Makalah TBA

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH

TRANSPORTASI DAN BANGUNAN AIR

Disusun Oleh :

Willy Budiman Nopan Teguh Sanjaya Dina Agustia Maharani Yulia Anestisia Ita Abyta Sari

DAB 107 013 DAB 107 DAB 109 002 DAB 109 030 DAB 109 066

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN/ PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL 2011

HUTAN BAKAUKlasifikasi ilmiahKerajaan Divisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Malpighiales : Rhizophoraceae : Rhizophora

SpesiesRhizophora apiculata Rhizophora mangle Rhizophora mucronata Rhizophora racemosaPohon bakau, Rhizophora racemosa.

Rhizophora stylosa

Bakau adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Rhizophora, suku Rhizophoraceae. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar ketika masih di pohon (vivipar). Hutan mangrove seringkali juga disebut hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau. Akan tetapi, istilah bakau sebenarnya hanya merupakan nama dari salah satu jenis tumbuhan yang menyusun hutan mangrove, yaitu jenis Rhizopora spp. Pohon bakau juga memiliki banyak nama lain seperti tancang, tanjang (Jw.); tinjang (Md.); bangko (Bugis); kawoka (Timor), wako, jangkar dan lain-lain.

HabitatPohon besar, dengan akar tunjang yang menyolok dan bercabang-cabang. Tinggi total 4-30 m, dengan tinggi akar mencapai 0.5-2 m atau lebih di atas lumpur, dan diameter batang mencapai 50 cm. Bakau merupakan salah satu jenis pohon penyusun utama ekosistem hutan bakau. Daun tunggal, terletak berhadapan, terkumpul di ujung ranting, dengan kuncup tertutup daun penumpu yang menggulung runcing. Helai daun eliptis, tebal licin serupa kulit, hijau atau hijau muda kekuningan, berujung runcing, bertangkai, 3,5-13 7-23 cm. Daun penumpu cepat rontok, meninggalkan bekas serupa cincin pada buku-buku yang menggembung. Bunga berkelompok dalam payung tambahan yang bertangkai dan menggarpu di ketiak, 2-4-8-16 kuntum, berbilangan 4. Tabung kelopak bertaju sekitar 1,5 cm, kuning kecoklatan atau kehijauan, melengkung. Daun mahkota putih berambut atau gundul agak kekuningan, bergantung jenisnya. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Buah berbentuk telur memanjang sampai mirip buah pir yang kecil, hijau coklat kotor. Hipokotil tumbuh memanjang, silindris, hijau, kasar atau agak halus berbintil-bintil.

Buah bakau, perhatikan hipokotilnya yang berwarna hijau memanjang

Keragaman jenis, habitat dan penyebaranAda tiga jenis bakau yang biasa dijumpai di hutan-hutan bakau di Indonesia. Jenisjenis tersebut ialah: 1) Bakau minyak Memiliki nama ilmiah Rhizophora apiculata Bl. (atau sering pula disebut R. conjugata L.), bakau minyak juga disebut dengan nama bakau tandok, bakau akik, bakau kacang dan lain-lain. Tandanya, dengan warna kemerahan pada tangkai daun dan sisi bawah daun. Bunga biasanya berkelompok dua-dua, dengan daun mahkota gundul dan kekuningan. Buah kecil, coklat, panjangnya 2 3,5 cm. Hipokotil dengan warna kemerahan atau jingga, dan merah pada leher kotiledon bila sudah matang. Panjang hipokotil sekitar 18 38 cm. Menyukai tanah berlumpur halus dan dalam, yang tergenang jika pasang serta terkena pengaruh masukan air tawar yang tetap dan kuat. Menyebar mulai dari Sri Lanka, Semenanjung Malaya, seluruh Indonesia, sampai ke Australia tropis dan pulau-pulau di Pasifik. 2) Bakau kurap Nama ilmiahnya adalah Rhizophora mucronata Poir. Juga disebut dengan nama-nama lain seperti bakau betul, bakau hitam dan lain-lain. Kulit batang hitam, memecah datar. Bunga berkelompok, 4-8 kuntum. Daun mahkota putih, berambut panjang hingga 9 mm. Buah bentuk telur, hijau kecoklatan, 5 7 cm. Hipokotil besar, kasar dan berbintil, panjang 36 70 cm. Leher kotiledon kuning jika matang. Sering bercampur dengan bakau minyak, namun lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan berpasir. Lebih menyukai substrat yang tergenang dalam dan kaya humus; jarang sekali didapati di tempat yang jauh dari pasang surut. Menyebar luas mulai dari

Afrika timur, Madagaskar, Mauritania, Asia Tenggara, kepulauan Nusantara, Melanesia dan Mikronesia. Diintroduksi ke Hawaii. 3) Bakau kecil Pohon dengan satu atau banyak batang. Tidak seperti dua kerabatnya terdahulu yang dapat mencapai 30 m, bakau kecil hanya tumbuh sampai dengan tinggi sekitar 10 m. Nama ilmiahnya adalah Rhizophora stylosa Griff. Bunga dalam kelompok besar, 8-16 kuntum, kecil-kecil. Daun mahkota putih, berambut panjang hingga 8 mm. Buah coklat kecil, panjang s/d 4 cm. Hipokotil berbintil agak halus, 20-35 cm (kadang-kadang 50 cm); leher kotiledon kuning kehijauan ketika matang. Bakau ini menempati habitat yang paling beragam. Mulai dari lumpur, pasir sampai pecahan batu atau karang. Mulai dari tepi pantai hingga daratan yang mengering. Terutama di tepian pulau yang berkarang. Diketahui menyebar di Taiwan, Filipina, Malaysia, Papua Nugini, dan Australia tropis. Di Indonesia didapati mulai dari Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Sulawesi, Maluku dan Papua.

KegunaanKayu bakau memiliki kegunaan yang baik sebagai bahan bangunan, kayu bakar, dan terutama sebagai bahan pembuat arang. Kulit kayu menghasilkan tanin yang digunakan sebagai bahan penyamak. Sebagai kayu bakar, secara tradisional masyarakat biasa memakai jenis Xylocarpus (Nirih atau Nyirih). Sedangkan untuk bahan baku pembuat arang biasa dipakai Rhizophora sp., sedangkan penggunaan kulit kayu bakau untuk diambil tanninnya, hampir-hampir tidak terdengar lagi. Satu lagi kegunaan kayu bakau, adalah untuk bahan kertas. Kayu bakau biasa dicincang dengan mesin potong menghasilkan serpihan kayu / wood chips. Menurut berita, jenis kertas yang dibuat dari kayu bakau adalah termasuk kertas kualitas tinggi.

Dilihat dari segi ekosistem perairan, hutan mangrove mempunyai arti yang penting karena memberikan sumbangan berupa bahan organik bagi perairan sekitarnya. Daun mangrove yang gugur melalui proses penguraian oleh mikro organisme diuraikan menjadi partikel-partikel detritus. Partikel-partikel detritus ini menjadi sumber makanan bagi berbagai macam hawan laut. Selain itu bahan organik terlarut yang dihasilkan dari proses penguraian (dekomposisi) di hutan mangrove juga merupakan lingkungan perairan pesisir yang di huni oleh berbagai macam filter feeder (organisme yang cara makannya dengan menyaring air) lautan dan estuaria serta berbagai macam hewan pemakan hewan dasar. Perakaran yang kokoh dari mangrove ini memiliki kemampuan untuk meredam pengaruh gelombang, menahan lumpur dan melindungi pantai dari erosi, gelombang pasang dan angin taufan. Hutan mangrove juga merupakan daerah asuhan (nursery ground) dan pemijahan (spawning ground) beberapa hewan perairan seperti udang, ikan, dan kerang-kerangan. Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan lautan. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi berbagai macam biota, penahanan abrasi, amukan angin taufan, tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut, dan lain sebagainya.

1) Rambai PadiKlasifikasi ilmiah Kerajaan : Plantae Divisi Kelas Ordo Famili GenusPidada merah, Sonneratia caseolaris Dari Labuan Bakti, Teupah Selatan, Simeulue

: Magnoliophyta : Magnoliopsida : Myrtales : Lythraceae : Sonneratia : S. caseolaris

Spesies

Nama binomial Sonneratia caseolaris (L.) Engl.

Ada jenis tumbuhan mangrove yang kadang sulit dibedakan antara bacaurea, brugeria, soneratia dan lain-lain. Namun jika diamati dengan jelas misalnya pada daunnya maka akan dapat dikenali misalnya tumbuhan Soneratia yang banyak terdapat di tepian sungai di Barito kula berikut. Pohon, ketinggian mencapai 15 m, jarang mencapai 20 m. Memiliki akar nafas vertikal seperti kerucut (tinggi hingga 1 m) yang banyak dan sangat kuat. Ujung cabang/ranting terkulai, dan berbentuk segi empat pada saat muda.

Daun Gagang/tangkai daun kemerahan, lebar dan sangat pendek. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat memanjang. Ujung: membundar. Ukuran: bervariasi, 5-13 x 2-5 cm. Bunga Pucuk bunga bulat telur. Ketika mekar penuh, tabung kelopak bunga berbentuk mangkok, biasanya tanpa urat. Letak: di ujung. Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga per kelompok). Daun mahkota: merah, ukuran 17-35 x 1,5-3,5 mm, mudah rontok. Kelopak bunga: 6-8; berkulit,

bagian luar hijau, di dalam putih kekuningan hingga kehijauan. Benang sari: banyak, ujungnya putih dan pangkalnya merah, mudah rontok. Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Ukuran lebih besar dari S.alba, bijinya lebih banyak (8001200). Ukuran: buah: diameter 6-8 cm. Ekologi

Bunga, dengan mahkota dan benangsari yang telah rontok

Tumbuh di bagian yang kurang asin di hutan mangrove, pada tanah lumpur yang dalam, seringkali sepanjang sungai kecil dengan air yang mengalir pelan dan terpengaruh oleh pasang surut. Tidak pernah tumbuh pada pematang/ daerah berkarang. Juga tumbuh di sepanjang sungai, mulai dari bagian hulu dimana pengaruh pasang surut masih terasa, serta di areal yang masih didominasi oleh air tawar. Tidak toleran terhadap naungan. Ketika bunga berkembang penuh pada malam hari (setelah jam 20.00 malam), bunga berisi banyak nektar. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Biji mengapung. Selama hujan lebat, kecenderungan pertumbuhan daun akan berubah dari horizontal menjadi vertikal.

Penyebaran Dari Sri Lanka, seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, hingga Australia tropis, dan Kepulauan Solomon. Buah asam dapat dimakan (dirujak). Kayu dapat digunakan sebagai kayu bakar jika kayu bakar yang lebih baik tidak diperoleh. Setelah direndam dalam air mendidih, akar nafas dapat digunakan untuk mengganti gabus.

2) Eceng GondokKlasifikasi ilmiah Kerajaan : Plantae Divisi Kelas Ordo Famili Genus : Magnoliophyta : Liliopsida : Commelinales : Pontederiaceae : Eichhornia Kunth : E. crassipes

Spesies

Nama binomialEceng gondok (E. crassipes)

Eichhornia crassipes (Mart.) Solms

Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilungilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe. Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.

Eceng gondok sedang berbunga

Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.

Kolam yang dipenuhi eceng gondok yang sedang berbunga

Akibat-akibat negatif yang ditimbulkan eceng gondok antara lain:

Meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman), karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya yang cepat.

Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved Oxygens).

Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan.

Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.

Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia. Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.

3) Avicennia marina (Api-Api)

Salah satu jenis mangrove yang banyak dijumpai di Mengare adalah jenis Avicennia Marina. Di beberapa daerah Avicennia marina memiliki beberapa nama lokal, antara lain: Apiapi putih, api-api abang, sia-sia putih, sie-sie, pejapi, nyapi, hajusia, pai. Penyebaran Avicennia marina di Afrika, Asia, Amerika Selatan, Australia, Polynesia dan Selandia Baru. Dan

ditemukan di seluruh Indonesia. Avicennia marina berbentuk belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, dengan ketinggian pohon bisa mencapai 30 meter. Mangrove ini memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak. Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu. Untuk daunnya, bagian atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih- abu-abu muda. Berbentuk elips, bulat memanjang, bulat

telur terbalik, dengan ujung meruncing hingga membundar berukuran: 9 x 4,5 cm. Daun Avecennia marina bisa digunakan untuk mengatasi kulit yang terbakar. Sedangkan resin yang keluar dari kulit kayu digunakan sebagai alat kontrasepsi. Buahnya dapat dimakan. Kayunya menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi. Daunnya biasa digunakan sebagai makanan ternak. Bunga Avicennia marina berbentuk eperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan, berbau menyengat, dengan kendungan nektar banyak, terletak di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga. Avicennia marnina memiliki formasi: bulir (2-12 bunga per tandan), dengan 4 daun mahkota berwarna kuning pucat-jingga tua, berukuran 5-8 mm. Terdapat 5 kelopak bunga, dan 4 benang sari. Tumbuhan ini memiliki buah agak membulat, berwarna hijau agak keabu-abuan. Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya) dan ujung buah agak tajam seperti paruh, berukuran sekitar 1,52,5 cm. Avicennia marina merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling umum ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya sering membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk suatu kelompok pada habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun. Buah membuka pada saat telah matang, melalui lapisan dorsal. Buah dapat juga terbuka karena dimakan semut atau setelah terjadi penyerapan air. Di daerah-daerah tercemar, Avicennia marina memiliki kemampuan akumulasi logam berat yang tinggi. Penelitian Daru Setyo Rini, SSi. menemukan jenis magrove ini memiliki sistem penanggulangan racun, di antaranya dengan melemahkan efek racun melalui pengenceran (dilusi), yaitu dengan menyimpan banyak air untuk mengencerkan konsentrasi logam berat dalam jaringan tubuhnya, sehingga mengurangi kadar racun logam tersebut. Selain itu juga ekskresi, yaitu dengan menyimpan materi racun logam berat di dalam jaringan yang sudah tua, seperti daun yang sudah tua dan kulit batang yang mudah mengelupas, sehingga dapat mengurangi konsentrasi logam berat pada tubuhnya.

Pencemaran akibat logam berat yang dibawa oleh limbah industri bisa mengakibatkan antara lain: penyakit ginjal, paru-paru, tulang, hati, kelenjar reproduksi, kerusakan indra penciuman, kanker, cacat janin, menurunkan kecerdasan dan kerusakan jaringan tubuh (karena logam berat Kadmium), sedangkan logam berat tembaga mengakibatkan kerusakan otak, penurunan fungsi ginjal, pengendapan tembaga pada kornea mata. Mekanisme masuknya ketubuh manusia dari limbah industri dibawa air ke laut, di laut dimakan plankton, dan plankton dimakan ikan atau kerang, lalu ikan atau kerang dimakan manusia.

4) Putut

Taju kelopaknya tebal dan taju mahkotanya berambut di sisi belakangnya

Putut, tumu atau kendeka (Bruguiera gymnorrhiza) adalah sejenis perdu atau pohon kecil penghuni hutan bakau, anggota suku Rhizophoraceae. Pohon yang sering ditemukan di bagian dalam zona intertidal ini menyebar luas di pantai-pantai Samudra Hindia semenjak Afrika timur, Madagaskar, India, Asia Tenggara, dan Nusantara, serta menyeberang hingga Australia tropis dan Pasifik barat.

Pohon yang selalu hijau, tinggi hingga 15 m (jarang sampai 30 m), dengan pepagan berwarna abu-abu gelap hingga coklat, berlentisel. Pangkal batang sering dengan banir dan dengan banyak akar lutut. Daun-daun berhadapan dalam kelompok di ujung ranting, agak tebal seperti jangat, bentuk jorong, 4,5-7 8,5-22 cm, hijau tua di atas dan kekuningan di sisi bawah, bertangkai 2-4 cm, dengan daun penumpu (stipule) panjang runcing di pucuknya. Tangkai daun dan daun penumpu sering tersaput warna merah atau kemerahan.

Tangkai daun, daun penumpu, dan bunga berwarna kemerahan

Bunga soliter di ketiak daun, menggantung pada tangkai sepanjang 9-25 mm. Kelopak serupa mangkuk dengan sisi luar mulus atau paling-paling berlekuk, jarang berusuk, bertaju panjang runcing 10-14 (16) buah, hijau kuning kemerahan hingga merah terang. Helai mahkota berjumlah 10-16, putih krem lama-kelamaan jingga kecoklatan, masing-masing 13-16 mm panjangnya, berambut halus di sisi belakangnya, berbagi dua, dengan 2-3 lembar rambut halus sepanjang lk. 3 mm di ujung taju mahkota dan selembar rambut di tengah lekukannya. Buah melingkar spiral, 2-2.5 cm panjangnya, penampangnya bundar. Yang biasanya dikira buah sesungguhnya adalah hipokotil, yakni buah yang telah berkecambah, berbentuk seperti cerutu ramping, 12-25 cm panjang 1-2 cm gemang, hijau tua, dengan penampang bundar atau sedikit menyegi.

Kegunaan

Akar lutut putut (latar depan)

Putut terutama dinilai penting sebagai jenis pohon mangrove yang mampu beradaptasi dengan baik pada pelbagai kondisi tanah, salinitas, penggenangan pasang-surut air laut, dan juga naungan. Dianjurkan ditanam bersama dengan jenis mangrove lainnya, pohon ini dianggap mampu membantu menstabilkan tanah, melindungi pantai, dan memperkaya mangrove sebagai habitat aneka fauna. Kayunya dinilai sebagai jenis kayu bakar terbaik. Kayu ini mudah terbakar, sekalipun baru ditebang, dan menghasilkan panas yang tinggi; sehingga disukai sebagai pasokan dapur pembakaran batu bata dan kapur. Kayu putut juga berat, keras, dan kuat; awet digunakan sebagai tiang rumah dan pondasi dalam tanah berawa. Kayu ini lebih awet lagi bila digunakan di bawah atap. Pepagan (kulit batang) putut merupakan bahan penyamak yang baik. Pepagan ini mengandung tanin rata-rata antara 28,532,2%. Secara tradisional, pepagan putut digunakan untuk mewarnai (hitam) kain dan mengawetkan (ubar) jala. Dalam jumlah kecil, pepagan ini juga dipakai untuk membumbui ikan.