44
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu terapi yang berfokus untuk memodifikasi atau mengubah perilaku. Seperangkat perilaku atau respon yang dilakukan dalam suatu lingkungan dan menghasilkan konsekuensi-konsekuensi tertentu. Terapi perilaku berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus secepat- cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si pasien . Operan conditioning adalah modifikasi perilaku yang dipertajam atau ditingkatkan frekuensi terjadinya melalui pemberian reinfo rcement. Lingkungan sosial digunakan untuk membantu seseorang dalam meningkatkan kontrol terhadap perilaku yg berlebihan atau berkurang . 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas bagaimana tinjauan pustaka dan asuhan keperawatan pada pasien dengan melakukan terapi perilaku ? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum Setelah membaca makalah ini di harapkan semua penbaca mengetahui dan memahami materi keperawatan jiwa mengenai terapi perilaku 1.3.2 Tujuan Khusus Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca mampu memahami : 1

MAKALAH prilaku

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH prilaku

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu terapi yang berfokus untuk memodifikasi atau mengubah perilaku.

Seperangkat perilaku atau respon yang dilakukan dalam suatu lingkungan dan

menghasilkan konsekuensi-konsekuensi tertentu. Terapi perilaku berusaha

menghilangkan masalah perilaku khusus secepat-cepatnya dengan

mengawasi perilaku belajar si pasien. Operan conditioning adalah modifikasi

perilaku yang dipertajam atau ditingkatkan frekuensi terjadinya melalui

pemberian reinfo rcement. Lingkungan sosial digunakan untuk membantu

seseorang dalam meningkatkan kontrol terhadap perilaku yg berlebihan atau

berkurang .

1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas bagaimana tinjauan pustaka dan

asuhan keperawatan pada pasien dengan melakukan terapi perilaku ?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan umum

Setelah membaca makalah ini di harapkan semua penbaca

mengetahui dan memahami materi keperawatan jiwa mengenai terapi

perilaku

1.3.2 Tujuan KhususSetelah membaca makalah ini diharapkan pembaca mampu memahami :

1. Definisi terapi perilaku

2. tujuan di lakukan terapi perilaku .

3. kritikan terapi perilaku

4. janis – jenis terapi perilaku

5. gambaran terapi perilaku .

6. indikasi terapi perilaku .

7. prinsip-prinsip terapi perilaku

1

Page 2: MAKALAH prilaku

8. aplikasi teoritis terapi perilaku

9. fungsi dan peran terapis

10. hubungan antara terapis dan klien

11. aplikasi teoritis terapi perilaku

12. penyusunan jadwal reinforcement

13. perubahan penerapan terapi perilaku

14. prinsip penggunaan pendekatan CBT

15. pengajaran ABC

1.3.3 Tujuan Kelompok

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa

khususnya mahasiswa keperawatan tentang terapi perilaku

1.4. Manfaat

1.1.1 BagiMahasiswa

Sebagai bahan materi pembelajaran mahasiswa khususnya

dalam format asuhan keperawatan jiwa 2 tentang terapi perilaku

1.1.2 BagiInstitusiPendidikan

Pembuatan kasus pembelajara mahasiswa dapat memacu

inovasi dan daya piker kritis mahasiswa dalam memecahkan masalah

keperawatan asuhan keperawatan jiwa 2.

2

Page 3: MAKALAH prilaku

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Terapi perilaku adalah terapi psikologis singkat bertarget yang

lebih menangani gambaran terkini berbagai gangguan ketimbangan,

mengurusi perkembangan sebelumnya. Terapi ini didasarkan pada teori

pembelajaran perilaku, yang selanjutnya didasarkan pada classical dan

operant conditioning. Penilaian objektif berkelanjutan mengenai kemajuan

pasien dibuat.

dalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar

pada berbagai teori tentang belajar. Terpi ini menyertakan penerapan

yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku kea

rah cara-cara yang lebih adaptif. 

tingkah laku / prilaku adalah pendekatan penerapan aneka ragam

teknik dan prosedur yang berlandaskan pada berbagai teori tentang

belajar dalam usaha melakukan pengubahan tingkah laku. Dalam

penyelesaian masalah, kondisi masalah harus dispesifikkan. Saat ini,

bentuk pendekatan ini banyak di gunakan karena penekanannya pada

perubahan tingkah laku dimana tingkah laku tersebut bisa didefinisikan

secara operasional, diamati dan diukur.

Istilah terapi prilaku dan konseling behavioristik berasal dari

bahasa Inggris Behavior Counseling yang untuk pertama kali digunakan

oleh Jhon D.Krumboln (1964). Krumboln adalah promotor utama dalam

menerapkan pendekatan behavioristik terhadap konseling, meskipun dia

melanjutkan aliran yang sudah dimulai sejak tahun 1950, sebagai reaksi

terhadap corak konseling yang memandang hubungan antar pribadi,

antara konselor dan konseling sebagai komponen yang mutlak diperlukan

3

Page 4: MAKALAH prilaku

dan sekaligus cukup untuk memberikan bantuan psikologis kepada

seseorang.

Menurut Marquis, terapi perilaku adalah suatu teknik yang

menerapkan informasi-informasi ilmiah guna menemukan pemecahan

masalah manusia. Jadi tingkah laku berfokus pada bagaimana orang-

orang belajar dan kondisi-kondisi apa saja yang menentukan tingkah laku

mereka.

Secara umum terapi perilaku adalah pendekatan penerapan

aneka ragam teknik dan prosedur yang berlandaskan pada berbagai teori

tentang belajar dalam usaha melakukan pengubahan tingkah laku. Dalam

penyelesaian masalah, kondisi masalah harus dispesifikkan. Saat ini,

bentuk pendekatan ini banyak di gunakan karena penekanannya pada

perubahan tingkah laku dimana tingkah laku tersebut bisa didefinisikan

secara operasional, diamati dan diukur.

2.2 Tujuan Terapi perilaku

Menurut Handojo ada beberapa tujuan terapi yang perlu ditetapkan dan

diingat sebagai berikut:

1. komunikasi dua arah yang aktif

Mereka dapat melakukan percakapan pararel, dapat melontarkan

hal-hal yang lucu. Tujuan ini harus selalu diingat, sehingga kecakapan

anak dapat terus ditingkatkan sampai seperti atau mendekati kemampuan

orang yang normal.

2. sosialisasi ke dalam lingkungan yang umum

Setelah anak mampu berkomunikasi, lakukan hal-hal yang

menambah generalisasi. Generalisasi menyangkut subjek atau orang lain,

intruksi, objek, respon anak dan lingkungan yang berbeda-beda.

3. menghilangkan atau meminimalkan perilaku yang tidak wajar. Perilaku

yang aneh perlu segera dihilangkan sebelum usia 5 tahun, agar tidak

mengganggu kehidupan sosial anak setelah dewasa. Banyak orang tua

yang lebih memprioritaskan hal-hal yang akademik, tetapi lalai dalam

menangani perilaku yang tidak wajar.

4. mengajarkan materi akademik

4

Page 5: MAKALAH prilaku

Kemampuan akademik sangat bergantung pada intelegensia atau

IQ anak. Apabila IQ anak memang tidak termasuk yang di bawah normal,

maka kemampuan akademiknya juga pasti tidak sulit untuk

dikembangkan. Ini adalah kemampuan yang juga diperlukan bagi setiap

individu, agar dalam hal-hal yang pribadi, mampu dikerjakan sendiri tanpa

dibantu orang lain. Makan, minum, memasang dan melepas pakaian dan

sebagainya.

Di samping itu pada anak yang lebih besar dapat diajarkan

keterampilan lain seperti berenang, melukis, memasak, olag raga dan

sebagainya. Keterampilan ini akan sangat bermanfaat, selain sebagai

latihan motorik, juga untuk memupuk bakat anak, dan dapat mengisi

seluruh waktu anak.

Sedangkan tujuan dari terapi tingkah laku menurut Supriadi

adalah menciptakan proses baru bagi proses belajar, karena segenap

tingkah laku adalah dipelajari. Ada beberapa kesalahpahaman tentang

tujuan terapi tingkah laku, antara lain :

1.  Bahwa tujuan terapi semata-mata menghilangkan gejala suatu

gangguan tingkah laku dan setelah gejala itu terhapus, gejala baru

akan muncul karena penyebabnya tidak ditangani. 

2. Tujuan klien ditentukan dan dipaksanakan oleh terapi tingkah laku.

Tujuan Terapi Perilaku Secara Umum Tujuan umum yaitu menciptakan kondisi baru untuk belajar.

Dengan asumsi bahwa pembelajaran dapat memperbaiki masalah

perilaku. Sedangkan terapi perilaku kontemporer menekankan peran aktif

klien dalam menentukan tentang pengobatan mereka.

( Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung

Mulia)

2.3 Kritikan untuk terapi perilaku

Terapi perilaku tidak menangani penyebab-penyebab, tetapi lebih

manangani ke gejala-gejala Terapi perilaku tidak diterapkan pada orang

yang taraf berfungsinya relatif tinggi tingkah laku bisa diterapkan hanya

5

Page 6: MAKALAH prilaku

pada kecemasan-kecemasan yang spesifik, fobia-fobia dan masalah-

masalah yang terbatas Modifikasi tingkah laku tidak berfungsi Modifikasi

tingkah laku bekerja “terlalu baik”.

1. Terapi perilaku bisa mengubah tingkah laku, tetapi tidak mengubah

perasaan-perasaa

2. Terapi perilaku laku mengabaikan pentingnya hubungan terapis klien

dalam terapis

3. Terapi perilaku tidak memberikan insight. Karena seringnya,

4. Terapi perilaku fokus pada masa lalu klien sehingga seringnya

5. terapis tidak membahasnya meskipun sebenarnya terapis mengetahui

masalah tersebut.

2.4 JENIS – JENIS TERAPI PERILAKU

Terdapat beberapa jenis terapi perilaku yang banyak digunakan orang,

yaitu relaksasi, desensitisasi sistematis, pembiasaan operan, modeling,

pelatihan asersi, pelatihan aversif, dan biofeedback.

1. RelaksasiAda yang berpendapat bahwa relaksasi adalah bukan termasuk

terapi perilaku yang spesifik, karena dalam terapi, latihan relaksasi ini

sering pula digunakan sebagai pengantar. Alasannya sangat jelas, yakni

kalau melakukan kegiatan macam apapun, seandainya dilakukan dalam

kondisi dan situasi yang relaks, maka hasil dan prosesnya akan optimal.

Namun, karena menyangkut metode yang sama dengan terapi perilaku,

ialah berupa pengaturan terutama gerakan motorik, maka akan lebih

tepat untuk menempatkan dalam kelompok Terapi Perilaku.

Tujuannya sudah jelas, bahwa relaksasi merupakan upaya untuk

mengendurkan ketegangan, pertama-tama jasmaniah yang pada akhirnya

mengakibatkan mengendurnya ketegangan jiwa. Caranya dapat bersifat

respiratoris, yaitu dengan mengatur aktivitas bernafas, atau bersifat otot.

Pelatihan relaksasi pernafasan, dilakukan dengan mengatur mekanisme

pernafasan, ialah tempo/irama dan intensitas yang lebih lambat dan

dalam. Ketentuan dalam bernafas, khususnya dengan irama yang tepat,

akan menyebabkan otot makin lentur dan dapat menerima situasi yang

merangsang luapan emosi tanpa membuatnya kaku.

6

Page 7: MAKALAH prilaku

Sangat biasa, dan itulah yang banyak dilakukan orang, yakni

dalam bentuk penggabungan relaksasi pernafasan dan otot. Caranya

adalah dengan mengatur nafas yang kemudian ditambah dan

dikombinasikan dengan pengaturan gerakan otot. Jadi :

1. Pertama – tama mengatur irama dan kedalaman pernafasan sampai

pada taraf yang paling membuat pasien merasa nyaman. 

2. Kemudian otot – otot dilatih menegang dan melemas.

Kebanyakan pelatih relaksasi, memulai melemaskan atau

menegangkan otot pada bagian tubuh yang terjauh dari jantung.

Alasannya adalah agar kalau terjadi kekejangan pada otot karena mulai

melatih, maka kekejangan itu tidak pada otot jantung atau yang dekat

dengan jantung. Jadi, mulai dari ujung kuku, tungkai kaki, dan seterusnya,

serta jari tangan, tangan lengan dan seterusnya.

2. Desensitisasi SistematisProses teknik penanganan ini umumnya dilandasi oleh prinsip

kontrakebiasaan belajar (counter conditioning), terutama dalam rangka

menghilangkan kecemasan dan kadang – kadang juga ketakutan. Jenis

teknik ini akan lebih baik kalau obyek yang menyebabkan menjadi tegang

atau takut, relative jelas. Misalnya, takut pada sesuatu benda (phobia)

atau takut kalau harus berpidato di hadapan banyak orang, dengan

alasan yang tidak masuk akan, irasional.

Tata laksana teknik terapi ini didasarkan pada desensitisasi,

artinya membuat lebih tidak sensitifnya ia terhadap sesuatu hal, keadaan,

atau pendapat; dan sistematika, yang berarti memiliki urutan tertentu,

secara bertahap. Misalnya, menangani orang/klien yang takut pada

binatang tertentu, misalnya ular. Klien diminta untuk memperhatikan

gambar ular yang kecil yang ditempatkan pada tempat yang jauh. Kalau

klien tidak menunjukkan ketegangan, kecemasan atau ketakutan, gambar

itu dikedepankan secara bertahap. Kemudian, gambarnya diperbesar dan

dilakukan hal yang sama. Selanjutnya, gambar diganti dengan ular kecil

yang tidak berbahaya. Kemudian dengan ular yang besar dan seterusnya.

Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan pada teknik

desensitisasi sistematis ini, yakni pertama, pembuatan program terapi

yang dibangun bersama antara klien dan terapis secara tepat, dan

Kedua, menentukan obyek yang menakutkan itu. Kalau takut pada singa

7

Page 8: MAKALAH prilaku

liar yang lapar, itu wajar, bukan fobia. Ukuran fobia atau tidak, akan

tergantung pada pendapat ilmu pengetahuan dan pemahaman umum.

Ular sering disebut sebagai obyek fobia, karena menurut ilmu

pengetahuan, ular itu secara disebut sebagai obyek fobia, karena

menurut ilmu pengetahuan, ular itu secara umum bukanlah binatang buas

yang memburu manusia untuk dipatuk. Takut pada kecoa pada kaum

wanita pada umumnya, bisa normal, sehingga tidak dapat disebut fobia.

Tetapi kalau takutnya berlebihan, maka jadi disebut fobia.

3. Pembiasaan OperanLandasan pembiasaan operan adalah aplikasi penguatan negative

dan positif (negative and positive reinforcement), respons cost,

pembentukan perilaku dengan ancer-ancer suksesif (Shaping by

successive approximations), dan pembedaan (Discrimination) atau

penyamaan (Generalization).

Penguatan atau reinforcement adalah upaya agar apa yang telah

dicapai atau dimiliki dapat dipertahankan atau disebut ditingkatkan

(positif). Bisa jadi juga sebaliknya, yaitu dilemahkan atau disebut

extinction, bila kebiasaan yang telah relasi terapeutik antara terapis dank

lien (Ford, 1978). Penguatan negative dilakukan seandainya terdapat

tingkah laku yang tidak diharapkan, misalnya gejala-gejala “tics” atau

gagap.

Operan merupakan inisiatif yang dilakukan oleh klien, dalam arti

bahwa ia melakukan pemilihan apa yang sebaliknya dilakukan

berdasarkan berbagai opsi, yang disediakan.

Respons cost, reposisi penguat positif berkaitan dengan perilaku

negative dicontohkan dalam kontrak penanggulangan (Contract

Treatment) sering digunakan sebagai insentif bagi klien untuk

berpartisipasi secara penuh dalam suatu program terapeutik atau

pendidikan. Misalnya, partisipan dalam program pendidikan keterampilan

orang tua bisa diminta untuk mengajukan suatu simpanan yang

sebanding dengan bayarannya, yang akan dibayarkan kepadanya jika ia

telah menyelesaikan seluruh intervensinya. Jika, bagaimanapun, klien

gagal datang pada sesi intervensi, suatu bagian dari tabungan akan

datang sebagai denda, sebagai biaya. Jika terdapat banyak keterampilan

8

Page 9: MAKALAH prilaku

harus dimiliki klien dalam proses intervensinya, cara respons cost ini

sering efektif. Misalnya dalam usaha meningkatkan keterampilan sosial.

Pelatihan diskriminasi dan generalisasi terprogram, dicontohkan

oleh pendekatan keperilakuan terhadap manajemen strees dan

pendidikan kesehatan. Klien pertama – tama dilatih untuk membedakan

antara stress/ketegangan dan relaksasi, dalam arti reaksi badan dan

perilaku kognitifnya. Diskriminasi dapat dikuatkan dengan pelaksanaan

stressnya selama seminggu dan relaksasi dalam pelatihan relaksasi otot

progresif.

4. ModelingPrinsip teori yang melandasi teknik terapi ini adalah teori

mengenai belajar melalui pengamatan (observation learning) atau sering

juga disebut belajar sosial (social learning) dari Walter dan Bandura. pada

prinsipnya, terapis memperlihatkan model yang tepat untuk membuat

klien dapat meniru bagaimana ia seharusnya melakukan upaya

menghilangkan perasaan dari pikiran yang tidak seharusnya dari orang

lain yang disebut model itu.

Terhadap dua konsep yang berbeda yang digunakan dalam

modeling ini, yakni antara coping dan mastery model menampilkan

perilaku ideal, contohnya bagaimana menangani ketakutan. Sebaliknya,

coping model pada dasarnya menampilkan bagaimana ia tidak merasa

takut untuk menghadapi hal yang semula menakutkan.

5. Pelatihan AsersiPelatihan ini makin banyak dikembangkan dan digunakan orang

karena untuk dapat membangun kerjasama dan bergaul dengan orang

lain diperlukan sikap dan kemampuan asertif. Kemampuan asertif ini

adalah kemampuan untuk mengekspresikan apa ada dalam diri

seseorang secara mandiri dan tegas serta memuaskan, rasional, dan

juga tanpa mengagrasi maupun mengikuti orang lain. Saat ini banyak

orang yang mengalami kesukaran dalam mengambil inisiatif yang positif

maupun negative, berpendirian, dengan aturan – aturan yang masuk akal,

menolak, permintaan yang tidak masuk akal.

Assertion Training (AT) digunakan untuk menanggulangi

gangguan obsesif kompulsif, alkoholisme, penyimpangan seksual, cemas

saat berpacaran, perilaku agrasif dan eksplosif, dan kelemahan

9

Page 10: MAKALAH prilaku

keterampilan sosial. Secara tipikal, perlaksanaan AT melibatkan teknik –

teknik keperilakuan sebagai berikut: Sharing by successive

approximations. Teknik ini mungkin merupakan metode yang paling

fundamental, melibatkan provisi penguatan positif kepada klien sebagai

pembelajaran untuk menampilkan perilaku asertif terus menerus. Caranya

adalah seperti keterampilan desensitasi, dimana dibuat suatu urutan

bertingkat (hirakhi) dari perilaku yang hanya sedikit nilai asertifnya sampai

yang dinilai sangat asertif. Yang lebih spesifik antara lain adalah:

Modelling, dimana klien mencontoh perilaku asertif yang efektif; kemudian

latihan berperilaku (behavior rehearsal), di mana klien berlatih melakukan

tindakan – tindakan dalam situasi yang tidak mengancam. Selanjutnya

juga coaching, di mana terapis melatih klien untuk melakukan tindakan –

tindakan asertif. Selanjutnya juga pemberian umpan balik (feed back),

dimana terapis menyediakan penguat dan saran – saran ketika klien

berada dalam situasi pelatihan ; dan pemberian instruksi videotape. Dari

penelitian – penelitian disimpulkan bahwa yang paling efektif adalah

kombinasi dari teknik-teknik tersebut.

6. BiofeedbackTeknik ini merupakan teknik yang digunakan untuk pembiasaan

perilaku otomatis manusia. Paradigma umum penanggulangan

biofeedback melibatkan penggunaan peralatan perekam yang secara

terus menerus memantau respons – respons fisik subyek dan tampilan

respons itu kepada subyek. Misalnya peralatan mencatat detak jantung

atau tegangan otot subyek, dan subyek dapat mengamati dan menerima

umpan balik.

2.5 GAMBARAN PERILAKU

Perilaku adalah respon yang timbul secara eksternal, dipengaruhi oleh

stimulus lingkungan dan dapat dikontrol secara primer oleh konsekuensinya

Perilaku dapat diamati, diukur, dan dicatat oleh diri sendiri maupun orang lain.

Observasi yang bersifat subyektif dilakukan diri sendiri dan observasi yang

bersifat obyektif dilakukan orang lain.

2.6 INDIKASI TERAPI PERILAKU

10

Page 11: MAKALAH prilaku

Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku kompulsif, disfungsi

sexual (misalnya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual (misalnya

exhibisionisme). Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif, gangguan kebiasaan

atau pengawasan impuls (misalnya gagap, enuresis, dan berjudio secara

kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia) dan reaksi konversi.

Terapi perilaku tidak berguna pada skizofrenia akut, depresi yang hebat dan

(hipo) mania.

2.7 PRINSIP-PRINSIP TERAPI PERILAKU

1. Meningkatkan atau mempertahankan perilaku Perilaku mungkin akan meningkat baik frekuensi,

kompleksitas/lamanya dengan pemberian reinforcement. Reinforcement

adalah suatu proses, dimana kejadian atau kondisi lingkungan yang

menyertai perilaku dapat mempengaruhi perilaku yang timbul kemudian.

a. Positif reinforcement : Meningkatnya frekuensi sebuah respon,

dan respon tersebut diikuti oleh stimulus yg menyenangkan.

Contohnya perilaku mengucapkan salam yang disambut dengan

senyuman oleh orang yg dituju.

b. Negative reinforcement : Meningkatnya frekuensi suatu respon,

karena respon tersebut memindahkan beberapa stimulus yang

negatif atau menyakitkan dan tidak menyenangkan. Stimulus yang

tidak menyenangkan (konflik) akan meningkatkan respons

menyibukkan diri.

2. Menurunnya perilaku Upaya meningkatkan perilaku dilakukan dengan pemberian

punishment dan extinction

a. Punishment : Konsekuensi-konsekuensi yang menghasilkan

penekanan/penurunan frekuensi tingkah laku yang akan muncul :

a) Positive punishment : Menghadirkan stimulus bertentangan

yang mengikuti suatu perilaku dengan tujuan menurunkan

perilaku tersebut.

b) Negative punishment

Kejadian yang menggantikan/menurunkan suatu perilaku,

ada 2 bentuk yaitu Respon Cost adalah kerugian yg mengikuti

perilaku dan Time out adalah prosedur punishment dalam

11

Page 12: MAKALAH prilaku

periode waktu tertentu dimana selama waktu tersebut

pemberian reinforcement tidak sesuai.

b. Extinction :Prosedur yang biasa digunakan oleh pemberi

reinforcement untuk menghilangkan perilaku. Extinction berjalan

lebih lambat dari pada reinforcement

3. Desensitisasi Sistemik Desensitisasi sistemik yang dikembangkan oleh Joseph Wolpe,

didasarkn pada prinsip perilaku counterconditioning, disini seseorang

menghadapi ansietas maladaptive yang dicetuskan oleh situasi atau

suatu objek dengan mendekati situasi yang ditakuti secara bertahap dan

didalam keadaan psikofisiologis yang menghambat ansietas. Didalam

desensitisasi sistemik, pasien mendapatkan keadaan relaksasi seutuhnya

dan kemudian dipajankan pada stimulus yang mencetuskan respon

ansietas. Reaksi negative ansietas dihambat oleh keadaan relaksasi,

suatu proses yang disebut inhibisi resiprokal. Bukannya menggunakan

situasi atau objek sebenarnya yang mencetuskan rasa takut, pasien dan

terapis menyiapkan daftar bertingkat suasana mencetuskan ansietas dan

terkait dengan rasa takut pasien. Keadaan relaksasi yang dipelajari dan

situasi pencetus ansietas secara sistematis dipasangkan didalam terapi.

Dengan demikian, desensitisasi sitematik terdiri atas tiga langkah:

pelatihan relaksasi, pembangunan hirarki dan desensitisasi stimulus.

a. Pelatihan Relaksasi

Relaksasi menghasilkan efek fisiologis yang berlawanan

dengan efek fisiologis ansietas: denyut jantung lambat,

meningkatnya aliran darah keperifer, dan sensibilitas

neuromuskular. Beberapa diantaranya, seperti yoga dan zen,

telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Sebagian besar

metode menggunakan relaksasi progresi yang dikembangkan oleh

psikiater Edmund Jacobson. Pasien merelaksasi kelompok otot

utama dalam rangkaian tetap, dimulai dari kelompok otot kecil kaki

terus kearah kepala atau sebaliknya. Beberapa klinisi memakai

hipnosis untuk mempermudah relaksasi atau menggunakan

latihan dengan menggunakan kaset untuk memungkinkan pasien

berlatih relaksasi sendiri.  Mental imagery merupakan metode

relaksasi dengan pasien diinstruksikan untuk membayangkan

12

Page 13: MAKALAH prilaku

dirinya disuatu tempat yang terkait dengan kenangan yang

menyenangkan dan membuat santai. Bayangan tersebut

memungkinkan pasien memasuki keadaan atau pengalaman

relaksasi, seperti yang dinamakan oleh Herbert Benson, respon

relaksasi.

Perubahan fisiologis yang berlangsung saat relaksasi

adalah kebalikan dari perubahan yang dicetuskan oleh respon

stress adrenergic yang merupakan bagian dari banyak emosi.

Tegangan otot, frekuensi pernapasan, denyut jantung, tekanan

darah, dan konduktansi kulit menurun. Suhu jari dan aliran darah

ke jari biasanya meningkat. Relaksasi meningkatkan variabilitas

denyut jantung respirasi, suatu indeks tonus parasimpatis.

b. Pembangunan Hirarki

Ketika membangun hirarki, klinisi mennetukan semua

keadaan yang mencetuskan ansietas, kemudian pasien

menciptakan daftar hirarki 10 hingga 12 situasi dalam urutan

meningkatnya ansietas. Contohnya, hirarki akrofobik dapat dimulai

dengan pasien membayangkan berdiri didekat jendela dilantai

kedua dan diakhiri dengan berada di atap gedung 20 tingkat,

bersandar dipembatas dan melihat ke bawah.

c. Desensitisasi Stimulus

Pada langkah terakhir, yang disebut desensitisasi, pasien

melanjutkan daftar secara sistematik dari situasi yang kurang

mencetuskan ansietas hingga yang paling mencetuskan ansietas

saat berada dalam keadaan relaksasi dalam. Kecepatan

perkembangan pasien melalui daftar tersebut ditentukan oleh

respons mereka terhadap stimulus. Ketika pasien dapat

membayangkan dengan jelas situasi pada hirarki yang paling

mencetuskan ansietas dengan tenang, mereka akan mengalami

sedikit ansietas di dalam situasi kehidupan sebenarnya yang

sama.

4. Pemajanan Bertingkat TerapeutikPemajanan bertingkat terapeutik serupa dengan desensitisasi

sistematik kecuali bahwa pelatihan relaksasi tidak dilibatkan dan terapi

biasa dilakukan didalam konteks kehidupan sebenarnya. Hal ini berarti

13

Page 14: MAKALAH prilaku

bahwa individu tersebut harus berkontak dengan stimulus peringatan

untuk pertama kali belajar bahwa tidak ada akibat berbahaya yang akan

terjadi. Pajanan ditingkatkan sesuai hirarki. Contohnya, pasien yang takut

pada kucing, dapat meningkat dari melihat gambar kucing hingga

menggendong kucing.

5. Flooding Flooding serupa dengan pemajanan bertingkat yaitu bahwa

flooding memajankan pasien pada objek yang ditakuti in vivo; meski

demikian, tidak ada hirarki. Flooding didasarkan pada dasar pemikiran

bahwa melarikan diri dari pengalaman yang mencetuskan ansietas

mendorong ansietas melalui pembelajaran. Dengan demikian, klinisi

dapat mengakhiri ansietas dan mencegah perilaku menghindar yang

dipelajari dengan tidak memungkinkan pasien lari dari situasi tersebut.

Keberhasilan prosedur ini bergantung pada pertahanan pasien didalam

situasi yang menimbulkan takut sampai mereka menjadi tenang dan

merasakan sensasi penguasaan. Menarik diri secara dini dari situasi atau

secara dini mengakhiri situasi yang dibayangkan adalah sebanding

dengan pelarian diri, yang kemungkinan mendorong ansietas yang

dipelajari serta perilaku menghindar dan menghasilkan efek berlawanan

yang diinginkan. Di dalam suatu varian, yang disebut imaginal flooding,

objek atau situasi yang ditakuti dihadapkan hanya didalam imajinasi

bukannnya dikehiupan nyata.

6. Assertivenes Training Untuk menjadi asertif seseorang perlu memiliki kepercayaan diri di

dalam penilaiannya dan harga diri yang cukup untuk mengekspresikan

pendapat mereka. Pelatihan dan keterampilan social dan keasertifan

mengajari seseorang cara merespons dengan sesuai dilingkungan social,

mengekspresikan pendapat mereka  dengan cara yang dapat diterima,

dan memperoleh tujuan mereka. Berbagai teknik, termasuk role model,

desensitisasi, dan dorongan positif, digunakan untuk meningkatkan

keasertifan.

7. Terapi Aversi Ketika stimulus berbahaya (hukuman) muncul segera setelah

suatu respons perilaku tertentu, secara teoritis, respon ini akhirnya

dihambat dan diakhiri. Banyak stimulus berbahaya yang digunakan:

14

Page 15: MAKALAH prilaku

kejutan listrik, zat yang mencetuskan muntah, hukuman fisik, dan

ketidaksetujuan sosial. Stimulus negatif dipasangkan dengan perilaku,

yang kemudian disupresi. Perilaku tidak diinginkan dapat menghilang

setelah rangkaian tersebut. Terapi aversi telah digunakan untuk

penyalahgunaan alcohol, parafilia, dan perilaku lain dengan cirri impulsif

dan kompulsif.

8. Desensitisasi dan Pemrosesan Ulang Gerakan Mata (Eye Movement Desensitization and Reprocessing; EMDR)

Gerakan mata sakadik adalah osilasi cepat mata yang terjadi

ketika seseorang mengikuti objek yang bergerak maju-mundur di dalam

garis penglihatan. Jika gerakan ini dicetuskan ketika seseorang sedang

membayangkan atau berpikir mengenai peristiwa yang ditimbulkan

ansietas, beberapa studi menunjukkan bahwa pikiran atau bayangan

positif dapat dicetuskan dan menyebabkan penurunan ansietas. EMDR

telah digunakan pada gangguan stress, pascatrauma dan fobia.

9. Dialectical Behavior Therapy (DBT) DBT telah berhasil digunakan pada pasien dengan gangguan

kepribadian ambang dan perilaku parasuicidal. Terapi ini bersifat selektif,

dan mengambil metode dari terapi suportif, kognitif dan perilaku. Fungsi

DBT adalah :

1. Meningkatkan dan memperluas daftar pola perilaku terlatih pasien

2. Meningkatkan matovasi pasien untuk berubah dengan mengurangi

dorongan pada perilaku maladaptif, termasuk disfungsi (kognisi

dan emosi)

3. Meyakinkan bahwa pola perilaku baru dikembangkan dari

lingkungan terapeutik ke lingkungan alami

4. Membuat struktur lingkungan sedemikian rupa sehinggaperilaku

efektif bukannya perilaku disfungsi yang didorong

5. Meningkatkan motivasi dan kemampuan terapis sehingga

diperoleh terapi efektif.

10.  Terapi Kognitif-Perilaku (Cognitive Behavioural Therapy)

Terapi kognitif-perilaku (sering disingkat CBT) menampilkan usaha

yang relatif baru untuk mengawinkan aspek terapi perilaku yang berguna

15

Page 16: MAKALAH prilaku

dengan terapi kognitif dan memiliki tujuan utama membantu pasien

mendapatkan perubahan yang mereka harapkan dalam kehidupannya.

Asumsi dasar yang melatarbelakangi terapi-kognitif perilaku meliputi:

1. Respons pasien lebih berdasarkan kepada interpretasi ketimbang

pada realitasnya.

2. Pikiran, perilaku, dan emosi saling terkait

3. Tindakan terapeutik perlu diklarifikasi dan diubah menurut pikiran

pasien

4. Manfaat perubahan proses kognitif dan perilaku pasien lebih besar

daripada manfaat perubahan salah satunya saja.

2.8 Teknik-Teknik Terapi Perilaku1. Desensitisasi sistematik dipandang sebagai proses deconditioning atau

counterconditioning. Prosedurnya adalah memasukkan suatu respons

yang bertentangan dengan kecemasan, seperti relaksasi. Individu belajar

untuk relaks dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan kecemasan.

2. Flooding adalah prosedur terapi perilaku di mana orang yang ketakutan

memaparkan dirinya sendiri dengan apa yang membuatnya takut, secara

nyata atau khayal, untuk periode waktu yang cukup panjang tanpa

kesempatan meloloskan diri.

3. Penguatan sistematis (systematic reinforcement) didasarkan atas prinsip

operan, yang disertai pemadaman respons yang tidak diharapkan.

Pengkondisian operan disertai pemberian hadiah untuk respons yang

diharapkan dan tidak memberikan hadiah untuk respons yang tidak

diharapkan. 

4. Pemodelan (modeling) yaitu mencontohkan dengan menggunakan belajar

observasionnal. Cara ini sangat efektif untuk mengatasi ketakutan dan

kecemasan, karena memberikan kesempatan kepada klien untuk

mengamati orang lain mengalami situasi penimbul kecemasan tanpa

menjadi terluka. Pemodelan lazimnya disertai dengan pengulangan

perilaku dengan permainan simulasi (role-playing).

5. Regulasi diri melibatkan pemantauan dan pengamatan perilaku diri

sendiri, pengendalian atas kondisi stimulus, dan mengembangkan

respons bertentangan untuk mengubah perilaku maladaptif.

2.9 Fungsi dan Peran Terapis

16

Page 17: MAKALAH prilaku

Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam

pemberian treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada

pencarian pemecahan masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi

tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam

mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-

prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkahlaku yang

baru dan adjustive.

2.10 Hubungan antara Terapis dan Klien Pembentukan hubungan pribadi yang baik adalah salah satu aspek

yang esensial dalam proses terapeutik, peran terapis yang esensial adalah

peran sebagai agen pemberi perkuatan. Para terapis tingkah laku

menghindari bermain peran yang dingin dan impersonal sehingga hubungan

terapeutik lebih terbangun dari pada hanya memaksakan teknik-teknik kaku

kepada para klien.

2.11 APLIKASI TEORITIS

1. Penerapan Modifikasi Perilaku

Modifikasi perilaku dapat diterapkan untuk mengatasi beberapa masalah,

diantaranya :

a. Menurunkan tingkah laku merusak diri

b. Merubah tingkah laku yang tidk diharapkan

c. Melatih orang tua, guru, sukarelawan dan perawat agar lebih efisien

dalam menjalankan perannya

d. Mengurangi tingkah laku maladaptif yag khusus seperti kurangnya

kebersihan diri dll

e. Kontrol perilaku

2.Strategi Modifikasi Perilaku

17

Page 18: MAKALAH prilaku

Sebelum memulai program, perawat harus melakukan hal-hal sebagai

berikut :

1. Pengkajian, mengumpulkan dan menetapkan masalah :  Data tentang

perilaku klien (adaptif/maladaptif), mengerti tentang arti dan maksud dari

perilaku yang klien tampilkan

2. Rencana intervensi :

a) Menetapkan tujuan/tingkah laku yang diinginkan dan gambaran

hasil-hasil perilaku/kriteria

b) Menentukan langkah awal untuk mencapai tujuan

3. Menganalisa faktor pendukung yang ada dan orang-orang yg terlibat

dalam terapi tersebut.

4. Menetapkan konsekuensi sebagai reward/punishment yang disetujui

bersama klien. Jenis konsekuensi diantaranya :

a. Reward materi : uang, makanan

b. Reward pengganti/surogate reward  : puji-pujian

c. Reward sosial  : dukungan di dalam group

d. Reward tingkah laku : kesempatan melakukan aktifitas

Burus F. Skinner merupakan seorang yang terkenal dalam bidang ini.

Ada tiga cara utama untuk mengawasi atau mengubah perilaku manusia,

yaitu :

1. Perilaku dapat diubah dengan mengubah peristiwa-peristiwa yang

mendahuluinya, yang membangkitkan bentuk perilaku khusus itu.

Misalnya seorang anak yang tidak berprestasi disekolah dan nakal

dikelas, hanya dengan seorang guru tertentu dapat menjadi efektif dan

rajin bila ia dipindahkan ke kelas lain oleh seorang guru yang lain.

2. Suatu jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertentu dapat

diubah atau dimodifikasi. Misalnya seorang anak dapat diajar untuk

melihat dirinya sendiri dalam suatu kegiatan kompromi yang konstruktif

dan tidak menunjukkan ledakan amarah bila ia menghadapi frustasi.

18

Page 19: MAKALAH prilaku

3. Akibatnya suatu  perilaku tertentu dapat diubah dan dengan demikian

perilaku tersebut dapat dimodifikasi. Misalnya ia dihukum bila ia

mengganggu orang lain, dengan demikian rasa bermusuhan mungkin

dapat diganti dengan sikap yang lebih kooperatif.

2.12 PENYUSUNAN JADWAL REINFORCEMENT

Jadwal reinforcement adalah pola untuk menguatkan perilaku melalui jadwal,

waktu dan respon perilaku yang tampak, ada 2 cara yaitu :

1. Jadwal reinforcement interval :

Pemberian penguatan untuk perilaku yang telah dibentuk dalam

periode waktu tertentu.

a. Jadwal interval tetap : pemberian penguatan berdasarkan waktu

yang stabil/tetap.

Contoh : setiap 30 menit, hari, minggu, bulan dsb.

Karakteristik : perilaku yang diinginkan meningkat sebelum akhir

interval dan akan menurun setelah diberi reinforcement, ada

kecenderungan meningkat secara bertahap sampai akhir interval.

b. Jadwal interval variasi : pemberian penguatan dengan jarak waktu

yang bervariasi.

Contoh : 10 menit, 35 menit, 3 jam dst.

Karakteristik : menghasilkan pembentukan perilaku yang tinggi

dapat menurunkan perilaku secara bertahap.

c. Jadwal reinforcement penampilan (performance)

Mengacu pada sejumlah perilaku yang ditampilkan diantara

reinforcement yang diberikan.

d. Jadwal rasio tetap (fixed ratio) : membutuhkan sejumlah perilaku

klien yang diharapkan untuk setiap kali reinforcement

19

Page 20: MAKALAH prilaku

.contoh : setiap 5 perilaku yg ditampilkan akan diberikan 1 kali

reinforcement

Karakteristik : penampilan perilaku akan berkembang cepat dan

relatif stabil

e. Jadwal rasio variasi (variabel ratio) : pemberian reinforcement

untuk sejumlah perilaku yang banyaknya bervariasi.

contoh : reinforcement diberikan setelah 3,7, 9, 15 perilaku yg

ditampilkan

karakteristik : membentuk perilaku yg tinggi, perkembangannya

kurang cepat, tingkat stabilitas tinggi

f. Pemilihan jadwal reinforcement tergantung pada:

a) Berat ringannya masalah : masalah yang mengancam

dapat disusun jadwal ratio tetap dengan jarak yang kecil

dan secara bertahap (rasio variasi).

b) Lamanya perilaku tersebut diperlukan : jika perilaku hanya

perlu dilakukan di RS dapat digunakan jadwal interval tetap

dengan jarak interval pendek dan interval variasi

c) Usia klien : pada anak-anak perubahan atau pembentukan

perilaku lebih cepat menggunakan jadual rasio, interval

tetap dan variasi

d) Jumlah orang yang terlibat : secara umum membutuhkan

lebih banyak orang karena perilaku yang ditampilkan

dihitung.

2.13 PERUBAHAN PENERAPAN TERAPI PERILAKU.

20

Page 21: MAKALAH prilaku

Selama masa perkembangannya sampai saat ini, terdapat tiga perubahan

besar dalam penerapan terapi perilaku, yaitu :

1. terapi perilaku yang fokus pada memodifikasi perilaku-perilaku tampak

(overt behavior), yakni yang didasarkan pada prinsip dan prosedur clasical

dan operant conditioning. Terdapat dua pendekatan yang terkenal yakni :

a. applied behavior analysis (Skinner)

Pada pendekatan ini asumsi yang digunakan adalah

perilaku merupakan fungsi dari konsekuensi (behavior is a

function of its consequences). Prosedur yang digunakan berupa

pemberian reinforcement, punishment, extinction dan stimulus

control.

b. Neobehavioristic mediational stimulus response (Mowrer & Miller).

Merupakan aplikasi dari konsep clasical conditioning. Pada

pendekatan ini mulai disadari bahwa proses mental mempunyai

pengaruh terhadap hukum belajar yang kemudian membentuk

suatu perilaku. Model pendekatan Stimulus Respon menggunakan

proses mediasional. Teknik-teknik yang digunakan berupa

systematic desensitization dan flooding.

2. Gerakan ke dua

Social-Cognitive theory yang diprakarsai oleh Bandura (1986).

Ada 3 faktor yang terpisah namun saling membentuk sistem interaksi satu

sama lainnya, yang berupa lingkungan (external stimulus event)s,

penguatan (external reinforcement), dan proses kognitif (cognitive

mediational processes). Social-Cognitive Theory beranggapan bahwa

ketiga elemen terseut saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena

itu, dalam prosedur treatment yang menjadi fokus adalah individu itu

sendiri sebagai agent of change. Aplikasi dari teori ini adalah Cognitive

Behavior Therapy (CBT).

CBT dapat membantu merubah cara berfikir “cognitve” dan

bagaimana berperilaku “behavior”. Perubahan ini dapat membantu untuk

21

Page 22: MAKALAH prilaku

merasa lebih baik .Fokus pada masalah dan penyulit “ sekarang dan saat

ini “here and now”. Sebagai pengganti focus penyebab stress di masa

lalu, Dimana cara ini adalah jalan untuk memperbaiki pikiran saat ini.

Satu masalah terbesar dalam CBT adalah menentukan mana fikiran

negative atau fikiran disfungsional yang sesuai dengan target dari

intervensi kognitif.

Penentuan fikiran utama “hot thought” merupakan hal yang sangat

sulit, karena klien mempunyai banyak pikiran utama. Target utama

kognitif terapi adalah memngidentifikasi pikiran utama “central” dari

masalah klien, contohnya : terakhir kali merasa sangat depresi/merasa

sangat tertekan.

2.14 Prinsip Penggunaan Pendekatan CBT

CBT membantu berfikir dalam mengatasi masalah dengan cara

memecahkannya ke dalam bagian-bagian yang kecil, tujuannya untuk

membuat lebih mudah bagaimana melihat hubungan dan bagaimana hal

tersebut mempengauhi diri seseorang.

Bagian-bagian tersebut terdiri dari :

a) Situasi : Suatu masalah, kejadian atau situasi yang sulit.

Kemudian dapat dilanjutkan dengan :

b) “Thought” (pikiran )

c) “Emotion” (emosi)

d) “Physical feelling” (perasaan fisik)

e) “Action” (tindakan)

Setiap area tersebut saling mempengaruhi. Bagaimana pikiran

seseorang terhadap suatu masalah dapat mempengaruhi perasaan

baik secara fisik maupun emosional. Hal itu juga dapat dilakukan untuk

merubah diri sendiri.Terdapat enam komponen esensial dalam CBT,

yaitu:

a. hubungan kolaboratif yang terapeutik

22

Page 23: MAKALAH prilaku

Ketulusan “genuine”, menghormati dan hubungan saling

percaya antara perawat terapis dengan klien merupakan

komponen utama dalam pencapaian tujuan terapi. Perawat dank

lien bersama-sama merumuskan dan menyetujui yang berkenaan

dengan tnggung jawab dalam melakukan proses perubahan.

b. Formulasi kasus kognitif

Membuat profil diagnosis, konseptual masalah klien,

perkiraan asset klien untuk terapi, memberikan berbagai strategi

pengobatan yang ditujukan pada masalah klien. Juga

memngidentifikasi alas an yang mungkin menyebabkan kegagalan

terhadap keresponsipan klien serta eksplorasi dimensi kunci

keresistenan dalam pengobatan atau terapi awal .

c. Strukturisasi

Pendekatan CBT dalam proses merubah didasarkan pada

pendekatan structural. Struktur merupakan esensi dalam

perkembangan hubungan yag terapeutik dan memberikan arahan

dan berfokus pada keduanya, yaitu perawat dan klien. Struktur

sesi CBT terdiri dari lima elemen penting :

a. setting agenda

b. identifikasi dab sepakati masalah yang terjadi

c. umpan balik yang periodic

d. pemberian pekerjaan ruah (“homework assignment”)

e. Kesimpulan

d. Sosialisasi

kepada klien mengenai model kognitif

Ajari metoda ABC akan membantu kejelasan dari konsepsi yang

salah terhadap penyebab masalah serta mengerti bahwa pikiran,

emosi dan perilaku saling mempengaruhi. Pemahaman tersebut

akan memberikan harapan “instill hope”tentang kemungkinan

untuk berubah, motivasi terhadap tanggung jawab atas atas

kesembuhan klien, serta mendorong mereka untuk bekerjasama

dengan perawat dalam proses berubah.

23

Page 24: MAKALAH prilaku

e. CBT

Berbagai teknik dapat diterapkan berhubungan dengan CBT

teknik, seperti pertanyaan sokratik, lembar kerja core-belief,

imagery, cost-benefit analysis, continuum core belief

logs,percobaan perilaku atau survey.

f. Normalisasi

Proses reintegrasi klien dengan masyarakat. Terdaat 2 elemen

penting, yaitu :

a. Destigmatisasi : identifikasi dan diskusikan arti negative

yang klien miliki tentang pelabelan gangguan jiwa

b. Restoring Positive experience : membantu klien mengganti

dari menghabiskan waktu yang banyak terhadap perasaan

khawatir atau merasa tidak mampu terhadap masalah

yang dihadapi menjadi memiliki gambaran yang realistis

mengenai pentingnya pencapaian perasaan seimbang dan

proposional dalam kehidupan.

c. Indikasi Klien : Kecemasan , Depresi ,Panic ,Agoraphobia

dan phobia lainnya ,Social phobia ,Bulimia ,Gangguan

obsesif compulsive ,Post traumatic stress disorder,

Schizophrenia.

Artikel Cognitive behavioural therapy and client-centred

counseling Di akses pada tanggal 16 sep 2003. membahas tentang

penggabungan kognitif Terapi perilaku ( CBT ) dan konseling berpusat

pada klien ( CCC ) dalam pendidikan dan praktek perawat . Saat ini , CBT

dan CCC dipraktekkan secara independen dari satu sama lain dalam

perawatan kesehatan mental . Proyek ini berusaha untuk membawa

bersama-sama kualitas yang unik dari setiap intervensi sementara

mendorong pendekatan sinergis . diambil dengan cara

mengembangkan dan memberikan percontohan tiga hari belajar

lokakarya . Lokakarya pengalaman yang dievaluasi dengan

menggunakan dua set kuesioner terstruktur dan enam wawancara semi -

terstruktur dengan dipilih secara

24

Page 25: MAKALAH prilaku

acak peserta . Sebuah kuesioner tindak lanjut digunakan untuk meninjau

pendekatan gabungan dalam praktek . Kedua terapi perilaku kognitif

( CBT ) dan konseling klien cen - Tred ( CCC ) pasien menawarkan

bantuan dan dukungan untuk menangani masalah-masalah pribadi .

Praktek-praktek berbagai terapi untuk meningkatkan

kesejahteraan .untuk itu perlu untuk pendekatan terpadu untuk CBT dan

CCC .

(Findlay Collins, MPhil, BA, RNT, RMN, DipEd, and David Deady,

BA, RNT, RCNT, RGN, RMN, DN, DipCouns, DIMN,are lecturers, School

of Health Nursing and Midwifery, University of Paisley.Artikel Cognitive

behavioural therapy and client-centred counseling Di akses pada tanggal

16 sep 2003 )

3. Acceptance and Commitment Therapy (ACT).

Sedangkan dalam Acceptance and Commitment Therapy

mengkombinasikan prinsip-prinsip behaviorisme Skinner dengan faktor

bahasa dan kognitif serta bagaimana ketiga faktor tersebut berpengaruh

dalam psikopatologi. Terdapat empat konsep utama yakni:

a. Experiential avoidance. Mengacu pada proses mencoba untuk

menghindari pengalaman pribadi negatif atau menyedihkan,

b. Acceptance. ACT dirancang untuk membantu klien belajar bahwa

menghindari pengalaman adalah bukan solusi.

c. Cognitive Defusion. Konsep ini mengacu memisahkan pikiran dari

orang lain yang dan apa yang kita pikirkan.

d. Commitment. ACT berfokus pada tindakan.

2.15 Pengajaran ABC

Kognitif terapi difokuskan pada fikiran, emosi, perilaku dan lingkungan juga

aspek penting.Langkah pertama pada kogniif terapi adalah mengajarkan klien

pentingnya pikiran. Terapis harus menunjukan belief, filosofi dan skematik klien

yang dapat menyebabkan kekuatan pada emosi dan perilaku, serta menghambat

atau menurunkan emosi yang negative. Klien harus diubah keyakinannya.

25

Page 26: MAKALAH prilaku

Hal ini bukan merupakan suatu proses penyebab; terapis perlu menggunakan

metoda sistemik untuk menjelaskan prinsip-prinsinya.

Sebelum klien dapat memnggunakan teknik kognitif yang efektif, klien harus

diyakinkan bahwa keyakinannya berhubungan dengan masalah-masalahnya.

Diawali dengan anjuran agar klien jangan banyak berfikir. Karena klien akan

menyalahkan keturunan, pola asuh yang salah dari orang tua, pengalaman masa

kanak-kanak yang traumatic, ketidakberuntungan, marah kepada orang lain,

sakit yang terbentuk karena pebedaan pandangan masyarakat.

Metoda

Ajarkan formula dasar : A B C

Gambarkan rumus dibawah ini kepada klien

A ==> B ==> C

a) A: merupakan singkatan dari actual events (kejadian sesungguhnya)

b) B: merupakan singkatan dari belief (kepercayaan), yaitu apa yang anda

percayai dari kejadian tersebut.

c) C: merupakan singkatan dari consequence (konsekuensi) yang anda

alami sebagai akibat dari apa yang anda percayai.

d) Cognitive therapy mencoba mengubah “B”, yaitu apa yang anda percayai

dari kejadian tersebut agar anda tidak perlu mengalami “C” yaitu

konsekuensi negatif dari B yang anda punyai. Bila anda bisa menghindari

munculnya B negatif (kepercayaan negatif) dari suatu kejadian yang

sebenarnya (actual event), maka berarti anda sudah berhasil mencegah

timbulnya konsekuensi negatif (marah, sedih, frustasi, dll).

Berikut ini teknik atau cara melakukannya:

1. Periksa apa yang sebenarnya terjadi (evident). Letakkan suatu kejadian

dalam konteksnya atau gambaran besarnya. Bila anda sedih karena

suami bilang bahwa anda pemalas karena ketika tadi malam anda

pulang malam dan tidak punya lagi kekuatan untuk membersihkan

dapur. Maka ingat ingat bahwa pada hari hari biasa, ketika tidak terlalu

26

Page 27: MAKALAH prilaku

capai, anda biasanya membersihkan dapur. Tentu saja, bila saat itu

sangat capai, bisa dimaklumi bila anda tidur tanpa membersihkan dapur

terlebih dahulu. Dengan kata lain, anda tidak perlu menyalahkan diri

anda sendiri sebagai pemalas.

2. Bicara kepada diri sendiri seperti bila anda bicara kepada teman.

Misalnya : ada seorang teman yang kena pemutusan hubungan kerja

(PHK) sehingga teman tersebut merasa sebagai orang yang tidak

berguna lagi, gagal dan tidak dihargai. Apa yang anda katakan

kepadanya? Mungkin anda akan berkata seperti ini:” Anda bukan

seorang yang gagal dan tidak berguna. Banyak orang terkena PHK, dan

PHK sering tidak berkaitan dengan kinerjamu. Kamu punya kemampuan

dan kreatif. Kamu dulu pernah jatuh dan bangkit lagi. Saya percaya

kamu akanbisa mengatasi hal ini.” Bila anda mengalami hal yang sama,

katakan hal yang sama kepada diri anda sendiri.

3. Temukan kesuksesan ataukeberhasilan kecil. Dari pada menilai

perkawinan anda sebagai gagal total, coba lihat pada keberhasilan atau

kesuksesan kecil, seperti bahwa selama ini anda bisa saling mendukung

sehingga anda bisa mengambil S2 dan jabatan juga naikterus. Kita

selalu bia mengubah pikiran negatif menjadi pikiran positif dalam segala

situasi.

4. Buat rumusan pengertian atau definisi dari suatu istilah. Bila anda gagal

ketika ikut tes mengemudi (cari SIM-surat ijin mengemudi) kemudain

anda berpikir bahwa anda adalah manusia tidak berguna, maka coba

lihat pengertian “manusia tidak berguna”. Manusia tidak berguna adalah

manusia yang tidak bisa menghasilkan apa apa. Nah, tentu saja anda

tidak termasuk dalam kategori “manusia tidak berguna”.

5. Lakukan survey kecil-kecilan.Bila ibu anda ingin berkunjung dan

menginap dirumah anda, padahal saat itu anda sangat sibuk dengan

pekerjaan kantor dan anak anak juga sibuk dengan tes di sekolah. Anda

sebenarnya agak keberatan dengan kunjungan ibu anda disaat kondisi

seperti itu, namun anda juga ingin menjadi anak yang berbakti. Bila

anda bingung, coba tanya kepada teman teman atau saudara dekat

bagaimana sebaiknya mengatasi hal tersebut.

27

Page 28: MAKALAH prilaku

6. Buat perbandingan. Misalnya bila anda merasa sedih karena anda

merasa jadi ibu yang pemalas (karena anda tidak suka masak, makanan

sering beli makanan jadi), maka bandingkan denganbidang yang lain.

Ternyata anda senang membersihkan rumah, merawat taman,

membantu anak anak mengerjakan pekerjaan rumah. Dengan demikian

anda bisa menghilangkan pikiran negatif bahwa anda adalah seorang

istri pemalas karena tidak suka memasak.

7. Pecahkan masalah. Bila anda marah marah setelah pulang kantor

karena melihat rumah kotor dan berantakan. Maka dari pada marah

marah tidak karuan, coba pecahkan masalahnya. Ternyata istri anda

hari itu harus memasak untuk kegiatan sosial sehingga tidak sempat

membersihkan rumah. Maka pemecahannya bisa dengan, misalnya:

mencari pembantu kerja paruh waktu, atau beli makanan jadi untuk

kegiatan sosial (tidak harus istri masak sendiri), dll. Intinya dari pada

Seperti juga kebiasaan baik (berolah raga, makan sehat, dll) maka agar

bisa menghilangkan pikiran negatif, kita perlu berlatih melakukannya

secara teratur. Hasilnya akan menggembirakan.marah dan punya

pikiran negatif, lakukan saja pemecahan masalahnya.

( di kutip dari artikel TirtoJiwo, Juni 2012,tentang Terapi Kognitif dan

Perilaku Untuk Penderita Depresi )

4. Gerakan ketiga dalam perkembangan terapi perilaku didasari oleh

argumentasi Hayes (2004) yang mulai menggunakan konsep penerimaan

(acceptance) yg merupakan proses aktif dari self-affirmation, menerima

bukan berarti menyerah melainkan keberanian untuk mengalami/merasakan

pikiran perasaan negatif. Terdapat dua bentuk terapi perilaku yang

menggunakan konsep acceptance, yakni :

a. Dialectical Behaviora Therapy (DBT) : Terdapat dua konsep

penting dalam penerapan DBT, yakni Acceptance and change dan

Mindfullness. Untuk mencapai kondisi mindfullness dibutuhkan

beberapa kemampuan yang harus dikuasai, yakni :

b. Mengamati serta memperhatikan emosi yang dirasakan tanpa

mencoba untuk menghentikan walaupun terasa sangat

menyakitkan.

c. Mencoba untuk menjelaskan dan menjabarkan pikiran serta

perasaan yang sedang dirasakan.

28

Page 29: MAKALAH prilaku

d. Jangan langsung menghakimi atas pikiran dan perasaan yang

sedang dialami, tapi coba untuk mengidentifikasi dan memahami

apa yang menjadi penyebab hal tersebut.

e. Stay in the present.

f. Fokus pada satu hal (one mindfully).

29

Page 30: MAKALAH prilaku

BAB 3

PENUTUP

2.10 KESIMPULAN

Terapi perilaku adalah terapi psikologis singkat bertarget yang lebih

menangani gambaran terkini berbagai gangguan ketimbangan, mengurusi

perkembangan sebelumnya. Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku

kompulsif, disfungsi sexual (misalnya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual

(misalnya exhibisionisme). Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif, gangguan

kebiasaan atau pengawasan impuls (misalnya gagap, enuresis, dan berjudio

secara kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia) dan reaksi

konversi. Terapi perilaku berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus

secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si pasien.Dalam

penerapan terapi tingkah laku terdapat enam teknik, diantaranya: Training

Relaksasi, Desensitisasi Sistemik, Latihan Asertif, Pencontohan (modelling

methods), Self-Management Programs,Multimodal Terapi.

Menurut Handojo ada lima tujuan terapi tingkah laku, yaitu: Komunikasi

dua arah yang aktif,Sosialisasi ke dalam lingkungan yang umum, Menghilangkan

atau meminimalkan perilaku yang tidak wajar,Mengajarkan materi

akademik, Kemampuan bantu diri atau bina diri dan keterampilan lain. Namun

secara umum tujuan terapi tingkah laku yaitu menciptakan kondisi baru untuk

belajar. Dengan asumsi bahwa pemeblajaran dapat memperbaiki masalah

perilaku. Sedangkan terapi perilaku kontemporer menekankan peran aktif klien

dalam menentukan tentang pengobatan mereka.

30

Page 31: MAKALAH prilaku

Daftar pustaka

Dolan, D. C., Taylor, D. J., Bramoweth, A. D., & Rosenthal, L. D.

(2010). Cognitive-behavioral

Fadlilah, Hj. Lailatul. 2008. Skripsi Kendala Penerapan Terapi ABA

(Applied Behavior Analisys) Terhadap Kemandirian Anak Retardasi Mental

(Mahassiswa Fakultas Psikologi UIN MALIKI Malang).di akses pada hari

selasa 09 okt 2013.

Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta:

Gunung Mulia.

Howland, Rebeka. (1997). Psikiatri. Alih Bahasa: R.F Maulany.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Purwaningsih, Wahyu & Karlina Ina.2010.Asuhan Keperawatan

Jiwa.Jogjakarta:Nuha Medika.

Supriadi,2006,BehaviourCounselling,http://www.andragogi.com/

document2/Terapi%20tingkah%20laku.htm, di akses pada minggu , 06 okt

2013.

therapy of insomnia.2009 clinical case series study of patients with co-

morbid disorders and using hypnotic medications. Behav Res Ther, 48(4),

321-327. doi: 10.1016/j.brat.2009

YS, Miss. 2011. Terapi Tingkah Laku, (behavioristik),

(http://trueorwrong.wordpress.com/2011/02/23/terapi-tingkah-laku-

behavioristik/), Di akses pada hari minggu, 06 okt 2013

31

Page 32: MAKALAH prilaku

32