Masalah aparatus lakrimalis

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUANI.1. LATAR BELAKANGMata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya dan merupakan sensor pada tubuh manusia yang bermanfaat untuk membedakan siang dan malam, hujan dan tidak hujan dan sebagainya. Seringkali seiring dengan perkembangan jaman, fungsi sensor ini khususnya pada manusia telah banyak berubah. Dewasa ini banyak orang yang telah memanfaatkan mata sebagai alat untuk membaca atau melihat. Dengan mata orang dapat menyerap informasi yang ada dihadapannya, diatasnya, dibelakangnya, dan di tempat lain. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual. Aparatus Lakrimalis. Aparatus Lakrimalis ini terdiri atas kelenjar lakrimalis, kelenjar aksesori ( Kelenjar Wolfring dan Kelenjar Krause ), pungtum lakrimalis, kanalikuli lakrimalis, kantong lakrimalis, dan ductus naso lakrimalis. Kelainan pada aparatus lakrimalis bisa dikarenakan sistem sekresinya dan ekskresinya. Pada sistem aparatus lakrimalis ini sangat berguna pada mata karena aparatus juga menghasilkan air mata yang dimana berguna untuk kesehatan mata.

I.2. TUJUANPada pembahasan ini kita mengetahui bagaimana fungsi dan cara kerja dari aparatus lakrimalis sehingga bisa berguna bagi mata dan penyakit yang terjadi bila ada kelainan pada aparatus lakrimalis ini.

1

BAB II ISIII.1. ANATOMIAparatus lakrimalis terdiri dari 2 bagian : ( 1,2,3 ) 1. Kelenjar lakrimalis yang berhubungan dengan pembentukan air mata (sistem sekresi lakrimal) 2. Saluran air mata yang diteruskan ke dalam hidung (sistem ekskresi lakrimal) Bagian-bagian dari aparatus lakrimalis adalah: ( 2,4 ) 1. Kelenjar lakrimalis terdapat pada fossa lakrimal, sisi medial prosesus zigomatikum os frontal. Berbentuk oval, kurang lebih bentuk dan besarnya menyerupai almond, dan terdiri dari dua bagian, disebut kelenjar lakrimal superior (pars orbitalis) dan inferior (pars palpebralis). Duktus kelenjar ini, berkisar 6-12, berjalan pendek menyamping di bawah konjungtiva. 2. Kelenjar aksesori ( kelenjar wolfring dan kelenjar Krause ) 3. Pungtum lakrimalis : ukuran punctum lakrimalis dengan diameter 0.3 mm terletak di sebelah medial bagian superior dan inferior dari kelopak mata. Punctum relatif avaskular dari jaringan disekitarnya selain itu warna pucat dari punctum ini sangat membantu jika ditemukan adanya sumbatan. Punctum lalkrimalis biasanya tidak terlihat kecuali jika kelopak bawah mata dibalik sedikit. Jarak superior dan inferior punctum 0,5 mm, sedangkan jarak masing-masing ke canthus medial kira-kira 6,5mm dan 6,0 mm. Air mata dari canthus medial masuk ke punctum lalu masuk ke canalis lakrimalis. 4. Kanalikuli lakrimalis : Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal pada orifisium yang sangat kecil, bernama puncta lacrimalia, pada puncak papilla lacrimales, terlihat pada tepi ekstremitas lateral

2

lakrimalis. Duktus superior, yang lebih kecil dan lebih pendek, awalnya berjalan naik, dan kemudian berbelok dengan sudut yang tajam, dan berjalan ke arah medial dan ke bawah menuju lacrimal sac. Duktus inferior awalnya berjalan turun, dan kemudian hamper horizontal menuju lacrimal sac. Pada sudutnya, duktus mengalami dilatasi dan disebut ampulla. Pada setiap lacrimal papilla serat otot tersusun melingkar dan membentuk sejenis sfingter. 5. Saccus lakrimalis (kantong lakrimal) : ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus nasolakrimal, dan terletak dalam cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang lakrimal dan prosesus frontalis maksila. Bentuk lacrimal sac oval dan ukuran panjangnya sekitar 12-15 mm; bagian ujung atasnya membulat; bagian bawahnya berlanjut menjadi duktus nasolakrimal. 6. Duktus naso lakrimalis : kanal membranosa, panjangnya sekitar 18 mm, yang memanjang dari bagian bawah lacrimal sac menuju meatus inferior hidung, dimana saluran ini berakhir dengan suatu orifisium, dengan katup yang tidak sempurna, plica lacrimalis (Hasneri), dibentuk oleh lipatan membran mukosa. Duktus nasolakrimal terdapat pada kanal osseous, yang terbentuk dari maksila, tulang lakrimal, dan konka nasal inferior. Kelenjar lakrimalis terdiri dari struktur-struktur berikut ini : 1. Bagian Orbita berbentuk kenari, terletak di dalam fossa glandulae lakrimalis di segmen temporal atas anterior orbita yang dipisahkan dari bagian palpebra oleh kornu lateralis muskulus levator palpebra. Untuk mencapai bagian kelenjar ini dengan pembedahan, harus diiris kulit, muskulus orbikularis okuli, dan septum orbita. 2. Bagian Palpebra yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen temporal forniks konjungtiva superior. Duktus sekretorius lakrimal, yang bermuara pada sekitar 10 lubang kecil, yang mengubungkan bagian orbita dan bagian palpebra kelenjar lakrimal dengan forniks konjungtiva superior. Pengangkatan bagian palpebra kelenjar akan memutus semua saluran 3

penghubung dan mencegah seluruh kelenjar bersekresi.

Kelenjar Lakrimal aksesorius terletak di dalam substansia propria di konjungtiva palpebra dan hanya dapat dilihat secara mikroskopik. Persarafan Aparatus Lakrimalis ( 4 ) Kelenjar air mata dipersarafi oleh : 1. Nervus Lakrimalis (sensoris), suatu cabang dari devisi pertama Trigeminus. 2. Nervus Petrosus superficialis magna (sekretoris ), yang datang dari nukleus salivarius superior. 3. Saraf simpatis yang menyertai arteria dan nervus lakrimalis.

4

II.2. FISIOLOGI APARATUS LAKRIMALSistem lakrimal terdiri atas dua jaringan utama yaitu sistem sekresi lakrimal yaitu kelenjar lakrimalis dan sistem drainase(1,3,5)

. Kelenjar lakrimalis ini

terdiri atas dua lobus, yaitu bagian orbita terletak pada sisi temporal anterior rongga orbita dan bagian palpebra, yang terletak di sisi temporal fornik konjungtiva superior. Kelenjar lakrimalis sebagai komponen sekresi menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air mata(1,3,5)

. Kelenjar lakrimal normalnya menghasilkan sekitar

1,2 l air mata per menit. Sebagian hilang melalui evaporasi. Sisanya dialirkan melalui sistem nasolakrimal. Bila produksi air mata melebihi kapasitas sistem drainase, air mata yang berlebih akan mengalir ke pipi (5,6)

5

Gambar 3. Struktur anatomi aparatus lakrimalis (Gerhard K.,2000)

Kelenjar ekskresi terdiri dari: punktum lakrimalis, kanalis lakrimalis, sakus lakrimalis, duktus nasolakrimalis. Sistem ekskresi lakrimalis sebagai sistem drainase lakrimal berawal melalui punktum lakrimalis yang terletak medial bagian atas dan bawah kelopak mata, bagian bawah punktum terletak lebih lateral dibanding punktum atas(3,5,6,7). Secara normal punkta agak inversi, setiap punktum dikelilingi oleh ampulla, dengan setiap puncta mengarah ke kanalikuli. Kanalikuli merupakan struktur non keratinasi, epitel squamous non mucin. Berjalan 2 mm vertikal dan berputar 90 o, dan berjalan 8-10 mm medial berhubungan dengan sakus lakrimalis (5,6,7)

6

Pada umumnya kanalikuli ini berkombinasi membentuk kanalikuli tunggal sebelum masuk ke bagian dinding lateral dari sakus lakrimalis. Valva Rosenmuller dideskripsikan sebagai struktur yang mencegah refluks airmata dari sakus kembali ke kanalikuli. Terdapat beberapa studi yang menyatakan bahwa kanalukuli membelok dari posterior ke bagian anterior di belakang dari tendo kantus medial sebelum memasuki sakus lakrimal. Belokan ini pada konjungtiva berperan untuk memblokir refluks. Sakus lakrimalis terletak anterior medial orbital, berada dalam cekungan tulang yang dibatasi oleh lakrimal anterior dan posterior, dimana tendokantus medial melekat. Pada tendokantus medial merupakan struktur kompleks berkomposisi krura anterior dan posterior. Dari medial ke lamina papyracea merupakan bagian tengah dari meatus hidung, kadang juga terdapat sel ethmiod. Bagian kubah dari sakus memanjang beberapa mm di atas tendo kantus medial. Padabagian superior, sakus ini dilapisi dengan jaringan fibrosa. Ini menjelaskan mengapa pada kebanyakan kasus, distensi sakus lakrimalis memanjang dari inferior ke tendo kantus medial. Pada bagian lateral, sakus lakrimal ini bersambung pula dengan duktus nasolakrimalis. Duktus nasolakrimalis berukuran 12 mm atau lebih panjang. Berjalan melalui tulang 7

dalam kanalis nasolakrimalis yang melengkung inferior dan sedikit laterposterior. Duktus nasolakrimalis ini membuka ke dalam hidung melalui ostium, yang biasanya sebagian dilapisi oleh lipatan mukosa (valva hasner). Kegagalan pembentukan ostium ini pada kebanyakan kasus adalah disebabkan oleh obstruksi duktus nasolakrimalis kongenital(3)

.

Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang terletak di fossa lakrimalis di kuadran temporal atas orbita. Kelenjar yang berbentuk kenari ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil, masing-masing dengan sistem saluran pembuangan tersendiri ke dalam forniks temporal superior. Lobus palpebra kadang-kadang dapat dilihat dengan membalikkan palpebra superior. Sekresi dari kelenjar lakrimal utama dipicu oleh emosi atau iritasi fisik sehingga menyebabkan air mata mengalir berlimpah melewati tepian palpebra. Persarafan kelenjar utama datang dari nukleus lakrimalis di pons melalui nervus intermedius dan menempuh jalur rumit dari cabang maxillaris nervus trigeminus (5,7). Kelenjar lakrimal tambahan, meskipun hanya sepersepuluh dari massa utama mempunyai peran penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar utama namun tidak memiliki sistem saluran. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva, terutama di fornix superior. Sel goblet uniseluler yang juga tersebar di konjungtiva menghasilkan glikoprotein dalam bentuk musin. Setiap berkedip, palpebra menutup menyebarkan air mata secara merata di atas kornea dan menyalurkan kedalam sistem ekskresi pada aspek medial palpebra. Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan sesuai dengan jumlah yang diuapkan dan itulah sebabnya hanya sedikit yang sampai ke sistem ekskresi. Bila memenuhi sakus konjungtiva, air mata akan memasuki puncta sebagian karena

8

sedotan kapiler konjungtiva (5).

Gambar .2. Gerakan mengedip yang menyebarkan air mata (8)

Dengan menutup mata, bagian khusus orbikularis pra-tarsal yang mengelilingi ampula mengencang untuk mencegah air mata keluar. Pada waktu yang sama, palpebra ditarik ke arah krista lakrimalis posterior, dan traksi fascia mengelilingi sakus lakrimalis, berakibat memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan negative di dalam sakus. Kerja pompa dinamik ini menarik air mata ke dalam sakus yang kemudian berjalan melalui duktus nasolakrimalis karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan ke dalam meatus inferior hidung (5) . Suplai darah sakus lakrimalis antara lain berasal dari cabang palpebra superior dan inferior dari arteri oftalmika, arteri angularis, arteri infraorbitalis cabang dari arteri sphenopalatina, kemudian mengalir ke vena angularis, vena infraorbitalis dan venavena di hidung. Saluran getah bening masuk ke dalam glandula submandibular dan glandula cervicalis. Persarafan berasal dari cabang nervus infratrochlearis dari nervus nasociliaris dan antero-superior nervus alveolaris (1).

Air mata merupakan komposisi dari kelenjar sekresi lakrimalis mayor 9

dan minor, sel-sel goblet dan kelenjar meibom. Normal merupakan lapisan tipis sekitar 7-10 m yang melapisi permukaan kornea dan kongjungtiva. ( 4 ) Fungsi dari air mata : 1. Membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin dengan meniadakan ketidakteraturan minimal di permukaan epitel. 2. Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungitva yang lembut. 3. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan mekanik dan efek antimikroba. 4. Menyediakan kornea berbagai substansi nutrien yang diperlukan.

Volume air mata normal diperkirakan 7 2 L di setiap mata. Air mata mengandung : ( 4 ) 1. Gama globulin IgA, IgG, IgE. 2. Lysosim 3. Glukosa 2,5 mg / deciliter 4. Urea 0,04 mg / deciliter 5. K+, Na+, Cl6. pH : 7,35 7. Osmolaritas : 295-300 m osmol/l

III.

KELAINAN PADA SEKRESI dan EKSKRESI PADA

10

APARATUS LAKRIMALIS ( 4 )Kelainan pada kelenjar lakrimalis dan salurannya dapat berupa proses infeksi , tumor , trauma maupun suatu kelainan kongenital . Keluhan yang sering ditemui pada penderita dengan kelainan sistem lakrimal ialah mata kering , lakrimasi dan epifora. Mata kering disebabkan oleh berkurangnya produksi air mata. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena trakoma , trauma kimia , erythema multiforme, yang menyumbat muara kelenjar lakrimal atau bisa pula karena sindroma Sjogren. Lakrimasi ialah kelebihan produksi air mata yang disebabkan oleh suatu rangsangan kelenjar lakrimal, biasanya karena suatu proses infeksi. Epifora ialah keadaan dimana terjadi gangguan sistem ekskresi air mata. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kelainan posisi pungtum lakrimal, jaringan sikatrik pada pungtum , paresis atau paralisis otot orbikularis okuli yang menyebabkan berkurangnya efek penghisapan dari kanalikuli lakrimal, benda asing dalam kanalikuli, obstruksi duktus nasolakrimalis dan sakus lakrimal. Untuk menentukan adanya gangguan pada sistem ekskresi air mata dilakukan : 1. Inspeksi pada posisi pungtum 2. Palpasi daerah sakus lakrimal , apakah mengeluarkan cairan yang bercampur nanah 3. Irigasi melalui pungtum dan kanalikuli lakrimal, bila cairan mencapai rongga hidung, maka sistem ekskresi berfungsi baik (uji Anel) 4. Probing yaitu memasukkan probe Bowman melalui jalur anatomik sistem ekskresi lakrimal. Tindakan probing didahului oleh dilatasi pungtum dengan dilatator.

III.1 KELAINAN PADA SISTEM SEKRESI LAKRIMAL(1,2,3)

11

III.1.1 DAKRIOADENITISDakrioadenitis ialah suatu proses inflamasi pada kelenjar air mata pars sekretorik. Dibagi menjadi dua yaitu dakrioadenitis akut dan kronik, keduanya dapat disebabkan oleh suatu proses infeksi ataupun dari penyakit sistemik lainnya. Patofisiologinya masih belum jelas, namun beberapa ahli mengemukakan bahwa proses infeksinya dapat terjadi melalui penyebaran kuman yang berawal di konjungtiva yang menuju ke ductus lakrimalis dan menuju ke kelenjar lakrimalis.

Beberapa penyebab utama dari proses infeksi terbagi menjadi 3 , yaitu : 1. Viral (penyebab utama) Mumps (penyebab tersering, terutama pada anak-anak) Epstein-Barr virus Herpes zoster Mononucleosis Cytomegalovirus Echoviruses Coxsackievirus A

2. Bacterial Staphylococcus aureus and Streptococcus Neisseria gonorrhoeae Treponema pallidum Chlamydia trachomatis Mycobacterium leprae Mycobacterium tuberculosis Borrelia burgdorferi

12

3. Fungal (jarang) Histoplasmosis Blastomycosis Parasite (rare) Schistosoma haematobium Protozoa (rare)

Pada penyakit sistemik yang memungkinkan terjadinya dakrioadenitis adalah : 1.Sarcoidosis 2.Graves disease 3.Sjgren syndrome3 4.Orbital inflammatory syndrome 5.Benign lymphoepithelial lesion

III.1.1.1 DAKRIOADENITIS AKUTPada dakrioadenitis akut sering ditemukan pembesaran kelenjar air mata di dalam palpebra superior , hal ini dapat ditemukan apabila kelopak mata atas dieversi , maka akan kelihatan tonjolan dari kelenjar air mata yang mengalami proses inflamasi . Pada perabaan karena ini merupakan suatu proses yang akut maka biasanya akan sangat nyeri dan dapat diikuti oleh gejala klinis lainnya yaitu kemosis (pembengkakkan konjungtiva), konjungtival injeksi , mukopurulen sekret, erythema dari kelopak mata, lymphadenopati (submandibular), pembengkakkan dari 1/3 lateral atas kelopak mata (S- shape ) , proptosis , pergerakan bola mata yang terbatas. Diagnosis bandingnya :

13

1. Hordeolum internum biasanya lebih kecil dan melingkar 2. Abses kelopak mata terdapat fluktuasi 3. Selulitis orbita biasanya berkaitan dengan penurunan pergerakan mat

III.1.1.2 DAKRIOADENITIS KRONIKPada kronis darkrioadenitis gejala klinisnya lebih baik daripada yang akut. Umumnya tidak ditemukan nyeri , ada pembesaran kelenjar namun mobil, tanda-tanda ocular minimal, ptosis bisa ditemukan, dapat ditemukan sindroma mata kering . Diagnosis bandingnya : 1. Periostitis dari kelopak mata atas sangat jarang terjadi 2. Lipodermoid tidak ada tanda-tanda inflamasi

Semuanya diterapi secara kausatif dan kompres mata dengan rivanol.

Keterangan gambar : Tampak eritema dan odema pada kedua mata

14

Keterangan gambar : Tampak kel. Lakrimalis yang odema pada eversi

III.2 KELAINAN PADA SISTEM EKSKRESI LAKRIMAL(1,2,3) III.2.1 DAKRIOSISTITISSuatu proses inflamasi pada kelenjar air mata pars ekskretorik. Patofisiologinya kembali lagi pada anatomi bahwa pars ekskresi memiliki mukous membran yang memang sudah ada koloni bakteri yaitu pada konjungtiva, dan mukosa nasi . Kegunaan dari sistem ekskresi adalah mengeluarkan air mata ke cavum nasi , seperti sistem drainase . Adanya stagnansi dari air mata , dan tidak dapat dikeluarkan ke kavum nasi maka akan ada gangguan dari sistem drainase air mata dan hal ini dapat menjadi media kuman untuk memperbanyak diri dan terjadilah proses inflamasi disana. Dakriosistitis sering muncul pada mata kiri daripada mata kanan, dikarenakan sudut yang terbentuk antara fossa lakrimalis dan duktus naso lakrimalis kiri lebih kecil daripada yang kanan.Dakriosistitis dibagi menjadi tiga yaitu, akut , kronis dan kongenital.

15

III.2.1.1 DAKRIOSISTITIS AKUTPada dakriosistitis akut dapat ditemukan beberapa gelaja klinis antara lain dapat ditemukan pada perabaan yaitu pembengkakan pada daerah kantus medial hingga ke hidung , muka , bahkan ke dahi. Keluarnya sekret purulen dari puncta, dapat ditemukan conjungtiva injeksi dan selulitis per septal, ataupun selulitis orbital . Diagnosis bandingnya : 1.Hordeolum lebih kecil, berbatas jelas, tidak mobil, ada inflamasi 2.Orbital selulitis biasanya terjadi penurunan pergerakan bola mata

III.2.1.2 DAKRIOSISTITIS KRONIK

Pada dakriosistitis kronis dapat ditemukan beberapa gejala klinis antara lain epifora dan lakrimasi karena adanya obstruksi pada jalan keluarnya air mata.Pada dakriosistitis kongenital, karena terjadinya obstruksi dari sistem drainase sehingga terjadi penumpukkan debris dan denudasi daripada epitel permukaan mata , seringkali gejala klinis yang ditimbulkan adalah konjungtivitis . Biasanya bakteri yang menginfesi adalah staphylococcus yang menghasilkan eksotoxin. Beberapa penyebab yang sering ditemukan adalah : 1.Bakteri aerobik antara lain S epidermidis, S aureus, and Streptococcus, Pseudomonas, and Pneumococcus species. 2.Bakteri anaerobik antara lain Peptostreptococcus, Propionibacterium, Prevotella, and Fusobacterium species. 3.Bakteri gram negatif yang sering menjadi penyebab adalah E coli. Terapi untuk dakriosistitis bergantung pada etiologi dan causanya, pada anak- anak biasanya diterapi dengan pemijatan pada daerah antara mata 16

dengan hidung untuk membuka obstruksi yang terjadi dan diberikan pula antibiotik. Apabila obstruksi tidak membaik pada terapi pemijatan, dapat dilakukan operasi dakriosistorinostomi . Pada penderita dewasa biasanya dilakukan irigasi pada ductus lakrimalis dengan menggunakan salin, dan diberikan pengobatan topikal antibiotik.

Keterangan gambar : tampak massa di kantus medialis , eritema .

Keterangan gambar : tampak pus keluar dari puctum lakrimalis

III.2.2 KANALIKULITSKanalikulitis adalah infeksi yang terjadi di kanalikulus. Sering terjadi pada orang tua usia 50 tahun keatas dengan penyebab utama adalah Actinomyces israelii . Dapat terjadi pada orang usia muda sekitar 20 tahunan atau dibawahnya biasanya penyebab tersering adalah infeksi herpes. Jika tidak 17

ditangani dengan benar dapat terjadi stenosis dari kanalikulus biasanya oleh dakriolit. Dakriolit adalah batu yang terbentuk dari air mata dan debris serta sisa epitel yang bergabung jadi satu. Keluhan biasanya terjadi epifora , terdapat pengeluaran sekret yang serous ataupun mukopurulen dan biasanya unilateral. Terapinya dilakukan dengan dua cara , yang pertama adalah dengan mengeluarkan benda asing disana (sekret ) dan antibiotik terapi. Dakriolit yang kecil dan debris dapat dikeluarkan dengan cotton buds yang ditekankan pada punctum lakrimalis . Jika batu yang terbentuk banyak dan susah dikeluarkan dengan cara manual maka dapat dilakukan tindakan pembedahan yaitu kanalikulotomi.

Keterangan gambar : Tampak sekret purulen yang keluar dari kanalikulus

Keterangan gambar : Tampak sekret yang keluar setelah dimanipulasi

18

III.3 DISFUNGSI DARI SISTEM LAKRIMALIS (1,2,3,4) III.3.1 KERATOKONJUNGTIVITIS SICCAKeratokonjungtivitis sicca atau sindroma mata kering adalah suatu keadaan dimana air mata tidak membasahi mata dengan baik bisa karena memang produksi air mata yang kurang, bisa karena kualitas air matanya yang tidak baik dan mengakibatkan mata kering. Biasanya sindroma mata kering sering terkena pada wanita yang berusia 40-50 tahun dan berkaitan dengan proses menopause, karena wanita yang menopause memiliki hormon estrogen yang sangat rendah bahkan tidak ada , dan ini berkaitan dengan adanya reseptor hormon estrogen maupun androgen di kelenjar lakrimalis dan kelenjar meibom yang merangsang produksi air mata. Pada dasarnya keratokonjungtivitis sika dibagi menjadi 2 , yaitu keratokonjungtivitis dengan kelainan sistemik seperti Sjogren sindroma dan keratokonjungtivitis tanpa kelainan sistemik seperti defisiensi vitamin A , penggunaan obat-obat kontrasepsi , dan kondisi lingkungan (terlalu lama berada diruangan ber AC , atau ruangan yang berasap )

Keluhan pasien dengan sindroma mata kering adalah rasa panas pada mata, mata merah , terasa seperti ada benda asing pada mata, dan juga rasa sakit pada mata. Terkadang ada keluhan mata yang berair , hal ini karena refleks dari lakrimasi yang ditimbulkan dari lingkungan yang berangin, dingin, dan kelembapan udara yang rendah dan terkadang sesudah membaca lama. Tes pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa adalah : 1. Schimmer test 2. Tear break up time 3. Slit lamp Terapi yang diberikan biasanya memberikan air mata buatan, terkadang

19

diberikan tetes mata antibiotik karena produksi air mata yang kurang dapat mengakibatkan mudahnya kuman tumbuh di mata.

III.3.2 TUMOR- TUMOR DI KELENJAR LAKRIMALTumor jinak dari kelenjar lakrimal yang paling sering terjadi adalah pleomorphic adenoma, sedangkan tumor ganas dari kelenjar lakrimal yang paling sering terjadi adalah adenoid cyctic carcinoma dan pleomorphic adenocarcinoma.

WHO memberikan klasifikasi tentang tumor kelenjar lakrimalis dalam beberapa kategori , yaitu : I. II. III. IV. V. Epitelial tumors Tumors of the hematopoietic or lymphatic tissue Secondary tumors Inflamed tumors Other and unclassified tumours

20

BAB III PENUTUP KESIMPULAN :Aparatus Lakrimalis terbagi menjadi 2 sistem : 1. Sistem sekresi lakrimal terbagi menjadi kelenjar lakrimalis dan kelenjar asesorius ( kelenjar wolfring dan kelenjar Krause ) 2. Sistem ekskresi lakrimal terbagi menjadi pungtum lakrimalis, kanalikuli lakrimalis, sakus lakrimalis, duktus naso lakrimalis. Kelenjar air mata dipersarafi oleh : 1. Nervus Lakrimalis (sensoris), suatu cabang dari devisi pertama Trigeminus. 2. Nervus Petrosus superficialis magna (sekretoris ), yang datang dari nukleus salivarius superior. 3. Saraf simpatis yang menyertai arteria dan nervus lakrimalis

Apabila terjadi gangguan pada aparatus lakrimalis ada 2 bagian terganggu bisa di bagian sekresi atau di ekskresinya antara lain : a. Dakrioadenitis akut dan kronik b. Dakriosistitis akut dan kronik c. Kanalikulitis d. Konjungtivitas sika e. Tumor di kelenjar lakrimal

yang

21

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Fakultas kedokteran UniversitasIndonesia. Jakarta.2005.EGC. 2. J. Jack, Kanski Clinical Opthalmology, sixth edition, hal.151-163 3. Eva. Roirdan Paul & Whitcher J.P. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury, Ed. 17.EGC.Jakarta.2007 4. www.emedicine.com 5. Lang, Gerhard K. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas. Thieme. New York. 2000. 6. Miller, Stehen J.H. Parsons Disease Of the Eye. 8th Ed. Churchill livingstone. New york. 1990. 7. Newell, Frank W. Ophthalmology. Principles and Concepts. 6th Ed.The CV. Mosby Company. Taiwan 1986. 8. Adler H., Francis. Giffords Textbook Of Ophthalmology. W.B. Saunders Company. Philadephia 1948.

22