22
MAKALAH PENILAIAN TERNAK UNGGAS (ITIK PEDAGING) Oleh Kelompok 4A 1. Eki Visiam F D1E012009 2. Rika Dini Ambarwati D1E012025 3. Githa Eka Noviantika D1E012071 4. Jumadi D1E012 5. Khalimah D1E012 6. Taaufik Hermanto D1E012 7. Uswatun Chasanah D1E012 8. Eti Nurjanah D1E012 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional Universitas Jderal Soedirman Fakultas Peternakan Laboratorium Produksi Ternak Perah Purwokerto

Makalah Penilaian Itik Pedaging

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah

Citation preview

Page 1: Makalah Penilaian Itik Pedaging

MAKALAH

PENILAIAN TERNAK UNGGAS

(ITIK PEDAGING)

Oleh

Kelompok 4A

1. Eki Visiam F D1E012009

2. Rika Dini Ambarwati D1E012025

3. Githa Eka Noviantika D1E012071

4. Jumadi D1E012

5. Khalimah D1E012

6. Taaufik Hermanto D1E012

7. Uswatun Chasanah D1E012

8. Eti Nurjanah D1E012

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional

Universitas Jderal Soedirman

Fakultas Peternakan

Laboratorium Produksi Ternak Perah

Purwokerto

2013

Page 2: Makalah Penilaian Itik Pedaging

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Itik merupakan salah satu jenis unggas yang sudah dikenal sejak dahulu oleh

seluruh lapisan masyarakat Indonesia baik di kota maupun di desa. Itik dapat

menghasilkan daging dan telur. Jenis atau bangsa itik dapat mempengaruhi produksi

yang dihasilkan dari itik tersebut. Salah satu jenis itik yang dikenal masyarakat yaitu

itik manila/ entog. Ciri khas dari itik manila yaitu sebagai itik pedaging. Daging

merupakan  bahan  makanan  sumber protein hewani. Produk itik tersebut mempunyai

nilai gizi yang tinggi, harganya relatif murah, dapat diolah dengan berbagai cara

masakan dan rasanya enak sehingga sangat digemari oleh konsumen.

Sumber pendapatan keluarga di pedesaan salah satunya adalah dengan cara

melaksanakan pemeliharaan ternak itik secara tradisional, yaitu dengan cara diumbar

di sekitar halaman rumah. Jumlah ternak yang dipelihara relatif sedikit, yaitu kurang

lebih 20 ekor induk itik, sehingga produktivitasnya relatif lebih rendah dibandingkan

dengan cara pemeliharaan yang lebih insentif. Faktor yang menyebabkan rendahnya

produktivitas ternak itik diantaranya yaitu sistem pemeliharaan yang seadanya,

sehingga pemberian pakan terhadap ternak itik belum memenuhi kecukupan dan

kebutuhan gizinya. Peternak belum menyadari bahwa ternak itik yang dipelihara

dapat menjadi sumber penghasilan yang memadai, sehingga dapat meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraannya apabila dilaksanakan secara optimal.

Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan peternak mengenai teknologi-

teknologi yang dianjurkan, yang dapat diaplikasikan pada ternak itik.

Akhir-akhir ini usaha peternakan itik semakin banyak diminati sebagai salah satu

alternatif usaha peternakan unggas penghasil telur yang sangat menguntungkan

khususnya dengan pemeliharaan secara intensif. Namun demikian, perlu diingat

bahwa budidaya ternak itik tidak mudah, hal ini terutama disebabkan karena bibit

ternak itik yang ada selama ini bukan merupakan bibit ternak yang sepenuhnya telah

dijinakkan dan masih banyak faktor lingkungan yang ikut mempengaruhi performa

Page 3: Makalah Penilaian Itik Pedaging

itik. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak itik perlu

adanya suatu program pengembangan budidaya ternak itik yang dapat diaplikasikan

kepada para peternak sehingga pengetahuan, sikap dan keterampilannya meningkat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik itik pedaging ?

2. Bagaimana cara menentukan itik pedaging yang baik?

3. faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas itik pedaging yang baik?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui karakteristik dan struktur tubuh itik pedaging

2. Mengetahui kualitas itik pedaging dengan cara menilai bagian luar dalam

waktu singkat

3. Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas itik pedaging

Page 4: Makalah Penilaian Itik Pedaging

II. TINJAUAN PUSTAKA

Itik merupakan salah satu jenis unggas yang mempunyai peranan strategis

utnuk menyediakan daging dan telur disamping ayam. Dibanding dengan bangsa itik

lainya, itik manila mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya adalah itik manila

lebih mudah beradaptasi terhadap lingkungan, tahan terhadap penyakit, mampu

mengeram dan mengasuh anaknya secara baik., mempunyai kualitas daging yang

baik dan mempunyai otot dada yang relatif besar (Srigandono, 1997).

Itik manila merupakan keturunan dari itik brazilia yang dibawa ke philipina

oleh orang spanyol pada sekitar tahun 1500 dan masuk ke indonesia melalui kota

manila.entok memiliki ciri-ciri umum yaitu tubuh gemuk, berjalan mendatar dan

bergerak lamban. Hal tersebut sebagai ciri khas unggas pedaging. entok atau itik

manila merupakan unggas yang mengarah pada produksi daging. Entok mempunyai

daya guna yang cukup tinggi dalam mengubah makanan berkualitas rendah menjadi

daging. Entok juga dapat memanfaatkan bahan makanan yang berserat kasar tinggi

dan dapat hidup di daerah yang sedikit air (Hutabarat,1982).

Beberapa jenis itik yang banyak dikembangkan antara lain itik Tegal, itik

Mojosari, itik Alabio, dan itik Magelang. Itik lokal tersebut memiliki sifat lebih tahan

terhadap penyakit. Itik tersebut juga mempunyai kemampuan yang berbeda dalam

menghasilkan telur baik jumlah telur maupun berat telur yang dihasilkan dan juga

pertumbuhan badannya. Variasi pada berbagai itik lokal dan itik Manila salah satunya

adalah perbedaan bobot badan. Itik lokal mempunyai bobot badan yang lebih rendah

dibandingkan itik Manila. Perbedaan bobot tetas dan bobot badan pada itik lokal dan

itik Manila terutama disebabkan oleh faktor genetik (Pamungkas,2013).

Itik manila tidak terdapat bulu pada bagian muka,tetapi di tutupi kulit yang

berwarana merah. Entok berkomunikasi dengan cara mendesis sehingga tidak

menimbulkan suara yang berisik. Entok memiliki paruh dan cakar yang tajam ,

namun demikian sangat pendiam dan bersahabat. entok mempunyai rataan bobot

badan dewasa 3,18-3,98 kg/ekor,tergantung pada jenis kelamin . bobot badan itik

Page 5: Makalah Penilaian Itik Pedaging

jantan dapat mencapai dua kali lipat bobobt betina. Rataan bobot badan entok dewasa

pada jantan dan betina berturut-turut 4,54 dan 3,18 kg/ekor (Samosir,1983).

Tubuh itik manila terjadi proses penimbunan lemak dibawah kulit (subcutan)

dalam jumlah yang banyak, disamping itu juga terjadi penimbunan sejumlah lemak

abdominal yaitu lemak yang terdapat didalam rongga perut akibatnya kandungan

lemak daging tetap rendah. Bagian otot paha lebih empuk dari otot dada, hal ini

dipengaruhi oleh adanya perbedaan aktivitas ketika ternak hidup. Otot dada diduga

banyak melakukan aktifitas yaitu pada waktu terbang, mengingat itik manila

termasuk spesies itik yang dapat terbang, sehingga otot dada lebih banyak tersusun

serabut miofibril dan banyak mengandung protein daging yang menyebabkan

kapasitas menahan air lebih tinggi sehingga keempukan daging akan lebih rendah

(Widaningsih, 2010).

Menurut snyder (1960), itik manila masih mempunyai sifat mengerami

telur,menjaga anak dan menyapihnya, juga dapat terbang jauh dan tinggi seperti

sifatnya dalam keadaan liar. Cara pengeraman telur itik alabio dengan menggunakan

itik manila sebagai pengeram. Bila itik manila di gunakan untuk mengerami telur itik

alabio, daya tetas dapat mencapai 75% dan cara pengeraman dapat di atur peternak

supaya entok terus – menerus selama 4 – 5 bulan mengeram. Ermanto (1986)

menyatakan bahwa sifat mengeram entog ini relatif panjang yang menyebabkan

produksi telurnya rendah dan menjadi hambatan dalam pengembanganya.

Segi positif yang dapat di harapkan dari entog ini antara lain sifatnya yang

tidak manja, sehingga dapat di pelihara dengan perhatian dan persyaratan minimum

disamping memiliki daya guna yang tinggi dalam merubah pakan berkualitas rendah

menjadi daging. Entog mempunyai daya tahan tinggi terhadap penyakit ganas yang

sering menyerang ayam, misalnya tetelo.masyarakat pedesaan juga telah terbiasa

makan daging entog maupun telurnya. Petani telah lama mengenal kemampuan entog

mengerami telur itik maupun telur unggas lainya dengan baik dan tidak menimbulkan

suara berisik atau gaduh (Lee dan Haynes,1978).

Page 6: Makalah Penilaian Itik Pedaging

III. PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Itik Pedaging

Ternak unggas termasuk dalam komoditi non ruminansia artinya ternak tidak

mempunyai rumen. Itik merupakan salah satu jenis unggas yang dinilai pada

pembahasan ini. Itik manila adalah jenis unggas yang dinilai dan termasuk itik

pedaging. Salah satu jenis itik pedaging yang dibahas adalah Itik manila. Menurut

(Srigandono, 1997) Itik manila lebih mudah beradaptasi dengan lingungan

sekitarnya.tahan terhadap penyakit, mampu mengeram dan mengasu anaknya secara

baik mempunyai kualitas daging yang baik dan mempunyai otot yang relatif besar.

Ciri-ciri itik jenis itik manila adalah sebagai berikut : 1) Kepalanya besar dan

berjambul. 2) Pada pangkal paruh dan mukanya terdapat banyak kutil.Lehernya tidak

terlalu panjang, tetapi kuat., 3) Badannya lebar dan berat berdaging (lebih berat dari

itik jenis lainnya), 4) Beratnya antara 3 sampai 3,5 kg, 5) Itik ini tidak cuma

mempunyai ukuran yang besar, 6) tetapi juga memiliki daya mengeram yang baik.7)

Jika itik ini dikawinkan dengan itik taiwan yang sejenis entok, maka perkawina

inemenghasilkan keturunan itik penghasil daging yang kualitasnya baik dengan berat

2,5 kg sampai 3 kg 8) Sayapnya kuat dan panjang sehingga itik manila dapat terbang

9) Warna bulunya kebanyakan warna putih (Aminudin, 2013).

Itik manila merupakan itik brazillia sehingga bulu tidak terdapat di muka

entog, tetapi ditutupi kulit berwarna merah. Itik manila memiliki paruh dan cakar

yang tajam, tubuh gemuk, berjalan mendatar dan bergerak lamban. Hel tersebut

sebagai ciri khas itik pedaging yang mengarah pada produksi daging (Ismail, 2012).

Menurut Hutabarat (1989), segi positif yang diharapkan dari itik manila antara lain

sifatnya yang manja sehingga dapat dipelihara dengan perhatian dan persyaratan

minimum memiliki daya guna yang tinggi merubah kualitas yang rendah menjadi

tinggi.

Page 7: Makalah Penilaian Itik Pedaging

Jenis itik pedaging lainya beserta karakteristik dan cirinya, antara lain (Aminudin,

2013):

1. Itik branti

Itik branti merupakan itik hasil persilangan antara entok betina dan itik alabio

atau antara entok betina dan itik tegal. Hasil persilangan dengan itik alabio

menghasilkan anak itik yang beratnya bisa mencapai 2,5 kg sampai 3 kg per ekor

pada umur dua minggu. Adapun yang disilangkan dengan itik tegal, hanya

menghasilkan anak itik yang beratnya 1,5 kg per ekor pada umur yang sama.

1. Itik Peking

Itik jenis ini termasuk yang paling banyak diternakkan sebagai itik pedaging.

Beratnya bisa mencapai antara 3,5 kg sampai 5 kg. Dagingnya lembut dan berwarna

kekuningan. Ciri-ciri itik jenis ini adalah sebagai berikut.

- Itik ini mempunyai leher yang lurus.

- Punggungnya miring ke belakang sedangkan ekornya hampir tegak lurus.

- Kakinya pendek sehingga jika berjalan perutnya sering menempel ke tanah.

- Bulunya kebanyakan berwarna putih bersih dan halus.

- Pada ekornya terdapat banyak bulu kapas yang halus.

- Paruh dan kakinya berwarna kuning tua atau oranye

3.2. Menentukan itik pedaging yang baik

Cara menentukan itik pedaging yang baik dapat dilakukan dengan penilaian

baik secara umum maupun secara khusus. Penilaian dilakukan dengan melihat

struktur tubuh itik bagian luar (eksterior). Performa tubuh itik yang baik akan

menentukan kualitas itik yang baik pula. Aspek yang dilakukan dalam menentukan

itik ataupun menilai itik secara umum meliputi :

1. Anatomi

Itik memiliki anatomi tubuh dengan beberapa tipe, dalam hal ini dapat

membedakan itik tipe ringan, medium dan tipe berat.

2. Fisiologi

Page 8: Makalah Penilaian Itik Pedaging

Bagian itik yang dinilai meliputi bentuk paruh, kepala, comb dan pial, leher,

bulu dan warna bulu, sayap, punggung, dada dan sternum, ekor, shank dan

cakar.

3. Performans produksi dan reproduksi (laju pertumbuhan & produksi)

Penilaian aktifitas ternak ketika mengkonsumsi pakan dan minum dan

ekspresinya terhadap performans produksi dan reproduksi. Performan

produksi dapat dinilai dari rekording tiap individu ternak. Itik pedaging dapat

dilihat dari laju pertumbuhan tiap minggu sampai dipanen sihngga dapat

diketahui bobot badan panen.

4. Pemuliaan ternak (teknik penangkaraan/grading up/ seleksi) di kelompok

peternak/tani ternak dengan recording rapi

Upaya meningkatkan performans ternak maka dilakukan persilangan antara

itik impor dengan itik lokal yang telah diketahui keunggulanya, namun itik

ditingkatkan performansnya terlebih dahulu dalam memproduksi daging.

5. Daya adaptasi (perwilayahan)

Tidak semua Strain itik dengan kualitas pakan yang sama akan menunjukan

performans yang sama pula tergantung wilayah dari ternak itik tersebut

beradaptasi dengan lingkungan.

6. Statistika (terkait populasi dan perkembangan ternak)

Populasi ternak itik dapat diketahui dengan melakukan survey di lapangan dan

perkembangan itik di suatu wilayah/daerah.

7. Sosial Ekonomi

Aspek sosial dan ekonomi dapat dilakukan juga dengan mensurvey lapangan

yang mempunyai menilai usaha ternak itik yang berpengaruh terhadap baspek

sosial ekonomi taraf hidup peternak.

Menentukan kualitas itik dengan menilai itik pedaging secara khusus :

1. Itik dalam keadaan sehat dan tidak cacat fisik

2. Bagian kepala itik pedaging harus besar, padat, dan kasar serta terdapat

karankula

Page 9: Makalah Penilaian Itik Pedaging

3. Bagian punggung lebar, dada yang lebar serta konformasi struktur

perdagingan yang profosional.

4. Badan bagian ventral (keel) horizontal begitu rendah hampir menyentuh tanah

bersifat teresterial (banyak didaratan)

5. Bagian sayap yang lebar, besar dan kuat

6. Bagian ekor yang panjang tetapi tidak memiliki sex feather sebagaimana itik

jantan

7. Bagian kaki yang pendek dan kuat

8. Bagian bulu yang lebat dan padat

9. Bobot standar pada jantan dewasa 12 lbs (5,5 kg), betina dewasa 7 lbs (3kg)

3.3 Indikasi Kualitas Itik Pedaging dilihat dari bagian tubuh luar

Indikasi kualitas itik manila dipengaruhi dan mempengaruhi beberapa faktor.

Faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Kesehatan dan kelincahan

Itik yang baik menunjukan kelincahan dari gerak geriknya, memiliki tubuh

dan pstur badan yang tegap, terlihat kondisi tubuh yang sehat, terlihat mata

yang bersinar serta tidak menampakan keadaan tubuh yang sedang sakit.

2. Keadaan bulu

Keadaan bulu pada ternak itik pedaging juga memiliki bulu yang tertutup

dengan sempurna, artinya tidak dalam keadaan bulu yang rusak/gundul akibat

penyakit maupun lingkungan yang mempengaruhinya, bulu jika diraba akan

licin dan halus, dan bulu jarum sangat sedikit.

3. Konformasi/keserasian

Struktur tubuh itik yang mempunyai kualitas baik yaitu memiliki keserasian

tubuh antar kaki dan badan harus dalam keadaan seimbang. Kaki harus dapat

menompang tubuhnya sehingga struktur tubuh dalam keadaan yang

proporsional akan mempengaruhi dan menentukan daging yang akan

dihasilkan oleh itik pedaging. Menurut brahmantyo (2010) menjelaskan

bahwa konformasi tubuh dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk tubuh. Karakter

Page 10: Makalah Penilaian Itik Pedaging

fisik seperti ukuran dan bentuk serta warna bulu dapat digunakan dalam

menilai individu ternak itik dalam menghasilkan daging.

4. Sternum/tulang dada

Tulang dada yang lebar atau sempit akan mempengaruhi kualitas itik

pedaging. Kualitas itik yang baik memiliki tulang dada yang lunas, normal

dengan lekukan 1/8 inchi.

5. Punggung

Faktor yang mempengaruhi kualitas itik yang baik juga salah satunya adalah

bagian punggung itik. Bagian punggung itik yang normal adalah punggung

yang rata dan tidak cembung ataupun cekung.

6. Sayap/lengan dan finger

Bagian sayap dan finger dapat mempengaruhi kualitas itik. Bagian sayap

tersebut haruslah rapat dengan tubuh, tidak renggang ataupun terkulai. Hal

tersebut menunjukan bahwa itik pedaging dalam keadaan yang baik.

7. Fleshing/perdagingan

Bagian perdagingan adalah hal yang sangat mempengaruhi banyaknya daging

yang dihasilkan oleh itik pedaging, karena itik yang memiliki kualitas yang

baik sebagai itik pedaging haruslah sempurna dengan dada yang padat berisi,

panjang dan simetris.

8. Shank dan digiti

Bagian shank yaitu bagian kaki itik yang tidak tertutupi bulu. Bagian shank

dan digiti juga dapat mempengaruhi kualitas itik. Apakah itik memiliki sisik

yang sedikit, agak banyak ataupun sisik yang banyak pada bagian shank

tersebut.

9. Cacat tubuh

Kondisi tubuh yang cacat akan menurunkan kualitas itik tersebut. Itik yang

dalam keadaan cacat akan menampilkan ternak yang kurang baik. Cacat dapat

dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan dimana itik berada.

10. Sobekan, patah tulang, memar

Page 11: Makalah Penilaian Itik Pedaging

Itik yang memiliki kualitas yang baik tidak akan menampakan adanya

sobekan di tubuhnya, patah tulang akibat kecelakaan dalam beraktifitas

ataupun memar pada bagian-bagian tubuh itik tertentu.

11. Lemak dibawah kulit

Tebal dan tipisnya lemak yang berada dibawah kulit pada tubuh itik

mempengaruhi kualitas itik tersebut, karena lemak yang sempurna dan merata

menunjukan itik tersebut menentukan bobot badan yang besar sehingga

daging yang dihasilkan akan baik pula.

3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Daging itik

Menurut Soeparno (1998) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi keempukan

daging dan kualitas daging adalah faktor antemortem seperti :

1. Genetik termasuk bangsa, spesies dan fisiologi

Pertumbuhan dan perkembangan ternak dipengaruhi oleh genetik ternak yang

menentukan kemampuan yang dimiliki ternak seperti sifat yang diturunkan

oleh keturunanya dan warna bulu( Meisji, 2012).

2. Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh besar pada kualitas ternak. Faktor lingkungan

memberikan kesempatan pada ternak untuk menampilkan kemampuanya

(Meisji,2012).

3. Faktor umur

Pengaruh umur dapat mempengaruhi kualitas bobot badan pada itik. Pada itik

manila yang mempunyai bobot badan dewasa 3,18-3,98 kg/ekor, sedangkan

pada itik yang masih muda akan mencapai bobot badan lebih kecil dibanding

dengan dengan bobot badan dewasa. Pertambahan bobot badan dihasilkan

pada umur 4-10 minggu. Semakin umur bertambah maka semakin besar pula

bobot badan yang dicapai dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh itik

tersebut (ismail, 2002).

4. Manajemen

Pola pemeliharaan itik tersebut sangat menentukan pula kualitas itik. Salah

satunya manajamen pakan yang baik akan menumbuhkan itik yang memiliki

Page 12: Makalah Penilaian Itik Pedaging

kandungan nutrisi yang baik dan performa tubuh yang memiliki perdagingan

padat.

5. Jenis kelamin

Jenis kelamin juga mempengaruhi kualitas itik dengan bobot yang berbeda

antara jantan dan betina. Bobot badan entog jantan dapat mencapai dua kali

lipat bobot betina. Bobot dan ukuran panjang badan pada betina dan jantan

rata rata mencapai 3,18 dan 4,54 kg/ekor

6. Stress

Itik yang mengalami keadaan yang stress karena pengaruh lingkungan

disekitarnya akan mengakibatkan turunya performa dan kualitas itik tersebut.

Salah satunya produktivitas dan produksi daging akan mengalami penurunan

pada itik yang mengarah pada produksi daging.

Page 13: Makalah Penilaian Itik Pedaging

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Page 14: Makalah Penilaian Itik Pedaging

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2013.”Mengenal Jenis-Jenis Itik Pedaging”. Artikel Ilmiah.

www.aminudin.com diakses pada tanggal 7 November 2013.

Brahmantyo, Bram, dkk. 2010.” Ukuran dan Bentuk Itik Pekin (Anas platyrhynchos),

Entok Impor dan Entok Lokal (Cairina moschata)”. Lokakarya Nasional.

Pengelolaan dan Perlindungan Sumberdaya Genetik di Indonesia.

Hutabarat, P.H.1989. “Studi tentang Heterosis Pertumbuhan dan Kualitas Karkas itik

Mandalung (Mule duck) pada Kondisi Pedesaan”. Makalah Seminar Hasil

Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ismail, Herdiyanto. 2002. “Perbandingan Morfometrik Itik (Anas platyrhynchos), dan

Entok (Cairina moschata) dan Mandalung”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Meisji L Sari, dkk. 2012.”Kajian Karakteristik Biologis Itik Pegagan Sumatera

Selatan”. Jurnal Lahan Suboptimal. Vol 1 No. 2 : 170-176.

Pamungkas, Sri Rahayu. 2013. “Kajian Bobot Tetas, Bobot Badan Umur 4 dan 8

Minggu serta Korelasinya pada Berbagai Itik Lokal (Anas platyrhynchos) dan

Itik Manila (Cairina moschata) jantan”. Jurnal Ilmiah Peternakan. Vol 1 No.

2 : 488-500.

Samosir, D.J. 1983. Ilmu Ternak Itik. PT. Gramedia. Jakarta.

Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Widaningsih, Nani. 2010. “ Keempukan Daging Itik Manila (Cairina moschata)

Jantan dengan Aras Energi dalam Ransum yang Berbeda”. Jurnal Ilmiah

Peternakan.