49
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir bisnis dan investasi pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah terjadi booming. Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari Crude Palm Oil (CPO). Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan minyak sekitar 7 ton / hektar bila dibandingkan dengan kedelai yang hanya 3 ton / hektar. Indonesia memiliki potensi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sangat besar karena memiliki cadangan lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian agroklimat. Luas perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2007 sekitar 6,8 juta hektar yang terdiri dari sekitar 60% diusahakan oleh perkebunan besar dan sisanya sekitar 40% diusahakan oleh perkebunan rakyat. Luas perkebunan kelapa sawit diprediksi akan meningkat menjadi 10 juta hektar pada 5 tahun mendatang. Mengingat pengembangan kelapa sawit tidak hanya dikembangkan di wilayah

Makalah Pengolahan Limbah Sawit

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir bisnis dan investasi pengembangan

perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah terjadi booming. Permintaan

atas minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel telah mendorong

peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari Crude Palm

Oil (CPO). Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi

menghasilkan minyak sekitar 7 ton / hektar bila dibandingkan dengan

kedelai yang hanya 3 ton / hektar. Indonesia memiliki potensi

pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sangat besar karena

memiliki cadangan lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja,

dan kesesuaian agroklimat.

Luas perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2007 sekitar

6,8 juta hektar yang terdiri dari sekitar 60% diusahakan oleh perkebunan

besar dan sisanya sekitar 40% diusahakan oleh perkebunan rakyat. Luas

perkebunan kelapa sawit diprediksi akan meningkat menjadi 10 juta

hektar pada 5 tahun mendatang. Mengingat pengembangan kelapa sawit

tidak hanya dikembangkan di wilayah Indonesia bagian barat saja, tetapi

telah menjangkau wilayah Indonesia bagian timur.

Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia

pada era pembangunan ini sangat pesat. Pada tahun 1990 di Indonesia

dijumpai 84 unit pabrik kelapa sawit yang mengolah 10 juta ton tandan

buah segar, dengan kapasitas yang bervariasi antara 20 - 60 ton tandan

segar per jam.

Selama proses pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak

sawit diperoleh limbah baik berupa limbah cair maupun limbah padat.

Limbah padat berupa jajangan, serat-serat dan cangkang dapat diolah

menjadi bahan yang berguna. Janjangan dibakar dan abu hasil

pembakaran dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Sedangkan serat-serat

1

Page 2: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

2

dan sebagian kulit dibakar dan panas yang dihasilkan digunakan

sebagai sumber energi. Cangkang yang tersisa dapat digunakan sebagai

bahan baku industri yang aktif maupun industri hard board.

Limbah yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit ini

tentunnya memiliki dampak negative bagi lingkungan jika tidak

sesegera mungkin untuk dikelola secara berkelanjutan. Oleh karena itu

dalam makalah ini kami memaparkan usaha mengatasi keberadaan

limbah padat dan cair dari industri kelapa sawit yang deapat

dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak, sebagai pupuk organic,

diogas dan sebagainya. Hasil yang didapat menunjukan bahwa dari

pengelolaan limbah kelapa sawit ini dapat membantu mengurangi

timbunan limbah padatnya serta menambah nilai guna dari limbah cair

yang diperoleh dari proses pengolahan minyak kelapa sawit.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah,

antara lain:

1. Bagaimana definisi kelapa sawit.

2. Bagaimana perkebunan kelapa sawit.

3. Bagaimana industri minyak kelapa sawit.

4. Apa saja komposisi kimia dalam minyak kelapa sawit.

5. Bagaimana proses pengolahan minyak kelapa sawit.

6. Bagaimana limbah industri kelapa sawit.

7. Bagaimana komposisi limbah kelapa sawit dan pemanfaatannya.

8. Bagaimana pengolahan limbah cair buangan industri kelapa sawit.

9. Bagaimana pengolahan limbah padat industri kelapa sawit.

Page 3: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

3

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:

1. Mengetahui definisi kelapa sawit.

2. Mengetahui perkebunan kelapa sawit.

3. Mengetahui industri minyak kelapa sawit.

4. Mengetahui komposisi kimia dalam minyak kelapa sawit.

5. Mengetahui proses pengolahan minyak kelapa sawit.

6. Mengetahui limbah industri kelapa sawit.

7. Mengetahui komposisi limbah kelapa sawit dan pemanfaatannya.

8. Mengetahui pengolahan limbah cair buangan industri kelapa sawit.

9. Mengetahui pengolahan limbah padat industri kelapa sawit.

1.4. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mahasiswa(i) mengetahui bagaimana poses pengelolaan limbah

kelapa sawit.

2. Memahami berbagai jenis sumber dan jenis – jenis limbah yang

dihasilkan dari proses industri pengolahan kelapa sawit.

3. Mengetahui bagaimana teknik pengolahan limbah industri kelapa

sawit.

4. Mengetahui pemanfaatan dari limbah industri kelapa sawit.

3

Page 4: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

4

BAB II

ISI

2.1. Definisi Kelapa Sawit

Kelapa Sawit adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak

masak, minyak industry, maupun bahan bakar (biodiesel). Tinggi kelapa

sawit dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta

bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah

kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandungi

minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun,

dan lilin. Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak, khususnya

sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya

digunakan sebagai bahan bakar dan arang.

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia

Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor,

sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias

di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan

meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi

Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat

perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli,

maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan

secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien

Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa

Page 5: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

5

sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas

areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran

kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera

Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di

Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran,

Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di

Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai

tahun 1910.

Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan

pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang,

produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.

Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program

Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok

utama kemudian diambil alih Malaya (laluMalaysia).

Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan,

dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan

kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi

sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.

Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor

hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan

merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.

2.2. Perkebunan Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan yang terkenal

di Indonesia, dan sebagai tanaman penghasil minyak paling tinggi persatuan

luas. Pemanenan sawit dapat dimulai pada umur 3,5 sampai 4 tahun sejak

pembibitan.

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia mayoritas dikelola oleh

perusahaan Negara (BUMN) dan perkebunan besar swasta yang berlokasi

diluar pulau Jawa, seperti Kalimantan, Sumatera Utara, Aceh dan Riau.

Khususnya di Riau dari tahun ketahun perkebunan kelapa sawit selalu

Page 6: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

6

mengalami peningkatan yang signifikan, terbukti dalam 20 tahun terakhir

(1985-2005) pertumbuhan perkebunan kelapa sawit baik milik negara,

swasta maupun perkebunan rakyat mencapai lima juta hektare atau

meningkat sampai 83 persen.

2.3. Industri Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit

merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber

penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi

minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah

mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal

perkebunan kelapa sawit.

Berkembangnya sub‐sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia

tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai

insentif, terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi

investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR‐Bun dan

dalam pembukaan wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta.

Gambar 1. Peta Wilayah Penyebaran Ketersediaan Lahan Produksi

Kelapa Sawit

2.4. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit dan inti minyak kelapa sawit merupakan susunan

dari fatty acids, esterified, serta glycerol yang masih banyak lemaknya.

Page 7: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

7

Didalam keduanya tinggi serta penuh akan fatty acids, antara 50% dan 80%

dari masing‐masingnya. Minyak kelapa sawit mempunyai 16 nama carbon

yang penuh asam lemak palmitic acid berdasarkan dalam minyak kelapa

minyak kelapa sawit sebagian besar berisikan lauric acid. Minyak kelapa

sawit sebagian besarnya tumbuh berasal alamiah untuk tocotrienol, bagian

dari vitamin E. Minyak kelapa sawit didalamnya banyak mengandung

vitamin K dan magnesium. Napalm namanya berasal dari naphthenic acid,

palmitic acid dan pyrotechnics atau hanya dari cara pemakaian nafta dan

minyak kelapa sawit.

Ukuran dari asam lemak (Fas) dalam minyak kelapa sawit sebagai

acuan:

2.5. Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Proses pengolahan minyak kelapa sawit menghasilkan dua produk,

yaitu minyak mentah (Crude Palm Oil) dan Inti Sawit yang dihasilkan

melalui proses dan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Perebusan

Perebusan buan tandan segar (TBS) kelapa sawit dengan metode

diberikan tekanan uap panas 2,4 sampai 3,4 kg/cm, dengan temperatur

Page 8: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

8

13500C – 14500C selama 60 – 90 menit. Tujuan perebusan adalah untuk

sterilisasi bakteri, menonaktifkan enzim yang dapat mengubah minyak

menjadi asam lemak, dan melumatkan daging buah segar mudah dalam

proses selanjutnya. Pada proses perebusan ini dihasilkan air buangan yang

banyak mengandung minyak dan kotoran yang bersifat asam.

2. Pengeperasan

Proses pengeperasan merupakan tahap pemurnian minyak dengan

memisahkan minyak dari kotoran air. Alat yang digunakan adalah decanter,

pada proses ini banyak memerlukan air panas sebagai media pemisah antara

CPO dengan Sludge. Limbah cair yang paling potensial sebagai sumber

pencemar adalah air limbah (sludge) dari proses pengeperasan.

3. Kernel

Inti sawit dan cangkang dipisahkan dengan menggunakan separator,

selanjutnya inti sawit masuk dalam alat pengering. Inti sawit yang sudah

kering dipecah dan menghasilkan cangkang. Untuk memisahkan cangkah

dari inti sawit diperlukan alat hidrocyclone, alat ini banyak memerlukan air

untuk memisahkan dua komponen yang berbeda berat jenisnya, sehingga

banyak dihasilkan sisa air kotor.

Bagan 1. Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Page 9: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

9

2.6. Limbah Kelapa Sawit

Limbah kelapa sawit adalah sisa hasil tanaman kelapa sawit yang

tidak termasuk dalam product utama yang merupakan hasil ikutan pada

proses pengolahan kelapa sawit.

Berdasarkan tempat pembentukannya, limbah kelapa sawit dapat

digolongkan menjadi dua jenis, yaitu limbah perkebunan kelapa sawit dan

limbah industri kelapa sawit.

1. Limbah Perkebunan Kelapa Sawit

Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal

dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal

perkebunan serta peremajaansaat panen kelapa sawit. Jenis limbah ini

antara lain kayu, pelepah daun, dan gulma. Dalam satu tahun setiap

satu hektar perkebunan kelapa sawit rata-rata menghasilkan limbah

pelepah daun sebanyak 10,4 ton bobot kering.

2. Limbah Industri Kelapa Sawit

Limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan

pada saat proses pengolahan kelapa sawit. Limbah dari industri dapat

membahayakan kesehatan manusia karena dapat merupakan pembawa

suatu penyakit (sebagai vehicle), merugikan segi ekonomi karena

dapat menimbulkan kerusakan pada benda/bangunan maupun tanam –

tanaman dan peternakan, dapat merusak atau membunuh kehidupan

yang ada di dalam air seperti ikan dan binatang peliharaan lainnya,

dan dapat merusak keindahan (aestetika), karena bau busuk dan

pemandangan yang tidak sedap dipandang terutama di daerah hilir

sungai yang merupakan daerah rekreasi (Sugiharto, 1987)

Sebagian besar senyawa kimia dalam air termasuk dalam

kategori kimia organik maupun anorganik. Parameter kimia paling

dominan dalam mengukur kondisi badan air akibat buangan industri.

Barangkali parameter ini yang paling banyak menciptakan kecemaran

dan bahaya terhadap lingkungan. Oksigen mempunyai peranan

penting dalam air. Kekurangan oksigen dalam air mengakibatkan

Page 10: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

10

tumbuhnya mikroorganisme dan bakteri. Bakteri berfungsi untuk

merugikan zat organik dalam air. Dalam air terjadi reaksi oksigen

dengan zat organik oleh adanya bakteri aerobik. Atas dasar reaksi ini

dapat diperkirakan bahan pencemar oleh zat organik (Perdana

Gintings, 1992). Limbah ini digolongkan dalam tiga jenis yaitu limbah

padat, limbah cair, dan gas.

a. Limbah padat

Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit adalah

tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Limbah padat mempunyai

ciri khas pada komposisinya. Komponen terbesar dalam limbah

padat tersebut adalah selulosa, disamping komponen lain

meskipun lebih kecil seperti abu, hemiselulosa dan liqnin. Selain

itu limbah padat lainnya adalah serat sisa perasan buah sawit

dan tempurung/cangkang kelapa sawit.

b. Limbah cair

Limbah cair pabrik kelapa sawit merupakan salat satu produk

samping berupa buangan dari pabrik pengolahan kelapa sawit yang

berasal dari :

1. Hasil kondensasi uap air pada unit pelumatan ( digester) dan

unit pengempaan (pressure). Injeksi uap air pada unit pelumatan

bertujuan mempermudah pengupasan daging buah, sedangkan

injeksi uap bertujuan mempermudah pemerasan minyak. Hasil

kondensasi uap air pada kedua unit tersebut dikeluarkan dari

unit pengempaan.

2. Kondensat dari depericarper, yaitu untuk memisahkan sisa

minyak yang terikut bersama batok/cangkang.

3. Hasil kondensasi uap air pada unit penampung biji/inti. Injeksi

uap kedalam unit penampung biji bertujuan memisahkan sisa

minyak dan mempermudah pemecahan batok maupun inti pada

unit pemecah biji.

Page 11: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

11

4. Kondensasi uap air yang berada pada unit penampung atau

penyimpan inti.

5. Penambahan air pada hydrocyclone (claybath) yang bertujuan

mempermudah pemisahan serat dari cangkang.

6. Penambahan air panas dari saringan getar, yaitu untuk

memisahkan sisa minyak dari ampas.

Apabila limbah tersebut langsung dibuang ke sungai maka

sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan, mengonsumsi

oksigen terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang

sangat tajam, dan dapat merusak daerah pembiakan ikan. Oleh karena

itu industri kelapa sawit melakukan suatu perlakuan terhadap limbah

cairnya sebelum dibuang kebadan air sehingga mengurangi

pencemaran limbah cair PKS pada badan air. Limbah cair PKS

mengandung padatan melayang dan terlarut maupun emulsi minyak

dalam air.

c. Limbah gas

Industri kelapa sawit selain menghasilkan limbah padat dan cair,

juga menghasilkan limbah bahan gas. Limbah bahan gas ini antara

lain dari gas cerobong dan buangan uap air pada saat perebusan.

2.7. Komposisi Limbah Kelapa Sawit Dan Pemanfaatannya

Limbah kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai berikut :

a. Tandan kosong

Tandan kosong merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan

oleh pabrik pengolahan sawit. Tandan kosong kelapa sawit dapat

dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk kompos dengan proses fermentasi

dan dimanfaatkan kembali untuk pemupukan kelapa sawit itu sendiri.

Penggunaan pupuk tandan kosong kelapa sawit dapat menghemat

penggunaan pupuk kalium hingga 20 %. Satu ton tandan kosong kelapa

sawit dapat menghasilkan 600-650 kg kompos. Selain itu tandan kosong

kelapa sawit mengandung 41,3 - 46,5 % selulose, 25,3 – 33,8 %

Page 12: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

12

hemiselulose dan 27,5 – 32,5 % lignin. Tingginya kadar selulose pada

polisakarida tersebut dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana dan

selanjutnya difermentasi menjadi bioetanol. Bioetanol ini dapat digunakan

sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui

dengan cepat (renewable). Satu ton tandan kosong kelapa sawit dapat

menghasilkan 120 liter bioetanol (Anonymous, 2009).

Tandan kosong kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai salah

satu bahan pulp untuk pembuatan kertas dan papan partikel. Selain itu

dapat dimanfaatkan untuk pembuatan sabun dan media budidaya jamur,

sehingga dapat menambah pendapatan dan mengurangi limbah padat.

Tandan kosong ini juga mengandung protein 3,7 % sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan nilai gizinya sama atau lebih baik

dari pada jerami (Osman, 1998). Akan tetapi, teksturnya keras seperti kayu,

sehingga, tidak disukai oleh ternak kecuali bahan ini diolah lebih dahulu

dalam bentuk lain yang lebih disukai.

b. Cangkang Sawit dan serat perasan buah

Cangkang dan serat kelapa sawit dapat dipergunakan sebagai sumber

energi potensial. Cangkang dan serat kelapa sawit biasanya dibakar untuk

menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan oleh pembakaran cangkang

dan serat telah mencukupi kebutuhan energi pengolahan pabrik kelapa

sawit. Namun seiring dengan pelarangan pembakaran cangkang dan serat,

maka serat dan cangkang dimanfaatkan untuk keperluan lain. Cangkang

sawit mengandung selulosa sebesar 45% dan hemiselulosa 26% yang baik

untuk dimanfaatkan sebagai arang aktif, papan partikel dan bahan campuran

pembuatan keramik.

Serat sisa perasan buah sawit merupakan serabut berbentuk seperti

benang. Bahan ini mengandung protein kasar sekitar 4% dan serat kasar

36%. Dari komposisi kimia yang dimiliki, bahan ini mempunyai kandungan

gizi yang setara dengan rumput.

Penggunaan serat perasan buah sawit dalam ransum sapi telah diteliti

oleh Hutagalung et al. (1986). Bahan ini mernpunyai nilai kecernaan sekitar

Page 13: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

13

47%. Penggunaan serat perasan dalam ransum sapi disarankan sekitar 10%

dari konsumsi bahan kering. Serat perasan ini kurang disukai oleh ternak

sapi, oleh karena itu perlu pengolahan agar bahan ini dapat digunakan secara

optimal. Selain itu serat juga dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk, pulp

untuk pembuatan kertas dan papan partikel.

c. Pelepah kelapa sawit dan batang kelapa sawit

Limbah yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit berupa pelepah

kelapa sawit yang mengandung protein kasar 9,22% dan lemak kasar 3,34%

dan batang kelapa sawit telah dimanfaatkan sebagai bahan pulp untuk

pembuatan kertas dan perabot. Sedangkan daun dan pelepah kelapa sawit

digunakan untuk pakan ternak ruminansia.

d. Lumpur sawit

Dalam proses pengolahan minyak sawit (CPO) dihasilkan limbah

cairan yang sangat banyak, yaitu sekitar 2,5 m3/ton CPO yang dihasilkan.

Limbah ini mengandung bahan pencemar yang sangat tinggi, yaitu.

‘biochemical oxygen demand’ (BOD) sekitar 20.000-60.000 mg/l (Wenten,

2004). Pengurangan bahan padatan dari cairan ini dilakukan dengan

menggunakan suatu alat decanter, yang menghasilkan solid ‘decanter atau

lurnpur sawit. Bahan padatan ini berbentuk seperti lumpur, dengan

kandungan air sekitar 75%, protein kasar 11-14% dan lemak kasar 10-14%.

Kandungan air yang cukup tinggi, menyebabkan bahan ini mudah busuk.

Apabila dibiarkan di lapangan bebas dalam waktu sekitar 2 hari, bahan ini

terlihat ditumbuhi oleh jamur yang berwarna kekuningan. Apabila

dikeringkan, lumpur sawit berwarna kecoklatan dan terasa sangat kasar dan

keras. Banyak penelitian telah dilaporkan tentang penggunaan lumpur sawit

sebagai bahan pakan ternak ruminansia maupun non-ruminansia.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada ternak sapi, Suharto (2004)

menyimpulkan bahwa kualitas lumpur sawit lebih unggul dan dedak padi.

e. Solid Membran

Limbah cairan yang dikeluarkan setelah pengutipan lumpur sawit,

masih mengandung bahan padatan yang cukup banyak. Oleh karena, itu,

Page 14: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

14

bahan ini merupakan sumber kontaminan bagi lingkungan bila, tidak

dikelola, dengan baik. Suatu metoda baru untuk memisahkan padatan dan

cahun~ dengan menggunakan alat penyaring membran keramik sedang

dikembangkan di P.T. Agricinal -Bengkulu (Wenten, 2004). Aplikasi teknik

ini dapat mengutip padatan dengan jumlah sekitar dua, kali lipat lebih

banyak dari padatan yang dikutip oleh decanter. Bahan ini disebut ’solid

heavy phase’ atau ’solid membran’, berbentuk pasta dengan kadar air sekitar

90%, dan berwarna kecoklatan. Bahan yang sudah dikeringkan mengandung

protein kasar sekitar 9 %, serat kasar 16% dan lemak kasar 15%. Dari

kandungan gizinya, kemungkinan bahan ini bukan hanya, cocok digunakan

sebagai bahan pakan untuk temak ruminansia, tetapi kemungkinan juga.

baik untuk temak non- nuninansia. Belum ada, penelitian tentang

penggunaan bahan ini sebagai bahan pakan temak, eksplorasi untuk ini

sedang dilakukan di Balai Penelitian Temak - Ciawi.

f. Limbah Cair

Limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung senyawa anorganik dan

organic seperti karbohidrat, protein dan lemak yang dapat dan tidak dapat

dirombak oleh mikroorganisme. Limbah yang mengandung senyawa

organik umumnya dapat dirombak oleh bakteri dan dapat dikendalikan

secara biologis. Salah satu alternatif pengolahan limbah cair adalah dengan

mengolahnya menjadi biodiesel. Pembuatan biodiesel dengan bahan baku

CPO parit sebagai sumber energi terbarukan adalah suatu pemanfaatan yang

relatif baru.

2.8 Pengolahan Limbah Cair Buangan Industri Kelapa Sawit

Limbah buangan pabrik kelapa sawit terdiri dari limbah padat dan

limbah cair. Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit merupakan limbah

yang mengandung padatan terlarut dan emulsi minyak di dalam air dan

senyawa organik. Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit dapat

dikelompokkan:

Page 15: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

15

1. Low polluted effluent

Low polluted effluent adalah limbah cair yang tidak berdampak

pada lingkungan sehingga tidak memerlukan perlakuan khusus dalam

pengelolaannya. Dalam konteks pabrik kelapa sawit tersebut, hanya

memiliki suhu di atas rata-rata (40-800C), sedangkan parameter lain

memenuhi persyaratan, sehingga limbah cair ini hanya membutuhkan

proses pendingin secara alami saja, sebelum di buang ke lingkungan.

Low polluted effluent bersumber dari kegiatan boiler (berupa air blow

down dan regenerasi), turbin (sisa air pendingin), serta kondensat sisa

uap pemanas dan air dari proses pencucian.

2. High polluted effluent

High polluted effluent adalah limbah cair yang sangat

berdampak terhadap lingkungan, sehingga memerlukan perlakuan

khusus sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah ini mempunyai

karakteristik BOD, COD, TSS, pH dan paramter lain yang tidak

memenuhi persayaratan. High polluted effluent bersumber dari proses

sterilisasi (berupa kondesat rebusan), klarifikasi (berupa air bercampur

lumpur dan minyak), hydrocylone (air pemisah kernel dan cangkang).

Salah satu bentuk teknik pengendalian dan pengeporasian limbah cair

buangan pabrik kelapa sawit adalah dengan melakukan bio degradasi

terhadap komponen organik menjadi senyawa organik sederhana dalam

kondisi anaerob sehingga baku mutu limbah cair dapat disesuaikan dengan

daya dukung lingkungan. Proses pengolahan limbah cair secara umum dapat

dilakukan dalam beberapa metode atau sistem yaitu mencakup sistem

aplikasi lahan, sistem kolam dan sistem kolam dengan elektrokoagulasi:

1. Sistem Aplikasi Lahan (Land Application)

Sistem ini hanya menggunakan kolam limbah cair untuk proses

pengolahannya, selanjutnya hasil akhir dimanfaatkan ke areal tanaman

yang dapat dijadikan sebagai susitusi pemupukan kedalam lahan-lahan

Page 16: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

16

tanaman yang telah dibuat sedemikian rupa dalam bentuk sistem

distribusinya limbah cair.

Secara skematis dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1. Pengaliran Limbah Cair Buangan PKS pada Areal Kebun Kelapa

Sawit dengan Sistem Aplikasi Lahan

Pada prinsipnya konsep pembuangan limbah cair pabrik kelapa sawit

ke areal perkebunan kelapa sawit seperti di jelaskan diatas adalah suatu

metode pemamfaatan limbah cair yang dapat berfungsi sebagai pupuk

sehingga dapat menghemat dalam pemupukan terhadap tanaman kelapa

sawit, dari aspek ekonomis metode ini sangat menguntungkan tetapi tetap

harus memperhatikan aspek kesehatan lingkungan dengan berpegang pada

baku mutu sebelum dialirkan ke parit-parit didalam kebun, Tidak

dibenarkan pembuangan atau mengalirkan tanpa memperhatikan ketentuan

yang berlaku dalam pengelolaan limbah cair dari hasil produksi kelapa

sawit. Pemanfaatan metode ini meliputi pengawasan terhadap pemakaian

limbah di areal, agar diperoleh keuntungan dari segi agronomis dan tidak

menimbulkan dampak yang merugikan (Dirjen PHP, 2006). Pemilihan

teknik aplikasi yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit sangat tergantung

kepada kondisi maupun faktor berikut:

a. Jenis dan volume limbah cair, topografi lahan yang akan dialiri,

b. Jenis tanah dan kedalaman permukaan air tanah, umur tanaman

kelapa sawit,

Page 17: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

17

c. Luas lahan yang tersedia dan jaraknya dari pabrik, dekat

tidaknya dengan air sungai atau pemukiman penduduk

2. Sistem Kolam (Ponding System)

Pengolahan limbah cair dengan menggunakan sistem kolam ini

merupakan sistem yang lazimnya digunakan oleh sejumlah pabrik

kelapa sawit di Indonesia. Penggunaan sistem ini bertujuan untuk

menanggulangi masalah limbah cair pada unit pengolahan limbah cair,

pengolahan limbah cair buangan pabrik kelapa sawit yang

menggunakan sistem kolam (Ponding System) secara umum

membutuhkan lahan yang cukup luas untuk proses tahapan sehingga

dapat menghasilkan limbah cair akhir yang sesuai dengan nilai baku

mutu air limbah yang direkomendasikan.

Adapun tahapan tersebut adalah:

a. Fat, fit ( Kolam Pengumpulan Losis Minyak)

Pada kolam ini minyak yang masih ada dan terikut pada

limbah cair hasil proses klarifikasi dapat diambil kembali.

b. Sludge Recovery Pons (Kolam Pengendapan Lumpur)

Lumpur yang berasal dari pabrik kelapa sawit yaitu serat

halus dari Tandan Buah Segar ikut serta dalam limbah cair,

maka perlu dilakukan pengendapan.

c. Cooling Tower (Menara Pendingin)

Menara ini diperlukan untuk mendinginkan limbah cair

buangan agar proses selanjutnya lebih mudah dilakukan, dan

jika masih ada sisa minyak didalamnya, dapat diambil kembali

pada kolam pendingin dan juga untuk proses pada kolam

anaerob limbah cair yang masih panas.

d. Cooling Pond (Kolam Pendingin)

Kolam ini merupakan lanjutan proses pendinginan dari

menara pendingin, proses ini dilakukan agar menghasilkan suhu

yang sesuai untuk proses anaerobik dengan memanfaatkan

bakteri.

Page 18: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

18

e. Mixing Pond (Kolam Pencampur)

Air limbah pada kolam ini mengalami asidifikasi, sehingga

air limbah yang mengandung bahan organik lebih mudah

mengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik. Setelah

hidrolisis sempurna, pH air limbah dinetralkan (pH 7,0-7,5), dan

kemudian diteruskan pada proses selanjutnya.

f. Primary An Aerobik (Kolam Anaerobik)

Pada kolam ini limbah cair buangan pabrik kelapa sawit

yang mengandung senyawa organik kompleks seperti lemak,

karbohidrat dan protein akan dirombak oleh bakteri an aerobik

menjadi asam organik dan selanjutnya menjadi gas metana,

karbohidrat dan air.

g. Secondary An Aerobik Pond (Kolam Penyempurnaan

Anaerobik)

Pada kolam ini proses an aerobik yang belum sempurna

dari kolam an aerobik primer dilakukan penyempurnaan.

h. Facultative Pond (Kolam Peralihan)

Kolam ini merupakan kolam peralihan dari kolam an

aerobik ke kolam aerobik. Pada kolam ini proses an aerobik

masih tetap berlanjut, yaitu menyelesaikan proses yang belum

terselesaikan pada an aerobik.

i. Aerobik Pond (Kolam aerobik)

Pada kolam ini cairan limbah cair diperkaya kandungan

oksigen dengan aerator, oksigen ini diperlukan untuk proses

oksidasi (proses aerobik) yang dilakukan oleh bakteri aerobik.

j. Stabilisation

Pada kolam ini limbah cair sudah dibuang ke badan air,

tetapi sebelumnya di stabilisasi baik sifat fisik maupun sifat

kimianya.

Page 19: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

19

3. Sistem Kolam dengan Elektrokoagulasi

Sistem ini juga menggunakan kolam seperti pada sistem kolam

diatas, namun dilakukan pengembangan untuk memfasilitasi jumlah

padatan terlarut yang menyebabkan limbah cair berwarna coklat

kehitam-hitaman. Penggunaan elektrokoagulasi pada prinsipnya

adalah menggunakan sel dalam elektrolisis, dimana anoda merupakan

tempat berlangsungnya reaksi oksidasi dan katoda sebagai tempat

berlangsungnya reaksi reduksi. Elektrolik berfungsi sebagai media

transportasi ionic, sekaligus mencegah terjadinya hubungan singkat

antara anoda dan katoda. Elektron yang dilepaskan pada reaksi

anodic, dimana berpindahnya rangkaian listrik menuju sumber arus

yang dipandang di luar sel.

Elektron dari sumber arus mengalir menuju katoda, sehingga

pada katoda terjadi reaksi reduksi. Reaksi elektrolisis merupakan

suatu proses kimia heteregon yang mencakup perpindahan muatan

dari atau ke sebuah elektroda. Untuk mencegah terjadi akumulasi

muatan positif dan muatan negatif di suatu tempat di dalam sel, maka

jumlah elektron yang digunakan untuk proses oksidasi pada anoda

harus sama.

Teknik Pengolahan Limbah Cair Untuk Biodiesel

Limbah cair juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk

pengolahan biodiesel dengan dua proses, yaitu esterifikasi dan

transesterifikasi yang termasuk dalam proses alkoholisis.

Sebelum melakukan reaksi esterifikasi, limbah cair yang akan

direaksikan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam sentrifuse untuk

memisahkan kotoran padat (total solid) dan air dari CPO parit

sehingga tidak mengganggu reaksi esterifikasi nantinya.

Proses esterifikasi yaitu mereaksikan methanol (CH3OH)

dengan limbah cair dengan bantuan katalis asam yaitu asam sulfat

(H2SO4). Dalam pencampuran ini, asam lemak bebas akan bereaksi

dengan methanol membentuk ester. Pencampuran ini menggunakan

Page 20: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

20

perbandingan rasio molar antara FFA dan methanol yaitu 1 : 20,

dengan jumlah katalis asam sulfat yang digunakan adalah 0,2% dari

FFA (Warta PPKS, 2008). Kadar methanol yang digunakan adalah

98% (% b) sedangkan kadar asam sulfat yaitu 97%. Reaksi

berlangsung selama 1 jam pada suhu 63 0C dengan konversi 98%

(Warta PPKS, 2008). Kemudian sebelum diumpankan ke reaktor

transesterifikasi, hasil reaksi dipisahkan dalam sentrifuse selama 15

menit. Lapisan ester, trigliserida, dan FFA sisa diumpankan ke reaktor

transesterifikasi sedangkan air, methanol sisa, dan katalis diumpankan

ke methanol recovery.

Pada proses transesterifikasi I dan II prinsip kerjanya sama yaitu

mencampurkan kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH3OH)

dengan hasil reaksi pada esterifikasi. Proses transesterifikasi ini

melibatkan reaksi antara trigliserida dengan methanol membentuk

metil ester. Adapun perbandingan rasio molar trigliserida dengan

methanol adalah 1 : 6 dan jumlah katalis yang digunakan adalah 1%

dari trigliserida (Warta PPKS, 2008). Kadar KOH yang digunakan

untuk reaksi ini adalah 99% (% b) yang biasa dijual di pasar-pasar

bahan kimia. Semakin tinggi kemurnian dari bahan yang digunakan

akan meningkatkan hasil yang dicapai dengan kualitas yang tinggi

pula. Hal ini berhubungan erat dengan kadar air pada reaksi

transesterifikasi. Adanya air dalam reaksi akan mengganggu jalannya

reaksi transesterifikasi. Lama reaksi transesterifikasi adalah 1 jam,

suhu 630C dengan yield 98% (Warta PPKS, 2008). Hasil reaksi

transesterifikasi I dimasukkan terlebih dahulu ke sentrifuse sebelum

diumpankan ke reaktor transesterifikasi II. Di sini terjadi lagi

pemisahan antara lapisan atas berupa metil ester, sisa FFA, sisa

trigliserida, dan sisa metanol dengan lapisan bawah yaitu gliserol, air,

dan katalis asam maupun basa.

Kemudian proses dilanjutkan ke tahap pencucian biodiesel.

Temperatur air pencucian yang digunakan sekitar 60°C dan jumlah air

Page 21: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

21

yang digunakan 30% dari metil ester yang akan dicuci. Tujuan

pencucian itu sendiri adalah agar senyawa yang tidak diperlukan (sisa

gliserol, sisa metanol, dan lain-lain) larut dalam air. Kemudian hasil

pencucian dimasukkan ke dalam centrifuge untuk memisahkan air dan

metal ester berdasarkan berat jenisnya.

Selanjutnya adalah proses pengeringan metil ester dengan

menggunakan evaporator yang bertujuan untuk menghilangkan air

yang tercampur di dalam metal ester. Pengeringan dilakukan lebih

kurang selama 15 menit dengan temperature 105°C. Keluaran

evaporator didinginkan untuk disimpan ke dalam tangki penyimpanan

biodiesel.

2.9 Pengolahan Limbah Padat Industri Kelapa Sawit

Limbah padat yang dihasilkan oleh industri pengolahan kelapa sawit

terdiri atas tandan kosong kelapa sawit (20-23%), serat (10-12%), dan

tempurung / cangkang (7-9 %). Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan

untuk pembuatan pupuk kompos, sebagai biogas alam, untuk bahan pulp, sebagai

energi potensial, sebagai bahan campuran pembuatan keramik, sebagai pakan

ternak ruminansia Berikut akan dijelaskan beberapa pengolahan limbah padat

kelapa sawit.

a. Tandan Kosong Sawit (TKS) sebagai Kompos dan Pupuk Organik

Kompos merupakan limbah padat yang mengandung bahan organik yang

telah mengalami pelapukan, dan jika pelapukannya berlangsung dengan baik

disebut sebagai pupuk organik. Limbah yang dimanfaatkan sebagai bahan baku

pembuatan kompos disini adalah tandan kosong sawit. Adapun teknik-teknik

dalam pengolahan pupuk organic adalah:

1. Sebelum melakukan pengkomposan Tankos (Tandan Kosong), bahan baku

ini dirajang terlebih dahulu dengan ukuran antara 3-5 cm dengan memakai

mesin rajang agar dekomposisi dapat dipercepat.

2. Penguraian bahan organik, dimana ini tergantung kepada kelembaban

lingkungan. Kelernbaban optimum antara 50-60%, dan jika kadar air

Page 22: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

22

bahan >85%, perlu ditambahkan aktifator untuk mengurangi kadar air,

agar masa fermentasi lebih cepat. Selanjutnya dilakukan pengaturan pH

antara 6,8-7,5.

3. Inokulum yang digunakan dapat berasal dari bakteri yang diisolasi atau

kotoran ternak sebanyak 15-20%, dan dicampurkan dengan pupuk urea

sebagai sumber nitrogen, lalu diaduk secara merata dengan Tankos.

4. Limbah padat ini kemudian dimasukkan ke dalam fermentor yang disebut

tromol dengan kapasitas 3 m3. Waktu fermentasi berlangsung cukup lama

yaitu antara 14-21 hari dengan menggunakan bakteri mesofil dan termofil.

Tromol diputar selama 5-7 jam perhari dengan kecepatan 2-3 rpm, dan

suhu fermentasi antara 45-60oC. Pemutaran tromol bertujuan untuk

mempercepat homogenasi dan penguraian bahan organik majemuk

menjadi bahan organik sederhana.

5. Setelah fermentasi, dan limbah mengalami biodegradasi menjadi kompos,

lalu dikeluar-kan dari dalam tromol, dan selanjutnya ditimbun dengan

ketinggian 1 meter, atau volume 1 m3. Tinggi rendahnya timbunan ini

berpengaruh terhadap suhu fermentasi selama penimbunan. Fermentasi di

tempat terbuka ini masih berlangsung antara 5-7 hari pada suhu antara 60-

70°C.

6. Selanjutnya timbunan kompos ditebarkan pada hamparan yang cukup luas

untuk menurunkan suhunya, dan diayak dengan ukuran tertentu dan

dikering anginkan.

b. Pembuatan Papan Partikel dari Sabut Kelapa Sawit

Sabut kelapa sawit merupakan salah satu limbah terbesar yang dihasilkan

dalam proses pengolahan minyak sawit. Kebanyakan limbah berupa sabut ini

biasanya hanya dijadikan bahan bakar, dibuang atau ditimbun di dalam tanah saja.

Sabut kelapa sawit ini bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan papan partikel

yang berarti bisa mengatasi masalah pembuangan limbah sabut kelapa sawit

sekaligus memberikan nilai tambah secara ekonomi. Minyak yang terdapat pada

sabut kelapa sawit dapat mengganggu proses perekatan dalam pembuatan papan

Page 23: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

23

partikel. Oleh karena itu kadar minyak harus dikurangi seminimal mungkin.

Pengurangan kadar minyak dapat dilakukan salah satunya dengan memasak sabut

kelapa sawit dalam larutan NaOH 10% selama 1 jam. Tahapan pembuatan papan

partikel sebagai berikut:

Serat dari sabut kelapa sawit yang akan digunakan dalam pembuatan

papan partikel baik yang belum mengalami proses pengurangan kadar

minyak ataupun yang sudah mengalami proses pengurangan kadar

minyak, dibilas dan dicuci sampai bersih dan dikeringanginkan hingga

kadar air maksimal 10%.

Timbang sabut kelapa sawit sesuai kebutuhan.

Perekat diteteskan sedikit demi sedikit pada sabut kelapa sawit dan diaduk

secara merata. Masukan adonan ke dalam cetakan di atas plat besi dan

dipa-datkan secara merata.

Kemudian ditambahkan semen ke serat yang telah dibasahi tersebut,

kemudian diaduk dengan cepat sampai campuran kelihatan homogen dan

sempurna.

Campuran tersebut kemudian dimasukan ke dalam cetakan yang telah

diolesi dengan minyak pelumas, kemudian dikempa sampai tercapai tebal

papan 1,2 cm.

Papan dikempa selama 24 jam

Papan yang dihasilkan dibiarkan dalam ruangan yang sirkulasi udaranya

baik selama 28 hari.

c. Pembuatan Pulp dari Sabut Kelapa Sawit

Kertas adalah salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan modern.

Peranannya sangat penting baik dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan

kebudayaan maupun untuk keperluan industri, rumahtangga serta keperluan lain

yang sesuai dengan kemajuan zaman. Pemanfaatan sabut kelapa sawit merupakan

alternatif bahan baku bagi pabrik-pabrik kertas untuk hasilkan kertas HVS,

doorslag, manila, karton, duplicator/cycto style dll. Tahapan pembuatan :

Sediakan sabut kelapa sawit kurang lebih 0,5 kg yang bersih dari daunnya.

Potong sabut kelapa sawit dengan ukuran panjang 3 cm.

Page 24: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

24

Ambil kurang lebih 5 gr sabut kelapa sawit yang telah bersih kemudian

dipotong halus dengan pisau.

Timbang berat sabut kelapa sawit yang telah dihaluskan tadi dengan

ketelitian 4 desimal.

Tentukan kadar air dengan metode Oven (dipanaskan sekaligus selama 4

jam dan ditimbang beratnya).

Hitung kadar air bahan dan persentase Berat Bahan Kering (BBK).

Ambil serabut kelapa yang tersedia dari sabut kelapa sawit yang bersih

(point 1).

Hitung kebutuhan NaOH yaitu 12% dari BBK.

Hitung kebutuhan air untuk pemasakan jika perbandingan bahan (BBK)

dengan air (ratio pemasakan) 1 : 10.

Hitung kebutuhan air yang ditambahkan yaitu kebutuhan air sesungguhnya

dikurangi dengan air dalam bahan.

Larutkan NaOH yang telah dipersiapkan ke dalam air (point 10).

Masak sabut kelapa sawit (point 7) di dalam larutan NaOH selama 3,5 jam

dalam suasana mendidih.

Cuci pulp yang diperoleh sampai netral.

Saring

Peras air yang masih ada dalam pulp sekaligus pulp yang didapat dijadikan

1 gumpalan.

Timbang gumpalan pulp tersebut (ketelitian dua desimal).

Ambil 10 gr dari gumpalan pulp dan keringkan dalam Oven 105oC (selama

4 jam/berat konstan).

Hitung BBK yang diperoleh dalam persentase. Dengan bantuan angka

pada point di atas dapat diketahui berat pulp yang diperoleh sesungguhnya

pada point 16.

d. Pembuatan Arang Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit

Proses Karbonasi

Page 25: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

25

Tujuan: untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang mudah menguap

dalam bentuk unsur-unsur non karbon, hidrogen dan oksigen.

1. Cangkang kelapa sawit yang sudah kering dimasukkan kedalam drum atau

kaleng yang telah dibuang tutup bagian atasnya

2. Beri lubang sebanyak 4 buah dengan jarak yang sama pada tutup bagian

bawahnya. Ukuran lubang harus cukup besar agar memungkinkan udara

masuk.

3. Drum ditempatkan pada 2 pipa di atas tanah dan dibakar.

4. Selama api menyala ditambahkan cangkang sawit sedikit demi sedikit

sampai setingga permukaan drum atau kaleng.

5. Penambahan dilakukan dengan api yang menyala kecil.

6. Setelah itu drum/kaleng ditutup dengan pelepah pisang atau karung basah

dan dilapisi dengan penutup dari logam yang ditutupkan rapat.

7. Biarkan sampai menjadi dingin selama semalam.

Proses karbonasi dipengaruhi oleh pemanasan dan tekanan. Semakin cepat

pemanasan semakin sukar diamati tahap karbonasi dan rendemen arang yang

dihasilkan lebih rendah sedangkan semakin tinggi tekanan semakin besar

rendemen arang.

Proses Aktifasi

Tujuan: Untuk meningkatkan keaktifan dengan adsorbsi karbon dengan cara

menghilangkan senyawa karbon pada permukaan karbon yang tidak dapat

dihilangkan pada proses karbonasi. Proses aktifasi dapat dilakukan secara kimia

menggunakan aktifator HNO3 1% atau dapat juga dilakukan proses dehidrasi

dengan garam mineral seperti MgCL2 10% dan ZnCl2 10%.

1. Arang hasil pembakaran dihaluskan dan diayak dengan ukuran 150µm.

2. Untuk aktifasi atau menghilangkan ion logam yang terdapat pada arang

cangkang sawit, material direndam dengan HNO3 1% atau MgCL2 10% dan

ZnCl2 10% selama 3 jam.

3. Kemudian dicuci dengan aquades hingga pH netral.

4. Dikeringkan pada temperatur kamar 1 minggu sebelum digunakan.

Page 26: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

26

Manfaat arang aktif diantaranya adalah : Bahan bakar alternative, Zat

penghilang bau, Pengontrol kelembaban yang efektif, Industri rumah tangga,

Pemanasan di industri peternakan.

e. Batang dan pelepah sawit untuk pakan ternak

Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Hasil

penelitian, menunjukkaan pelepah sawit menjadi produk silase tidak

meningkatkan kecernaan, namun jika menambahkan urea sebanyak 3 - 6%

akan meningkatkan kandungan protein bahan dari 5,6 menjadi 12,5 atau 20%.

Pada prinsipnya terdapat tiga cara pengolahan batang kelapa sawit untuk

dijadikan pakan ternak, yaitu pertama pengolahan menjadi silase, kedua

dengan perlakuan NaOH dan yang ketiga adalah pengolahan dengan

menggunakan uap.

1. Proses pembuatan silase dilakukan dengan mencacah bahan menjadi

partikel yang halus. Cacahan diberi salah satu bahan seperti : tepung

kanji,  tepung jagung, onggok atau molases sebanyak 3-5% dari berat

bahan.  Dasar pemilihan bahan adalah murah dan mudah didapat.

tambahkan juga urea 3 - 6%, kemudian semua bahan dimasukkan

kedalam drum

2. Padatkan dan tutup rapat untuk mempertahankan kondisi tanpa udara

(anerob) selama 2-3 minggu baru bisa digunakan.

3. Pada saat silase dibuka, kering anginkan terlebih dulu baru diberikan

kepada ternak.

f. Asap Cair Dari Cangkang Kelapa Sawit

Asap cair merupakan hasil kondensasi dari pirolisis kayu yang mengandung

sejumlah besar senyawa yang terbentuk akibat proses pirolisis konstituen kayu

seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin. Proses pirolisa melibatkan berbagai

proses reaksi yaitu dekomposisi, oksidasi, polimerisasi, dan kondensasi.

Pembuatan asap cair dilakukan dengan destilasi. Adapun tahapan dalam mengolah

asap cair yaitu:

Page 27: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

27

1. Bahan cangkang sawit sebelumnya dianalisa kadar hemiselulosa, selulosa

dan lignin kemudian kadar airnya dibuat menjadi 8%, 13% dan 18%

dengan pengering kabinet.

2. Asap cair dibuat dengan memasukkan 1 kg cangkang sawit ke dalam

reaktor kemudian ditutup dan rangkaian kondensor dipasang.

3. Selanjutnya dapur pemanas dihidupkan dengan mengatur suhu dan waktu

yang dikehendaki. Pada penelitian ini suhu yang digunakan 350°C, 400°C

dan 450 °C sedangkan waktu yang digunakan adalah 45 menit, 60 menit

dan 75 menit yang dihitung pada saat tercapai suhu yang dikehendaki.

4. Asap yang keluar dari reaktor akan mengalir ke kolom pendingin melalui

pipa penyalur asap yang mana pada pipa ini terdapat selang yang

dihubungkan botol penampung untuk menampung tar , kemudian ke dalam

kolom pendingin ini dialirkan air dengan suhu kamar menggunakan

aerator sehingga asap akan terkondensasi dan mencair. Embunan berupa

asap cair yang masih bercampur dengan tar ditampung kedalam

erlenmeyer, selanjutnya disimpan di dalam botol, sedangkan asap yang

tidak terembunkan akan terbuang melalui selang penyalur asap

sisa.Selanjutnya asap cair + tar yang terdapat didalam botol dilakukan

pengendapan untuk memisahkan tar dan asap cair.

g. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan artikel

Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan

menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat

sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan

partikel. Dari setiap batang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.

h. Potensi Produksi Xylose dari tandan kosong

Rahman et.al (2006) meneliti bahwa tandan buah kosong kelapa sawit dapat

dijadikan sumber yang potensial untuk produksi xylosa. Biomassa tandan kosong

mengandung sellulosa, hemisellulosa dan lignin. Diperkirakan 24% dari total

biomassa tandan kosong tersusun atas xylan, polimer gula yang tediri dari gula

pentose yaitu xylose. Xylosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan

senyawa lain melalui proses kimia dan bioteknologi,salah satunya adalah xylitol.

Page 28: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

28

Penggunaan xylitol sangat luas, mulai dari industri pangan (sebagai pemanis

alternative untuk penderita diabetes), sebagai antikariogenik dalam formula pasta

gigi,sebagai lapisan pembungkus tablet vitamin,dan sebagainya.

Pembuatan xylose dengan cara hirolisis asam,yaitu

1. merendam tandan kosong kelapa sawit dengan H2SO4 dengan

konsentrasi,suhu dan waktu tertentu.

2. Setelah reaksi selesai,padatan yang dihasilkan dipisahkan dari liquid

dengan cara filtrasi. Disebutkan bahwa kondisi optimum yang

menghasilkan yield xylose terbanyak adalah pada suhu 119°C, waktu

hidrolisis 60 menit,dengan konsentrasi asam sulfat 2%.

Page 29: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

29

BAB III

PENUTUP

3.1. SIMPULAN

Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami

mengingkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya

permintaan atas Crude Palm Oil (CPO) sebagai sumber minyak nabati dan

penyediaan untuk biofuel. Namun industri pengolahan kelapa sawit

merupakan industri yang yang sarat dengan residu hasil pengolahan. Jika

tidak dilakukan pengolahan secara baik dan profesional, maka limbah

industri merupakan sebuah potensi bencana bagi manusia maupun

lingkungan. Konsep pengelolaan limbah sawit dilakukan dengan strategi

pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu, dan diterapkan

secara terus menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu hingga hilir yang

terkait dengan proses produksi, produk, dan jasa untuk meningkatkan

efesiensi pemakaian sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran

lingkungan dan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya.

Limbah indsutri kelapa sawit terdiri dari limbah cair, padat, dan gas.

Limbah cair dimanfaatkan untuk pembuatan biodiesel dengan teknik

esterifikasi dan transesterifikasi  dan air sisanya dapat digunakan untuk

pengairan bila telah memenuhi standar baku mutu lingkungan. Sementara

limbah padat dapat dimanfaatkan untuk produksi kompos, bahan pulp untuk

pembuatan kertas, pembuatan sabun dan media budidaya jamur, sumber

energi, pembuatan berikat arang aktif, bahan campuran pembuatan keramik,

serta pakan ternak ruminansia dengan teknik pengolahan yang berbeda-

beda.

29

Page 30: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

30

3.2. SARAN

Saran yang dapat kami sampaikan setelah membuat makalah ini yaitu:

1. Sebaiknya dalam pengelolaan industri kelapa sawit jangan hanya

memanfaatkan untuk memperoleh minyaknya saja melainkan harus

memikirkan proses pengolahan limbahnya juga.

2. Mengelola lahan industri kelapa sawit sebaik mungkin karena dari

makalah ini terlihat bahwa begitu besar manfaat limbah pabrik kelapa

sawit yang selama ini terkadang hanya terbuang percuma dan malah

sering merusak ekosistem sekitarnya jika tidak diolah dengan baik.

3. Melakukan beberapa kegiatan yang bersahabat dengan lingkungan,

pengendalian hama tanaman secara hayati dan mengubah sampah

organik menjadi pupuk merupakan sebuah langkah awal.

4. Menjaring pengetahuan sebanyak-banyaknay tentang pemanfaatan

akan limbah industri kelapa sawit agar dapat memanfaatkan limbah

kelapa sawit seefisien mungkin.

5. Jika perlu untuk setiap indutri menjaring karyawan lagi untuk

mengelola limbah hasil industri mereka menjadi pupuk kompos,

arang, dan energi biodiesel sehingga dapat memakmurkan masyarakat

sekitar.

Page 31: Makalah Pengolahan Limbah Sawit

31

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Chapter I & II Penelolaan Limbah Industri Kelapa

Sawit. Jurnal Teknik Kimia. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Anonim. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit.

Departemen Perindustrian. Jakarta Selatan.

Djajadiningrat, Surna T dan Famiola, Melia. 2004. Kawasan Industri

Berwawasan Lingkungan. Bandung; Penerbit Rekayasa Sains

Hidayanto, M. 2008. Limbah Kelapa Sawit Sebagai Sumber Pupuk

Organik dan Pakan Ternak. Jurnal Pertanian, Kalimantan Timur.

Irvan Hulman, Herdhata Agusta dan Sudirman Yahya. 2009. Pengelolaan

Limbah Kelapa Sawit. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan

Hortikultura, Fakultas Pertanian

Menurung, Renita. 2004. Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Untuk

Mengolah Limbah Sawit. Jurnal Teknik Kimia, Universitas Sumatera

Utara.

Naibaho, Ponten M., 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Medan:

Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Rahardjo, Petrus Nugro. 2009. Studi Banding Teknologi Pengolahan

Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Lingkungan 10

(1), Jakarta. Institut Pertanian Bogor..

Suryanto, Muhammad. 2010. Makalah Pengelolaan Limbah Industri.

http://suryantomuhammad.blogspot.com/2010/05/makalah-

pengelolaan-limbah-industri.html.(Online). Diakses 24

September 2012

Wikipedia. 2010. Kelapa Sawit.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit (Online) . Diakses

tanggal 20 September 2012.