56
BAB I PENDAHULUAN Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan kasus ini sama dengan hipermenorea. Hyperplasia endometrium adalah keadaan dimana endometrium tumbuh secara berlebihan. Kelainan ini bersifat benigna ( jinak ) ; akan tetapi pada sejumlah kasus dapat berkembang kearah keganasan uterus. Sejumlah wanita berada pada resiko tinggi menderita hiperplasia endometrium. Penebalan pada lapisan dinding dalam rahim atau yang disebut dengan hyperplasia endometrium terjadi karena kerja hormon estrogen. Makanya, jika terjadi 1

Makalah Kdk Yuyun

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Kdk Yuyun

BAB I

PENDAHULUAN

Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan

siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu

spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh.

Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma

endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen

eksogen

Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari

dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan

kasus ini sama dengan hipermenorea.

Hyperplasia endometrium adalah keadaan dimana endometrium tumbuh

secara berlebihan. Kelainan ini bersifat benigna ( jinak ) ; akan tetapi pada

sejumlah kasus dapat berkembang kearah keganasan uterus. Sejumlah wanita

berada pada resiko tinggi menderita hiperplasia endometrium.

Penebalan pada lapisan dinding dalam rahim atau yang disebut dengan

hyperplasia endometrium terjadi karena kerja hormon estrogen. Makanya, jika

terjadi penebalan berlebih itu menunjukkan adanya peningkatan berlebih dari

kadar hormon estrogen itu sendiri.

Pada kasus umum, peningkatan hormon estrogen bisa terjadi akibat dipicu

oleh tumbuhnya kista. Pada kasus lain, penebalan dinding rahim juga terjadi

karena faktor ketidakseimbangan hormonal dimana peningkatan hormon estrogen

tak diimbangi oleh peningkatan progesteron. Kondisi ini juga biasanya dialami

oleh wanita yang tergolong berbadan gemuk karena produksi estrogennya

berlebihan. Jadi, hiperplasia endometrium sebenarnya bisa dialami siapa pun, baik

yang sudah memiliki anak maupun belum

1

Page 2: Makalah Kdk Yuyun

BAB II

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

A. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA

a. Identitas Pasien

Nama : Ny. Mulyani

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 43 tahun

Status Pernikahan : Menikah

Alamat :Dusun Karang Sari, Desa Tanggul Rejo RT 002/RW 013,

Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan : Tamat SD

Pekerjaan : Pembantu Rumah Tangga

b. Identitas Kepala Keluarga

Nama : Tn. Bari

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 50 tahun

Status Pernikahan : Menikah

Alamat :Dusun Karang Sari, Desa Tanggul Rejo RT 002/RW 013,

Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan : Tamat SD

Pekerjaan :Buruh Harian

2

Page 3: Makalah Kdk Yuyun

B. PROFIL KELUARGA YANG TINGGAL SATU RUMAH

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Kandung dan yang tinggal satu

rumah

No Nama

Kedudukan

dalam

Keluarga

JKUmur

(th)

Pendidika

nPekerjaan

Keteranga

n

1. Tn. Bari Kepala keluarga

L 50 Tamat SD Buruh harian

Sehat

2. Ny. Mulyani Ibu rumah tangga

P 43 Tamat SD Pembantu Rumah Tangga

Pasien

3. Ratna R Anak P 22 Tamat SMA Karyawan Swasta

Sehat

4. Rio Anak L 16 SMA Pelajar Sehat

Gambar 1. Pohon Keluarga

3

Keterangan:

Perempuan Pasien

Laki-laki Meninggal

Page 4: Makalah Kdk Yuyun

C. RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH

DILAKUKAN

ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 18 September 2013

pukul 14.00 WIB hingga 15.30 WIB dan 23 September 2013 pukul 16.00 hingga

pukul 16.00 WIB di rumah pasien di Dusun Karang Sari, Desa Tanggul Rejo RT

002/RW 013, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang

a. Keluhan Utama

Perdarahan pervaginam sejak 38 hari yang lalu.

b. Riwayat Penyakit Saat Kunjungan Pertama (18 September

2013)

Pasien mengaku mengalami perdarahan pervaginam sejak 38 hari

lalu, darah berwarna merah gelap seperti flek-flek kurang lebih sebanyak 4

pembalut. Pasien juga mengeluhkan adanya sedikit nyeri perut bawah bagian

tengah. Pasien tidak pernah teraba benjolan disekitar perut dan riwayat maag

disanagkal. Keputihan juga disangkal oleh pasien. Pasien terakhir

berhubungan suami istri kurang lebih 3 bulan lalu. Penurunan berat badan

disangkal oleh pasien.

Pasien mengatakan pernah dikuret pada tahun 1990 karena

keguguran. Pada tahun 2005 dan 2011 pasien dikuret karena

menometrorrhagia dan suspek penembalan endometrium berdasarkan

diagnosis dokter dan hasil USG.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah memiliki riwayat keguguran pada tahun 1990.

Pasien pernah dikuret dengan riwayat hyperplasia endometrium sebanyak 2

kali di RSUD Tidar.

4

Page 5: Makalah Kdk Yuyun

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti

pasien. Pasien mengatakan kedua orang tua pasien sudah meninggal. Riwayat

darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, asma dan alergi dalam keluarga

disangkal.

e. Riwayat Haid

Menarche : 14 tahun

Siklus haid tidak teratur, banyaknya 4-6 kali ganti pembalut.

HPHT : 12 Agustus 2012

Riwayat penikahan : 19 tahun, satu kali

f. Riwayat Pernikahan

Pasien menikah satu kali.

g. Riwayat KB

Pasien mengaku pernah menggunakan KB jenis suntik tahun 2000,

karena terjadi perdarahan pasien tidak menggunakan KB lagi.

h. Riwayat kehamilan dan persalinan

Tabel 2. Riwayat Obstetri Pasien

HamilKe

Abortus/Normal/SC

KelaminUsia

(Tahun)

BB lahir

(gram)Penolong

Tmpt lahir

Keadaan sekarang

1 Abortus usia kehamilan 1,5 bulan (1990)

- - - - - -

2 Normal Perempuan 22 3700 Dukun Bayi

Rumah pasien

Sehat

3 Normal Laki-laki 16 3500 Dukun Bayi

Rumah pasien

Sehat

5

Page 6: Makalah Kdk Yuyun

PEMERIKSAAN FISIK (18 September 2013)

Keadaan umum : Tampak Sakit Ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital :

Tekanan darah: 100/60 mmHg TB : 160 cm

Nadi : 72 x/menit BB : 54 kg

Suhu : 36,60 C

Pernapasan : 22x/menit

Status Generalis

Kepala : Normocefali

Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

Telinga : Normotia, benjolan (-), oedem (-), nyeri tekan (-)

Hidung : Normosepti, sekret (-), deviasi septum (-)

Bibir : pucat (-), sianosis (-)

Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan

(-)

Leher :Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-), kelenjar

tiroid tidak teraba membesar

Thoraks :

Mammae : Simetris, benjolan (-), retraksi puting (-).

Paru - paru

- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak thoraks pada

pernafasan simetris, sama tinggi, tidak ada bagian yang

tertinggal, retraksi (-/-)

- Palpasi : Gerak nafas simetris, sama tinggi, tidak ada bagian yang

tertinggal, vokal fremitus simetris, sama kuat

- Perkusi : Kedua hemitoraks berbunyi sonor, batas paru hepar

setinggi ics V, peranjakan paru positive kira-kira satu sela

iga

- Auskultasi : Suara napas vesi kuler, rhonchi (-/-), wheezing (+/+)

6

Page 7: Makalah Kdk Yuyun

Jantung

- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris

- Palpasi : Iktus cordis teraba di ics V 2 cm lateral dari garis mid

klavikularis kiri

- Perkusi : Tidak ada nyeri ketuk, batas jantung kanan pada garis

sternalis kanan setinggi ics IV, batas paru lambung sekitar

ics VI, batas jantung kiri setinggi ics V 2 cm garis

midklavikularis kiri, batas atas jantung kiri setinggi ics III

pada garis sternalis kiri

- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Lihat status gynekologi

Ekstremitas

- Inspeksi: Bentuk normal simetris, deformitas (-), sianosis (-/-),

edema (-/-)

- Palpasi : Akral hangat, edema (-/-)

Status Gynekologi

1. Abdomen :

Inspeksi : datar, tidak ada pelebaran vena, tidak ada benjolan

Palpasi : Supel, tidak teraba massa, Hepar dan lien tidak

teraba, nyeri tekan (-)

Auskultasi : Nyeri ketuk (-), Tymphani pada seluruh lapang

perut

2. Pemeriksaan dalam

Vaginal toucher : Tidak Dilakukan

Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya : tidak ada

DIAGNOSIS KERJA

Menometrorrhagia e.c Suspek Hyperplasia Endometrium

7

Page 8: Makalah Kdk Yuyun

Dasar Diagnosis

Dari anamnesis didapatkan :

Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan perdarahan pervaginam

sejak 38 hari yang lalu

Perdarahan tidak berhenti setelah haid dan berlangsung terus menerus

sampai saat ini serta pernah dikuret dengan indikasi hyperplasia

endometrium pada tahun 2005 dan 2011

Pemeriksaan fisik didapatkan sedikit nyeri tekan pada perut pasien diatas

vesika urinaria

PENATALAKSANAAN

o Medikamentosa :

Tablet Fe

Asam Folat

hidroksi  progesterone 125  mg 

o Nonmedikamentosa :

Pola makan dengan gizi seimbang

Apabila ada perdarahan berulang lebih dari 7 hari segera menuju ru

mah sakit

o Operatif

Kuretage

HASIL PENATALAKSANAAN MEDIS

Keluhan perdarahan pasien telah berkurang

Faktor pendukung :

Pasien rutin memeriksa ke dokter jika keluhan perdarahan kembali

muncul.

8

Page 9: Makalah Kdk Yuyun

Faktor penghambat:

Faktor ekonomi pasien dan kurangnya pengetahuan pasien mengenai

penyakitnya

Indikator keberhasilan :

Tidak ada perdarahan berulang yang lebih dari 7 hari

D. TABEL PERMASALAHAN PADA PASIEN

Tabel 4. Tabel Permasalahan Pada Pasien

No. Resiko & masalah

kesehatan

Rencana pembinaan Sasaran

1. Perdarahan pervaginam

terusmenerus selama ± 38 hari

Edukasi untuk periksa ke dokter

jika terdapat keluhan perdarahan

yang muncul lebih dari 7 hari

Pasien

2. Kurangnya pengetahuan dan

kesadaran mengenai penyakit

yang dideritanya

Edukasi mengenai penyakit pasien,

faktor resiko, faktor yang

memperberat.

Pasien dan

keluarga

E. IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA

a. Fungsi Biologis

Dari wawancara dengan penderita diperoleh keterangan bahwa penderita

dan keluarga pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya yakni pada

tahun 2005 dan 2011.

b. Fungsi Psikologis

Penderita tinggal bersama suami dan 2 orang anak kandungnya. Dimana

hubungan penderita dengan keluarga baik. Penderita bekerja sebagai ibu rumah

tangga sehingga banyak menghabiskan waktu di rumah, dan banyak waktu

bersama keluarga.

9

Page 10: Makalah Kdk Yuyun

c. Fungsi Ekonomi

Biaya kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh suami. Pendapatan

perbulan Rp 800.000. Uang tersebut dipakai untuk kebutuhan rumah tangga

seperti makan. Pasien sudah memiliki Jaminan kesehatan (JAMKESMAS).

d. Fungsi Pendidikan

Pendidikan terakhir pasien adalah tamat SD.

e. Fungsi Religius

Penderita dan keluarga memeluk agama Islam, menjalankan ibadah agama

secara rutin (sholat).

f. Fungsi Sosial dan Budaya

Penderita dan keluarga tinggal di Dusun Karang Sari, Desa Tanggul Rejo,

Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, di lingkungan yang cukup bersih.

Penderita dan keluarga dapat diterima dengan baik di lingkungan rumahnya.

Komunikasi dengan tetangga baik. Keluarga penderita tidak aktif dalam kegiatan

di lingkungan masyarakat desa.

F. POLA KONSUMSI PENDERITA

Frekuensi makan rata-rata 3x sehari. Penderita biasanya makan di rumah.

Jenis makanan dalam keluarga ini tidak bervariasi. Variasi makanan sebagai

berikut: nasi, lauk (tahu, tempe, ikan), sayur (kangkung, bayam), air minum (air

putih). Pasien sangat jarang mengkonsumsi ayam atau daging. Air minum berasal

dari PAM.

G. IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

a. Faktor Perilaku

Pasien rutin kontrol kondisi kesehatannya di bidan.

b. Faktor Lingkungan

10

Page 11: Makalah Kdk Yuyun

Lingkungan fisik: Kebersihan di dalam rumah cukup. Pencahayaan di

dalam rumah cukup dan sirkulasi udara cukup baik. Sumber air minum

berasal dari PAM dan dimasak sebelum diminum. Di rumah pasien

menggunakan jamban jenis leher angsa. Untuk pembuangan limbah,

dibuang ke tempat pembuangan sampah, kadang-kadang pasien

mengumpulkan sampahnya lalu dibakar.

Lingkungan non-fisik: Dari wawancara, pasien mengaku tidak tau

tentang penyakitnya. Pasien mengetahui penyakitnya melalui keterangan

dokter pada saat kontrol ke rumah sakit.

c. Faktor Sarana pelayanan kesehatan

Terdapat Puskesmas Tempuran yang berjarak 1 km dari dusun tempat

tinggal pasien.

d. Faktor keturunan

Tidak ada

H. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH

a. Gambaran Lingkungan Rumah

Rumah pasien terletak di Dusun Karang Sari, Desa Tanggul Rejo, Kec

amatan Tempuran, Kabupaten Magelang, dengan ukuran rumah

10x15m2, bentuk bangunan 1 lantai. Rumah tersebut ditempati oleh 4

orang. Secara umum gambaran rumah terdiri dari 3 kamar tidur. 1

dapur terletak bersebelahan dengan kamar tidur anak ke 2 pasien.

Rumah mempunyai langit-langit, dinding dari tembok diplester halus,

lantai terdiri dari semen. Penerangan di dalam rumah cukup terang.

Ventilasi dan jendela yang cukup memadai, yaitu dengan luas > 10 %

dan sering dibuka. Sehingga rumah menjadi terang dan tidak terasa

lembab. Cahaya matahari dapat masuk kedalam rumah. Tata letak

barang di rumah rapi. Sumber air bersih dari PAM untuk minum

maupun cuci dan masak. Air minum dimasak sendiri. Rumahnya sudah

memiliki jamban sendiri. Kebersihan dapur kurang, tidak ada lubang

asap dapur. Pembuangan air limbah ke got dan saluran limbah

11

Page 12: Makalah Kdk Yuyun

mengalir lancar. Terdapat tempat pembuangan sampah. Jalan di depan

rumah lebarnya 4 meter terbuat dari aspal. Kebersihan lingkungan di s

ekitar rumah baik

Gambar 2. Denah Rumah Pasien

I. DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA

a. Fungsi Biologis

·Pasien sudah 3 kali mengalami penyakit ini.

·Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti penderita

b. Fungsi Psikologis

·Hubungan pasien dengan keluarga terjalin baik

·Hubungan sosial dengan tetangga dan kerabat baik.

c. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Kesan sosial ekonomi kurang, jika dilihat dari pekerjaannya.

d. Fungsi Religius dan Sosial Budaya

Keluarha pasien termasuk keluarga yang taat beragama. Hubungan

keluarga dan pasien dengan tetangga baik, komunikasi berjalan dengan

12

Page 13: Makalah Kdk Yuyun

lancar. Tidak terdapat keterbatasan hubungan antara pasien dan

masyarakat.

e. Faktor Perilaku

Pasien rutin kontrol ke bidan.

f. Faktor Non Perilaku

· Pasien tinggal di rumah yang pencahayaannya cukup baik dan

ventilasi udara di rumah baik sehingga sirkulasi udara lancar

sehingga kebersihan terjaga.

· Sarana pelayanan kesehatan di sekitar rumah cukup dekat. Jarak

antara rumah pasien dengan puskesmas 1 km.

J. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA

13

GENETIKGENETIK

PERILAKUPERILAKU

LINGKUNGANLINGKUNGANPELAYANAN KESEHATAN

PELAYANAN KESEHATAN

Bidan desa, dokter spesialis kandungan

STATUS KESEHATAN

Pasien rutin kontrol ke bidan

Ventilasi rumah dan pencahayaan baik

Page 14: Makalah Kdk Yuyun

Gambar 3. Diagram Realita

14

Page 15: Makalah Kdk Yuyun

K. PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN

Tabel 5. Pembinaan dan Hasil Kegiatan

Tanggal Kegiatan yang dilakukan Keluarga yang

terlibat

Hasil Kegiatan

18

September

2013

Melakukan pemeriksaan ke

pada pasien dan mengamati

keadaan kesehatan rumah d

an lingkungan sekitar

Pasien dan kelu

arga

Mendapatkan diagnosis ke

rja pasien, data keluarga

pasien, gambaran perilaku

kesehatan dan mengetahui

keadaan rumah pasien.

23

September

2013

Memberikan penjelasan

kepada pasien dan keluarga

pasien mengenai penyakit,

faktor risiko,

penatalaksanaan dan

komplikasi plasenta previa

pada kehamilan.

Pasien dan

keluarga

Pasien dan keluarga pasien

dapat memahami

penjelasan yang diberikan.

L. KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA

1.Tingkat pemahaman : Pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan

cukup baik.

2. Faktor pendukung :

- Penderita dan keluarga dapat memahami dan menangkap penjelasan

yang diberikan tentang kesehatan reproduksi wanita khususnya

tentang hyperplasia endometrium.

- Keluarga yang kooperatif dan adanya keinginan untuk mendukung

pasien untuk selalu control jika muncul keluhan perdarahan

pervaginam lebih dari 7 hari.

3.Faktor penyulit : keadaan ekonomi yang kurang, tingkat pendidikan yang

rendah.

15

Page 16: Makalah Kdk Yuyun

4.Indikator keberhasilan : pasien sadar akan penyakitnya dan segera periksa

ke dokter jika terdapat keluhan yang sama di kemudian hari untuk

mencegah komplikasi yang dapat terjadi.

16

Page 17: Makalah Kdk Yuyun

BAB III

METROMENORRHAGIA

1. Pengertian

Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan

dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus

sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran

suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip

endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan

fungsional dan penggunaan estrogen eksogen

Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7

hari dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan

pengobatan kasus ini sama dengan hipermenorea.

Menometroragia, yaitu perdarahan yang terjadi dengan interval

yang tidak teratur disertai perdarahan yang banyak dan lama

2. Penyebab

Sebab-sebab organik Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan

olah kelainan pada:

serviks uteri; seperti polip servisis uteri, erosio porsionis uteri,

ulkus pada portio uteri, karsinoma servisis uteri.

Korpus uteri; polip endometrium, abortus imminens, abortus

insipiens, abortus incompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma,

subinvolusio uteri, karsinoma korpus uteri, sarkoma uteri, mioma

uteri.

Tuba fallopii; kehamilan ekstopik terganggu, radang tuba, tumor

tuba.

Ovarium; radang overium, tumor ovarium.

17

Page 18: Makalah Kdk Yuyun

Sebab fungsional Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya

dengan sebab organik, dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan

disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan

menopause. Tetapi kelainan inui lebih sering dijumpai sewaktu masa

permulaan dan masa akhir fungís ovarium. Dua pertiga wanita dari wanita-

wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional

berumur diatas 40tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam

praktek dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas,

akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarana

diperlukan perawatn di rumahsakit.

Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan rahim disfungsional belum

diketahui secara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan

rahim disfungsional, antara lain: Kegemukan (obesitas), Faktor

kejiwaan,Alat kontrasepsi hormonal Alat kontrasepsi dalam rahim (intra

uterine devices),Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan

rahim, misalnya: trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor

pembekuan darah), Kencing Manis (diabetus mellitus), dan lain-lai•

Walaupun jarang, perdarahan rahim dapat terjadi karena: tumor organ

reproduksi, kista ovarium (polycystic ovary disease), infeksi vagina, dan

lain lain.

3. Patogenesis

Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi

(pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun

keadaan lain, misalnya pada wanita premenopause (folikel

persisten).Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim)

terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.

18

Page 19: Makalah Kdk Yuyun

Pada siklus ovulasi.

Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun

bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena

rendahnya kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap

terbentuk.

Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation),

Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa

reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon

estrogen berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya

dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan berlebihan

(hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar)

yang memadai. Nah, kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim

karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak, perdarahan tidak terjadi

bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas

diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim

berkepanjangan.

4. Gambaran klinik

Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi.

Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan

berulang. Kejadian tersering pada menarche (atau menarke: masa awal

seorang wanita mengalami menstruasi) atau masa pre-menopause.

a.Perdarahan ovulatori

Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10 % dari perdarahan

disfungsional dengan siklus pendek (polimenore) atau panjang

(oligomenore). Untuk menegakan diagnosis perdarahan ovulatori perlu

dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jira karena perdarhan yang

lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi, maka Madang-

kadang bentuk survei suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah

dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa

adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya:

19

Page 20: Makalah Kdk Yuyun

1. korpus luteum persistens

Dalam hal ini dijumpai perdarahan Madang-kadang bersamaan dengan

ovarium yang membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kelainan

ektopik karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering

menunjukan banyak persamaan antara keduanya. Korpus luteum persistens

dapat menimbulkan pelepasan endometrium yagn tidak teratur (irregular

shedding). Diagnosis ini di buat dengan melakukan kerokan yang tepat

pada waktunya, yaitu menurut Mc. Lennon pada hari ke 4 mulainya

perdarahan. Pada waktu ini dijumpai endometrium dalam tipe sekresi

disamping nonsekresi.

2. insufisiensi korpus luteum

Hal ini dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau

polimenore. Dasarnya ahíla kurangntya produksi progesteron disebabkan

oleh gangguan LH realizing factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi

endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium

yang seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.

3. apopleksia uteri

Pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah

dalam uterus.

4. kelainan darah Seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan

dalam mekasnisme pembekuan darah.

b. Perdarahan anovulatoir

Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium.

Dengan menurunya Kadar estrogen dibawah tingkat tertentutimbul

perdarahan yang Madang-kadang bersifat siklik, Kadang-kadang tidak

teratur sama sekali. Fluktuasi kadar estrogen ada sangkutpautnya dengan

jumlah folikel yang pada statu waktu fungsional aktif. Folikel – folikel ini

mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia, dan kemudian diganti

oleh folikel – folikel baru. Endometrium dibawah pengaruh estrogen

tumbuh terus dan dari endometrium yang mula-mula ploriferasidapat

20

Page 21: Makalah Kdk Yuyun

terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran ini

diperoleh pada kerokan maka dapat disimpulkan adanya perdarahan

anovulatoir.Perdarahan fungsional dapat terjadi pada setiap waktu akan

tetapi paling sering pada masa permulaan yaitu pubertas dan masa

pramenopause. Pada masa pubertas perdarahan tidak normal disebabkan

oleh karena gangguan atau keterlambatan proses maturasi pada

hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan realizing faktor tidak

sempurna. Pada masa pramenopause proses terhentinya fungsi ovarium

tidak selalu berjalan lancar. Bila pada masa pubertas kemungkinan

keganasan kecil sekali dan ada harapan lambat laun keadaan menjadi

normal dan siklus haid menjadi ovulatoir, pada seorang dewasa dan

terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan tidak teratur

mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.

Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan

penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum

yang menahun, tumor-tumor ovarium dan sebagainya. Akan tetapi

disamping itu terdapat banyak wanita dengan perdarahan disfungsional

tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut. Selain itu faktor psikologik juga

berpengaruh antara lain stress kecelakaan, kematian, pemberian obat

penenang terlalu lama dan lain-lain dapat menyebabkan perdarahanan

ovulatoir

5. Diagnosis

Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap harus dilakukan dalam

pemeriksaan pasien. Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan

adanya penyakit sistemik, maka penyelidikan lebih jauh mungkin

diperlukan. Abnormalitas pada pemeriksaan pelvis harus diperiksa dengan

USG dan laparoskopi jika diperlukan. Perdarahan siklik (reguler)

didahului oleh tanda premenstruasi (mastalgia, kenaikan berat badan

karena meningkatnya cairan tubuh, perubahan mood, atau kram abdomen )

21

Page 22: Makalah Kdk Yuyun

lebih cenderung bersifat ovulatori. Sedangkan, perdarahan lama yang

terjadi dengan interval tidak teratur setelah mengalami amenore berbulan –

bulan, kemungkinan bersifat anovulatori. Peningkatan suhu basal tubuh

( 0,3 – 0,6 C ), peningkatan kadar progesteron serum ( > 3 ng/ ml ) dan

atau perubahan sekretorik pada endometrium yang terlihat pada biopsi

yang dilakukan saat onset perdarahan, semuannya merupakan bukti

ovulasi. Diagnosis DUB setelah eksklusi penyakit organik traktus

genitalia, terkadang menimbulkan kesulitan karena tergantung pada apa

yang dianggap sebagai penyakit organik, dan tergantung pada sejauh mana

penyelidikan dilakukan untuk menyingkirkan penyakit traktus genitalia.

Pasien berusia dibawah 40 tahun memiliki resiko yang sangat rendah

mengalami karsinoma endometrium, jadi pemeriksaan patologi

endometrium tidaklah merupakan keharusan. Pengobatan medis dapat

digunakan sebagai pengobatan lini pertama dimana penyelidikan secara

invasif dilakukan hanya jika simptom menetap. Resiko karsinoma

endometerium pada pasien DUB perimenopause adalah sekitar 1 persen.

Jadi, pengambilan sampel endometrium penting dilakukan.

6. Pemeriksaan penunjang:

1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG,

FSH, LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining

gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana.

2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b)

histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda

dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang

gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah

pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin

terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan kuretase

ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan

uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan

22

Page 23: Makalah Kdk Yuyun

investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase

dalam mendeteksi abnormalitas endometrium.

3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil

dalam uji coba terapeutik.

7. Penatalaksanaan

Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai

kemungkinan kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya,

maka langkah selanjutnya adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan

sebagai berikut:

1. Menghentikan perdarahan. 2. Mengatur menstruasi agar kembali

normal. 3. Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.

Menghentikan perdarahan.

Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:

Kuret (curettage) hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi

gadis dan tidak bagi wanita menikah tapi “belum sempat berhubungan

intim”. Jenis- jenis obat (medikamentosa) yang dapat digunakan adalah :

1. Golongan estrogen.

Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat

(nama generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani

kinerja liver dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis

lain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan gangguan

fungsi liver.

Dosis dan cara pemberian: Estrogen konjugasi (estradiol valerat): 2,5 mg

diminum selama 7-10 hari. Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan

intramuskuler (melalui bokong). Jika perdarahannya banyak, dianjurkan

menginap di RS (opname), dan diberikan Estrogen konjugasi (estradiol

valerat): 25 mg secara intravenus perlahan-lahan (10-15 menit), dapat

23

Page 24: Makalah Kdk Yuyun

diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh lebih 4 kali sehari. Estrogen intravena

dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg setiap 4 jam sampai perdarahan

berhenti ) akan mengontrol secara akut melalui perbaikan proliferatif

endometrium dan melalui efek langsung terhadap koagulasi, termasuk

peningkatan fibrinogen dan agregasi trombosit. Terapi estrogen

bermanfaat menghentikan perdarahan khususnya pada kasus

endometerium atrofik atau inadekuat. Estrogen juga diindikasikan pada

kasus DUB sekunder akibat depot progestogen ( Depo Provera ).

Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah suntikan dihentikan,perdarahan

timbul lagi.

2. Obat Kombinasi

Terapi siklik merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan paling

efektif. Pengobatan medis ditujukan pada pasien dengan perdarahan yang

banyak atau perdarahan yang terjadi setelah beberapa bulan amenore. Cara

terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral ; obat ini dapat dihentikan

setelah 3 – 6 bulan dan dilakukan observasi untuk melihat apakah telah

timbul pola menstruasi yang normal. Banyak pasien yang mengalami

anovulasi kronik dan pengobatan berkelanjutan diperlukan. Paparan

estrogen kronik dapat menimbulkan endometrium yang berdarah banyak

selama penarikan progestin . Speroff menganjurkan pengobatan dengan

menggunakan kombinasi kontrasepsi oral dengan regimen menurun secara

bertahap.

Dua hingga empat pil diberikan setiap hari setiap enam hingga duabelas

jam , selama 5 sampai 7 hari untuk mengontrol perdarahan akut. Formula

ini biasanya mengontrol perdarahan akut dalam 24 hingga 48 jam ;

penghentian obat akan menimbulkan perdarahan berat. Pada hari ke 5

perdarahan ini, mulai diberikan kontrasepsi oral siklik dosis rendah dan

diulangi selama 3 siklus agar terjadi regresi teratur endometrium yang

berproliferasi berlebihan. Cara lain, dosis pil kombinasi dapat diturunkan

bertahap ( 4 kali sehari, kemudian 3 kali sehari, kemudian 2 kali sehari )

24

Page 25: Makalah Kdk Yuyun

selama 3 hingga 6 hari, dan kemudian dilanjutkan sekali setiap hari.

Kombinasi kontrasepsi oral menginduksi atrofi endometrium, karena

paparan estrogen progestin kronik akan menekan gonadotropin pituitari

dan menghambat steroidogenesis endogen. Kombinasi ini berguna untuk

tatalaksana DUB jangka panjang pada pasien tanpa kontraindikasi dengan

manfaat tambahan yaitu mencegah kehamilan. Khususnya untuk pasien

perimenarche, perdarahan berat yang lama dapat mengelupaskan

endometrium basal, sehingga tidak responsif terhadap progestin. Kuretase

untuk mengontrol perdarahan dikontraindikasikan karena tingginya resiko

terjadinya sinekia intrauterin ( sindroma Asherman ) jika endometrium

basal dikuret. OC aman pada wanita hingga usia 40 dan diatasnya yang

tidak obes, tidak merokok dan tidak hipertensi.

3. Golongan progesterone

Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional

bersifat anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi

pengaruh estrogen terhadap endometrium. Obat untuk jenis ini, antara lain:

Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama

7-10 hari. Norethisteron: 3×1 tablet, diminum selama 7-10 hari. Kaproas

hidroksi-progesteron 125 mg secara intramuscular

4. OAINS

Menorragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non steroid. Fraser

dan Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan

selama 7 hingga 10 hari sebelum onset menstruasi yang diharapkan pada

pasien DUB ovulatori, tetapi umumnya dimulai pada onset menstruasi dan

dilanjutkan selama espisode perdarahan dan berhasil baik. Obat ini

mengurangi kehilangan darah selama menstruasi ( mensturual blood loss /

MBL ) dan manfaatnya paling besar pada DUB ovulatori dimana jumlah

pelepasan prostanoid paling tinggi serta mengatur menstruasi agar kembali

25

Page 26: Makalah Kdk Yuyun

normal. Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah

pengobatan untuk mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan

pemberian: Golongan progesteron: 2×1 tablet diminum selama 10 hari.

Minum obat dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi. Transfusi jika kadar

hemoglobin kurang dari 8 gr%. Terapi yang ini diharuskan pasiennya

untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik. Sekantong darah (250 cc)

diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr%. Ini

berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira

perlu sekitar 4 kantong darah

2.8 Prognosis

Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit

(patofisiologi). Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal

secara dini dapat memberikan angka kesembuhan hingga 90 %. Pada

wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam siklus anovulasi, dapat

diobati dengan hasil baik.

26

Page 27: Makalah Kdk Yuyun

BAB IV

HIPERPLASIA ENDOMETRIUM

1. Anatomi dan Fisiologi Endometrium

Uterus adalah organ muscular yang berbentuk buah pir yang terletak di

dalam pelvis dengan kandung kemih di anterior dan rectum di posterior. Uterus

biasanya terbagi menjadi korpus dan serviks. Korpus dilapisi oleh endometrium

dengan ketebalan bervariasi sesuai usia dan tahap siklus menstruasi. Endometrium

tersusun oleh kelenjar-kelenjar endometrium dan sel-sel stroma mesenkim, yang

keduanya sangat sensitive terhadap kerja hormone seks wanita. Hormon yang ada

di tubuh wanita yaitu estrogen dan progesteron mengatur perubahan endometrium,

dimana estrogen merangsang pertumbuhan dan progesterone

mempertahankannya.1

27

Page 28: Makalah Kdk Yuyun

Pada ostium uteri internum, endometrium bersambungan dengan kanalis

endoserviks, menjadi epitel skuamosa berlapis.

Endometrium adalah lapisan terdalam pada rahim dan tempatnya

menempelnya ovum yang telah dibuahi. Di dalam lapisan Endometrium terdapat

pembuluh darah yang berguna untuk menyalurkan zat makanan ke lapisan ini.

Saat ovum yang telah dibuahi (yang biasa disebut fertilisasi) menempel di lapisan

endometrium (implantasi), maka ovum akan terhubung dengan badan induk

dengan plasenta yang berhubung dengan tali pusat pada bayi.

Lapisan ini tumbuh dan menebal setiap bulannya dalam rangka

mempersiapkan diri terhadap terjadinya kehamilan,agar hasil konsepsi bisa

tertanam. Pada suatu fase dimana ovum tidak dibuahi oleh sperma, maka kurpus

luteum akan berhenti memproduksi hormon  progesteron  dan berubah menjadi 

korpus albikan yang menghasilkan sedikit hormon diikuti meluruhnya lapisan

endometrium yang telah menebal, karena hormon estrogen dan progesteron telah

berhenti diproduksi. Pada fase ini, biasa disebut menstruasi atau peluruhan

dinding rahim.3

2. Siklus Endometrium Normal

Endometrium normal menunjukkan perubahan siklik yang disebabkan

oleh perubahan terkait dalam produksi hormon ovarium. Pemeriksaan histologik

endometrium pada specimen biopsy atau kuretase memungkinkan evaluasi fase

siklus endometrium. Bersama dengan riwayat menstruasi pasien, hal ini dapat

memberikan informasi penting mengenai kemungkinan penyebab perdarahan

uterus abnormal.1

Siklus endometrium terbagi menjadi fase proliferative praovulasi yang

merupakan akibat stimulasi estrogen dan fase sekresi pascaovulasi yang diatur

oleh sekresi progesterone korpus luteum. Hari pertama siklus adalah mulainya

menstruasi.

28

Page 29: Makalah Kdk Yuyun

Pada fase proliferative, terjadi pembentukan kembali endometrium yang

terlepas dari basal dan gambaran mitotic pada sel-sel stroma maupun kelenjar.

Endometrium menebal, dan kelenjar mulai menjadi berkelok-kelok. Fase sekretori

dimulai setelah ovulasi dengan sekresi progesterone luteum. Bukti histologis

pertama bahwa endometrium berada dalam fase sekretorik terlihat 2 sampai 4 hari

setelah ovulasi, ketika vakuol sekretorik subinti muncul di dalam kelenjar.

Kemudian, sekresi hal tersebut bergerak ke puncak sel inti bergerak kembali ke

dasar. Edema stroma tampak pada hari ke tujuh pascaovulasi. Kelenjar tersebut

menjadi lebih berkelok-kelok secara progresif dan secara tipikal ujungnya

berbentuk seperti gerigi pada siklus.

Arteriol spiral menjadi menonjol pada hari ke sembilan setelah ovulasi.

Mulai pada hari ke sembilan setelah ovulasi, sel-sel stroma menjadi lebih besar,

dengan peningkatan kandungan glikogen dan banyaknya sitoplas (perubahan

pradesidua). Pada saat fertilisasi tidak terjadi, neutrofil tampak di dalam stroma

sekitar 13 hari setelah ovulasi, disertai dengan meningkatnya perdarahan dan

nekrosis fokal kelenjar. (fase pramenstruasi). Dalam fase sekretorik siklus ini,

histology endometrium memungkinkan penilaian yang sangat akurat (dalam 2

hari) mengenai tanggal siklus tersebut dalam kaitan dengan ovulasi.

Menstruasi terjadi akibat penurunan mendadak estrogen dan progesterone

akibat degenerasi korpus luteum. Arteriol spiral kolaps, menyebabkan degenerasi

iskemik pada endometrium. Endometrium menstrual menunjukkan terlepasnya

kelenjar, perdarahan, dan infiltrasi oleh leukosit neutrofil. Keseluruhan permukaan

endometrium hingga lapisan basal terlepas selama menstruasi, keseluruhan proses

ini memerlukan waktu 3-5 hari.1

3. Hiperplasia Endometrium

3.1. Definisi

Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebih dari kelenjar,

dan stroma disertai pembentukan vaskularisasi dan infiltrasi limfosit pada

endometrium. Bersifat noninvasif, yang memberikan gambaran morfologi berupa

29

Page 30: Makalah Kdk Yuyun

bentuk kelenjar yang irreguler dengan ukuran yang bervariasi. Pertumbuhan ini

dapat mengenai sebagian maupun seluruh bagian endometrium.3

Hyperplasia endometrium juga didefenisikan sebagai lesi praganas yang

disebabkan oleh stimulasi estrogen yang tanpa lawan. Hal ini biasanya terjadi

sekitar atau setelah menopause dan terkait dengan perdarahan uterus berlebihan

dan ireguler.1

Menurut referensi lain, hiperplasia endometrium adalah suatu masalah

dimana terjadi penebalan/pertumbuhan berlebihan dari lapisan dinding dalam

rahim (endometrium), yang biasanya mengelupas pada saat menstruasi.3

Hiperplasia endometrium biasa terjadi akibat rangsangan / stimulasi

hormon estrogen yang tidak diimbangi oleh progesteron. Pada masa remaja dan

beberapa tahun sebelum menopause sering terjadi siklus yang tidak berovulasi

sehingga pada masa ini estrogen tidak diimbangi oleh progesteron dan terjadilah

hiperplasia. Kejadian ini juga sering terjadi pada ovarium polikistik yang ditandai

dengan kurangnya kesuburan (sulit hamil).4

3.2. Klasifikasi

Risiko keganasan berkorelasi dengan keparahan hyperplasia, sehingga

diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Hyperplasia sederhana (hyperplasia ringan). Dicirikan dengan peningkatan

jumlah kelenjar proliferative tanpa atipia sitologik. Kelenjar tersebut,

30

Page 31: Makalah Kdk Yuyun

meskipun berdesakan dipisahkan oleh stroma selular padat dan memiliki

berbagai ukuran. Pada beberapa kasus, pembesaran kelenjar secara kistik

mendominasi (hyperplasia kistik). Risiko karsinoma endometrium sangat

rendah.

2) Hyperplasia kompleks tanpa atipia (hyperplasia sedang/hyperplasia

adenomatosa). Menunjukkan peningkatan jumlah kelenjar dengan posisi

berdesakan. Epitel pelapis berlapis dan memperlihatkan banyak gambaran

mitotic. Sel-sel pelapis mempertahankan polaritas normal dan tidak

menunjukkan pleomorfisme atau atipia sitologik. Stroma selular padat

masih terdapat di antara kelenjar.

3) Hyperplasia kompleks dengan atipia (hyperplasia berat/hyperplasia

adenomatosa atipikal). Dicirikan dengan berdesakannya kelenjar dengan

kelenajr yang saling membelakangi dan nyatanya atipia sitologik yang

ditandai dengan pleomorfisme, hiperkromatisme dan pola kromatin inti

abnormal. Hyperplasia kompleks dengan atipia menyatu dengan

adenokarsinoma in situ pada endometrium dan menimbulkan risiko

karsinoma endometrium yang tinggi.1,2

3.3. Pathogenesis

Hiperplasia endometrium ini diakibatkan oleh hiperestrinisme atau adanya

stimulasi unoppesd estrogen (estrogen tanpa pendamping progesteron / estrogen

tanpa hambatan). Kadar estrogen yang tinggi ini menghambat produksi

Gonadotrpin (feedback mechanism). Akibatnya rangsangan terhadap pertumbuhan

folikel berkurang, kemudian terjadi regresi dan diikuti perdarahan.

Pada wanita perimenopause sering terjadi siklus yang anovulatoar

sehingga terjadi penurunan produksi progesteron oleh korpus luteum sehingga

estrogen tidak diimbangi oleh progesteron. Akibat dari keadaan ini adalah

terjadinya stimulasi hormon estrogen terhadap kelenjar maupun stroma

endometrium tanpa ada hambatan dari progesteron yang menyebabkan proliferasi

berlebih dan terjadinya hiperplasia pada endometrium. Juga terjadi pada wanita

31

Page 32: Makalah Kdk Yuyun

usia menopause dimana sering kali mendapatkan terapi hormon penganti

yaituprogesteron dan estrogen, maupun estrogen saja.

Estrogen tanpa pendamping progesterone (unoppesd estrogen) akan

menyebabkan penebalan endometrium. Peningkatan estrogen juga dipicu oleh

adanya kista ovarium serta pada wanita dengan berat badan berlebih.

3.4. Gejala Klinis

Siklus menstruasi tidak teratur, tidak haid dalam jangka waktu lama

(amenorrhoe) ataupun menstruasi terus-menerus dan banyak (metrorrhagia).

Selain itu, akan sering mengalami flek bahkan muncul gangguan sakit

kepala, mudah lelah dan sebagainya. Dampak berkelanjutan dari penyakit ini,

adalah penderita bisa mengalami kesulitan hamil dan terserang anemia berat.

Hubungan suami-istri pun terganggu karena biasanya terjadi perdarahan yang

cukup parah.

3.5. Factor Risiko

Hiperplasia Endometrium seringkali terjadi pada sejumlah wanita yang memiliki

resiko tinhggi :

1. Sekitar usia menopause

2. Didahului dengan terlambat haid atau amenorea

3. Obesitas ( konversi perifer androgen menjadi estrogen dalam jaringan

lemak )

4. Penderita Diabetes melitus

5. Pengguna estrogen dalam jangka panjang tanpa disertai pemberian

progestin pada kasus menopause

6. PCOS – polycystic ovarian syndrome

7. Penderita tumor ovarium dari jenis granulosa theca cell tumor

32

Page 33: Makalah Kdk Yuyun

3.6. Diagnosis

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa hyperplasia

endometrium dengan cara USG, Dilatasi dan Kuretase, lakukan pemeriksaan

Hysteroscopy dan dilakukan juga pengambilan sampel untuk pemeriksaan PA.

Secara mikroskopis sering disebut Swiss cheese patterns.

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Pada wanita pasca menopause ketebalan endometrium pada pemeriksaan

ultrasonografi transvaginal kira kira < 4 mm. Untuk dapat melihat keadaan

dinding cavum uteri secara lebih baik maka dapat dilakukan pemeriksaan

hysterosonografi dengan memasukkan cairan kedalam uterus.

Biopsy

Diagnosis hiperplasia endometrium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan biopsi

yang dapat dikerjakan secara poliklinis dengan menggunakan mikrokuret. Metode

ini juga dapatmenegakkan diagnosa keganasan uterus.

33

Page 34: Makalah Kdk Yuyun

Dilatasi dan Kuretase

Dilakukan dilatasi dan kuretase untuk terapi dan diagnosa perdarahan uterus.

Histeroskopi

Histeroskopi adalah tindakan dengan memasukkan

peralatan teleskop kecil kedalam uterusuntuk melihat

keadaan dalam uterus dengan peralatan ini selain

melakukan inspeksi juga dapat dilakukan tindakan

pengambilan sediaan biopsi untuk pemeriksaan

histopatologi.

3.7. Diagnosis Banding

Hiperplasia mempunyai gejala perdarahan abnormal

oleh sebab itu dapat dipikirkan kemungkinan:

1) karsinoma endometrium, 4) Polip

2) abortus inkomplit

3) leiomioma

3.8. Terapi

Terapi atau pengobatan bagi penderita hiperplasia, antara lain sebagai berikut:

1) Tindakan kuretase selain untuk menegakkan diagnosa sekaligus sebagai terapi

untuk menghentikan perdarahan.

2) Selanjutnya adalah terapi progesteron untuk menyeimbangkan kadar hormon di

dalam tubuh. Namun perlu diketahui kemungkinan efek samping yang bisa

terjadi, di antaranya mual, muntah, pusing, dan sebagainya. Rata-rata dengan

pengobatan hormonal sekitar 3-4 bulan, gangguan penebalan dinding rahim sudah

bisa diatasi. Terapi progestin sangat efektif dalam mengobati hiperplasia

endometrial tanpa atipi, akan tetapi kurang efektif untuk hiperplasia dengan atipi.

Terapi cyclical progestin (medroxyprogesterone asetat 10-20 mg/hari untuk 14

34

Page 35: Makalah Kdk Yuyun

hari setiap bulan) atau terapi continuous progestin (megestrol asetat 20-40

mg/hari) merupakan terapi yang efektif untuk pasien dengan hiperplasia

endometrial tanpa atipi. Terapi continuous progestin dengan megestrol asetat (40

mg/hari) kemungkinan merupakan terapi yang paling dapat diandalkan untuk

pasien dengan hiperplasia atipikal atau kompleks. Terapi dilanjutkan selama 2-3

bulan dan dilakukan biopsi endometrial 3-4 minggu setelah terapi selesai untuk

mengevaluasi respon pengobatan.

3) Jika pengobatan hormonal yang dijalani tak juga menghasilkan perbaikan,

biasanya akan diganti dengan obat-obatan lain.

Tanda kesembuhan penyakit hiperplasia endometrium yaitu siklus haid kembali

normal.

Jika sudah dinyatakan sembuh, ibu sudah bisa mempersiapkan diri untuk kembali

menjalani kehamilan. Namun alangkah baiknya jika terlebih dahulu

memeriksakan diri pada dokter. Terutama pemeriksaan bagaimana fungsi

endometrium, apakah salurannya baik, apakah memiliki sel telur dan sebagainya.

4) Khusus bagi penderita hiperplasia kategori atipik, jika memang terdeteksi ada

kanker, maka jalan satu-satunya adalah menjalani operasi pengangkatan rahim.

Penyakit hiperplasia endometrium cukup merupakan momok bagi kaum

perempuan dan kasus seperti ini cukup dibilang kasus yang sering terjadi, maka

dari itu akan lebih baik jika bisa dilakukan pencegahan yang efektif.

3.9. Prognosis

Umumnya lesi pada hiperplasia atipikal akan mengalami regresi dengan

terapi progestin, akan tetapi memiliki tingkat kekambuhan yang lebih tinggi

ketika terapi dihentikan dibandingkan dengan lesi pada hiperplasia tanpa atipi.

Penelitian terbaru menemukan bahwa pada saat histerektomi 62,5% pasien

dengan hiperplasia endometrium atipikal yang tidak diterapi ternyata juga

mengalami karsinoma endometrial pada saat yang bersamaan. Sedangkan pasien

35

Page 36: Makalah Kdk Yuyun

dengan hiperplasia endometrial tanpa atipi yang di histerektomi hanya 5%

diantaranya yang juga memiliki karsinoma endometrial.

3.10. Pencegahan

Langkah-langkah yang bisa disarankan untuk pencegahan, seperti :

1. Melakukan pemeriksaan USG dan / atau pemeriksaan rahim secara rutin,

untuk deteksi dini ada kista yang bisa menyebabkan terjadinya penebalan

dinding rahim.

2. Melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami gangguan seputar

menstruasi apakah itu haid yang tak teratur, jumlah mestruasi yang banyak

ataupun tak kunjung haid dalam jangka waktu lama.

3. Penggunaan etsrogen pada masa pasca menopause harus disertai dengan

pemberian progestin untuk mencegah karsinoma endometrium.

4. Bila menstruasi tidak terjadi setiap bulan maka harus diberikan terapi

progesteron untuk mencegah pertumbuhan endometrium berlebihan.

Terapi terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral kombinasi.

5. Rubah gaya hidup untuk menurunkan berat badan.

36

Page 37: Makalah Kdk Yuyun

BAB V

KESIMPULAN

Menometroragia, yaitu perdarahan yang terjadi dengan interval yang tidak

teratur disertai perdarahan yang banyak dan lama

Sebab-sebab organik Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium dapat

disebabkan olah kelainan atau penyakit pada serviks korpus uteri, tuba fallopii,

ovarium itu sendiri.

Hiperplasia Endometrium adalah suatu kondisi di mana lapisan dalam

rahim (endometrium) tumbuh secara berlebihan. Kondisi ini merupakan proses

yang jinak (benign), tetapi pada beberapa kasus (hiperplasia tipe atipik) dapat

menjadi kanker rahim.

Hormon yang ada di tubuh wanita: estrogen dan progesteron mengatur

perubahan endometrium, dimana estrogen merangsang pertumbuhannya dan

progesteron mempertahankannya. Sekitar pertengahan siklus haid, terjadi ovulasi

(lepasnya sel telur dari indung telur). Jika sel telur ini tidak dibuahi (oleh sperma),

maka kadar hormon (progesteron) akan menurun, sehingga timbullah

haid/menstruasi.

Pada saat mendekati menopause, kadar hormon2 ini berkurang. Setelah

menopause wanita tidak lagi haid, karena produksi hormon ini sangat sedikit

sekali. Untuk mengurangi keluhan/gejala menopause sebagian wanita memakai

hormon pengganti dari luar tubuh (terapi sulih hormon), bisa dalam bentuk

kombinasi estrogen + progesteron ataupun estrogen saja.

Risiko terjadinya hiperplasia endometrium bisa tinggi pada: usia sekitar

menopause, menstruasi yang tidak beraturan atau tidak ada haid sama sekali, over-

weight, diabetes, SOPK (PCOS), mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron

dalam mengatasi gejala menopause. Gejalanya yang biasa/sering adalah

37

Page 38: Makalah Kdk Yuyun

perdarahan pervaginam yang tidak normal (bisa haid yang banyak dan

memanjang).

Pada kebanyakan kasus hiperplasia dapat diobati dengan obat-obatan yaitu

dengan memakai progesteron. Progesteron menipiskan/menghilangkan penebalan

serta mencegahnya tidak menebal lagi. Namun pemakain progesteron ini

menimbulkan bercak (spotting).

38

Page 39: Makalah Kdk Yuyun

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo. S, Ilmu Kebidanan, Ed. III, cet.II, Jakarta, Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1992,hal.365-376.

2. Bagian Obstetri & Ginekologi Fak. Kedokteran Universitas Sumatera

Utara/R.S Dr. Pringadi Medan, Pedoman Diagnosis dan Therapi Obstetri-

Ginekologi R.S. Dr. Pringadi Medan, 1993, hal 6-10,

3. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung.

Obstetri Patologi. Bandung: Elstar offset, 1982; 110-27.

4.. Manuaba bagus ida. Reproduksi wanita Arcan, Jakarta, 2005.

5. Prawirohardjo sarwono, Ilmu Kebidanan, PT BPSSP, Jakarta 2009.

6. B, Achmad. Ilmu Kesehatan Reproduksi Ginekologi. Fakultas Kedokteran

Universitas Padjadjaran.

39