lebih atau

dari 20 minggu kehamilan atau lebih besar (lihat Pusat Nasional Statistik

Kesehatan). Kebijakan ini, tetapi, hanya panduan dan praktek pelaporan

bervariasi antara negara.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan ini :

1. Menambah wawasan pengetahuan tentang Intra Uterin Fetal Death

(IUFD)

Definisi IUFD

Etiologi IUFD

Klasifikasi IUFD

Patofisiologi IUFD

Patologi IUFD

Penegakan diagnosis IUFD x

Penatalaksanaan

2

Page 3: MAKALAH IUFD

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Intra Uterin Fetal Death (IUFD)

Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam

kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu

ke atas atau BB janin lebih dari 1000 gram. ( Kamus istilah kebidanan)

Kematian janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-

tanda kehidupan janin dalam kandungan. KJDK / IUFD sering dijumpai baik

pada kehamilan dibawah 20 minggu / sesudah 20 minggu. (Sinopsis Obstetri,

hal: 224)

UFD adalah kematian janin dalam intrauteri dengan BB janin 500 gram

atau lebih / janin pada umur kehamilan sekurang-kurangnya 20 minggu.

(Teddy, 1994)

Kematian janin dalam kandungan / IUFD adalah kehamilan yang terjadi

saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai

ukuran 500 gram atau lebih. (dr. Nasdaldy, Sp.OG)

Kehamilan janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20

minggu kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan. (Hacker ; 2001).

B. Etiologi

Secara umum:

1. Perdarahan; plasenta previa dan solusio placenta

2. Pre eklampsi dan eklampsi

3. Penyakit-penyakit kelainan darah

4. Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular

5. Penyakit-penyakit saluran kencing; bakteriuria, peelonefritis,

6. glomerulonefritis dan payah ginjal

7. Penyakit endokrin; diabetes melitus, hipertiroid

8. Malnutrisi dan sebagainya.

3

Page 4: MAKALAH IUFD

1. Fetal, penyebab 25-40%

• Anomali/malformasi kongenital mayor : Neural tube defek, hidrops,

hidrosefalus, kelainan jantung congenital

• Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin

akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah

terjadi, melalui otopsi bayi. Jarang dilakukan pemeriksaan kromosom

saat janin masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal, juga

sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta

janin sehingga berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.

• Kelainan kongenital (bawaan) bayi

Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni

akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi

dalam rongga dada bisa menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja

jantung menjadi sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam

jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi

kelainan pada paru-parunya.

• Janin yang hiperaktif

Gerakan janin yang berlebihan apalagi hanya pada satu arah saja- bisa

mengakibatkan tali pusat yang menghubungkan ibu dengan janin

terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang mengalirkan suplai

oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak

hanya itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa

membentuk tali simpul yang mengakibatkan janin menjadi sulit

bergerak. Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul

tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala

yang tidak biasa saat hamil.

• Infeksi janin oleh bakteri dan virus.

2. Placental, penyebab 25-35%

• Abruption

• Kerusakan tali pusat

• Infark plasenta

• Infeksi plasenta dan selaput ketuban

4

Page 5: MAKALAH IUFD

• Intrapartum asphyxia

• Plasenta Previa

• Twin to twin transfusion S

• Chrioamnionitis

• Perdarahan janin ke ibu

• Solusio plasenta

3. Maternal, penyebab 5-10%

• Antiphospholipid antibody

• DM

• Hipertensi

• Trauma

• Abnormal labor

• Sepsis

• Acidosis/ Hypoxia

• Ruptur uterus

• Postterm pregnancy

• Obat-obat

• Thrombophilia

• Cyanotic heart disease

• Epilepsy

• Anemia berat

• Kehamilan lewat waktu (postterm)

Kehamilan lebih dari 42 minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu,

plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya akan

berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan

ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya

cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa

dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat

arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka

kehamilan harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah

perlunya taksiran kehamilan pada awal kehamilan dan akhir

kehamilan melalui USG.

5

Page 6: MAKALAH IUFD

4. Sekitar 10 % kematian janin tetap tidak dapat dijelaskan. Kesulitan dalam

memperkirakan kausa kematian janin tampaknya paling besar pada janin

preterm.

C. Klasifikasi

Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Golongan I: kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu

penuh

2. Golongan II: kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu

3. Golongan III: kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal

death)

4. Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga

golongan di atas

D. Patofisiologi

Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor

antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi

berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi

kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat

mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah

kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin

adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupun aliran darah janin tidak

seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR)

E. Patologi

Janin yang meninggal intra uterin biasanya lahir dalam kondisi

maserasi. Kulitnya mengelupas dan terdapat bintik-bintik merah kecoklatan

oleh karena absorbsi pigmen darah. Seluruh tubuhnya lemah atau lunak dan

tidak bertekstur. Tulang kranialnya sudah longgar dan dapat digerakkan

dengan sangat mudah satu dengan yang lainnya. Cairan amnion dan cairan

yang ada dalam rongga mengandung pigmen darah. Maserasi dapat terjadi

cepat dan meningkat dalam waktu 24 jam dari kematian janin. Dengan kata

6

Page 7: MAKALAH IUFD

lain, patologi yang terjadi pada IUFD dapat terjadi perubahan-perubahan

sebagai berikut:

1. Rigor mortis (tegang mati)

Berlangsung 2 ½ jam setelah mati, kemudian janin menjadi lemas sekali.

2. Stadium maserasi I

Timbul lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh-lepuh ini mula-mula berisi cairan

jernih kemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah

janin mati.

3. Stadium maserasi II

Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat.

Terjadi setelah 48 jam janin mati.

4. Stadium maserasi III

Terjadi kira-kira 3 minggu setelah janin mati. Badan janin sangat lemas

dan hubungan antar tulang sangat longgar. Terdapat edema di bawah

kulit.

F. Penegakan Diagnosis

1. Anamnesis

• Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari atau gerakan

janin sangat berkurang

• Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil

atau kehamilan tidak seperti biasanya.

• Ibu belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan

merasakan sakit seperti mau melahirkan.

• Penurunan berat badan

• Perubahan pada payudara atau nafsu makan

2. Pemeriksaan Fisik

• Inspeksi

- Tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat

terlihat terutama pada ibu yang kurus

- Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu

- Terhentinya perubahan payudara

7

Page 8: MAKALAH IUFD

• Palpasi

- Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan ;

tidak teraba gerakan-gerakan janin

- Dengan palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi pada

tulang kepala janin.

• Auskultasi

Baik memakai stetoskop monoral maupun doptone tidak akan

terdengan denyut jantung janin

3. Pemeriksaan Lab

• reaksi biologis negative setelah 10 hari janin mati

• hipofibrinogenemia setelah 4-5 minggu janin mati

4. Pemeriksaan Tambahan

• Ultrasound: - gerak anak tidak ada

• denyut jantung anak tidak ada

• tampak bekuan darah pada ruang jantung janin

• X-Ray :

- Spalding¡’s sign (+) : tulang-tulang tengkorak janin saling tumpah

tindih, pencairan

- otak dapat menyebabkan overlapping tulang tengkorak.

- Nanjouk¡’s sign (+) : tulang punggung janin sangat melengkung

- Robert¡’s sign (+) : tampak gelembung-gelembung gas pada

pembuluh darah besar.

Tanda ini ditemui setelah janin mati paling kurang 12 jam

• Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.

G. Penatalaksanaan

• Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah

terburu-buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu

untuk mencari kepastian diagnosis.

• Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan

yang spontan

8

Page 9: MAKALAH IUFD

• Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah

5 hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi

columna vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.

• USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk

memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin

tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala

janin dan cairan ketuban berkurang

• Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya

pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa

kemungkinan besar dapat lahir pervaginam.

• Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun

ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum

keputusan diambil.

• Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan

spontan hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan

akan terjadi tanpa komplikasi

• Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan,

lakukan penanganan aktif.

• Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu

- Jika servik matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau

prostaglandin.

- Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan

prostaglandin atau kateter foley, dengan catatan jangan lakukan

amniotomi karena berisiko infeksi

- Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir

• Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun

dan serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:

- Tempatkan mesoprostol 25 mcg dipuncak vagina, dapat diulang

sesudah 6 jam

- Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis

menjadi 50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap

kali dan jangan melebihi 4 dosis.

9

Page 10: MAKALAH IUFD

• Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.

• Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah

pecah, waspada koagulopati

• Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan

melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.

• Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya

patologi plasenta dan infeksi

• Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu

setelah diagnosis. Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar

dapat dilakukan induksi persalinan

• Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian esterogen untuk

mengurangi efek progesteron atau langsung dengan pemberian oksitosin

drip dengan atau tanpa amniotomi.

H. Protokol Bayi Lahir Mati

Protokol untuk pemeriksaan bayi lahir mati

• Gambaran umum

- Malformasi

- Noda kulit

- Derajat maserasi

- Warna - pucat, pletorik

• Tali pusat

- Prolaps

- Lilitan leher

- Hematom atau striktur

- Jumlah pembuluh

- Panjang

• Cairan amnion

- Warna: mekonium, darah

- Konsistensi

- Volume

10

Page 11: MAKALAH IUFD

• Plasenta

- Berat

- Bekuan lekat

- Kelainan struktur: lobus sirkumvalata atau aksesorius, insersi

velamentosa

- Edema: kelainan hidropik

• Selaput ketuban

- Ternoda

- Menebal

I. Komplikasi

a. Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak

menghasilkan tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu

pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh

trombosit terjadi pembekuan darah yang meluas Disseminated

intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen < 100

mg%), biasa pada 4-5 minggu sesudah IUFD.

b. Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700mg%. Akibat

kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik post partum. Partus

biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati.

c. Dampak psikologis dapat timbul pada ibu setelah lebih dari 2 minggu

kematian janin yang dikandungnya.

11

Page 12: MAKALAH IUFD

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

IUFD adalah kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20

minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih. Umumnya

kematian janin terjadi menjelang persalinan saat usia kehamilan sudah

memasuki 8 bulan.

Adapun beberapa penyebab IUFD adalah:

1. Ketidak cocokan golongan darah, rhesus ibu dan bayinya

2. Gerakan bayi yang berlebihan

3. Berbagai penyakit pada ibu hamil

4. Kelainan kromosom

5. Trauma saat hamil

6. Infeksi pada ibu hamil

7. Kelainan bawaan bayi.

B. Saran

Saran untuk tenaga kesehatan, pasien dan keluarga pasien :

1. Sabar adalah kunci penanganan proses persalinan IUFD. Jangan terburu-

buru meminta operasi karena akan menimbulkan efek kurang

menguntungkan bagi ibunya kelak. Padahal si bayi sudah tidak ada.

2. Berikan dukungan moril pada pasien yang mengalami IUFD tersebut, tapi

sebaiknya jangan terlalu banyak yang membesuk saat pasien belum

bersalin. Karena dikhawatirkan semakin banyak yang berkunjung,

semakin banyak simpati, semakin banyak tangisan, semakin banyak

kekhawatiran akan membuat si pasien semakin down, akan membuat si

pasien dan keluarganya bertambah panik sehingga akhirnya minta segera

operasi saja.

3. Percayakan penanganan pada dokter dan perawat, jangan lantas

kekhawatiran tersebut membuat persepsi yang tidak-tidak dan terburu-

12

Page 13: MAKALAH IUFD

buru, jika memang belum terlalu jelas tanyakan saja pada dokter, bidan

ataupun perawatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

McCall, Seller Pauline. 1993. Midwifery. South Afrika: Juta & Co, Ltd.

L., Winifred, dkk. 2001. Ambulatori Obstetrics third edition. San Fransisco: UCSF Nursing Press.

http://www.scribd.com/doc/24315746/Lupus-Eritematosus-Sistemik

13

Page 14: MAKALAH IUFD

LAPORAN PENDAHULUANIUFD

DISUSUN OLEH

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANANSTIKES PAYUNG NEGERIPEKANBARU201314