19
Modul Organ Obstetri Ginekologi dan Reproduksi “Wanita 20 Tahun Dengan Perdarahan” Kelompok 9 030.09.029 Arini Damayanti 030.09.039 Ayu Rizkyah 030.09.079 Erwin James Sagala 030.09.109 Heidi Angelika Anggaria 030.10.149 Kartika Hermawan 030.10.159 Latifah Agustina Lestari 030.10.169 Malvin Christo Wijaya 030.10.179 Mirad Aditya 030.10.199 Nabila Viera Yovita 030.10.209 Novia Sugianto Limantara 030.10.219 Pangeran Putra Nurizal 030.10.229 Radian Savani FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI Jakarta, 4 Juli 2013

Makalah mo-ogr

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mo ogr

Citation preview

Modul Organ Obstetri Ginekologi dan Reproduksi

“Wanita 20 Tahun Dengan Perdarahan”

Kelompok 9

030.09.029 Arini Damayanti

030.09.039 Ayu Rizkyah

030.09.079 Erwin James Sagala

030.09.109 Heidi Angelika Anggaria

030.10.149 Kartika Hermawan

030.10.159 Latifah Agustina Lestari

030.10.169 Malvin Christo Wijaya

030.10.179 Mirad Aditya

030.10.199 Nabila Viera Yovita

030.10.209 Novia Sugianto Limantara

030.10.219 Pangeran Putra Nurizal

030.10.229 Radian Savani

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Jakarta, 4 Juli 2013

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut federasi obestetri ginekologi internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi

atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila

dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan

terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung 12 minggu, trimester kedua 15

minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-

40).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar

kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari

500gram.

Abortus bisa terjadi tanpa intervensi atau abortus spontan dan bisa terjadi karena ada intervensi

atau abortus provokatif. Di Indonesia sendiri abortus dilarang untuk yang provokatif kecuali ada

indikasi untuk dilakukan tindakan tersebut.

Angka kejadian abortus sukar ditemukan karena abortus provokatus banyak yang tidak

dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas umur

kehamilannya, hanya sedikit memberkan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor

atau berobat. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui, 15-20% merupakan abortus spontan

atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2

keguguran yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang

berurutan.

Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus

spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus

sebenernya bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tingginya angka chemical pregnancy loss

yang tidak bisa diketahui pada 2-4 minggu setelah konsepsi.

BAB II

LAPORAN KASUS

SESI I

Perempuan 20 Th, datang ke UGD sebuah RS dengan keluhan perdarahan dari kemaluan sejak 2

hari yang lalu. Perdarahan berupa flek – flek darah segar bercampur bekuan darah kecil – kecil.

Pasien sedang hamil anak pertama dengan usia kehamilan 14 minggu. Satu bulan yang lalu saat

usia kehamilan 10 minggu, pasien juga pernah mengalami hal yang sama yaitu perdarahan dari

kemaluan selama 5 hari.

Pada pemeriksaan ditemukann bahwa tinggi fundus uteri 3 jari diatas simpisis, Ballotemant (+),

denyut jantung 150 denyut/ menit, irama regular.

Inspekulo portio Livide ostium uteri eksternum tertutup tampak perdarahan merembes dari

ostium.

SESI 2

Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan :

Hemoglobin 10g/dl, jumlah leukosit 8000ul, hitung jenis : -/2/8/60/30/- , hematokrit 34vol%,

trombosit 300.000ul .

Sediaan apus darah tepi

BAB III

PEMBAHASAN

IDENTITAS PASIEN

Nama : -

Jenis kelamin : Wanita

Usia : 20 tahun

Alamat : -

Pekerjaan : -

Status pernikahan : -

Agama : -

Status pendidikan : -

ANAMNESIS TAMBAHAN

1. Kapan HPHT ?

2. Apakah ada aktivitas yang dilakukan sebelum terjadinya pendaraan?

3. Apakah ada nyeri ? biasa/hebat ? lokasi nyeri ?

4. Apakah ada gejala atau keluhan lain ?

5. Bagaimana warna darah nya ? pendarahan banyak/tidak?

6. Apakah pasien sudah pernah periksa TORCH ?

7. Apakah ada riwayat trauma ?

8. Apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan selama hamil?

9. Bagaimana lifestyle pasien

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN HASIL YANG DIDAPAT INTERPRETASI

Tanda Vital :- Tekanan darah- Frekuensi nadi- Suhu- RR

- -

Status Obstetrikus :

- Fundus uteri

- Ballotement

- Denyut Jantung Janin

3 jari diatas simpisis

(+)

150 denyut/menit, irama reguler

Menandakan usia kehamilan 16 minggu

Menandakan adanya janin

Normal ( 120 – 160) dpm

Status Ginekologis : (inspekulo)

- Portio

- Ostium uteri eksternum

Portio livide

Tertutup, tampak perdarahan merembes dari ostium

Portio berwarna ungu, Merupakan tanda kehamilan normal yang disebabkan bendungan vascular.

Merupakan tanda – tanda abortus imminens

Dari hasil pemeriksaan, kelompok kami menemukan fundus uteri dan denyut jantung janin

normal, namun pada OUE meskipun terlihat tertutup kami menemukan perdarahan merembes

dari ostium yang menguatkan tanda – tanda abortus imminens.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN HASIL YANG DIDAPAT

INTERPRETASI

Hb 10 g/dL AnemiaNormal : (11-13) g/dL

Leukosit 8.000 µL Normal (500-10.000)

Hitung Jenis -/2/8/60/30/- Neutrofil batang menurun akibat kekurangan vitamin B12

Hematokrit 34 vol% Terjadi hemodilusi akibat perdarahan kronik pada pasienNormal (36-47) vol%

Trombosit 300.000 µL Normal : (150.000 – 400.000)/µL

Sediaan apus darah tepi :

Pada hasil pemeriksaan sediaan darah tepi, ditemukan sel eritrosit mikrositik hipokrom,

anisositosis, poikilositosis, dan terdapat sel pensil, yang merupakan tanda dari anemia defisiensi

zat besi.

Gambaran mikrositik hipokrom disebabkan karena sel yang mengandung Hb dengan jumlah

normal kurang dari normal, keadaan ini mencerminkan insufisiensi sintesis heme akibat

kekurangan zat besi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG TAMBAHAN

USG

Urinalisa

TORCH

TIBC dan SI

DIAGNOSIS KERJA

Abortus imminens dengan Anemia defisiensi besi

DIAGNOSIS BANDING

Kehamilan ektopik

Solusio placenta

Placenta previa

PENATALAKSANAAN

Pasien dirawat inap

-Medikamentosa

Sulfas ferosus 10mg/kgBB 3x sehari sambil menunggu hasil TIBC dan SI untuk

diagnosis pasti anemia defisiensi besi.

Preparat as.Folat seperti Folavit 0,8mg perhari untuk maintenance selama kehamilan.

-Non medikamentosa

Tirah baring selama 3 hari. Kemudian mobilisasi bertahap jika perdarahan sudah berhenti

24 jam. Jika perdarahan masih berlanjut evaluasi ulang diagnosis perdarahan.

Dilarang coitus selama 2 minggu

Konsumsi makanan tinggi Fe seperti daging merah dan As. Folat seperti sayuran hijau

dan kacang-kacangan.

KOMPLIKASI

Abortus complete

Perforasi pada kuretase Perdarahan

Bisa menyabkan shock

Infeksi

Keganasan

Keguguran dapat menjadi korio karsinoma 15-20%

Hepatomegaly

PROGNOSIS

Ibu

o Ad vitam : ad bonam

Abortus imminens dan anemia defisiensi besi pada pasien tidak mengancam jiwa.

o Ad sanationam : dubia ad bonam

Ada sedikit kemungkinan untuk terjadinya rekurensi abortus imminens.

o Ad Functionam : ad bonam

Tidak menimbulkan defek pada organ reproduksi pasien

Janin

Dubia ad malam : Epidemiologi menunjukkan bahwa 50% ibu dengan abortus imminens

akan berlanjut ke aterm.

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

ABORTUS

Definisi

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar

kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat kurang dari

500mg.

Etiologi

Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu penyebab.

Penyebab terbanyak di antaranya adalah sebagai berikut.

o Faktor genetic. Translokasi parental keseimbangan genetic

Mendelian

Multifactor

Robertsonian

Resiprokal

o Kelainan congenital uterus

Anomaly duktus mulleri

Septum uterus

Uterus bikornis

Inkompetensi serviks uterus

Mioma uteri

Sindroma asherman

o Autoimun

Aloimun

Mediasi imunitas humoral

Mediasi imunitas seluler

o Defek fase luteal

Faktor endokrin eksternal

Antibody tiroid hormone

Sintesis LH yang tinggi

o Infeksi

o Hematologik

o Lingkungan

Macam-macam abortus

o Abortus iminens

o Abortus insipiens

o Abortus kompletus

o Abortus inkompletus

o Missed abortion

o Abortus habitualis

o Abortus infeksiosus, abortus septic

Abortus Iminens

Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai

dengan perdarah pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik

dalam kandungan.

Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan pervaginam pada

umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh mules sedikit atau tidak ada

keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam. Ostium uteri masih tertutup

besarnya uterus masih sesuai umur kehamilan dan tes kehamilan urin masih positif.

Untuk menentukan prognosis abortus iminens dapat dilakukan dengan melihat kadar

hormone Hcg pada urin dengan cara melakukan tes urin kehamilan dengan menggunakan

urin tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10. Bila hasil tes urin masih positif keduanya

maka prognosisnya adalah baik, bila pengenceran 1/10 hasilnya negative maka

prognosisnya dubia ad malam. Pengelolaan penderita ini sangat bergantung pada

informed consent yang diberikan. Bila ibu ini masih menghendaki kehamilan tersebut,

maka pengelolaan harus maksimal untuk mempertahankan kehamilan ini. Pemeriksaan

USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui keadaan

plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum. Diperhatikan ukuran biometri

janin/kantong gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT. Denyut

jantung janin dan gerakan janin diperhatikan di samping ada tidaknya hematoma

retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis. Pemeriksaan USG transabdominal

jangan lupa pasien harus tahan kencing terlebih dahulu untuk mendapatkan acoustic

window yang baik agar rincian hasil usg dapat jelas.

Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti. Bisa

diberi spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormone

progesterone atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus. Obat-obatan ini

walaupun secara statistic kegunaannya tidak bermakna, tetapi efek psikologis kepada

penderita sangat menguntungkan. Penderita boleh dipulangkan setelah tidak terjadi

perdarahan dengan pesan khusus tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih

kurang 2 minggu.

PATOFISIOLOGI ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA PASIEN

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan keluhan utama pasien, ditambah hasil dari anamnesis, pemeriksaan fisik

serta pemeriksaan penunjang maka dapat kami diagnosis kerja pasien sebagai abortus

iminens dengan anemia defisiensi besi. Penatalaksanaan yang diberikan berupa pasien

dirawat inap dengan pemberian medika mentosa seperti preparat besi dan asam folat serta

edukasi untuk pasien. Prognosis pada ibu baik tetapi tidak begitu baik pada janinnya.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Mayo clinic staff. Pregnancy Week by Week. Available at

http://www.mayoclinic.com/health/pregnancy/PR00004. Accessed on July 4, 2013.

2. Saifuddin AB. Dalam: Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, Editors. Ilmu Kebidanan

Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;

2010.

3. Wirakusumah FF, Mose JC, Handono B. Obstetri Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi.

2nd ed. Jakarta: EGC; 2010. p. 110-21; 129-31; 152-3.

4. Cunningham, Donald M, Gant. Wiliam Obstetric. Edisi 21. Jakarta: EGC; 2002.

5. Mahan KL, Escott-Stump S. Krause's Food, Nutrition and Diet Therapy: 10th ed. New

York, N.Y.: Saunders Elsevier; 2002.

6. Johnson, Kimball. Your Guide to Female Reproductive System. Available at

http://www.webmd.com/sex-relationships/guide/your-guide-female-reproductive-system.

Accessed on June 29, 2013

7. Mochtar,Rustam, 2003.Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif,Obstetri Sosial,Edisi

2,Penerbit Kedokteran EGC,Jakarta

8. Bandiyah, S. (2009). Kehamilan Persalinan Gangguan Kehamilan, Yogyakarta: Nuha

Medika

9. Prawiroharjo,C.(2002)Ilmu Kebidanan,Jakarta Pusat:Yayasan Bina Pustaka

10. Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Edisi 4, Volume 2. Jakarta : EGc