36
Management Perawatan Kaki untuk Mencegah Luka Ulkus Diabetikum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula dalam darah. Diabetes terjadi karena adanya masalah dengan produksi hormon insulin oleh pankreas, baik hormon itu tidak diproduksi dalam jumlah yang benar, maupun tubuh tidak bisa menggunakan hormon insulin yang benar (Martinus, 2005: 2). Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan mikroskop elektron (Mansjoer, A, 2000: 53). Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003, setidaknya ada 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia 20 – 79 tahun yang menderita diabetes mellitus. Sekitar 80% diantaranya, berada di negara berkembang, salah satunya adalah Negara Indonesia (DepKes RI, 2005). Di Indonesia, penderita diabetes melitus (Diabetesi) mengalami peningkatan, dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2001 dan diperkirakan menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2020. Tingginya jumlah penderita diabetes tersebut membawa Indonesia menduduki peringkat ke-empat di dunia dengan jumlah diabetes

Management Perawatan Kaki Untuk Mencegah Luka Ulkus Diabetikum

  • Upload
    zydad09

  • View
    80

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perawatan luka

Citation preview

Management Perawatan Kaki untuk Mencegah Luka Ulkus Diabetikum

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDiabetes adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula dalam darah. Diabetes terjadi karena adanya masalah dengan produksi hormon insulin oleh pankreas, baik hormon itu tidak diproduksi dalam jumlah yang benar, maupun tubuh tidak bisa menggunakan hormon insulin yang benar (Martinus, 2005: 2).Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan mikroskop elektron (Mansjoer, A, 2000: 53).Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003, setidaknya ada 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia 20 79 tahun yang menderita diabetes mellitus. Sekitar 80% diantaranya, berada di negara berkembang, salah satunya adalah Negara Indonesia (DepKes RI, 2005). Di Indonesia, penderita diabetes melitus (Diabetesi) mengalami peningkatan, dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2001 dan diperkirakan menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2020. Tingginya jumlah penderita diabetes tersebut membawa Indonesia menduduki peringkat ke-empat di dunia dengan jumlah diabetes terbanyak di bawah India (31,7 juta jiwa), China (20,8 juta jiwa), Amerika Serikat (17,7 juta jiwa) (DepKes RI, 2005). Pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia telah mencapai angka 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan diantara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur (Reptuz, 2009). Selain itu, menurut laporan dari beberapa tempat di Indonesia, angka kejadian dan komplikasi DM cukup tersebar sehingga bisa dikatakan sebagai salah satu masalah nasional yang harus mendapat perhatian lebih. Salah satu komplikasi penyakit diabetes melitus yang sering dijumpai adalah kaki diabetik (diabetic foot), yang dapat bermanifestasikan sebagai ulkus, infeksi dan gangren dan artropati Charcot.Penderita diabetes mempunyai resiko 15% terjadinya ulkus kaki diabetik pada masa hidupnya dan resiko terjadinya kekambuhan dalam 5 tahun sebesar 70%. Neuropati perifer, penyakit vaskuler perifer, beban tekanan abnormal pada plantar dan infeksi menjadi resiko penting untuk terjadinya ulkus kaki diabetik dan amputasi (Stefan, et al dalam Putu, I, 2005). Ulkus kaki diabetes merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat dari komplikasi mikro dan makrovaskuler oleh karena diabetes. Ulkus kaki diabetes sering diawali dengan cedera pada jaringan lunak kaki, pembentukan fisura antara jari-jari kaki atau di daerah kulit yang kering, atau pembentukan sebuah kalus. Cedera tidak dirasakan oleh pasien yang kepekaan kakinya sudah menghilang dan bisa berupa cedera termal (misalnya, berjalan dengan kaki telanjang di jalan yang panas, atau memeriksa air panas untuk mandi dengan menggunakan kaki), cedera kimia (misalnya, membuat kaki terbakar pada saat menggunakan preparat kaustik untuk menghilangkan kalus, veruka atau bunion), atau cedera traumatik (misalnya, melukai kulit ketika menggunting kuku kaki, menginjak benda asing dalam sepatu, atau mengenakan kaus kaki yang tidak pas) (Smeltzer and Bare, 2002: 1276).Ulkus kaki diabetes merupakan komplikasi menahun yang paling ditakuti dan mengesalkan bagi penderita DM, baik ditinjau dari lamanya perawatan, biaya tinggi yang diperlukan untuk pengobatan yang menghabiskan dana 3 kali lebih banyak dibandingkan tanpa ulkus. Penderita ulkus kaki diabetes di negara maju memerlukan biaya yang tinggi untuk perawatan yang diperkirakan antara Rp $10.000 - $12.000 per tahun untuk seorang penderita. Penderita ulkus kaki diabetes di Indonesia memerlukan biaya yang tinggi sebesar 1,3 juta sampai Rp. 1,6 juta perbulan dan Rp. 43,5 juta per tahun untuk seorang penderita (Ridwan, 2011).

Menurut Waspadji, dari Divisi Endokrin Metabolik, Departemen Penyakit Dalam FKUI, penyandang diabetes yang harus menjalani amputasi di Indonesia jumlahnya sekitar 25%, (data tahun 2003) dari seluruh pasien yang dirawat karena kakinya bermasalah. Padahal menurutnya, hal itu tidak perlu terjadi apabila penyandang diabetes mempunyai pengetahuan dan secara serius mau menjaga dan merawat kakinya secara rutin (Adam, 2008). Berdasarkan data Persadia Jawa Timur, jumlah diabetesi di Jawa Timur diperkirakan mencapai enam persen dari total jumlah penduduk Jatim (Adi, S, 2008), sedangkan dari data bagian penyakit dalam RSSA Malang tercatat penderita diabetes tahun 2008 yang menjalani rawat jalan lebih dari lima ribu pasien dan jumlah penderita diabetes yang mengalami komplikasi dan harus diamputasi kakinya cukup banyak. Meskipun tidak disebutkan secara pasti jumlahnya, namun di tahun 2008, diperkirakan lebih dari tiga belas pasien yang menjalani amputasi kaki (Moda, P dalam Ira, 2008).Oleh karenanya, berpedoman pada pencegahan jauh lebih baik dari pada pengobatan, sudah selayaknya perawatan kaki harus mendapat perhatian utama. Cara yang terbaik untuk pencegahan ialah mengajari penderita untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya kelainan kaki seperti pemeriksaan diri secara cermat, sepatu khusus, peminimalan trauma, pendeteksian dini, senam kaki diabetes dan penanganan ulkus kaki secara lebih agresif, pembersihan jaringan mati, perawatan khusus serta pemberian antibiotika dan pengobatan lain secara dini, di samping pemeriksaan kaki. Dengan cara tersebut diharapkan angka kejadian ulkus diabetikum dapat berkurang serta mampu menurunkan resiko amputasi di Rumah Sakit.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah manajemen perawatan kaki untuk mencegah luka ulkus diabetikum ?1.3 Tujuan PenulisanUntuk mengidentifikasi manajemen perawatan kaki untuk mencegah luka ulkus diabetikum.1.4 Manfaat penulisanManfaat yang didapat dalam penelitian ini antara lain:

1.4.1 Bagi institusi pendidikanSebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan keperawatan tentang manajemen perawatan kaki untuk mencegah luka ulkus diabetikum.

1.4.2 Bagi masyarakatMenginformasikan masyarakat tentang manajemen perawatan kaki untuk mencegah luka ulkus diabetikum.

1.4.3 Bagi penulisMemperoleh pengalaman tentang manajemen perawatan kaki untuk mencegah luka ulkus diabetikum.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Diabetes Melitus2.1.1 Definisi Diabetes MelitusDiabetes adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula dalam darah. Diabetes terjadi karena adanya masalah dengan produksi hormon insulin oleh pankreas, baik hormon itu tidak diproduksi dalam jumlah yang benar, maupun tubuh tidak bisa menggunakan hormon insulin yang benar (Martinus, 2005: 2).Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan mikroskop elektron (Mansjoer, 2000: 580).Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein (Askandar, dalam Subhan 2002).2.1.2 Klasifikasi Diabetes MelitusKlasifikasi diabetes melitus dari WHO tahun 1985 membagi diabetes melitus menurut jenis-jenis klinis dan resiko statistiknya.

2.1.2.1 Jenis-jenis klinis DM1) Diabetes melitus

1.1) Insulin dependent diabetes mellitus (IDDM)1.2) Non-Insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) (terdapat dua jenis yaitu: non obese dan obese )1.3) Malnutrition related diabetes mellitus (MRDM)1.4) Jenis - jenis lain dari diabetes yang ada hubungannya dengan kondisi - kondisi dan sindrom - sindrom tertentu seprti: penyakit pankreas, penyakit dengan etiologi hormonal, kondisi - kondisi yang disebabkan oleh obat atau chemical, abnormalitas -abnormalitas dari insulin atau reseptor - reseptornya, sindrom -sindrom genetik tertentu, jenis - jenis lain (miscellaneous).2. Impaired glucose tolerance (IGT)2.1) Non obese2.2) Obese 2.3) Berhubungan dengan kondisi-kondisi dan sindrom tertentu

3) Gestational diabetes mellitus (GDM)2.1.2.2 Statistical risk clases (penderita dengan toleransi glukosa normal tetapi pada dasarnya mempunyai resiko tinggi berkembang menjadi diabetes).1) Sebelumnya pernah ada abnormalitas dari toleransi gula

2) Mempunyai abnormalitas potensial dari toleransi gula

(WHO, 2000: 12).

2.1.3 Diagnosis Diabetes MelitusDiagnosis DM ditegakan berdasar hasil pemeriksaan glukosa darah. Untuk menetapkan diagnosis, dapat dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa, 2 jam setelah beban glukosa, maupun glukosa darah sewaktu. 2.1.3.1 Kriteria diagnosis DMMenurut American Diabetes Association (ADA), kriteria diagnosis DM adalah sebagai berikut:1. Didapatkan gejala klasik DM (banyak kencing, banyak minum, banyak makan, berat badan menurun) + glukosa darah sewaktu 200 mg/dl atau

2. Gejala klasik DM + glukosa darah puasa 126 mg/dl, atau

3. Gejala klasik DM + glukosa darah 2 jam setelah beban 200 mg/dl

2.1.3.2 Cara pelaksanaan tes beban glukosa (tes toleransi glukosa oral = TTGO) untuk diagnosis DM (WHO, 1994):1. 3 hari sebelum tes pasien tetap makan seperti kebiasaan sehari - hari, dengan jumlah karbohidrat yang cukup dan beraktifitas seperti kebiasaan sehari - hari

2. Berpuasa sedikitnya 8 jam dimulai malam hari sebelum pemeriksaan. Minum air putih tawar tetap diperkenankan

3. Diambil darah vena untuk pemeriksaan glukosa darah puasa

4. Diberikan glukosa 75 gram untuk dewasa, dan 1.75 gram/kgBB untuk anak - anak. Dilarutkan dalam 250 cc air diminum dalam jangka waktu 5 menit (untuk menghindari mual dapat diberikan dalam laurtan yang dingin)

5. Pasien berpuasa kembali selama 2 jam, kemudian diambil lagi darah vena untuk pemeriksaan glukosa darah 2 jam setelah beban

6. Selama proses pemeriksaan, pasien tetap dalam keadaan istirahat, dan tidak merokok7. Untuk menegakkan diagnosis DM kehamilan (gestational DM) beban yang diberikan berupa glukosa 100 gram, dan diperiksan glukosa darah puasa, 1, 2 dan 3 jam setelah beban, dengan kriteria diagnosis yang berbeda.Tabel 2.1 Pengelompokan hasil pemeriksaan TTGO

TesSumberNormalGangguan Toleransi Gula (belum pasti dibetes)Diabetes

Kadar gula darah puasa (mg/dL)Plasma vena< 110110-125 126

Darah kapiler< 9090-109 110

Kadar gula darah sewaktu (mg/dL)Plasma vena< 110110-199 200

Darah kapiler< 90100-199 200

Sumber: Martinus, 2005: 442.1.4 Etiologi Diabetes MelitusInsulin dependent diabetes melitus (IDDM) atau diabetes melitus tergantung insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel pulau langerhans akibat proses autoimun. DM tipe 1 ini biasanya ditandai oleh awitan mendadak yang terjadi pada segala usia, tetapi biasanya usia muda (