makalah sejarah(pontianak)

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    1/18

    Page | 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    LATAR BELAKANG

    Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari guru mata pelajaran Sejarah Indonesia.

    Makalah ini disusun berdasarkan tugas kelompok, yang terdiri dari dua orang yaitu Dara

    Venussia dan Fachma Airisa R. Kelompok kami membahas tentang sejarah islam di Pontianak.

    RUMUSAN MASALAH

    1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Islam di pontianak ?

    2. Apa saja kerajaan islam yang tersebar di Pontianak?

    3. Apa saja peninggalan sejarah yang ada di Pontinak?

    TUJUAN

    1. Memenuhi tugas guru mata pelajaran Sejarah Indonesia.

    2. Untuk mengingat kembali tentang bagaimana Islam masuk ke Pontianak.

    3. Supaya kita bisa mengetahui peninggalan kerajaan islam di Pontianak.

    4. Untuk mengetahi kerajaan-kerajaan yang ada di Pontianak.

  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    2/18

    Page | 2

    BAB III

    PEMBAHASAN

    1.1Sejarah masuknya Islam di Kalimantan barat

    Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Sendam, 1970:35, Islam Masuk

    di Kalimantan Barat yaitu sekitar abad ke 15 M, melalui perdagangan dan tidak

    melalui organisasi misi, tetapi merupakan kegiatan perorangan. Ada dua proses

    berlangsungnya penyebaran Islam. Pertama penduduk pribumi berhubungan dengan agama

    Islam, kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang asing Asia (Arab,India, Cina dan lain-lain)

    yang telah memeluk agama Islam dan bertempat tinggal secara permanen di suatu wilayah

    kemudian melakukan perkawinan campuran dan menjadi anggota masyarakat lainnya. Seperti

    pada kerajaan Tanjungpura, Sambas, Mempawah, Kubu, Pontianak dan lain sebagainya.

    2.2 Cara masuknya Islam di Kalimantan Barat

    Ada beberapa hal yang membuat Islam dapat dengan mudah untuk diterima oleh

    masyarakat dan menyebar luas sampai kedaerah-daerah pedalaman. Adapun hal tersebut bias

    terjadi karena islam masuk melalui jalur berikut:

    1. Melalui perkawinan

    Dimana adanya perkawinan campuran yang dilakukan oleh orang muslim dengan orang

    non-muslim. Adanya perkawinan campuran ini juga dapat dilihat pada kerajaan Pontianak yang

    rajanya Syarief Abdurrahman Al-Kadri menikah dengan NyaI Tuaputri Dayak kerajaan Matan.

    2. Melalui perdagangan

    Mayoritas penduduk Kalbar tinggal di daerah pesisir sungai atau pantai. Islam disebar

    luaskan dan berkembang melalui kegiatan perdagangan mulanya di kawasan pantai seperti Kota

    Pontianak, Ketapang, atau Sambas, kemudian menyebar kearah perhuluan sungai

    (Yusriadi,dkk 2005:2).

    3. Melalui dakwah

    Adapun nama-nama mubaligh dan guru agama yang terlibat dalam menyebarkan agama

    Islam di Kalbar tersebut pada awal abad ke-20 menurut Mohd Malik (1985:48) diantaranya

    adalah Haji Mustafa dari Banjar (1917-1918), Syeh Abdurrahman dari Taif, Madinah (1926-

    1932), Haji Abdul Hamid dari Palembang (1932-1937), Sulaiman dari Nangah Pinoh (1940-?),

    dan Haji Ahmad asal Jongkong (sekarang). Para guru agama ini mengajarkan membaca Al-

    Quran, fiqh dan lain-lain, dirumah dan juga di mesjid. Dalam pengajaran membaca Al-Quran

    mereka menggunakan metode Baqdadiyah (Yusriadi,dkk 2005:5).

    4. Melalui Kekuasaan (otoriter)

    Islamisasi ini terjadi pada masa Sultan Aman di kerajaan Sintang. Pada massa ini beliau

    melakukan perperangan kepada siapa saja yang tidak mau masuk Islam. Tercatat raja-raja

  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    3/18

    Page | 3

    kerajaan Silat, Suhaid, Jongkong, Selimbau dan Bunut diperangi karena tidak mau masuk Islam.

    Setelah raja-raja tersebut dapat ditaklukan dan menyatakan diri memeluk Islam, mereka

    diharuskan berjanji untuk tidak ingkar. Bagi yang melanggar akan dihukum mati. Hal ini

    mungkin agak unik dibandingkan dengan Islamisasi yang terjadi diwilayah lain yang rata-rata

    disiarkan secara damai (Hermansyah, dkk 2005:10).

    5. Melalui Kesenian

    Islam disebarkan kepada masyarakat Kalbar juga melalui kesenian tradisional. Ini dapat

    kita lihat pada masyarakat di Cupang Gading. Sastra tradisional yang ada di Cupang Gading

    memperlihatkan adanya nilai-nilai keislaman. Dengan mengkolaborasikan antara nilai Islam

    dengan nilai kesenian ini memberikan kemudahan dalam menyebarkan Islam itu sendiri.

    Berpadunya nilai lokal dengan Islam dapat dilihat melalui prosa rakyat yang dikenal denganistilah bekesah dan melalui puisi tradisional, seperti pantun, mantra, dan syair (Dedy Ary

    Asfar,dkk 2003: 46). Selain itu Islam juga disebarkan melalui kesenian Jepin Lembut yang ada

    didaerah Sambas. Dengan berbagai macam kesenian inilah yang kemudian dijadikan media

    dakwah dalam menyebarkan Islam di Kalbar.

    1.3 Pemimpin kerajaan di Kalimantan Barat

    Di Kalimantan Barat daerah yang pertama kali mendapat sentuhan agama Islam adalah

    Pontianak, Matan dan Mempawah yang diperkirakan antara tahun 1741, 1743 dan 1750.

    Menurut salah satu versi pembawa islam pertama bernama Syarief Husein, seorang Arab atau

    dengan nama lain beliau Syarif Abdurrahman al-Kadri, putra dari Svarif Husein. Diceritakan

    bahwa Syarief Abdurrahman Al-Kadri adalah putra asli Kalimantan Barat. Ayahnya Sayyid

    Habib Husein al-Kadri, seorang keturunan Arab yang telah menjadi warga Matan. Ibunya

    bernama Nyai Tua, seorang putri Dayak yang telah menganut agama Islam, putri Kerajaan

    Matan. Syarif Abdurrahman al-Kadri lahir di Matan tanggal 15 Rabiul Awal 1151 H (1739 M).

    Jadi ia merupakan keturunan Arab dan Dayak dan Ayahnya Syarief Husein (Ada yang

    menyebutnya Habib Husein) menjadi Ulama terkenal di Kerajaan Matan hampir selama 20

    tahun.

    Menurut keterangan di atas tampak bahwa islam masuk di Kalimantan Barat dibawa oleh

    juru dakwah dari Negeri Arab. Ini sejalan dengan teori beberapa sejarawan Belanda diantaranya

    Crawford (1820), Keyzar (1859), Neiman (1861), de Hollander (1861), dan Verth (1878).

    Menurut mereka penyiar Islam di Indonesia (Nusantara) berasal dari arab, tepatnya dari

    Hadramat, Yaman. Teori ini didukung pula oleh sejarawan dan ulama Indonesia modern, seperti

    Hamka, Ali Hasyim, Muhammad Said dan Syed Muhammad Naquib a( atlas (Malaysia).

    Islam di Kalimantan Barat berjalan secara alami Habib Husein al-Kadri sebagai juru

    dakwah pertama, dilanjutkan oleh putranya Syarif Abdurrahman al-kadri bersama para kader

    dakwah lainnya. Disebut alami disini karena selain tugas dakwah dijalankan, aktivitas ekonomis

    juga digerakkan sehingga para juru dakwah perintis ini memiliki kekuatan ekonomi yang kuat.

  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    4/18

    Page | 4

    Dengan kekuatan ekonomi ini pula dakwah menjadi semakin berhasil, ditambah relasi yang luas

    dengan para pedagang lainnya. Walaupun bagi Kalimantan barat, datangnya Islam yang dibawa

    oleh Syarif Husein alKadri, Kalimantan barat bukan merupakan daerah pertama yang

    didatanginya. Dan rentetan kronologi sampai akhirnya beliau menetap dan memusatkan dakwah

    di Kalimantan Barat.

    Beliau sendiri lahir tahun 1118 H di Trim Hadramat Arabia. Tahun 1142 H setelah

    menamatkan pendidikan agama yang memadai, atas saran gurunya berangkat menuju negeri-

    negeri timur bersama tiga orang kawannya untuk mendakwah islam. Tahun 1145 H mulanya

    mereka tiba di Aceh. Sambil berdagang mereka mengajarkan Islam disana. Lalu perjalanan di

    lanjutkan ke Betawi (Jakarta) sedangkan temannya Sayyid Abubakar Alaydrus menetap di Aceh,

    Sayyid Umar Bachasan Assegaf berlayar ke Siak dan Sayyid Muhammad bin Ahmad al-Quraisy

    ke Trenggano. Syarif Husein al-kadri tingggal di betawi selama 7 bulan, kemudian di Semarang

    selama 2 tahun bersama Syekh Salam Hanbali. Tahun 1149 beliau berlayar dari Semarang ke

    Matan (ketapang) Kalimantan Barat dan diterima di Kerajaan Matan.

    Seiring dengan usaha dakwahnya, penganut Islam semakin bertambah dan Islam

    memasyarakat sampai ke daerah pedalaman. Maka antara Tahun 1704-1755 M ia diangkat

    sebagai Mufti (hakim Agama Islam) dikerajaan Matan. Selepas tugas sebagai Mufti, beliau

    sekeluarga diminta oleh raja Mempawah Opo Daeng Menambun untuk pindah ke Mempewah

    dan mengajar agama disana sampai kemudian diangkat menjadi Tuan Besar Kerajaan

    Mempewah, sampai wafatnya tahun 1184 dalam usia 84 tahun.

    Mulanya Syarif Husein menetap di Matan (Ketapang) dan berdakwah disana. Ia

    mendapatkan respon yang sangat baik sehingga penganut Islam semakin banyak dan Islam

    memasyarakat sampai kepedalaman. Maka antara Tahun 1704-1755 M Ia diangkat sebagai

    Mufti (hakim Agama Islam) dikerajaan Matan. Selepas tugas sebagai Mufti, beliau sekeluarga

    diminta oleh raja Mempawah Opo Daeng Menambun untuk pindah ke Mempawah dan mengajar

    agama disana sampai kemudian diangkat menjadi Tuan Besar Kerajaan Mempawah, sampai

    wafatnya tahun 1184 dalam usia 84 tahun. (Anshar Rahman, 2000:5-6). Syarif Husein tidak

    hanya menyebar Islam dikalangan rakyat jelata, Ia juga menyebarkan kekalangan bangsawan.

    Salah satu cara yang ditempuh beliau dalam menyebarkan Agama Islam adalah dengan

    melakukan perkawinan dengan putri-putri bangsawan. Beliau menikahi 3 orang putri yang

    berasal dari kerajaan Matan, dan mereka ini berasal dari suku Dayak. (Anshar Rahmat, 2000:25)

    Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk ke Kalbar pada abad ke 15 di pelabuhan

    Ketapang (Sukadana) melalui perdagangan. Penyebaran agama Islam di Kalimantan Barat

    membujur dari Selatan ke Utara, meliputi daerah Ketapang, Sambas, Mempawah,

    Landak. Menurut Safarudin Usman bahwa Islam mulai menyebar di Kalimantan Barat

    diperkirakan sekitar abad XVI Miladiah, penyebaran Islam terjadi ketika kerajaan Sukadana atau

    lebih dikenal dengan kerajaan Tanjungpura dengan penembahan Barukh pada masa itu di

  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    5/18

    Page | 5

    Sukadana agama Islam mulai diterima masyarakat (Ikhsan dalam Usman 1996:3), akan tetapi

    Barukh tidak menganut agama Islam sampai wafat 1590 M.

    Selain itu ada pendapat yang mengemukakan pada tahun 1470 Miladiah sudah ada

    kerajaan yang memeluk agama Islam yaitu Landak dengan rajanya Raden Abdul Kahar(Usman,1996:4) Dimasa pemerintahan Raden Abdul Kahar (Iswaramahaya atau Raja Dipati

    Karang Tanjung Tua) beliau telah memeluk agama Islam sehingga dapat dikatakan berawal dari

    kerajaan Landak.

    Berbagai pendapat yang telah dikemukakan di atas bisa diperkirakan, bahwa agama

    Islam masuk di Kalimantan Barat pada masa pemerintahan Barukh (1538-1550). Dari riwayat

    kerajaan Landak diperoleh keterangan bahwa agama Islam di bawah pemerintahan Kerajaan

    Ismahayana, yang bergelar Raja Dipati Tanjung Tua (1472-1542), agama Islam mulaiberkembang di kerajaan Landak (Sendam, dalam Ajisman:1998). Mengingat kerajaan Matan

    dan Landak yang masuk diperkirakan pada abad ke 15 maka kerajaan Sintang yang berada

    dipedalaman sekitar akhir abad ke 16. Penyebaran yang pertama-tama kemungkinan dari para

    pedangang Semenanjung Melayu, terutama pedagang dari Johor. (Dalam Ikhan:2004:95).

    Sahzaman berpendapat bahwa agama Islam masuk di Kalimantan Barat melalui selat

    Karimata menuju kerajaan Tanjungpura yang memang sudah ada sejak abad ke XIII. Kerajaan

    Sambas pada masa Raden Sulaiman putra Raja Tengah dari kerajaan Brunei (Ajisman 1998:24)

    Dalam buku Sejarah Kodam XIII Tanjungpura Kalimantan Barat yang diterbitkan oleh

    Sendam Tanjungpura menyebutkan masuknya agama Islam di Kalimantan Barat pada abad ke

    16 Ketika kerajaan Hindu Sukadana dipimpin rajanya penembahan Barukh, pada saat yang sama

    penembahan Barukh membangun kota Baruk yaitu Matan (Ajisman:1998:25)

    Kerajaan Tanjungpura menjadi salah satu ciri kerajaan Islam, jauh sebelumnya sudah

    pernah ada komunikasi antara masyarakat dikerajaan Tanjungpura dengan para pedagang dari

    Arab, bentuk-bentuk peningalan yang masih bayak terdapat di daerah Kabupaten Ketapang, baikyang bersifat tangible maupun intangible hal itu masih bisa dijumpai sampai saat ini. Menurut

    penelitian yang dilakukan oleh Balar Arkeologi dari Banjarbaru Kalimantan Selatan bahwa

    peninggalan makam keramat tujuh maupun keramat sembilan diperkirakan pada abad ke-15

    akan tetapi jauh sebelumnya sudah ada kehidupan Islam di daerah Benua Lama, karena juga

    ditemukan nisan didalam dasar tanah berdiri kokoh dan relief yang bercorak Arab di wilayah

    Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat.

    Umat Islam menjadi mayoritas ketika berdirinya kerajaan Pontianak pada tahun 1771Miladiah. Kesultanan Pontianak dengan rajanya Sultan Syarif Abdurahman Al Qadrie adalah

    putra Syarif Husin Al Qadrie yang menjadi salah seorang penyebar agama Islam di Kalimantan

    Barat, kehadiran kesultanan yang bercorak Islam masih membawa pengaruh adat istiadat bangsa

    Nusantara yang dinamakan pengaruh Jawa pra Islam. Salah satu pengaruh kuat adalah

    percampuran budaya Timur Tengah dengan budaya jawa Pra Islam. Sekitar tahun 1733 Syarif

  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    6/18

    Page | 6

    Husin bin Ahmad Al Qadrie seorang ulama dari negeri Trim Ar-Ridha Hadralmaut (Timur

    Tengah) datang ke kerajaan Matan untuk menyebarkan agama Islam, kemudian di angkat

    sebagai penasehat raja, akan tetapi jabatan tidak begitu lama dikarenakan ada perselisihan

    paham tentang hukuman terhadap nakhoda tidak disetujui oleh Syarif Husein kemudian pindah

    kekerajaan Mempawah.

    Di daerah Kampung Kapur terdapat seorang guru ngaji yang bernama Djafar pada jaman

    tersebut beliau salah seorang yang termasyhur, sultan Pontianak Syarif Muhammad Al-Qadrie

    mengundang Djafar khusus menjadi guru ngaji dilingkungan Keraton Kadriyah Pontianak

    (Usmandkk:1997).

    Ustazd Djafar yang kelak menurunkan anak yang bernama Kurdi Djafar dikenal pendiri

    cabang Muhammadiyah di Sungai Bakau Kecil di Mempawah dan salah seorang putranyaMawardi Djafar seorang tokoh Muhammadiyah yang ada di Pontianak (dalam Iksan wawancara

    H.Rahim Jafar)

    Islam di Kalimantan Barat tidak saja disebarkan dikalangan masyarakat grassproots (akar

    rumput) atau rakyat jelata, tetapi juga dikalangan bangsawan. Cara yang digunakan pada

    awalnya adalah dengan, mengawini putri-putri bangsawan. Syarif Husein mulanya kawin

    dengan Nyai tua seorang putri keluarga kerajaan Matan. Belakangan beliau juga kawin dengan

    Nyai tengah dan Nyai Bungsu juga dari lingkungan kerajaan Matan. Dari Nyai Tua lahir Syarif

    Abdurrlhnrm Al-Kadri yang belakangnya menjadi pendiri Kesultanan Pontianak, Dari Nyai

    Tengah ia memiliki tiga anak, yaitu Syarifah Aisyah Syarif Abu Baikar dan Syarif Muhammad.

    Sedangkan dari Nyai Bungsu memperoleh tiga anak pula, yaitu Syarif Ahmad, Svarifah

    Marjanaj, Syarifah Noor. Ketiga istrinya itu bersaudara, namun dikawini secara ganti tikar

    setelah istri yang ada meninggal.

    Melihat sepak terjang Syarif Husein diatas, tampak beliau membangun kekuatan dakwah.

    selain politik dengan mendekati keluarga Kerajaan yaitu mengawini putri-putri bangsawan

    Kerajaan dayak yang sudah masuk Islam. Cara seperti ini memang banyak dilakukan para

    Ulama terdahulu, seperti para Ulama Walisongo dijawa dan Ulama besar Kalimantan Syekh

    Muhammad Arsyad al-Banjari. Dikalangan Ulama Walisongo tercatat diantaranya Sunan

    Bonang adalah putra Sunan Ampel dari hasil perkawinannya dengan Dewi Candrawati putri

    Brawijaya Kertabumi, cucu raja Majapahit. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari pernah kawin

    dengan Bajut (istri pertama) seorang putri Istana. Istri beliau yang lain, Ratu Aminah putri

    Pangeran Toha bin Sultan Tahmidillah, raja Banjar Islam yang ke-16 tampak disini, pintu

    perkawinan merupakan cara ampuh untuk mendekati lembaga kekuasaan. Terbukti kemudian

    Syarif Husein diangkat sebagai Mufti di Kerajaan Matan. Dan hal sama juga Syekh Muhammad

    Arsyad diangkat menjadi mufti dikerajaan Banjar. Pengangkatan tersebut tentu saja tidak semata

    karena adanya pertalian darah melalui perkawinan, tetapi didukung oleh keutamaan mereka

    juga.

  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    7/18

    Page | 7

    Hal sama dilakukan oleh putra Syarif Husein, yaitu Syarif Abdurrahman alKadri. Ketika

    ayahnya diminta oleh Raja Mempawah Opo Daeng Menambun untuk pindah ke Mempawah dan

    diangkat untuk menjadi tuan Besar Mempawah, Abdurrahman dikawinkan dengan Utin Candra

    Midi, putri Raja Opu Daeng Menambun. Jadi ada keberlanjutan pertalian darah antara darah

    Ulama dengan darah raja. Pertalian inilah yang membuat posisi Syarif Husein dan Syarif

    Abdurrahman AlKadri beserta keturunannya semakin kuat.

    Sebelum memperkuat karir politiknya, Syarif Abdurrahman Al-Kadri menjadi pedagang

    antar pulau. Sebagai mana disebutkan terdahulu ia memiliki armada dagang yang dilengkapi

    persenjataan di laut. Pernyataan ini seolah bertentagan dengan pernyataan terdahulu bahwa para

    pedagang Arab tidak tertair menggunakan senjata, dalam berdakwah. Sebenarnya tidak ada yang

    bertentangan dalam hal ini. Senjata yang digunakan oleh Syarif Abdurrahman al-Kadri adalah

    untuk mengawal armada dagangnya, sebab saat itu sudah terjadi persaingan antar kapal dagang,

    terutama kapal dagang asing dan juga untuk mengantisipasi serangan perompak laut (bajak laut).

    Kemungkinan besar angkatan bersenjata yang mengawal armada dagangnya tidak semata

    miliknya tetapi juga dibantu oleh Kerajaan Matan dan Kerajaan Mempawah yang sudah Islam

    ketika itu. Jadi Senjata bukan untuk dakwah, hanya mengawal dagang.

    Setelah Syarif Abdurrahman Al-Kadri mengurangi aktifitas dagangnya. ia kemudian lebih

    memfokuskan untuk mendirikan suatu kerajaan atau kesultanan Islam. Mulanya tahun 1185 H

    (1771 M) ia meninggalkan Mempawah menuju Pontianak. Setelah 4 hari berlayar disungai

    Kapuas, rombongannya mendarat di Istana Kadriah yang sekarang dinamai Pontianak. Di sini ia

    membangun perumahan dan balai serta masjid. Di tahun yang sama ia balik ke Mempawah

    untuk membawa serta keluarga dan mengambil armada Tiang Sambung ke Pontianak.

    Tahun 1777 dengan dibantu Raja Haji dari Riau, ia berlayar ke Tayan dan Sanggau untuk

    menaklukkannya dibawah kekuasaan Pontianak Selanjutnya tahun 1778 dengan dihadiri oleh

    para sultan dan penambahan dari Landang. simpang, Sukadana, Malay dan Mempawah, raja haji

    mengangkat dan menobatkan Syarif Abdurrahman al-Kadri menjadi Sultan dari kesultanan

    Pontianak. Setelah itu kesultanan Pontianak terus menguat dan menguasai Mempawah, Sambas,

    dll, baik dengan jalan perang maupun damai. Setelah Sultan Syarif Abdurrahman AI-Kadri

    wafat tahun 1808 M, berturut-turut sejumlah sultan keturunannya berkuasa di Kesultanan

    Pontianak, yaitu:

    1. Sultan Syarif Kasim Al-Kadri (1808-1819)

    2. Sultan Syarif Usman AI-Kadri (1819-18SS)

    3. Sultan Syarif Hamid Al-Kadri (1855-1872)

    4. Sultan Syarif Yusuf Al-Kadri (1872-1895)

    5. Sultan Syarif Muhammad Al-Kadri (185-1944)

    6. Sultan Syarif Thaha Al-Kadri (1944-1945)

  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    8/18

    Page | 8

    7. Sultan Syarif Hamid Al-Kadri (Sultan Hamid), (1945-1950)

    Adanya Kesultanan Pontianak yang dibangun oleh Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kadri,

    putra Syarif Husein al-Kadri ini menarik untuk dikomentari. Sebelumnya disebutkan pedagang

    Arab atau Ulama asal Arab yang datang ke Indonesia tidak teriarik untuk membangun kekuatanPolitik (political power) dengan cara mendirikan kerajaan sendiri yang dikuasai oleh keturunan

    Arab. Mereka lebih senang menjadi Ulama yang bersekutu dengan pihak kerajaan. Itu sebabnva

    tidak banyak diketahui orang Arab atau keturunan Arab yang menjadi pengusaha di Nusantara.

    Dari sedikit itu tercatat misalnya Fatahillah (Syarif Hidayatullah) yang berkuasa di Banten dan

    berhasil mengusir Poriugis dari Sunda Kelapa (Jayakarta) menguasainya. sehingga ia dianggap

    sebagai pendiri kota Jayakarta atau Jakarta sekarang, dan namanya diabadikan sebagai nama

    Universitas Islam negeri (UIN/ sebelumnya IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Mengapa Syarif Abdurrahman AI-Kadri tertarik terjun kedua politik dan selanjutnya

    menjadi sultan Pontianak Pertama, ini tidak terpisahkan dari darah yang mengalir pada dirinya.

    Walaupun ayahnya yarif Husin seorang Ulama Besar yang pernah diangkat menjadi Mufti dan

    tuan besar dan Syarif Abdurrahman pun diberikan pendidikan agama yang kuat oleh ayahnya,

    amun pada diri Syarif al-Kadri juga mengalir darah bangsawan kerajaan, sebab ibunya (Nyai

    Tua) adalah putri raja Matan, dan istrinya sendiri (Utin Chandra Midi) adalah putri raja

    Mempawah. Patutu juga dicatat, salah satu istri Syarif Abdurrahman AI-Kadri adalah ratu

    Syacharanom, putri dari kerajaan banjar, sehingga is sempat digelari Pangeran Syarif

    Abdurrahman Nur Alam.

    Dalam keadaan mengalir darah raja dan banyak bergaul dengan lingkungan kerajaan,

    bahkan kawin dengan putri-putri raja dapat dimaklumi jika Syarif Abdurrahman AI-Kadri punya

    naluri berkuasa yang besar sehingga berhasil membangun kesultanan Pontianak yang sangat

    besarnya dalam mengembangkan Islam di Kalimantan Barat.

    Pilihan politik ini, walaupun sepintas menyimpang dari tradisi orang Arab dan

    keturunannya di Indonesia yang lebih tertarik berdagang dan berdakwah, namun pilihan itu tidak

    dapat dikatakan salah. Dengan memiliki power politik sesudah power ekonomi melalui

    keberhasilan berdagang, agama Islam akan semakin berkembang dan memiliki kekuatan politik

    di Kalimantan Barat. Sebab dakwah Islam atau agama Islam akan kuat apabila ditopang oleh

    kekuasaan dan ekonomi.

    Lagi pula kekuasaan Syarif Abdurrahman Al-Kadri bukan semata karena ambisi

    politiknya, tetapi juga didukung oleh para Sultan dari kerajaan lain, juga dukungan rakyat. Salah

    satu kekuatan politik Kesultanan Pontianak adalah adanya toleransi beragama yang tinggi.

    Kepercayaan agama lain diluar Islam seperti Animisme, Khonghucu, dll, tetap dihormati.

    sehingga tidak terjadi konflik antaragama atau hal-hal negative lainnya. Bahkan di Kalimantan

    Barat bukan hal aneh bila mesti berdampingan atau berdekatan letaknya dengan klenteng, balai

  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    9/18

    Page | 9

    slot Dayak, dll. Adanya toleransi yang tinggi ini, membuat masyarakat non muslim tidak

    berkeberatan dikuasai oleh Kesultanan Pontianak yang Islam.

    1.4 Kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Kalimantan Barat

    1. Keraton Kadriah Pontianak

    Umat Islam menjadi mayoritas ketika berdirinya kerajaan Pontianak pada tahun 1771

    Miladiah. Kesultanan Pontianak dengan rajanya Sultan Syarif Abdurahman Al Qadrie adalah

    putra Syarif Husin Al Qadrie yang menjadi salah seorang penyebar agama Islam di Kalimantan

    Barat. Kawasan sekitar pusat pemerintahan kesultanan Pontianak yang terletak dipinggiran

    Sugai Kapuas, Kampung Kapur, Kampung Bansir, kampung Banjar Serasan dan Kampung

    Saigon sangat kental pengaruh agama Islam. Daerah Kampung Kapur terdapat seorang guru

    ngaji yang bernama Djafar pada jaman tersebut beliau salah seorang yang termasyhur, sultan

    Pontianak Syarif Abdurrahman Al-Qadrie mengundang Djafar khusus menjadi guru ngaji

    dilingkungan Keraton Kadriyah Pontianak (Usman dkk:1997)

    Gambar 1 ; Keraton Kadriah Pontianak

    2. Kerajaan Jongkong (Embau)

    Pada awalnya pendidikan dikerajaan ini didapatkan dari adanya pendakwah-pendakwah

    yang datang dari luar. Namun, kemudian untuk perkembangan Islam selanjutnya H. Ahmad dan

    teman-temannya membuka madrasah yang diberi nama Hidayatul Mustaqim pada tanggal 9

    November 1946, selain itu ada juga pengajian keliling.(Hermansyah,dkk 2003:13) Sebelum H.

    Ahmad masyarakat pendapatkan pengajaran dari mubaligh dan guru-guru agama yang

    mengajarkan Al-Qur,an, fiqh, di rumah dan di mesjid (Yusriadi,dkk 2003:5). Para pengajar

    agama juga berupaya menyepadukan ajaran Islam dengan kepercayaan lama yang berkembang

    di masyarakat (Hermansyah:2003).

    3. Kerajaan Sambas

    Pendidikan Islam di kerajaan Sambas dapat dilihat dari dua tahap sebagai berikut:

  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    10/18

    Page | 10

    Tahap pertama, yaitu pendidikan dilingkungan keluarga. Pendidikan dilingkungan

    keluarga diberikan dalam bentuk pelajaran membaca Al-Quran. Pendidikan sepertiini diberikan

    kepada anak dari sejak dini bagi anak-anak berumur 5-10 tahun. Kegiatan yang biasa disebut

    mengaji ini dilakukan secara berkelompok dirumah guru ngaji. Mula-mula anak di ajari

    membaca huruf Hijaiyyah dengan cara mengeja satu demi satu huruf kemudian merangkainya

    dengan kata sehingga terbentuk satu kesatuan kalimat. Apabila huruf-huruf ini telah dikenal

    barulah pindah membaca Jus Amma, yaitu jus ke-30 yang dibukukan tersendiri dan disebut juga

    Al-Quran kecil. Bagi anak yang sudah lancar membaca dan telah tamat Juz Amma, guru ngaji

    biasanya menyelenggarakan upacara penamatan yang disebut Khataman Al-Quran. Pada saat

    acara Khataman Al-Qur,an orang tua murid ngaji masing-masing mengantarkan hadiah berupa

    beras, kelapa, dan kain kepada guru ngaji. Besar kecilnya pemberian dan upacara tergantung

    pada kemampuan orang tua murid (Erwin,dkk 2005:18).

    Jika anak telah tamat Al-Quran Kecil, selanjutnya anak pindah untuk membaca Al-

    Quran Besar. Prosesi pengajaran Al-Quran besar, pertama-tama guru membimbing sekali atau

    dua kali, lalu anak mengulangnya beberapa kali sampai lancar. Pengetahuan membaca seperti ini

    ditingkatkan dengan memberikan pengetahuan seni membaca. Akhirnya, anak mampu membaca

    sendiri tanpa pembimbing. Disamping membaca anak-anak juga diberikan ilmu tajwid. Waktu

    yang diperlukan untuk menamatkan seluruh bacaan tidak ditentukan tergantung kemampuan

    membaca setiap anak. Namun, rata-rata mereka dapat menamatkan bacaan Al-Quran antara 6-

    12 bulan (Erwin, dkk 2005:19).

    Tahap kedua, pada tahap ini adanya pengakuan anggota masyarakat atau lingkungan

    masyarakat terhadap kealiman dan keshalehan seorang ustad atau syekh, sehingga anggota

    masyarakat mengirimkan anaknya untuk memperdalam ilmu. Pada tahap ini anak-anak yang

    telah meningkat remaja diajari dasar-dasar ilmu nahwu dan saraf.Selain itu juga di ajarkan

    semacam ilmu usul yang berisi materi rukun iman dan rukun Islam. Kitab rujukan utamanya

    adalah kitab Perukunan Melayu karya Arsyad al-Banjari. Selain itu, terdapat juga pelajaran

    fikih yang termuat dalam kitab 1001 Masalahyang amat praktis susunannya. Umumnya kitab-

    kitab rujukan ini menggunakan bahasa Arab Jawi (berbahasa Melayu beraksara Arab) dan sering

    kali tidak mencantumkan nama pengarangnya (anonymous). Selain ilmu fikih,terdapat

    kecenderungan berkembangnya ilmu tasawuf (Erwin, dkk 2005:19).

    Namun, ketika penguasa ke-8 kesultanan Sambas, Muruhum Anom yang bergelar

    Sultan Muhammad Ali Tsafiuddin (berkuasa 1813-1826), mulai membangun institusi

    keagamaan Islam di Istana dengan melantik H. Nuruddin Mustafa sebagai imam kesultanan.

    Tugas imam adalah setiap hari datang ke istana untuk memberikan pengajaran agama terutama

    pengajian al-Quran dan sembahyang kepada kerabat Sultan (Machrus Effendy 1995:20).

    Dengan demikian, perkembangan berikutnya istana dijadikan lembaga pendidikan dikalangan

    elit penguasa, selain masjid. Lembaga pendidikan istana (palace school) inilah yang kemudian

    berkembang menjadi madrasah al-Sutaniyah. Kemudian Muhammad Tsaifudin II mendirikan

  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    11/18

    Page | 11

    madrasah al-Sultaniyah pada tahun 1868. Pada awalnya kurikulum madrasah ini masih terbatas

    pada pelajaran Agama Islam. Peserta didiknya pun hanya dari kalangan kesultanan, aktivitas

    pembelajaran masih didalam istana. Namun setelah adanya pembauran dan adanya keinginan

    untuk membuat madrasah ini semakin baik, mulailah dikelola namun setelah adanya pembauran

    dan adanya keinginan untuk membuat madrasah ini semakin baik, mulailah dikelola dengan

    memasukan kurikulum pendidikan barat disamping pendidikan Islam, agar dapat menyaingi

    sekolah-sekolah milik kolonial Belanda. Lalu kemudian sekolah ini diganti namanya

    menjadi Tarbiatoel Islam (Erwin, dkk 2005:21).

    4. Kerajaan Sintang

    Pada saat itu kerajaan Sintang di pimpin oleh Sultan Abdurrahman Muhammad

    Jalaluddin biasa disebut Sultan Aman, beliau memerintah tahun 1150 sampai 1200 H. Raja inisangat fanatik terhadap Islam. Pada masa Sultan Aman ini Kerajaan Sintang didatangi dua orang

    ulama dari Aceh bernama Penghulu Abbas dan Raja Dangki dari Negeri Pagaruyung. Penghulu

    Abbas kemudian diangkat menjadi Penghulu Muda kerajaan dan Raja Dangki diangkat menjadi

    panglima perang karena keahliannya dibidang pencak silat dan ilmu nujum. Karena

    semangatnya mendakwah Islam, Sultan Aman mengirim utusan untuk menyebarkan Islam

    di hulu Sungai Kapuas. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa Sultan Aman juga memerangi

    orang-orang yang tidak mau masuk agama Islam.

    1.5Peninggalan Bersejarah Kalimantan Barat

    1. Keraton Kadriah (kota Pontianak)

    Keraton Kadriah Pontianak merupakan pusat pemerintahan Pontianak tempo dulu,

    struktur bangunannya terbuat dari kayu yang sangat kokoh, didirikan oleh Sultan Syarif

    Abdurrahman Alqadrie pada tahun 1771. keraton ini memberikan daya tarik khusus bagi para

    pengunjung dengan banyaknya artefak atau benda-benda bersejarah seperti beragam perhiasan

    yang digunakan secara turun-temurun sejak jaman dahulu. Di samping itu, koleksi tahta,

    meriam, benda-benda kuno, barang pecah belah dan foto keluarga yang telah mulai pudar,

    menggambarkan kehidupan dan kejayaan kerajaan ini dimasa lampau.

    http://2.bp.blogspot.com/-cEWJgsM7ajk/TyqOugwhzmI/AAAAAAAAABM/YTdk2V3fVdc/s1600/kraton24-03-06-f.jpg
  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    12/18

    Page | 12

    2. Kerajaan Amantubillah (Pontianak)

    Mempawah, memilki beragam potensi wisata. Selain event tahunan berupa acara robo-robo, mempawah juga memilki istana Amantubillah, seni budaya, dan beragam kuliner khas

    mempawah. Nama Istana Amantubillah mempunyai arti, Aku beriman kepada Al lah.

    Istana yang didominasi oleh warna hijau ini menempatkan tulisan Mempawah harus maju,

    malu dengan adat pada pintu gerbang istana.

    3. Keraton Ismahayana (Kab. Landak)

    Keraton Ismahayana Landak terletak sekitar 50 meter disebelah barat sungai pinyuh yang

    membelah kota ngabang. Istana ini berupa rumah panggung khas melayu Kalimantan Barat yang

    memanjang kebelakang dengan fondasi, lantai dan dinding, serta atap sirap dari kayu beliansebagai bahan utamanya. Terdapat beberapa koleksi peninggalan Kesultanan Landak yang

    tergolong sebagai warisan budaya dan sejarah, diantaranya mahkota Sultan Landak, keris si

    kanyut, sepasang pedang sakti, tempat tidur panembahan dan istrinya, duplikat payung

    kebesaran Sultan, dua kipas raja, seperangkat gamelan, dan Al-Quran kuno. Selain itu, ada juga

    artefak-artefak lain seperti meriam si penyuk dan empat buah meriam lainnya, lontar silsilah

    raja dan sejarah singkat Kesultanan Landak, foto-foto keluarga raja, bendera Kesultanan, serta

    perlengkapan upacara perkawinan adat berupa timbangan kayu.

    http://1.bp.blogspot.com/-A-6Pif0nyhc/TyqP3Pko2bI/AAAAAAAAABc/3rnU5ihNyfQ/s1600/46715918.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-Rmzg2bESW28/TyqPVnYjcII/AAAAAAAAABU/rJizNWBYWCo/s1600/mmpawah.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-A-6Pif0nyhc/TyqP3Pko2bI/AAAAAAAAABc/3rnU5ihNyfQ/s1600/46715918.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-Rmzg2bESW28/TyqPVnYjcII/AAAAAAAAABU/rJizNWBYWCo/s1600/mmpawah.jpg
  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    13/18

    Page | 13

    4. Keraton Surya Negara (Kab. Sanggau)

    Dearah yang dikenal dengan julukan Bumi Daranante ini memilki banyak keunikan.

    Baik beragam kekayaan alam, sejarah maupun pesona budaya daerahnya. Seiring peradabanmanusia, Kabupaten Sanggau juga mempunyai peninggalan kebudayaan jaman keemasan

    masyarakat sanggau tempo dulu. Ditandai dengan terdapatnya Keraton Surya Negara. Dari

    sejarah kerajaan sanggau memerintah pada abad ke-18 dengan rajanya bergelar Panembahan.

    Catatan seharah menyebutkan bahwa pertama kali Kerjaan Sanggau didirikan oleh Daranante.

    Dia bukan asli Sanggau, namun berasal dari Kabupaten Ketapang. Daranante kemudian menikah

    dengan Babai Cingak darui suku dayak Sanggau.

    5.

    Keraton Matan (Kab. Ketapang)

    Matan yang berarti Tanah Keselamatan merupakan kerajaan yang memilki sejarah

    panjang. Kerajaan Matan ini merupakan saksi bisu perjalanan sejarah masyarakat dan

    pemerintah Kabupaten Ketapang. Sekaligus dinasti terakhir Kerajaan Tanjungpura beragama

    hindu yang pernah berdiri sejak abad 9. baru setelah tahun 1451 raja-raja Tanjungpura memeluk

    agama islam dengan nama Kerajaan Matan yang dipimpin raja pertama bercirikan islam yakni

    pangeran Giri Kusuma. Koleksi unik terdapat di keraton ini adalah Meriam Padam Pelita dan

    sepasang tempayan bersejarah.

    http://3.bp.blogspot.com/-OXkmWfhrcAM/TyqQRwjLprI/AAAAAAAAABk/talhmzRrhEY/s1600/sgau.JPGhttp://3.bp.blogspot.com/-OXkmWfhrcAM/TyqQRwjLprI/AAAAAAAAABk/talhmzRrhEY/s1600/sgau.JPG
  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    14/18

    Page | 14

    6. Rumah Melayu (Kab. Ketapang)

    Pada arsitektur traditional melayu terkandung nilai budaya yang tinggi. Hal ini

    terlihat dari bentuk bubungan yang tidak lurus. Tetapi agak mencuat ke kanan dan ke kiri. Dapat

    disimpulkan bahwa para ahli pembuat rumah melayu jaman dahulu telah memikirkan faktor

    keindahan pada bubungan rumah yang mereka diami. Letak rumah melayu pada jaman dahulu

    menghadap ke arah matahari terbit. Ini berarti mengharapkan berkah dan rahmat seperti halnya

    matahari pagi yang bersinar cerah.

    7. Keraton Al Mukarramah (Kab.Sintang)

    Seorang belanda. Sampai saat ini kompleks Istana Sintang masih terawat dengan baik.

    Dihalaman istana, terdapat sebuah meriam dan situs batu kundur, yaitu sebuah batu peninggalan

    Demong Irawan sebagai lambang berdirinya Kerajaan Sintang. Di serambi depan istana

    terpajang salinan Undang-undang Adat Kerajaan Sintang yang terbuat pada masa pemerintahan

    Sultan Nata (disalin ulang pada tahun 1939) serta silsilah raja-raja yang pernah memerintah

    Kerajaan Sintang. Sedangkan pada bangunan sisi barat dan timur tersimpan koleksi meriam,

    naskah Al-Quran tulisan tangan pada masa Sultan Nata.

    8. Keraton Alwatzikhoebillah (Kab. Sambas)

  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    15/18

    Page | 15

    Kuno tapi terawat dengan baik. Hijau dan sejuk. Begitulah kira-kira kesan yang

    muncul ketika menginjakkan aki di istana Alwatzikhoebillah Kesultanan Sambas ini, bangunan

    istana didominasi dengan warna kuning sebagai warna khas melayu yang melambangkan

    kewibawaan dan keluhuran budi pekerti. Terdapat pula bekas kolam pemandian keluarga sultan

    di samping kanan istana dan rumah kediaman keluarga sultan yang berada di belakang istana.

    Pada sore hari, pengunjung akan berdecak kagum melihat pesona istana ini yang eksotik, apalagi

    di lihat dari atas perahu yang berjalan perlahan-perlahan di atas Sungai Sambas Kecil.

    9. Rumah Adat Dayak Sebujit (Kab. Bengkayang)

    Rumah adat dayak sebujit yang bernama Balug ini terletak di kampung sebujit

    kecamatan siding Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat ini merupakan rumah adat dayak

    yang dimilki suku dayak Bidayuh. Khasanah masyarakat dayak bidayuh menggambarkan

    kebersamaan dan sangat menghormati setiap tamu yang datang. Benda-benda pusaka masih

    tetap menjadi simbol keperkasaan dan manjadi kebanggan masyarakat sebagai peninggalan

    leluhur yang harus tetap dijaga dan dihormati, sehingga ritual upacara adat tetap dilaksanakan

    setiap tahunnya. Salah satu upacara yang dikenal adalah upacara nyobeng yaitu upacara

    memandikan tengkorak manusia untuk keselamatan kampung dari bencana maupun malapetaka

    yang mungkin akan datang juga sebagai simbol penghormatan terhadap roh leluhur.

    10.Bangunan Leluhur Marga Chia Hiap Sin (Kota Singkawang)

    Sebuah bangunan ala Tiongkok kuno terletak di belakang deretan bangunan ruko baru Jl.

    Budi Utomo, Singkawang. Tepatnya rumah no. 37 ini berada di ujung jalan menuju tepi sungai.

    Bangunan ini tampak masih kokoh berdiri selama ratusan tahun hingga sekarang. Bentuknya

    yang mirip Si he yuan (bangunan khas Tiongkok Utara) ini justru memberikan kesan

    bersahaja dan sedikit kesuraman karena terkikis hantaman cuaca selama ratusan tahun. Namun,

  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    16/18

    Page | 16

    rumah besar Hiap Sin ini merupakan bangunan ala kombinasi timur barat satu-satunya yang

    tertua dan masih berdiri kokoh di Singkawang.

    11.Rumah Betang ( Rumah Adat Dayak KaLBar)

    Budaya Betang merupakan cerminan mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari-

    hari orang Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan individu dalam rumah tangga da

    masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum

    adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau berbagi makanan, suka duka

    maupun mobilitas tenaga untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang menonjol dalam

    kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan (komunalisme) di antara para warga yang

    menghuninya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Dari sini kita mengetahui

    bahwa suku Dayak adalah suku yang menghargai suatu perbedaan. Suku Dayak menghargai

    perbedaan etnik, agama ataupun latar belakang sosial.

  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    17/18

    Page | 17

    BAB III

    PENUTUP

    KESIMPULAN

    Setelah Islam datang ke Indonesia banyak perubahan-perubahan yang terjadi

    terutama bagi rakyat yang menengah ke bawah. Mereka lebih di hargai dan tidak

    tertindas lagi karena Islam tidak mengenal sistem kasta, karena semua masyarakat

    memiliki derajat yang sama. Islam juga membawa perubahan-perubahan baik di bidang

    politik, ekonomi dan agama. Islam juga bisa mempersatukan seluruh masyarakat

    Indonesia untuk melawan dan memgusir para penjajah.

    SARAN

    Kami yakin dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangannya. Untuk itu

    kami mohon kepada para pembaca agar dapat memberikan saran, kritikan, atau

    mungkin komentarnya demi kelancaran tugas ini.

  • 7/26/2019 makalah sejarah(pontianak)

    18/18

    Page | 18

    DAFTAR PUSTAKA

    Sumber :

    http://senyumislam.wordpress.com/2012/09/10/perkembangan-islam-di-kalimantan-barat/

    http://khuzmayudi.blogspot.com/2013/03/sejarah-pendidikan-islam-di-kalimantan.html

    http://kesultanankadriah.blogspot.com/2011/01/islamsejarah-masuknya-ke-kalimantan.html

    https://docs.google.com/document/d/1B4YI0eI0PjIBUKbONA-_y0i-

    vmfMrlj_RNsMmdVLny8/edit?pli=1&hl=en_US

    Sumber foto :

    http://melayuonline.com/ind/history/dig/386/kesultanan-kadriah

    http://ikhsananugrahromadhan.blogspot.co.id/2012/02/peninggalan-bersejarah-kalimantan

    barat.html

    http://www.popeti.com/berita/wp-content/uploads/2015/02/2.-Rumah-Adat-Betang-Rumah-

    Tradisional-yang-Sarat-Makna3.jpg

    http://3.bp.blogspot.com/-

    nu3BhnHoiPs/VeMfzNeFcAI/AAAAAAAAIEc/Wbd4n1Ux6S4/s1600/Rumah%2Badat%2BBal

    ug.jpg

    http://kesultanankadriah.blogspot.com/2011/01/islamsejarah-masuknya-ke-kalimantan.htmlhttp://ikhsananugrahromadhan.blogspot.co.id/2012/02/peninggalan-bersejarah-kalimantan%20barat.htmlhttp://ikhsananugrahromadhan.blogspot.co.id/2012/02/peninggalan-bersejarah-kalimantan%20barat.htmlhttp://www.popeti.com/berita/wp-content/uploads/2015/02/2.-Rumah-Adat-Betang-Rumah-Tradisional-yang-Sarat-Makna3.jpghttp://www.popeti.com/berita/wp-content/uploads/2015/02/2.-Rumah-Adat-Betang-Rumah-Tradisional-yang-Sarat-Makna3.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-nu3BhnHoiPs/VeMfzNeFcAI/AAAAAAAAIEc/Wbd4n1Ux6S4/s1600/Rumah%2Badat%2BBalug.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-nu3BhnHoiPs/VeMfzNeFcAI/AAAAAAAAIEc/Wbd4n1Ux6S4/s1600/Rumah%2Badat%2BBalug.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-nu3BhnHoiPs/VeMfzNeFcAI/AAAAAAAAIEc/Wbd4n1Ux6S4/s1600/Rumah%2Badat%2BBalug.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-nu3BhnHoiPs/VeMfzNeFcAI/AAAAAAAAIEc/Wbd4n1Ux6S4/s1600/Rumah%2Badat%2BBalug.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-nu3BhnHoiPs/VeMfzNeFcAI/AAAAAAAAIEc/Wbd4n1Ux6S4/s1600/Rumah%2Badat%2BBalug.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-nu3BhnHoiPs/VeMfzNeFcAI/AAAAAAAAIEc/Wbd4n1Ux6S4/s1600/Rumah%2Badat%2BBalug.jpghttp://www.popeti.com/berita/wp-content/uploads/2015/02/2.-Rumah-Adat-Betang-Rumah-Tradisional-yang-Sarat-Makna3.jpghttp://www.popeti.com/berita/wp-content/uploads/2015/02/2.-Rumah-Adat-Betang-Rumah-Tradisional-yang-Sarat-Makna3.jpghttp://ikhsananugrahromadhan.blogspot.co.id/2012/02/peninggalan-bersejarah-kalimantan%20barat.htmlhttp://ikhsananugrahromadhan.blogspot.co.id/2012/02/peninggalan-bersejarah-kalimantan%20barat.htmlhttp://kesultanankadriah.blogspot.com/2011/01/islamsejarah-masuknya-ke-kalimantan.html