32
ASUHAN KEPER SITI ANN SALAS AU SRI HAND SILVIA J SRI MEL SELLA G SUSI HAN SARAH R TIARA R TIARA TR TRIANDI TAMMY TIARA A UNIV FAKUL RAWATAN PADA PASIEN DENG THALASSEMIA Kelompok 11 : NISA Z.N. (220110080145) ULADI (220110080138) DINI PERTIWI (220110080105) UNIANTY (220110080097) LFA DAMANIK (220110080079) GITA A (220110080052) NIFAH (220110080035) RIDASHA F (220110080013) ACHMAWATI (220110080118) RI P (220110080108) INI (220110080095) (220110080053) RUM KESUMA (220110080050) VERSITAS PADJADJARAN LTAS ILMU KEPERAWATAN JATINANGOR 2009 1 GAN

MAKALAH THALASEMIA iyaaaa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

imun

Citation preview

  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

    SITI ANNISA Z.N.SALAS AULADISRI HANDINI PERTIWISILVIA JUNIANTYSRI MELFA DAMANIK SELLA GITA ASUSI HANIFAHSARAH RIDASHA FTIARA RACHMAWATITIARA TRI PTRIANDINITAMMY TIARA ARUM KESUMA

    UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS ILMU KE

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

    THALASSEMIA

    Kelompok 11 :

    SITI ANNISA Z.N. (220110080145) SALAS AULADI (220110080138) SRI HANDINI PERTIWI (220110080105) SILVIA JUNIANTY (220110080097)

    RI MELFA DAMANIK (220110080079) SELLA GITA A (220110080052) SUSI HANIFAH (220110080035) SARAH RIDASHA F (220110080013) TIARA RACHMAWATI (220110080118) TIARA TRI P (220110080108) TRIANDINI (220110080095)

    (220110080053) IARA ARUM KESUMA (220110080050)

    UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

    JATINANGOR 2009

    1

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

  • 2

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik Makalah ini berjudul Makalah Kasus 1 Penyakit Thalasemia makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dan diajukan untuk memenuhi standar proses pembelajaran pada mata kuliah Sistem Hematologi dan Imunitas

    Dalam penyusunan makalah ini , penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

    1. Ibu Wiwi Mardiah, S.Kp .M.Kes. selaku koordinator sistem hematologi dan imunitas serta dosen yang memberikan bimbingan kepada penulis.

    2. Orang tua kami tercinta yang selalu membeikan doa restu dan dukungan dalam proses pembelajaran kami di Fakultas Ilmu Keperawatan.

    3. Teman-teman penulis kelompok 11 yang meluangkan waktu untuk menyusun makalah ini.

    4. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya, Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang lebih baik.

    Meskipun telah berusaha segenap kemampuan, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan di hari kemudian. Akhir kata, penulis berharap makalah semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam

    proses pembelajaran di Fakultas Ilmu Keperawatan.

    Jatinangor, September 2009

    penulis

  • 3

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang Thalassemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang dimaksud

    dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh seorang dokter di

    Detroit USA yang bernama Thomas B.1

    Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diwariskan oleh orangtua kepada anak. Thalassemia mempengaruhi kemampuan dalam menghasilkan hemoglobin yang berakibat pada penyakit anemia. Hemoglobin adalah suatu protein dalam sel darah merah

    yang mengangkut oksigen dan nutrisi lainnya ke sel-sel lainnya dalam tubuh. Sekitar 100.000 bayi di seluruh dunia terlahir dengan jenis thalassemia berbahaya setiap tahunnya. Thalassemia terutama menimpa keturunan Italia, Yunani, Timur Tengah, Asia dan Afrika. Ada dua jenis thalassemia yaitu alpha dan beta. Kedua jenis thalassemia ini diwariskan dengan cara yang sama. Penyakit ini diturunkan oleh orangtua yang memiliki mutated gen atau gen mutasi thalassemia. Seorang anak yang mewarisi satu gen mutasi disebut pembawa

    atau carrier, atau yang disebut juga dengan thalassemia trait (sifat thalassemia). Kebanyakan pembawa ini hidup normal dan sehat. Anak yang mewarisi dua sifat gen, di mana satu dari

    ibu dan satu dari ayah, akan mempunyai penyakit thalassemia. Jika baik ibu maupun ayah adalah pembawa, kemungkinan anak mewarisi dua sifat gen, atau dengan kata lain mempunyai penyakit thalassemia, adalah sebesar 25 persen. Anak dari pasangan pembawa juga mempunyai 50 persen kemungkinan lahir sebagai pembawa.

    Jenis paling berbahaya dari alpha thalassemia yang terutama menimpa keturunan Asia Tenggara, Cina dan Filipina menyebabkan kematian pada jabang bayi atau bayi baru lahir. Sementara itu, anak yang mewarisi dua gen mutasi beta thalassemia akan menderita penyakit beta thalassemia. Anak ini memiliki penyakit thalassemia ringan yang disebut dengan

    thalassemia intermedia yang menyebabkan anemia ringan sehingga si anak tidak memerlukan transfusi darah. Jenis thalassemia yang lebih berat adalah thalassemia major atau disebut juga dengan Cooley's Anemia. Penderita penyakit ini memerlukan transfusi darah dan perawatan yang intensif. Anak-anak yang menderita thalassemia major mulai menunjukkan gejala-gejala penyakit ini pada usia dua tahun pertama. Anak-anak ini terlihat pucat, lesu dan mempunyai nafsu makan rendah, sehingga menyebabkan pertumbuhannya terlambat.

  • 4

    Tanpa perawatan medik, limpa, jantung dan hati menjadi membesar. Di samping itu, tulang-tulang tumbuh kecil dan rapuh. Gagal jantung dan infeksi menjadi penyebab utama kematian anak-anak penderita thalassemia major yang tidak mendapat perawatan semestinya. Bagi anak-anak penderita thalassemia major, transfusi darah dan suntikan antibiotic,sangat diperlukan.

    Transfusi darah yang rutin menjaga tingkat hemoglobin darah mendekati normal. Namun, transfusi darah yang dilakukan berkali-kali juga mempunyai efek samping, yaitu pengendapan besi dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan hati, jantung dan organ-organ tubuh lain.

    B. Tujuan Mahasiswa mengetahui konsep umum penyakit thalassemia.

    Mahasiswa mengetahui gejala-gejala dari penyakit thalassemia. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan terhadap penderita.

    Mahasiswa mampu memberikan tindakan keperawatan dengan tepat.

    C. Identifikasi kasus Anton (5 tahun) datang ke poli hematologi dibawa ibunya, dengan keluhan lemas,

    mudah lelah ketika beraktivitas, berat badan yang sangat kurang. Meskipun berusia 5 tahun tetapi posturnya tidak sesuai dengan anak seusianya BB 14 kg, kulit bersisik

    kehitaman pada beberapa tempat dan wajah tampak face colley. Adanya hepatosplenomegali yang mengakibatkan perut terlihat buncit. Hasil laboratorium

    didapatkan : Hb 7 g/dL, Ht 22%, SGOT 11/ml, SGPT 70 IU/L, Fe 1000 g/dL. Klien biasanya datang 3 minggu sekali ke poiklinik untuk diberikan darah dan pemasangan desferal.

  • 5

    II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Hemoglobin Hemoglobin adalah suatu protein tetramer (protein yang terdiri dari 4 rantai

    polipeptida). Pada manusia dewasa hemoglobin utama disebut Hb A, yang terdiri dari dua rantai dan dua rantai (22) (Slamet Suyono, 2001).

    Selain Hb A pada manusia dewasa terdapat hemoglobin pendamping (minor) yang disebut Hb A2 (22). Pada bayi (neonatus) dan janin (embrio) terdapat bentuk hemoglobin lain yaitu: Hb F (alfa2 gamma2) dan hemoglobin embrional : Hb Gowers 1 (zeta2 epsilon2), Hb Gowers 2 (alfa2 epsilon2), dan Hb Portland (zeta2 gamma2). Kadar Hb normal dewasa yaitu: Hb A : 96-98 % Hb A2 : 1,5 3,2 % Hb F : 0,5 0,8 % (A.V. Hoffbrand, et al., 2005)

    Pada tahap perkembangan hemoglobin manusia dimulai dengan pembentukan

    Hb Gowers 1 kemudian pembentukan Hb Gowers 2 yang bekerja sama dengan Hb Portland dalam masa transisi menuju Hb F. Pada saatnya adanya pergantian pembentukan rantai gamma pada Hb F oleh rantai alfa globin sehingga terbentuk Hb A. Perubahan utama dari hemoglobin fetus ke hemoglobin dewasa terjadi 3-6 bulan setelah kelahiran (A.V. Hoffbrand,et al., 2005).

    Terjadi penurunan kadar Hb F mulai bayi berumur 20 minggu post partum (setelah kelahiran). Pada manusia dewasa normal Hb F masih ditemukan walaupun dalam jumlah yang sangat kecil (kurang dari 1%). Hemoglobin embrional hanya bertahan sampai umur janin 10 minggu saja (Slamet Suyono, 2001).

    Hemoglobin terdiri dari hemoglobin normal dan hemoglobin patologis.

    Hemoglobin normal diantaranya, yaitu: 1. Hb A (hemoglobin normal dewasa, terdiri 2 rantai alfa dan 2 rantai beta) 2. Hb A2 (hemoglobin normal dewasa, terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai delta) 3. Hb F (Hb normal pada janin, terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma) 4. Hb Gowers (Hb normal pada awal khidupan embrio dan hilang sebelum lahir) 5. Hb Portland (Hb normal pada janin akhir trimester pertama) (Newman Dorland,

    2005).

  • 6

    Hemoglobin patologis merupakan akibat dari adanya kelainan produksi hemoglobin. Hemoglobin tersebut yaitu:

    1. Hb H : hemoglobin tetramer beta () yang memiliki afinitas tinggi terhadap O2.

    2. Hb Barts : hemoglobin tetramer gamma () yang memiliki afinitas tinggi terhadap O2.

    3. Hb A1c : hemoglobin A terglikasi, terdapat satu heksosa pada terminal N rantai , konsentrasi meninggi pada diabetes yang tidak terkontrol

    dengan baik. 4. Hb anti-Lepore : hemoglobin crossover abnormal yang sama dengan Hb

    Lepore tetapi rantai non- bergabung dengan konfigurasi yang berlawanan dengan Hb Lepore (rantai pada terminal N dan rantai pada terminal C).

    5. Hb Lepore : Hb crossover abnormal dengan rantai normal dan dua rantai globin yang memiliki bagian rantai pada terminal N dan rantai

    pada terminal C. 6. Hb C : hemoglobin abnormal dimana lisin menggantikan

    asam glutamate pada posisi enam rantai . 7. Hb D : hemoglobin abnormal yang ditandai oleh mobilitas

    elektroforetik yang sama dengan Hb S pada kertas atau selulosa asetat. 8. Hb E : hemoglobin abnormal di mana lisin menggantikan

    asam glutamate pada posisi 26 rantai . 9. Hb S : hemoglobin abnormal di mana valin menggantikan

    asam glutamate pada posisi enam rantai . Keadaan homozigot mengakibatkan anemia sickle cell dan heterozigot asimptomatik disebut sickle cell trait. (Newman Dorland, 2005)

    B. Anemia Hemolitik

    Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis adalah pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya (sebelum masa hidup rata-rata eritrosit yaitu 120 hari) sehingga menyebabkan terjadinya pelepasan hemoglobin dan isi sel lainnya dari eritrosit. Hemolisis ini menyebabkan terjadinya kerusakan eritrosit lebih cepat dari kemampuan sumsum tulang untuk menggantikannya. Proses

  • 7

    hemolisis ini akan menimbulkan penuruanan kadar hemoglobin yang akan mengakibatkan anemia, peningkatan pemecahan eritrosit dalam tubuh, dan kompensasi sumsum tulang untuk

    meningkatkan eritropoesis (I Made Bakta, 2006). Anemia ini dapat disebabkan oleh adanya defek molekuler (hemoglobinopati atau

    enzimopati), abnormalitas struktur dan fungsi-fungsi membran, dan faktor lingkungan seperti trauma mekanik atau autoantibodi (Ikhwan Rinaldi; Aru W.S., 2006).

    Secara etiologi, anemia hemolitik dikelompokkan menjadi: 1. Anemia hemolitik herediter

    a. Defek enzim/Enzimopati

    Defek jalur Embden Meyerhof Defek jalur heksosa monofosfat

    b. Hemoglobinopati

    Thalassemia

    Anemia sickle cell

    Hemoglobinopati lain seperti heterozigot ganda (thalassemia-Hb E) c. Defek membran (membranopati) : Sferositosis herediter, eliptositosis

    herediter, stomatositosis herediter. 2. Anemia Hemolitik Didapat

    a. Anemia hemolisis imun, misalnya: idiopatik, keganasan, obat-obatan, kelainan autoimun, infeksi, transfuse.

    b. Mikroangiopati, misalnya: Trombotik Trombositopenia Purpura (TTP) c. Infeksi , misalnya :infeksi malaria, infeksi babesiosis, infeksi Clostridium.

    (I Made Bakta, 2006; Ikhwan R, Aru W.S., 2006)

    C. Hemoglobinopati

    Hemoglobinopati merupakan kelainan hematologis yang disebabkan oleh adanya abnormalitas hemoglobin yang diturunkan maupun didapat akibat kelainan produksi hemoglobin. Kelainan produksi ini dapat disebabkan oleh kelainan gen yang mengatur susunan asam amino seperti pada anemia sel sabit, Hb S disease, Hb C, Hb E, dll. dan kelainan gen yang mengatur kecepatan produksi hemoglobin khususnya

    rantai globin seperti pada thalassemia. Hemoglobinopati dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

  • 8

    1. Hemoglobinopati structural (kelainan struktur asam amino pada rantai globin) Hb S, Hb C, Hb D, Hb E, anemia sel sabit

    2. Sindrom thalassemia (gangguan sintesis rantai alfa atau beta) (I Made Bakta, 2006)

  • 9

    III

    ISI

    A. KASUS THALASEMIA Anton 5 tahun dating ke poli hematologi untuk kesekian kalinya dengan keluhan lemas, mudah lelah ketika beraktivitas. Berat badan sangat kurang,

    meskipun berusia 5 tahun tapi posturnya tidak sesuai dengan anak seusianya. Berat badannya 14 kg. kulit bersisik kehitaman pada beberapa tempat dengan wajah tampak facies cooley, hepasteinomegali yang mengakibatkan perut terlihat buncit. Hasil lab didapatkan HB 7%, Fe 1000 gr/dl, Ht 22%. Klien biasanya dating tiga kali seminggu ke poliklinik untuk diberi darah dan pemasangan desveral, SGOT 11/ml, SGPT 70 IU/l.

    Step 1 unfamiliar terms 1) Face cooley 2) Hepatosplenomegali 3) SGOT dan SGPT 4) Desperal 5) Ht: hematokrit

    Jawaban: 1) Face cooley= ???? 2) Hepatosplenomegali= Pembengkakan hati dan limpa 3) SGOT dan SGPT = ???? 4) Desperal= Obat yang disuntikan untuk mengatasi penumpukan Fe 5) Hematokrit=??.

    Step 2 1) Bagaimana nilai normal hasil lab? 2) Apakah penyebab adanya kulit bersisik kehitaman? 3) Kenapa postur tubuh dan berat badan tidak sesuai? 4) Kenapa terjadi hepatosplenomegali? 5) Kenapa harus dibrikan darah dan pemasangan despeal? 6) Apa alasan pasien harus dating ke klinik 3 minggu sekali? 7) Bagaimana Etiologi dan factor resiko dari thalasemia?

  • 10

    8) Bagaimana manifestasi klinis nya? 9) Kenapa terjadi face cooley? 10) Bagaimana patofisiologi thalasemia? 11) Apakah ada kemungkinan sembuh? 12) Apakah komplikasi jika sering dilakukan transfuse darah? 13) Adakah tindakan lain selian transfuse darah dan pemasangan desperal? 14) Bagaiman asuhan keperawatan pasien thalasemia? 15) Bagaimana health education yang dibutuhkan pada pasien thalasemia? 16) Bagaimana aspek nutrisi yang dibutuhkan pada pasien tersebut? 17) Klasifikasi thalasemia? 18) Bagaiman aspek legal etis nya?

    Step 3 1) Learning objectives 2) Adanya penumpukan zat besi akibat seringnya dilakukan transfuse darah. 3) Karena anak tersebut anemia,yang menyebabkan kekurangan zat darah darah salah

    satunya kadar Hb,fungsi Hb untuk mengikat oksigen,jika Hb turun maka kemampuan dia untuk mngikat O2 menurun,sehingga metabolisme menjadi turun menyebabkan postur tubuh dan baat badan tidak sesuai.

    4) Karena adanya kompensasi tubuh untuk mencapai homeostatis akibat hemolisi sebelum waktunya.

    5) Karena pasien menderita anemia(kekurangan darah).penggunaan desperal untuk mengatasi penumpukan Fe.

    6) Untuk mengatasi kekurangan darah,pada penderita thalasemia umur sel darah merah kurang dari 120 hari,sehingga dia harus dtransfusi darah sesering mungkin.

    7) Step 4 8) Step 4 9) Learning objectives 10) Step 4 11) Tidak akan dapat sembuh,karena terjadi hemolysis terus-menerus. 12) Penumpukan Fe,luka pada kulit karena dari jarum suntikan transfuse darah, rentan

    pada penyakit yang ditularkan lewat darah, dan infeksi nosokomial. 13) Modifikasi life style. 14) Step 4

  • 11

    15) Step 4 (dimasukkan dalm askep) 16) Memberikan transfusi darah.

    Transfusi darah perlu diberikan di samping usaha tidak memberikan makanan yang mengandung besi, seperti : hati, sayuran seperti kangkung, bayam atau makanan lain yang mengandung besi karena didalaam tubuh pasien telah kelebihan zat besi. Dalam keadaan lemah sekali, pasien perlu di suapi atau di bujuk ( cara penyediaan makananan sama dengan penyakit darah lainnya. Transfusi diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 g% dan karena jika baru 1 kali transfusi kenaikan kadar Hb belum mencukupi maka setiap seri diberikan 34 kali

    transfusi (diberikan setiap hari selama 34 hari) dan biasanya setiap seri 3 bulan sekali. Transfusi darah yang diberikan berupa sel darah merah (SDM) sampai kadar Hb 11 g/dl. Jumlah SDM yang diberikan sebaiknya 10-20 ml/kg BB. Transfusi darah yang berulang ulang menyebabkan kadar besi dalam darah tinggi, sehingga tertimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung, dan lain lain. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan organ organ tubuh tersebut.

    Jika diet buruk, diberikan asam folat teratur (misalnya 2-5 mg perhari). Vitamin C 100 250 mg setiap hari, meningkatkan ekskresi besi dihasilkan oleh desferioksamin.

    17) Step 4 18) step 4

    step 4 MIND MAP

    Step 5 Learning objectives

    1) Pengertian face cooley 2) Pengertian SGOP dan SGPT 3) Pengertian hematokrit 4) Penjelasan Mind Map 5) Bagaimana nilai normal hasil lab 6) Mekanisme kerja desperal

  • 12

    B. ISTILAH PENTING

    No. Istilah Definisi 1. Desferal Semacam obat untuk mengikat Fe dalam tubuh

    yang dibuang melalui urin atau infuse

    2. face cooley Wajah seperti mongoloid, Tulang hidung yang hilang atau melesak ke dalam

    3. Hepatospleinomegali Pembengkakan hati dan limfa

    4. Hematokrit Presentase eritrosit dalam darah keseluruhan

    5. SGOT (serum glutamic-oxaloacetic

    transminase)

    Serum yang didalamnya terdapat enzim yang

    brasal dari hati dan jantung yang dilepaskan jika terjadi kerusakan jaringan

    6. SGPT (serum glutamic-piruvic

    transminase

    Serum yang didalamnya terdapat enzim yang brasal dari hati yang dilepaskan akibat kerusakan

    jaringan

    C. PENJELASAN KASUS

    1. DEFINISI THALASEMIA Thalasemia adalah sekelompok heterogen gangguan genetik pada sintesis

    hemoglobin yang ditandai dengan tidak ada atau berkurangnya sintesis rantai globin. (robbins,2007) Thalasemia adalah penyakit darah bawaan (keturuna) yang menyebabkan sel darah merah (eritrosit) pecah/hemolisa. (suryo,2005)

    2. KLASIFIKASI THALASEMIA a. Thalassemia- (gangguan pembentukan rantai )

    Sindrom thalassemia- disebabkan oleh delesi pada gen globin pada

    kromosom 16 (terdapat 2 gen globin pada tiap kromosom 16) dan nondelesi seperti gangguan mRNA pada penyambungan gen yang menyebabkan rantai menjadi lebih panjang dari kondisi normal. Faktor delesi terhadap empat gen globin dapat dibagi menjadi empat, yaitu:

  • 13

    1. Delesi pada satu rantai (Silent Carrier/ -Thalassemia Trait 2) Gangguan pada satu rantai globin sedangkan tiga lokus globin yang ada

    masih bisa menjalankan fungsi normal sehingga tidak terlihat gejala-gejala bila ia terkena thalassemia.

    2. Delesi pada dua rantai (-Thalassemia Trait 1) Pada tingkatan ini terjadi penurunan dari HbA2 dan peningkatan dari HbH dan terjadi manifestasi klinis ringan seperti anemia kronis yang ringan dengan eritrosit hipokromik mikrositer dan MCV(mean corpuscular volume) 60-75 fl.

    3. Delesi pada tiga rantai (HbH disease) Delesi ini disebut juga sebagai HbH disease (4) yang disertai anemia hipokromik mikrositer, basophylic stippling, heinz bodies, dan retikulositosis. HbH terbentuk dalam jumlah banyak karena tidak terbentuknya rantai sehingga rantai tidak memiliki pasangan dan

    kemudian membentuk tetramer dari rantai sendiri (4). Dengan banyak terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami presipitasi dalam eritrosit

    sehingga dengan mudah eritrosit dapat dihancurkan. Penderita dapat tumbuh sampai dewasa dengan anemia sedang (Hb 8-10 g/dl) dan MCV(mean corpuscular volume) 60-70 fl.

    4. Delesi pada empat rantai (Hidrops fetalis/Thalassemia major) Delesi ini dikenal juga sebagai hydrops fetalis. Biasanya terdapat banyak Hb Barts (4) yang disebabkan juga karena tidak terbentuknya rantai sehingga rantai membentuk tetramer sendiri menjadi 4. Manifestasi klinis dapat berupa ikterus, hepatosplenomegali, dan janin yang sangat anemis. Kadar Hb hanya 6 g/dl dan pada elektroforesis Hb menunjukkan 80-90% Hb Barts, sedikit HbH, dan tidak dijumpai HbA atau HbF. Biasanya bayi yang mengalami kelainan ini akan mati beberapa jam setelah kelahirannya.

    b. Thalassemia- (gangguan pembentukan rantai ) Thalassemia- disebabkan oleh mutasi pada gen globin pada sisi pendek kromosom 11.

    1. Thalassemia o

    Pada thalassemia o, tidak ada mRNA yang mengkode rantai sehingga tidak dihasilkan rantai yang berfungsi dalam pembentukan HbA

  • 14

    2. Thalassemia + Pada thalassemia +, masih terdapat mRNA yang normal dan fungsional

    namun hanya sedikit sehingga rantai dapat dihasilkan dan HbA dapat dibentuk walaupun hanya sedikit.

    Sedangkan secara klinis thalassemia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu a. Thalasemia Mayor

    Terjadi bila kedua orang tuanya membawa gen pembawa sifat thalassemia. Gejala penyakit muncul sejak awal masa kanak-kanak dan biasanya penderita hanya bertahan hingga umur sekitar 2 tahun. Penderita bercirikan : Lemah

    Pucat

    Perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur Berat badan kurang

    Tidak dapat hidup tanpa transfusi transfusi darah seumur hidupnya.

    b. Thalasemia minor/trait Gejala yang muncul pada penderita Thalasemia minor bersifat ringan, biasanya hanya sebagai pembawa sifat. Istilah Thalasemia trait digunakan untuk orang normal namun dapat mewariskan gen thalassemia pada anak-anaknya:ditandai

    oleh splenomegali, anemia berat, bentuk homozigot. Pada anak yang besar sering dijumpai adanya: Gizi buruk Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati

    (Hepatomegali ), Limpa yang besar ini mudah ruptur karena trauma ringan saja

    Gejala khas adalah: Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal hidung, jarak

    antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar. Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya menjadi

    kelabu karena penimbunan besi

  • 15

    3. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

    a. Mutasi gen -globin pada kromosom 16 b. Adanya pasutri yang membawa gen/carier thalasemia c. Adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai atau dari HB

    berkurang

    d. Berkurangnya sintesis HBA dan eritropoesis yang tidak efektif diertai penghancuran sel-sel eritrosit intramuscular.

    4. MANIFESTASI KLI NIS

    a. Gejala awal pucat, mulanya tidak jelas. Biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama kehidupan, dan pada kasus yang berat terjadi dalam beberapa minggu setelah lahir

    b. Bila penyakit ini tidak ditangani dengan baik, tumbuh kembang anak akan terhambat. Penyimpangan pertumbuhan akibat anemia dan kekurangan gizi

    menyebabkan perawakan pendek. c. Anak tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak tubuh, dan dapat disertai

    demam berulang kali akibat infeksi d. Anemia lama dan berat, biasanya menyebabkan pembesaran jantung e. Terdapat hepatosplenomegali dan Ikterus ringan mungkin ada f. Terjadi perubahan pada tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka

    mongoloid akibat sistim eritropoiesis yang hiperaktif g. Adanya penipisan korteks tulang panjang, tangan dan kaki dapat

    menimbulkan fraktur patologis. . h. Kadang-kadang ditemukan epistaksis, pigmentasi kulit, koreng pada tungkai,

    dan batu empedu. i. Pasien menjadi peka terhadap infeksi terutama bila limpanya telah diangkat

    sebelum usia 5 tahun dan mudah mengalami septisemia yang dapat mengakibatkan kematian. Dapat timbul pensitopenia akibat hipersplenisme.

    j. Letargi, pucat, kelemahan, anoreksia, sesak nafas akibat penumpukan Fe, tebalnya tulang kranial menipisnya tulang kartilago, kulit bersisik kehitaman akibat penumpukan Fe yang disebabkan oleh adanya transfuse darah secara kontinu.

  • 16

    5. PATOFISIOLOGI Pernikahan penderita thalasemia carier

    Penyakit secara autosomal resesif

    Gangguan sintesis rantai globin dan

    Pembentukan rantai dan Rantai kurang terbentuk di retikulosit tidak seimbang daripada rantai

    rantai kurang dibentuk dibanding rantai tidak dibentuk sama sekali rantai g dibentuk tetapi tidak menutupi kekurangan rantai

    Thalsemia Thalasemia

    gangguan pembentukan rantai dan Pembentukan rantai dan

    Penimbunan dan pengendapan rantai dan

    Tidak terbentuk HbA

    Membentuk inclusion bodies

    Menempel pada dinding eritrosit

    Merusak dinding eritrosit

    Hemolisis Eritropoesis darah yang tidak efektif

    dan penghancuran precursor eritrosit dan intramedula sintesis Hb eritrosit hipokrom dan mikrositer

    Hemolisis eritrosit yang immature

    ANEMIA

    Pengikatan O2 Kompensasi tubuh Hipoksia oleh RBC membentuk eritrosit

    oleh sumsum tulang tubuh merespon Suplai O2/Na aliran darah ke dengan pembentukan ke jar. organ vital Hiperplasia sumsum tulang eritropoetin dan jaringan metabolisme sel Ekspansi massif masuk ke sirkulasi O2 dan nutrisi sumsum tulang pertumbuhan sel tidak di Transpor wajah dan kranium merangsang &otak terhambat scr adekuat eritropoesis deformitas tulang Resiko Gangguan Perfusi jar. Pembentukan RBC tumbuh kembang terganggu baru yang immature

  • 17

    Perubahan bentuk wajah dan mudah lisis Penonjolan tulang tengkorak perubahan pertumbuhan pada tulang maksila Hb pembentukan Terjadi face cooley ATP

    perlu transfusi Perasaan berbeda energy yang

    dengan orang lain terjadi Fe dihasilkan dlm tubuh Gambaran diri negatif kelemahan fisik

    Hemosiderosis Gangguan konsep diri: Intoleransi body image pigmentasi kulit aktifitas

    (coklat kehitaman)

    Kerusakan Integritas kulit

    Fibrosis Hemokromatesis Terjadi hemapoesis di extramedula

    Liver Limfa Jantung Pankreas Paru-paru

    Hepatomegali Splenomegali Payah jantung DM Frekuensi napas

    Perut buncit Splenokromi Imunitas Resiko pola napas tidakefektif

    Menekan diagfragma Resiko terhadap infeksi

    Compliance paru-paru terganggu

    Perkusi napas Anemia

    Kekentalan darah Hipoksia Jaringan

    Tahanan thd aliran darah Rangsangan Simpatik Perfusi ke organ GIT & pembuluh darah Kerja Sal.Cerna < O2 untuk metabolisme Jmlh darah yg kembali Sal. Cerna ke Jantung /Venous return

    CO

    Beban kerja Jantung

    Payah Jantung mortilitas usus

    Splenomegali & Hepatomegali Digesti & absorbsi makanan terganggu

    Menekan organ abdomen Distensi abdomen/ Makanan tertahan di lambung ( termasuk Lambung & Sal. Cerna) peregangan Lambung

  • 18

    Merangsang Hipotalamus

    (Pusat kenyang)

    Dipersepsikan dengan perasaan kenyang

    Anoreksia

    Intake nutrisi berkurang

    Ketidakseimbangan nutrisi

    kurang dari kebutuhan

    BB kurang

    6. ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian : IDENTITAS : 1. Nama : Anton

    2. Umur/ usia : 5 th 3. Jenis kelamin : laki - laki 4. Nama ortu : -

    5. Alamat : - 6. Umur/ pendidikan/ pekerjaan ortu : - 7. Agama dan suku bangsa : -

    KELUHAN UTAMA : lemas dan lelah saat beraktifitas

    RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG : P : saat beraktifitas

    Q : - R : -

    S : - T : -

    RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU : setiap 3 minggu sekali dating ke poliklinik untuk diberi darah dan pemasangan sesveral

  • 19

    RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA : -

    RIWAYAT KEHAMILAN : -

    RIWAYAT KELAHIRAN : -

    RIWAYAT PERTUMBUHAN : 14 kg

    RIWAYAT PERKEMBANGAN : -

    RIWAYAT IMUNISASI : -

    RIWAYAT MAKANAN : -

    RIWAYAT PENYAKIT YANG DIDERITA : -

    PEMERIKSAAN FISIS : Inspeksi : wajah face cooley, pucat, kulit kehitaman Palpasi : splenomegali, kulit bersisik

    Perkusi : -

    Auskultasi : -

    TTV : -

    HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM : Hb : 7 gr/dl Ht : 22 %

    Fe :1000 gr/dl

    SGOT : 11/ml SGPT : 70 IU/l

    b. Analisa data

    NO

    DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH

    1 Ds : Ibu klien

    mengeluh berat badan klien yang sangat kurang

    Do : Berat Badan

    14 Kg

    Hipoksia jaringan

    Rangsangan simpatis perfusi ke organ GIT

    Kerja saluran cerna berkurangnya O2 untuk metabolisme salur cerna

    Mortalitas usus

    Digesti dan absorbsi makanan terganggu

    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

    kebutuhan

  • 20

    Makanan tertahan di lambung

    Distensi abdomen/peregangan lambung

    Merangsang Hipotalamus (Pusat kenyang)

    Dipersepsikan dengan perasaan kenyang

    Anoreksia

    Intake nutrisi berkurang

    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

    BB kurang 2 Ds :

    Ibu klien mengeluh Klien Lemas

    Ibu klien mengeluh klien mudah lelah ketika beraktivitas

    Do : -

    Anemia

    Hipoksia jaringan

    Suplai O2 / Na ke Jaringan

    Metabolisme sel

    Perubahan pembentukan ATP

    Energy yang dihasilkan

    Kelemahan fisik/ mudah lelah ketika beraktifitas

    Intoleransi Aktifitas

    Intoleransi aktivitas

    3 Ds : - Do :

    Kulit bersisik kehitaman pada beberapa tempat

    Anemia

    Hipoksia Jaringan

    Tubuh merespon dengan pembentukan eritropoetin

    Masuk ke sirkulasi

    Merangsang eritropoesis

    Pembentukan RBC baru yang immature dan mudah lisis

    Hb

    Perlu transfuse

    Terjadi Fe dlm tubuh

    Kerusakan integritas kulit

  • 21

    Hemosiderosis

    pigmentasi kulit (coklat kehitaman)

    Kerusakan integritas kulit 4 Ds : -

    Do : Wajah tampak

    Face Colley

    Anemia

    Kompensasi tubuh membentuk eritrosit oleh sumsum tulang bertambah

    Hyperplasia sumsum tulang

    Ekspansi massif sumsum tulang wajah dan cranium

    Deformitas tulang

    Perubahan bentuk wajah Penonjolan tulang tengkorak

    Pertumbuhan bertambah pada tulang maksila Terjadi face cooley

    Perasaan berbeda dengan orang lain

    Gamabaran diri negative

    Gangguan konsep diri : body image

    Gangguan konsep diri : body image

    5 Ds: - Do: -

    Anemia

    Hipoksia jaringan

    Tubuh merespon dengan pembentukan eritropoetin

    Masuk ke sirkulasi

    Merangsang eritropoesis

    Terjadi hemapoesis di ekstramedula

    Hemokromatesis

    Fibrosis

    Ke paru-paru

    Frek.nafas

    Resiko pola nafas tidak efektif

    Resiko pola nafas tidak efektik

    6 Ds: - Do: -

    Anemia

    Resiko gangguan tumbuh kembang

  • 22

    Hipoksia Jaringan

    Suplai O2 / Na ke jaringan

    Metabolisme sel

    Pertumbuhan sel dan otak terhambat

    Resiko gangguan tumbuh kembang 7 Ds : -

    Do : - Anemia

    Hipoksia jaringan

    Tubuh merespon dengan pembentukan eritropoetin

    Masuk ke sirkulasi

    Merangsang eritropoesis

    Terjadi hemapoesis di ekstramedula

    Hemokromatesis

    Fibrosis

    Ke jantung Hipoksia jaringan

    Tubuh merespon dengan pembentukan eritropoetin

    Masuk ke sirkulasi

    Merangsang eritropoesis

    Terjadi hemapoesis di ekstramedula

    Hemokromatesis

    Fibrosis

    Payah jantung Hipoksia jaringan

    Tubuh merespon dengan pembentukan eritropoetin

    Masuk ke sirkulasi

    Merangsang eritropoesis

    Terjadi hemapoesis di ekstramedula

    Resiko terhadap infeksi

  • 23

    Hemokromatesis

    Fibrosis

    Imunitas Hipoksia jaringan

    Tubuh merespon dengan pembentukan eritropoetin

    Masuk ke sirkulasi

    Merangsang eritropoesis

    Terjadi hemapoesis di ekstramedula

    Hemokromatesis

    Fibrosis

    Resiko tinggi infeksi

    a. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

    menurunnya kerja saluran pencernaan. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan berkurangnya suplai O2/ Na ke

    jaringan yang ditandai dengan klien mengeluh lemas dan mudah lelah ketika beraktifitas.

    3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis (anemia) yang ditandai dengan kulit bersisik kehitaman pada beberapa tempat.

    4. Resiko pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hemokromatesis.

    5. Resiko gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan hipoksia jaringan.

    6. Resiko terhadap infeksi berhubungna dengan menurunnya imunitas.

  • 24

    7. ASUHAN KEPERAWATAN

    No Diagnosa Keperawatan Tujuan Asuhan Keperawatan

    Intervensi Rasional 1

    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan menurunnya kerja saluran pencernaan. ditandai dengan: Ds :

    Ibu klien mengeluh berat badan klien yang sangat kurang

    Do : Berat Badan

    14 Kg

    Tupan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat. Tupen: Menunjukkan

    peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal.

    Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat badan yang sesuai.

    Mandiri Kaji riwayat nutrisi,

    termasuk makanan yang disukai.

    Observasi dan catat masukan makanan pasien.

    Timbang berat badan tiap hari.

    Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan di antara waktu makan.

    Berikan dan bantu higiene mulut yang baik; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut.

    Kolaborasi Konsul pada ahli gizi.

    Pantau pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Hct, BUN, Albumin, Protein, Transferin, Besi Serim, B12, Asam Folat, TIBC, Elektrolit Serum.

    Berikan obat sesuai indikasi, desferoksimin untuk mengurangi kadar besi dalam tubuh.

    Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.

    Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.

    Mengawasi penurunan berat badan.

    Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan.

    Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemampuan infeksi.

    Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.

    Meningkatkan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.

    Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia

  • 25

    Berikan suplemen nutrisi mis., Ensure, Isocal.

    dan/atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.

    Meningkatkan masukan protein dan kalori.

    2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan berkurangnya suplai O2/ Na ke jaringan yang ditandai dengan klien mengeluh lemas dan mudah lelah ketika beraktifitas. Ds :

    Ibu klien mengeluh Klien Lemas

    Ibu klien mengeluh klien mudah lelah ketika beraktivitas

    Do : -

    Tupen: Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam, klien dapat melakukan aktivitas maksimal sesuai kemampuan. Tupan: Setelah dilakukan perawatan, selama 3 x 24 jam, diharap klien dapat beraktivitas maksimal sesuai kemampuan dan menormalkan Hb ( > 10 g/dl).

    Mandiri: Kaji kemampuan pasien

    untuk melakukan tugas normal, catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas.

    Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Pantau dan batasi pengunjung, telepon, dan gangguan berulang tindakan yang tak direncanakan.

    Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat. Pilih periode istirahat dengan periode aktivitas.

    Berikan bantuan dalam aktivitas bila perlu, memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin.

    Rencanakan kemampuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktivitas yang pasien pandang perlu. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi.

    Gunakan teknik penghematan energi, misal., mandi dengan duduk, duduk untuk melakukan tugas-tugas.

    Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

    Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.

    Mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regangan pada sistem jantung dan pernapasan.

    Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri.

    Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan memperbaiki stamina tanpa kelemahan.

    Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah

  • 26

    Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi.

    Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh: penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.

    kelemahan. Regangan/stres

    kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan dekompensasi /kegagalan.

    Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.

    3 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis (anemia) yang ditandai dengan kulit bersisik kehitaman pada beberapa tempat., ditandai dengan: Ds : - Do :

    Kulit bersisik kehitaman pada beberapa tempat

    Tupen: Mempertahankan

    integritas kulit. Tupan: Mengidentifikasi

    faktor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera dermal.

    Mandiri Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, dan gangguan warna.

    Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.

    4 Gangguan konsep diri : body image berhubungan dengan hiperplasia sumsum tulang yang ditandai dengan wajah tampak face colley., ditandai dengan: Ds : - Do :

    Wajah tampak Face Colley

    Tupen: Klien mau

    bersosialisasi dengan temannya.

    Tupan: Mengembalikan

    kepercayaan diri klien

    Diskusikan situasi/dorong pernyataan takut/masalah. Jelaskan hubungan antara gejala dengan asal penyakit.

    Dukung dan dorong pasien,berikan perawatan dengan sikap positif dan perilaku bersahabat.

    Pasien sangat sensitif terhadap perubahan tubuh dan juga mengalami krisis karena dirinya tidak sama dengan anak lain.

    Pemberian perawatan kadang-kadang memungkinkan penilaian perasaan untuk mempengaruhi

  • 27

    Dorong keluarga/orang terdekat untuk menyatakan perasaan, berkunjung/berpartisipsi pada perawatan.

    Bantu pasien/orang terdekat untuk mengatasi perubahan pada penampilan; anjurkan memakai baju yang tidak menonjolkan gangguan.

    perawatan pasien dan kebutuhan untuk membuat upaya untuk membantu pasien merasakan nilai pribasi.

    Anggota keluarga dapat meras bersalah tentang kondisi pasien dan takut kepada kematian. Kebutuhan dukungan emosi tanpa penilaian dan bebas mendekati pasien. Partisipasi pada perawatan membantu mereka merasa berguna dan meningkatkan kepercayaan antara staf pasien dan orang terdekat.

    Pasien dapat menunjukkan penampilan kurang menarik sehubungan dengan ikterik, splenomegali (buncit), ekimoses, dan hemosiderosis jaringan. Memberikan dukungan dapat meningkatkan harga siri dan meningkatkan rasa kontrol.

    5 Resiko pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hemokromatesis.

  • 28

    8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan penunjang A. Pemeriksaan hematologi rutin

    1. Morfologi eritrosit (gambaran darah tepi) eritrosit hipokromik mikrositik, sel target, normoblas (eritrosit berinti), polikromasia, bashopilic stipling, Heinz

    Ds: - Do: -

    6 Resiko gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan hipoksia jaringan. Ds: - Do: -

    Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang

    Pantau tingga dan berat badan gambarkan pada grafik pertumbuhan

    Dorong aktivitas yang sesuai dengan usia klien

    Tekankan bahwa klien mempunyai kebutuhan yang sama tahap sosialisasi seperti orang lain

    7 Resiko terhadap infeksi berhubungna dengan menurunnya imunitas. Ds: - Do: -

    Tidak terjadi tanda-tanda injuri.

    Jelaskan pentingnya transfusi darah.

    Lindungi klien dari bahaya jatuh dan cedera.

    Bantu dalam memenuhi ADL klien.

    Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan pada klien.

    Observasi tanda-tanda terjadinya cedera.

    Untuk meningkatkan konsentrasi HbA.

    Perlindungan dapat membuat aman bagi klien.

    Bentuan akan membantu memenuhi kebutuhan klien.

    Keluarga selalu berada dekat klien sehingga dengan keterlibatannya sangat berarti bagi klien memenuhi kebutuhannya.

    Dapat dijadikan acuan untuk tindakan selanjutnya.

  • 29

    bodies pada -thalassemia. 2. Kadar Hb pada thalasemia mayor 3-9 g/dl, thalasemia intermedia 7-10 g/dl

    B. Elektroforesis Hb 3. HbF meningkat : 10-98% 4. HbA bisa ada pada +, bisa tidak ada pada o 5. HbA2 sangat bervariasi, bisa rendah, normal, atau meningkat

    C. Pemeriksaan sumsum tulang 6. Eritropoesis inefektif menyebabkan hiperplasia eritroid yang ditandai dengan peningkatan cadangan Fe.

    D. Uji fragilitas osmotik (darah + larutan salin terbuffer) 7. Pada darah normal 96% eritrosit akan terlisis, sedangkan pada thalasemia eritrosit tidak terlisis

    E. Pengukuran beban besi 8. Pengukuran feritin serum dan feritin plasma sebelum dilakukan transfuse

    F. Pemeriksaan pedigree untuk mengetahui apakah orang tua atau saudara pasien merupakan trait

    g. Pemeriksaan molekuler

    9. Analisis DNA (Southern blot) 10. Deteksi direct gen mutan 11. Deteksi mutasi dengan probe oligonukleotida sintetik

    12. ARMS (mengamplifikasi segmen target mutan) 13. Analisis globin chain synthesis dalam retikulosit akan dijumpai sintesis rantai beta menurun dengan rasio / meningkat.

    9. Penatalaksanaan dan Pencegahan Pada Pasien

    Pada penatalaksanan pada pasien harus melakukan pertimbangan aspek ekonomi,

    sosial, dan budaya pasien. Untuk memberikan terapi senantiasa meminta persetujuan dari pasien. Pada pasien anak tersebut dapat diberikan terapi: - Transfusi : untuk mempertahankan kadar hb di atas 10 g/dl. Sebelum melakukannya perlu dilakukan pemeriksaan genotif pasien untuk mencegah terjadi antibody eritrosit. Transfusi PRC (packed red cell)dengan dosis 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl. - Antibiotik : untuk melawan mikroorganisme pada infeksi. Untuk menentukan jenis antibiotic yang digunakan perlu dilakukan anamnesis lebih lanjut pada pasien.

  • 30

    - Khelasi Besi: untuk mengurangi penimbunan besi berlebihan akibat transfusi. Khelasi besi dapat berupa: desferoksamin diberikan injeksi subcutan, desferipone (oral), desferrithiochin (oral), Pyridoxal isonicotinoyl hydrazone (PIH), dll. - Vitamin B12 dan asam folat : untuk meningkatkan efektivitas fungsional eritropoesis.

    - Vitamin C : untuk meningkatkan ekskresi besi. Dosis 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi - Vitamin E : untuk memperpanjang masa hidup eritrosit.Dosis 200-400 IU setiap hari.

    - Imunisasi : untuk mencegah infeksi oleh mikroorganisme.

    - Splenektomi : limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur. Jika disetujui pasien hal ini sebaiknya dilakukan setelah anak berumur di atas 5 tahun sehingga tidak terjadi penurunan drastis imunitas tubuh akibat splenektomi. Pencegahan thalassemia atau kasus pada pasien ini dapat dilakukan dengan konsultasi pra nikah untuk mengetahui apakah diantara pasutri ada pembawa gen

    thalassemia (trait), amniosentris melihat komposisi kromosom atau analisis DNA untuk melihat abnormalitas pada rantai globin.

    10. HEALTH EDUCATION A. Pencegahan primer :

    Penyuluhan sebelum perkawinan (marriage counselling) untuk mencegah perkawinan diantara pasien Thalasemia agar tidak mendapatkan keturunan yang homozigot. Perkawinan antara 2 hetarozigot (carrier) menghasilkan keturunan : 25 % Thalasemia (homozigot), 50 % carrier (heterozigot) dan 25 normal.

    B. Pencegahan sekunder

    Pencegahan kelahiran bagi homozigot dari pasangan suami istri dengan Thalasemia heterozigot salah satu jalan keluar adalah inseminasi buatan dengan sperma berasal dari donor yang bebas dan Thalasemia troit. Kelahiran kasus homozigot terhindari, tetapi 50 % dari anak yang lahir adalah carrier, sedangkan 50% lainnya normal. Diagnosis prenatal melalui pemeriksaan DNA cairan amnion merupakan suatu kemajuan

  • 31

    dan digunakan untuk mendiagnosis kasus homozigot intra-uterin sehingga dapat dipertimbangkan tindakan abortus provokotus (Soeparman dkk, 1996).

    1. Aspek Etik dan Legal a. Non- Maleficence

    1) Terpenuhi prinsip ini saat petugas kesehatan tidak melakukan sesuatu yang membahayakan bagi pasien (do no harm) disadari atau tidak disadari.

    2) Perawat juga harus melinduni diri dari bahaya pada mereka yang tidak mampu melindungi dirinya sendiri, seperti anak kecil, tidak sadar, gangguan mental, dll.

    b. Respect for Autonomy 1) Hak untuk menentukan diri sendiri, kemerdekaan, dan kebebasan. 2) Hak pasien untuk menentukan keputusan kesehatan untuk dirinya. 3) Otonomy bukan kebebasan absolut tetapi tergantung kondisi. Keterbatasan

    muncul saat hak, kesehatan atau kesejahteraan orang lain terganggu. c. Beneficence

    1) Tujuan utama tim kesehatan untuk memberikan sesuatu yang terbaik untuk pasien.

    2) Perawatan yang baik memerlukan pendekatan yang holistic pada pasien, meliputi menghargai pada keyakinan, perasaan, keinginan juga pada keluarga dan orang yang berarti.

    d. Justice

    Termasuk fairness dan equality

  • 32

    DAFTAR PUSTAKA

    Doenges, Marillyn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.Penerbit Buku Kedokteran EGC

    Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta

    Sodeman.1995.Patofisiologi.Edisi 7.Jilid 2.Hipokrates.Jakarta

    http://202.146.5.33/ver1/Kesehatan/0607/10/114001.htm

    http://ebookfkunsyiah.wordpress.com/2008/09/11/mengenal-thalasemia-mayor/

    http://kamus.landak.com/cari/hematokrit

    http://ns-nining.blogspot.com/2009/03/asuhan-keperawatan-thalasemia.html