61
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang. Masalah umum yang sering dihadapi negara berkembang adalah tingginya tingkat inflasi. Sejak krisis moneter tahun 1998, harga-harga di pasaran cenderung naik. Tahun 2007 saja tingkat inflasi di Indonesia adalah 6,59 persen. Hal ini bisa diartikan bahwa aktiva yang dimiliki harganya akan berkurang sebesar 6.59 persen sedangkan pendapatan dinilai terlalu tinggi sebesar angka yang sama. Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade; utang luar negeri; dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik. Pada saat ini pasar modal menjadi primadona yang dipilih investor untuk meninvestasikan modalnya. Namun untuk menginvestasikan modal 1

Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia adalah salah satu negara berkembang. Masalah umum yang sering dihadapi

negara berkembang adalah tingginya tingkat inflasi. Sejak krisis moneter tahun 1998, harga-

harga di pasaran cenderung naik. Tahun 2007 saja tingkat inflasi di Indonesia adalah 6,59 persen.

Hal ini bisa diartikan bahwa aktiva yang dimiliki harganya akan berkurang sebesar 6.59 persen

sedangkan pendapatan dinilai terlalu tinggi sebesar angka yang sama.

Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa inflasi

bukan semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural

atau cost push inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang

pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari

dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat,

bencana alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri,

misalnya memburuknya term of trade; utang luar negeri; dan kurs valuta asing, dapat

menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik.

Pada saat ini pasar modal menjadi primadona yang dipilih investor untuk

meninvestasikan modalnya. Namun untuk menginvestasikan modal dalam saham tidak semudah

membalik telapak tangan. Investor harus mengetahui kemampulabaan perusahaan yang akan

dibeli sahamnya. Bagaimana ketahanan suatu perusahaan dalam menghadapi persaingan dan

moneter yang sulit diprediksi. Informasi mengenai suatu perusahaan yang menjual sahamnya di

pasar modal dapat diketahui melalui laporan keuangannya.

Laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi pengguna laporan keuangan

dalam rangka menilai kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan. Informasi laporan

keuangan dianggap memiliki nilai kualitas informasi jika memenuhi dua unsur yaitu dapat

diandalkan (reliable) dan relevance bagi pengguna laporan keuangan. Uniknya pencatatan

Akuntansi Indonesia menganut system akuntasi konvesional dimana laporan keuangan disajikan

1

Page 2: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

berdasarkan nilai histories (Historical Cost) yang mengasumsikan bahwa harga-harga (unit

moneter) adalah stabil.

Akuntansi konvensional tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga umum maupun

perubahan tingkat harga khusus. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan daya beli

seperti pada periode inflasi, maka laporan keuangan jika kita kembali kepada penjelasan di

paragraph sebelumnya secara ekonomis tidaklah relevan. Untuk mengatasi hal ini akuntansi

inflasi menjadi suatu pedoman yang dapat diandalkan dalam menganalisa laporan keuangan

suatu perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimanakah bentuk penyajian Laporan Keuangan Historis dan Laporan Keuangan Inflasi ?

2.Bagaimana akuntansi inflasi dapat menjawab masalah kerelevansian suatu laporan keuangan

di masa inflasi ?

3.Apakah tambahan informasi Akuntansi Inflasi tersebut dapat lebih membantu manajemen

dalam pengambilan keputusan ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui perbandingan kelemahan dan kekurangan penggunaan akuntansi inflasi

dalam beberapa model.

2. Mengkaji kelemahan dan kelebihan penggunaan informasi tambahan pada laporan

keuangan baik itu laporan keuangan yang disajikan dalam bentuk konvensional maupun

tingkat harga umum (akuntansi inflasi) dalam hubungannya dengan keadaan ekonomi

Negara.

3. Menyajikan informasi tambahan yang mencerminkan perubahan harga agar laporan

keuangan yang disajikan merupakan informasi yang tepat guna dalam pengambilan

keputusan, ekonomi yang sehat.

2

Page 3: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus

(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,

konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang.[1] Dengan

kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi

adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga

yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses

kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah

inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat

sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua

yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.

2.1.1 Penyebab Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya

produksi. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan

total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan

terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor

produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga

faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total

sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment.

Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi

(input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.

Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu kenaikan harga,misalnya bahan baku

dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta

menaikkan harga barang-barang.

3

Page 4: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut:

1. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

barang dan jasa

2. Tuntutan kenaikan upah dari pekerja.

3. Kenaikan harga barang impor

4. Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru

5. Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998.

akibatnya angka inflasi mencapai 70%.

2.1.2 Penggolongan Inflasi

Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal

dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri

misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak

uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara

itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor.

Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif

impor barang.

Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika

kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu

disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua

barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation).

Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus

berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai

uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).

Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :

1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)

2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)

3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)

4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)

4

Page 5: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

2.1.3 Mengukur inflasi

Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks

harga. Indeks harga tersebut di antaranya:

1. Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang

mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.

2. Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).

3. Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang

yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan

untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku

meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang

konsumsi.

4. Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas

tertentu.

5. Indeks harga barang-barang modal

6. Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang

produksi lokal, barang jadi, dan jasa.

2.1.4 Dampak Inflasi

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya

inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat

mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat

orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa

inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan

perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak

bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat

dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta

kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka

menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil

contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup

5

Page 6: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian,

daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan

berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi.

Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat

inflasi.

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,

mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif,

kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan

merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

1.1.5 Konsep Historical Cost

Salah satu prinsip dasar akuntansi adalah, kesatuan moneter itu dianggap stabil (stable

monetary unit). Asumsi adanya stable monetary unit yang mengakibatkan semua transaksi yang

terjadi dicatat atas dasar nilai historis atau nilai yang didapat saat terjadi transaksi. Di sisi lain

disadari pula bahwa stable monetary unit tersebut pada kenyataannya tidak ada, apalagi pada

Negara yang menganut ekonomi terbuka seperti Indonesia. Padahal di mana saja di dunia ini kita

tidak pernah mendengar ada valuta yang memiliki nilai stabil. Ada yang mengalami apresiasi di

mana nilai tukarnya atau daya belinya naik (deflasi) dan yang paling umum nilai tukar atau daya

belinya justru menurun (inflasi). Di negara maju tingkat inflasinya berkisar antara 1-3%,

sedangkan di negara sedang berkembang di atas 5% bahkan ada yang sampai ratusan atau ribuan

persen. Di indonesia pada tahun 1965 tertinggi sampai 650%, pada tahun 1999 saja tingkat

inflasi di Indonesia mencapai 9,35%. Ini menunjukka bahwa prinsip stable monetary unit hanya

dalam asumsi tidak pernah ditemukan dalam kenyataan. Prinsip ini adalah untuk memudahkan

perumusan teori dan asumsi akuntansi keuangan.

Penggunaan nilai historis dalam akuntansi finansial disebabkan karena beberapa

alasan:

1. Relevan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Bagi manajer dalam membuat keputusan

masa depan diperlukan data transaksi masa lalu.

6

Page 7: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

2. Nilai historis yang berdasarkan data obyektif dapat dipercaya, dapat diaudit dan lebih

sulit untuk memanipulasi bila dibandingkan dengan nilai yang lain seperti current cost

ataupun replecement cost.

3. Karena telah disepakati berlakunya prinsip akuntansi pada penggunaan nilai historis

memudahkan untuk melakukan perbandingan baik antara industri maupun antar waktu

untuk suatu industri.

Kelemahan penggunaan nilai historis antara lain:

1. Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuk suatu hal tertentu

pada saat tertentu akan dibebani biaya yang didasarkan pada suatu nilai uang yang telah

ditetapkan beberapa periode yang lalu pada saat pencatatan terjadinya biaya tersebut.

2. Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebih rendah apabila

dibandingkan dengan perkembangan harga daya beli uang terakhir. Di samping itu juga

terjadi perubahan-perubahan kurs yang cepat atas aktiva dan pasiva dalam valuta asing

yang dikuasai perusahaan sehingga mengalami kesulitan dalam perhitungan selisih kurs

yang tepat.

3. Alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi akan dibebankan terlalu kecil dan

mengakibatkan laba dihitung terlalu besar.

4. Laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh perhitungan laba/rugi yang didasarkan pada

asumsi adanya stable monetary unit tersebut tidaklah riil apabila diukur dengan

perkembangan daya beli uang yang sedang berlangsung.

5. Adanya stable monetary unit. Perusahaan tidak akan memperahankan real capitalnya dan

ada kecenderungan terjadinya kanibalisme terhadap modal sehubungan dengan

pembayaran pajak perseroan dan pembangian laba yang lebih besar daripada semestinya.

6. Menyalahi mathematical principle karena berbagai himpunan yang tidak sama

dijumlahkan menjadi satu.

7. Di samping hal-hal di atas akan timbul kesulitan-kesulitan bagi manajemen perusahaan

apabila harus mendasarkan pada laporan akuntansi yang disusun atas dasar asumsi.

7

Page 8: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

Karena permasalahan inilah, muncul kritik pedas pihak tertentu kepada kegunaan laporan

keuangan khususnya pada masa inflasi. Mereka menyatakan informasi yang disajikan laporan

keuangan pada masa inflasi justru sia-sia karena nilai-nilai yang terdapat di dalamnya tidak

relevan dan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Oleh karena itu, muncul ide

menggunakan model akuntansi non-convensional lainnya seperti current value accounting,

replacement value accounting, net realizable value accounting yang berbeda dari historical

accounting yang selama ini dipakai. Namun, disamping itu, ada usulan yang moderat. Artinya,

kita masih bisa menggunakan historical cost accounting, tetapi harus dibuat informasi atau

laporan suplemen yang memuat dampak inflasi itu terhadap laporan keuangan. Antara lain

usulan itu adalah menggunakan akuntansi inflasi.

Akuntansi inflasi ini berupaya untuk menyusun laporan keuangan yang memuat dampak

dari inflasi atau penurunan nilai beli uang itu pada laporan keuangan sehingga laporan keuangan

menunjukkan satuan mata uang pada tingkat harga yang berlaku saat itu bukan lagi harga

historis.

2.2 Akuntansi Inflasi

Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi ini sama dengan metode penentuan laba.

Penekanan penentuan laba adalah pada nilai laba yang lebih relavan yang digambarkan oleh

laporan keuangan, sedangkan inflasi nilai semua item yang terdapat dalam laporan keuangan.

Untuk menyusun laporan keuangan pada masa inflasi agar lebih relevan dapat digunakan

beberapa metode, yaitu :

1. General Price Level Accounting

2. Current Cost Accounting

2.2.1 General Price Level Accounting

Di Indonesia, General Price Level Accounting dikenal sebagai Akuntansi tingkat harga

umum menyatakan bahwa nilai sesungguhnya dari Rupiah (disingkat Rp) ditentukan oleh barang

atau jasa yang dapat diperoleh, yang biasa disebut daya beli. Dalam masa inflasi ataupun deflasi,

jumlah barang/jasa yang dapat diperoleh berubah dengan nilai uang nominal yang konstan, yang

berarti bahwa daya beli Rupiah berubah. Akuntansi tingkat harga umum akan mengadakan

8

Page 9: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

penyajian kembali komponen-komponen laporan keuangan ke dalam Rupiah pada tingkat daya

beli yang sama, namun sama sekali tidak mengubah prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan

dalam akuntansi berdasarkan nilai histories.

Penyesuaian atas besaran keuangan untuk inflasi guna mencerminkan nilai harga umum

atau tingkat harga umum dan penggunaan nilai yang telah disesuaikan tersebut dalam akuntansi.

Perubahan tingkat harga umum dapat dihitung atau diukur dengan indeks harga. Indeks harga

yang biasa digunakan adalah indeks harga konsumen, yaitu suatu indeks yang menyajikan

perubahan periodic dalam biaya kelompok barangbarang terpilih yang dibeli konsumen yang

digunakan sebagai ukuran inflasi.

Dalam penyusunan berdasarkan tingkat harga umum perlu diperhatikan pos-pos yang

akan terpengaruh dengan adanya penurunan daya beli Rupiah, yaitu:

1. Monetery assets, seperti kas ditangan, surat-surat berharga, dan pos-pos piutang dan lain-

lain yang sifatnya sebagai dormant account akan mengalami pengaruh penurunan daya

beli secara berarti karena rekening-rekening tersebut tidak dapat lagi dinilai (di-appraisal)

2. Non monetary assets secara riil tidak mengalami pengaruh penurunan daya beli, tetapi

dari sudut akuntansi merupakan pos yang terkena pengaruh penurunan harga beli. Akan

tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah yang serius karena rekening-rekenig tersebut

dapat dinilai.

3. Assets dalam bentuk valuta asing tidak dipengaruhi oleh penurunan daya beli Rupiah

karena dapat dinilai dengan kurs yang terakhir.

Penyusunan berdasarkan nilai historis disesuaikan menjadi berdasarkan tingkat harga

umum dapat dilakukan dengan mengkonversikan nilai historis dengan factor konversi menjadi

tingkat harga umum, dengan rumusan sebagai berikut:

Indeks Tahun Kini

Indeks ketika Item Nonmoneter Diperoleh

Sebagai contoh, asumsikan bahwa suatu peralatan diperoleh dengan harga

$100,000 pada tanggal 31 Desember 19X0, ketika indeks tingkat harga umum sebesar 120. Masa

9

Page 10: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

manfaat estimasian aset tersebut selama empat tahun. Selain itu, asumsikan bahwa laporan

keuangan pada akhir tahun 19 x 2 dinyatakan kembali menurut unit-unit daya beli umum. Jika

indeks harga kini pada tanggal 31 Desember 19X3 sebesar 180, penyesuaian rekening peralatan

menunjukkan:

Jumlah Faktor Jumlah

belum konversi yang telah

disesuaikan disesuaikan

$ $ $

Peralatan 100.000 180/120 150.000

Depresi akumulasian 50.000 180/120 75.000

Peralatan neto 50.000 75.000

Pernyataan kembali ekuitas pemegang saham, kecuali laba ditahan, serupa dengan

pernyataan kembali item-item nonmoneter. Modal yang diinvestasikan mula-mula dikalikan

dengan faktor konversi berikut ini:

Indeks Tahun Kini

Indeks ketika Modal Diinvestasikan

Laba ditahan, yang tidak dapat disesuaikan dengan faktor konversi tunggal, menunjukkan

income neto setelah akumulasian deviden sejak pembentukan kesinambungan (going concern).

Laba ditahan dapat dinyatakan kembali dengan:

1. Mula-mula laporan keuangan kos historis dinyatakan kembali menurut unit daya beli

umum kini, laba ditahan dapat ditentukan secara sederhana sebagai residual setelah

semua item-item lain dalam neraca dinyatakan kembali.

2. Pada periode berikutnya, laba ditahan akhir periode dalam unit-unit daya beli umum

kini dapat ditentukan dengan:

10

Page 11: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

(a) income neto dalam unit-unit daya beli umum kini dilaporkan dalam laporan tingkat

harga umum (mencakup gains dan losses tingkat harga umum dari item-item

moneter);

(b) penyesuaian dihasilkan dari gains atau losses tingkat harga umum dari item-item

ekuitas pemegang saham moneter.

Yang penting di sini adalah tidak tampaknya perbedaan antara akuntansi tingkat harga

umum dengan akuntansi nilai kini. Pada harga item nonmoneter menimbulkan suatu gain yang

dimiliki. Akuntansi tingkat harga umum penyesuaian kos historis hanya merupakan pernyataan

kembali item-item nonmoneter menurut daya beli umum kini, dan tidak ada gain atau loss yang

diakui.

Perbedaan Moneter-Nonmoneter

Penting untuk membedakan antara item-item moneter dengan item non moneter karena

jenis item tersebut akan diperlakukan berbeda. Item-item non moneter harus ditranslasikan

menjadi nilai dolar dengan daya beli yang item-item moneter telah dinyatakan dalam nilai dolar

pada akhir periode berjalan dan gain atau lose daya beli sebagai hasil perubahan dalam tingkat

harga umum.

Perbedaan antara item-item moneter dengan nonmoneter tampak jelas. Item-item moneter

mengenal gain atau lose daya beli; sedangkan nonmoneter tidak ada. Cara penalaran ini

digunakan dalam APB Statement No 3 dan dilaporkan oleh berbagai peneliti. Penentuan item-

item moneter sesuai dengan dampak ekspektasian (gain atau loss daya beli), tetapi kemudian

penghitungan gain atau loss merupakan penalaran sirkular. Seperti yang dinyatakan Hendriksen,

pembedaan ini menggunakan dasar klasifikasi pada dampak asumsian, bukan penentuan dampak

dari klasifikasi dan perubahan tingkat harga."

Apakah definisi yang memungkinkan asset-aset moneter diidentifikasi terpisah dari

dampak ekspektasiannya? Accounting Research Study N. 6 mendefinisikan item moneter

menurut klaim tetap sebagai suatu item “jumlah yang tetap akibat hukum atau kontrak dan yang

tidak terpengaruh oleh perubahan tingkat harga umum."

11

Page 12: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

Tetapi karma tidak ada ketentuan bagaimana jumlah itu tetap, definisi ini menjadi tidak

memadai. Maka untuk mengoreksi kesalahan dalam menentukan ini definisi resmi yang

diterapkan dalam berbagai ketetapan badan akuntansi mempertimbangkan item item moneter

menjadi item-item yang jumlahnya tetap karena kontrak atau sebaliknya tetap menurut dolar

(atau mata uang domestik apa pun), terlepas dari adanya perubahan pada harga-harga tertentu

atau pada tingkat harga umum. Deifinisi ini sifatnya umum dan diterapkan bagi aset, kewajiban,

dan ekuitas pemegang saham yang mempunyai karakteristik khusus.

Oleh karena itu item-item moneter dan nonmoneter diidentifikasikan dan dipisahkan,

seperti yang ditunjukkan pada Peraga 13.1. Tetapi timbul masalah, karena beberapa aset dan

kewajiban menunjukkan baik karakteristik maupun nonmoneter. Maka dimungkinkan adannya

berbagai tingkat kestabilan seperty yang dinyatakan oleh kata tetap (fixed) pada definisi item-

item moneter. Haruskan suatu item moneter tetap menjadi item moneter secara permanen?

Karena kondisi berubah, harga suatu item moneter menjadi tidak tetap secara permanen. Tetapi,

apakah tingkat kestabilan membenarikan pengklasifikasian suatu item menjadi item moneter ?

keputusan tetap menjadi masalah ketetapan profesional, seperti yang ditunjukan berikut.

Pertama, saham-saham istimewa diklasifikasikan sebagai item-itemkan non moneter

dalam APB Statement No. 3. The FASB Exposure Draft mengusulkan bahwa :

“saham istimewa yang mengandung suatu jumlah yang sama dengan harga likuidasi tetap

atau harga pelunasan, termasuk dalam item moneter karena klaim dari pemegang saham

istimewa terhadap aset perusahaan jumlahnya tetap dalam dolar, saham istimewa yang

mengandung nilai lebih rendah dari harga likuidasi tetap atau harga pelunasan, termasuk

dalam item nonmoneter, tetapi dapat menjadi moneter ketika dinyatakan kembali menjadi

suatu jumlah yang sama dengan likuidasi tetapnya atau harga pelunasannya.”

The FASB Exposure Draft juga merekomendasikan bahwa :

“gains atau losses daya beli umum yang bahwa timbul akibat item-item ekuitas pemegang

saham moneter (contoh, saham istimewa yang dikandung pada likuidasi tetap atau

12

Page 13: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

pelunasan) akan dibebankan langsung pada pemegang saham biasa dalam laporan

keuangan menggunakan daya beli umum.”

Kedua, pajak-pajak income tangguhan (deferred income taxes) diklasifikasikan sebagai

item-item nonmoneter dalam APB Statement No. 3 dengan dasar bahwa pajak-pajak tersebut

menghemat kos dan ditangguhkan sebagai pengurang biaya pada periode mendatang. Klasifikasi

serupa dipertahankan dalam the FASB Exposure draft. Alasannya adalah bahwa kredit-kredit

alokasi pajak diklasifikasikan sebagai kewajiban menurut metode akrual, sedangkan menurut

metode tangguhan, kredit alokasi pajak hanya diperlakukan sebagai kredit-kredit tangguhan yang

menunjukkan penghematan yang dapat mengamortisasi income pada periode mendatang.

Selanjutnya, pajak-pajak income tangguhan akan diklasifikasikan sebagai item-item nonmoneter,

berian penerapan metode tangguhan di Amerika Serikat Sebaliknya, Canadian Institute of

Chartered Accountants merekomendasikan bahwa pajak-pajak income tangguhan diperlakukan

sebagai Item-item moneter, meskipun metode tangguhan berlaku di Kanada. The CICA

Handbook menunjukkan bahwa penagguhan seharusnya dihitung pada tarif pajak berjalan tanpa

penyesuaian lebih lanjut pada saldo debit atau kredit alokasi pajak akumulasi untuk

mencerminkan perubahan pada tarip pajak. Akibatnya, pajak income tanggui mengacu pada

jumlah uang yang tetap dan dapat didefinisikan sebagai unit-unit moneter. The FASB Exposure

Draft Constant Dollar Accounting mengubah klasifikasi item-item pajak income tangguhan bagi

item-item moneter. FASB menyatakan posisinya pada:

Kembali, walaupun klasifikasi nonmoneter secara teknis lebih disukai, tetapi klasifikasi

moneter menyediakan solusi yang lebih praktis dan mengidentifikasi dampak inflasi pada

periode terjadinya inflasi, bukan pada periode item pajak income tangguhan diubah.

Ketiga, mata uang asing yang dipegang, diklaim sebagai mata uang asing, dan utang

obligasi dalam mata uang asing diinterpretasikan sebagai item moneter ataupun nonmoneter. Jika

utang obligasi dianggap sebagai komoditi, maka termasuk item nonmoneter, karena harga

komoditas berfluktuasi. Jika dianggap serupa dengan mata uang domestik, maka utang obligasi

termasuk item moneter. Titik Pandang yang lebih logis adalah dengan mengklasifikasi item mata

uang asing sebagai item moneter, karena diungkapkan dengan tarif penutupan pertukaran dalam

laporan keuangan kos historis dan sebagai item nonmoneter jika diungkapkan dengan tarip

pertukaran historis dan laporan keuangan kos historis. The FASB Exposure Draft Constant

13

Page 14: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

Dollar Accounting mengklasifikasikan mata uang asing yang dipegang, diklaim sebagai mata

uang asing dan utang obligasi dalam mata uang asing dianggap sebagai item moneter. FASB

menyatakan posisinya sebagai berikut:

”Walaupun klasifikasi nonmoneter secara teknis lebih disukai dan menimbulkan sedikit

perbedaan pengungkapan, sebagai suatu masalah praktis, klasifikasi moneter menghasilkan

dampak neto yang sama secara esensial pada pengungkapan agregat karena pernyataan

kembali item-item mata uang asing itu sebagai item nonmoneter dan kemudian

menguranginya untuk menghasilkan nilai bersih yang dapat dirrealisasi (net realizable

value). Klasifikasi moneter mengabaikan prosedur dua-langkah dan lebih dapat dipahami.”

Keempat, utang jangka panjang dalam mata uang asing juga dapat diinterpretasikan

sebagai moneter atau nonmoneter. Kembali, alternatif logika digunakan untuk

mengklasifikasikan utang jangka panjang dalam mata uang asing sebagai item moneter, jika

dinyatakan pada tarip penutupan pertukaran dan sebagai nonmoneter jika dinyatakan pada tarip

historis pertukaran.

Kelima, utang yang dapat dikonversi dianggap mempunyai karakteristik moneter

dan nonmoneter. Accounting Research Study No. 6 mengusulkan bahwa utang yang

dapat dikonversi diperlakukan sebagai moneter ketika harga pasar saham di bawah harga

konversi dan sebagai nonmoneter ketika harga pasar saham sama atau lebih tinggi

dibandingkan harga konversi. Selain itu, posisi yang lebih dapat diterima adalah bahwa

obligasi yang dapat dikonversi seharusnya diperlakukan sebagai utang moneter, kewajiban

untuk membayar dalam jumlah dolar yang tetap sampai obligasi tersebut dikonversi.

Indeks-indeks Tingkat Harga

Indeks tingkat harga membandingkan perubahan harga umum atau khusus pada satu

periode dengan periode lain. Suatu indeks tingkat harga umum dapat didefinisi sebagai

suatu serial pengukuran hubungan antara rata-rata harga sekelompok barang dan jasa pada suatu

rangkaian tanggal dengan rata-rata harga sekelompok barang dan jasa serupa

pada suatu tanggal tertentu, yang biasanya dinyatakan dengan persentase. Komponen-

14

Page 15: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

komponen serial tersebut disebut angka-angka indeks harga (price-index numbers). Tetapi

suatu indeks harga tidak mengukur pergerakan harga-harga komponen individual, beberapa

komponen bergerak dengan arah tertentu, sedangkan beberapa lainnya bergerak dengan

arah yang berlawanan. Maka, indeks tingkat harga umum didasarkan pada sejumlah besar

barang dan jasa, sedangkan indeks tingkat harga khusus mengacu pada barang atau industri

tertentu. Karena akuntansi tingkat harga umum mencerminkan perubahan pada daya beli dolar,

maka indeks tingkat harga umum harus diterapkan untuk menyatakan kembali aporan kos

historis menurut daya beli kostan dari dolar.

Rumus Indeks

Penghitungan Indeks tingkat harga umum berbeda, sesuai dengan rumus yang digunakan

untuk menentukan bobot harga. Kami akan menggunakan simbol-simbol berikut untuk

menunjukkan empat rumus dasar:

p = harga komoditas atau jasa

q = kuantitas komoditas atau jasa

= harga dan kuantitas komoditas pada periode dasar

= harga dan kuantitas komoditas pada periode berjalan

= harga dan kuantitas komoditas pada beberapa rata-rata periode

Rumus Laspeyres mengasumsikan bahwa indeks harga merupakan jumlah terbobot dari

harga periode berjalan dibagi dengan jumlah terbobot dari harga-harga periode dasar, sedangkan

bobot merupakan kuantitas komoditas pada periode dasar. Indeks itu disebut indeks Laspeyres,

yang dihitung dengan rumus:

Rumus Paasche mengasumsikan bahwa indeks harga merupakan jumlah terbobot dari

harga-harga periode berjalan dibagi dengan jumlah terbobot dari harga-harga pada periode dasar,

15

Page 16: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

sedangkan bobot merupakan kuantitas komoditas pada periode berjalan. Indeks

itu disebut indeks Paasche, yang dihitung dengan rumus:

Rumus terbobot tetap (fixed-weighted formula) mengasumsikan bahwa indeks harga

merupakan jumlah terbobot dari harga-harga pada periode berjalan dibagi dengan jumlah

terbobot dari harga-harga pada periode dasar, sedangkan bobot merupakan kuantitas

komoditas pada rata-rata periode. Indeks itu disebut indeks terbobot tetap, yang dihitung dengan

rumus:

Rumus Fisher mengasumsikan bahwa indeks harga rnerupakan rata-rata geometris dart

rumus Laspeyres dan rumus Paasche. Indeks Fisher dihitung dengan rumus:

Pemilihan Indeks Tingkat Harga Umum

Akuntansi tingkat harga umum menggunakan suatu faktor konversi yang didasarkan

pada perubahan indeks tingkat harga umum untuk mengubah dolar pada suatu tanggal

menjadi jumlah dolar yang mempunyai daya beli sama pada tanggal yang lain. Konsep

yang sesuai mengenai daya beli dan indeks tingkat harga umum yang cocok rnemadai

harus dipilih. Hendriksen menunjukkan konsep yang berbeda mengenai daya beli yang disebut

daya beli umum dolar, daya beli pemegang saharn, daya beli investasi bagi perusahaan dan daya

beli penggantian (replacement) khusus. Daya beli umum diukur dengan suatu indeks tingkat

harga umum yang mencerminkan perubahan pada nilai uang dan akibatnya adalah anggapan

paling relevan bagi akuntansi fingkat harga umum. Sebagai contoh, APB Statement No. 3

menyatakan:

16

Page 17: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

Tujuan prosedur pernyataan kembali tingkat harga umum adalah untuk menyatakan

kembali laporan keuangan dolar historis akibat perubahan pada daya beli umum dolar, dan

tujuan ini hanya dapat dicapai dengan penggunaan indeks tingkat harga umum.

Maka konsep daya beli umum menyatakan penggunaan suatu indeks tingkat harga umum.

Di Amerika Serikat, Departemen Perdagangan dan Departemen Tenaga Kerja secara teratur

memelihara dan mempublikasi indeks-indeks harga umum. Indeks yang paling penting

diantaranya adalah:

1. Indeks Harga Konsumen, yang diterbitkan oleh Biro Statistik Tenaga Kerja dari

Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat.

2. Indeks Harga Pedagang Pesar (wholesale), yang diterbitkan oleh Biro Statistik

Tenaga Kerja dari Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat.

3. Indeks Kos-Konstruksi Gabungan (composite construction-cost), yang diterbitkan

oleh Administrasi Bisnis dan Jasa Pertahanan pada Divisi Industri Kostruksi dari

Departemen Perdagangan Amerika Serikat.

4. Deflator Harga Implisit PNB (Produk Nasional Bruto) (GNP Implicit Price

Deflator), yang diterbitkan oleh Kantor Ekonomi Bisnis dari Departemen

Perdagangan Amerika Serikat.

Dua indeks harga yang paling sering digunakan pada akuntansi tingkat harga umum adalah

indeks harga konsumen (IHK) dan Deflator harga implisit PNB (DHI). IHK merupakan indeks

terbobot dasar yang dirancang untuk mengukur perubahan harga barang dan jasa retail, yang

diperoleh oleh keluarga berpenghasilan menengah pada ukuran hidup tertentu di pusat kota. DHI

merupakan indeks terbobot kini, yang dirancang untuk mengukur perubahan harga seluruh

barang dan jasa yang dihasilkan pada suatu tahun tertentu. Baik IHK maupun DHI mempunyai

kelemahan. INK terbobot dasar mempunyai kelemahan pada penjelasan penggantian barang-

barang yang harganya relatif rendah ketika harga-harga relatif berubah. Dengan kata lain, IHK

mempunyai bias berlebih (upward bias): IHK berlebihan dalam mengungkapkan dampak

perubahan harga mengenai biaya hidup. Sebaliknya, saat ini DHI mempunyai bias rendah; DHI

terlalu rendah dalam menyatakan peningkatan harga pada biaya hidup. Sebagai contoh, Rosen

mengatakan bahwa:

17

Page 18: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

”Singkatnya, ketika harga meningkat, indeks harga kini mempunyai bias rendah (sehingga

indeks cenderung untuk menyatakan lebih rendah persentase peningkatan harga) dan

indeks-indeks terbobot dasar mempunyai bias berlebih (sehingga indeks cenderung

berlebihan dalam menunjukkan persentase peningkatan harga).”

DHI dianggap merupakan kumpulan indeks tingkat harga umum kini yang lebih

baik dibandingkan IHK. DHI mencakup semua barang dan jasa yang dihasilkan sektor

ekonomi, sedangkan IHK hanya mencakup barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen

tertentu. Maka menurut ukuran besar perubahan harga keseluruhan, DHl dianggap lebih relevan.

Estimasi tahunan tersedia mulai dart tahun 1919, dan estimasi triwulanan tersedia mulai tahun

1947.

Tetapi, the FASB Exposure Draft Constant Dollar Accounting merancang indeks harga

konsumen bagi seluruh konsumen perkotaan (IHK-P), bukan deflator Harga PNB sebagai suatu

indeks daya beli umum dengan dua alasan. Pertama IHK-P mempunyai dua kelebihan praktis:

yaitu IHK-P dihitung lebih sering (bulanan sampai triwulanan), dan setelah publikasi awal, tidak

direvisi. Kedua, tarif perubahan pada IHK-P dan DIH cenderung serupa dan sehingga

penggunaan IHK-P cenderung untuk memberi hasil yang dapat diperbandingkan.

Kelemahan dan Kelebihan GPLA

Kontroversi yang berkaitan dengan kerelevanan GPLA telah dan masih berlangsung hingga

saat ini. Sejumlah argumentasi yang mendukung telah dikembangkan (Richard & Myrtle 1995):

1. Laporan keuangan yang tidak disesuaikan dengan tingkat harga umum atau dengan

kata lain disajikan berdasarkan nilai historis tidak mencerminkan perubahan

kemampuan atau daya beli (purchasing power) dari bermacam-macam aset dan

klaim dalam perusahaan. Sedangkan laporan yang disajikan berdasarkan tingkat

harga umum menyajikan data yang mencerminkan purchasing power dari aset dan

klaim dalam mata uang tertentu pada akhir periode.

2. Conventional historical-cost accounting tidak mengukur pendapatan (income)

dengan sewajarnya sebagai hasil matching Rupiah dalam laporan laba rugi. Beban-

beban yang telah terjadi pada periode sebelumnya dikontrakan dengan pendapatan-

18

Page 19: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

pendapatan yang umumnya dicerminkan dalam nilai Rupiah tertentu pada saat ini.

General price-level accounting menyediakan konsep matching pendapatan dan

beban yang lebih baik karena menggunakan nilai uang konstan (common value).

3. General price-level accounting relatif mudah diterapkan. Hanya sekedar mengganti

“nilai lama” dengan “nilai saat ini”. General price-level accounting mencerminkan

konsep terakhir dari Prinsip Akuntansi Umum (General Accepted Accounting

Principles). Sebagai akibatnya, dirasa relatif lebih obyektif dan dapat diuji

kebenarannya. Karakteristik tersebut yang menyebabkan general price-level

accounting lebih dapat diterima dibanyak perusahaan dibanding current-value

accounting.

4. General price-level accounting menyediakan informasi yang relevan bagi

manajemen dalam evaluasi dan penggunaannya. Jadi laba dan rugi berdasarkan

tingkat harga umum dihasilkan dari penanganan item-item moneter yang

merefleksikan respon manajemen terhadap inflasi. Pada akhirnya, general

pricelevel accounting menyajikan pengaruh inflasi secara umum terhadap laba dan

menyediakan hasil investasi (rate of returns) yang lebih realistis. Relevansi lebih

berkepentingan dengan masa sekarang dan masa mendatang, karena itu informasi

yang didasarkan pada nilai historis dianggap kurang relevan untuk tujuan

pengambilan keputusan khususnya dalam kondisi ekonomi yang cenderung

mengalami inflasi.

Disisi lain, penolakan terhadap general price-level accounting didasarkan pada beberapa

argumentasi berikut ini:

1. Kebanyakan studi empiris mengindikasikan bahwa relevansi dari informasi tingkat

harga umum juga lemah atau dengan kata lain tidak dapat diterima. Penelitian-

penelitian selanjutnya diharapkan lebih dapat memberikan jaminan sebelum adanya

kesimpulan yang dapat dicapai sehubungan dengan tingkat relevansi informasi

tingkat harga umum dan kemampuan untuk mengintepretasikan hal tersebut secara

penuh.

19

Page 20: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

2. Tingkat harga umum merubah rekening hanya untuk perubahan dalam tingkat harga

secara umum dan tidak merubah rekening ke dalam tingkat harga tertentu. Jadi,

penanganan laba dan rugi untuk aset-aset non-moneter tidak diakui dan para

pengguna data yang disesuaikan pada tingkat harga umum mungkin mempercayai

bahwa perubahan nilai-nilai telah berkorespondensi dengan nilai-nilai saat ini.

3. Pengaruh atau akibat adanya inflasi akan berbeda dalam berbagai perusahaan.

Perusahaaan-perusahaan yang intensif modal akan lebih dipengaruhi oleh inflasi

dibanding dengan perusahaan-perusahaan yang dipenuhi dengan aset-aset jangka

pendek.

4. Biaya-biaya diimplementasikan lebih besar dari nilai pokoknya dalam general

price-level accounting dibanding benefitnya.

Beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh Financial Accounting Standard Board (FASB)

di USA juga masih tidak memberikan kepastian mengenai perlu tidaknya penggunaan general

price-level accounting, diantaranya:

1. Statement no.33 yang mengharuskan beberapa perusahaan tertentu untuk

menyajikan informasi tambahan dengan menggunakan general price-level

accounting dan current cost accounting.

2. Statement no.89 menyatakan bahwa informasi tambahan dengan general pricelevel

accounting dan current cost accounting sebaiknya disajikan tetapi tidak diharuskan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia bahwa informasi tambahan antara

lain mengenai pengungkapan pengaruh perubahan harga bersifat tidak mengikat.

2.2.2 Current Cost Accounting

Edger Edwards dan Phillip Bell (1961) merupakan tokoh yang paling gencar

mempromosikan konsep CCA ini. Menurut mereka yang dibutuhkan oleh manajer adalah

bagaimana mereka mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada untuk memaksimalkan

harga. Untuk itu, diperlukan jawaban terhadap tiga pertanyaan berikut:

a. Berapa jumlah aktiva yang harus dimiliki pada suatu tanggal tertentu?

b. Bagaimana seharusnya bentuk aktiva ini?

20

Page 21: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

c. Bagaimana aktiva itu didanai?

Untuk membuat keputusan tentang ketiga pertanyaan ini maka manajer perlu

merumuskan pengharapan tentang kejadian masa yang akan datang. Agar suatu informasi itu

berguna maka kejadian sekarang itu harus dinilai pada saat ini jangan dinilai dengan data masa

lalu. Jika ukurannya digabung ada nilai masa lalu dan ada nilai masa depan maka akan bisa

membingungkan.

Manajer biasanya menghadapi masalah apakah ingin mempertahankan suatu aktiva atau

utang atau menjual atau membayarnya dan bagaimana manggunakan atau mendanai kegiatan

perusahaan. Untuk menjawab ini maka Edward dan Bell mengusulkan perhitungan business

profit. Business profit ini memiliki dua komponen:

a. Current Operating Profit

b. Realizable Cost Saving

Laba dari current operating adalah kelebihan dari nilai sekarang dari barang atau jasa

yang dijual dengan harga pokoknya. Realizable cost saving adalah kenaikan harga pokok dari

suatu aktiva yang masih dimiliki sekarang (dengan harga sekarang). Ini merupakan laba (atau

bisa saja rugi) yang belum direalisasi dari suatu aktiva yang harganya naik (atau turun) karena

perubahan harga, namun barangnya belum direalisasi atau belum dijual, maka ini disebut saving

yang nanti akan direalisasi. Sebenarnya hal ini merupakan opportunity gain atau loss. Apakah ini

dapat dianggap sebagai income atau tidak ini yang menjadi masalah berat antara Historical Cost

Accounting dengan CCA.

Revsine menganggap itu dapat dianggap sebagai laba karena kenaikan harga itu akan

mengakibatkan kas yang akan digunakan untuk mendapatkannya memang harus seharga itu jika

kita ingin membelinya sekarang. Menurut belliau cash saving ini dapat digolongkan sebagai

laba.

Beberapa bentuk Current Cost dapat dilihat sebagai berikut:

a. Replacement Cost

Replacement cost adalah nilai yang diukur saat ini (current cost) untuk mendapatkan

aktiva baru atau menggantinya dengan kapasitas produksinya yang sama. Dalam praktik nilai

21

Page 22: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

ganti ini hanya diterapkan pada aktiva nonmoneter seperti persediaan, aktiva tetap. Aktiva tetap

disajikan menurut nilai gantinya, nilai bersih setelah digambarkan nilai yang sudah dipakai.

Penyusutan dihitung berdasarkan pada nilai ganti itu. Pada masa inflasi sering terjadi backlog

depreciation atau penyusutan yang bersaldo negatif. Pos kewajiban biasanya tidak dinilai sebab

seperti pos moneter lainnya jumlahnya disajikan dalam nilai uang. Kemungkinan yang berbeda

hanya untuk utang jangka panjang yang memiliki tingkat bunga yang berbeda antara harga pasar

dan bunga yang ditetapkan. Dalam penyajiannya utang ini harus disajikan menurut nilai

diskontonya. Pada masa inflasi nilai dari replacement value ini lebih besar dari general price

level.

Metode ini dikritik dalam hal:

1) Subjektivitas penilaian atau taksiran harganya sehingga angka-angka yang timbul

tidak didasarkan pada transaksi yang sebenarnya.

2) Dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu akan menimbulkan

pembebanan ke laba rugi (misalnya penyusutan dan harga pokok produksi) lebih

rendah dari beban pada historical cost. Akhirnya income akan lebih tinggi dari

historical cost.

3) Perubahan harga umum tidak tergambar dalam metode replacement cost ini, karena

hanya untuk aktiva tertentu. Oleh karenanya, metode replacement cost ini dianggap

bukan merupakan metode akuntansi inflasi.

4) Sukar melakukan perbandingan antar perusahaan yang saling berbeda.

Walaupun ada kritik ini, sebagian pihak menganggap bahwa metode ini merupakan

metode yang paling mudah diterakan dalam akuntansi inflasi.

b. Reproduction Cost

Reproduction cost adalah istilah lain yang hampir sama dengan replacement cost ini.

Disini harga itu diukur berdasarkan harga sekarang jika aktiva itu dibuat atau diduplikasi seperti

barang yang dimiliki itu tanpa melihat perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi aktiva

yang dibuat itu. Jika suatu aktiva baru direproduksi tanpa menghiraukan perubahan teknologinya

nilainya sama dengan replacement cost. Dengan demikian, secara umum apa yang berlaku pada

metode replacement cost berlaku juga pada metode eeproduction cost ini.

22

Page 23: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

c. Net Realizable Value

Harga pasar sekarang adalah harga atau kas yang diperoleh jika suatu aktiva dijual

sekarang. Namun, harga ini didasarkan pada prinsip likuidasi bukan prinsip going concern

sehingga menyalahi prinsip akuntansi. Salah satu metode current market value ini adalah net

realizable value.

NRV merupakan harga jual dikurangi taksiran biaya penjualan. Pada masa inflasi nilai

dari net realizable value ini lebih besar dari replacement cost karena manajemen tidak mungkin

menjual barangnya tanpa mengharapkan laba margin general price level. Penyusutan dalam

metode ini dihitung berdasarkan perbedaan antara harga jual aktiva itu pada awal dibandingkan

dengan pada akhir periode.

d. Selling Price

Di sini nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya penjualan sehingga

laporan keuangan yang disusun menurut selling price ini akan lebih besar dari pada net

realizable value dan metode lain yang disebut sebelumnya.

e. Expected Value

Metode ini sangat tergantung pada pengharapan seseorang jadi bisa lebih besar atau lebih

kecil dibanding dengan metode lain karena expected value ini merupakan gambaran dari present

value kas di masa yang akan datang.

2.3 Model Akuntansi

Ada tiga model akuntansi yang berbeda yang akan kita bahas dalam ini, yaitu:

1. Historical Cost Accounting;

2. Replacement Cost Accounting;

3. Net Realizable Value Accounting.

Namun, sebenarnya ada delapan model akuntansi dalam penilaian aktiva dan penentuan laba itu,

yaitu sebagai berikut.

1. Pengukuran menurut Unit Uang:

a. Historical Cost Accounting

b. Replacement Cost Accounting

c. Net Realizable Value Accounting

23

Page 24: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

d. Present Value Accounting

2. Pengukuran menurut Unit Tenaga Beli ( General Price Level = GPL )

a. GPL Historical Cost Accounting

b. GPL Replacement Cost Accounting

c. GPL Present Value Accounting

Perbedaan ini timbul dari perbedaan berikut.

1. Atribut yang Akan Dinilai

Atribut yang dinilai untuk masing-masing model akuntansi tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut.

a. Dalam model Historical Cost Accounting, atribut yang dinilai adalah jumlah

uang/kas atau sejenisnya yang dibayar untuk mendapatkan aktiva atau membayar

sejumlah uang yang dibebankan dalam unit uang yang timbul dari perolehan

aktiva itu.

b. Dalam model Replacement Cost Accounting, atribut yang dibayar adalah uang

kas atau sejenisnya yang akan dibayar unutk memperoleh aktiva yang sama dan

sejenis saat sekarang atau jumlah utang yang akan dibebankan untuk memperoleh

aktiva tersebut.

c. Dalam model Net Realizable, atribut yang dinilai adalah jumlah uang kas atau

sejenisnya yang akan diperoleh dengan menjual aktiva sekarang atau jumlah uang

yang harus dibayar untuk menebus kewajiban itu sekarang.

d. Dalam model Present atau Capitalized Value, atribut yang dinilai adalah arus kas

masuk bersih yang diharapkan akan diterima dari penggunaan aktiva atau arus kas

keluar net yang diharapkan akan dibayar untuk membayar kembali utang.

Atribut itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai berikut.

a. Fokus penilaian dapat berupa masa lalu (Historical Cost), masa kini (Replacement

Cost dan Net Realizable Value), dan masa yang akan datang (Present Value).

b. Jenis transaksi: Historical Cost dan Replacement Cost merupakan transaksi

perolehan atau pembebanan utang, Net Realizable Value dan Present Value

menyangkut penjualan aset dan pembayaran utang.

24

Page 25: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

c. Sifat kejadian awalnya: Historical Cost didasarkan pada kejadian yang sebenarnya,

Present Value berdasarkan kejadian yang diharapkan, dan Replacement Cost dan

Net Realizable Value didasarkan pada kejadian yang sifatnya hipotetis (anggapan).

2. Unit of Measure

Ada dua jenis unit ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut.

a. Unit Moneter (uang)

Dalam model ini yang menjadi unit pengukur adalah unit uang.

b. Unit Daya Beli (Purchasing Power)

Dalam model ini yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya yang tentu

berbeda apabila waktunya berbeda.

Penilaian dan Perbandingan terhadap Model Akuntansi

Dalam menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi tersebut, model Present

Value sengaja tidak diikutkan karena beberapa kelemahan sebagai berikut.

1. Sukarnya menaksir penerimaan kas di masa yang akan datang.

2. Pemilihan tingkat diskonto yang sangat bervariasi.

3. Alokasi arbitrer dari taksiran arus kas dalam menilai aset.

4. Alokasi arbitrer dan taksiran arus kas dari masing-masing aktiva secara individual

Dalam menilai dan membandingkan model-model ini maka yang menjadi dasar penilaian

adalah:

1. Kesalahan yang timbul akibat masalah waktu (timing error).

Timing error timbul akibat perubahan nilai yang terjadi dalam suatu periode tertentu,

tetapi dicatat, diperhitungkan, dan dilaporkan pada periode yang lain. Yang sebaiknya

adalah bahwa setiap kejadian dalam periode itu dicatat dan dilaporkan pada periode itu.

25

Page 26: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

Namun, yang lebih ideal lagi adalah bahwa perhitungan laba dilakukan dalam

keseluruhan proses kegiatan perusahaan.

2. Kesalahan akibat alat ukur (measuring unit errors).

Kesalahan akibat alat ukur ini terjadi apabila laporan keuangan tidak disajikan dengan

menggunakan dan mempertimbangkan tenaga beli dari mata uang tersebut. Idealnya

tenaga beli uang harus ikut menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun laporan

keuangan.

3. Kesulitan dalam penafsiran (interpretability).

Laporan keuangan harus dapat dipahami tanpa salah pengertian. Dalam menafsirkan

laporan keuangan kita harus memahami masalah pengertian dan penggunaannya. Dengan

perkataan lain, agar model akuntansi dapat dipahami maka kita harus menggunakan

rumus:

"Jika ... .................. maka... .…………..”atau (if... ..them).

Dengan rumus ini maka para pembaca laporan keuangan akan memahami artinya

serta kegunaannya. Akuntansi memiliki alat ukur yang menghasilkan ukuran tertentu,

misalnya model akuntansi yang menggunakan unit uang sebagai alat ukur berarti hasilnya

adalah bahwa itu dinyatakan dalam jumlah rupiah (Number of Dollars = NOD).

Demikian juga jika kita gunakan, konsep Historical Cost dengan ukuran "tenaga beli

umum", akan tetap menghasilkan jumlah rupiah (Number of Dollars). Sementara itu,

apabila konsep Current Value yang diukur dengan tenaga beli umum, akan menghasilkan

ukuran barang atau Command of Goods (COG).

4. Kelevansi

Inforntasi akuntansi harus relevan artinya harus bermanfaat bagi para pemakainya

khususnya untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Namun, karena model

akuntansi yang ada masih memiliki makna yang masih kabur seperti masalah NOD dan

COG tadi, sukar bagi pembaca menjadikan inforinasi akuntansi itu relevan tanpa

menguasai ilmu akuntansi lebih mendalam.

26

Page 27: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

BAB III

PEMBAHASAN

Laporan keuangan (financial statetment) yang selama ini kita kenal adalah laporan yang

Lebih mengedepankan unsur keandalan (reliabilitas) dari pada relevansinya. Oleh karena itu,

salah satu prinsip penyusunan laporan keuangan digunakan adalah biaya historis (historical cost

accounting). Artinya, laporan keuangan disusun berdasarkan harga perolehannya (historical

cost). Konsep ini mengabaikan adanya inflasi yang nyata-nyata terjadi pada setiap negara. Inflasi

akan mempengaruhi nilai dari setiap angka yang tersaji dalam laporan keuangan yang membuat

informasi yang terkandung dalam laporan keuangan menjadi terdistorsi.

Seperti yang dibahas sebelumnya GPLA satu konsep akuntansi inflasi yang merubah

satuan pengukuran, tetapi tetap mempertahankan model pelaporan atas dasar historical cost.

Tujuan pendekatan ini adalah untuk mempertahankan nilai modal menurut harganya yang tetap

dengan ukuran indeks harga. Dalam GPLA, akun-akun dalam laporan keuangan historis

dikelompokkan menjadi pos moneter dan pos non moneter, kemudian diperlakukan sesuai

dengan karakteristiknya. Akun moneter tidak terpengaruh perubahan harga, sehingga telah

mencerminkan tingkat harga umum yang berlaku. Pemilikan akun-akun moneter akan

menimbulkan keuntungan atau kerugian daya beli. Sebaliknya, akun non moneter terpengaruh

perubahan harga, nilainya tidak mencerminkan tingkat harga umum yang berlaku, sehingga

harus disesuaikan dengan suatu faktor konversi yang mencerminkan tingkat harga umum yang

berlaku berupa indeks harga konsumen.

Kas dan Piutang Dagang tidak perlu disesuaikan dengan perubahan daya beli, tetapi pada

laporan keuangan yang diperbandingkan perlu ada kesamaan daya beli. Penyesuaian ini

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Kas / Piutang dagang

Persediaan dikonversikan dengan cara sebagai berikut:

27

Page 28: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

Harga Perolehan Persediaan

Besarnya harga perolehan persediaan tergantung dengan metode yang digunakan (FIFO,

LIFO, Rata-rata, dan lain-lain) dan penggunaan metode tersebut harus konsisten.

Pembayaran di muka (prepayment) disajikan dalam laporan keuangan sesuai dengan perubahan

daya beli saat dilakukan pembayaran. Nilai konversinya adalah:

Pembayaran Dimuka

Investasi disajikan dalam laporan keuangan sesuai dengan perubahan daya beli saat

investasi terjadi. Penyajiannya adalah sebesar:

Nilai Investasi

Aktiva Tetap dalam laporan keuangan disajikan sesuai dengan perubahan daya beli Msaat

aktiva tersebut dimiliki. Besarnya nilai konversi adalah:

Harga Perolehan Aktiva Tetap

Hutang Lancar tidak perlu dinilai kembali karena sudah secara langsung mengikuti

perubahan daya beli kecuali apabila ingin diperbandingkan dengan laporan keuangan lainnya.

Kontrak pemeliharaan/langganan (advances on maintenance contracts) diukur dengan nilai

konversi sebesar:

Kas yang Dibayar

Hutang Jangka Panjang tidak perlu dinilai kembali karena sudah secara langsung

mengikuti perubahan daya beli kecuali apabila ingin diperbandingkan dengan laporan keuangan

lainnya.

28

Page 29: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

Pajak yang Ditangguhkan (differed income taxes) dilaporkan dalam neraca sebesar

jumlah akumulasi dari penghematan pajak (tax savings) dan disajikan dalam laporan keuangan

setelah disesuaikan dengan perubahan daya beli sebesar nilai yang akan dibayar, sehingga Pajak

yang Ditangguhkan tidak perlu lagi disesuaikan dengan perubahan daya beli.

Modal Saham Preferen dapat digolongkan sebagai elemen moneter dan elemen non

moneter tergantung keadaannya. Modal Saham Biasa diukur dengan selisih antara Total Aktiva

yang telah disesuaikan dengan perubahan daya beli dengan Total Hutang yang telah disesuaikan

dengan perubahan daya beli ditambah modal saham preferen.

Pendapatan dan biaya dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu elemen

moneter dan elemen non moneter. Sifat dari rekening-rekening tersebut menjadi dasar dalam

pengklasifikasiannya. Laporan keuangan yang telah disusun dengan metode General Price Level

Accounting dibandingkan dengan laporan keuangan yang disusun dengan Historical Cost

Accounting. Kedua laporan keuangan dianalisis dengan menggunakan NOD (Number of Dollar)

attribute untuk mengetahui bahwa laporan keuangan tersebut interpretative dan dianalisis dengan

COG (Command Over Good) attribute untuk mengetahui bahwa laporan keuangan tersebut

relevan.

Dari hasil analisis tersebut selanjutnya dilakukan analisa. Elemen laporan keuangan

dikatakan relevan > 16 unit dan interpretatif bila selisih elemen yang telah disusun berdasarkan

dollar konstan dibagi dengan selisih unit sama dengan indeks harga Mkonsumen. Apabila

prosentase elemen-elemen dalam laporan keuangan yang sesuai dengan NOD attribute dan COG

attribute > 50%, maka laporan keuangan tersebut dapat dikatakan interpretatif dan relevan.

Gambaran Sederhana dari Pengindeksan Tingkat Harga Umum

Perusahaan Picur memulai operasi bisnisnya pada 31 Desember 19X5 ketika tingkat

harga sebesar 100 (periode dasar). Neraca komparatif pada tahun 19X5 dan 19X6

ditunjukkan pada Peraga 13.2. Laporan laba-rugi 19 X 6 tampak pada Exhibit 13.3.

Selain neraca dan laporan laba-rugi, informasi tambahan yang tersedia:

1. Deflator harga pada:

29

Page 30: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

31 Desember 19X5 100

31 Desember 19X6 180

Indeks harga rata-rata tahun 19X6 120

2. Seluruh per.dapatan dan kos yang terjadi jumlahnya sama sepanjang tahun kecuali

kos barang terjual dan biaya depresiasi.

3. Pembelian persediaan dilakukan pada tanggal ketika indeks tingkat harga

menunjukkan 150.

4. Diasumsikan perusahaan menggunakan LIFO.

5. Depresiasi bagi peralatan dan bangunan diakumulasi dengan metode garis lurus

sepanjang masa manfaat lima tahun.

Neraca komparatif perusahaan picur pada 31 Desember

31 Desember 19X5 31 Desember 19X6

Debit Kredit Debit Kredit

Aset-aset moneter 30.000 60.000

Persediaan 30.000 (3.000 unit) 20.000 (2.000)

Tanah 40.000 40.000

Gedung dan Peralatan 50.000 50.000

Depresiasi akumulasian 10.000

Utang (1%) 50.000 50.000

Modal saham 100.000 100.000

Laba ditahan 10.000

30

Page 31: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

Total 150.000 150.000 170.000 170.000

Laporan laba rugi perusahaan Picur untuk tahun yang berakhir pada 31 desember 19x6.

$ $

Penjualan (5000 unit @ 240)

Kos barang terjual

Persediaan awal (3000unit @ $10)

Pembeliaan (4000 unit @ $12)

Unit yang tersedia

Persediaan akhir

Laba kotor

Biaya-biaya operasional

Depresiasi

Bunga

Biaya penjualan dan administrasi

Laba operasional neto

30000

48000

78000

20000

10000

5000

117000

200000

58000

142000

132000

10000

Prosedur yang dilakukan untuk menyatakan kembali laporan keuangan kos historis adalah:

31

Page 32: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

1. Nyatakan kembali neraca tahun 19X5 dengan tingkat harga 19X6. (Neraca

Perusahaan Picur tahun 19X5 yang disesuaikan dengan tingkat harga tahun 19X6

tampak pada Peraga13.4).

2. Nyatakan kembali neraca tahun 19X6 dengan tingkat harga tahun berjalan 19X6.

(Neraca sesuaian Perusahaan Picur tahun 19X6 tampak pads Eksibit 13.5). Pada

langkah ini, tidak ada faktor konversi langsung bagi labs ditahan. Hal ini

menyederhanakan jumlah, yang dibutuhkan untuk mencapai suatu saldo antara aset

dengan ekuitas.

3. Nyatakan kembali laporan labs rugi tahun 19X6 dengan tingkat harga tahun 19X6.

(Peraga13.6 menunjukkan laporan laba rugi sesuaian Perusahaan Picur tahun

19X6).

4. Hitunglah gains atau losses moneter akibat perubahan (Penghitungan ini

ditunjukkan pada Peraga 13.7).

5. Siapkan rekonsiliasi laba ditahan seperti:

$

Laba ditahan, 1 Januari 19X6 0

Ditambah: Profit neto 23400

Dikurangi: Loss tingkat harga umum (13400)

Laba ditahan, 1 Januari 19X6 10000

Evaluasi Akuntansi lingkat Harga Umum

Konversi mengenai relevansi akuntansi tingkat harga umum terus berlanjut. Beberapa

alasan yang mendukung dan menentang akuntansi tingkat harga umum akan disajikan disini

sebagai suatu cerminan posisi yang ada pada dunia praktik dan literatur. Angka dan susunan

penyajian, tidak mencerminkan tingkatan relatifnya.

32

Page 33: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

Laporan laba rugi Perusahaan Picur pada 31 Desember 19X6 yang disesuaikan dengan tingkat

harga 19X6

Jumlah belum

tersesuaikan $

Faktor

konversi

Jumlah telah

tersesuaikan $

Penjualan (5000 unit @ 240)

Kos barang terjual

Persediaan awal (3000unit @ $10)

Pembeliaan (4000 unit @ $12)

Unit yang tersedia

Sediaan akhir (2000 unit @ $10)

Kos barang terjual

Marjin bruto

Biaya-biaya operasional

Depresiasi

Bunga

Biaya penjualan dan administratif

Profit operasional neto

200000

30000

48000

20000

58000

142000

10000

5000

117000

10000

180/120

180/100

180/150

180/100

180/120

180/120

300000

54000

57000

111600

36000

75600

224400

18000

7500

175500

23400

33

Page 34: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

Gains and losses Moneter dari item-item moneter Perusahaan Picur

Jumlah belum tersesuaikan

$

Faktor konversi

Jumlah telah tersesuaikan $

Aktiva moneter neto pada

1 Januari 19X6

Ditambah: Moneter yang diterima

Selama penjualan 19X6

Item-item moneter neto

Dikurangi: Pembayaran moneter

Pembelian

Bunga

Biaya penjualan dan administrative

Total

Aktiva moneter neto hitungan pada

31 Desember 19X6

Aktiva moneter neto actual pada

31 Desember 19X6

Kerugian pada aktiva moneter

(20000)

200000

180000

48000

5000

117000

180/120

180/120

180/120

180/120

180/120

(36000)

300000

264000

57600

7500

175000

240600

23400

(10000)

13400

34

Page 35: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

Ilustrasi Beberapa Alternatif Model Akuntansi

Untuk memberikan gambaran yang jelas antara beberapa alternatif model Akuntansi ini kita

misalkan PT Sipangko Jaya yang didirikan Dada tanggal 21 Maret 2005 akan memasarkan

produk baru yang disebut ESTIMA. Modal berjumlah Rp 30.000 utangnya Rp 30.000 dengan

bunga 10%. Pada tanggal I Januari PT. Sipangko Jaya memulai kegiatannya

dengan membeli 6.000 unit ESTIMA dengan harga Rp l0 per unit. Pada tanggal 1 Mei

perusahaan menjual 5.000 unit dengan harga Rp l5 per unit.

Sementara itu, perubahan tingkat harga selama tahun 2005 adalah sebagai berikut.

Januari 1 Mei 1 Desember 1

Replacement CostNet Realizable ValueGeneral Price Level Index

10 -

100

1215130

1317156

1. Alternatif dengan Melihat dari Suatu “Unit of Money”

Alternative yang kita bahas disini adalah menyangkut kesalahan yang timbul karena waktu.

Untuk itu, model yang akan kita bahas adalah

a. Historical Cost Accounting

b. Replacement Cost Accounting

c. Net Realizable Value Accounting

35

Page 36: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi untuk ketiga model itu adalah sebagai berikut:

PT Sipangko Jaya

Laporan Laba Rugi

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005

Keterangan Historical Cost

Replacement Value

Net Realizable Value

HasilHarga Pokok PenjualanLaba Kotor Bunga 10%Laba OperasiRealisasi holding gain and lossHolding gain and loss yang tidak direalisasiGeneral Price level gain and loss

Laba bersih

500003

25000300022000Sudah

termasukTidak dihitungTidak dihitung

22000

750001

600004

15000300012000100006

30007

Tidak dihitung

25000

920002

730005

1900030001600010000

3000Tidak dihitung

29000

Perhitungan:175000 = 5000 x 15292000 = (5000x15) + (1000x17)350000 = 5000 x 10460000 = 5000 x 12573000 = (5000x12) + (1000x13)610000 = 5000 x (12 . 10)73000 = 1000 x (13 . 10)

PT Sipangko Jaya

Neraca

36

Page 37: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

31 Desember 2005

Keterangan Historical cost Replacement Value

Net Realizable Value

Harta Kas Total hartaUtang & modal Kewajiban Modal: Modal saham Laba ditahan Realisasi Belum realisasiTotal laba ditahanTotal modal setor Total utang & modal

720001000082000

30000

30000

22000-

220005200082000

72000130001

85000

30000

30000

220003000250005500085000

72000170002

89000

30000

30000

220007000290005900089000

Keterangan:113000 = 13 x 1000217000 = 17 x 1000

Analisis perbedaan akibat waktu

17.000 = (17000 – 3000) + 3000 Unrealized Operating + Unrealized Holding Gains24000 = (17000 – 3000) + Unrealized Operating Gains

37

Page 38: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

2. Alternatif Dengan Menggunakan Model Akuntansi yang Diukur Dengan Unit

Tenaga Beli Umum (General Purchasing Power)

Dalam model ini yang kita babas adalah:

a. General Price Level Adjusted Historical Accounting;

b. General Price Level Adjusted Replacement Cost Accounting;

c. General Price Level Adjusted Net Realizable Value Accounting

Dengan menggunakan ilustrasi di atas, maka laporan keuangannya adalah sebagai berikut.

Laporan Laba Rugi

PT Sipangko Jaya

Laporan Laba Rugi

Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2005

Keterangan GPLAHC

GPLA GPLARC NRVA

Hasil Harga Pokok Penjualan

900001

78000390000 1070002

720004 850005

Laba KotorBunga 10%

120003000

18000 220003000 3000

Laba OperasiReal Realized HoldingGain and LossReal Unrealizead HoldingGain and LossGeneral Price LevelGain and Loss

9000

TermasukTidak

Dihitung

18008

15000 19000

(6000)6 (6000)(2600)7 (2600)1800 1800

Laba Bersih 10800 8200 12200

90000 = 75000 x 156/130 (75000 =15000X5)

107000 = 90000 + (17X1000)

78000 = 50000 + 156/100

72000 = 60000 + 156/130

85000 = 72000 + (13X1000)

38

Page 39: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

(6000) = (12X156/130) – (10X156/100) X 1000

(2600) = 13 – (10X156/100) X 1000

1800 = Computed Monetary Asset – Actual Monetary asset (40200 – 42000)

Perhitungan dapat dilihat dibawah ini.

Dengan demikian, neraca akan menjadi sebagai berikut:

PT Sipangko Jaya

Neraca Menurut Generasi Price Level

Per31 Desember 2005

Keterangan GPL HC GPL RC GPL NRVA

Aktiva

Kas

Persediaan

72000

156001

72000

1300072000

17000

Total Aktiva

Passiva:

87600 85000 89000

39

Page 40: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

Obligasi

Modal

Laba ditahan

Realized

Unrealized

Laba/rugi GPL

30000

468002

9000

0

1800

30000

46800

9000

(2600)3

1800

30000

46800

9000

14004

18005

Total Passiva 87600 85000 89000

Keterangan:115600= 10000 x 156/100246800= 3000 x 156/10032600 = 13 . (10 x 156/100) x 10041400 = unrealized operating gains + unrealized holding gains = 4000 + (-2600 – 4000 = (17000

– 13000)5Lihat perhitungan dibawah ini

Perhitungan Laba/rugi General Price Level

keterangan Belum di adjust

Faktur konversi

Setelah di adjust

Net Monetary AssetTanggal 1 January 2005:Ditambah:Monetary Receipt

Dikurangi:Monetary PaymentsBunga(10%)

Net Net Monetary Asset 31-12-2005Actual Monetary Asset 31-12-2005Laba akibat General Price Level

30000

75000

105000

6000030006300042000

156/100

156/130

156/100156/156

46800

90000136800

936003000966004020040200420001800

40

Page 41: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa pada masa inflasi, laporan keuangan

GPLA lebih informatif dibanding historical cost, namun material atau tidaknya perbedaan yang

ditimbulkan GPLA tergantung pengaruhnya terhadap perusahaan tersebut, sehingga GPLA

bukan dimaksudkan untuk mengganti laporan keuangan historical cost, tetapi hanya sebagai

supplement report untuk digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengambilan keputusan

bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi laporan keuangan sehingga tujuan dari pelaporan

akuntansi terpenuhi. Hal ini didasari oleh pernyataan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia

bahwa informasi tambahan antara lain mengenai pengungkapan pengaruh perubahan harga

bersifat tidak mengikat.

Beberapa kesimpulan dapat ditarik menurut berbagai kelompok yang berkepentingan

dalam aktivitas bisnis. Investor dan perwakilannya (misal manajemen, termasuk dewan direksi)

dapat menanyakan apakah modal yang diinvestasikan dalam bisnis telah meningkat atau

menurun akibat kebijakan yang dijalankan dan apakah seluruh kejadian keuangan yang terjadi

menunjang entitas bisnis. Secara lebih spesifik, manajemen dan pemilik dapat menanyakan

apakah kebijakan dividen dijalankan pada masa lalu telah menghasilkan distribusi modal

ekonomis atau bisnis, dan jika tidak. bagaimana sesungguhnya proporsi earnings (disesuaikan

41

Page 42: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

dengan perubahan tingkat harga) telah didistibusikan. Dengan data tingkat harga sesuaian

sebelumnya, direktur dapat menanyakan apakah dividen yang diusulkan itu sama, lebih tinggi,

atau lebih rendah dari earnings kini, atau dart norma lain atau standar yang ingin mereka

gunakan.

Pemilik, manajemen, dan pemerintah dapat menanyakan apakah pajak yang ditarik dari

income lebih rendah dibandingkan earning sebelum pajak, dan jika demikian sejauh mana, dan

jika tidak seberapa besar pajak tersebut melebihi earning sebelum pajak. Kreditor akan

terinformasi lebih baik karena untuk mendukung dan melindungi klaimnya. Selain itu, karyawan,

investor dan juga ranajemen akan mempunyai ukuran yang lebih reliabel untuk mengukur tingkat

kembalian modal yang digunakan dan akan menjadi informasi yang lebih baik untuk

memutuskan apakah entitas bisnis itu menguntungkan atau tidak.

Laporan keuangan yang benar-benar disesuaikan akibat adanya dampak perubahan tingkat

harga, akan juga mengungkapkan gains atau losses dan item-item moneter yang dipegang atau

dimiliki. Semua kelompok yang berkepentingan mempunyai satu ukuran penting untuk

mengukur dampak perubahan nilai dolar, baik yang berada pada posisi debitor atau kreditor.

Data yang disesuaikan dengan dampak perubahan harga memberikan suatu dasar alokasi sumber

daya yang lebih baik, baik sumber daya itu dimiliki oleh individu, entitas bisnis, atau pemerintah.

4.2 Saran

Adapun saran atau rekomendasi yang dapat penulis berikan terkait dengan

pengembangan studi teori akuntansi adalah diharapkan kita memahami lebih dalam tentang

teori-teori akuntansi yang ada dan bisa mengimplementasikan ke dunia bisnis. Namun

keberadaan makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi positif baik bagi mahasiswa untuk

lebih memahami materi mata kuliah teori akuntansi ini.

42

Page 43: Makalah Ta Fixxxxxxxxxxxx Banget

DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, Ahmed Riahi.2000.Teori Akuntansi.Jakarta : Salemba Empat.

Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sari, Dian Inda.2006. Akuntansi Inflasi Dalam Menilai Relevansi Laporan Keuangan

Suatu Perusahaan, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 8 No. 2, p. 78-91,

http://4putciput.weebly.com/uploads/1/3/5/5/1355290/akuntansi_inflasi_dalam_menilai_relevasi

_laporan_keuangan_suatu_perusahaan.pdf

43