25
Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 1 ANALISA KANDUNGAN AIR SUMUR WARGA RT12, 17 DAN 18 RW 09 KELURAHAN KELAPA DUA WETAN KECAMATAN CIRACAS. JAKARTA TIMUR Yusnidar Yusuf, Fatimah Nisma dan Numlil Khaira Rusdi Jurusan Farmasi, UHAMKA, Jakarta ABSTRAK Wilayah RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dahulu merupakan suatu lokasi yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah, rawa, sawah, perkebunan karet dan bekas pemakaman umum, yang kini sudah dipadati oleh pemukiman penduduk. Berdasarkan data dari puskesmas setempat masyarakat RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur sering terserang penyakit disentri dan diare yang kemungkinan menjadi penyebabnya adalah dari air yang mereka konsumsi. Melihat fenomena tersebut maka perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi dan kimia terhadap air sumur warga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah air sumur warga memenuhi persyaratan bakteriologi dan kimia seperti yang ditetapkan dalam Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode stratified random sampling sebanyak 25 sampel dengan metode perhitungan Nilai Most Probable Number (MPN). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara kualitas bakteriologi dari 25 sampel hanya 4 sampel (16%) air sumur yang memenuhi persyaratan dan uji kimia menghasilkan 92% air sumur memenuhi persyaratan sesuai dengan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. PENDAHULUAN Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia. Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat diantaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan dan kehidupan sosial budaya. Faktor yang penting dan dominan dalam penentuan derajat kesehatan masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan cukup besar dalam kehidupan adalah air (Sutrisno, C.T, 2002). Air adalah zat yang ada di alam yang dalam kondisi normal berada di atas permukaan bumi berbentuk cair dan akan membeku pada suhu pada nol derajat Celcius (0 o C) dan mendidih pada suhu seratus derajat Celcius (100 o C). Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Dengan demikian semakin naik jumlah penduduk maka semakin naik pula laju pertumbuhan dan laju pemanfaatan sumber-sumber airnya. Beban pengotoran air juga bertambah cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan. Sebagai akibatnya saat ini, sumber air tawar dan air bersih menjadi semakin langka. Karena itu pengelolaan sumber daya air menjadi

Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

  • Upload
    lycong

  • View
    263

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 1

ANALISA KANDUNGAN AIR SUMUR WARGA RT12, 17 DAN 18 RW 09

KELURAHAN KELAPA DUA WETAN KECAMATAN CIRACAS. JAKARTA TIMUR

Yusnidar Yusuf, Fatimah Nisma dan Numlil Khaira Rusdi Jurusan Farmasi, UHAMKA, Jakarta

ABSTRAK

Wilayah RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dahulu merupakan suatu lokasi yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah, rawa, sawah, perkebunan karet dan bekas pemakaman umum, yang kini sudah dipadati oleh pemukiman penduduk. Berdasarkan data dari puskesmas setempat masyarakat RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur sering terserang penyakit disentri dan diare yang kemungkinan menjadi penyebabnya adalah dari air yang mereka konsumsi. Melihat fenomena tersebut maka perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi dan kimia terhadap air sumur warga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah air sumur warga memenuhi persyaratan bakteriologi dan kimia seperti yang ditetapkan dalam Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode stratified random sampling sebanyak 25 sampel dengan metode perhitungan Nilai Most Probable Number (MPN). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara kualitas bakteriologi dari 25 sampel hanya 4 sampel (16%) air sumur yang memenuhi persyaratan dan uji kimia menghasilkan 92% air sumur memenuhi persyaratan sesuai dengan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih.

PENDAHULUAN

Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia.

Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat diantaranya tingkat ekonomi,

pendidikan, keadaan lingkungan dan kehidupan sosial budaya. Faktor yang penting dan

dominan dalam penentuan derajat kesehatan masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah

satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan cukup besar dalam kehidupan adalah air

(Sutrisno, C.T, 2002).

Air adalah zat yang ada di alam yang dalam kondisi normal berada di atas permukaan

bumi berbentuk cair dan akan membeku pada suhu pada nol derajat Celcius (0oC) dan

mendidih pada suhu seratus derajat Celcius (100oC). Air merupakan kebutuhan dasar bagi

kehidupan. Dengan demikian semakin naik jumlah penduduk maka semakin naik pula laju

pertumbuhan dan laju pemanfaatan sumber-sumber airnya. Beban pengotoran air juga

bertambah cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan. Sebagai akibatnya saat ini, sumber air

tawar dan air bersih menjadi semakin langka. Karena itu pengelolaan sumber daya air menjadi

Page 2: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 2

sangat penting, pengelolaan sumber daya air ini sebaiknya dilakukan secara terpadu baik

dalam pemanfaatan maupun dalam pengelolaan kualitas (Soemirat,J, 2002).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air yang disebut

sebagai air bersih adalah air yang memenuhi syarat kesehatan dan harus dimasak terlebih

dahulu sebelum diminum (Anonim, 1990). Sedangkan yang disebut sebagai air minum adalah

air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung diminum, seperti yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan

Pengawasan Kualitas Air Minum (Anonim, 2002). Air merupakan salah satu sumber daya alam

yang sangat berharga, tanpa air tidak mungkin ada kehidupan di muka bumi ini. Salah satu

sumber air yang dapat dimanfaatkan adalah air tanah atau air sumur (Suparmin,2000).

Air sumur adalah air tanah dangkal sampai kedalaman kurang dari 30 meter, air sumur

umumnya pada kedalaman 15 meter dan dinamakan juga sebagai air tanah bebas karena

lapisan air tanah tersebut tidak berada di dalam tekanan. Untuk memenuhi kebutuhan air sumur

yang bersih terdapat tiga parameter yaitu parameter fisik yang meliputi bau, rasa, warna dan

kekeruhan. Parameter kedua adalah parameter kimia yang meliputi kimia organik dan kimia

anorganik yang mengandung logam seperti Fe, Cu, Ca dan laini-lain. Parameter ketiga adalah

parameter bakteriologi yang terdiri dari koliform fekal dan koliform total (Waluyo, L, 2004)

Dalam parameter bakteriologi digunakan bakteri indikator polusi atau bakteri indikator

sanitasi. Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk

adanya polusi feses dari manusia maupun dari hewan, karena organisme tersebut merupakan

organisme yang terdapat di dalam saluran pencernaan manusia maupun hewan. Air yang

tercemar oleh kotoran manusia maupun hewan tidak dapat digunakan untuk keperluan minum,

mencuci makanan atau memasak karena dianggap mengandung mikroorganisme patogen yang

berbahaya bagi kesehatan, terutama patogen penyebab infeksi saluran pencernaan (Fardiaz, S,

1992).

Air memegang peranan penting dalam penularan penyakit infeksi bakteri. Karena air

mengandung bermacam-macam bakteri yang berasal dari berbagai sumber misalnya udara,

tanah, sampah, lumpur, tanaman atau hewan yang telah mati, kotoran manusia atau hewan dan

bahan organik lainnya.

Dalam rangka untuk mengetahui kualitas air sumur agar memenuhi syarat-syarat

kesehatan maka diperlukan syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih.

Page 3: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 3

Tabel 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat–Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih

(Anonim,1990).

Koliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya

polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air. Koliform dibedakan menjadi dua yaitu

koliform fekal dan koliform total (Anonim, 2003). Untuk mengetahui jumlah koliform dalam

pemeriksaan bakteriologi pada air sumur digunakan metode perhitungan angka paling mungkin

atau nilai Most Probable Number (MPN) dengan metode tabung ganda terhadap koliform fekal

dan koliform total. Pengujian ini dilakukan secara bertahap sehingga metode ini sesuai untuk

dilakukan di laboratorium serta hasil lebih sensitif dan dapat mendeteksi koliform dalam jumlah

yang sangat rendah dalam sampel air(Anonim, 2003).

Parameter kimia dilakukan dengan mengukur kandungan logam Fe dan Ca yang

menyatakan tingkat kesadahan air. Metoda yang digunakan untuk penentu kandungan logam

tersebut dengan menggunakan AAS (Spektroskopi Serapan Atom) untuk Fe dan metoda titrasi

dengan EDTA untuk menentukan Ca, hal ini dilakukan karena kedua metoda ini sudah baku

untuk menentukan kualitas air minum..

Kandungan Ca yang berlebih dalam air sumur akan menimbulkan tingkat kesadahan

air. Air sadah akan menimbulkan penyakit ginjal pada manusia, dan terjadi pengendapan pada

ketel tempat air direbus dan akan menghilangkan busa pada sabun, sehingga waktu mandi

akan selalu licin. Kesadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dapat mengendapkan

sabun, sehingga keaktifan atau daya bersih sabun menjadi berkurang atau hilang sama sekali.

Sabun adalah zat aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan permuakaan air.sehingga

air sabun dapat berbusa.

Kesadahan merupakan suatu parameter untuk kualitas air bersih karena kesadahan

menunjukkan ukuran tingkat pencemaran oleh kandungan mineral-mineral tertentu di dalam

air, umumnya ion kalsium dan magnesium dalam bentuk garam karbonat. Kesadahan di dalam

air sangat tidak dikehendaki baik untuk penggunaan industri. Kesadahan air dapat dibedakan

atas 2 macam antara lain kesadahan sementara (temporer) atau kesadahan tetap (permanen).

Kesadahan sementara disebabkan oleh garam-garam karbonat (CO32-) dan

bikarbonat(HCO3-) dari kalsium atau magnesium. Kesadahan ini dapat dihilangkan dengan

Parameter Satuan Kadar Maksimum

Yang Diperbolehkan Keterangan

Bakteriologi a. Koliform Fekal b. Koliform Total

Jml/100 ml Sampel Jml/100 ml Sampel

50 10

- -

Page 4: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 4

pemanasan atau penambahan kapur tohor. Kesadahan tetap disebabkan oleh garam-garam

klorida (Cl-) dan sulfat(SO42-) dari kalsium atau magnesium. Kesadahan ini tidak dapat

dihilangkan dengan pemanasan, tetapi hanya dapat dihilangkan dengan pertukaran ion.

Menurut standar persyaratan kualitas air untuk diminum kandungan kalsium maksimum

yang diperbolehkan sehingga air dapat dinyatakan sebagai air bersih adalah 500 mg/L

Logam yang sering dikandung air adalah logam besi, air yang mengandung zat besi

cendrung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi, selain itu dalam dosis yang besar besi

dapat merusak dinding usus halus. Kematian sering terjadi karena rusaknya dinding usus halus

ini. Kandungan zat besi yang melebihi 1 mg/L akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata

dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/L akan menyebabkan air berbau

seperti telur busuk.

Penelitian dilakukan di RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas

Jakarta Timur yang merupakan salah satu daerah yang terhitung sangat padat penduduknya

serta dahulunya merupakan lokasi yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah,

rawa, sawah, perkebunan karet, bekas pemakaman umum warga keturunan tionghoa serta

dijumpai beberapa situ sebagai tempat menyimpan genangan air.

Berdasarkan data dari Puskesmas setempat warga RW 09 Kelurahan Kelapa Dua

Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur sering terserang penyakit seperti penyakit disentri dan

diare. Kemungkinan yang menjadi penyebabnya adalah dari air yang mereka konsumsi.

Sumber air bersih masyarakat RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas

Jakarta Timur adalah bersumber dari air tanah yang dikeluarkan melalui sumur bor karena pada

sebagian besar di daerah tersebut air PAM belum masuk.

Melihat fenomena tersebut, maka sangat penting untuk diadakan suatu penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui apakah air tanah yang menggunakan sumur bor tersebut layak

digunakan atau tidak oleh warga RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas

Jakarta Timur seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis terpadu dan Laboratorium

mikrobiologi Jurusan Farmasi FMIPA UHAMKA dan laboratorium Badan Pengelola Lingkungan

Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi DKI Jakarta. Jalan Casablanca kav. 1 Kuningan Jakarta

Selatan bulan okjtober 2010 sampai juli 2011.

Page 5: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 5

Metode Penelitian

Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: botol sampling, pipet ukur, timbangan, kertas

perkamen, spatel, batang pengaduk kaca, gelas ukur, beaker glass, kapas, tali kasur/ karet,

pinset stainless, tabung reaksi & rak tabung reaksi, tabung Durham, jarum ose, autoclave,

inkubator, laminar air flow, api Bunsen, vortex, hot plate, kulkas, oven, lampu spiritus dan korek

api, kain lap, SSA, Magnetik stirer, dll. Sedangkan bahan kimia yang digunakan adalah : Bahan

uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel berupa air sumur yang diambil dengan

menggunakan botol kaca steril warna coklat dan bertutup sebanyak 150 ml yang diperoleh dari

tiga rukun tetangga yaitu RT 12, 17 dan 18 dari RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan

Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.

Tahap-tahap Penelitian

a. Sterilisasi alat

b. Pembuatan dan sterilisasi media

c. Pengambilan sampel

d. Pemeriksaan fisik

e. Pemeriksaan kimia

f. Pemeriksaan biologi

Prosedur Penelitian

a. Sterilisasi Alat (Darmono,2001)

1) Alat-alat gelas yang tahan pemanasan disterilkan menggunakan oven pada suhu 180 °C

selama 1 jam.

2) Aquadest disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 °C tekanan 1 atm selama 15 menit.

3) Laminar Air Flow dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian menyalakan lampu UV

selama 2 jam sebelum pemakaian.

b. Pembuatan dan Sterilisasi Media Perbenihan (Anonim,1991)

1) Pembuatan medium LB ( Lactose Broth )

Timbang medium Lactose Broth sebanyak 13 gram, larutkan dalam 1000 ml

aquadest steril, sterilisasi dalam autoklaf selama 15-20 menit pada suhu 121 °C tekanan

1 atm.

2) Pembuatan medium BGLBB ( Brilliant Green Lactose Bile Broth )

Page 6: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 6

Timbang medium Brilliant Green Lactose Bile Broth sebanyak 40 gram, lalu

larutkan dalam 1000 ml aquadest steril, sterilisasi dalam autoklaf selama 15-20 menit

pada suhu 121°C tekanan 1 atm

.

c. Pengambilan Sampel(anonym,2003)

Pengambilan sampel air sumur dilakukan di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan

Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Diambil 25 sampel air sumur dengan

metode Acak Stratifikasi (Stratified Random Sampling) yaitu teknik sampling yang

digunakan untuk menentukan sampel dengan syarat harus terdapat kriteria yang jelas yang

akan digunakan sebagai dasar untuk menstratifikasi populasi dalam lapisan-lapisan

tersebut. Kemudian harus ada data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang

dipergunakan untuk menstratifikasi.

Keuntungan dalam metode ini adalah semua ciri-ciri populasi yang heterogen dapat

terwakili, kemungkinan bagi peneliti untuk dapat meneliti hubungan antara tiap strata dan

membandingkannya.

Tabel II. Air sumur

No. RT Jumlah KK Jumlah Sumur Jumlah Sampel

1 12 163 157 7

2 17 197 197 8

3 18 242 242 10

Jumlah 602 596 25

Rumus Pengambilan Sampel (Kasjono, H.S dan Yasril. 2009).

Untuk RT 12 :

n1 = xnN

N1 => n1 = 50203.1

163x = 6,7 7

Untuk RT 17 :

n2 = xnN

N 2 => n2 = 50203.1

197x = 8,1 8

Page 7: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 7

Untuk RT 18 :

n3 = xnN

N3 => n3 = 50203.1

242x = 10,0

Selanjutnya jumlah hasil n1-3 :

n1 + n2 + n3 = 7 + 8 + 10 = 25 sampel

Keterangan :

KK = Kepala Keluarga

RT = Rukun Tetangga

N1-3 = Jumlah KK 1 RT

N = Jumlah Seluruh Populasi KK

n1-3 = Jumlah Sampel

n = Jumlah Sampel Seluruhnya

1) Menyiapkan botol sampel untuk pengambilan sampel bakteriologi

a) Menggunakan botol-botol yang ditutup dengan sempurna.

b) Botol dibersihkan dan dibilas sebanyak 2 kali dengan air destilasi.

c) Bungkus leher botol dengan aluminium foil.

d) Sterilkan selama 60 menit pada suhu 180 oC dalam oven.

e) Tandai botol dengan memberi catatan tanggal sterilisasinya.

f) Simpan botol-botol yang telah siap digunakan pada tempat yang kering dan

bersih.

2) Pengambilan sampel air melalui kran untuk analisa bakteriologi

a) Pastikan bahwa kran dalam keadaan baik dan tidak ada kebocoran.

b) Singkirkan filter atau peralatan tambahan lainnya.

c) Buka penuh kran dan biarkan air keluar selama 5 menit sebelum pengukuran

dan pengambilan sampel dilaksanakan.

d) Bersihkan kran dengan alkohol 70 %.

e) Alirkan kembali air kran secara menyeluruh selama 1 menit.

f) Tutup kran lalu alirkan kembali air secara pelan-pelan dan hindari air agar

tidak menyemprot.

g) Ambil sampel dengan hati-hati, isi botol sampel sebanyak 150 ml tanpa

menyentuh permukaan dan pasang tutup botol dengan hati-hati.

Page 8: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 8

h) Tempelkan botol dengan label berisi informasi yang diperlukan.

i) Simpan botol di dalam box ice selama di perjalanan.

j) Lakukan pemeriksaan bakteriologi terhadap sampel.

3.5. Pemeriksaan Fisik (Fardiaz, S. 1992)

Meliputi bau, rasa, warna dan kekeruhan.

3.6. Pemeriksaan Biologi (Fardiaz, S. 1992)

a. Prosedur test perkiraan

1. Siapkan : Tabung yang masing-masing telah berisi tabung Durham

a) 3 tabung yang masing-masing berisi 10 ml media laktose broth pekat yang

kekuatannya 2 x (tabung A1 s/d A3).

b) 3 tabung yang masing-masing berisi 10 ml media lactose broth berkekuatan

tunggal (tabung B1 s/d B3)

c) 3 tabung yang masing-masing berisi 10 ml media lactose broth berkekuatan

tunggal (tabung C1 s/d C3)

2. Kedalam tabung A1 s/d A3 ditanamkan masing-masing 10 ml sampel air.

3. Kedalam tabung B1 s/d B3 ditanamkan masing-masing 1 ml sampel air.

4. Kedalam tabung C1 s/d C3 ditanamkan masing-masing 0,1 ml sampel air.

5. Agar sampel air menyebar rata ke seluruh bagian media, tabung divortex.

6. Inkubasi pada suhu 35 oC-37 oC selama 2 x 24 jam atau 1 x 24 jam saja kalau

semua tabung sudah positif dalam 24 jam.

7. Amati masing-masing tabung untuk melihat ada tidaknya gas, adanya gas

menunjukkan tes perkiraan positif.

b. Prosedur test penegasan koliform fekal (6)

1. Ambil 2 ose dari tiap-tiap tabung tes perkiraan yang positif, dipindahkan ke dalam

1 (satu) seri tabung yang masing-masing berisi 10 ml media Brilliant Green

Lactose Bile Broth.

2. Diinkubasi pada suhu 45 oC .

3. Pembacaan dilakukan setelah 2 x 24 jam dengan melihat jumlah tabung Brilliant

Green Lactose Bile Broth yang menunjukkan positif gas. Dapat juga pembacaan

dilakukan pada 1 x 24 jam saja, kalau ternyata semua tabung yang ditanami sudah

positif dalam 24 jam.

Page 9: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 9

c. Prosedur test penegasan koliform total (6)

1. Ambil 2 ose dari tiap-tiap tabung tes perkiraan yang positif, dipindahkan ke dalam

1 (satu) seri tabung yang masing-masing berisi 10 ml media Brilliant Green

Lactose Bile Broth.

2. Inkubasikan pada suhu 35 oC-37 oC .

3. Pembacaan dilakukan setelah 2 x 24 jam dengan melihat jumlah tabung Brilliant

Green Lactose Bile Broth yang menunjukkan positif gas. Dapat juga pembacaan

dilakukan pada 1 x 24 jam saja, kalau ternyata semua tabung yang ditanami sudah

positif dalam 24 jam.

d. Pembacaan Hasil (Anonim,2003)

1. Catat jumlah tabung Brilliant Green Lactose Bile Broth yang menunjukkan positif

gas.

2. Angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN (Most Probable Number),

maka akan diperoleh indeks MPN koliform fekal untuk tabung yang diinkubasikan

pada suhu 45 oC dan indeks MPN koliform total untuk tabung yang diinkubasikan

pada suhu 35 oC-37 oC.

3.7. Pemeriksaan kimia (Hendra,2004)

a. Logam besi

Pengukuran dilakukan dengan alat SSA

1. Persiapan sampel uji,

Contoh uji disediakan, kemudian disaring 100 ml secara duplo dengan saringan

membran berpori 0,45 µm, dan ini merupakan sampel uji, masukkan ke dalam

tabung reaksi dan siap untuk di uji dengan SSA.

2. Pembuatan larutan induk besi 1000mg/L

Tuangkan larutan logam besi 1,0 g dari kemasan dan masukkan ke dalam labu

ukur 1000mL, lalu tambahkan air suling sampat batas.

3. Pembuatan larutan baku besi

Pipet 0,2; 0,5; 1; 2; 3 dan 4 mL larutan induk besi dan masukkan masing-masing

ke dalam labu ukur 1000 mL. Tambahkan air suling sampai batas sehingga

diperoleh kadar besi 0,2; 0,5; 1; 2; 3 dan 4 ppm. Masukkan larutan tersebut ke

dalam tabung reaksi secara duplo sebanyak 20 mL.

Page 10: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 10

4. Pembuatan kurva kalibrasi.

Atur alat SSA dan optimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk

pengujian kadar besi. Isap larutan baku satu-persatu ke dalam alat SSA melalui

pipa kapiler, kemudian baca dan catat masing-masing serapan masuk pada alat.

Apabila perbedaan hasil pengukuran lebih dari 2%, periksa keadaan alat dan

ulangi lagi dari langkah pertama. Apabila pengukuran kurang atau sama dengan

2% maqka rata-ratakan hasilnya. Lalu buat kurva kalibrasi dari data-data tersebut

dan tentukan persamaan garis liniernya.

b. Logam Ca (kesadahan)

Pengukuran dilakukan dengan titrasi kompleksometri dengan EDTA

Prinsip kerja titrasi ini adalah pembentukan kompleks antara EDTA dengan kation

Ca2+ kemudian baru dengan Mg2+. Konsentrasi ion Ca2+ dapat ditentukan terpisah

dengan ion Mg2+ dimana ion Mg2+ dapat dihilangkan dengan menjadikan larutan pada

pH tinggi sehingga semua ion Mg2+ akan mengendap sebagai Mg(OH)2 sebagai

indikator dapat digunakan Murexid yang hanya peka terhadap Ca2+.

1) Pembuatan pereaksi (Anonim,1995)

Sebanyak 40 g NaOH dilarutkan dengan akuades sebanyak 1 L

2) Sebanyak 0,5 g murexid dan 100 g NaCl ditimbang dan dicampur dijadikan

sebagai indikator campuran, digiling halus dengan mortir.

3) Larutan standar EDTA 0.01 M dibuat dengan menimbang seksama sebanyak

3,732 g garam dinatrium EDTA dan kemudian dilarutkan dengan akuades dalam

labu takar 1 L.

4) Untuk larutan standar Ca, sebanyak 1,0 g CaCO3 masukkan dalam erlemeyer 500

mL, tambahkan HCl sedikit demi sedikit, tambahkan 200 ml akuades dan didihkan

larutan tersebut selama beberapa menit supaya semua CO2 menghilang.

Kemudian dinginkan dan tambahkan beberapa tetes indikator metil red. Bila

terbentuk warna kuning tambahkan HCl sampai terbentuk warna orange kemudian

larutan tersebut di tepatkan dengan akuades sampai volume 1 L.

Page 11: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 11

Cara kerja:

1) Pipet 10 mL air sampel ke dalam erlemeyer 25 mL, tambahkan NaOH, tambahkan

indikator, kemudian titrasi dengan larutan EDTA sampai terbentuk warna ungu.

2) Perhitungan (sebagai Mg dan CaCO3)

a x M EDTA x 100 x 1000 =

b

keterangan : a = ml EDTA

b = ml sampel (10 mL)

M = Konsentrasi EDTA (0,0092 M)

100 = Berat molekul CaCO3

3.9. Cara Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu mengumpulkan dan mencatat

jumlah koliform fekal dan koliform total, serta pengujian Fe dan kesadahan Ca apakah

memenuhi persyaratan bakteriologi dan kimia sebagai air minum seperti yang ditetapkan

dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990

tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Wilayah Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan

Ciracas Jakarta Timur dengan gambaran umum dan keadaan daerah sebagai berikut :

Wilayah Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur merupakan

daerah pengembangan. Pada tahun 2005-2008 wilayah ini terdiri dari 14 RT dan untuk periode

tahun 2008-2010 dimekarkan menjadi 18 RT. Wilayah ini mempunyai 1.203 KK (Kepala

Keluarga) dengan jumlah penduduk 4.771 jiwa yang terdiri dari 2.365 laki-laki dan 2.406

perempuan.

Dari 18 RT yang terdapat diwilayah RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan

Ciracas Jakarta Timur peneliti mengambil pada bagian selatan yaitu meliputi RT 12, 17 dan 18

sebagai sampel penelitian, yang menurut peneliti Rukun Tetangga tersebut dapat mewakili

sampel air secara keseluruhan, dengan alasan : RT tersebut memiliki kontur tanah yang

rendah, sebagian besar air PAM belum masuk di RT tersebut, pembuangan limbah rumah

Page 12: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 12

tangganya kurang baik, merupakan lokasi yang dekat dengan pembuangan sampah dan jarak

antara septik tank dengan sumber air tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu kurang dari 10

meter. Sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi terhadap air sumur tersebut.

Hasil Survei Jarak Air Sumur dengan Pencemaran

Jarak air sumur dengan sumber-sumber pencemaran seperti septik tank, pembuangan

limbah dan tempat pembuangan sampah di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelapa Dua Wetan

Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini :

Tabel I.Jarak Air Sumur dengan septik tank, pembuangan limbah dan tempat pembuangan sampah di RT 12 RW 09 Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.

No. Nama Pemilik

Rumah Jenis

Sumur

Jarak Air Sumur (m) dengan

Septik tank

Pembuangan limbah

TPS

1. 2. 3.

4. 5. 6. 7.

Bpk. Parjo Bpk. Musimin Alm. Bpk. Niman Bentot Bpk. Michael Ibu. Eva Y.N Alm. Kuntet Ibu. Margiyem

Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor

Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor

6 9 5

7 10 6 8

11 7 5

9 10 8 6

8 9 9

7 9 8 8

Tabel II Jarak Air Sumur dengan septik tank, pembuangan limbah dan tempat pembuangan sampah di RT 17 RW 09 Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.

No. Nama Pemilik

Rumah Jenis

Sumur

Jarak Air Sumur (m) dengan

Septik tank

Pembuangan limbah

TPS

1.

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Bpk. Kumbul Wiyono Bpk. Pribadi Bpk. Herwanto Ibu. Feronika Bpk. Suparyatmo Bpk. Wagiman Bpk. Heriyan Bpk. Johan

Sumur Bor

Sumur Bor Sumur bor Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor

5

9 8 8 9 11 6 5

9 9 8 9

10 8 6 7

8 9 9 7 9 8 8 9

Page 13: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 13

Tabel III. Jarak Air Sumur dengan septik tank, pembuangan limbah dan tempat pembuangan sampah di RT 18 RW 09 Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.

No. Nama Pemilik

Rumah Jenis

Sumur

Jarak Air Sumur (m) dengan

Septik tank

Pembuangan limbah

TPS

1. 2. 3. 4. 5. 6.

7. 8. 9.

10.

Bpk. Yaya Bpk. Rudi Bpk. Yunus Bpk. Tumiran Ibu. Sumarni Bpk. Bambang Suprapto Bpk. Gunan Bpk. Wagino Bpk. H. Nunung Nurman Ibu. Ending

Sumur Bor Sumur Bor Sumur bor Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor

Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor

Sumur Bor

9 9 10 9 9 11

8 9 9

9

8 6 9 6 5 5 6 8 9 6

9 8 9 7 8 8 7 9 8 7

Dari data-data tersebut diatas dapat diketahui di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelapa Dua

Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur jarak air sumur dengan pencemaran seperti septik

tank, pembuangan limbah dan tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat yang

ditetapkan yaitu sebagian besar dibawah 10 meter.

Hasil Penelitian Pada Uji Kualitas Air Sumur

Uji Fisik

Pada uji kualitas fisik air sumur meliputi bau, rasa, warna dan kekeruhan. Pengujian fisik

air sumur diambil dari 25 sampel yang mewakili 3 RT yang di tetapkan oleh peneliti yaitu di RT

12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Pada

RT 12 diambil 7 sampel air sumur, RT 17 diambil 8 sampel air sumur dan pada RT 18 diambil

10 sampel air sumur, diperoleh hasil sebagai berikut :

Page 14: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 14

Tabel IV. Hasil Uji Fisik.

No. RT Jumlah sampel

Kode sampel

Uji Fisik

Bau Rasa Warna Kekeruhan

1. RT 12 7 S1 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Tidak Keruh

S2 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Keruh

S3 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Tidak Keruh

S4 Tidak Berbau Tidak Berasa Kekuningan Keruh

S5 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Tidak Keruh

S6 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Tidak Keruh

S7 Tidak Berbau Tidak Berasa Kekuningan Keruh

2. RT 17 8 S8 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Tidak Keruh

S9 Tidak Berbau Tidak Berasa Kekuningan Tidak Keruh

S10 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Tidak Keruh

S11 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Tidak Keruh

S12 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Tidak Keruh

S13 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Keruh

S14 Tidak Berbau Tidak Berasa Kekuningan Keruh

S15 Tidak Berbau Tidak Berasa Kekuningan Keruh

3. RT 18 10 S16 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Tidak Keruh

S17 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Keruh

S18 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Tidak Keruh

S19 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Tidak Keruh

S20 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Tidak Keruh

S21 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Tidak Keruh

S22 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Tidak Keruh

S23 Tidak Berbau Tidak Berasa Kekuningan Tidak Keruh

S24 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Tidak Keruh

S25 Tidak Berbau Tidak Berasa Tidak Berwarna Tidak Keruh

Berdasarkan hasil pengujian fisik dari 25 sampel air sumur di RT 12, 17 dan 18 tersebut

di atas diperoleh hasil dari segi fisik bau dan rasa 100% sampel air sumur memenuhi

persyaratan yaitu tidak berbau dan tidak berasa sedangkan dari segi fisik warna terdapat 24%

sampel air sumur yang berwarna kekuningan, 76% sampel air sumur yang tidak berwarna dan

28% sampel air sumur yang keruh, 72% sampel air sumur yang tidak keruh.

a. Uji Bakteriologi

Berdasarkan parameter kualitas air bersih yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan

Pengawasan Kualitas Air Bersih, yang termasuk dalam parameter bakteriologi yaitu koliform

fekal dan koliform total.

Page 15: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 15

1. Uji Koliform Fekal

Koliform fekal merupakan indikator yang lebih spesifik yaitu mengindikasikan

adanya kontaminasi kotoran manusia. Kotoran manusia dari penderita sangat potensial

menularkan penyakit yang berhubungan dengan air.

Dari pengujian bakteriologi air sumur koliform fekal pada 25 sampel air sumur

warga RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas

Jakarta Timur, diperoleh hasil sebagai berikut :

Page 16: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 16

Tabel V. Hasil Uji Koliform Fekal

No. RT Jumlah sampel

Kode sampel

Uji Koliform Fekal / 100 ml sampel

% MS % TMS

1. RT 12 7 S1 43

80 %

20 %

S2 7

S3 1100*

S4 Negatif

S5 9

S6 9

S7 Negatif

2. RT 17 8 S8 > 2400*

S9 15

S10 23

S11 43

S12 43

S13 7

S14 240*

S15 > 2400*

3. RT 18 10 S16 4

S17 Negatif

S18 4

S19 Negatif

S20 3

S21 9

S22 Negatif

S23 Negatif

S24 4

S25 1100*

Keterangan :

(*) = Tidak memenuhi syarat Permenkes R.I No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih.

MS = Memenuhi Syarat TMS = Tidak memenuhi Syarat

Berdasarkan hasil pengujian bakteriologi koliform fekal dari 25 sampel di RT 12,

17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur

tersebut di atas diperoleh hasil 80% sampel air sumur yang memenuhi syarat dan 20%

sampel air sumur yang tidak memenuhi syarat.

2. Uji Koliform Total

Terdeteksinya bakteri koliform total dalam air mengindikasikan bahwa air

tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia atau hewan yang dapat menyebabkan

penyakit-penyakit saluran pencernaan.

Page 17: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 17

Berdasarkan hasil pengujian bakteriologi koliform total dari 25 sampel air sumur

warga RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas

Jakarta Timur diperoleh 16% sampel air sumur yang memenuhi syarat yaitu jumlah

bakteri koliform total kurang dari 10 bakteri koliform total per 100 ml sampel dan 84%

sampel air sumur yang tidak memenuhi syarat yaitu jumlah bakteri koliform total lebih

dari 10 bakteri koliform per 100 ml sampel.

Dari hasil pengujian bakteriologi air sumur koliform total pada 25 sampel air

sumur warga RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan

Ciracas Jakarta Timur tersebut di atas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel VI. Hasil Uji Koliform Total

No. RT Jumlah sampel

Kode sampel

Uji Koliform Total / 100 ml sampel

% MS % TMS

1. RT 12 7 S1 > 2400*

16 %

84 %

S2 43*

S3 > 2400*

S4 43*

S5 9

S6 240*

S7 15*

2. RT 17 8 S8 > 2400*

S9 93*

S10 93*

S11 240*

S12 93*

S13 150*

S14 240*

S15 > 2400*

3. RT 18 10 S16 23*

S17 93*

S18 9

S19 240*

S20 240*

S21 43*

S22 9

S23 4

S24 460*

S25 1100*

Keterangan :

(*) = Tidak memenuhi syarat Permenkes R.I No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih.

MS = Memenuhi Syarat TMS = Tidak memenuhi Syarat

Page 18: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 18

3. Uji Bakteriologi dari 25 Sampel Penelitian

Dari pengujian bakteriologi koliform total dan koliform fekal dari 25 sampel air

sumur di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas

Jakarta Timur, diperoleh hasil pada RT 12 dengan jumlah 7 sampel didapatkan hanya 1

sampel air yang memenuhi persyaratan dan 6 sampel air yang tidak memenuhi

persyaratan yaitu terdapat bakteri koliform fekal dan koliform total. RT 17 dengan jumlah

8 sampel didapatkan semua sampel air tidak memenuhi persyaratan. RT 18 dengan

jumlah 10 sampel didapatkan 3 sampel air yang memenuhi persyaratan dan 7 sampel

air yang tidak memenuhi persyaratan. Hasil uji dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel VII. Hasil Uji Bakteriologi dari 25 Sampel Penelitian

No. RT Jumlah sampel

Kode sampe

l

Uji bakteriologi / 100 ml sampel

MS atau TMS

% MS % TMS

KF KT

1. RT 12 7 S1 - + TMS TMS TMS TMS MS

TMS TMS

16,00 % 84,00 %

S2 - +

S3 + +

S4 - +

S5 - -

S6 - +

S7 - +

2. RT 17 8 S8 + + TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS

S9 - +

S10 - +

S11 - +

S12 - +

S13 - +

S14 + +

S15 + +

3. RT 18 10 S16 - + TMS TMS MS

TMS TMS TMS MS MS

TMS TMS

S17 - +

S18 - -

S19 - +

S20 - +

S21 - +

S22 - -

S23 - -

S24 - +

S25 + +

Keterangan : KF = Koliform Fekal (-) = Negatif Adanya Bakteri MS = Memenuhi Syarat KT = Koliform Total (+) = Positif Adanya Bakteri TMS = Ttidak memenuhi syarat

Page 19: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 19

Berdasarkan hasil keseluruhan dari 25 sampel air sumur warga RT 12, 17 dan 18 RW 09

Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur diperoleh hanya 16% sampel air

yang memenuhi persyaratan dan 84% sampel air yang tidak memenuhi persyaratan. Dapat

dilihat pada tabel VI yaitu hasil uji bakteriologi koliform fekal dan koliform total pada 25 sampel air

sumur di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta

Timur yaitu, sebagai berikut :

b. Uji Kimia

1. Uji Kesadahan Ca

Untuk uji kesadahan Ca diperoleh data sebagai berikut

Tabel VIII. Uji Kesadahan Ca

No. RT Jumlah sampel

Kode sampe

l

Uji kesadahan Ca MS atau TMS

% MS % TMS ppm

1. RT 12 7 S1 64.4 TMS TMS TMS TMS MS

TMS TMS

100,00 %

0,00 %

S2 13.8

S3 23

S4 23

S5 59.8

S6 13.8

S7 101.2

2. RT 17 8 S8 27.6 TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS

S9 18.4

S10 82.2

S11 41.4

S12 32.2

S13 36.8

S14 23

S15 41.4

3. RT 18 10 S16 64.4 TMS TMS MS

TMS TMS TMS MS MS

TMS TMS

S17 13.8

S18 23

S19 23

S20 59.8

S21 13.8

S22 101.2

S23 27.6

S24 18.4

S25 82.2 Keterangan : MS = Memenuhi Syarat TMS = Tidak Memenuhi Syarat

Dari table di atas terlihat bahwa nilai kesadahan masih dibawah 500 mg/L. Jadi air

sumur masih memenuhi syarat air bersih.

Page 20: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 20

2. Uji zat Besi (Fe)

Hasil analisis kandungan Fe pada 25 sampel air sumur warga RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur adalah sebagai berikut:

Tabel XII. Uji Kandungan Fe

No. RT Jumlah sampel

Kode sampe

l

Uji Fe MS atau TMS

% MS % TMS ppm

1. RT 12 7 S1 0.06 TMS TMS TMS TMS MS

TMS TMS

92,00 % 8,00 %

S2 0.26

S3 0.06

S4 0.24

S5 0.07

S6 0.03

S7 0.06

2. RT 17 8 S8 0.03 TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS

S9 0.06

S10 0.03

S11 0.06

S12 0.03

S13 0.05

S14 0.06

S15 0.08

3. RT 18 10 S16 0.12 TMS TMS MS

TMS TMS TMS MS MS

TMS TMS

S17 0.09

S18 0.30

S19 0.08

S20 0.19

S21 0.07

S22 0.07

S23 0.11

S24 0.37

S25 0.12

Dari hasil analisis nilai Fe dalam sampel air sumur warga sumur di RT 12, 17 dan 18

RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, terdapat 2

sampel yang hasil analisis kandungan Fe nya 0,3 ppm atau lebih, sampel yang

kandungan Fe nya lebih dari 0,3 ppm tidak memenuhi syarat untuk air bersih.

Page 21: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 21

Pembahasan

Air adalah salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Seperti telah diuraikan terdahulu,

manusia menggunakan air untuk berbagai keperluan sehari-hari seperti mandi, produksi

pangan, papan dan sandang. Untuk mengetahui kualitas air tersebut maka perlu dilakukan

pemeriksaan laboratorium. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah air sumur di RT

12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur telah

memenuhi persyaratan secara fisik, kimia dan bakteriologi seperti yang ditetapkan dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang

Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih.

Air yang bersih harus memenuhi tiga kriteria parameter. Parameter pertama adalah

parameter fisik yang meliputi bau, rasa, warna dan kekeruhan. Parameter kedua adalah

parameter kimia yang meliputi kimia organik dan kimia anorganik. Parameter ketiga adalah

parameter bakteriologi yang terdiri dari koliform fekal dan koliform total. Namun pada penelitian

ini hanya dibatasi pada pemeriksaan fisik dan bakteriologi untuk melihat tingkat cemaran

bakteriologi.

Mengingat bahwa banyaknya berbagai penyakit yang disebabkan oleh air kepada

manusia pada saat manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama penyedian air minum atau

air bersih bagi masyarakat adalah untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh air seperti

penyakit kolera, tipus, disentri, diare dan lain-lain.

Untuk mengetahui tingkat pencemaran mikroba dalam air sumur tersebut perlu

dilakukan pengujian secara bakteriologi, pengujian ini juga dapat digunakan sebagai indikator

sanitasi dan indikator keamanan makanan dan minuman. Untuk pengujian bakteriologi air

meliputi perhitungan koliform fekal dan koliform total, sehingga dapat diketahui apakah air

tersebut memenuhi persyaratan atau tidak. Departemen Kesehatan selaku instansi yang

berkaitan erat dengan permasalahan ini telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan

Kualitas Air Bersih.

Koliform fekal yaitu bakteri yang bersifat anaerobik fakultatif yang berbentuk batang,

Gram negatif dan tidak membentuk spora. Koliform fekal ini digunakan untuk mendeteksi

pencemaran tinja pada air atau sebagai indikator yang paling spesifik untuk mengindikasikan

adanya kontaminasi kotoran manusia pada air. Sedangkan yang dimaksud koliform total yaitu

merupakan kumpulan mikroorganisme yang relatif tidak berbahaya yang hidup dalam jumlah

Page 22: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 22

besar di usus manusia dan hewan. Ditemukannya koliform total di dalam air mengindikasikan

bahwa air tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia dan hewan.

Perhitungan koliform meliputi koliform fekal dan koliform total dengan perhitungan nilai

MPN (Most Probable Number) atau Jumlah Perkiraan Terdekat. Pemeriksaan bakteriologi

dengan metode MPN ini terdiri dari 2 tahap yaitu test perkiraan dan test penegasan. Pada test

perkiraan digunakan medium LB (Lactose Broth), hasil positif ditandai dengan terbentuknya gas

pada tabung Durham. Terbentuknya gas dalam tabung Durham sebagai hasil fermentasi

laktosa serta dihasilkan asam laktat. Fermentasi laktosa tidak selalu menunjukkan bakteri

koliform, karena laktosa bisa juga difermentasi oleh mikroba lain misalnya bakteri asam laktat.

Oleh karena itu test perkiraan dilanjutkan dengan test penegasan. Pada test penegasan dipakai

medium BGLBB (Brilliant Green Lactose Bile Broth) yang mengandung garam bile yaitu

komponen yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri selain koliform, serta memberikan

kesempatan bakteri koliform untuk tumbuh dengan baik. Suhu inkubasi untuk koliform fekal 45

oC sedangkan untuk koliform total adalah 35 oC-37 oC. Hasil positif ditandai dengan

terbentuknya gas dalam tabung Durham, angka yang yang diperoleh dicocokan dengan tabel

MPN (Most Probable Number) sehingga diperoleh indeks MPN (Most Probable Number) kolifom

fekal dan koliform total.

Dari pemeriksaan fisik 25 sampel air sumur di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan

Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur didapatkan hasil dari RT 12 sebanyak 7

sampel air sumur dari segi fisik bau dan rasa 100% memenuhi syarat yaitu tidak berbau dan

tidak berasa sedangkan dari segi fisik warna terdapat 2 sampel air sumur yang berwarna

kekuningan dan 3 sampel air sumur yang keruh. RT 17 sebanyak 8 sampel air sumur dari segi

fisik bau dan rasa 100% memenuhi syarat sedangkan dari segi fisik warna terdapat 3 sampel air

sumur yang berwarna kekuningan dan 3 sampel air sumur yang keruh. RT 18 sebanyak 10

sampel air sumur dari segi fisik bau dan rasa 100% memenuhi syarat sedangkan dari segi fisik

warna terdapat 1 sampel air sumur yang berwarna kekuningan dan 1 sampel air sumur yang

keruh.

Berdasarkan hasil uji bakteriologi koliform fekal diperoleh hasil yang tidak memenuhi

syarat di RT 12 dengan jumlah 7 sampel didapatkan 1 sampel air sumur yang tidak memenuhi

syarat yaitu jumlah koliform fekal > 50 koliform fekal/100ml sampel. RT 17 dengan jumlah 8

sampel didapatkan 3 sampel air sumur yang tidak memenuhi syarat yaitu jumlah koliform fekal

>50 koliform fekal/100ml sampel. RT 18 dengan jumlah 10 sampel didapatkan 1 sampel air

sumur yang tidak memenuhi syarat yaitu jumlah koliform fekal >50 koliform fekal/100ml sampel.

Page 23: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 23

Hasil uji bakteriologi untuk koliform total di RT 12 dengan jumlah 7 sampel didapatkan 6

sampel air sumur yang tidak memenuhi syarat yaitu jumlah koliform total >10 koliform

total/100ml sampel. RT 17 dengan jumlah 8 sampel didapatkan seluruh sampel air sumur tidak

memenuhi syarat koliform total yaitu >10 koliform total/100ml sampel. RT 18 dengan jumlah 10

sampel didapatkan 7 sampel air sumur yang tidak memenuhi syarat yaitu jumlah koliform total

>50 koliform fekal/100ml sampel.

Hasil pemeriksaan bakteriologi koliform fekal dan koliform total secara keseluruhan dari

25 sampel air sumur di RT 12 dengan jumlah 7 sampel didapatkan 6 sampel air sumur yang

tidak memenuhi persyaratan yaitu positif terdapat bakteri koliform fekal dan koliform total. RT 17

dengan jumlah 8 sampel didapatkan semua sampel tidak memenuhi persyaratan. RT 18

dengan jumlah 10 sampel didapatkan 7 sampel yang tidak memenuhi persyaratan.

Dari hasil ketiga RT tersebut yaitu RT 12, 17 dan 18 didapatkan kesimpulan RT 18 yang

sanitasi lingkungannya paling baik, yang kedua adalah RT 12 dan RT 17 yang sanitasi

lingkungannya paling tidak baik karena seluruh sampel air sumurnya tidak memenuhi syarat

secara bakteriologi seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Bersih. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah karena padatnya penduduk di

RT tersebut sehingga letak air sumur berdekatan dengan septik tank, pembuangan limbah dan

tempat pembuangan sampah yang jaraknya tidak sesuai dengan jarak minimal yang disarankan

yaitu dibawah 10 meter, sehingga dapat berpengaruh negatif terhadap air sumur tersebut.

Untuk mendapatkan kualitas air sumur yang bersih atau memenuhi persyaratan bahan

baku utamanya yaitu dengan cara pengendalian pencemaran air dari septik tank, air limbah dan

tempat pembuangan sampah yaitu dengan membuat jarak antara septik tank, air limbah dan

tempat pembuangan sampah dengan sumber air minimal 10 meter. Air sumur tersebut juga

harus memiliki tempat (lokasi) yang terlindung dari drainase permukaan dan banjir, bila air

sumur dibuat memenuhi persyaratan kesehatan, maka diharapkan pencemaran dapat

dikurangi, sehingga kualitas air yang diperoleh menjadi lebih baik.

Dari hasil analisis kimia berupa kandungan kesadahan Ca dan Fe, dimana

diperoleh semua sample tidak mengandung kesadahan Ca yang melewati ambang batas yang

disyaratkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih, berarti

kandungan Ca sumur warga di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan

Kecamatan Ciracas Jakarta Timur masih terpelihara dengan baik atau belum terkontaminasi.

Untuk kandungan Fe diperoleh hampir semua sampel memenuhi pernyaratan yang disyaratkan

Page 24: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 24

untuk kandungan Fe, tetapi ada satu sumur yang tidak memenuhi syarat, hal ini terjadi mungkin

adanya perkakas dari besi yang terbenam dalam sumur karena bekas tanaman karet, bekas

pembuangan sampah atau kuburan Cina.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan pemeriksaan

bakteriologi terhadap 25 sampel terdapat 21 sampel (84%) tidak memenuhi syarat bakteriologi

dan 8% tidak memenuhi syarat kimia sesuai Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang

Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih.

Saran

1. Membuat tempat pembuangan sampah,limbah dan septik tank yang jauh dari sumur baik

sumur pribadi maupun sumur tetangga, dengan syarat harus berjarak minimal 10 meter dari

sumber air yang ada disekitar.

2. Pembuatan sistem konstruksi septik tank yang baik seperti pembuatan septik tank dengan

dua sekat sehingga air buangannya tidak mencemari air sumur.

3. Pembuatan saluran pembuangan air yang jauh dari sumur baik sumur pribadi maupun

sumur tetangga.

4. Pembuatan sumur yang lebih dalam dengan kedalaman 30 - 50 meter

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 1995, Standard Method for Examination of Wastewater, 19th edition, Lab Fisika Kimia Bapedal DA DKI Jakarta 199/2000.

2. Anonim. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/PER/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

3. Anonim. 1991. Petunjuk Pemeriksaan Bakteriologis Air. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Hal. 5-6, 9-12

4. Anonim. 1991. Petunjuk Pemeriksaan Mikrobiologi Makanan dan Minuman. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Hal. 1-26

5. Anonim. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat Kualitas Air Minum. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

6. Anonim. 2003. Instalasi Pengolahan Air. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Hal. 56-88

Page 25: Makalah lengkap silahkan KLIK di sini

Lemlitbang UHAMKA 2011 Page 25

7. Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Hal. 41-42

8. Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta. Hal. 37-43 9. Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hal. 118-

128 10. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Polusi Udara. Kanisius, Yogyakarta. Hal. 21 11. Kasjono, H.S dan Yasril. 2009. Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan. Graha

Ilmu,Yogyakarta. Hal. 14-16 12. Prichard, F.E, 1991, Atomic Absorption and Emission Spectroscopy. Ed Met Calf,

London, hal 3, 15 – 16. 13. Radji, M. 2004. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi Edisi 1. Departemen Farmasi

FMIPA UI, Depok. Hal. 29-34. 14. Suparmin. 2000. Studi Air Tanah Bebas Untuk Air Minum Penduduk di Kelurahan Plarangan

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Kebumen. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial, Semarang. Hal. 10-11

15. Sutrisno, C.T. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Hal. 23 16. Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press, Malang. Hal. 109,134,132,142 -

152,175-176 17. Whardana, A.W. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi offset Yogyakarta,

Jakarta. Hal. 133