16
MAKALAH TELAAH PRANATA JAWA “TARIAN TOPENG IRENG” “LEGOKSARI TEMANGGUNG” OLEH: 1. Basuki Setia Nugroho (2601412134) 2. Dita kusumaningtyas (2601412123) 3. Dwi Ayu Setianingrum (2601412072) Rombel 3 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Makalah Telaah Pranata Jawa,Topeng Ireng,Tmggung

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH TELAAH PRANATA JAWA

“TARIAN TOPENG IRENG”

“LEGOKSARI TEMANGGUNG”

OLEH:

1. Basuki Setia Nugroho (2601412134)2. Dita kusumaningtyas (2601412123)3. Dwi Ayu Setianingrum (2601412072)

Rombel 3

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SEMESTER 3

TAHUN 2012/2013

BAB I

A. Latar Belakang

Upacara tradisional adat Jawa merupakan sesuatu hal tidak lagi asing dikehidupan masyarakat khususnya masyarakat Jawa. Hal tersebut dikarenakan selain karena upacara-upacara tersebut merupakan warisan budaya dari nenek moyang masyarakat Jawa juga dikarenakan upacara tradisional Jawa dilakukan demi mencapai ketentraman hidup lahir batin. Dengan mengadakan upacara tersebut,orang Jawa dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya,eling marang purwa duksina. Karena pada umumnya kehidupan rohani orang jawa memang bersumber dari ajaran agama yang diberi hiasan budaya Jawa. Oleh karena itu,kehidupan keberagamaan orang Jawa senantiasa memperhatikan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh nenek moyang. Disamping itu,upacara dilakukan orang Jawa dengan tujuan untuk memperoleh solidaritas social,menumbuhkan etos kerja,dan gotong royong.

Dari sedikit uraian diatas,di makalah ini akan dibahas salah satu upacara adat tradisional masyarakat Jawa di Kabupaten Temanggung,tepatnya di desa Lamuk kelurahan Legoksari. Di desa Lamuk tersebut sebenarnya banyak upacara tradisional Jawa yang di laksanakan pada periode waktu tertentu,di makalah ini akan di bahas salah satu contoh upacara tradisonal yang diramaikan dengan seni tarian Topeng Ireng. Tarian tersebut sangat unik dan berbeda dari daerah asalnya yaitu kota seribu bunga Magelang,masyarakat local sedikit memberikan sentuhan baru entah itu dari kostum ataupun yang lain yang membuat seni tari Topeng Ireng tersebut sangat menarik untuk di lihat.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Sejarah

Upacara tradisional Seni Tarian Topeng Ireng berawal dari cerita rakyat Magelang sebelum pada akhirnya sampai ke masyarakat Temanggung. Topeng Ireng muncul tahun 1950 di Tuksongo Borobudur, kemudian berkembang di 21 kecamatan. Masing-masing kecamatan punya group kesenian, ada yang 1 atau lebih. Kesenian Topeng Ireng  ini perkembangannya cukup pesat. Topeng Ireng banyak digemari karena busananya bagus, gerak tari dan iringan musik mudah dipelajari. Temanya untuk syiar agamis, melalui lagu-lagu syair agama. Lagu-lagunya dibuat sendiri. Dalam perkembangannya, lagu campursari mulai masuk. Namun terkadang syairnya mulai menyimpang, sehingga perlu untuk diluruskan. Lagu-lagu biasanya untuk menyampaikan pesan terhadap lingkungan masyarakat. Misalnya pesan tentang KB, politik. Pada awalnya, peralatannya: bende, suling, dodogan, jedor, peluit. Penarinya, 1 kelompok 16-20 orang, termasuk kepala suku. Penari topeng Ireng ada yang dewasa maupun anak-anak. Menurut salah satu tokoh masyarakat (Bp.Tapa) seni Tari Topeng Ireng merupakan salah satu seni dari kota Magelang yang menggambarkan prajurit di jaman Belanda dahulu,gambaran tersebut berupa sekelompok prajurit yang sedang berperang melawan Belanda dengan menggunakan coretan-coretan hitam di wajahnya untuk menyempurnakan penyamaran para prajurit di hutan,dari situlah nama Topeng Ireng berasal. Namun ada persepsi lain yang di utarakan dari salah satu masyarakat desa Lamuk yang menceritakan bahwa asal mula Seni Tarian Topeng Ireng tersebut berasal dari para prajurit yang sedang menari setiap ada waktu istirahat di medan perang sebagai hiburan dengan masih berpenampilan seperti saat berperang melawan Belanda. Setelah itu tarian tersebut dibawa oleh para prajurit dan diajarkan kepada masyarakat sekitar Magelang dan dengan mudah masyarakat Magelang menggandrungi tarian tersebut,namun masyarakat Magelang pada saat itu menambahkan kostum yang menarik,dengan gabungan antara kepala angsa dan bulu ayam untuk hiasan kepala dan lonceng-lonceng kecil yang cukup banyak di kaki yang memungkinkan setiap gerakan dari sang penari mengeluarkan bunyi yang sangat meriah,hal tersebut menjadikan seni Tari Topeng Ireng mudah diterima oleh masyarkat Magelang pada awalnya. Setelah beberapa tahun tarian tersebut melekat dikehidupan masyarakat Magelang para prajurit tersebut hijrah ke Temanggung untuk menumpas penjajah yang menempati kota tersebut waktu itu. Sehingga tarian tersebut juga ada di kota Temanggung khususnya di desa Lamuk. Tidak terlalu jauh berbeda dengan tari Topeng Ireng di Magelang karena tarian tersebut diwariskan secara turun-temurun dari jaman penjajahan Belanda sampai sekarang tetap terjaga ke aslianya dan tetap ditampilkan dalam acara adat tententu.

B. Tujuan dari “Tarian Topeng Ireng”

1. Untuk memupuk rasa gotong royong dalam masyarakat2. Menjaga dan melestarikan budaya Jawa 3. Mengajarkan kepada tunas-tunas muda tradisi Jawa4. Memperlihatkan sebagai sarana hiburan seni-seni Jawa kepada masyarakat

C. Etimologi dan Nilai-Nilai yang Tekandung dalam “Tari Topeng Ireng”

Nama Topeng Ireng sendiri berasal dari kata Toto Lempeng Irama Kenceng. Toto artinya menata, lempeng berarti lurus, irama berarti nada, dan kenceng berarti keras. Oleh karena itu, dalam pertunjukan Topeng Ireng para penarinya berbaris lurus dan diiringi musik berirama keras dan penuh semangat. Tarian ini sebagai wujud pertunjukan seni tradisional yang memadukan syiar agama Islam dan ilmu beladiri atau pencaksilat. Tak heran, Topeng Ireng selalu diiringi dengan musik yang rancak dan lagu dengan syair Islami.Banyak nilai yang terkandung dalam “tarian Topeng Ireng” seperti:

1. Nilai Sosial:

Hiburan, biasanya merupakan hiburan ringan pelepas lelah untuk menghilangkan kejenuhan dari rutinitas sehari-hari.

Pengikat solidaritas, melalui Topeng Ireng dapat meningkatkan solidaritas antar pemain dan masyarakat penontonnya sekaligus mengenalkan Topeng Ireng kepada mata umum.

Media interaksi sosial, terwujud dari adanya hubungan antar anggota kesenian, anggota kesenian dengan pengurus, dan anggota kesenian dengan warga.

2. Nilai Keagamaan

Melalui syair-syair lagu yang dilantunkan mengandung nilai-nilai dakwah. Pada dahulu kala tarian tersebut digunakan oleh para sunan selain untuk hiburan juga sebagai media dakwah,mengajarkan ajaran agama Islam. Serta dalam musiknya yang menggunakan gamelan dan tembang Jawa yang mengandung nasehat kebaikan hidup dan penyebaran agama Islam.

3. Nilai Ekonomi

Walaupun keberadaan Topeng Ireng hanya merupakan sebuah kesenangan dan hiburan belaka, namun dibalik itu ada hal yang didapatkan dari pendukung kesenian tersebut yaitu materi, seperti dengan mendapatkan honor dari setiap pentas dan mengajar kelompok kesenian dari desa lain. Selain itu juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk berjualan dan pengelolaan lahan parkir oleh pemuda setempat.

4. Nilai Politik

Tari “topeng Ireng” mengajarkan kepada setiap penikmatnya kalau hidup didunia itu kita itu tidak sendiri masih banyak orang lain,sebagai mahkluk sosial kita harus saling tolong-menolong dan gotong royong. Juga mengajarkan cara berorganisasi yang baik.

5. Nilai Spiritual

Dalam masyarakat Jawa umumnya dalam setiap kegiatanya tidak jauh dengan adanya kepercayaan animism dan dinamisme. Namun menurut sumber (Bp.Tapa) dalam tarian “Topeng Ireng” tersebut tidak ada ajaran spiritual khusus yang terkandung,hanya saja tari tersebut diharapkan dapat membangkitkan rasa cinta budaya Jawa dikalangan para remaja.

Didalam upacara tersebut juga terdapat sesajen yang disediakan,sesajen tersebut berupa kelapa muda,bunga 7 rupa,darah dari ayam jago,ketan,hasil bumi,kopi,the,susu,telur ayam jawa,dan yang paling penting adalah jenang merah dan jenang putih. Tidak ada rincian jelas dari setiap komponen yang dijadikan sesajen tersebut,namun menurut sesepuh desa komponen yang terpenting adalah Jenang Putih dan Jenang Merah. Jenang putih yang melambangkan kesucian dimana setiap apa yang dilakukan warga desa dalam setiap kegiatannya mendapat imbalan yang baik pula,berkah dunia dan akhirat. Sedangkan untuk Jenang Merah digambarkan sebagai keburukan yang ada diseketar kita yang seharusnya dijauhi namun harus tetap diingat sebagai pelajaran kalau kita tidak boleh mendekat ataupun melakukan hal yang buruk karena akan berakibat burup pula pada kehidupan di dunia dan diakhirat.

D. Makna Tari Topeng Ireng

Makna dari Tari Topeng Ireng erat kaitannya dengan tari keprajuritan dimana makna tersebut direpresentasikan didalam setiap unsur di seni tersebut. Makana yang terdapat dalam Tari Topeng Ireng secara keseluruhan tentang adanya cerita dari tokoh yang bernama K.H.Subkhi dan para prajurit TNI dalam perjalanannya ke hutan untuk melarikan diri dari penjajah. Sebutan Dayakan adalah cara untuk memudahkan menyebut tarian Topeng Ireng,karena didasarkan pada penampilan penari Topeng Ireng saar pertunjukan. Selain itu makalah ini juga membahas makna dilihat dari:

1. Makna GerakGerakan-gerakan Tarian Topeng Ireng tidak memiliki aturan yang baku

hanya terkadang muncul gerakan-gerakan yang merupakan cri khas tarian masyarakat. Ciri khas tersebut adalah adanya hentakan kai dan gerakan yang diulang-ulang. Serta gerakan yang ada dalam tarian ini tidak lepas dari alunan musik dan notabene tarian ini mengikuti alunan musik.

Dalam kesenian Topeng Ireng atau Dayakan ini dibagi menjadi 3 babak pertunjukan yang memiliki dasar gerakan yang berbeda diantara ketiga babak tersebut. Dijelaskan bahwa dalam kesenian Topeng Ireng terdapat 3 babak tarian, yang terbagi menjadi Rodat Dayakan, Montholan dan Kewanan. Dalam hubungannya antara si Tokoh Sentral dengan ketiga babak tersebut adalah ketiga babak itu sebagai pelengkap cerita perjalanan si Tokoh Sentral. Pada babak Rodat Dayakan terdapat beberap gerakan inti seperti gerak hentakan kaki seolah-olah seperti serombongan prajurit yang keluar dari persembunyiannya untuk menghadapi musuh dengan membawa sifat tegas, keras, tidak terkalahkan, dan berani menghadapi segala tantangan. Hentakan kaki tersebut menggambarkan gertakan yang keras dalam menghadapi musuh di depannya. Sehingga hanya dengan hentakan kaki saja musuh akan takut terhadapnya. Gerak yang lain adalah gerak satu kaki diangkat dan tangan dinaikkan ke atas, dalam gerakan ini secara subjektif peneliti menggambarkan para pemain Topeng Ireng  adalah prajurit yang memiliki kemampuan beladiri yang baik. Kemampuan bela diri ini mereka tunjukkan ketika gertakan sudah tidak mampu membuat pihak musuh gentar. Gerakan yang lain adalah gerak berjongkok menundukkan badan. Penafsiran subjektif peneliti dalam gerakan ini menggambarkan bahwa prajurit merupakan bawahan dari raja yang memerintah. Jadi mereka memiliki sifat sendika dhawuh terhadap pemimpinnya ataupun seseorang yang lebih tinggi kedudukannya daripada mereka.

Babak Montholan dalam interpretasi cerita seorang Tokoh Sentral yang disebutkan adalah para pengombyong dari si Tokoh Sentral. Pengombyong di sini diartikan sebagai para pengikut yang menemani perjalanan si Tokoh

Sentral. Dengan kebiasaannya menyanyi, menari, dan melucu, mereka menghibur si Tokoh Sentral ketika ia merasa kelelahan.Sedangkan dalam babak kewanan ini merupakan penggambaran dari gangguan-gangguan yang dihadapi oleh si Tokoh Sentral dalam perjalanan pengembaraannya. Gangguan ini berwujud hewan-hewan liar dan buas seperti macan, singa, sapi liar, banteng, dan sebagainya. Gerakan ini juga mengandung nasihat bahwa manusia jangan bertingkah laku seperti hewan yang tidak beradab, tidak berakal, sehingga hidupnya menjadi sia-sia.

2. Makna Tata Rias

Makna dari keseluruhan dari semua penari Topeng Ireng tidak lepas dari keidentikanya dengan prajurit yang berseragam yang memakai sepatu boat yang melambangkan ketegasan. Sedangkan untuk riasan pemainya terkesan coret-coret berbagai warna. Dibagian atas menggunakan warna putih yang lebih banyak yang menggambarkan seperti muka singa yang terkenal liar dan kuat karena singa itu adalah raja hutan,juga ada gambaran harimau dengan menggunakan warna lain yang merupakan gambaran sifat prajurit yang garang dan pemberani. Dalam tata rias tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa tarian ini menggambarkan sekelompok prajurit yang gagah berani,tangguh,kuat,dan tegas dalam melawan penjajah.

3. Makna Iringan Musik

Alat musik yang digunakan sebagai pengiring dalam tari Topeng Ireng ini diantaranya adalah jidhor, seruling, dhogdhog dan bendhe. Melalui beberapa alat musik yang mudah dijumpai tersebut, komunitas kesenian Topeng Ireng ini mempertahankan tradisinya. Dengan tujuan awal sebagai alat syiar agama Islam, para pemusik dalam kelompok tersebut membuat beberapa lagu yang di dalamnya terkandung tema-tema diantaranya lagu perkenalan,lagu bernuansa pesan religi, lagu bernuansa pesan moral dan lagu bernuansa sosial.

BAB II

TATA UPACARA

TARI TOPENG IRENG

Upacara Tarian Topeng Ireng ini dalam pelaksanaannya selama dua hari,naming untuk pertunjukan Tari Topeng Ireng sendiri dilaksanakan pada hari kedua dimana hari kedua adalah hari puncaknya.

Dihari pertama : Dilaksanakan upacara “Jenang Abang Putih”. Upacara tersebut adalah upacara yang bertujuan untuk memohon keselamatan dan kelancaran dalam melaksanakan upacara tradisi tersebut. Selain itu upacara tersebut dilaksanakan dengan ditandai pembangunan panggung pertunjukannya,dengan dipimpin oleh sesepuh desa terlebih dahulu dilaksanakan upacara adat dengan beberapa sesajen seperti : kopi,the,bunga tujuh rupa,kelapa muda,buah-buahan,dan yang paling penting adalah jenang abang dan jenang putihnya.

Setelah diadakan upacara “Jenang Abang Putih” barulah panggung pertunjukan boleh dibangun untuk pertunjukan dihari yang kedua. Dengan ditunggui oleh sesepuh desa dan tokoh desa panggung dibangun. Dilihat dari langkah-langkah upacara adat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa upacara “Jenang Abang Putih” tersebut dilaksanakan untuk memohon keselamatan dan kelancaran untuk acara yang akan dilaksanakan,dijauhkan dari musibah(yang dilambangkan dengan Jenang Abang) dan di beri keselamatan,rejeki,kelancaran,dan manfaat(yang dilambangakan dengan Jenang Putih).

Jatuh pada hari pelaksanaan,dihari kedua. Waktunya diambil pada malam hari setelah Isya,para penari dihias dengan kostum yang sudah disiapkan oleh panitia,tidak ada upacara khusus sebelum pelaksanaan,hanya memperbarui sesajen yang kemarin dipersembahkan dengan yang baru oleh sesepuh desa.

Kemudian para penari “Topeng Ireng” masuk dengan tarian yang energik dan unik karena kostumnya. Diiringi oleh musik yang konon kata dari salah satu tokoh desa menggunakan Laras Pelog Nem. Gerakan yang enekgik dengan kaki menghentak-hentakkan ke tanah layaknya prajurit yang sedang berjalan dalam pasukan yang sangat besar.

Namun untuk penari laki-laki dan perempuan dikelompokkan. Jadi,pada awal acara penari laki-laki dengan gerakan yang energik dan unik yang tampil terdahulu setelah itu mendekati akhir acara kelembutan dan ayunan tangan yang begitu indah ditampilkan oleh penari “Topeng Ireng” perempuan. Di desa tersebut salah satu tokoh(Bp.Tapa) mengutamakan atau lebih tepatnya merangkul para kaum muda untuk menjadi penari,selain hanya sekedar mengisi waktu luang para kaum muda,beliau juga berpendapat agar para remaja dapat menjaga dan melestarikan budaya ibunya.

BAB III

LAMPIRAN

Tampilan untuk penari laki-laki

Penari perempuan

Sesajen yang disediakan

Kesempatan berfoto dengan salah satu tokoh desa (Bp.Tapa).

Kesempatan berfoto dengan salah satu pemain Topeng Ireng dari padepokan Pandawa Rimba