73
MANAJEMEN PEMELIHARAAN BROILER

Manajemen Pemeliharaan Broiler

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Manajemen Pemeliharaan Broiler

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

BROILER

Page 2: Manajemen Pemeliharaan Broiler

1

KATA PENGANTAR

Panduan tentang manajemen pemeliharaan ayam broiler ini, menguraikan secara ringkas

tentang aspek-aspek penting dari manajemen pemeliharaan ayam, dimana satu sama lainnya saling

berkaitan dan mempengaruhi pencapaian target produksi dan performace dari ayam broiler.

Panduan manajemen yang kami sajikan ini, diharapkan dapat membantu menambah

pengetahuan dan wawasan para praktisi dan peternak, yang terlibat langsung dalam pengembangan

industri peternakan ayam broiler di Indonesia.

Dengan pemahaman yang mendalam tentang manajemen pemeliharaan ayam broiler beserta

segala aspek-nya, diharapkan ayam yang dipelihara dapat menghasilkan produksi yang maksimal

atau bila terjadi masalah selama masa pemeliharaan, identifikasi dan solusi atas problem yang

sering timbul dan dihadapi, sebagai akibat dari lemahnya praktek manajemen yang diterapkan pada

masing-masing peternakan, dapat ditangani dengan lebih baik. Sehingga tidak sampai menimbulkan

adanya kerugian secara ekonomis baik berupa gangguan produksi maupun kematian dari ayam yang

dipelihara tersebut.

Materi yang kami uraikan dalam tulisan ini tentunya masih terdapat kekurangan dan sangat

jauh dari sempurna, maka dari itu kami dari Technical Department, PT. Romindo Primavetcom akan

dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun, demi kesempurnaan penulisan

dan penyajian tulisan serupa dikemudian hari.

Jakarta, 24 Desember 2005

Technical Department

PT. Romindo Primavetcom

Page 3: Manajemen Pemeliharaan Broiler

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1 Daftar isi 2 Pendahuluan 4 Pengaturan secara umum dalam Lingkungan Peternakan 5 Manajemen Umum Pemeliharaan Ayam 6 1. Biosekuriti …………………………………………………………………………………………… 7

Lokasi peternakan …………………………………………………………………………… 7 Pencegahan penyakit …………………………………………………………………………………… 7

2. Persiapan kandang ……………………………………………………………………………… 10

Prosedur Sanitasi dan Desinfeksi Kandang ……………………………………………………………… 10 Pengaturan dalam kandang ………………………………………………………………………………… 12 Pre-heating …………………………………………………………………………………………………… 14 Litter …….…………………………………………………………………………………………………… 14

3. Pemasukan DOC …………………………………………………………………………………………………… 15

Kualitas DOC ……….………………………………………………………………………………………………… 15 Prosedur persiapan penempatan DOC ……….…………………………………………………………… 15 Manajemen brooding ……..………………………………………………………………………………… 16 Manajemen litter …………………………………………………………………………………………………… 19 Kepadatan ayam dalam kandang ……………………………………………………………… 20

4. Sistem Perkandangan dan Lingkungan ………..………………………………………… 21

Kandang ……………………………………………………………………………………………………………… 21 Kualitas udara ……………………………………………………………………………………………… 22 Ventilasi …………………………………………………………………………………………………… 23 Hubungan antara temperatur dan kelembaban …………………………………………………… 24 Peningkatan temperatur dan heat stress ………………………………………………………………… 26 Penyinaran ……………………………………………………………………………………………………………. 28 Sistem pemberian pakan ………………………………………………………………………………………… 30 Sistem pemberian air minum …………………………………………………………………………………. 32

5. Nutrisi Pakan ……………………………………………………………………………………………………… 35

Informasi umum tentang nutrisi ………………………………………………………………………… 35 Bahan baku …………………………………………………………………………………………………… 35 Sediaan Premik untuk vitamin, mineral dan asam amino ……………………………… 35 Formulasi ………………………………………………………………………………………………………… 37 Pakan untuk anak ayam ……………………………………………………………………………………… 39 Protein dan asam amino ............…………………………………………………… 39

Page 4: Manajemen Pemeliharaan Broiler

3

Level energi dalam pakan …………………………………………………………………………… 41 Konsumsi Pakan ……………………………………………………………………………………………… 42 Digestibility Pakan ………………………………………… …………………………………………… 43 Evaluasi konsumsi dan konversi pakan .…………………………………………………………… 43 Pakan dan kualitasnya ……………………… …………………………………………………………… 44 Pakan kaitannya dengan kualitas litter ………………………………………………………………… 45 Pakan dan kualitas karkas ……………………………………………………………………………… 46 Pakan dan problem kelumpuhan ……………………………………………………………………… 47 Nutrisi pakan saat cuaca panas ………………………………………………………………………… 48

6. Manajemen Air …………………….…………………………………………………………………………… 52

Kualitas air minum ………………………………………………………………………………………………… 52 Pembersihan tempat minum ………………………………………………………………………… 53 Konsumsi air …………………… ………………………………………………………………………… 54

7. Higienitas dan Program Kesehatan ……………………………………………………………… 55

Pencegahan terhadap kontaminan ………………………………………………………………… 55 • Personal farm dan pengunjung ……………………………………………………………… 55 • Kendaraan pengangkut ……………………………………………………………………………… 55 • Sanitasi, desinfeksi dan waktu istirahat kandang …………………………………………… 56

Program kesehatan dan vaksinasi .………………………………………… 59 Flushing …………………………………………………………………………………………… 60 Vaksinasi …………………………………………………………………………………………………… 61

o Persiapan dan cara vaksinasi …………………………………………………………………… 61 o Respon immune ……………………………………………………………………… 62 o Program vaksinasi ………………………………………………………………………………… 63 o Penyebab kegagalan vaksinasi ……………………………………………………… 65 o Mencegah kebocoran / kegagalan vaksinasi …………………………………………… 66 o Immunostimulan dan keberhasilan vaksinasi ……………………………………………… 66

Target produksi pemeliharaan broiler ………………………………………………………… 69

Indek Performace Broiler ………………………………………………… 71 Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………………………………… 72

Page 5: Manajemen Pemeliharaan Broiler

4

PENDAHULUAN

Pesatnya perkembangan industri dibidang peternakan ayam, untuk tujuan menghasilkan produksi hasil ternak dengan tingkat efesiensi biaya produksi semaksimal mungkin, sudah barang tentu menuntut upaya semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung, melakukan terobosan dibidang teknologi. Upaya yang tidak kalah pentingnya dilakukan dari pihak industri pembibitan, adalah menghasilkan bibit ayam yang berkualitas unggul, lewat teknologi dibidang rekayasa genetik. Perbaikan dari segi genetik yang secara berkelanjutan dilakukan oleh pihak pembibit, lebih ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan performance dari ayam itu sendiri. Perbaikan dibidang genetik yang dilakukan oleh pihak pembibitan ayam broiler dapat dilihat dari adanya perbaikan performance ayam broiler yang ada saat ini, bila dibandingkan dengan ayam broiler generasi satu atau dua dasa warsa sebelumnya. Sebagai contohnya ; ayam broiler generasi sekarang ini, memerlukan waktu pemeliharaan yang relatif lebih singkat untuk mencapai berat badan yang sama dengan tingkat efesiensi pakan yang lebih baik, bila dibandingkan dengan ayam generasi sebelumnya. Perbaikan dari segi genetik yang selalu diupayakan oleh pihak pembibit untuk menghasilkan produktivitas optimal, mempersyaratkan juga adanya perbaikan dalam hal manajemen pemeliharaan dengan segala aspek teknisnya. Dalam hal ini sangat jelas bahwa, keunggulan secara genetik saja tidak bisa dijadikan satu-satunya jaminan untuk menghasilkan semaksimal mungkin produktivitas ternak, baik secara kuantitas maupun kualitas. Bibit ayam dengan kualitas unggul secara genetik, akan mucul potensi genetiknya dan menghasilkan produktivitas serta performance yang maksimal sesuai standarnya, bila dalam masa pemeliharaannya didukung oleh manajemen yang optimal. Adanya perbaikan dibidang teknologi pakan dan nutrisi serta sistem perkandangan dengan segala sarana dan prasarana yang melengkapinya, merupakan salah satu upaya untuk mengimbangi keunggulan genetik dari bibit ayam, agar dalam pemeliharaannya mampu menghasilkan tingkat efesiensi yang tinggi dengan pencapaian produksi dan performance yang maksimal. Aspek penting dari manajemen pemeliharaan ayam broiler, disamping menyangkut bibit ayamnya sendiri, ada beberapa aspek yang bersifat teknis dan praktis sebagai panduan dalam pemeliharaan ayam broiler, diantaranya meliputi : biosekuriti ; prosedur persiapan kandang; prosedur persiapan masuk DOC; sistem perkandangan dan lingkungannya; nutrisi dan manajemen pakan dan air minum serta higeinitas dan program kesehatan. Oleh karena semua aspek yang berkaitan dengan manajemen pemeliharaan ayam tersebut diatas, dapat saling mempengaruhi dan menunjang satu sama lainnya, maka dalam prakteknya harus selalu diupayakan dapat dijalankan secara optimal dan berkesinambungan, sehingga mampu menghasilkan produksi dan performance ayam yang maksimal. Untuk memastikan agar target produksi dapat diperoleh dengan indek performance yang maksimal, maka dalam prakteknya di lapangan, penerapan dari manajemen pemeliharaan dengan segala aspek teknisnya, sangat perlu untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi geografis dari masing-masing wilayah dimana peternakan berada.

Page 6: Manajemen Pemeliharaan Broiler

5

PENGATURAN SECARA UMUM DALAM LINGKUNGAN PETERNAKAN

Pengaturan yang ideal dari pemeliharaan ayam broiler dengan manajemen yang menyertainya, adalah dengan memelihara dalam satu flok / kandang, bibit ayam dari kelompok induk yang sama (umur dan floknya), dan diikuti dengan sistem pemeliharaan all in all out. Dalam hal pemilihan lokasi untuk peternakan ayam broiler, disamping jauh dari pemukiman penduduk dan lokasi peternakan ayam lainnya, layout dari bangunan kandang juga didisain sebaik mungkin agar semaksimal mungkin dapat dicegah adanya kontaminasi. Pencegahan terhadap masuknya agen penyakit kedalam areal peternakan, dapat dilakukan dengan senantiasa menerapkan sistem sanitasi dan desinfeksi yang memadai.

Gambar – 1 : • Contoh layout yang

ideal dari kandang sistem closed house

Pada peternakan ayam dengan tingkat operasional cukup besar, ruang ganti pakaian untuk operator, manager farm dan dokter ayam serta pengunjung, akan sangat baik bila disediakan dan harus digunakan oleh setiap orang yang akan masuk kedalam lokasi farm. Ruang ganti akan sangat baik bila disertai dengan pemasangan shower (alat seprot untuk mandi).

Gambar – 2 : o Contoh layout ruang ganti pakaian

untuk karyawan dan pengunjung peternakan

Bila ayam yang dipelihara periode sebelumnya telah dipanen dan sebelum masuk DOC ayam untuk periode berikutnya, semua bangunan kandang dan perlengkapannya harus dibersihkan dan didesinfeksi sesuai dengan prosedur yang baik (lihat prosedur sanitasi dan desinfeksi kandang, halaman 10). Kandang yang telah disanitasi dan didesinfeksi, diistirahatkan selama 2 minggu sebelum diisi kembali untuk periode berikutnya.

Page 7: Manajemen Pemeliharaan Broiler

6

MANAJEMEN UMUM PEMELIHARAAN AYAM

Ayam broiler yang dipelihara dengan sistem intensif, dimana sekelompok ayam ditempatkan dalam satu bangunan kandang, membuat ruang geraknya menjadi sangat terbatas. Maka untuk memenuhi kebutuhan pokok ayam yang dipelihara dalam lingkungan terbatas tersebut, agar dapat tumbuh dengan cepat dan sehat, menuntut adanya perlakuan manajemen pemeliharaan yang memadai dengan segala aspek teknis-nya, secara terpadu dan komprehensif. Diagram – 1 : Manajemen umum pemeliharaan ayam broiler Dalam manajemen pemeliharaan ayam secara umum, ada beberapa aspek yang sangat pokok diperlukan oleh ayam dan pada prakteknya di lapangan, sangat penting untuk diterapkan secara baik dan terpadu, agar ayam yang dipelihara dapat tumbuh sehat dan berproduksi maksimal. Beberapa aspek pokok dari manajemen pemeliharaan ayam, sebagaimana tergambarkan dalam diagram diatas dan diuraikan pada panduan manajemen pemeliharaan broiler berikut ini, meliputi :

1. Sistem biosekuriti

2. Bibit ayamnya sendiri, dengan segala persyaratan kualitasnya

3. Sistem pemeliharaan dengan segala perlakuan khusus

4. Sistem perkandangan dan daya dukung lingkunganannya (kualitas udara)

5. Manajemen pakan dan nutrisi

6. Manajemen air

7. Higienitas dan program kesehatan

Dipelihara dalam

lingkungan terbatas

Perlakuan khusus : • Brooder (untuk anak ayam) • Penyinaran

Air

Pengganggu : • Kuman penyakit • Toksin (Mikotoksin) • Iklim / Cuaca

Pakan

Udara

Biosekuriti dan Program Kesehatan

Page 8: Manajemen Pemeliharaan Broiler

7

1. BIOSEKURITI

Biosekuriti adalah upaya untuk mencegah masuknya bibit penyakit kedalam satu areal peternakan, agar ayam yang dipelihara didalamnya bebas dari ancaman infeksi penyakit yang belum pernah ada dalam lokasi peternakan tersebut. Untuk mencapai tujuan dari biosekuriti tersebut, beberapa hal penting sangat perlu untuk diperhatikan dan dilakukan oleh semua pelaku yang bergerak dibidang peternakan. Beberapa hal penting yang berhubungan dengan aspek biosekuriti, diantaranya mengenai ; penetapan lokasi peternakan; mengatur lalu lintas ternak dan sarana peternakan lainnya dan yang tidak kalah pentingnya adalah mengatur lalu lintas orang yang keluar masuk areal peternakan. Lokasi peternakan dan konstruksi kandang • Sangat ideal bila satu peternakan dibangun pada kawasan yang cukup terisolasi, dimana

jaraknya minimal 1 – 1,5 kilometer dari lokasi peternakan ayam yang terdekat dan fasilitas lain yang dapat memudahkan terjadinya kontaminasi.

• Peternakan ayam idealnya dibangun pada satu kawasan yang mudah dijangkau dari segi

transportasi, sehingga memudahkan pengangkutan hasil ternak dan sarana peternakannya. • Sangat perlu untuk dibuatkan pagar yang memadai, guna mencegah masuknya ternak liar atau

orang yang tidak dikehendaki kedalam areal peternakan. • Disain konstruksi kandang, gudang dan bangunan pendukung lainya dibuat sebaik mungkin

untuk mencegah masuknya burung liar dan binatang lainnya kedalam kandang,gudang maupun bangunan lainnya. Untuk bagian yang harus terbuka dari bangunan kandang / gudang dan bangunan pendukung lainnya, sebaiknya ditutup kawat lapis plastik (plastik coated wire) dengan besaran lubangnya -/+ 2 cm (3/4 inch). Lantai bangunan (untuk kandang postal) akan sangat baik bila dikeraskan dan disemen, agar semua jenis rodensia tidak mudah membuat lubang dan masuk kedalam bangunan.

• Lingkungan 15 meter disekitar bangunan kandang, gudang maupun bangunan pendukung

lainnya, senantiasa dijaga kebersihannya dan diupayakan agar tanaman / rumput liar yang ada selalu dipotong, sehingga tidak mengganggu sirkulasi udara antar kandang atau tidak menjadi tempat bersarangnya insekta yang dapat berperan sebagai fektor penyakit.

• Lakukan pemeriksaan secara rutin terhadap sumber air dari adanya pencemaran mikroorganisme patogen, kandungan logam berat dan cemaran bahan kimia lainnya.

Pencegahan penyakit

Pencegahan penyakit yang ditularkan dari ternak/binatang liar

• Bila memungkinkan ada baiknya dilakukan pemeliharaan ayam dengan sistem “ all in – all out” (sistem satu umur) dalam satu lokasi peternakan. Banyak variasi umur (multiple age) dalam satu lokasi peternakan, menyebabkan siklus penyakit relatif sulit untuk dapat diputus, karena ayam yang umurnya lebih tua cenderung selalu menjadi reservoir dari agen penyakit.

Page 9: Manajemen Pemeliharaan Broiler

8

• Waktu istirahat kandang yang cukup untuk setiap pengisian kembali anak ayam kedalam kandang yang sama. Waktu istirahat kandang terhitung mulai sejak kandang tersebut bersih dan didesinfeksi serta tirai penutup semua bagian yang terbuka dipasang dengan rapat. Disarankan waktu istirahat kandangnya sebaiknya minimum selama 2 minggu.

• Jaga semua jenis tumbuh-tumbuhan yang ada pada radius 15 meter dari bangunan kandang

atau gudang, agar tidak tumbuh liar, sehingga tidak menjadi tempat masuknya rodensia maupun binatang liar lain kedalam bangunan kandang atau gudang.

• Jaga semua peralatan, kelengkapan bangunan dan bersihkan serta musnahkan sampah-

sampah yang dihasilkan, agar tidak mudah jadi tempat rodensia dan binatang liar lainnya bersarang.

• Bersihkan segera tumpahan atau ceceran pakan, agar tidak termakan oleh ayam ( bila

kandang postal ) atau agar tidak mengundang datangnya burung liar atau rodensia ( bila kandang panggung ).

• Simpan material litter (sekam padi atau potongan serutan kayu) dalam karung dan

tempatkan dalam gudang yang tidak mudah dijangkau oleh rodensia maupun binatang liar lainnya.

• Jaga senantiasa burung liar agar tidak mudah masuk kedalam kandang ayam atau gudang

tempat penyimpanan pakan.

• Upayakan dapat ditekan populasi rodensia dalam areal peternakan dengan cara menerapkan secara efektif program kontrol terhadap rodensia, yakni dengan mengikuti secara kontinyu pemberian umpan + racun untuk tujuan membatasi perkembang biakannya atau untuk membunuhnya.

Pencegahan penyakit karena lalu lintas dan sarana ternak lainnya

• Guna mencegah terjadinya pencemaran agen penyakit yang belum pernah ada dalam satu

peternakan, hindari memasukan dan memelihara ayam atau unggas jenis apapun dalam areal peternakan.

• Pada saat dilakukan panen, bila memungkinkan upayakan agar kendaraan dan sarana

pengangkutan lainnya tidak masuk ke dalam area kandang (area terbatas), dan hanya masuk sampai wilayang bebas terbatas dari satu areal peternakan.

• Pastikan kendaraan dan sarana pengangkut seperti; keranjang ayam, selalu dalam kadaan

bersih dan sudah didesinfeksi terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam areal peternakan. • Gunakan kendaraan operasional khusus dalam area peternakan, untuk mengangkut ayam

dari dalam lokasi kandang sebelum dipindahkan ke dalam keranjang dan kendaraan pengangkut khusus yang digunakan mengirimnya ke pasar atau rumah potong unggas.

• Kendaraan dan sarana pengangkut ayam yang khusus digunakan di dalam areal peternakan,

segera dibersihkan dan didesinfeksi setelah digunakan mengangkut ayam yang telah dipanen.

Page 10: Manajemen Pemeliharaan Broiler

9

Pencegahan penyakit karena lalu lintas orang

• Batasi jumlah orang luar yang diijinkan masuk ke dalam areal peternakan, dengan cara

mengunci selalu pintu masuk dan memasang tanda yang sesuai untuk menghimbau tidak sembarang orang masuk ke dalam areal peternakan.

• Jika supervisor atau dokter hewan dari satu peternakan harus mengunjungi lebih dari satu

flok setiap harinya, diharuskan mereka mengunjungi ayam yang lebih muda terlebih dahulu, baru selanjutnya melakukan kunjungan pada flok ayam yang lebih tua. Selalu kunjungi flok ayam yang sakit terakhir setelah kunjungan ke flok ayam yang sehat.

• Semua orang yang masuk ke dalam areal peternakan harus mengikuti prosedur biosekuriti

yang baik. Dipersyaratkan untuk semua pengunjung dan pekerja, disemprot dengan desinfektan serta menggunakan pakaian khusus yang telah disterilisasi, untuk mencegah terjadinya pencemaran agen penyakit dari luar ke dalam kandang. Bila itu tidak memungkinkan, gunakan sepatu boots dan penutup kepala serta spray dengan larutan desinfektan dan celup sepatu boots yang dipakai ke dalam bak air yang ditambahkan desinfektan sebelum masuk ke dalam kandang.

• Tetap dapat dipertahankan sistem recording dari pengunjung, dengan selalu mencatatnya

dalam buku tamu ; nama, perusahaan, tujuan berkunjung, keterangan tentang peternakan yang sebelumnya dikunjungi dan peternakan berikut yang akan dikunjungi.

• Setiap masuk dan meninggalkan kandang, pekerja kandang dan juga pengunjung harus

mencuci dan melakukan sanitasi terhadap tangan dan sepatu boots yang dipakai.

Page 11: Manajemen Pemeliharaan Broiler

10

2. PERSIAPAN KANDANG

Tujuan dari persiapan kandang adalah, untuk memastikan bahwa kandang yang akan digunakan untuk memelihara ayam, dipastikan dalam keadaan bersih, lingkungan kandangnya nyaman untuk ayam dan membebaskan lingkungan kandang dari cemaran berbagai agen penyakit yang bersifat patogen, dari pemeliharaan ayam periode sebelumnya, atau terhadap kontaminasi yang berasal dari luar kandang. Prosedur sanitasi dan desinfeksi kandang

Bersih kering Segera setelah ayam dipanen, bersihkan dan keluarkan semua bekas pakan yang tersisa

dari tempat pakannya. Bila menggunakan automatic feeder (hauger atau chain feeder), bersihkan sisa pakan yang masih tertinggal dalam automatic feeding system tersebut, sesuai prosedur pembersihan yang direkomendasi oleh pabrik pembuatnya.

Keluarkan semua peralatan dan juga ayam mati atau sisa ayam afkir yang masih ada dari

dalam kandang. Selanjutnya bersihkan dan keluarkan material anorganik lainnya, seperti ; kotoran dan bekas litter, bulu serta debu dari dalam kandang dengan cara dimasukan ke dalam karung. Semprot dengan desinfektan karung yang telah berisi materi anorganik tersebut, sebelum diangkut keluar dari lokasi peternakan.

Bersihkan dengan cara menggaruk dengan alat khusus, lapisan kotoran yang menempel

pada ; lantai atau slat, dinding dan tiang kandang.

Bila banyak serangga ada dalam kandang, dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida sebelum dilakukan bersih basah.

Bersih basah bangunan dan peralatan

Cuci bangunan kandang dan semua peralatan dengan air bersih. Bila memungkinkan

semprot semua bagian kandang dengan menggunakan air panas tekanan tinggi. Bila tidak memungkinkan seprot dengan air bersih tekanan tinggi.

Setelah cukup bersih bilas dengan air campur detergen yang mengandung pemutih (klorin),

biarkan beberapa saat ( -/+ 1 jam), agar detergen dapat bekerja melarutkan sisa lemak kotoran yang masih menempel dan membunuh beberapa kuman penyakit yang sensitive terhadap detergen. Selanjutnya bilas dengan air bersih (tekanan tinggi) yang ditambahkan dengan soda api (NaOH).

Bersihkan peralatan kandang seperti; tempat pakan dan minum dengan air yang dicampur

detergent dan selanjutnya dibilas dengan air bersih.

Bersihkan dan desinfeksi bagian dalam pipa air minum. Dapat dilakukan dengan cara klorinasi (klorin dosis cukup pekat : 100 – 200 ppm), diamkan selama 2 - 3 jam, untuk memberikan kesempatan klorin bekerja melarutkan sisa-sisa kotoran yang menempel pada permukaan dalam pipa. Selanjutnya dibilas dengan air bersih, dan pastikan tidak lagi ada sisa klorin dalam pipa air minum tersebut (ditest dengan klorin test kit).

Page 12: Manajemen Pemeliharaan Broiler

11

Setelah dilakukan bersih kering dan bersih basah terhadap kandang yang akan dipersiapkan untuk periode berikutnya, tahap selanjutnya diperlukan adanya : • Perbaikan kandang dan juga peralatan yang dianggap perlu, untuk memastikan dapat berfungsi

dengan baik saat dipergunakan pada pemeliharaan ayam periode berikutnya. • Bila memungkinkan lakukan penyemprotan dengan larutan kapur gamping kental pada semua

bagian kandang, terutama sekali pada lantai kandangnya, untuk mengoptimalkan upaya sterilisasi kandang terhadap pencemaran kuman penyakit yang ada dalam kandang.

• Untuk kandang sistem terbuka, tutup rapat dengan tirai yang sudah disiapkan, pada seluruh

bagian kandang yang terbuka, untuk mencegah pencemaran dari luar kandang, termasuk juga mencegah rodensia agar tidak masuk kedalam kandang yang sudah dibersihkan sebelumnya

• Desinfeksi kandang yang telah ditutup tersebut, dengan desinfektan yang dapat membunuh

berbagai jenis agen penyakit. Kandang yang sudah ditutup rapat dan telah didesinfeksi tersebut, diistirahatkan selama minimal 2 minggu.

• Bila diperlukan, dimana banyak insekta ada dalam kandang, lakukan penyemprotan dengan

insektisida setelah dilakukan penyemprotan dengan desinfektan sebelumnya. • Lakukan juga treatmen terhadap lantai kandang dengan beberapa bahan kimia, seperti dengan

Boric Acid, Aluminium Silicate, Garam (sodium cloride), Sulfur powder atau dengan Lime (Calsium Carbonate). Tujuan dari treatmen terhadap lantai kandang (lihat table –1).

• 3 atau 4 hari sebelum masuk anak ayam, tebarkan bahan litter yang bersih (sangat minim

kandungan debunya) kedalam kandang dengan ketebalan minimal 10 cm. • 3 (tiga) hari sebelum masuk anak ayam (DOC), lakukan fumigasi dengan formaldehyde + kalium

permanganat, dengan perbandingan 2 litter : 1 kilogram untuk volume ruang dalam kandang 480 – 540 M3. Bila fumigasi tidak memungkinkan untuk dikerjakan, dapat dilakukan penyemprotan dengan dosis cukup pekat, desinfektan yang punya daya bunuh kuat terhadap berbagai jenis kuman penyakit.

Tabel – 1 : Beberapa jenis treatmen untuk lantai kandang

Bahan aktif

Aplikasi / Dosis

(kg/M2)

Tujuan

Boric Acid

Seperlunya

Membunuh kumbang hitam

Aluminium Silicate

Seperlunya

Membunuh kumbang hitam

Garam (Sodium Chloride)

0.25

Menekan penularan ascaris (cacinga)

Sulfur Powder

0.01

Sterilisasi lantai kandang

Lime (Calsium Carbonate)

Seperlunya

Alkaline agent untuk sterilisasi lantai kandang. Membuat litter lebih mudah dibersihkan dan juga sebagai bahan tambahan untuk pupuk bersama liter dan kotoran ayam.

Page 13: Manajemen Pemeliharaan Broiler

12

Pengaturan dalam kandang

Pengaturan yang dilakukan dalam kandang bertujuan untuk memastikan, agar ayam yang nantinya dipelihara merasa nyaman dan tidak mudah mengalami stress. Pengaturan dalam kandang, diterapkan cara yang berbeda-beda tergantung dari :

1. Tipe bangunan dan tingkat / level dari insulasi kandang 2. Sistem pemanas yang dipergunakan, khususnya pada kandang sistem closed house, apakah

sistem pemanasan untuk seluruh ruangan atau lokal (brooder) 3. Sistem suplai air minum, apakah dengan tempat minum tipe bundar (round type), nipple

atau sistem pipa terusan yang terbuka.

Sistem pemanasan seluruh ruangan dalam kandang

Baik dilakukan pada kandang closed house dengan full authomatic system dan memiliki insulator kandang yang baik atau pada kondisi dimana suhu lingkungan hangat (warm climate), dipergunakan 80 sampai 100% dari ruangan. Dengan sistem pemanasan seluruh ruangan, feeding sistem dan sistem instalasi air minum yang terpasang, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak ayam. Sistem pemanasan seluruh ruangan sangat efektif diberikan pada ayam, bila kandangnya closed house dan didukung dengan automatic feeding serta watering system. Gambar – 3 :

Sistem pemanasan seluruh ruangan menggunakan alat pemanas khusus, cukup efektif dan efesien pada kandang closed house,

Page 14: Manajemen Pemeliharaan Broiler

13

Untuk 1.000 ekor ayam diperlukan : 10 buah chick feeder tray; 6 – 7 meter kertas dengan tebal 0.7 mm diletakan dibawah nipple dan 5 buah tempat minum ukuran 1 litter.

Gambar – 4 : Contoh pemasangan peralatan tempat pakan dan minum dengan

sistem pemanasan seluruh ruangan pada kandang closed house

Sistem pemanasan lokal (brooder)

Untuk kandang dengan sistem insulasi dimana dinding/tirainya kurang baik dan juga untuk efektifitas pemanasan yang diberikan pada anak ayam pada saat musim hujan, sangat tepat sistem pemanasnya diberikan secara lokal, dengan menggunakan brooding sistem.

Gambar – 5 : • Pemanasan secara lokal dengan “brooding system” dan menggunakan

semawar/gasolex sebagai brooder-nya, umum digunakan pada kandang system terbuka (open house)

Page 15: Manajemen Pemeliharaan Broiler

14

Pre-heating (Pemanas dinyalakan sebelum DOC ditebar) Pemanas yang dinyalakan sebelum anak ayam ditebar kedalam kandang, bertujuan mengkondisikan lingkungan dalam kandang, agar mempunyai temperatur yang sesuai untuk kebutuhan anak ayam. Sehingga DOC yang ditebar kedalam areal brooding atau areal kandang, diharapkan langsung dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan dalam kandang. Sesuai dengan kondisi wilayah Indonesia yang beriklim tropis, lama waktu pre-heating yang dilakukan umumnya berkisar antara 2 – 3 jam, dan tentunya hal tersebut disesuaikan dengan kondisi iklim; tipe kandang dan sistem pengaturan tirai kandang. Temperatur dalam areal kandang saat pre-heating berkisar antara 28 – 300 C atau 30 – 320 C dibawah brooder pada kandang ayam dengan brooding sistem.

Litter Bahan litter, bila ketebalannya cukup memadai (lebih dari 5 cm) dapat berfungsi sebagai insulator antara ayam dengan lantai kandang yang cukup keras dan dingin (kandang postal). Pada ayam yang masih muda, terutama pada anak ayam umur dibawah 3 minggu, litter berfungsi sebagai insulator antara ayam dengan lantai kandang, mempunyai arti yang sangat penting untuk membantu memberikan temperatur lingkungan dalam kandang yang nyaman bagi ayam. Kebaikan dan kekurangan dari beberapa material litter Beberapa jenis material litter yang umum digunakan pada peternakan ayam, dimana masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, berkaitan dengan fungsinya sebagai insulator hawa dingin dari lantai kandang, dan kemampuannya dalam menyerap air yang berasal dari kotoran, maupun ceceran atau tumpahan air minum ayam. o Potongan jerami

Potongan jerami padi dengan panjang 2 – 3 cm, sangat baik bila dipakai sebagai litter. Potongan jerami harus selalu dibalik untuk meningkatkan kemampuannya dalam menyerap air. Syarat dari pemakain potongan jerami sebagai litter, adalah harus bebas dari jamur dan juga pestisida.

o Serutan kayu

Serutan kayu dari jenis kayu yang cukup lunak dan sangat sedikit sekali kandungan debunya, sangat baik dijadikan bahan untuk litter. Secara umum, serutan kayu mempunyai kemampuan menyerap air yang sangat tinggi. Residu dari bahan kimia yang digunakan untuk mengawetkan kayu berbahaya untuk ayam atau dapat mewarnai kulit ayam.

o Kulit padi

Kulit padi yang dihasilkan dari sisa penggilingan padi, juga cukup baik untuk digunakan sebagai bahan litter. Hanya saja bila dibandingkan dengan serutan kayu, kemampuan menyerap airnya sangat terbatas, maksimal mampu menyerap air sebanyak 30%. Oleh karena itu, bila menggunakan kulit padi sebagai bahan litter, harus sering diganti atau dikeluarkan bila sudah nampak lembab / basah.

Page 16: Manajemen Pemeliharaan Broiler

15

3. PEMASUKAN DOC

Tujuannya untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pemeliharaan ayam, sehingga selalu dapat dipastikan kondisi yang optimum untuk ayam yang akan dipelihara tersebut. Kualitas DOC DOC yang berkualitas baik mempunyai ukuran yang seragam dan pusarnya sudah kering dan menutup dengan baik. Tanda – tanda lain dari DOC yang dikatagorikan baik secara kualitas :

• Cukup sering bersuara (baik sebelum dan setelah dilepas dalam brooding area) • Kaki nampak berisi dengan bulu dan mata nampak cerah • Lincah dan sangat aktif mencari pakan dan minum • Tidak ada gangguan pernafasan atau tanda infeksi penyakit infeksius lainnya • Berat ideal : 38 – 45 gram, dengan tingkat keseragaman minimum 80%

Prosedur persiapan penempatan DOC

Sebelum kedatangan

Idealnya semua kandang beserta peralatan dalam satu lingkungan peternakan yang telah dicuci dan didesinfeksi, diisi hanya dengan satu jenis umur ayam ( sistem all in all out)

Pasang dan cek semua peralatan dan kelengkapan kandang lainnya secara seksama

sebelum kedatangan DOC, untuk memastikan semuanya berfungsi secara optimal.

Perhitungkan jumlah DOC yang akan dimasukan dalam kandang (brooder), disesuikan dengan kapasitas kandang. Sesuaikan juga dengan jumlah alat pemasan, tempat pakan dan tempat minum yang dibutuhkan.

Sesuai dengan kondisi peternakan di Indonesia, pada umumnya pemeliharaan anak ayam

menggunakan sistem lokal pemanas, agar lebih efektif dan efesien dalam pemakaian bahan bakarnya, anak ayam sebaiknya ditempatkan dalam brooding sistem.

Pasang chick guard dengan tinggi dindingnya 40 – 50 cm dan diameter 3 – 4 meter. Dinding

untuk chick guard sebaiknya terbuat dari seng, disamping dapat melindungi anak ayam dari gangguan rodensia, juga sangat baik untuk memantulkan panas yang dipaparkan oleh alat pemanas ke tubuh anak ayam.

Hidupkan pemanas 2 – 3 jam sebelum DOC ditebar dalam brooder. Pastikan temperatur

dalam areal brooder berkisar antara 30 – 320 C dibawah brooder.

Cek kualitas air yang akan diberikan untuk anak ayam. Sangat baik bila air yang akan dikonsumsi oleh ayam mengandung klorin setidaknya 1 ppm, atau bila menggunakan sistem nipple atau dengan bell drinker, kandungan klorin pada bak penampungnya berkisar 2 - 3 ppm dan pada air yang siap untuk diminum oleh ayam, mengandung klorin sebesar 1 ppm.

Page 17: Manajemen Pemeliharaan Broiler

16

Siapkan tempat pakan dengan ration 1 chick feeder tray untuk 100 ekor DOC sampai berumur 10 hari. Juga siapkan tempat minum manual dengan ratio 1 : 50, yang telah diisi air + CHICKOFIT. Automatik drinker (nipple atau bell drinker) mulai dapat diperkenalkan setelah anak ayam berumur 3 hari, dan untuk automatik feeder dapat mulai diperkenalkan setelah anak ayam berumur 7 hari.

Setelah kedatangan

Sedapat mungkin ayam yang akan dimasukkan kedalam setiap kandang dikelompokan

berdasarkan usia asal induknya. Pindahkan DOC secara hati-hati namun sesegera mungkin dari mobil pengangkut ke dalam

kandang dan tempatkan disekeliling chick guardnya. Buka tutup boks-nya dan adaptasikan selama -/+ 1 jam dengan kondisi dalam kandang, sebelum DOC ditebar kedalam chick guardnya.

Setelah -/+ 1 jam diadaptasikan pada lingkungan dalam kandang atau setelah diberikan

vaksinasi terhadap ND, IBD dan atau juga terhadap IB dengan cara spay, segera lepaskan DOC ke dalam areal brooder.

1 – 2 jam setelah dilepaskan kedalam brooding area, operator kandang harus memastikan

apakah anak ayam dapat makan dan minum dengan leluasa serta menyebar dengan merata dalam area brooding. Pengaturan tempat pakan dan minum serta alat pemanas, dilakukan bila diperlukan.

Kontrol terhadap keadaan anak ayam harus dilakukan minimum setiap 4 - 6 jam, terutama

pada 24 jam pertama, untuk memperhatikan ventilasi (pada kandang tertutup / closed house), temperatur, pakan dan minum. Perhatikan tingkah laku anak ayam sebagai indikator apakah ada atau tidaknya masalah dalam brooding sistem.

Untuk kandang sistem tertutup (closed house) yang dilengkapi dengan automatik feeding

dan dinking sistem yang dipasang secara permanen, setelah anak ayam berumur 2 – 3 hari perlu diatur sesuai dengan kebutuhan dan untuk memperkenalkannya pada anak ayam, penerangan area brooding dapat sedikit ditingkatkan.

Kandang dengan alat minum sistem automatik, setelah anak ayam berumur 7 hari, tempat

minum tambahan secara bertahap dapat dikurangi, sampai akhirnya setelah berumur diatas 10 hari, sepenuhnya menggunakan alat minum automatik tersebut.

Untuk kandang yang menggunakan alat pakan sistem automatik, setelah ayam berumur 8

hari, secara bertahap tempat pakan tambahan sudah dapat dikurangi, sampai akhirnya setelah umur 10 hari, ayam menggunakan tempat pakan automatik.

Manajemen brooding Tujuannya untuk pengadaan kondisi hangat, ventilasi dan akses yang mudah bagi ayam untuk makan dan minum, sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhannya. Temperatur lingkungan yang dibutuhkan oleh anak ayam pada umur 1 sampai 7 hari haruslah cukup tinggi, yakni antara 310 – 330C. Temperatur dibawah 310C membuat anak ayam menjadi tidak mampu untuk menjaga temperatur tubuhnya. Sehingga dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan dan perkembangan selanjutnya dari anak ayam tersebut.

Page 18: Manajemen Pemeliharaan Broiler

17

Kondisi ideal dalam brooding Pengaturan alat pemanas, tempat pakan dan minum serta luas area brooding, sangat mempengaruhi kondisi ideal dalam area brooding. Untuk memastikan agar ayam dapat tumbuh sehat dan relatif tahan terhadap gangguan penyakit, serta memberikan respon yang baik terhadap semua perlakuan manajemen yang diberikan selama periode awal pertumbuhannya, pastikan ayam ditempatkan pada brooding sistem (indukan buatan) selama 2 – 3 minggu atau tergantung kebutuhan dan kondisi cuaca / iklim di lapangan. Selama anak ayam ditempatkan dalam brooding sistem (indukan buatan), agar ayam tetap merasa nyaman, beberapa hal berikut harus diperhatikan : Anak ayam (DOC) ditempatkan dalam area brooding, dimana temperaturnya sudah diatur

sebelumnya, sesuai dengan kebutuhan anak ayam. Chick guard (dinding pembatas area brooding) dari brooding sistem sebaiknya dibuat dari seng, dengan ketinggian chick guard antara 35 – 45 cm.

Untuk setiap brooder dengan satu sistem pemanas yang konvensional, idealnya diisi ayam

maksimum 500 ekor. Namun bila setiap broodernya menggunakan infra merah (radiant) sebagai alat pemanasnya, dapat diisi antara 1.000 ekor anak ayam, tergantung kondisi cuaca/iklim.

Pada umur satu hari, ayam membutuhkan temperatur brooding : 310 – 330C dengan temperatur

untuk seluruh ruangan : 260 – 270C. Temperatur dalam brooding dapat dikurangi 20C setiap 4 hari, sampai akhirnya disesuikan dengan temperatur seluruh ruangan pada kandang sistem terbuka. Untuk kandang sistem tertutup (closed house) dengan insulator yang baik, temperaturnya dapat diatur antara 180 – 260C, atau dapat saja temperaturnya diatur antara 240 – 280C, disesuaikan dengan kondisi iklim daerah tropis seperti Indonesia.

Tabel - 2 : Temperatur dan kelembaban untuk kandang sistem tertutup (closed house)

Catatan : Kondisi temperatur dan kelembaban sesuai tabel diatas, dapat diperoleh bila menggunakan sistem insulator yang baik.

Umur %(hari) Dibawah Living Seluruh Ruangan Kelembaban

Brooder Area1 - 2. 32 - 33 29 - 31 30 - 32 55 - 60 Level ventilasi :

3 - 6. 31 - 33 28 - 30 28 - 30 55 - 60 0.8 - 1 M3/KgBB

7 - 9. 29 - 31 26 - 28 26 - 28 55 - 60 mulai stater sampai

10 - 12. 28 - 30 25 - 27 25 - 27 60 - 65 umur 21 hari

13 - 15. 27 - 29 24 - 26 24 - 26 60 - 65 Eliminasi : CO, NH3

16 - 18. 26 - 28 23 - 25 23 - 25 65 - 75 Kecepatan < 1 m/s

19 - 21. 25 - 27 22 - 24 22 - 24 60 - 70

22 - 25 21 - 23 21 - 23 60 - 70 Level ventilasi :

26 - 30 20 - 22 20 - 22 60 - 70 0.8 - 6 M3/KgBB

31 - 35 18 - 20 18 - 20 60 - 70 Eliminasi : CO, NH3

setelah 35 18 - 20 18 - 20 60 - 70 dan Kelembaban

Ukuran temperatur dan kelembaban pasca brooding

Temperatur (Celcius)Lokal brooding

Ventilasi

Page 19: Manajemen Pemeliharaan Broiler

18

Sebagai indikator yang baik, apakah temperatur yang dibutuhkan oleh anak ayam sudah sesuai atau tidaknya, dapat dilihat dari pola penyebaran ayam dalam area brooding. Untuk membuat temperatur yang ideal dalam area brooding sesuai dengan kebutuhan ayam, disamping dengan cara mengatur intensitas panas dari sistem pengapian yang dihasilkan oleh alat pemanas yang dipergunakan, juga dengan mengatur ketinggian alat pemanas. Pastikan bahwa temperatur merata dalam area brooding.

Semakin bertambah umur ayam, semakin luar area brooding yang diperlukan. Oleh karena itu,

mulai dari hari ke – 3 / 4 dilakukan pelebaran dari chick guard (dinding pembatas dari brooding sistem) disesuaikan dengan tingkat kepadatan ayam dan temperatur dalam area brooding.

Agar ayam tetap merasa nyaman dan dapat dengan leluasa untuk makan dan minum,

disarankan kepadatan ayam dalam area brooding, sebagai berikut : • Umur 0 – 3 hari : 40 ekor / M2 • Umur 4 – 7 hari : 30 ekor / M2 • Umur 8 – 14 hari : 20 ekor / M2 • Umur 15 – 21 hari : 18 ekor / M2

Penempatan peralatan harus diatur sedemikian rupa, sehingga semua anak ayam dapat makan

dan minum dengan leluasa. Pengaturan yang memadai untuk setiap 1.000 ekor anak ayam, dapat dilihat pada diagram – 2.

Memasuki umur 14 – 21 hari (tergantung kondisi lingkungan), chick guard sudah bisa dilepas.

Pada waktu brooding sistem akan dilepas, sangat penting sekali untuk diperhatikan temperatur dalam keseluruhan kandang.

Diagram – 2 : Pengaturan peralatan dalam brooding sistem

= tempat pakan : 1 / 50 ekor

= tempat minum 1 / 100 ekor

= alat pemanas ditempatkan 1,2 M diatas lantai

= lampu 75 watt dipasang 1,5 M diatas lantai

= Chick guards dibuat dari seng dengan diameter awal 3 – 4 meter.

Catatan : • Intensitas panas yang dihasilkan dan ketinggian dari alat pemanas dapat diatur, sesuai temperatur yang dibutuhkan oleh

ayam dan pola penyebaran anak ayam dalam area brooding.

Page 20: Manajemen Pemeliharaan Broiler

19

Manajemen Litter Litter berfungsi untuk menyerap air yang berasal dari kotoran atau tumpahan dari sistem air minum ayam. Bila terjadi wet droping yang cukup tinggi dan banyak terjadi tumpahan air minum, menyebabkan litter menjadi lembab dan bahkan cenderung basah. Kondisi dimana litter basah atau kelembabannya melebihi 30% RH, dapat menyebabkan peningkatan terjadinya memar dan lepuh pada kulit dan otot dada, ammonia burn pada kulit dan bantalan kaki serta hock joint. Meningkatnya konsentrasi ammonia dalam kandang dari litter yang basah/lembab, juga dapat menyebabkan berkurangnya suplai oksigen dan ayam menjadi mudah stress, serta berdampak pada gangguan fungsi sistem imunne pada ayam, sehingga ayam menjadi sensitive terhadap infeksi berbagai kuman penyakit. Faktor yang dapat mempengaruhi kualitas litter Berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi kualitas litter. Dimana litter yang kualitasnya kurang baik tersebut dapat menyebabkan kondisi yang tidak nyaman dan gangguan kesehatan serta produktivitas pada ayam broiler. • Litter dalam keadaan lembab : dapat disebabkan oleh kelemahan dalam disain sistem air

minum, seperti tempat air minum yang cukup rendah atau ada kelainan pada automatik sistem dari nipple atau bell drinker; material litter dan ketebalan terpasang; kepadatan ayam; kondisi kesehatan ayam. Untuk menjaga agar litter tidak cepat menjadi lembab, ketebalan litter yang ideal berkisar antara 5 – 10 cm. Bila bahan litter yang dipergunakan mempunyai kemampuan menyerap air yang rendah, atau karena banyak cipratan air yang timbul selama ayam mengkonsumsi air minum, ketebalan bahan litter akan sangat baik bila dipasang lebih dari 15 cm. Pada kandang closed house, pemberian air minum ayam dengan sistem nipple atau cup drinker sistem dapat menekan kelembaban litter sampai 70%, dengan catatan nipple tidak ada yang mengalami kelainan dan dipasang pada ketinggian yang tepat. Faktor nutrisi yang diketahui dapat menyebabkan litter menjadi mudah lembab, diantaranya karena tingginya kandungan Sodium atau Cloride dalam pakan. Potassium yang sumbernya dapat diperoleh dari bahan baku pakan seperti molase dan bungkil kedele, bila kandungannya cukup tinggi ada dalam pakan, punya ekses pada ketidak seimbangan protein dan asam amino.

• Litter menggumpal dan mengandung banyak lemak : dampak dari tingginya kandungan lemak dalam pakan atau karena rendahnya kualitas lemak yang terkandung dalam pakan, dapat meningkatkan kandungan material lemak pada litter. Hal ini menyebabkan berkurangnya kemampuan material litter untuk menyerap air. Bentuk litter yang menggumpal tersebut, dapat menyebabkan lesi atau memar pada bagian tubuh yang kontak langsung dengan litter. Bila ada indikasi material litter mulai menggumpal dan kandungan lemaknya meningkat, sangat penting untuk dilakukan evaluasi pakan dan juga ganti litter yang menggumpal dan mengandung lemak tersebut dengan bahan litter yang baru.

• Nitrogen pada litter: meningkatnya level nitrogen pada litter seringkali berhubungan dengan kelembaban litter yang cukup tinggi dan disebabkan oleh karena kotoran ayam yang basah. Level protein kasar dalam pakan, yang mana lebih tinggi dari jumlah standar yang dibutuhkan serta kandungan asam amino yang tidak seimbang, dapat menyebabkan tingginya kandungan nitrogen dalam bentuk gas ammonia pada litter.

Page 21: Manajemen Pemeliharaan Broiler

20

Diagram - 3 : Beberapa penyebab rendahnya kualitas litter Kepadatan Ayam Dalam Kandang Tujuan dari mengatur kepadatan ayam dalam kandang adalah untuk menjaga agar lingkungan dalam kandang tetap nyama dan ayam mempunyai ruang yang cukup untuk makan dan minum, sehingga pertumbuhan lebih seragam dan kualitas karkas serta optimal dalam pencapaian indek performance-nya. Tingkat kepadatan yang cukup tinggi dalam kandang, dapat menurunkan daya dukung lingkungan kandang untuk ayam. Dengan tingkat kepadatan ayam yang cukup tinggi dalam kandang, akan meningkatkan temperatur lingkungan kandang, ruang untuk ayam dapat makan dan minum menjadi sempit, sehingga ayam kesulitan untuk mencapai tempat pakan dan minum, serta kualitas udara dalam kandang pun jadi menurun. Kondisi ini tentunya menyebabkan ayam jadi mudah mengalami stress dan dapat menurunkan daya tahan tubuhnya terhadap infeksi penyakit serta pertumbuhan ayam menjadi tidak merata. Luas lantai kandang yang diperlukan untuk pemeliharaan ayam broiler, tergantung dari :

• Target berat badan atau umur panen • Kondisi iklim dan daya dukung lingkungan kandang • Tipe dan atau sistem perkandangan serta peralatan yang dipakai.

Tabel - 3 : Kepadatan Ayam Dalam Kandang Sesuai Berat Badan.

Tipe Kandang dan Jumlah ( ekor / M2 )

Open housed

Berat Badan (kilogram) Closed

house *) Slat Postal

Keterangan

1.0 30 18 16 1.4 22 13 11 1.8 17 10 9 2.0 15 9 8 2.2 13 8 7 2.6 11 7 6 3.0 9 6 5

*) pada total closed house dengan sistem insulator yang baik dan sesuai rekomendasi untuk Welfare of Livestock, Meat Chickens and Breeding Chickens, Department of the Environment, Food and Rural Affairs (DEFRA), UK.

Rendahnya Kualitas Litter

Kualitas material litter yang rendah

Disain dan pengaturan Sistem air minum

Kandungan Sodium, Cloride dan Protein tinggi dalam pakan

Tingginya kepadatan kandang

Kurang baiknya sistem ventilasi dalam kandang

Kelembaban lingkungan tinggi

Diare baik yang spesifik maupun non spesifik

Tingginya kandungan lemak / rendahnya kualitas lemak pakan

Page 22: Manajemen Pemeliharaan Broiler

21

4. SISTEM PERKANDANGAN DAN LINGKUNGAN

Satu hal yang sangat penting menjadi pertimbangan berhubungan dengan disain kandang, adalah iklim setempat untuk kondisi sepanjang tahun. Kondisi lingkungan membawa pengaruh terhadap kesehatan dan performance dari ayam broiler. Konstruksi dan tata letak kandang haruslah didisain untuk memberikan kondisi lingkungan yang nyaman pada ayam. Peralatan sistem ventilasi yang dipergunakan untuk membantu sirkulasi udara dalam kandang, haruslah dapat berfungsi secara optimal dalam mengontrol pengaruh lingkungan terhadap ayam. Kandang (housing) Kondisi geografis, iklim, jarak antar peternakan sejenis dan dengan pemukiman penduduk, merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan saat memutuskan untuk membangun dan mendisain bangunan kandang untuk pemeliharaan ayam broiler. Ada 2 (dua) tipe utama dari sistem perkandangan pada pemeliharaan ayam broiler :

1. Kandang sistem tertutup (Closed House), dengan ventilasi sistem tunnel tanpa atau dengan sistem cooling pad, dimana kondisi temperatur dan kelembaban dalam lingkungan kandang dapat dikontrol sesuai kebutuhan.

2. Kandang sistem terbuka, baik bentuk postal atau panggung. Dibandingkan kandang sistem terbuka, pemeliharaan ayam dengan kandang sistem tertutup (closed house) mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya :

1. Kapasitas / daya tampung kandang lebih banyak 2. Meningkatkan kemampuan hidup ayam yang dipelihara 3. Rata-rata pertumbuhan dan keseragaman jadi lebih baik 4. Ratio konversi pakan dapat lebih ditekan

Kandang sistem tertutup (Closed House)

Karakteristik dari bangunan kandang closed house modern dengan sistem kontrol lingkungan, meliputi :

1. Adanya konstruksi pengaturan sistem ventilasi 2. Menggunakan insulasi pada sisi dinding (side-wall insulation) dan insulasi pada langit-langit

(ceiling insulation). 3. Kontrol penuh untuk sistem penyinaran, baik lama maupun intensitasnya. 4. Kelengkapan kandang untuk mengatur temperatur dan ventilasi harus bisa menghasilkan

dan menjaga kondisi yang optimum dalam lingkungan kandang. 5. Didukung dengan daya listrik yang memadai 6. Didukung dengan alarm yang berfungsi baik untuk monitoring sistem yang ada, terutama

untuk monitoring adanya kelainan dalam kinerja sistem ventilasi.

Pada wilayah tropis, kandang dengan ventilasi sistem tunnel sangat tepat bila diterapkan saat cuaca panas, khususnya saat musim kemarau. Selama musim kemarau, dimana temperatur lingkungan cukup panas, pemakaian ventilasi sistem tunnel yang dikombinasikan dengan sistem fogging atau sistem cooling pad, sangat membantu untuk menjaga ayam jadi lebih nyaman.

Page 23: Manajemen Pemeliharaan Broiler

22

Untuk wilayah tropis, kandang sistem tertutup (closed house) dengan sistem cooling pad, mempunyai kelemahan saat musim hujan, dimana kendala yang ada adalah kesulitan dalam mengatur tingkat kelembaban dalam kandang.

Kandang sistem terbuka (Open House) Karakteristik dari kandang sistem terbuka yang baik, meliputi :

o Dibangun diatas permukaan tanah yang benar-benar kering dengan sirkulasi udara yang

bebas keluar masuk kandang, tanpa adanya hambatan. o Orientasi kandang dengan bagian panjang sisi kandang membujur dari timur ke barat, untuk

mencegah masuknya sinar matahari langsung kedalam kandang saat pagi maupun sore hari. o Konstruksi atap kandang harus didisain sebaik mungkin untuk meminimalkan pengaruh yang

sangat ekstrim dari perubahan temperatur diluar lingkungan kandang. o Digunakan atap dengan bagian permukaan luarnya memantulkan sinar matahari o Tinggi bagian sisi dinding kandang antara 2.75 – 3.5 meter dengan lebar kandang 6 – 12

meter o Bagian sisi kandang yang terbuka, ditutup dengan jala kawat 2 - 2,5 cm. o Dilengkapi dengan tirai dari plastik yang dapat diatur (naik turun-nya), untuk membantu

kontrol temperatur udara dalam kandang. o Sistem ventilasi dan pengaturan temperatur yang dipasang dalam kandang, dipastikan dapat

membantu daya dukung lingkungan dalam kandang jadi lebih optimal. Gambar – 6 : Contoh disain dasar dari kandang sistem terbuka (open house) Kualitas udara

Suplai udara segar yang masuk kedalam kandang, adalah hal yang sangat penting sekali untuk membuat ayam tetap merasa nyaman dan sehat, sehingga ayam dapat tumbuh dan berproduksi secara maksimal. Untuk memastikan pertumbuhan yang optimal, ayam membutuhkan cukup banyak oksigen dan memproduksi gas buangan dari dalam tubuhnya. Sistem pembakaran dari pemanas yang digunakan selama masa brooding (masa indukan), juga dapat menghasilkan gas yang tidak bermanfaat untuk ayam.

60 cm

30 cm

6 – 12 meter

2,75 – 3 M

350

350

2 – 3 meter

2 M

5 - 6 M

Anyaman kawat diameter 1 cm

Anyaman kawat diameter 2 – 2,5 cm

50 – 100 cm

1,5 M

Saluran air

Page 24: Manajemen Pemeliharaan Broiler

23

Oleh karena itu, kontruksi bangunan kandang dan sistem ventilasi yang dipasang dalam kandang, harus mampu mengeluarkan gas buangan yang dihasilkan oleh ayam dan juga oleh brooder (alat pemanas) dan menggantikannya dengan udara yang segar dan kaya akan kandungan oksigen.

Kontaminan utama dari udara pada kandang broiler diantaranya ; debu, ammonia, karbon dioksida, karbon monoksida dan uap air. Bila semua kontaminan dari udara tersebut diatas, terdapat dalam jumlah yang cukup berlebihan ada dalam kandang, akan dapat menyebabkan terjadinya gangguan serta kerusakan pada saluran pernafasan ayam dan penurunan fungsi dari sistem pernafasan, yang pada akhirnya dapat menurunkan performance dari ayam. Kontaminan seperti debu dan ammonia yang cukup tinggi dan berlangsung dalam waktu cukup lama, dapat menjadi pemicu terjadinya infeksi kuman penyebab penyakit pernafasan dan juga Ascites. Uap air yang berlebihan ada dalam kandang, mempengaruhi temperatur dan kelembaban serta ketersediaan oksigen dalam kandang. Kualitas udara yang baik, dapat diperoleh dengan cara menjaga ventilasi tetap berlangsung baik dan menekan semaksimal mungkin tingkat pencemaran udara dari ammonia, debu dan karbon dioksida. Dipasaran saat ini sudah bisa didapatkan bahan kimia tertentu, yang dapat dipergunakan untuk treatmen litter guna menekan produksi atau kadar ammonia dalam kandang. Ventilasi Ventilasi yang baik merupakan satu hal yang sangat krusial untuk mendukung kesehatan, pertumbuhan dan kenyamanan ayam yang ada dalam kandang. Sistem ventilasi yang ada dalam kandang harus didisain sebaik mungkin untuk membawa udara luar yang segar (kaya akan kandungan oksigen) masuk kedalam kandang dan untuk mengeluarkan udara yang kotor (udara dengan cemaran ammonia, debu dan gas beracun lainnya) dari dalam kandang. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa persyaratan minimum untuk kualitas udara dapat tersedia sepanjang waktu ayam ada dan dipelihara dalam kandang.

Untuk kandang sistem tertutup (close house), disain dan konstruksi dari sistem ventilasi-nya harus disesuaikan dengan luas ruangan, kapasitas kandang dan kapasitas kerja dari sistem ventilasi yang akan dipasang.

Gambar - 7 dan 8 : Sistem ventilasi udara pada kandang closed house dengan

sistem tunnel dikombinasi cooling pad

Page 25: Manajemen Pemeliharaan Broiler

24

Tabel – 4 : Minimum dan maksimum kapasitas ventilasi berdasarkan berat badan ayam

Kapasitas Ventilasi (meter3/jam) Kapasitas Ventilasi (meter3/jam)Berat Hidup

(gram) Minimum Maksimum

Berat Hidup(gram)

Minimum Maksimum

50 0.07 0.76 1300 0.86 8.77 100 0.12 1.28 1400 0.90 9.27 150 0.17 1.73 1500 0.95 9.76 200 0.21 2.15 1600 1.00 10.24 250 0.25 2.55 1700 1.04 10.72 300 0.28 2.92 1800 1.09 11.19 350 0.32 3.28 1900 1.14 11.65 400 0.35 3.62 2000 1.18 12.11 450 0.39 3.95 2100 1.22 12.56 500 0.42 4.28 2200 1.27 13.01 550 0.45 4.60 2300 1.31 13.45 600 0.48 4.91 2400 1.35 13.88 650 0.51 5.21 2500 1.40 14.31 700 0.54 5.51 2600 1.44 14.74 750 0.57 5.80 2700 1.48 15.16 800 0.59 6.09 2800 1.52 15.58 850 0.62 6.37 2900 1.56 16.00 900 0.65 6.65 3000 1.60 16.41 950 0.68 6.93 3100 1.64 16.82 1000 0.70 7.20 3200 1.68 17.23 1050 0.72 7.50 3300 1.72 17.63 1100 0.75 7.73 3400 1.76 18.03 1200 0.80 8.25 3500 1.80 18.42

Hubungan temperatur dan kelembaban Untuk mengurangi panas tubuhnya, ayam melakukan evaporasi uap air dari dalam tubuhnya, melalui saluran pernafasannya dengan cara panting (membuka paruhnya). Pada tingkat kelembaban lingkungan dalam kandang yang relatif tinggi, dapat mengganggu aktivitas evaporasi dari ayam, sehingga ayam akan mengalami peningkatan temperatur tubuh. Terjadinya peningkatan tubuh yang cukup ekstrim, karena kelembaban yang tinggi dan evaporasi yang terganggu tersebut, dapat memicu terjadinya heat stress (stress karena kepanasan) pada ayam. Perubahan temperatur dari tubuh ayam sangat tergantung pada perubahan temperatur dan kelembaban lingkungan. Untuk meminimalkan pengaruh yang cukup ekstrim dari peningkatan temperatur dan berkurangnya kelembaban dalam kandang, saat cuaca panas, terutama pada saat siang hari, dapat dibantu dengan melakukan fogging (penyemprotan uap air dengan sistem kabut) didalam kandang saat siang hari. Sebagai catatan, selama interaksi antara temperatur dengan kelembaban relatif tidak diketahui dengan pasti, sebaiknya fogging dilakukan tidak melampaui kelembaban relatif yang ideal pada temperatur tertentu (lihat tabel - 5). Dimana angka-angka tersebut diperhitungkan untuk mempertahankan kestabilan kelembaban udara dalam kandang.

Page 26: Manajemen Pemeliharaan Broiler

25

Tabel – 5 : Kelembaban dan temperatur ideal dalam kandang untuk kandang sistem terbuka pada wilayah iklim tropis

Temperatur ( derajat Celsius)

Kelembaban relatif ( RH % )

36 0 C

50

34 0 C

57

32 0 C

63

30 0 C

70

28 0 C

74

26 0 C

75 - 80

Catatan : o Angka – angka diatas bukan bersifat baku dan akan sangat bergantung pada berat ayam, kecepatan sirkulasi udara

dalam kandang, penyesuaian ayam terhadap lingkungan dan sejumlah faktor lainnya. Faktor yang paling penting dapat dijadikan pedoman untuk menentukan nilai-nilai diatas secara tepat adalah tingkah laku dari ayam sendiri. Karena bila kelembaban dalam kandang melampaui tingkat kelembaban sebagaimana tabel diatas, dapat menyebabkan penurunan dalam efesiensi penguapan dari paru-paru dan menimbulkan resiko kematian pada ayam. Untuk temperatur kandang lebih rendah dari 28 0 C, dianjurkan agar kelembaban dalam kandang tidak lebih dari 75% RH. Tabel - 6 : Temperatur ideal yang dibutuhkan ayam dan hubungan temperatur dengan tingkat kelembaban berbeda, untuk kandang sistem tertutup (closed house) pada wilayah tropis.

Temperatur 0 C pada Kelembaban (%RH) ideal

Umur (hari)

50 60 70

80

1 33.0 31.0 30.0 29.0

3 32.0 30.5 29.5 28.0

6 31.0 29.5 29.0 27.0

9 30.0 28.5 28.5 26.0

12 29.5 27.5 26.5 25.0

15 28.5 26.0 25.5 24.0

18 27.0 25.0 24.0 23.0

21 25.0 24.0 22.5 22.0

23 24.0 23.0 21.5 21.0

27 - panen 23.0 22.0 21.0 20.0

Page 27: Manajemen Pemeliharaan Broiler

26

Bila kelembaban lingkungan tidak sesuai dengan kondisi ideal yang dibutuhkan oleh ayam, maka temperatur dalam kandang dapat diatur sesuai table diatas. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah selalu memonitor keadaan ayam, untuk memastikan bahwa ayam mendapatkan temperatur yang memadai sesuai kebutuhannya. Bila kemudian dari tingkah lakunya, ayam nampak kedinginan atau kepanasan, temperatur dalam kandang harus diatur sesuai kebutuhan ideal.

Gambar – 9 : o Pemasangan sprayer untuk fogging

sistem (semprot air berbentuk kabut) pada kandang sistem terbuka (open house), sangat membantu untuk menurunkan temperatur kandang saat cuaca panas.

Peningkatan Temperatur dan Heat Stress Pada kandisi cuaca panas, dimana terjadi peningkatan temperatur diluar kandang, akan menyebabkan pula peningkatan temperatur dalam kandang. Pada kandang sistem tertutup (closed house) dengan sistem insulator yang baik dan sistem tunnel dengan cooling pad, adanya peningkatan temperatur diluar kandang, karena pengaruh cuaca panas, tidak banyak mempengaruhi perubahan temperatur dalam kandang. Namun pada kandang sistem terbuka, perubahan temperatur yang sangat ekstrim diluar kandang, akan sangat berpengaruh pada perubahan temperatur dalam kandang. Tingkat akumulasi amonia, CO2 dan gas buangan lainnya yang cukup tinggi ada dalam kandang, akan memicu terjadi peningkatan temperatur yang cukup ekstrim dalam lingkungan kandang. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya heat stress pada ayam.

Mengatasi Heat Stress Heat stress merupakan suatu keadaan, dimana ayam mengalami cekaman oleh karena peningkatan temperatur tubuhnya melebihi temperatur lingkungan, yang disebabkan oleh menurunnya daya dukung lingkungan baik didalam maupun diluar kandang. Keadaan heat stress, umumnya ditandai dengan; panting (membuka paruhnya) dengan sayap direntangkan untuk upaya mengeluarkan panas tubuhnya. Pada broiler heat stress mempunyai efek tidak baik, dimana ayam menjadi tidak nyaman dan menyebabkan gangguan pertumbuhan bahkan sering berdampak pada meningkatnya jumlah kematian.

Page 28: Manajemen Pemeliharaan Broiler

27

Langkah-langkah untuk menekan kejadian heat stress Pada cuaca panas, tingkat kepadatan ayam disesuaikan dengan temperatur, kelembaban dan

kapasitas dari sistem ventilasi yang ada dalam kandang. Penurunan kepadatan ayam dalam kandang dapat membantu menurunkan temperatur dan

selanjutnya mengurangi kejadian heat stress yang dialami oleh ayam. Pada kandang sistem closed house dengan kondisi lingkungan yang terkontrol, pada kondisi

cuaca panas, tingkat kepadatan ayam harus dikurangi dengan kapasitas maksimum 30 Kg/M2 sampai umur panen.

Pada kandang sistem open house (kandang terbuka), pada cuaca panas kepadatan maksimum

16 – 18 kg/ M2 sampai umur panen. Dalam keadaan cuaca panas, ayam mengeluarkan panas tubuhnya dengan cara evaporasi air

tubuh selama panting dan saat yang sama terjadi peningkatan konsumsi air minum. Untuk itu diperlukan ketersediaan air yang segar dengan temperatur yang cukup dingin (dibawah 180 C) selama cuaca panas tersebut. Penempatan tangki / bak air secara khusus di dalam setiap unit kandang dan dilindungi dari sinar matahari serta melindungi pipa air minum dari pengaruh sinar matahari, akan sangat membantu menekan heat stress melalui ketersediaan air minum yang selalu segar untuk ayam.

Proses pencernaan pakan menimbulkan terjadinya peningkatan panas tubuh; untuk itu

pemberian pakan pada saat cuaca panas, terutama pada siang hari agar dihindari. Hal ini sangat membantu menekan terjadinya heat stress, terutama pada kandang sistem open house.

Dalam keadaan dimana kelembaban tinggi, penurunan panas dalam lingkungan kandang melalui

pemindahan hawa panas sangat penting untuk dilakukan. Pada kandang dengan sistem closed house, pemindahan hawa panas dalam kandang dapat dilakukan dengan meningkatkan kecepatan angin setidaknya sampai 2,5 m / detik. Pada kandang sistem open house, dapat dilakukan dengan menambahkan kipas diameter 90–100 cm, dipasang dengan kemiringan 320 atau sesuai kebutuhan.

Kelembaban yang tinggi menekan efektifitas penghilangan panas tubuh melalui evaporasi

selama ayam panting. Oleh sebab itu kondisi litter pada kandang postal sangat penting untuk dijaga kondisinya, dimana kelembabannya tidak boleh lebih besar dari 30% RH.

Radiasi sinar matahari secara langsung dapat meningkatkan temperatur dalam kandang,

khususnya pada kandang dengan atap tanpa insulator yang memadai. Menyirami air secara merata diatas atap pada saat siang hari, akan sangat membantu pengaruh panas matahari tersebut untuk menyebabhan terjadinya heat stress.

Pada bagian terbuka dari kandang, dimana sinar matahari dapat menerobos masuk kedalam

kandang, dapat digantungkan plastik netting (paranet) pada tepi atap bagian bawah, dengan lebar 30% dari bagian kandang yang terbuka, sehingga dapat mencegah efek panas yang dapat ditimbulkan oleh radiasi sinar matahari tersebut.

Instalasi sistem tunnel dan evaporasi cooling system-nya, akan sangat membantu mencegah

terjadinya heat stress, terutama pada kondisi cuaca panas.

Page 29: Manajemen Pemeliharaan Broiler

28

Diagram – 4 : Respon psikologikal ayam broiler terhadap heat stress dan efeknya terhadap performance

Respon ayam broiler terhadap Panas dan kelembaban tinggi

Penyinaran Penyinaran yang diberikan pada ayam broiler ditujukan untuk membantu pencapaian berat badan dan tingkat hidup yang optimal dari ayam.

Program penyinaran yang umum pada ayam broiler, diberikan secara kontinyu dengan periode terang yang panjang dan dilakukan pengurangan intensitas dan waktu penyinaran seiring pertambahan umur ayam. Selain dengan program konvensional tersebut diatas, program penyinaran sistem terang dan gelap dimana diberikan penerangan dengan periode terang yang cukup panjang (3 – 4 jam) dan diikuti dengan periode gelap yang singkat (0.5 – 1 jam), efektif dapat dijalankan pada kandang sistem tertutup dan sekaligus juga untuk membiasakan ayam untuk tidak menjadi kaget dan stress saat terjadi mati lampu.

Panas dan Kelembaban

Aktivitas menurun

Tingkat konsumsi pakan menurun

Kekurangan nutrient intake

Panting

Alkalosis pernafasan, CO2, H2O

Kehilangan bahan dasar asam, H C O3

-

dan K+

• Keuntungan berkurang • Tingkat efesiensi menurun • Kematian meningkat • Keuntungan rendah

Page 30: Manajemen Pemeliharaan Broiler

29

Saat ini berbagai variasi program penyinaran diberikan pada ayam, untuk memodifikasi tingkat pertumbuhan dan atau rata-rata pertumbuhan, meminimalkan ratio konversi pakan (FCR) dan membantu menekan jumlah kematian. Sistem yang saat ini banyak digunakan, adalah dengan meningkatkan periode gelap, yakni dengan metode “ intermittent lighting programe ” (program penyinaran terang - gelap).

Untuk semua sistem penyinaran yang diterapkan pada ayam, hal yang terpenting adalah pemberian penyinaran dengan periode terang yang panjang (-/+ 23 jam) dengan intensitas sinar yang cukup tinggi (50 - 60 lux) sampai ayam berumur 7 hari, untuk tujuan menstimulasi tingkat konsumsi pakan (konsumsi pakan) pada umur awal dari perkembangan ayam.

Tabel – 7 : Intensitas sinar yang diperlukan ayam broiler

Umur (hari)

Lampu Pijar (Watt/M2 )

Fluorescent (Lux/ M2)

1 - 7 5 50 - 60

7 - 21 5 - 2 60 - 10

21 - panen 2 10

Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan program penyinaran pada ayam broiler :

• Sinar yang diberikan haruslah terdistribusi secara merata pada seluruh ruangan dalam kandang • Untuk meningkatkan efesiensi dalam pemakaian lampu dan menekan biaya untuk penyinaran,

dapat ditambahkan reflektor yang ditempatkan diatas lampu. • Bola lampu dan reflektornya secara teratur dijaga kebersihannya, untuk memaksimalkan

efesiensi lampu. • Beberapa tipe lampu yang umum digunakan untuk penyinaran :

o Lampu pijar (incandescent) mampu menghasilkan spektur sinar yang luas, hanya saja lebih boros energi. Lampu jenis ini memerlukan daya listrik yang lebih besar dan seringkali usia lampunya tidak dapat bertahan lama. Lampu pijar dengan sistem output model lumen tinggi per watt-nya, dapat menakan biaya operasinal untuk penyinaran.

o Lampu model fluorescent (cahaya memijar) memproduksi tiga sampai lima kali jumlah sinar

per watt-nya dibandingkan dengan lampu pijar (incandescent). Hanya saja kelemahannya, bila usianya sudah cukup lama, akan kehilangan intensitas-nya sehingga perlu diganti sebelum mati.

o Bola lampu dengan sodium tekanan tinggi (High-pressure sodium bulbs) sangat efesien dan

juga sangat efektif digunakan pada bangunan kandang dengan langit-langit yang tinggi. Lampu jenis ini memproduksi sepulu kali lipat sinar per watt-nya, bila dinadingkan dengan lampu jenis pijar.

Page 31: Manajemen Pemeliharaan Broiler

30

Tabel – 8 : Contoh Program penyinaran untuk daya hidup broiler yang baik

Umur (hari)

Intensitas (lux)/ M2

Periode terang (jam)

Periode gelap (jam)

1- 3 30 - 40 23 - 24 0 - 1

4 - 15 5 - 10 12 12

16 - 22 5 - 10 16 8

22 - panen 5 - 10 18 - 23 1 - 6 Tabel – 9 : Contoh Intermittent Lighting Program

Umur (hari)

Intensitas (lux)/M2

Periode terang (jam)

Periode gelap (jam)

1 - 3 20 24 0

4 20 18 6

7 20 6 dan 1 8.5 dan 8.5

14 5 10 dan 1 6.5 dan 6.5

21 5 14 dan 1 4.5 dan 4.5

28 5 18 6

35 5 18 6

42 5 21 3

49 5 24 0 Source Classen, H.L. Department of Animal and Poultry Science, University of Saskatcayam, Canada. June 1991 Poultry Digest. Catatan :

o Metode diatas hanya tepat dilakukan pada kandang sistem tertutup (closed house) Sistem Pemberian Pakan Beberapa sistem yang banyak dipakai, terkait dengan cara pengangkutan dan pemberian pakan untuk ayam broiler di lapangan. Dimana semuanya dirancang untuk memastikan ayam dapat mengkonsumsi pakan sesuai kebutuhan dengan kualitas pakan yang tetap stabil dan semaksimal mungkin dapat menekan terjadinya pemborosan pakan.

Page 32: Manajemen Pemeliharaan Broiler

31

Ada 3 (tiga) sistem yang umum dilakukan dan tersedia, berkaitan dengan cara pemberian pakan untuk ayam pedaging :

1. Dengan automatik pan feeder : 1 Pan untuk 30 - 50 ekor ayam (untuk diameter Pan : 33 cm) 2. Dengan Chain feeder : 2,5 - 5 cm per ekor ayam ; 80 – 40 ekor ayam untuk setiap meter lari

dari chain feeder. 3. Dengan tempat pakan jenis round chick feeder tray untuk 60 – 100 ekor ayam sampai umur 7

hari dan bila dengan Hanging tube feeder : 30 - 50 ekor per tempat pakan; dengan diameter piringan tabung 38 / 42 cm.

Pemberian pakan dengan automatik pan feeding sistem, yang dilakukan pada peternakan modern sudah menjadi satu standar untuk menekan pemborosan pakan dan lebih meningkatkan efesiensi pemakaian pakan. Dengan automatik pan feeding sistem, disamping mudah untuk diatur ketinggian tempat pakannya, disesuaikan dengan umur dan ukuran tubuh ayam, pakan yang diberikan juga jadi tetap lebih segar dan meminimalkan pencemaran pakan dari kotoran maupun debu serta material lain yang berasal dari litter kandang. Automatik pan feeding sistem dengan spesifikasi sedikit berbeda satu sama lainnya, sudah cukup banyak tersedia di pasaran, sehingga dalam mengatur ketinggian untuk ayam, harus benar-benar mengikuti rekomendasi dari pabrik pembuatnya. Jarak antar pan feeder dalam satu pipa tidak boleh melebihi 2,5 meter. Hal ini untuk memastikan semua ayam dapat mengkonsumsi pakan dengan baik sesuai kebutuhannya.

Gambar – 10 dan 11 :

Penyimpanan pakan pada silo dan pemberian pakan dengan automatik fan feeder, dapat miminimumkan resiko pakan yang tercecer atau tumpah saat ayam mengkonsumsi pakan dan pakan yang diberikan juga sesalu dalam keadaan segar dan terjaga kualitasnya.

Level pakan dalam tempat pakan, harus diatur ketinggiannya untuk meminimalkan pakan yang tercecer atau tumpah saat ayam mengkonsumsi pakan. Bila memungkinkan sistem suplai pakannya harus diatur, agar pakan dapat habis dikonsumsi dalam satu hari, sehingga tidak ada pakan yang tersisa dan mencegah terjadinya resiko pencemaran dan pertumbuhan mikroorganisme dalam pakan yang tersisa tersebut. Bila menggunakan nampan (chick feeder tray), khususnya pada anak ayam umur dibawah 7 hari, untuk memastikan agar konsumsi pakannya tetap baik, maka pemberian pakan harus dilakukan sesering mungkin (minimal 5 – 7 kali sehari). Dengan demikian pakan yang diberikan juga kualitasnya dapat dijaga dan selalu dalam keadaan segar.

Page 33: Manajemen Pemeliharaan Broiler

32

Pemberian pakan menggunakan hanging tube feeder (tempat pakan gantung), upayakan pemberian pakan minimum 3 - 4 kali sehari dengan mengisi ¼ bagian dari volume tabung. Hal ini sangat membantu pakan yang diberikan tetap segar dan sama baik kualitasnya, sehingga tingkat konsumsi pakan ayam pun dapat tercapai sesuai kebutuhan standarnya. Sistem Pemberian Air Minum Sangat penting sekali ketersediaan air minum yang segar dan sehat untuk sepanjang waktu bagi ayam, dimana air yang sehat tersebut harus bebas dari kontaminasi, baik logam berat (Zn, Fe, Pb dll) kuman pathogen (E.coli, Pseudomonas, Salmonella dll) dan mempunyai pH netral (6,5 – 7,2). Untuk memenuhi kebutuhan air minum ayam, dimana sistem pemberian air minum yang dipilih, harus dipastikan mampu secara efesien memenuhi kebutuhan air untuk ayam dan dapat meminimalkan resiko air yang tumpah. Untuk memastikan setiap flok dari ayam yang dipelihara, dapat menerima air dalam jumlah cukup sesuai kebutuhannya, setiap harinya, ratio konsumsi air dan pakan harus selalu dimonitor. Bila ratio antara konsumsi pakan dengan air sudah mendekati standar, sesuai dengan kondisi cuaca dan tipe bangunan kandang, yakni ; 1 : 2 (temperatur dalam kandang 24 – 300C) sampai 1 : 2,5 (pada cuaca panas, temperatur diatas 300C ) atau 1 : 1.8 – 1.9 (untuk nipple drinker), dapat diasumsikan kebutuhan air untuk ayam sudah terpenuhi. Ayam akan mengkonsumsi air dalam jumlah lebih banyak pada saat cuaca panas. Konsumsi air minum ayam cenderung meningkat sebesar 6.5%. setiap terjadi peningkatan 10C temperatur dalam kandang. Tabel – 10 : Tipikal konsumsi air pada temperatur 24 - 300C (dalam litter/1.000 ekor)

Nipple Drinker Nipple Drinker tanpa Cup dengan Cup

Konsumsi AirUmur ( hari )

7 70 75 80

14 115 125 135

21 165 195 210

28 225 250 270

35 280 300 320

42 315 330 345

49 335 355 375

56 350 365 400

Bell Drinker / Galon

( 1.8 liter/kg pakan) (1.9 liter/kg pakan) (2 liter/kg pakan)

Page 34: Manajemen Pemeliharaan Broiler

33

Beberapa jenis sistem distribusi air minum untuk ayam yang tersedia di pasaran, diantaranya : Nipple drinker (sistem pemberian minum dengan nipple)

Sistem nipple yang digunakan untuk suplai air minum untuk ayam, mempunyai kelebihan dapat meminimalkan resiko pencemaran kuman penyakit dibandingkan dengan sistem air minum terbuka (round drinker, bell drinker). Hanya saja sistem nipple mempunyai kekurangan, khususnya bila digunakan pada kandang sistem terbuka (close house) dan kondisi cuaca panas. Dimana kebutuhan air minum yang cukup tinggi, sulit dapat dipenuhi dengan sistem nipple. Beberapa rekomendasi umum berkaitan dengan pemakaian sistem nipple untuk suplai air minum pada ayam broiler : • Satu nipple dipasang untuk 12 ekor ayam dan rationya semakin berkurang, untuk 9 – 10

ekor saat ayam mencapai berat badan lebih dari 2 kilogram. • Ketinggian nipple harus selalu dimonitor setiap hari dan diatur pada ketinggian yang tepat

untuk ayam dapat minum dan tidak ada nipple yang bocor. Pada ayam umur satu hari (DOC), nipple harus dipasang ketinggiannya tetap didepan mata ayam. Umur 2 hari dan seterusnya, posisi nipple dipasang lebih tinggi, sehingga saat ayam minum dari nipple, bagian punggung dan leher membentuk sudut 450 dengan lantai.

• Pipa air untuk nipple ketinggiannya harus rata untuk menghindari terjadinya kebocoran air

disekitar nipple. Nipple yang terpasang harus diaktipkan dan rutin dicek dengan jari tangan untuk memastikan semua nipple berfungsi dengan baik.

• Litter yang terdapat dibawah atau disekitar nipple harus diatur ketinggiannya dan dalam

keadaan rata, untuk memungkinkan semua ayam dapat menjangkau ketinggian nipple dan dapat dengan leluasa mengkonsumsi air minumnya.

• Tekanan air juga diatur sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat nipple, sehingga tidak

sampai terjadi kebocoran karena air yang secara terus menerus menetes dari nipple.

• Nipple sebaiknya diflushing dan disanitasi dengan klorin pekat setiap 1 – 2 minggu, terutama setelah pemberian obat atau vitamin lewat air minum, untuk mencegah terjadinya penyumbatan pada nipple, karena sisa obat atau vitamin dan kotoran lain yang mengendap pada bagian dalam dari nipple.

Gambar - 12 dan 13:

Pemberian air minum dengan sistem nipple, sangat membantu untuk menekan resiko penularan penyakit dari satu ayam ke ayam lainnya.

Page 35: Manajemen Pemeliharaan Broiler

34

Bell drinker dan atau manual round drinker

• Pada masa brooding, umumnya digunakan chick round drinker. Adapun jumlah manual chick round drinker yang dipasang untuk setiap 1.000 ekor ayam, tergantung dari ukuran / volumenya. Biasanya untuk ukuran volume 2,5 litter, diperlukan sebanyak 10 – 15 buah untuk 1.000 ekor ayam sampai umur 7 hari. Setelah ayam berumur 7 hari manual chick round drinker dapat diganti dengan automatik bell drinker, dengan perbandingan 6 – 10 bell drinker untuk 1.000 ekor ayam.

• Tempat minum harus didistribusikan dengan merata dan jaraknya tidak lebih dari 2 meter

untuk ayam dapat menjangkaunya. Setelah ayam berumur 7 hari, ketinggian tempat minum, baik yang manual round drinker maupun yang automatik bell drinker, harus diatur sesuai dengan tinggi punggung ayam, dimana ayam masih cukup mudah untuk minum dan juga untuk mencegah agar tidak mudah tumpah.

• Untuk mengurangi resiko adanya air yang tumpah selama ayam mengkonsumsi air

minumnya, bila memungkinan dapat diatur ketinggian atau level air yang ada dalam piringan tempat minumnya. Dimana level airnya 0.6 cm lebih rendah dari pinggiran bibir tempat minum.

Gambar – 14 dan 15 :

• Ketinggian tempat minum diatur sama dengan tinggi punggung ayam, juga ketinggian permukaan air pada tempat minum, upayakan 0.6 cm lebih rendah dari bibir pinggiran tempat minum.

Gambar – 16 :

o Bak penampung air akan sangat baik bila ada dalam setiap bangunan kandang, sehingga memudahkan dalam pencampuran obat-obatan dan juga temperatur air yang sesuai untuk ayam tetap dapat dijaga dengan baik.

Page 36: Manajemen Pemeliharaan Broiler

35

5. NUTRISI PAKAN

Informasi umum tentang pakan dan nutrisi Pakan merupakan komponen terbesar dari total biaya produksi pada ayam broiler. Pakan yang diberikan pada broiler harus mengandung nutrien yang lengkap, yakni karbohidrat, lemak, protein, asam amino, mineral, vitamin dan juga unsur air didalamnya. Disamping mengandung nutrien yang lengkap juga harus memiliki ratio yang tepat dan seimbang antara satu komponen nutrien dengan jenis nutrien yang lainnya. Tingkat kepadatan ayam dalam kandang, faktor cuaca / iklim dan status kesehatan dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan ratio konversi pakan serta peningkatan kebutuhan nutrien tertentu dari ayam. Faktor kebutuhan pasar ayam broiler ditingkat lokal, nilai pasar terhadap kualitas produk daging ayam dan variasi harga bahan baku pakan serta juga suplainya, dapat berpengaruh atau menjadi pertimbangan dalam penyusunan formulasi pakan. Dari segi ekonomis pakan yang dibuat harus memadai biayanya, dan secara kualitas dapat memenuhi kebutuhan standar untuk ayam cepat tumbuh dengan performance optimal. Bahan Baku Pakan Bahan baku yang digunakan untuk membuat pakan broiler harus mempunyai kualitas tinggi dan dalam keadaan segar. Kualitas bahan baku yang rendah, bila digunakan untuk membuat pakan, tidak saja menyebabkan asupan nutrisi pakan untuk ayam jadi berkurang, juga mengakibatkan cukup banyak energi yang terbuang dari tubuh ayam, selama proses mencerna pakan dengan kandungan bahan baku yang kualitasnya rendah, dan cukup sulit untuk dapat dicerna tersebut. Akibat lainnya, dapat juga menyebabkan terjadinya stress metabolik. Bahan baku pakan yang umum digunakan dalam pembuatan pakan, kualitas dan kandungan nutriennya sangat bervariasi dari ; setiap negara, musim ke musim dan juga dari tiap-tiap pengangkutan. Komposisi nutrien yang sangat bervariasi dari satu jenis bahan baku pakan yang dipakai, merupakan problem yang sering dihadapi dalam menyusun formulasi pakan yang ideal untuk sepanjang tahun. Oleh karena itulah, matrik komposisi kandungan nutrien dari masing-masing bahan baku pakan, senantiasa harus diperbaharui, disesuaikan dengan kondisi bahan baku pakan yang dipakai saat itu, yang didukung dengan analisa secara kimiawi, seperti analisa proksimat. Penyimpanan bahan baku atau pakan yang cukup lama, dapat menyebabkan berkurangnya nilai nutrien, berubahnya aroma dan juga rasa dari bahan baku atau pakan tersebut, sehingga bila digunakan dapat menekan tingkat konsumsi pakan (konsumsi pakan) dan gangguan pencernaan dan metabolisme lainnya. Sediaan Premik untuk Vitamin, Mineral dan Asam Amino Mengingat dalam bahan baku pakan yang umum digunakan untuk produksi pakan tidak mengandung komponen nutrien yang lengkap, dan kalaupun ada, kandungannya sangat kurang dari jumlah yang dibutuhkan, seperti tidak ada atau kurangnya kandungan berbagai macam vitamin, asam amino dan mineral, sehingga memerlukan adanya penambahan dalam bentuk sediaan premik dari vitamin dan mineral serta asam amino tersebut.

Page 37: Manajemen Pemeliharaan Broiler

36

Rekomendasi secara umum pemakaian feed supplement, seperti vitamin, mineral dan asam amino, dalam sediaan pakan, sebagaimana tercantum pada tabel – 11. Tabel – 11 : Komposisi nutrien standar untuk ayam broiler

Nutrien

Stater

Grower

Finisher

Crude protein (%) 23 20 18.5 Energi metabolisem (Kcal/kg) 3100 3200 3200 Ratio enegi : protein 135 160 173 Lemak kasar (%) 5 - 7 5 - 7 5 - 7 Asam linoleat (%) 1 1 1 Koksidiostat + + +

Mineral (% min - max)

Kalsium 0.90 - 0.95 0.85 - 0.90 0.80 - 0.85 Available phospor 0.45 - 0.47 0.42 - 0.45 0.40 - 0.43 Sodium 0.18 - 0.22 0.18 - 0.22 0.18 - 0.22 Potasium 0.70 - 0.90 0.70 - 0.90 0.70 - 0.90 Magnesium 0.06 0.06 0.06 Chloride 0.20 - 0.30 0.20 - 0.30 0.20 - 0.30

Asam Amino (% min)

Arginin 1.28 1.20 0.96 Lysin 1.20 1.01 0.94 Methionin 0.47 0.44 0.38 Methionin + Cystin 0.92 0.82 0.77 Trypthopan 0.22 0.19 0.18 Threonin 0.78 0.76 0.70

Trace Mineral (mg / kg)

Manganese 100 100 100 Zinc 75 75 75 Iron 100 100 100 Copper 8 8 8 Iodine 0.45 0.45 0.45 Selenium 0.30 0.30 0.30

Vitamin (IU atau mg / kg)

Vitamin A 9000 9000 9000 Vitamin D3 3300 3300 2500 Vitamin E 30 30 30 Vitamin K 2.2 2.2 1.65 Thiamin 2.2 2.2 1.65 Riboflavin 8 8 6 Pantotenat acid 12 12 9 Niacin 66 66 50 Pyridoksin 4.4 4.4 3 Folik acid 1 1 0.75 Choline 550 550 440 Vitamin B12 0.022 0.022 0.015 Biotin 0.20 0.20 0.15

Page 38: Manajemen Pemeliharaan Broiler

37

Formulasi Pakan Dalam menyusun formulasi pakan, agar kualitas pakan yang dibuat sesuai standar yang dibutuhkan, disamping penyusunan matrik kandungan nutrien dari bahan baku harus benar-benar sesuai dengan kondisi fisik bahan baku yang dipergunakan, juga harus disesuaikan dengan kondisi iklim dan geografi setempat. Matrik kandungan nutrien dari bahan baku pakan juga harus secara reguler diperbaharui / disempurnakan, didukung dengan analisa kandungan nutrien dari masing-masing bahan baku dan juga pemeriksaan terhadap kontaminasi, terutama oleh mikotoksin. Batasan pemakaian masing-masing bahan baku untuk produksi pakan ayam broiler, disesuaikan dengan periode pertumbuhan ayam, dan ketersediaan feed additive, seperti ensim tertentu yang dapat ditambahkan kedalam formula pakan, untuk tujuan meningkatkan batas maksimum pemakaian bahan baku pakan tertentu, yang sebelumnya sulit dapat dicerna dengan sempurna oleh ayam. Rekomendari nutrien yang harus terkandung dalam sediaan pakan, harus disesuaikan dengan kondisi untuk daerah tropis, dimana temperatur dalam kandang berkisar antara 28 – 320 C. Namun pada musim panas, dimana seringkali terjadi peningkatan temperatur dalam kandang melebihi 320 C, level nutrien yang terkandung dalam pakan sangat perlu untuk disesuaikan dengan tingkat konsumsi pakan ayam yang cenderung berkurang dan kebutuhan nutrien tertentu yang meningkat saat ayam mengalami heat stress (lihat tabel – 20). Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi, dan menyusun pemakaian bahan baku serta feed supplement yang digunakan dalam pembuatan pakan jadi, diantaranya : Bahan baku pakan asal biji-bijian, seperti jagung, harus berkualitas standar (kadar air dibawah

15%) dengan kandungan mikotoksin, terutama aflatoksin tidak boleh lebih besar dari 20 ppb. Bungkil Kedele yang didapat harus dalam kondisi cukup matang, sehingga dapat dipastikan

faktor antitrypsin yang terkandung dalam biji kedele sudah dirusak selama proses pemanasan saat pembuatan minyak kedele (seperti aktivitas urease-nya tidak lebih dari 0.02 – 0.20).

Sumber protein ayami, harus bebas dari pencemaran Salmonella dan sudah ditreatment dengan

antioksidan yang sesuai. Tepung daging dan tulang yang diperoleh harus dianalisis kandungan kalsium dan available

phospornya sebelum dipakai, atau dalam membuat matrik kandungan nutreinnya, didasarkan pada certificate analisis yang dikeluarkan oleh produsennya.

Lemak asal ayami atau nabati dapat digunakan sebagai bahan tambahan sumber energi untuk

pakan, namun sangat penting untuk dijaga kualitasnya dengan menambahkan antioksidan yang sesuai, bila disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama sebelum dipakai.

Bila kandungan protein dari bahan baku pakan lebih rendah dari standar normalnya, matrik

kandungan asam aminonya juga harus disesuaikan (diturunkan, sesuai dengan prosentase penurunan kandungan protein dari standar normalnya).

Imbangan total protein dan asam amino essensial kaitannya dengan level energi dalam pakan,

adalah hal pertama yang perlu diperhatikan dalam menyusun formulasi pakan. Ratio/ perbandingan kandungan energi dengan crude protein (protein kasar), digunakan sebagai dasar untuk memonitor keperluan nutrien tersebut maupun yang lainnya, pada tahapan yang berbeda dari fase pertumbuhan ayam broiler.

Page 39: Manajemen Pemeliharaan Broiler

38

Untuk menghitung persentase asam amino yang dipersyaratkan harus ada dalam sediaan pakan, dapat dihitung dengan mengalikan ratio yang tercantum pada tabel – 12 dengan kandungan energi metabolisme perkilogram pakan.

Tabel – 12 : Ratio asam amino terhadap energi metabolisme per kilogram pakan

Asam Amino

Stater

Grower

Finisher

Arginin 0.42 0.38 0.30 Lysin 0.39 0.34 0.28 Methionin 0.18 0.17 0.13 Trypthopan 0.07 0.065 0.06 Histidin 0.12 0.11 0.10 Leusin 0.40 0.38 0.33 Isoleusin 0.25 0.23 0.20 Phenyl. & Tyrosin 0.46 0.38 0.32 Threonin 0.25 0.24 0.22 Valin 0.29 0.25 0.22

Gly - Serin 0.45 0.35 0.30

Rekomendasi untuk temperatur kandang 22 – 320 C. Bila kandungan Enegi Metabolisme ; 3.100 Kcal / kg, maka Methionin yang harus terkandung dalam sediaan pakan,

sebanyak : 3.100 X 0.18 / 1.000 = 0.558 Ratio/perbandingan energi dengan protein yang diberikan dalam pakan, dihitung dengan

membagi jumlah energi metabolisme dengan crude protein yang terkandung dalam pakan yang dibuat. Ratio / perbandingan energi dengan protein dalam pakan, disesuaikan dengan kebutuhan dan fase pertumbuhan dari ayam. Dengan kisaran energi metabolisme antara 3100 – 3420 Kcal/kg, berikut (tabel – 13) ratio / perbandingan energi dan protein yang direkomendasikan.

Tabel – 13 : Ratio Energi dengan Protein

Umur ( Hari)

Fase Pertumbuhan

Ratio energi / protein

1 - 21 Stater dengan kepadatan rendah 140

1 - 21 Stater 135

22 - 32 Grower 155

33 - panen Finisher 170

Page 40: Manajemen Pemeliharaan Broiler

39

Pakan Untuk Anak Ayam Pemberian pakan lebih awal pada DOC sangat membantu menstimulasi fungsi dan perkembangan dari sistem pencernaan (usus dengan vili-vilinya, hati dan pancreas). Pada keadaan ini yolk sac (kuning telur) yang ada dalam rongga perut ayam, digunakan pertama-tama untuk perkembangan sistem immune (Bursa Fabrisius) dan kardiovaskuler serta sistem gastro-intestinal. Sehingga pemberian pakan pre stater atau stater segera setelah ayam menetas, sangat baik dalam pemanfaatan yolk sac (kuning telur) untuk meningkatkan fungsi sistem tubuh yang sangat essensial, seperti untuk sistem immune dan kardiovaskuler. Pemberian pakan pre stater / stater segera setelah ayam menetas, untuk tujuan merangsang tingkat konsumsi pakan-nya, harus dibantu dengan pemberian intensitas sinar yang cukup, tempat pakan yang memadai jumlahnya, pemberian pakan sesering mungkin, yakni antara 5 – 7 kali perhari dan akses yang mudah bagi anak ayam untuk mendapatkan tempat minum. Sehingga konsumsi pakannya dapat terpenuhi sesuai dengan standar kebutuhannya. Dalam formulasi pakan untuk anak ayam, lebih diutamakan untuk memberikan pakan dengan kandungan bahan baku pakan yang mudah dicerna. Juga sangat dihindari pemakaian pakan dengan kandungan energi yang cukup tinggi, melalui penambahan lemak tak jenuh. Pemberian pakan pada anak ayam dengan kandungan energi tinggi, dimana sumber energi-nya berasal dari lemak tak jenuh, dapat menyebabkan gangguan absorpsi kalsium. Selama dua minggu pertama umur ayam, pemakaian sumber energi asal minyak nabati dibatasi tidak lebih dari 2%. Protein dan Asam Amino

Level protein

Level protein dalam pakan harus dikurangi seiring perkembangan ayam, guna mengurangi resiko memburuknya kondisi litter dan ekskresi nitrogen melalui kotoran yang dihasilkan oleh ayam. Pengaturan level protein yang ideal ada dalam sediaan pakan, akan cukup mudah untuk dilakukan, bila bahan baku pakan yang digunakan cukup banyak jenisnya. Untuk melengkapi kandungan asam amino essensialnya, dapat dilakukan dengan penambahan asam amino sintetik, seperti methionine, lysine dan threonine.

Beberapa batasan dapat digunakan untuk menentukan level protein harus terkandung dalam sediaan pakan. Penentuan level protein disesuaikan dengan umur dan ratio-nya terhadap kandungan energi metabolisme seperti tercantum pada tabel-14

Tabel – 14 : Level protein sesuai umur dan ratio-nya terhadap energi metabolisme

Umur (hari)

Level Protein

Energi Metabolisme (Kcal/Kg)

E.M / Level Protein

1 - 10 22 2.900 - 2.950 132

11 – 20 21 3.000 – 3.050 143

21 – 33 20 3.100 – 3.150 155

34 – 42 19 3.100 – 3.150 163

42 – panen 17 3.150 185

Page 41: Manajemen Pemeliharaan Broiler

40

Rekomendasi asam amino Konsepnya mendasarkan pada kebutuhan asam amino relatif yakni lysine, dimana kandungan lysine-nya ditentukan 100%. Kandungan relatif dari asam amino sulfur (S.A.A), seperti Methionin + Cystin, meningkat sesuai umur, karena protein yang terkandung dalam pakan dimana didalamnya terkandung sulfur asam amino (S.A.A), diperlukan untuk pertumbuhan bulu, yang mana pada beberapa hari pertama perkembangan ayam diperlukan 5 – 6% dan 11 – 12% pada akhir dari periode pertumbuhan. Beberapa asam amino essensial, bila didasarkan pada prosentase kandungan digestible lysine, kebutuhannya semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur ayam, sebagaimana tercantum dalam tabel berikut (tabel – 15).

Tabel – 15 : Kandungan ideal beberapa asam amino essensial disesuaikan dengan

prosentase digestible lysine (ditetapkan 100%)

Umur ( hari)

Asam Amino 1 - 14 15 - 35 35 - panen

Lysine 100 100 100

Methionine + Cystine 74 78 82

Methionine 41 43 45

Threonine 66 68 70

Tryptophan 16 17 18

Arginine 105 107 109

Valine 76 77 78

Isoleucine 66 67 68

Leucine 107 109 111 Asam amino pada ayam broiler dibutuhkan untuk keperluan sebagai berikut : 1. Pertumbuhan bulu ; untuk pertumbuhan bulu, asam amino yang paling essensial diperlukan

adalah asam amino sulfur seperti Methionine dan Cystine dan sebagian kecil Lysine. Bulu ayam mengandung sangat kaya asam amino sulfur dibandingkan dengan karkas. Ratio antara asam amino sulfur (S.A.A.) dengan Lysine adalah 0.62 : 1 untuk karkas dan 5 : 1 untuk bulu.

2. Pertambahan berat badan ; untuk pertumbuhan dan pertambahan berat badan, semua jenis

asam amino yang diperlukan sebagai komponen penyusun protein, sangat diperlukan dan harus ada dalam komposisi seimbang dalam sediaan pakan.

3. Pembentukan daging dada ; sebagai komponen penyusun protein dari jaringan tubuh, asam

amino yang lengkap dan dalam komposisi berimbang harus terkandung dalam sediaan pakan,pada ayam broiler sangat diperlukan untuk menghasilkan ukuran daging dada yang maksimal dan yang lebih penting lagi untuk memperoleh FCR serendah mungkin. Defesiensi salah satu dari asam amino, terutama terhadap sulfur asam amino, menyebabkan menurunya ukuran daging dada yang dihasilkan.

Page 42: Manajemen Pemeliharaan Broiler

41

4. Mengontrol kandungan lemak karkas ; pada ayam broiler, dimana sediaan pakan yang diberikan umumnya mengandung energi metabolisme dan lemak yang cukup tinggi, sehingga dapat berpengaruh pada tingginya kandungan lemak pada karkas yang dihasilkan. Untuk mengimbangi kandungan lemak dan kandungan energi metabolisme yang cukup tinggi ada dalam pakan serta mencegah terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan / karkas yang akan dihasilkan, sangat diperlukan adanya berbagai asam amino dengan kandungan yang cukup tinggi dan dalam keadaan berimbang ada dalam sediaan pakan.

Level Energi Pakan

Level energi pakan yang diperlukan oleh ayam broiler, baik untuk keperluan metabolisme maupun pertumbuhan, tergantung dari tahapan umur atau periode pertumbuhan ayam itu sendiri. Energi yang diperlukan oleh ayam dan harus tersedia dalam pakan, kandungannya dalam sediaan pakan harus disesuaikan dengan level protein dan asam amino. Pakan dengan level energi yang cukup tinggi, memerlukan level asam amino yang juga tinggi, hal ini diperlukan untuk mengontrol kandungan lemak tubuh dan kualitas karkas (tabel – 16 dan 17). Tabel – 16 : Kandungan asam amino pada berbagai level energi metabolisme untuk ayam periode stater dan grower

Energi Metabolisme (Kcal/Kg)

Asam Amino (% per diet)

2,900 3,000 3,100 3,200 Lysine 1.08 1.12 1.16 1.20 Methionine 0.50 0.51 0.53 0.55 Methionine + Cystine 0.83 0.86 0.89 0.92 Threonine 0.70 0.73 0.75 0.78 Tryptophan 0.20 0.21 0.22 0.23 Arginine 1.19 1.23 1.27 1.31 Glycine + Serine 1.60 1.65 1.71 1.76 Histidine 0.44 0.45 0.47 0.48 Isoleucine 0.81 0.84 0.87 0.90 Leucine 1.51 1.56 1.61 1.66 Phenylalanine 0.75 0.78 0.81 0.83 Phenylalanine + Tyrosine 1.39 1.44 1.49 1.54 Valine 0.90 0.93 0.96 0.99

Mineral (% per diet) Calsium 0.90 0.94 0.97 1.00 Total Phospor 0.65 0.66 0.68 0.70 Available Phospor 0.40 0.42 0.44 0.45 Sodium 0.16 0.16 0.16 0.16 Chloride 0.14 0.14 0.14 0.14

Page 43: Manajemen Pemeliharaan Broiler

42

Tabel – 17 : Kandungan asam amino pada berbagai level energi metabolisme untuk ayam periode finisher

Energi Metabolisme (Kcal/Kg)

Asam Amino (% per diet)

2,900 3,000 3,100 3,200 Lysine 0.91 0.94 0.97 1.00 Methionine 0.38 0.40 0.41 0.42 Methionine + Cystine 0.72 0.74 0.77 0.79 Threonine 0.61 0.64 0.66 0.68 Tryptophan 0.18 0.19 0.19 0.20 Arginine 0.93 0.96 1.00 1.03 Glycine + Serine 1.04 1.08 1.12 1.15 Histidine 0.38 0.39 0.40 0.42 Isoleucine 0.67 0.69 0.71 0.74 Leucine 1.25 1.29 1.33 1.38 Phenylalanine 0.75 0.66 0.68 0.70 Phenylalanine + Tyrosine 1.18 1.23 1.27 1.31 Valine 0.78 0.81 0.84 0.86

Mineral (% per diet) Calsium 0.80 0.84 0.87 0.90 Total Phospor 0.60 0.62 0.64 0.65 Available Phospor 0.35 0.37 0.39 0.40 Sodium 0.16 0.16 0.16 0.16 Chloride 0.14 0.14 0.14 0.14 Bentuk dari sediaan pakan mempengaruhi level energi yang dapat dikonsumsi dan dicerna oleh ayam. Hal ini dapat terjadi karena bentuk dari sediaan pakan, dapat mempengaruhi tingkat konsumsi dan digestibility dari pakan.

Konsumsi Pakan

Tingkat konsumsi dan kecepatan mencerna pakan berhubungan langsung dengan bentuk pakan. Hasil terbaik agar pakan dapat dikonsumsi dalam jumlah yang cukup dan dapat dicerna dengan baik, sehingga ketersediaan energi yang dibutuhkan dapat terpenuhi, sebaiknya pakan untuk broiler dibuat dalam bentuk pellet. Namun demikian, level energi yang terkandung dalam sediaan pakan dapat mempengaruhi kualitas dari pellet. Pakan dengan kualitas pellet cukup baik akan dihasilkan, bila kandungan sumber energi asal lemak yang ada dalam sediaan pakan cukup rendah. Pakan dengan kandungan level energi yang tinggi, terlebih lagi cukup tinggi kandungan lemaknya, bila sediaan pakan tersebut dibuat dalam bentuk pellet, akan dihasilkan pakan dengan kualitas pellet yang rendah. Pakan dalam bentuk pellet dapat membantu ayam untuk mengkonsumsi pakan sesuai kebutuhan dibandingkan dengan pakan dalam bentuk “mash”, dimana ayam cukup sulit untuk mengkonsumsi pakannya. Energi yang terpakai untuk aktivitas mengkonsumsi pakan lebih tinggi untuk mengkonsumsi pakan bentuk “mash” dibandingkan dengan pakan bentuk pellet.

Page 44: Manajemen Pemeliharaan Broiler

43

Digestibility Pakan

Digestibility (kemampuan mencerna) pakan kaitannya dengan level energi yang dapat dicerna oleh ayam, sangat bergantung pada ukuran partikel mash dan karakteristik dari jenis bahan baku pakan yang dipergunakan. Digestibility yang optimal dari komponen nutrien yang terdapat dalam pakan oleh usus, akan meningkatkan pula penyerapan energi yang dibutuhkan oleh ayam.

Pakan dimana sumber energi-nya dari jagung, digestibility-nya tidak dibedakan berdasarkan ukuran partikel dari bahan baku pakan tersebut dalam sediaan pakan, akan tetapi dibedakan berdasarkan kemampuan proventrikulus dan gizzard dalam memecah komponen pakan tersebut, untuk memudahkan penyerapan nutriennya oleh usus. Pada ayam fase stater karena ukuran proventrikulus dan gizzardnya masih kecil, maka ukuran partikel jagungnya, dibuat lebih halus dibandingkan untuk ayam fase grower atau finisher.

Pakan yang dibuat menggunakan biji-bijian yang cukup tinggi kandungan non-amylase polysakaridanya (N.A.P) dan atau dengan kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, agar digestibility-nya dapat lebih ditingkatkan, disamping ukuran partikel pakannya yang diperbesar, juga akan lebih baik lagi bila ditambahkan ensim dalam sediaan pakannya. Dengan ukuran yang lebih besar dapat membantu meningkatkan transit gut time (waktu henti pakan dalam usus) antara 1 – 3 jam dalam usus dan dengan penambahan ensim (sellulase, xylanase, glucanase dan phytase) dapat mengoptimalkan digestibility komponen pakan yang sulit dicerna oleh usus. Evaluasi Konsumsi Pakan dan Konversi Pakan Agar ayam yang dipelihara dapat menghasilkan performace yang baik sesuai dengan yang diharapkan, evaluasi terhadap tingkat konsumsi pakan dan konversi pakannya sangat penting untuk dilakukan, dengan demikian dapat diketahui sejauh mana kualitas pakan yang sudah diberikan dan juga status kesehatan ayamnya. Bila konsumsi pakan ayam tidak mencapai jumlah standar sedang status kesehatan ayam dalam keadaan baik, maka perlu dilakukan upaya bagaimana agar ayam mampu mengkonsumsi pakan sesuai dengan standarnya, misalnya; dengan menambahkan jumlah tempat pakan, mengurangi tingkat kepadatan ayam dalam kandang, menstimulasi nafsu makan ayam dengan pemberian multivitamin, atau menambahkan intensitas penyinaran diatas tempat pakannya, dan menambah frekuensi pemberian pakan pada saat cuaca panas, terutama pemberian pakan tambahan pada malam harinya. Tabel – 18 : Tingkat konsumsi dan konversi pakan standar pada ayam broiler

Konsumsi Pakan (gram) Konversi Pakan Umur (minggu)

Berat Badan (gram)

Pertambahan beratperminggu (gram) Mingguan Kumulatif Mingguan Kumulatif

1 175 135 149 149 1.10 0.85

2 440 265 322 471 1.22 1.07

3 795 355 515 986 1.45 1.24

4 1250 455 764 1750 1.68 1.40

5 1170 520 1011 2761 1.94 1.56

6 2355 585 1313 4074 2.24 1.73

7 2940 585 1512 5586 2.58 1.90

Page 45: Manajemen Pemeliharaan Broiler

44

Pakan dan kualitasnya Pakan untuk ayam broiler, umumnya dibuat oleh pabrik pakan dalam bentuk crumble atau pellet dengan kandungan nutrisi yang sudah memadai sesuai standar kebutuhannya. Secara kualitas pakan yang dibuat oleh pabrik pakan, sudah mengandung nutrisi yang lengkap sesuai kebutuhan ayam broiler untuk mendukung kecepatan pertumbuhan dan produksi karkas yang berkualitas. Pentingnya arti pakan pada peternakan ayam, terlebih pada ayam broiler yang diharapkan cepat tumbuh dengan tingkat keseragaman tinggi, menuntut adanya perlakuan khusus untuk memastikan agar pakan yang akan diberikan, kualitasnya dalam kondisi tetap baik masuk kedalam tubuh ayam. Prinsipnya agar pakan yang diberikan dapat mendukung pertumbuhan dan produktivitas ayam, maka pakan yang telah dibuat dengan kualitas baik di pabriknya, harus tetap sama baiknya dapat dimakan oleh ayam. Oleh karena itu, sangat penting untuk diperhatikan cara penanganan, terutama dalam hal penyimpanan dan pemberian pakan itu sendiri. Cara penyimpanan pakan yang kurang baik, disimpan dalam gudang yang lembab dan kotor, akan menyebabkan menurunnya kualitas pakan. Dalam hal cara pemberian pakan, dimana pakan yang diberikan kurang tepat jumlah maupun frekuensi pemberiannya, akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas pakan yang dapat dikonsumsi oleh ayam. Sebagai contohnya ; pada pemeliharaan anak ayam dengan sistem konvensional, dimana untuk tempat pakannya menggunakan chick feeder tray atau box bekas DOC, bila kedalam tempat pakan tersebut diisikan pakan secara sekaligus dalam jumlah banyak, dimana peternak tidak mau direpotkan dengan pemberian pakan yang cukup sering (minimal 5 – 6 kali sehari), dengan tingkat konsumsi pakan dari anak ayam yang masih sangat terbatas, dan sebagian besar ayam naik diatas tempat pakan saat mengkonsumsi pakannya, menyebabkan cukup banyak pakan yang tercecer/tumpah, dan pada pakan yang tersisa seringkali bercampur dengan kotoran ayam, sehingga pakan tidak lagi dalam keadaan segar dan kualitasnya cenderung menurun. Kondisi ini akan mengakibatkan berkurangnya kandungan nutrisi pakan, dan berkurangnya tingkat konsumsi pakan, yang akan berdampak pada rendahnya tingkat pertumbuhan dan keseragaman ayam.

Penyimpanan dan cara pemberian pakan Untuk memastikan agar pakan yang diberikan selalu dalam keadaan segar dan terjaga kualitasnya, maka sangat penting untuk diperhatikan dalam penyimpanan dan pengaturan cara pemberian pakannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam hal penyimpanan dan cara pemberian pakan : Pakan disimpan dalam gudang yang aman dari jangkauan rodensia dan burung liar serta kondisi

gudang tidak lembab (kelembaban tidak lebih dari 70% RH). Pengeluaran pakan dari gudang diatur dengan sistem first in - first out, sehingga pakan yang

diberikan untuk ayam selalu dalam keadaan segar. Pada ayam fase stater ( 1 – 14 hari) berikan pakan sebanyak 5 – 6 kali sehari, dan jangan

mencampurkan pakan yang tersisa dengan pakan baru. Setiap pemberian pakan yang baru, upayakan tempat pakan selalu dalam keadaan bersih.

Pemberian pakan ayam fase grower – finisher dilakukan sebanyak minimum 3 kali sehari. Atur

jumlah pakan yang diberikan untuk setiap kali pemberian, sehingga tidak ada atau sangat sedikit pakan yang tersisa saat dilakukan penambahan berikutnya.

Page 46: Manajemen Pemeliharaan Broiler

45

Pakan kaitannya dengan kualitas litter Pakan dengan kandungan nutrien yang tidak seimbang, tidak saja berdampak kurang baik terhadap pertumbuhan dan kesehatan ayam, akan tetapi dapat berdampak kurang baik juga terhadap kualitas litter. Dengan kualitas litter yang kurang baik karena faktor pakan, dapat berdampak pada kesehatan dan performance ayam secara keseluruhan. Ada beberapa faktor dari pakan yang dapat mempengaruhi kualitas litter, yang mana berpengaruh juga terhadap peningkatan konsumsi air minum, dan atau peningkatan peristaltik usus (gerakan usus) dalam mencerna pakan, serta menggangu keseimbangan mikroflora usus. Dengan adanya peningkatan konsumsi air minum dan atau persitaltik usus serta gangguan keseimbangan mikroflora usus, memicu terjadinya diare pada ayam, sehingga mempengaruhi kualitas litter. Beberapa faktor tersebut diantaranya : Faktor yang dapat meningkatkan viskositas usus :

o Bahan baku pakan dengan kandungan non-amylase polysakaridanya (N.A.P) yang cukup

tinggi. o Kandungan lemak yang cukup tinggi dalam pakan, terutama karena pemakaian yang cukup

berlebihan (lebih dari 4%) lemak tak jenuh, baik asal nabati maupun ayami. o Partikel pakan, terutama gilingan bagan baku asal biji-bijian atau ukuran pellet yang cukup

besar. Faktor bahan baku / perubahan formula :

o Kandungan tapioka yang cukup banyak, lebih dari 5% ada dalam pakan. o Pemakaian sumber protein asal nabati yang cukup berlebihan o Kualitas lemak, baik asal nabati maupun ayami yang digunakan dalam campuran pakan. o Pemberian growth promotor yang berkepanjangan, dapat menggangu keseimbangan

mikroflora usus. o Pemakaian obat antikoksi yang tidak tepat dosis (over dosis)

Faktor keseimbangan mineral dalam pakan :

o Kelebihan kandungan Potasium, yang mana kandungan normalnya K < 0.8%) o Kelebihan kandungan Sodium, yang mana kandungan normalnya 15 < Na < 18) o Kelebihan kandungan Garam (cloride) dimana kandungan normalnya 15 < Cl < 20

Potasium ( K ) dan Sodium (Na) adalah faktor yang sangat penting berkaitan dengan terjadinya peningkatan konsumsi minum pada ayam. Kandungan garam (cloride) pada kondisi yang kurang baik (kelembaban, kualitas bahan baku asal biji-bijian) harus dibatasi sampai 0.20%. Pemakaian Sodium bikarbonat antara 0.05 sampai 0.10% cukup membantu.

Pakan dan kualitas karkas Pakan dengan kualitas dibawah standar, terutama untuk pakan grower dan finisher dapat berpengaruh terhadap kualitas karkas dari ayam broiler. Beberapa faktor dari pakan yang punya pengaruh dominan terhadap kualitas karkas, diantaranya :

Page 47: Manajemen Pemeliharaan Broiler

46

Pengaruh energi

Peningkatan kandungan energi dalam pakan yang diberikan pada ayam, secara langsung juga meningkatkan kandungan lemak tubuh. Peningkatan kandungan energi sebanyak 100 Kcal/ kg pakan, akan meningkatkan kandungan lemak antara 0.5 – 0.6% dan digunakan sebagai lemak perut (abdominal fat) kurang lebih 0.15%, yang mana akan menurunkan hasil karkas secara keseluruhan sebesar 0.1 – 0.15%. Namun demikian kualitas karkas pada bagian dada tidak banyak terpengaruh oleh adanya peningkatan jumlah energi dalam pakan.

Pengaruh lemak

Penambahan lemak, baik asal nabati maupun ayami kedalam pakan, untuk tujuan meningkatkan kandungan energi metabolisme dalam sediaan pakan, dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kandungan lemak tubuh, oleh karena energi produktif dari lemak yang cukup tinggi. Adanya efek positif dari digestibility terhadap lemak jenuh dan lemak tak jenuh, yang mana kedua-duanya ditambahkan kedalam sediaan pakan, dan terlebih lagi karena didukung ketidak seimbangan antara protein dengan energi dalam sediaan pakan, dapat memicu terjadinya penimbunan lemak yang cukup berlebihan dalam jaringan tubuh.

Pengaruh dari penambahan lemak (minyak nabati maupun ayami) yang cukup tinggi, lebih dari 2% ada dalam pakan, disamping mempengaruhi kualitas karkas, juga dapat mengurangi kualitas pellet dari pakan yang dihasilkan.

Tabel – 19 : Kualitas karkas kaitannya dengan kandungan energi & bentuk pakan

Energi Metabolisme (Kcal / kg)

Bentuk Pakan

% Lemak Tubuh

% Lemak Perut

Mash 12.2 1.5 2.95 (2.5% lemak)

Pellet 13.0 1.9

Mash 14.7 1.9 3200 (7.3% MG & + 9% M.E.)

Pellet 14.8 2.1 Nir, 1999

Penambahan jenis lemak tidak jenuh (unsaturated fat) pada pakan grower/finisher menyebabkan karkas yang dihasilkan nampak lebih berminyak, dengan demikian dengan tanpa perlakuan khusus (cool storage), waktu penyimpanan karkas jadi lebih singkat, yang kemungkinan disebabkan oleh terjadinya proses oksidasi dan ketengikan pada karkas tersebut.

Penambahan asam linoleat dalam pakan dengan kandungan lemak cukup tinggi, sangat membantu untuk mengurangi kandungan lemak karkas. Level maksimum dari kandungan asam linoleat adalah 30% dan 25% dari kandungan lemak pada pakan ayam broiler untuk grower dan finisher. Pengaruh protein

Peningkatan protein sebanyak 1% akan mengurangi kandungan lemak dalam karkas sampai 0.5% dan mengurangi kandungan lemak perut (abdominal fat) antara 0.1 sampai 0.15% dan sebagai akibatnya dapat meningkatkan hasil karkas secara keseluruhan sebanyak 0.1 sampai 0.15%.

Page 48: Manajemen Pemeliharaan Broiler

47

Pakan dan problem kelumpuhan Sejumlah defesiensi atau rendahnya kandungan trace mineral dan vitamin dapat menjadi penyebab terjadinya kelainan pada tendon dan deformasi tulang. Beberapa trace mineral dan vitamin tersebut, diantaranya ; Se, Zn, Mn, Cu, vitamin D3, choline, biotin, niacin, pyridoxine, pantothenic acid, dan folic acid). Semua jenis trace mineral dan vitamin tersebut hanya sebagai reference, bila terjadi kelainan pada tendon, sendi dan deformasi tulang, bisa jadi karena defesiensi dari salah satu atau beberapa trace mineral atau vitamin tersebut. Imbangan kalsium dan phospor

Banyak studi menunjukan bahwa ketidak seimbangan antara kalsium dan phospor, baik yang tersedia dalam pakan maupun karena digestibility yang berbeda dari salah satunya, merupakan faktor utama terjadinya kelumpuhan (tibia dyschondroplasia) pada ayam broiler. Dalam menyusun formulasi pakan, untuk menentukan imbangan antara kalsium dan phospor yang ideal, yang paling terpenting diperhatikan dari phospor adalah kandungan available phospornya. Problem yang sering terjadi berkaitan dengan adanya ketidak seimbangan kandungan, antara kalsium dan available phospor yang dapat dicerna oleh ayam, karena adanya penambahan ensim tertentu dalam pakan yang dapat meningkatkan digestibility dari available phospor. Sehingga dalam menyusun formulasi pakan, berkaitan dengan mengatur keseimbangan kandungan kalsium dan available phospor, efektifitas dari ensim yang ditambahkan dalam pakan, terhadap ketersediaan available phospor yang dapat dicerna oleh ayam, sangat penting untuk diperhitungkan.

Interaksi antara lemak dan kalsium

Pemakaian minyak, terutama minyak asal ayami yang mengandung asam lemak jenuh, seperti ; stearic dan palmitic acid, dapat menjadi penyebab gangguan formasi kalsium pada tulang (formation of soaps), hal ini diakibatkan karena rendahnya kemampuan anak ayam mencerna asam lemak jenuh tersebut, sehingga berpengaruh pada penyerapan kalsium oleh dinding usus. Untuk mencegah terjadinya gangguan penyerapan kalsium oleh adanya asam lemak yang tidak dapat dicerna oleh anak ayam, maka pada pakan stater sangat dibatasi pemakaian minyak sebagai sumber energi dan lemak, dimana pemakaiannya maksimal 2% dan hanya dengan minyak asal nabati, seperti dengan minyak kelapa atau cpo-nya dan minyak kedele.

Imbangan antara Na + K - Cl

Gangguan keseimbangan antara Na + K – Cl, terutama karena adanya kelebihan kandungan chloride dapat meningkatkan terjadinya tibial dyschodroplasia. Level dari chloride yang dapat diterima dalam pakan atara 0.15 sampai 0.20%, dengan kandungan Sodium antara 0.15 – 18% dan Potasium < 0.8%.

Faktor toksisitas

Kebanyakan intoksikasi disebabkan oleh mikotoksin yang bersumber dari pakan. Mikotoksin (aflatoksin, okratoksin, trikotesen group…) dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang. Juga karena kelebihan dari fluoride, yang mana dapat meningkatkan penyerapan phospor, sehingga berdampak pada formasi tulang.

Page 49: Manajemen Pemeliharaan Broiler

48

Nutrisi Pakan Saat Cuaca Panas Pada peternakan ayam broiler dengan kandang sistem terbuka, secara umum tingkat konsumsi pakannya dapat juga dipengaruhi oleh adanya perubahan temperatur dalam lingkungan kandang. Perubahan temperatur dalam lingkungan kandang tidak terlepas oleh adanya perubahan cuaca atau iklim secara umum. Pengaruh kurang baik dari peningkatan temperatur yang diakibatkan oleh cuaca panas, terkait dengan penurunan tingkat konsumsi pakan, diperlukan adanya penyesuaian kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan dan daya konsumsi pakan ayam broiler saat kondisi cuaca panas (lihat tabel – 19 : rekomendasi spesifikasi nutrisi untuk cuaca panas).

Reaksi terhadap peningkatan temperatur Pada kondisi iklim / cuaca panas, dimana terjadi perubahan temperatur lingkungan menjadi cukup tinggi, akan mempengaruhi peningkatan temperatur dalam kandang, sehingga secara tidak langsung dapat berpengaruh pada menurunnya tingkat konsumsi pakan. Ayam akan lebih banyak menggunakan cadangan nutrisi dan cairan tubuh untuk menjaga temperatur tubuhnya, dengan cara bernafas lebih cepat dan mengeluarkan uap air dari dalam tubuh dengan cara “panting” (membuka paruh), sehingga mengorbankan berat badan, perkembangan otot dan meningkatnya ratio konversi pakan. Diagram - 5 : Pengaruh perubahan temperatur terhadap performance ayam broiler jantan dari umur 4 – 6 minggu

Perlakuan Pakan dan Temperatur Dalam Kandang Faktor

220C (ad libitum) 220C (pembatasan) 320C (ad libitum)

Konsumsi pakan (gr/hari) 154.9 (-34%) 117.4 118.3

Pertumbuhan (gr) 111.5 (-24%) 845 (-22%) 659

F.C.R. 2.06 2.19 (+30%) 2.85 Ceraert et al, 1996

Dari experimen yang dilakukan oleh Cereart et al tahun 1996 diatas, sangat baik ditunjukan adanya efek yang nyata dari perubahan temperatur terhadap performance ayam broiler jantan yang dipelihara dari umur 4 – 6 minggu. Dengan konsumsi pakan yang hampir sama antara kelompok ayam yang dipelihara pada kandang temperatur 220C (pembatasan pakan) dengan kelompok ayam yang diberikan pakan secara ad libitum namun dipelihara pada kandang dengan temperatur 320C, dimana terjadi perbedaan temperatur sampai 100C, terjadi penurunan rata-rata pertambahan berat badan sebesar 22% dan FCR mengali peningkatan sebanyak 30%. Dapat ditarik satu kesimpulan bahwa adanya peningkatan temperatur lingkungan dalam kandang, terutama saat cuaca panas, menyebabkan : • Kandang dengan temperatur diatas 200C, akan terjadi penurunan konsumsi pakan 1.5 – 2.5%

setiap peningkatan temperatur 10C dan diikuti dengan peningkatan konsumsi air minum.

Page 50: Manajemen Pemeliharaan Broiler

49

• Melambatnya pertambahan berat badan dan meningkatnya ratio konversi pakan. • Meningkatnya frekuensi pernafasan yang disertai “panting” uap air + gas karbonik (HCO3)

resiko pernafasan jadi alkalosis dan meningkatnya pH darah. pH darah yang meningkat dapat mempengaruhi produksi titer antibodi dari hasil vaksinasi.

• Menekan perkembangan otot (seringkali bila ayam dipotong ototnya nampak pucat) dan

kandungan lemak karkas meningkat (seringkali dalam bentuk lemak jenuh). • Ayam jantan lebih sensitif dibandingkan dengan ayam betina, sehingga pada kondisi heat stress

seringkali kematian mendadak terjadi pada ayam jantan yang tergolong sehat.

Pakan dan nutrisi yang sesuai untuk ayam broiler saat cuaca panas

Pemberian pakan bentuk pellet atau crumble sangat baik dan membantu mengurangi waktu ayam untuk makan dan juga mengurangi konsumsi energi untuk mencerna pakan. Sehingga dengan tingkat konsumsi pakan yang sedikit berkurang akibat peningkatan temperatur dalam kandang, tidak mengurangi jumlah energi yang diperoleh ayam. Pakan dengan kandungan serat kasar dan non-amylase polysakaridanya (N.A.P) yang cukup tinggi, menyebabkan konsumsi energi dan produksi panas tubuh ayam jadi meningkat. Oleh sebab itu, pada kondisi cuaca panas, dimana tingkat konsumsi pakan ayam berkurang, pemilihan bahan baku pakan yang mudah dicerna untuk membuat pakan, akan sangat membantu mengurangi jumlah energi yang dibutuhkan ayam untuk mencerna pakan. Dari segi pakan dan cara pemberiannya, beberapa hal dapat dilakukan untuk menjaga terpenuhinya kebutuhan nutrisi untuk ayam broiler saat cuaca panas, diantaranya : • Level energi : energi metabolisme yang terkandung dalam pakan perlu ditingkatkan,

disesuaikan dengan prosentase penurunan konsumsi pakan, salah satunya dengan meningkatkan pemakaian jagung dan mengurangi kandungan serat kasar dalam pakan. Karbohidrat sebagai salah satu sumber energi yang terdapat pada jagung sangat mudah untuk dicerna oleh ayam dibandingkan dengan karbohidrat yang terdapat pada gandum dan barley. Dapat digunakan ensim untuk meningkatkan digestibility dari pakan yang menggunakan gandum atau barley sebagai sumber energi, namun efektifitas ensim akan berkurang bila dalam campuran pakan tersebut menggunakan juga lemak jenuh. Peningkatan level energi pakan menggunakan lemak (minyak nabati maupun ayami), tidak memberikan hasil yang baik, karena dapat menyebabkan kegemukan dan perlemakan pada jantung dan hati. Kondisi ini tidak baik untuk ayam broiler jantan yang sangat mudah mengalami heat stress karena cuaca panas.

• Level protein : dari informasi aktual lapangan, dinyatakan bahwa peningkatan kandungan protein dalam pakan pada cuaca panas, terbukti mampu meningkatkan performance ayam broiler. Peningkatan kandungan protein saja tidak cukup tanpa dibarengi dengan peningkatan kandungan asam amino digestible.

Pada kondisi cuaca panas, pakan yang diberikan pada ayam akan sangat baik bila sumber protein dapat dipilih dari bahan baku pakan yang mudah dicerna dan mengandung asam amino yang relatif seimbang. Keseimbangan asam amino yang terkandung dalam pakan harus dimodifikasi, terutama Lysine dan Arginine harus ditingkatkan kandungannya antara 10 – 15%, untuk mendukung kesehatan dan liveability (daya hidup) ayam selama cuaca panas.

Page 51: Manajemen Pemeliharaan Broiler

50

• Level mineral : untuk tetap menjaga dan mempertahankan tingkat performance ayam dan

menekan tingkat kematian oleh sebab terjadinya respiratory alkalosis, saat ayam dalam kondisi heat stress karena cuaca panas, dapat dilakukan dengan meningkatkan kandungan sodium bikarbonat pakan sebanyak 0.5%.

• Stimulasi konsumsi pakan : pakan diberikan dalam jumlah yang cukup dan sesering mungkin

dan tempat pakan dipasang dengan jumlah memadai serta didistribusikan secara merata dalam kandang. Ratio tempat pakan dengan jumlah ayam : 1 pan / 30 – 40 ekor atau 4 – 5 cm lari / ekor (untuk chain feeder).

Untuk mengurangi efek negatif dari peningkatan temperatur tubuh karena proses pencernaan pakan, selama kondisi cuaca panas, akan sangat baik untuk dihindari pemberian pakan pada saat siang hari (antara pukul 11.00 – 14.00). Sebagai kompensasinya pemberian pakan tambahan akan sangat baik diberikan saat malam hari, dengan diikuti peningkatan intensitas penyinaran diatas tempat pakan.

Page 52: Manajemen Pemeliharaan Broiler

51

Tabel – 20 : Rekomendasi spesifik kebutuhan nutrisi ayam broiler pada cuaca panas

unit pre stater stater grower finisher Periode pemakaian hari 1 - 10 11 - 20 21 - 34 35 - 42 Konsumsi/ekor gram 250 800 1700 1300 Energi metabolisme Kcal/kg) 2.900 - 2.950 3.000 - 3.050 3.050 - 3.100 3.100 - 3.150 Crude protein % 22 - 23 21 - 23 20 - 22 19 - 21 Total lemak % 4 5 6 7

Asam linoleat dari total lemak % > 80 > 70 < 50 < 30

Asam amino (crude/digestible) Lysine % 1.30/1.10 1.25/1.06 1.15/0.98 1.05/0.90 Methionine % 0.55/0.49 0.52/0.45 0.49/0.42 0.47/0.40 Methionine + Cystine % 0.96/0.84 0.93/0.81 0.90/0.78 0.86/0.74 Threonine % 0.86/0.73 0.83/0.70 0.78/0.67 0.74/0.63 Tryptophan % 0.23/0.20 0.22/0.19 0.21/0.18 0.19/0.17 Arginine % 1.40/1.23 1.30/1.14 1.30/1.14 1.30/1.14

Mineral Kalsium % 1 - 1.05 1 - 1.05 0.95 - 1.00 0.90 - 0.95 Available phospor % 0.5 0.45 0.43 0.4 Sodium % 0.16 - 0.18 0.16 - 0.18 0.16 - 0.18 0.16 - 0.18 Chloride % 0.18 - 0.22 0.18 - 0.22 0.18 - 0.22 0.18 - 0.22 Potasium % 0.85 0.80 0.80 0.80

Trace mineral (ditambahkan/kg) Zinc mg 80 80 Copper mg 10 10 Iron mg 60 60 Manganese mg 80 80 Iodine mg 1 1 Selenium mg 0.2 0.2

Vitamin (ditambahkan/ kg) Vit. A I.U 15.000 12.500 10.000 Vit. D I.U 3.000 2.500 2.000 Vit. E (*) mg 50 - 100 30 - 100 30 - 100 Vit. K mg 3 2 2 Vit. B1 mg 3 2 2 Vit.B2 mg 8 6 6 Pantothenic acid mg 15 10 10 Vit. B6 mg 4 3 3 Niacin mg 60 40 40 Folic acid mg 1.5 1 1 Vit. B12 mg 0.02 0.01 0.01 Vit. C mg 200 200 200 Biotin mg 0.2 0.1 0.1 Choline (chloride) (***) mg (700) (600) (600) Total Choline (**) mg 1.800 1.600 1.400

(*) : dosis yang cukup tinggi terkandung dalam pakan meningkatkan kekebalan dan daya hidup dari ayam broiler (**) : Untuk Choline, dimasukan juga yang terkandung dalam bahan baku pakan yang dipergunakan (***) : Nilai yang digunakan bila kandungan dalam bahan baku pakan diabaikan.

Page 53: Manajemen Pemeliharaan Broiler

52

6. MANAJEMEN AIR

Tujuannya untuk memastikan agar air yang diberikan pada ayam, jumlahnya dapat terpenuhi sesuai kebutuhan dan dalam keadaan bersih serta bebas dari cemaran kuman patogen. Air merupakan komponen terpenting dan terbesar dari tubuh ayam. Dimana 70% dari total berat badan terdiri dari air. Kurangnya konsumsi air menyebabkan pula menurunkan tingkat konsumsi pakan dan pertumbuhan ayam broiler. Bila ketersediaan air saat cuaca panas sangat terbatas, akan mempercepat proses kematian dari ayam broiler. Kualitas air minum • Disamping diberikan dalam jumlah yang tidak dibatasi, dari segi kualitas, air yang diberikan pada

ayam harus selalu dalam keadaan bersih, bebas dari kandungan logam berat dan kuman patogen serta mempunyai pH ; 6.5 – 7.2, dengan temperatur 10 – 120C.

• Air minum yang diberikan pada ayam harus diperiksa secara rutin terhadap adanya perubahan pH, kandungan logam berat dan cemaran kuman patogen, terutama untuk memastikan air minum bebas dari coliform. Standar kandungan cemaran logam berat dan total bakteri serta coliform yang dapat diterima ada dalam air minum untuk ayam (lihat tabel-21).

• Pada saat cuaca panas, pipa dan saluran air minum harus diflushing secara kontinyu dan pastikan air yang diberikan dalam keadaan dingin (akan sangat baik bila temperatur air dapat dipertahankan 10 – 120C).

• Air minum yang kualitasnya kurang baik harus ditreatmen terlebih dahulu sebelum diberikan pada ayam. Treatmen air minum dapat menggunakan klorin (KLORMAN SISTEM) dengan konsentrasi klorin antara 1 – 3 ppm (ketika ditest pada tempat minum ayam).

Tabel – 21 : Standar kualitas air minum yang dapat diterima untuk ayam

Logam berat/Bakteri Level Maksimum Catatan

Total Bakteri 100 / ml Sangat baik dan layaknya : 0 / ml

Coliform 50 / ml Sangat baik dan layaknya : 0 / ml

Nitrat 25 mg / liter Levelnya mulai dari 3 – 20 mg/liter sudah dpt mempengaruhi performance ayam

Nitrit 4 mg / liter

pH 6.5 – 7.2 pH dibawah 6.0 dapat berpengaruh pada kelarutan obat dan dapat menurunkan performance ayam

Total hardness 180 Level dibawah 60 tergolong rendah dan level diatas 180 tergolong tinggi

Chloride 250 mg / liter Level 14 mg / liter akan merugikan bila level Sodium lebih dari 50 mg / liter

Copper 0.06 mg / liter Kadar yang tinggi dapat menimbulkan rasa pahit

Iron 0.3 mg / liter Kadar yang tinggi menimbulkan bau / rasa yang kurang baik

Lead 0.02 mg / liter Kadar yang tinggi dapat menimbulkan keracunan

Magnesium 125 mg / liter Kadar tinggi dapat menimbulkan diare

Sodium 50 mg / liter Level dibawah 50 mg/liter dapat mempengaruhi performance ayam, bila level Sulfate dan Chloride-nya tinggi

Sulfate 250 mg / liter Kadar tinggi dapat menimbulkan diare

Zinc 1.50 mg / liter Kadar yang tinggi dapat menimbulkan keracunan

Page 54: Manajemen Pemeliharaan Broiler

53

Pencucian tempat minum Untuk memastikan agar air minum yang diberikan pada ayam selalu dalam keadaan bersih dan bebas dari cemaran kuman patogen, tempat minum atau sistem instalasi airnya, harus senantiasa dijaga kebersihan dan di kontrol kelayakan fungsinya.

Tempat minum model font, round dan paralon.

Tempat minum model diatas seringkali dikotori oleh sisa pakan atau debu dan kotoran yang berasal dari litter, yang mana semuanya merupakan sumber kontaminan dari air yang bersih untuk ayam. Untuk menekan dan mencegah perkembangan kuman pada tempat minum yang terkontaminasi sisa pakan maupun debu serta kotoran ayam yang berasal dari litter, tempat minum tersebut harus senantiasa dibersihkan minimum 1 kali sehari. Pada kondisi cuaca panas, tempat minum harus dibersihkan dan didesinfeksi setidaknya 2 kali sehari. Kedalaman air pada tempat minum diatur sampai 15 mm.

Sistem nipple Tekanan air yang masuk dalam sistem nipple juga harus selalu dichek, apakah semua nipple berfungsi baik, sehingga semua ayam dapat minum dengan leluasa. Pada kondisi cuaca panas, tekanan air yang masuk kedalam sistem nipple agar ditingkatkan, agar apabila banyak ayam yang minum pada saat bersamaan, kelompok ayam yang ada pada paling ujung dari sistem nipple tersebut, masih bisa mendapatkan air yang cukup sesuai kebutuhannya. Lakukan flushing saluran air minum sistem nipple secara berkala, setidaknya setiap satu bulan sekali. Flushing dapat dilakukan dengan cara klorinasi pekat, dengan dosis klorin : 100 – 200 ppm. Sesuaikan dosis klorin yang dipakai dengan daya tahan nipple terhadap konsentrasi klorin, agar tidak sampai menyebabkan kerusakan pada nipple.

Khusus untuk pemberian vitamin, antibiotika jangka waktu cukup lama, dan juga setelah pemberian vaksin yang dicampur bersamaan dengan skim susu, sistem nipple harus diflushing segera setelah selesai pemberian vitamin, antibiotika atau skim susu tersebut. Bila terjadi penyumbatan pada nipple yang disebabkan oleh endapan yang ditimbulkan oleh sisa vitamin, antibiotika jenis tertentu dan oleh skim susu, menyebabkan suplai air minum untuk ayam jadi terganggu. Adannya sedimen/endapan yang dihasilkan dari sisa vitamin atau skim susu yang terdapat dalam sistem air minum nipple tersebut juga dapat mendukung perkembangbiakan kuman penyakit. Konsumsi air Konsumsi air minum untuk ayam broiler yang dipelihara pada kandang sistem tertutup (closed house) dengan kondisi temperatur kandang diatas 240C - 290C, konsumsi air minumnya berkisar antara 1.8 – 1.9 kali konsumsi pakan. Untuk ayam yang dipelihara pada kandang sistem terbuka dan di wilayah beriklim tropis, konsumsi air minum untuk ayam broiler berkisar antara 2 sampai 2,5 kali konsumsi pakan (lihat tabel-22). Namun demikian, air minum untuk ayam broiler, biasanya tidak dibatasi jumlah pemberiannya. Air minum untuk ayam broiler akan dibatasi dan diberikan sesuai kebutuhannya, apabila berkaitan dengan pemberian obat-obatan atau saat vaksinasi lewat air minum. Jumlah konsumsi air sesuai

Page 55: Manajemen Pemeliharaan Broiler

54

umur dan temperatur dalam kandang perlu diketahui, untuk membantu menentukan dosis atau jumlah obat-obatan yang diperlukan saat dicampur dengan air minum untuk ayam tersebut. Bila konsumsi air minum ayam lebih banyak atau kurang, dicari kemungkinan penyebabnya dan kontrol terhadap tekanan air (sistem automatik drinker dan nipple), kedalam air minum (apakah lebih atau kurang dari 15 mm) dan kemungkinan lain yang jadi penyebabnya. Tabel – 22 : Konsumsi air minum berdasarkan type kandang pada daerah wilayah tropis

Kandang Sistem Terbuka Kadang Sistem Tertutup Umur (hari) Nipple Gallon / Bell Drinker Nipple Gallon / Bell Drinker

7 30 35 30 35

14 80 90 70 80

21 180 200 120 140

28 250 270 160 190

35 340 360 210 230

42 380 420 260 300

49 420 460 320 350

Page 56: Manajemen Pemeliharaan Broiler

55

7. HIGIENITAS DAN PROGRAM KESEHATAN

Tujuannya untuk memastikan agar peternakan serta lingkungannya, semaksimal mungkin dapat diupakayan senantiasa bebas dari ancaman wabah penyakit. Maksud lain dari program kesehatan juga adalah untuk mengupayakan agar ayam selalu sehat atau ayam yang sakit dapat disembuhkan kembali, sehingga dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Pencegahan terhadap kontaminan Merupakan salah satu upaya biosekuriti, untuk mencegah masuknya sumber penyakit kedalam areal peternakan, baik karena lalu lintas orang, sapronak maupun ternak serta ayam liar lainnya.

Personal farm dan pengunjung Manusia merupakan salah satu sumber pembawa bibit penyakit masuk kedalam areal peternakan. Technical representative, sopir/personal truk pengangkut (ayam, kotoran/limbah serta sapronak) dan pengunjung lainnya, sedapat mungkin dilarang untuk masuk kedalam areal peternakan (lokasi kandang) tanpa ijin. Bila pengunjung mendapat ijin dan memang harus masuk kedalam areal peternakan, upayakan mereka mengganti pakaian dan sepatu boot yang sudah disiapkan oleh farm terlebih dahulu dan mencuci tangan serta celup sepatu boot sebelum masuk kedalam areal peternakan atau kedalam kandang. Karyawan farm, terutama operator kandang diharuskan untuk tidak pergi dari satu kandang ke kandang lainnya. Untuk dokter ayam atau farm manager, jika yang bersangkutan memang harus melakukan kontrol dari satu kandang ke kandang yang lainnya, terlebih lagi bila melakukan kontrol terhadap ayam yang berbeda umur, sebaiknya yang bersangkutan mengganti pakaian dan sepatu boot dan mencuci tangannya sebelum masuk kedalam kandang yang lainnya tersebut.

Kendaraan pengangkut Kendaraan pengangkut DOC, karena datang dari tempat pembibitan yang jaraknya jauh dari lokasi peternakan, sangat mungkin tercemar oleh debu yang mengandung bibit penyakit, untuk itu sebelum masuk kedalam areal peternakan dilakukan penyemprotan dengan desinfektan pada keseluruhan bagian luar dari body-nya, terutama sekali rodanya. Untuk kendaraan pengangkut pakan, karena tidak memungkinkan untuk melakukan penyemprotan dengan desinfektan pada keseluruhan bagian luar body-nya, maka dilakukan penyemprotan basah pada bagian bawah body dan terutama rodanya, sebelum masuk ke lokasi gudang penyimpanan pakan. Kendaraan pengangkut, keranjang ayam dan sarana pengangkut lainnya harus dicuci dengan baik dan sebersih mungkin serta didesinfeksi sebelum masuk areal peternakan dan diisi dengan ayam broiler yang akan dipanen.

Page 57: Manajemen Pemeliharaan Broiler

56

Sanitasi, desinfeksi dan waktu istirahat kandang Pembersihan dan desinfeksi terhadap kandang dan lingkungan sekitar serta jalan masuknya, adalah sangat penting dilakukan untuk memastikan minimalnya ancaman wabah penyakit. Berikut adalah beberapa hal penting yang harus dilakukan berkaitan dengan pencucian, desinfeksi dan waktu istirahat kandang : Sanitasi kandang

• Kontrol terhadap insekta : Penyemprotan dengan insektisida (organophosphorus) segera setelah ayam dikeluarkan dari dalam kandang (panen), pada saat temperatur dalam kandang masih cukup hangat (terutama pada closed house). Insektisida disemprotkan diatas litter dan pada bagian bawah dinding kandang. Dibiarkan selama 24 jam untuk memberi kesempatan insektida bekerja membunuh semua jenis serangga yang ada pada litter maupun kandang. • Tindakan sebelum pembersihan kandang

Tangki air, pipa dan nipple : air yang masih tersisa didalamnya dikosongkan, dilanjutkan dengan membersihkan dan flushing keseluruhan sistem-nya dengan acid solution (larutan asam), biarkan selama 4 – 6 jam untuk memberi kesempatan klorin melarutkan endapan atau sidemen yang melekat pada bagian dalam dari keseluruhan sistem air minum tersebut. Setelah itu dilanjutkan dengan pembilasan sampai minimal 2 kali dengan air bersih, agar residu dari acid solution tidak lagi tersisa dalam keseluruhan sistem. Litter, debu dan kotoran lainnya dibersihkan dari dalam kandang dan ditempatkan pada lokasi yang berjauhan dari lingkungan kandang atau dibawa keluar areal peternakan. Semua tempat pakan, minum dan sebagainya, setelah dibersihkan, dipindahkan dan disimpan pada tempat atau ruangan khusus yang bersih. Untuk kandang sistem tertutup (closed house), semua kelengkapan sistem ventilasi, dibersihkan dari debu dengan cara disikat atau bersihkan dengan cara vakum. • Mencuci Ketika melakukan pencucian, satu hal yang harus dipastikan adalah air kotor dari proses pencucian kandang dapat langsung dialirkan keluar kandang, dibuang melalui saluran drainase yang ada disamping kandang, dan pastikan tidak ada bekas air cucian kandang yang mengalir dan menggenang disekitar kandang atau pada jalan masuk lokasi kandang. Bangunan kandang o Setelah litter, debu dan kotoran dibersihkan dari dalam kandang, dilanjutkan dengan

membersihkan semua bagian kandang dengan air bersih (bila memungkinkan dengan air panas) tekanan tinggi (> 50 kg/cm2 ). Mulai dari bagian dalam kandang, seperti ; atap dari atas kebawah, dinding dari atas ke bawah, terakhir bagian bawah dinding dan lantai kandang.

o Bilasan berikutnya, gunakan air campur detergen yang mengandung pemutih (klorin) dan

dibiarkan antara 1 – 2 jam untuk memberi kesempatan detergen melarutkan kotoran-

Page 58: Manajemen Pemeliharaan Broiler

57

kotoran yang cukup kuat menempel pada permukaan lantai dan dinding kandang, juga untuk membunuh beberapa jenis kuman atau virus yang sensitif terhadap detergen.

o Dibilas kembali dengan air bersih tekanan tinggi sampai benar-benar dipastikan tidak ada

lagi sisa kotoran yang masih menempel pada dinding dan lantai kandang. Peralatan pakan dan minum o Rendam (tempat minum anak ayam dan chick feeder tray) kedalam air yang campur

detergen selama -/+ 24 jam, agar kotoran yang menempel mudah lepas. o Sikat dan bilas dengan air bersih, lalu dikeringkan pada tempat yang tidak berdebu

Pasang kembali peralatan kedalam kandang

Semua peralatan kandang yang sudah dibersihkan dapat dimasukkan dan dipasang kembali kedalam kandang yang sudah dibersihkan 2 – 3 hari menjelang masuk DOC.

Desinfeksi kandang dan peralatan

Kandang

o Setelah kandang dibersihkan, dapat dilakukan menyiramkan pada lantai dan penyemprotan

pada dinding bagian bawah kandang dengan kapur gamping kental.

o Selanjutnya tirai kandang yang sudah dibersihkan dipasang kembali dan dilakukan penyemprotan dengan desinfektan, terutama dengan jenis desinfektan yang punya kemampuan virusidal dan bakterisidal kuat.

Pipa air minum o Masukan kedalam tangki air yang mengadung larutan klorin (100 – 200 ppm), lalu buka

kran tangki agar air klorin mengisi sepanjang pipa yang menuju ke masing-masing kandang. Dibiarkan selama 24 jam untuk memberikan kesempatan klorin bekerja melarutkan endapan / sedimen yang menempel pada permukaan dalam pipa.

Silo (pada kandang close house) o Bersihkan sisa pakan yang mengeras dan menempel pada bagian sisi dalam dari silo, sikat

dan lakukan pencucian dengan air mengandung desinfektan.

o Setelah kering, lakukan fumigasi dengan fungisidal.

Peralatan ventilasi (pada kandang closed house) o Desinfeksi dengan fungisidal, virucidal dan bakteriosidal

o Pada bak air cooling pad dapat dimasukan cairan desinfektan untuk mencegah masuknya

kuman penyakit yang masih hidup bersama-sama dengan uap air.

Page 59: Manajemen Pemeliharaan Broiler

58

Lingkungan sekitar dan jalan masuk ke kandang

o Desinfeksi secara rutin (tiap 1 – 2 minggu) dengan larutan desinfektan yang cukup keras, seperti ; caustic soda (50 – 100 kg/ 1000 liter) atau dengan quicklime ( 400 kg/1000 liter) atau dengan jenis desinfektan lain, dimana dosis dan cara pakai sesuai anjuran pabrik pembuatnya.

Pelengkap sanitasi lainnya o Tempatkan sepatu boot dan seragam kandang yang sudah bersih pada ruang ganti o Kontrol dan ganti secara rutin larutan desinfektan pada bak untuk celup kaki yang ada pada

pintu masuk areal peternakan dan juga yang ada didepan kandang.

o Pastikan nozzle spayer untuk desinfeksi yang terdapat pada pintu masuk areal peternakan berfungsi dengan baik.

Kontrol rodensia

o Rodensia dapat berperan sebagai vektor beberapa jenis penyakit pada ayam, seperti ;

Salmonelosis, Kolera, Avian Influenza (vektor mekanik). Kontrol terhadap rodensia penting untuk dilakukan, disamping untuk mencegah kerugian pakan karena ikut dimakan oleh rodensia, yang paling penting untuk mencegah penyebaran penyakit.

o Kontrol terhadap rodensia dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap atau lem,

namun sangat terbatas dan kurang efektif pada lahan yang luas. Salah satu metode yang cukup efektif adalah dengan cara memberikan umpan yang dicampur dengan racun (rodentisida). Syarat rodentisida yang dipakai, agar bisa ikut dimakan bersama umpan oleh tikus, harus tidak berbau dan tidak ada rasa, karena rodensia termasuk binatang yang sangat peka terhadap bahan kimia.

o Beberapa jenis rodentisida yang dijual bebas dipasar dengan kandungan zat aktif ;

Brodifacoum, Difethialone, Bromadiolone, Clorophacinone. Karena rodensia dapat mencium dan merasakan bahan kimia yang bersifat toksik walau dalam jumlah cukup kecil, agar pemakaian rodentisida menjadi efektif, maka pemakaiannya perlu dilakukan pergantian atau rolling dengan beberapa bahan aktif lainnya, untuk setiap periode tertentu.

Kontrol serangga

o Banyak jenis serangga yang ada dalam lingkungan kandang juga dapat berperan sebagai

vektor penyakit pada ayam, seperti Leucocytozoonosis, Salmonelosis, Kolera, Snot , Avian Influenza bahkan Helmithiasis.

o Kontrol terhadap serangga yang ada dalam lingkungan kandang, dapat dilakukan dengan 2

(dua) cara yang bersifat umum, yakni ; sanitasi lingkungan kandang, pemakaian insektisida dan larvasida (khususnya untuk kontrol lalat) lewat pakan.

o Sanitasi sangat penting dilakukan untuk kontrol terhadap berbagai jenis serangga yang ada

dalam lingkungan kandang, diantaranya menjaga agar tidak banyak kotoran yang menumpuk dalam kandang (terutama pada kandang panggung), menjaga kelembaban litter dan sistem drainase berfungsi baik, sehingga tidak ada genangan air sebagai tempat nyamuk untuk berkembang biak.

Page 60: Manajemen Pemeliharaan Broiler

59

o Insektisida yang dipergunakan harus aman terhadap ayam dan lingkungan. Beberapa jenis insektisida yang umum digunakan dilapangan, diantaranya ; cyfluthrin, dichlorvos, dimethoate, malathion dan permethrin.

Waktu istirahat kandang

o Dari sejak dibersihkan dan tirai penutup dindingnya sudah dipasang kembali, kandang

diistirahatkan setidaknya selama 10 – 12 hari. Tujuannya memberi waktu yang cukup, agar agen penyakit tertentu yang tidak dapat bertahan lama dalam lingkungan (diluar tubuh hostnya), dan masih tersisa setelah dilakukan pembersihan dan desinfeksi kandang sebelumnya, tidak dapat berkembang biak dan mati.

Sebelum kedatangan DOC

o 3 (tiga) hari sebelum masuk DOC, kandang yang sudah disiapkan (dibersihkan dan semua

perlatan sudah terpasang dengan baik), dilakukan fumigasi dengan formaldehid. o 1 (satu) hari menjelang masuk DOC dilakukan penyemprotan kembali dengan desinfektan

yang tidak menyebabkan korosif pada semua peralatan kandang.

Program Kesehatan dan vaksinasi Program kesehatan yang diterapkan pada masing-masing peternakan, sangat bergantung pada kondisi geografis, tingkat higienitas serta tantangan agen penyakit yang ada di masing-masing lokasi peternakan. Program kesehatan yang diberikan pada ayam, meliputi program untuk pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), supportif dan rehabilitatif. Peternakan dengan kondisi tingkat higeinitas rendah, tantangan agen penyakitnya cenderung cukup tinggi dan menjadi cukup seringkali mengalami kasus penyakit, mulai dari yang sifatnya ringan sampai sangat merugikan. Sebagai pegangan dalam menyusun program kesehatan dan juga vaksinasi yang sesuai dengan kondisi masing-masing peternakan, sangat diperlukan adanya data tentang : • Sejarah penyakit yang pernah mewabah pada daerah atau wilayah dimana peternakan tersebut

berada, atau sejarah penyakit yang pernah terjadi / mewabah pada periode sebelumnya. • Tingkat keganasan agen penyakit yang ada dalam lingkungan peternakan dan tingkat sanitasi

serta desinfeksi yang diterpakan. • Kualitas air dan pakan yang diberikan pada ayam. • Daya dukung lingkungan, berkaitan dengan temperatur dan kelembaban, terutama dalam

lingkungan kandang.

Page 61: Manajemen Pemeliharaan Broiler

60

Flushing Merupakan salah satu program kesehatan untuk tujuan mencegah tingkat keganasan sekaligus membunuh agen penyakit yang ada dalam tubuh ayam. Program flushing umumnya dilakukan dengan pemberian antibiotika, untuk mencegah infeksi agen penyakit penyebab; CRD, Salmonelosis dan Kolibasilosis yang umum terjadi pada ayam broiler. Program flushing terhadap agen penyakit tersebut diatas, biasanya diberikan pada umur awal anak ayam, atau pada waktu tertentu sebelum biasanya terjadi serangan penyakit tersebut. Program flushing yang diberikan pada ayam akan optimal, bila dibarengi juga dengan kontrol terhadap kualitas air dan daya dukung lingkungan peternakan, yakni sanitasi dan desinfeksi yang ketat dan sirkulasi udara yang memadai (terutama pada kandang sistem terbuka). Berkenaan dengan kualitas air yang digunakan untuk melarutkan obat-obatan, termasuk antibiotika, air yang digunakan haruslah mempunyai pH yang netral, yakni antara 6.5 – 7.2 dengan kadar yang sangat rendah akan kandungan logam berat, seperti Fe, Zn, Mn, Pb dan logam berat lainnya, serta sangat minimal sekali cemaran mikroorganisme pathogennya (sesuai tabel – 21). Jenis antibiotika yang digunakan untuk program flushing, haruslah mempunyai daya bakterisidal yang kuat, sehingga tidak terjadi resistensi dari agen penyakit yang menjadi target untuk diinkativasi aktivitasnya dari pemberian antibiotika tersebut. Jenis antibiotika yang umum digunakan pada program flushing, diantaranya ; golongan quinolone (flumequin, enrofloksasin, norfloksasin dsb), golongan makrolida (spyramisin, tylosin, eritromisin dsb.). Pemakaian antibiotika untuk program flushing, umumnya diberikan lewat air minum, namun demikian dapat juga diberikan lewat pakan, dimana dosisnya dihitung berdasarkan berat badan ayam. Adapun lama waktu pemberiannya tergantung rekomendasi dari pabrik pembuatnya. Berikut satu contoh program kesehatan, yang umum diberikan oleh peternak ayam broiler di Indonesia yang didalamnya memuat program flushing.

Umur (hari)

Obat / Vitamin

Dosis

Keterangan

1 - 3 CHICKOFIT 1 cc / 1 liter tergantung kondisi DOC saat diterima

1 - 5 ENOQUYL 0.5 cc / 1 liter Lama waktu pemberian tergantung kondisi DOC saat diterima dan diberikan sepanjang hari

5 - 7 RHODIVIT 1 gr / 10 - 12 liter tergantung kualitas pakan dan kondisi cuaca

13 - 15 GROFAS 1 gr / 4 liter tergantung kualitas pakan dan kondisi cuaca

19 - 21 ENOQUYL 0.5 cc / liter diberikan sepanjang hari

24 - 26 GROFAS 1 gr / 4 liter tergantung kualitas pakan dan kondisi cuaca

32 - 35 GROFAS 1 gr / 4 liter tergantung kualitas pakan dan kondisi cuaca Catatan :

• Contoh program kesehatan diatas bukanlah program baku untuk segala situasi, namun dapat disesuaikan dengan kondisi dimasing-masing peternakan.

• ENOQUYL yang diberikan pada umur 1 – 5 hari dapat juga diganti dengan SUANOVIL + IMEQUYL, dosis pemakaian disesuaikan dengan rekomendasi pabrik pembuatnya.

• ENOQUYL yang diberikan pada umur 19 – 21 hari, dapat juga diganti dengan NOVAQUYL, dosis pemakaian disesuaikan dengan rekomendasi pabrik pembuatnya.

Page 62: Manajemen Pemeliharaan Broiler

61

Vaksinasi Tujuannya untuk memberikan kekebalan secara buatan terhadap penyakit tertentu sesuai dengan jenis antigen yang terkandung dalam sediaan vaksinnya, sehingga dapat dipastikan ayam mempunyai kekebalan yang memadai terhadap penyakit tertentu tersebut. Vaksinasi yang diberikan pada ayam, disamping menghasilkan kekebalan yang bersifat spesifik terhadap jenis penyakit tertentu, sesuai dengan jenis antigen vaksinnya, juga dapat menghasilkan kekebalan yang bersifat non spesifik. Sebagai contohnya, bila ayam diberikan vaksin untuk Marek atau Gumboro, disamping mampu menghasilkan kekebalan yang bersifat spesifik terhadap Marek atau Gumboro sendiri, dengan kekebalan bersifat selluler yang dihasilkan dari pemberian vaksin Marek atau Gumboro tersebut pada organ limpoid, seperti; Bursa Fabrisius, Thymus dan organ atau sel limpoid lainnya, maka organ atau sel-sel limpoid tersebut dapat berfungsi secara optimal untuk menghasilkan zat kebal tubuh terhadap infeksi agen penyakit lainnya (kekebalan non spesifik). • Persiapan dan cara vaksinasi Disamping mempersiapkan jenis vaksin yang akan dipergunakan, yang tidak kalah pentingnya untuk dilakukan sebelum vaksinasi adalah mempersiapkan kondisi kesehatan ayam yang akan divaksin, dan juga peralatan / sarana pendukung lain yang diperlukan dan akan digunakan untuk memasukan antigen vaksin kedalam tubuh ayam. Kondisi kesehatan ayam yang akan divaksin merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan vaksinasi. Agar vaksin yang akan diberikan mampu menghasilkan kekebalan yang optimal, maka ayam yang akan divaksin harus dalam keadaan sehat. Berkenaan dengan vaksinnya sendiri, agar antigen vaksin yang diberikan tetap dalam kondisi baik saat masuk kedalam tubuh ayam, maka persiapan dan perlakuan yang harus diperhatikan terhadap vaksin diantaranya : 1. Vaksin aktif yang akan diberikan secara individu, baik lewat tetes mata, hidung atau mulut,

harus dilarutkan dengan pelarut vaksin yang sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat vaksinnya.

2. Bila vaksin aktif yang akan diberikan pada ayam lewat air minum, maka tutup botol vaksin harus

dibuka didalam air. 3. Untuk vaksin inaktif, pastikan vaksinnya sudah dikondisikan pada temperatur diatas 210C sampai

280C, dengan cara mengeluarkan vaksin dari ruang pendingin dan ditempatkan diatas meja pada temperatur ruangan, selama 12 – 24 jam sebelum dilakukan vaksinasi.

Vaksin yang digunakan sangat perlu dicatat nama produk dan nomor batch-nya. Untuk botol vaksin yang sudah kosong (terutama untuk vaksin aktif) segera lakukan pemusnahan (dibakar dan dikubur), agar antigen vaksin yang tersisa tidak mencemari lokasi peternakan. Sebagaimana syarat dari vaksinasi agar mampu menghasilkan kekebalan yang optimal bagi ayam, maka cara vaksinasi juga sangat menentukan keberhasilan dari vaksinasi. Vaksinasi umumnya dilakukan secara individu, seperti ; tetes mata, tetes hidung atau tetes mulut serta injeksi. Untuk vaksinasi secara masal, dapat dilakukan dengan pemberian lewat air minum atau spray.

Page 63: Manajemen Pemeliharaan Broiler

62

o Vaksinasi individu Vaksinasi yang dilakukan, apakah dengan cara tetes (mata, hidung atau mulut), tusuk sayap atau injeksi, memerlukan waktu yang cukup lama dan tingkat keterampilan yang baik, untuk memastikan agar vaksin yang diberikan dapat masuk secara utuh (satu dosis) kedalam tubuh ayam. Vaksinasi secara tetes mata, bertujuan untuk menimbulkan kontak antara virus asal vaksin dengan kelenjar Harderian yang ada pada membrana mukosa konjungtiva. Vaksinasi secara injeksi, dapat dilakukan secara subkutan maupun intramuskuler. Volume larutan vaksin yang disuntikan kedalam tubuh ayam, dipastikan tidak merangsang timbulnya abses dan dapat dengan mudah diserap oleh tubuh ayam, sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada jaringan / karkas sampai saat ayam dipotong. Jarum suntik harus disesuaikan ukuran (panjang dan lumennya) dengan ukuran ayam dan tipe/jenis vaksinnya (aktif atau inaktif). o Vaksinasi masal Vaksinasi secara masal sangat umum dilakukan untuk pemberian vaksin aktif, karena disamping efesien waktu dan tenaga kerja, juga dapat mengurangi tingkat stress yang ditimbulkan pasca vaksinasi. Hanya saja ketika dilakukan vaksinasi harus dipastikan bahwa, semua ayam dapat tervaksinasi (bila dengan cara spray) atau mengkonsumsi air yang mengadung vaksin (bila lewat air minum) dengan baik. Vaksinasi yang diberikan lewat air minum, harus dipastikan bahwa air yang digunakan tidak mengandung bahan / zat, seperti ; logam berat atau klorin, yang dapat menimbulkan kerusakan pada antigen vaksin. Tempat minum atau sistem instalasi air minum harus dalam keadaan bersih dan tidak mengadung residu klorin atau zat kimia lain yang dapat menurunkan / merusak potensi vaksin. Vaksin dilarutkan kedalam air dengan volume terbatas, agar habis diminum ayam dalam waktu 1 jam. Sebelum diberikan air yang mengadung vaksin, terlebih dahulu ayam dipuasakan minum selama 2 – 3 jam, untuk memastikan agar larutan vaksin yang akan diberikan bisa habis terkonsumsi oleh ayam dalam waktu tidak lebih dari 1 jam. Vaksinasi dengan cara spray, keberhasilannya sangat ditentukan oleh alat sprayer yang digunakan dan juga keterampilan vaksinatornya. Vaksinasi dengan cara spray memungkinkan terjadi kontak langsung antara partikel antigen vaksin (virus vaksin) dengan sistem immune yang terdapat pada saluran pernafasan dan mukosa konjungtiva, seperti kelenjar Harderian. Droplet cairan vaksin yang dihasilkan dari alat sprayer-nya haruslah punya ukuran coarse spray (100 – 200 mikro meter), sehingga saat disemprotkan dan dihirup oleh ayam, larutan vaksin tidak langsung masuk kedalam paru-paru. Gambar – 17 : o Vaksinasi masal pada anak ayam dengan cara spray, menggunakan Spravac, lebih efektif dan efesien serta mengurangi resiko stress yang dapat ditimbulkan karena perlakuan vaksinasi

Page 64: Manajemen Pemeliharaan Broiler

63

• Respon immune Vaksinasi yang diberikan pada ayam untuk tujuan menghasilkan kekebalan secara pasif, dengan cara memasukan antigen yang sesuai dengan jenis penyakit yang ingin dicegah, respon immune yang dihasilkan terdiri atas 2 (dua) bentuk : 1) Respon immune bersifat lokal Pada saat antigen dari vaksin berhenti pada membrana mukosa (saluran pernafasan maupun pencernaan), terjadi reaksi antara antigen vaksin dengan sistem immune yang ada dalam membrana mukosa, dengan dihasilkannya kekebalan yang bersifat lokal. Respon immune yang dihasilkan tersebut diharapkan mampu mencegah masuknya virus lapangan, sesuai dengan jenis vaksin yang telah diberikan. Respon immune yang bersifat lokal hanya dapat dihasilkan dengan pemberian vaksin aktif, dan tidak dapat dihasilkan atau kalaupun ada, akan sangat terbatas sekali dihasilkan dari pemberian vaksin inaktif. 2) Respon immune bersifat umum Respon immune yang bersifat umum, dapat mengikuti respon immune yang bersifat lokal atau setelah antigen vaksin masuk kedalam jaringan tubuh ayam yang divaksinasi. Reaksi antara antigen vaksin dengan sistem immune yang terdapat dalam tubuh ayam, beserta dengan stream cell (bakal calon antibodi), menghasilkan kekebalan yang bersifat umum dalam bentuk kekebalan humoral. Respon immune yang bersifat umum dapat menyebabkan depresi singkat pada ayam sebagai akibat adanya mekanisme pertahanan dari maternal antibodi atau kekebelan dari hasil vaksinasi sebelumnya. Oleh sebab itu, selama periode tertentu setelah vaksinasi, ayam harus dilindungi dari ancaman agen penyakit atau perlakuan manajemen lain yang memicu terjadinya stress pada ayam. Revaksinasi atau vaksinasi ulangan dapat dilakukan, setelah titer antibodi dari hasil vaksinasi sebelumnya menunjukan level titer antibodi cukup rendah atau mendekati titer marginal (dapat diketahui melalui pemeriksaan serologis atau berdasarkan pola yang sudah ada pada periode sebelumnya). Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya netralisasi titer antibodi dari vaksin yang tipe-nya sejenis. Interval waktu yang ideal dari pelaksanaan vaksinasi dengan tipe vaksin yang berbeda sangat penting untuk diperhatikan, guna memberi kesempatan sistem immune dalam membentuk kekebalan yang bersifat spesifik sesuai dengan jenis antigen vaksin yang diberikan. Interval yang ideal tersebut kurang lebih 2 minggu. • Program vaksinasi Program vaksinasi yang diberikan pada ayam, dalam pelaksanaannya di lapangan, haruslah didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut : o Didasarkan pada tingkat prevalensi penyakit Program vaksinasi terhadap penyakit tertentu di lapangan, dimana frekuensi pemberian vaksinnya disesuaikan dengan tingkat keganasan agen penyakit tertentu tersebut dilokasi peternakan masing-masing.

Page 65: Manajemen Pemeliharaan Broiler

64

o Resiko yang dapat ditimbulkan dari adanya serangan wabah penyakit Pemberian atau pelaksanaan vaksinasi terhadap penyakit tertentu yang diberikan pada ayam, dikaji berdasarkan aspek ekonomis yang ditimbulkan dari adanya wabah penyakit yang terkait dengan jenis vaksin tersebut. o Reaksi post vaksinasi yang dapat ditimbulkannya Adanya reaksi post vaksinasi menjadi salah satu pertimbangan juga dalam pelaksanaan dan pemilihan jenis vaksin yang digunakan. Sebagai contohnya, vaksin ND yang diberikan pada ayam masih muda, seringkali menimbulkan terjadinya gangguan pernafasan sebagai bentuk reaksi post vaksinasinya. Oleh karena itu saat ini direkomendasikan vaksin ND dengan kandungan strain virus yang sangat aman untuk diberikan pada anak ayam, tanpa rekasi post vaksinasi, seperti vaksin dengan strain VG/GA (AVINEW) o Status maternal antibodi anak ayam Status maternal antibodi juga menjadi dasar pertimbangan pelaksanaan vaksinasi untuk penyakit tertentu. Sebagai contohnya adalah vaksinasi terhadap penyakit Gumboro, sementara kalangan menyatakan program vaksinasi Gumboro tidak perlu diberikan pada usia dini, karena sudah ada maternal antibodi untuk mencegah infeksi virus Gumboro pada umur-umur awal anak ayam. Hal ini dapat saja dijadikan dasar pertimbangan bila praktek manajemen peternakannya berlangsung baik dan tingkat tantangan virus Gumboro lapangannya sangat rendah.

Masalahnya menjadi lain bila anak ayam yang sudah mempunyai maternal antibodi tersebut, dimana titer maternal antibodinya cukup bervariasi, jika dipelihara pada lokasi peternakan dengan tingkat tantangan virus Gumboro lapangan yang sangat tinggi, dan pada peternakan ayam dengan banyak variasi umur serta manajemen yang kurang mendukung, akan sangat beresiko bila tidak diberikan vaksinasi Gumboro secara dini.

Untuk itu, sekalipun anak ayam tersebut mempunyai maternal antibodi yang cukup, ada baiknya vaksinasi terhadap Gumboro pada usia dini dapat diberikan pada anak ayam, dengan menggunakan vaksin Gumboro dari strain virus yang Low Intermediate (BUR 706).

o Sistem pemeliharaan apakah all in all out atau banyak variasi umur Bila sistem pemeliharaannya terdiri dari banyak variasi umur, dimana resiko penyebaran dan penularan penyakitnya cukup tinggi, disamping pengamanan biologisnya harus diperketat, juga terkadang perlu dipertimbangkan program vaksinasinya juga lebih diperketat. Seperti contohnya vaksinasi terhadap SHS pada ayam pedaging, karena resiko terjadinya wabah SHS cukup tinggi, maka disamping diberikan program vaksinasi terhadap ND dan Gumboro, juga sebaiknya perlu dipertimbangkan untuk dilakukannya vaksinasi terhadap SHS (NEMOVAC).

o Perbandingan biaya dan keuntungan yang diperoleh Vaksinasi yang diberikan pada ayam juga harus dihitung atas dasar keuntungan atau kerugian yang dapat ditimbulkan bila tidak dilakukan vaksinasi. Sebagai contohnya; vaksinasi terhadap penyakit SHS pada ayam pedaging, bila peternakan ayam tersebut pernah terserang atau lokasinya berdekatan dengan peternakan yang pernah terserang SHS, ada baiknya atau perlu untuk dipertimbangkan vaksinasi terhadap SHS dengan menggunakan vaksin aktif, seperti dengan NEMOVAC pada peternakan ayam yang akan dipelihara pada periode berikutnya, atau pada ayam yang belum terkena wabah tersebut, karena dampak dari penyakit SHS mengakibatkan terjadinya

Page 66: Manajemen Pemeliharaan Broiler

65

gangguan pertumbuhan, dan atau penyakit pernafasan lain menjadi lebih mudah menyerang, sehingga dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar secara ekonomis. Berikut satu contoh program vaksinasi, yang umum diberikan oleh peternak ayam broiler di Indonesia.

Umur (hari)

Vaksin

Dosis / Cara Pakai

Keterangan

1

AVINEW + BUR 706*)

@ 1 dosis / spray atau tetes mata

*) pada daerah resiko tinggi terhadap Gumboro

3/4

CHICKOPEST *

0,1 cc / injeksi subcutan

* pada daerah resiko tinggi terhadap ND

12/14

IBD BLEN

1 dosis / air minum

18

AVINEW/GALLIVAC LASOTA

1 dosis / air minum atau spray

35

AVINEW/GALLIVAC LASOTA

1 dosis / air minum atau spray

Bila ayam dipelihara lebih dari 42 hari

• Penyebab kegagalan vaksinasi Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab, vaksinasi yang diberikan tidak mampu menghasilkan kekebalan yang optimal bagi ayam : 1. Kualitas vaksin

Vaksin dengan kualitas yang kurang baik, tidak akan berhasil menghasilkan zat kebal tubuh yang optimal bagi pertahanan tubuh ayam dari penyakit tertentu sesuai dengan jenis vaksin yang diberikan.

2. Cara penanganan vaksin Vaksin dengan kualitas baik, bila dalam penyimpanannya tidak dilakukan dengan penanganan yang baik pula, dapat menyebabkan menurunnya potensi bahkan rusaknya vaksin yang bersangkutan.

3. Pelaksanaan vaksinasi Adanya kesalahan teknis dalam pelaksanaan vaksinasi, akan sangat berpengaruh pada keberhasilan program vaksinasi pada ayam.

4. Pemilihan jenis atau strain vaksin dan penyusunan program vaksinasi Vaksinasi yang dilakukan bila strain vaksin atau program vaksinasi yang diberikan pada ayam tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, sering kali ditemukan adanya sejumlah kebocoran sampai terjadinya kegagalan vaksinasi.

5. Kesehatan ayam Vaksinasi yang dilakukan pada ayam yang kurang sehat atau dalam kondisi stress, akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. Dimana pada keadaan ayam yang kurang sehat atau dalam keadaan stress, vaksin yang diberikan tidak akan mampu direspon dengan baik untuk menghasilkan zat kebal tubuh yang optimal oleh sistem pertahanan tubuh ayam.

Page 67: Manajemen Pemeliharaan Broiler

66

6. Penyakit yang bersifat immunosupresi Sering kali adanya kegagalan atau kebocoran dari vaksinasi yang telah dilakukan disebabkan oleh adanya penyakit immunosupresi yang pernah menginfeksi ayamnya sebelum atau sesudah dilakukan vaksinasi.

7. Tingkat tantangan kuman penyakit yang ada di lapangan Tingginya tingkat tantangan kuman penyakit yang ada di lapangan, akan sangat berpengaruh pada ketahanan zat kebal tubuh yang telah dihasilkan dari perlakuan vaksinasi sebelumnya.

• Mencegah kebocoran / kegagalan vaksinasi Untuk mencegah terjadinya kebocoran atau kegagalan program vaksinasi, disamping memperhatikan secara sungguh-sungguh faktor-faktor yang dapat menjadi pemicu timbulnya kegagalan atau kebocoran dari hasil vaksinasi, juga vaksinasi yang diberikan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan lain, seperti ; vaksinasi haruslah didasarkan pada tingkat prevalensi penyakit; resiko yang dapat ditimbulkan dari adanya serangan wabah penyakit; reaksi post vaksinasi yang dapat ditimbulkannya; status maternal antibodi ; sistem pemeliharaan ayam (apakan all in all out atau banyak variasi umur); serta perbandingan biaya dan keuntungan yang diperoleh. Agar program vaksinasi yang diberikan pada ayam dapat menghasilkan kekebalan yang optimal, ayam yang akan atau telah diberikan vaksinasi juga dapat diberikan obat-obatan yang dapat berfungsi sebagai immunostimulan. Yakni satu jenis sediaan obat-obatan yang mempunyai indikasi untuk menstimulasi dan meningkatkan fungsi sistem immune tubuh dalam menghasilkan zat kebal tubuh. • Immunostimulan dan keberhasilan vaksinasi Immunostimulan dapat juga diartikan sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit atau konsep terapeutika yang bertujuan untuk menstimulasi sistem kekebalan non spesifik yang terdapat dalam tubuh ayam. Utamanya secara tidak langsung menstimulasi fungsi dan efesiensi dari granulosit, makrofag, sistem pelengkap dari pertahanan tubuh dan sel pembunuh alami lain yang terdapat dalam tubuh ayam. Immunostimulan utamanya diindikasikan untuk melawan efek immunosupresi atau tidak efektifnya fungsi sistem immune dalam tubuh. Efek immunosupresi atau tidak efektifnya fungsi sistem immune dalam tubuh dimanifestasikan dengan tanda kepekaan ayam terhadap stress dan infeksi kuman penyakit yang bersifat patogen. Terdapat beberapa sediaan atau preparat yang secara umum digunakan dan berfungsi sebagai immunostimulator, dengan masing-masing efek imunitas yang dapat ditimbulkannya : o Muramidase

Muramidase dapat ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, jamur, invertebrata dan vertebrata. Pada bangsa mamalia dan unggas, muramidase merupakan ensim yang menyebar secara luas terdapat pada banyak jaringan tubuh (seperti pada ; bagian permukaan dari mukosa, putih telur) dan sekresi (seperti pada ; susu, saliva, keringat dan air mata). Muramidase merupakan bagian dari turunan ensim komplek dalam lysosom dari neutrifil dan sel phagositik lainnya. Muramidase berkaitan dengan fungsinya sebagai immunostimulan, secara langsung meningkatkan peranan phagositik dan aktivitas proliferasi dari polymorphonuclear leukosit dan

Page 68: Manajemen Pemeliharaan Broiler

67

makrofag (SAVA et al., 1995). Peranan muramidase sebagai immunostimulan, aktivitasnya pada dinding sel bakteri dengan cara melisiskan dindingnya. Muramidase dapat memberikan peningkatan sifat-sifat immunostimulan, seperti menstimulasi produksi dari antibodi terhadap berbagai antigen dan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi bakteri atau virus (JOLLES, 1976 dan NAMBA et al., 1981). SAVA et al (1995) menegaskan bahwa muramidase, yang diberikan secara oral dapat bekerja sebagai aktivator untuk meningkatkan respon imunitas dari tubuh ayam.

o Peroksidase Peroksidase merupakan haemoprotein yang dibentuk dari kombinasi glykoprotein menjadi ferriporphyrin (GASPAR et al., 1982). Peroksidase ditemukan pada ayam dan tumbuh-tumbuhan yang ada didaerah ketinggian, seperti ; nanas, buah ara, tumbuhan polong, tembakau, pada ragi, jamur dan juga pada bakteria. Pada ayam mamalia, peroksidase ditemukan pada sel darah putih, susu, hati, limpa, uterus, glandula salivary, dinding usus, paru-paru dan sebagainya. Pada sel mamalia, peroksidase ditemukan dalam sitoplasma, mitokondria, mikrosoma dan lysosoma Peroksidase mempunyai efek sebagai sistem antibakterial dalam membran permukaan mukus. Peroksidase mampu mempengaruhi bagian-bagian yang esensial dari sistem imunitas, seperti makrofag. Efek imunitas peroksidase memainkan peranan penting sebagai komponen dari lysosoma sel-sel darah putih. Disamping itu juga, peroksidase mampu mempengaruhi produksi sel-sel lymphoid dari sistem immune dalam menghasilkan zat kebal tubuh.

o Vitamin E Sumber yang kaya akan kandungan vitamin E diantaranya, biji-bijian dan minyak asal biji-bijian dan sayuran seperti ; selada, bayam, kubis dan bawang perai. Pada organ ayam, sumber yang kaya vitamin E terdapat pada ; pituitary, adrenal, pancreas dan limpa. Vitamin E dalam jumlah yang cukup banyak juga dapat diperoleh dari susu, mentega dan lemak perut (HOFFMANN – LA ROCHE). Vitamin E diketahui sangat baik mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Dimana kerja dari vitamin E membantu memecah lemak dan stabilisasi dari asam lemak yang tidak dapat dicerna dan produk yang dihasilkan dari proses metabolisme. Disamping berfungsi sebagai antioksidan, vitamin E juga diketahui mampu mempengaruhi berbagai sel dari sistem immune seperti lymphosit dan makrofag. Vitamin E dapat mempengaruhi semua sel dalam sistem immune dalam menghasilkan interferon. Dimana produksi dari antibodi, reaksi cytotoksik dan fungsi dari makrofag semuanya diatur salah satunya baik secara langsung maupun tidak langsung oleh interferon (HERBERMAN ET AL., 1982; HOOK et al., 1982).

o Echinacea Echinacea merupakan ekstrak tanaman dari jenis bunga bentuk kerucut warna ungu (Echinacea angustifolia), yang digunakan untuk bermacam-macam penyakit ringan, seperti sakit gigi, batuk, flu, sakit tenggorokan, gigitan ular dan penawar rasa sakit. Belakangan ekstrak Echinacea diketahui mampu menstimulasi phagositosis dan meningkatkan pelepasan dari cytokines dan interferon, sebagai bagian dari mekanisme pertahanan tubuh ayam terhadap infeksi kuman penyakit. Pengaruh yang cukup besar dari Echinacea adalah dalam mempersiapkan kondisi sistem immune, khususnya memperkuat kondisi organ atau sel-sel lymphoid.

Page 69: Manajemen Pemeliharaan Broiler

68

Sediaan obat seperti LISOVIT dengan kandungan semua zat yang bersifat immunostimulan seperti tersebut diatas, berfungsi untuk menekan efek negatif dari stress dengan cara menstimulasi kerja sistem immune yang terdapat dalam tubuh ayam untuk menghasilkan zat kebal tubuh. Sehingga dengan optimalnya fungsi dari organ-organ atau sel-sel lymphoid dalam menghasilkan zat kebal tubuh, membuat ayam mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi terhadap stress dan infeksi kuman penyakit yang ada dilapangan. Immunostimulan yang diindikasikan untuk tujuan mengoptimalkan fungsi dari sistem immune dalam tubuh, secara tidak langsung juga membuat vaksinasi yang diberikan akan menghasilkan kekebalan yang juga optimal, dengan titer antibodi yang rata-rata tinggi dan dengan tingkat perlindungan yang baik terhadap infeksi virus atau bakterial (sesuai dengan indikasi vaksin yang diberikan) di lapangan. Dengan pemberian obat-obatan yang bersifat immunostimulan seperti LISOVIT, sebelum atau sesudah dilakukan vaksinasi, dapat memberi beberapa keuntungan, diantaranya : 1) meningkatkan ketahanan ayam terhadap berbagai bentuk stress, meningkatkan kekebalan

tubuh ayam. 2) menekan pemakaian obat-obatan untuk tujuan medikasi. 3) memboster kerja dari beberapa antibiotika yang tergolong jenis beta-laktam, seperti ;

Cephalosporin dan golongan Penisilin diantaranya ; Amoksilin, Ampisilin dan Metisilin, sehingga kesembuhan dari pengobatan dengan jenis antibiotika tersebut jadi lebih optimal.

Page 70: Manajemen Pemeliharaan Broiler

69

TARGET PRODUKSI PEMELIHARAAN BROILER

Pencapaian target produksi yang ditetapkan sesuai standar manual dari masing-masing sumber bibit ayam, sangat dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan dengan segala aspeknya. Target produksi akan dapat diperoleh dengan hasil maksimal, bila didukung dengan manajemen yang optimal. Target produksi yang ditetapkan sesuai manualnya tersebut, digunakan sebagai indikator untuk mengetahui potensi genetik dari bibit ayam yang dipelihara. Agar potensi genetik yang unggul dari bibit ayam broiler, mampu menghasilkan performance yang baik sesuai target produksinya, harus didukung dengan manajemen, nutrisi dan program kesehatan yang optimal. Tabel – 23 : Contoh target produksi dan performance dari satu strain ayam broiler

Umur

Konsumsi pakan (gram / hari)

Berat Hidup gram

FCR

1 42 2 53 3 66 4 81 5 97 6 116 7 26 136 0.89 8 28 159 0.91 9 32 185 0.94 10 37 213 0.98 11 41 244 1.01 12 48 278 1.04 13 52 314 1.07 14 59 354 1.11 15 63 396 1.14 16 71 441 1.17 17 75 489 1.20 18 81 540 1.22 19 87 595 1.25 20 91 652 1.27 21 97 711 1.30 22 103 773 1.32 23 109 838 1.34 24 115 905 1.37 25 120 974 1.39 26 127 1054 1.41 27 131 1119 1.43 28 137 1193 1.45 29 143 1270 1.48

Page 71: Manajemen Pemeliharaan Broiler

70

Tabel – 24 : lanjutan…………..

Umur

Konsumsi pakan (gram / hari)

Berat Hidup gram

FCR

30 147 1348 1.50 31 153 1509 1.52 32 157 1590 1.54 33 161 1673 1.56 34 165 1756 1.58 35 170 1839 1.60 36 174 1924 1.62 37 177 2008 1.64 38 180 2092 1.66 39 184 2177 1.68 40 187 2261 1.70 41 189 2345 1.72 42 191 2428 1.74 43 193 2511 1.76 44 196 2593 1.78 45 197 2674 1.80 46 198 2755 1.82 47 199 2834 1.84 48 200 2912 1.86 49 210 2989 1.88 50 202 3066 1.90 51 202 3141 1.92 52 202 3214 1.94 53 202 3287 1.96 54 201 3358 1.98 55 201 3427 2.00 56 200 3495 2.01 57 198 3562 2.03 58 198 3627 2.05 59 196 3691 2.07 60 194 3753 2.09

Monitoring secara baik dari performance ayam broiler yang dipelihara, didasarkan pada standar manual yang ditetapkan oleh masing-masing sumber bibit ayamnya, memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi faktor-faktor / aspek-aspek apa saja dari manajemen yang harus lebih ditingkatkan lagi, sehingga nantinya akan diperoleh hasil produksi dan performance ayam yang lebih maksimal.

Page 72: Manajemen Pemeliharaan Broiler

71

Indek Performace Broiler Pencapaian target produksi pada ayam broiler umumnya diukur berdasarkan “ broiler indeks “ atau sering disebut dengan istilah indek produksi. Untuk mendapatkan indek produksi yang baik, tentunya sangat bergantung pada tinggi rendahnya tingkat deplesi / kematian dari ayam yang dipelihara dan ratio konversi pakannya. Semakin rendah tingkat deplesi / kematian serta ratio konversi pakannya, maka semakin tinggi angka indek produksi yang dapat dicapai. Dengan demikian ayam yang dipelihara jadi lebih menguntungkan, tentunya terlepas dari harga jual ayam saat dipanen. Nilai indek produksi pemeliharaan ayam broiler yang baik dan menguntungkan, adalah minimal 265 indek point. Dimana tingkat deplesi dan kematian ayam selama satu periode pemeliharaan, dapat ditoleransi maksimal sebanyak 5%, agar pencapaian indek produksinya tidak lebih kecil dari 265 indek point. Untuk memperoleh indek produksi (broiler indeks) yang baik, sangat ditentukan oleh seberapa baik praktek manajemen dengan segala aspek-nya, dijalankan dimasing-masing lokasi peternakan. Semakin baik praktek manajemen dengan segala aspek teknisnya dapat dijalankan, maka akan semakin baik pula indek prestasi yang dapat dicapai.

Rumus menghitung indek produksi ( broiler indeks )

IP = ( rata-rata berat badan X daya hidup X 100 ) : FCR X umur panen atau • Broiler Indeks =

[rata-rata pertambahan berat badan per hari X daya hidup X 100 ] : FCR

• Keterangan :

o Rata – rata berat badan = rata-rata berat panen : rata-rata lama pemeliharaan

o Rata-rata pertambahan berat badan perhari = [ total berat jual : total jumlah ayam

saat dipanen ] : lama pemeliharaan

o Deplesi / kematian = [( jumlah awal – jumlah akhir ) : jumlah awal ] X 100%

o Daya hidup = ( jumlah awal – jumlah Deplesi / kematian ) X 100%

o Ratio Konversi Pakan / FCR = total berat pakan : total berat panen

Page 73: Manajemen Pemeliharaan Broiler

72

DAFTAR PUSTAKA 1. Hubbard Broiler Management Guide , June 2004. 2. L.I.R. Broiler Management Program of Aviagen , May 2003. 3. Arbor Acres Broiler Management Manual of Aviagen, 2000. 4. Ross Broiler Management Manual of Aviagen, November 2002 5. Hibro G – Broiler Management Guide of Euribrid, 2004 6. The Merck Veterinary Manual, eighth edition (1998). In : Nutrition and Management of Poultry :

1986 – 1995.