Master Dokumen Rencana TNUK (Repaired).docx

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PERJALANAN KOORDINASI

TEORI PERUBAHAN

K+A+IC+BRBCTRCR

Pengetahuan mengenai nilai penting hutan untuk daerah tangkapan air

Peningkatan kesadaran mengenai pentingnya TNUK tersebut sebagai habitat badak dan juga sebagai penunjang kehidupan

Khalayak target bertambah kemauan untuk mengadopsi sistem pertanian yang baik serta sumber pendapatan alternatif yang lebih produktif dan berkelanjutan

Khalayak target mulai membica-rakan nilai pen-ting hutan se-bagai daerah tangkapan air

Masyarakat. membicarakan sistem dan teknik pertanian yang baik serta sumber pendapatan alternatif yang lebih produktif dan berkelanjutanPengembangan sistem intensifikasi pertanian dengan hasil yang tinggi

Pengembangan sumber-sumber pendapatan lainnya (Kelompok-kelompok usaha ekonomi)

Masyarakat Petani menggarap lahannya dengan pola intensifikasi pertanian dan Petani tidak memperluas lahan garapan dalam kawasan TNUK

Menurunnya laju perusakan hutan akibat perambahan hutan untuk pertanian dan penurunan penebangan liar

Menyelamat-kan hutan Ujung Kulon sebagai habitat badak Jawa dan daerah penting tangkapan air

Untuk mengurangi ancaman terhadap kawasan TNUK yang penting sebagai habitat badak jawa, pembukaan lahan hutan untuk tujuan pertanian dan pembalakan liar akan diminimalisasi. Para petani lokal akan diberikan informasi mengenai nilai kehati dari kawasan TNUK, serta keuntungan mengadopsi system intensifikasi pertanian dan sumber pendapatan lainnya yang sudah dikembangkan dan mulai diterapkan di kawasan tersebut. Sistem dan teknik pertanian yang baru ini akan memberikan pendapatan yang lebih tinggi dan berkelanjutan kepada para petani, dan juga akan mempertahankan system penyangga kehidupan hutan. Mereka akan diperkenalkan pada system dan teknik intensifikasi pertanian dan sumber pendapatan lainnya untuk diadopsi dan mempraktekannya. Pada tahun pertama paling tidak terjadi 50 % adopsi dari teknik dan system intensifikasi pertanian. Kampanye pride di kawasan ini akan dianggap sukses jika tidak ada lagi pembukaan hutan baru sebagai lahan pertanian, dan selama 1 tahun kampanye berkurang sebesar 40 % serta habitat i badak jawa tetap terjaga.

PENDAHULUAN

oleh Indra K. Harwanto

Hampir 9 tahun saya bekerja di Taman Nasional Ujung Kulon, Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan, sebagai pejabat fungsional Pengendali Ekosistem Hutan. Hampir seluruh kawasan Taman Nasional Ujung Kulon telah Saya kunjungi dalam berbagai kegiatan, khususnya kawasan Gunung Honje dan Semenanjung Ujung Kulon yang merupakan habitat badak Jawa yang endemik dan terancam punah populasinya. Bersama dengan teman-teman, saya menjadi saksi terus meningkatnya kerusakan hutan yang disebabkan oleh perambahan hutan untuk sawah, penebangan hutan, dan peristiwa kebakaran hutan. Bahkan, konflik dengan masyarakat setempat pernah kami alami, berbagai upaya dan dialog untuk mencari solusi telah kami lakukan, penegakan hukum semakin ditingkatkan baik pendanaan maupun kegiatan dilapangan, namun realita di lapangan justru semakin banyak konflik dengan masyarakat yang terjadi. Taman Nasional Ujung Kulon dalam 2 tahun terakhir, memprioritaskan pendekatan berbasis partisipasi masyarakat, dengan harapan mendapatkan solusi yang terbaik dalam mengurangi ancaman terhadap kawasan. Pride campaign adalah salah satu upaya untuk mengurangi ancaman tersebut.Rencana Proyek ini menyediakan bukti dokumenter dari tahap pertama kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon yang menguraikan bagaimana ancaman terhadap Taman Nasional Ujung Kulon diidentifikasi dan diuji kebenarannya, bagaimana sumber-sumber ancaman tersebut divalidasi dan perilaku yang ada diidentifikasi. Rencana Proyek ini menjelaskan proses-proses yang digunakan untuk mengembangkan model konseptual dan peringkat ancaman, juga bagaimana dan mengapa khalayak dibagi-bagi dan pesan-pesan dibuat. Sasaran proyek yang diatur dalam rencana ini dan strategi pengawasan yang dijabarkan telah diperiksa oleh pemangku kepentingan utama dan keseluruhan rencana telah dibaca dan disetujui oleh Kepala Taman Nasional Ujung Kulon.

DAFTAR ISI

A. RINGKASAN EKSEKUTIF

A. Ringkasan Eksekutif KILASAN KAMPANYE

NEGARA (UN), Negara Bagian atau Provinsi INDONESIA, BANTEN

Nama lokasiTAMAN NASIONAL UJUNG KULON

RarePlanet URLwww.rareplanet.org/ujungkulon

Informasi Angkatan (Nama Angkatan, nomor, dan manajer utama)Simpul : University of Texas et el PasoNama : METAMORFOSANomor : Supervisi : Pairah

Jangka waktu proyek 15 Oktober 2008 (Tahap Universitas) sampai 15 Juli 2010 (Tahap Penyelesaian Proyek)

Lembaga pemimpinBalai Taman Nasional Ujung Kulon

Kontak lembaga pemimpin(misalnya Direktur Eksekutif)Ir. Agus Priambudi, M.Sc, Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Dirjen PHKA, Departemen Kehutanan

Nama manajer kampanyeIndra Kristiawan Harwanto, Pengendali Ekosistem Hutan di Balai Taman Nasional Ujung Kulon

Mitra BINGO (dan rincian kontak)WWF proyek ujung kulon (Project Leader Adhi Rachmat ; +62818134178, email : ahariyadi @wwf.or.id

Mitra lain(dan rincian kontak)1. Monitoring hasil dan evaluasi kegiatan, membantu fasilitator : LATIN (Lembaga Alam Tropika Indonesia) ; (Direktur eksekutif Arief Aliadi Hp.+628121102660)2. Penyingkir Hambatan : Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten (PPL), RARE dan PT. Tanindo

Ancaman utama yang ditanganiPembukaan lahan baru didalam kawasan TNUK untuk sawahKategori ancaman IUCN : 2.1 (Annual and perennial non timber crops)

Sasaran keanakeragaman hayati utamaBadak Jawa (Rhinoceros sondaicus, Desmarest 1822)

Slogan kampanyeUjung Kulon Lestari Masyarakat Sejahtera

Khalayak sasaran utama (dan populasi)Petangi penggarap di sekitar Taman Nasional Ujung Kulon

jumlah hektar yang terancamTaman Nasional Ujung Kulon memiliki luas total 120.551 ha. Kampanye akan berpusat pada petani penggarap disekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, 10 desa di 2 kecamatan dengan luas 11.691 Ha

Kampanye Teori Perubahan (Maksimal 175 kata)Untuk mengurangi ancaman terhadap kawasan TNUK yang penting sebagai habitat badak jawa, pembukaan lahan hutan untuk tujuan pertanian dan pembalakan liar akan diminimalisasi. Para petani lokal akan diberikan informasi mengenai nilai kehati dari kawasan TNUK, serta keuntungan mengadopsi system pertanian menetap dan sumber pendapatan lainnya yang sudah dikembangkan dan mulai diterapkan di kawasan tersebut. Sistem dan teknik pertanian yang baru ini akan memberikan pendapatan yang lebih tinggi dan berkelanjutan kepada para petani, dan juga akan mempertahankan system penyangga kehidupan hutan. Mereka akan diperkenalkan pada system dan teknik pertanian menetap dan sumber pendapatan lainnya serta mendapatkan pelatihan dan pendampingan teknis untuk mengadopsi dan mempraktekannya. Pada tahun pertama paling tidak terjadi 50 % adopsi dari teknik dan system agroforestry. Kampanye pride di kawasan ini akan dianggap sukses jika 30 % petani penggarap lahan dalam kawasan TNUK tidak melakukan pembukaan dan perluasan lahan garapannya selama 1 tahun kampanye serta tidak diketemukan aktivitas pembukaan dan perluasan lahan garapan untuk pertanian pada tahun 2015.

A. Ringkasan EksekutifINFORMASI LOKASI

Deskripsi lokasi (maks. 275 kata)GeologiTaman Nasional Ujung Kulon yang meliputi Pegunungan Honje, Semenanjung Ujung Kulon dan Pulau Panaitan termasuk sistem pegunungan tersier muda yang menutupi strata pra-tersier dari dangkalan sunda pada zaman tersier. Selama masa Plistosen deretan pegunungan Honje diperkirakan telah membentuk ujung selatan dari deretan pegunungan Bukit Barisan di Sumatera, yang kemudian terpisah setelah terlipatnya kubah Selat Sunda. Bagian tengah dan timur Semenanjung Ujung Kulon terdiri dari formasi batu kapur miosen yang tertutupi oleh endapan aluvial di bagian utara dan endapan pasir di bagian selatan. Di bagian baratnya yang merupakan deretan Gunung Payung terbentuk dari endapan batuan miosen. Di bagian timurnya yang merupakan deretan pegunungan Honje, batu-batuanya lebih tua tertutup oleh endapan vulkanis dan tufa laut di bagian tengah dan tertutup oleh batuan kapur dan liat (marl) di bagian timur. Pulau Panaitan mempunyai lipatan dan formasi batuan yang sama dengan yang terlihat di Gunung Payung, dan di bagian barat terutama barat laut ditemukan bahan-bahan vulkanis termasuk breksia, tufa dan kuarsit yang terbentuk pada zaman holosen. Tanah di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon khususnya Semenanjung Ujung Kulon telah mengalami modifikasi lokal yang ekstensif seiring dengan terjadinya endapan gunung berapi selama letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 (Hommel, 1987). Bahan induk tanah di Taman Nasional Ujung Kulon berasal dari batuan vulkanik seperti batuan lava merah, marl, tuff, batuan pasir dan konglomerat. Jenis tanah yang paling luas penyebarannya di sebagian Gunung Honje, Semenanjung Ujung Kulon dan sebagian Pulau Peucang adalah jenis tanah kompleks grumusol, regosol dan mediteran dengan fisiografi bukit lipatan. Di daerah Gunung Honje terdapat pula tipe tanah regosol abu-abu berpasir di daerah pantai, tanah podsolik kekuningan dan coklat, tanah mediteran, grumusol, regosol dan latosol. Tanah-tanah tersebut umumnya mempunyai tingkat kesuburan rendah dan miskin hara

TopografiTopografi Taman Nasional Ujung Kulon bagian timur didominasi oleh deretan pegunungan honje dengan puncak tertinggi 620 meter diatas permukaan laut. Di sebelah baratnya dihubungkan oleh dataran rendah tanah genting yang merupakan bagian dari Semenanjung Ujung Kulon dan merupakan daratan utama Taman Nasional Ujung Kulon. Semenanjung ini mempunyai topografi datar di sepanjang pantai utara dan timur, bergunung dan berbukit-bukit di di sekitar Gunung Telanca, dan pantai bagian barat daya dan selatan di sekitar Gunung Payung dengan puncak tertingginya 480 m diatas permukaan laut. Dataran rendahnya merupakan rawa-rawa yang ditumbuhi bakau dan pantainya terdiri dari formasi dataran pasir dan batu karang. Pulau Panaitan sebagian besar topografinya datar sampai berbukit dan bergunung dengan puncak tertinggi Gunung Raksa 320 m diatas permukaan laut. Pantainya datar berpasir dengan beberapa berbatu karang yang indah.

Sistem DrainasePerairan Sungai : Pada daerah berbukit di bagian barat banyak sungai kecil dengan arus yang umumnya deras dan tidak pernah kering sepanjang tahun, yang berasal dari Gunung Payung. Di bagian timur Semenanjung Ujung Kulon tidak memiliki pola aliran sungai yang baik, dan umumnya mengalir kearah utara, timur dan selatan dari daratan Telanca dengan muara-muara yang berendapan/gugusan pasir, sehingga membentuk rawa-rawa musiman. Di Gunung Honje membentuk dua aliran sungai yaitu ke arah barat (Teluk Selamat Datang) dan ke arah timur/ selatan (Samudera Hindia). Pada umumnya merupakan sungai-sungai kecil dan potensial sebagai sumber air untuk keperluan penduduk. Sedangkan di Pulau Panaitan umumnya mempunyai pola aliran sungai yang baik yang mengalir ke arah pantai dengan sungai-sungai kecil dan sungai besar.Ukuran Taman Nasional Ujung Kulon mempunyai luas 120.551 Ha, terdiri dari kawasan perairan 44.337 Ha dan kawasan daratan seluas 76.214 Ha.

Jelaskan iklim yang ada di lokasi, bersama data suhu dan curah hujan bulanan. Mempunyai iklim tropik laut, dan menurut Schmidt & Ferguson (1951) termasuk klasifikasi tipe iklim B dengan nilai Q = 20,4. Curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3249 mm dengan temperatur 25-30 C dan kelembapan 80-90 % serta intensitas radiasi surya 0,621-0,669 cl/cm2/ml.. Musim hujan basah terjadi pada bulan Oktober sampai April bersamaan dengan terjadinya musim angin barat laut. Curah hujan tiap bulan rata-rata mencapai lebih dari 200 mm, dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember mencapai lebih dari 400 mm. Musim kemarau/ kering (Mei-September). Angin bertiup dari arah barat laut (Oktober-April) dengan kecepatan besar dan sekali-kali sering terjadi badai yang menyebabkan pohon tumbang dan menyulitkan perjalanan kapal karena ombak besar. Sedangkan angin dari arah timur (Mei-September) membuat perairan Semenanjung Ujung Kulon menjadi terang dan kurang berombak.

Tipe ekosistem (IUCN)Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon merupakan sisa letusan Gunung Krakatau, selanjutnya mengalami suksesi dengan cepat sehingga menghasilkan vegetasi dan hidupan liar yang beranekaragam, TNUK memiliki tiga tipe ekosistem yaitu ekosistem perairan laut, ekosistem pesisir pantai dan ekosistem daratan/ teresterial. Ekosistem perairan laut terdiri dari habitat terumbu karang dan padang lamun dengan luas yang ekstensif pada sebagian besar perairan Semenanjung Ujung Kulon Pulau Handeuleum, Pulau Peucang dan Pulau Panaitan (IUCN 13.4). Ekosistem pesisir pantai terdiri dari hutan pantai dan hutan mangrove di bagian timur laut Semenanjung Ujung Kulon dan sekitarnya (IUCN 1.7), Ekosistem daratan umumnya berupa hutan tropika asli yang terdapat di Gunung Honje, Semenanjung Ujung Kulon dan Pulau Panaitan (IUCN 1.6).

Peta lokasi (topografi)

Koordinat GPS (Google Earth)1020232 1053737 BT dan 63043 65217 LS

Hotspot Keanekaragaman hayatiSundaland Hotspot

Status perlindungan-kawasan lainnyaWorld Heritage Site

Jumlah hektar sasaran kampanye 400 ha

A. Ringkasan EksekutifSPESIES TERANCAM PUNAH

Nama spesies (umum)Badak Jawa

Nama spesies (ilmiah)Rhinoceros sondaicus (Desmarest, 1822)

Deskripsi spesies bendera/spesies flagship(maks 250 kata)Badak jawa merupakan mamalia besar langka yang masih bisa bertahan hidup dan berkembangbiak di habitat satu-satunya yang tersisa di dunia yaitu di Taman Nasional Ujung Kulon. Melindungi badak Jawa, berarti melindungi habitatnya, dan daerah penyangga sekitarnya. Badak Jawa merupakan binatang yang memiliki sifat soliter, perkembangan populasi dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan jumlah yang signifikan, berkisar antara 50 s.d 60 ekor. Badak Jawa memiliki tebal kulit 1-2 cm, tinggi badan 120 150 cm dan memiliki corak kulit berbentuk prisma. Karena memiliki darah panas, maka dalam menstabilkan suhu tubuhnya badak Jawa melakukan berkubang. Badak Jawa memiliki perilaku makan yang agak unik, yaitu dengan cara memangkas, merenggut, merubuhkan dan memotong, salah satu jenis pakan yang paling sering dimakan adalah jenis Sulangkar dan Rotan.

Jumlah spesies pada Daftar Data Merah IUCN Jumlah spesies badak di dunia ada 5 teridiri dari badak jawa, badak sumatera, badak india, badak afrika dan badak vitnam, badak Jawa merupakan salah satu spesies yang terdapat pada Daftar Data Merah IUCN dan dimasukkan sebagai endegered, karena jumlah populasi dan habitatnya yang terbatas.

Jumlah spesies yang endemikTaman Nasional Ujung Kulon memiliki beberapa jenis spesies yang endemik yaitu Owa Jawa (Hylobates moloch) , surili (Prysbytis, sp), Kokoleceran (Vatica bantemensis) dan Kitenjo

A. Ringkasan EksekutifANCAMAN

Ancaman (IUCN)

Ancaman (lanjutan)

Ancaman berikut ini memberikan dampak terhadap kawasan Taman Nasional Ujung Kulon pada umumnya dan khususnya pada habitat badak Jawa : Pembukaan lahan baru untuk pertanian (sawah), Aktifitas pembukaan lahan baru untuk sawah atau pertanian akan mengancam pada habitat badak Jawa, ancaman ini menjadi serius karena masyarakat mempunyai persepsi bahwa untuk meningkatkan hasil pertanian mereka harus melakukannya dengan cara perluasan lahan. Kategori ancaman IUCN: 2.1 (Annual and perennial non timber crops) Penebangan Liar Ancaman penebangan liar terhadap kawasan hutan Gunung Honje disebabkan karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak adanya aktifitas lain yang dapat digunakan untuk menambah pendapatan ekonominya, dampak yang akan ditimbulkan apabila ancaman itu dibiarkan adalah akan meluas hingga habitat badak Jawa. Kategori ancaman IUCN: 5.3 (Penebangan pohon dan pemanenan kayu) Kebakaran Hutan (Kebakaran & Pemadaman Kebakaran) Pada tahun 2007 terakhir kali terjadi kebakaran hutan di kawasan hutan Gunung Honje, kebakaran disebabkan karena adanya keteledoran masyarakat yang membuang punting rokok dan adanya bekas perapian yang digunakan untuk mencari madu hutan, perapian tersebut lupa dimatikan. Dampapak yang ditimbulkannya terbatas karena adanya partisipasi dari masyarakat dalam memadamkan api dan kesigapan petugas TNUK. Kategori ancaman IUCN: 7 (Modifikasi Sistem Alami): 7.1 Kebakaran & Pemadaman Kebakaran Perburuan Babi Hutan di kawasan TNUK (Perburuan & Pengambilan Hewan Daratan) Kegiatan perburuan babi hutan dilakukan karena babi hutan dianggap sebagai hama tanaman pertanian mereka, dampak yang ditimbulkannya sangat terbatas karena hanya dilakukan di kawasan Gunung Honje bagian Timur. Kategori ancaman IUCN: 5 (Penggunaan Sumber Daya Alam Hayati): 5.1 Perburuan dan pengambilan hewan daratan. Pertambangan Liar (pertambangan dan penggalian) Pertambangan liar dilakukan untuk mengambil pasir, batu dan emas. Saat ini kegiatan tersebut sudah berhenti karena alternatif yang lebih murah dan mudah telah ditemukan, selain itu adanya penegakan hokum membuat mereka jera. A. Ringkasan EksekutifKategori ancaman IUCN: 3 (Produksi Energi & Pertambangan) : 3.2 Pertambangan & Penggalian

Ancaman yang ditangani dengan kampanye (IUCN)Ancaman diberi peringkat menggunakan Miradi dengan Lingkup (Scope), Tingkat Kerusakan (Severity) & Ketakberbalikan (Irreversibility). Pembukaan lahan baru untuk sawah didalam kawasan memiliki peringkat ancaman sangat tinggi, karena memberikan dampak pada penyempitan dan kerusakan habitat badak Jawa dan kawasan hutan Gunung Honje sebagai daerah tangkapan air. Sedangkan aktifitas penebangan liar diberikan peringkat ancaman tunggi. Dalam diskusi dengan Prof. DR. Harini Muntasib (anggota Rhino Task Force) dan Drs. Widodo Ramono (Ketua YABI), menegaskan bahwa ancaman pembukaan lahan baru untuk pertanian sangat memberikan dampak negatif terhadap habitat badak Jawa apabila dibiarkan tanpa ada perlakuan yang komprehensif untuk mengurangi ancaman tersebut, dan jika ancaman ini dihilangkan habitat badak Jawa akan tetap terjaga. Jika ancaman lain dapat ditangani secara bersamaan atau bertahap maka ini akan menjadi nilai tambah, khususnya mengenai penebangan liar.

Ancaman yang ditangani oleh kampanye: Pembukaan lahan hutan untuk pertanian 2.1 (Annual and perennial non timber crops)

A. Ringkasan EksekutifPOPULASI MANUSIA

Populasi manusia di lokasiJumlah penduduk di 19 desa di 2 kecamatan yaitu Sumur dan Cimanggu, berdasarkan hasil pendataan potensi desa Kab. Pandeglang tahun 2008 berjumlah 58.934 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk di 10 desa target kegiatan pride campaign berjumlah 28.273 jiwa. Ada beberapa diantara mereka yang masih tinggal didalam kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, diantaranya di Desa Ujung Jaya Kp. Legon Pakis sebanyak 89 KK, dan Kp. Peteuy, Kp. Salam dan Cipakis 76 KK, sedangkan di Desa Cibadak yaitu Kp. Ciakar 74 KK.

Tabel Jumlah Penduduk di 2 Kecamatan Sumur dan Cimanggu

NoKecamatanLuas (km2)Jumlah DesaPopulasi

Jumlah PendudukKepadatan per Km2

1Sumur258,54721.81384

2Cimanggu259,731237.121143

Ringkasan Populasi Manusia (300 kata)Sebagian besar penduduk disekitar Taman Nasional Ujung Kulon bermata pencaharian sebagai petani, khususnya di kecamatan Cimanggu, sedangkan di kecamatan Sumur selain didominasi petani, sebagian besar mereka juga berprofesi sebagai nelayan, hal ini dikarenakan kondisi geografis di 2 kecamatan yang berbeda, kecamatan Cimanggu selain dengan berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon juga diapit dengan kecamatan Cibaliung di sebelah Selatan sehingga sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, sedangkan batas kecamatan Sumur diapit oleh kawasan Taman Nasional Ujung Kulon dengan batas laut Pulau Jawa, kondisi geografis selain mempengaruhi jenis mata pencaharian mereka, juga mempengaruhi penyebaran suku, di kecamatan Cimanggu sebagian besar didominasi oleh suku Sunda, dan sebagian kecil atau minoritas suku Jawa, sedangkan di kecamatan Sumur, selain didominasi masyarakat suku Sunda, juga ada beberapa suku minoritas yaitu Jawa dan Bugis. Bahasa resmi yang digunakan adalah bahasa Sunda, tetapi didalam komunikasi dengan suku lain atau pendatang bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, sedangkan 100 % penduduk disekitar Taman Nasional Ujung Kulon memeluk agama Islam. Hasil survey yang dilakukan oleh TN Ujung Kulon pada awal tahun 2009 menyebutkan bahwa mayoritas responden berada di antara kelompok umur 40 sampai 44 tahun (19.5%) dan kelompok umur 35-39 tahun (15.7%). Sedangkan tingkat pendidikan formal mereka hasilnya menunjukkan bahwa 65.9% dari sampel yang ada telah berhasil menyelesaikan pendidikan formal SD; 13% mencapai Sekolah Menegah Pertama dan 6.5% menyelesaikan Sekolah Menengah Umum dan 7.9 responden tidak memiliki pendidikan formal

Golongan sasaran kunciA. Ringkasan EksekutifPetani yang memiliki lahan pribadi diluar kawasan di Desa Cegog, Cibadak dan Ujung Jaya (Khalayak Primer), Petani yang memiliki lahan didalam kawasan TNUK (Khalayak sekunder), kawan-kawan mereka dan sumber yang dipercaya

PDB Per kapita -

A. Ringkasan EksekutifMANFAAT KONSERVASI

Manfaat konservasi pada tahun 2009(sukses sementara)Kerjasama teknis dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten berhasil dijalin, kontunitas bantuan modal dari mitra penyingkir halangan dapat dipastikan, program peningkatan pengetahuan dan penerapan teknologi pertanian berhasil dilaksanakan dan diadopsi oleh petani penggarap lahan pribadi diluar kawasan, jumlah penggarap yang memperluas lahan garapan didalam kawasan berkurang, dan habitat badak Jawa tetap terjaga kelestariannya dari ancaman pembukaan dan perluasan lahan pertanian baru didalam kawsan Taman Nasional Ujung Kulon.

Konservasi berkelanjutan teruji kebenarannya di lapangan pada tahun 2012(sukses akhir) Pembukaan lahan hutan dan perluasan lahan pertanian didalam kawasan Taman Nasional Ujung Kulon menurun 50 % pada tahun 2010 dan masyarakat mulai memanfaatkan lahan pertanian mereka diluar kawasan secara optimal disaat musim kemarau dan penghujan, sebagaimana ditentukan melalui survey dan observasi dilapangan, serta rekapitulasi hasil laporan bulanan yang dilaporkan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III. Pada tahun 2015 tidak terjadi lagi aktifitas Pembukaan lahan hutan dan perluasan lahan pertanian baru didalam kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, sebagaimana ditentukan melalui hasil survey kegiatan penelusuran lahan garapan yang dilakukan oleh TNUK, dan rekapitulasi hasil laporan bulanan yang dilaporkan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III. Habitat badak Jawa tetap terjaga kelestariannya sebagaimana ditentukan melalui hasil kegiatan survey penelusuran lahan garapan didalam kawasan dan melalui peta citra lanset.

A. Ringkasan EksekutifRENCANA KEBERLANJUTAN

Rencana StrategisBalai Taman Nasional Ujung Kulon memiliki Rencana Strategis (Renstra) untuk mewujudkan visi Taman Nasional Ujung Kulon Lestari Masyarakat Sejahtera, pencapaian visi tersebut diperlukan beberapa point kegiatan yang mendukung terwujudnya visi tersebut, diantaranya kegiatan ekowisata, pengamanan hutan, pemantapan kawasan dan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan pride dapat diintegralkan dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pemantapan kawasan.

Pelatihan stafSelain Indra Harwanto yang telah mengikuti pelatihan program kepemimpinan pride, Taman Nasional Ujung Kulon setiap tahun selalu mengirimkan stafnya untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan kegiatan pemberdayaan masyarakat, fasilitator dan kegiatan penunjang lainnya di Balai Diklat Kehutanan Departemen Kehutanan.

Keberlanjutan sumberdayaKepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon di era kepemimpinan Ir. Agus Priambudi, M.Sc, telah berkomitmen untuk memberikan alokasi anggaran yang lebih kepada program pemberdayaan masyarakat di TNUK, hal tersebut didukung oleh kebijakan dari Departemen Kehutanan yang mendorong agar disetiap Unit Pelaksana Teknis (UPT) dapat mengoptimalkan kearifan lokal dalam pemberdayaan masyarakat.

Kemunduran perilaku dan perlunya penyampaian pesan yang terus menerusKegiatan penyebaran dan penjangkauan informasi konservasi dilapangan, setiap tahun selalu dialokasikan anggarannya oleh TNUK, dengan tujuan sebagai upaya preventif terhadap kegiatan kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan. Kegiatan Kesepakatan Pengelolaan Hutan Partisipatif (KPH Partisipatif) merupakan upaya dari TNUK untuk menjaga kemunduran perilaku, karena didalam KPH partisipatif telah disepakati bersama mengenai hak dan kewajiban serta sanksi yang akan diberikan kepada pelaku perambahan hutan.

A. Ringkasan EksekutifRENCANA AKSI UNTUK MENJANGKAU SELURUH KHALAYAK

SELURUH KELOMPOK SASARANRENCANA AKSIRENCANA PEMANTAUANRESIKO UTAMA

SasaranFokusHasil yang dibutuhkanSasaran utama[footnoteRef:2] [2: ]

Kegiatan utamaAlat yang diperlukanMitraSistem ukuranMetodeTargetFrekuensiSosial-politikSecara keilmiahan/lainnya

Sasaran keanekaragaman hayati:Untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian habitat badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon pada tahun 2015, menjadi tidak ada lagi ancaman pembukaan dan perluasan lahan garapan didalam kawasan. Badak Jawa yang endemik dan terancam punahHabitat badak Jawa tetap terjaga dari ancamanHabitat badak Jawa tidak mengalami ancaman dari aktifitas pembukaan dan perluasan lahan garapan didalam kawasan TNUK pada tahun 2015Program peningkatan pengetahuan dan penerapan teknologi intensifikasi pertanian Tenaga bantuan teknis dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan Teknologi pertanian.Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten (PPL) dan PT TanindoJumlah ancaman pembukaan dan perluasan lahan pertanian menurun dan luasan lahan garapan baru didalam kawasanKegiatan Penelusuran lahan garapan setiap tahun dan rekapitulasi data laporan bulanan dari SPTN wilayah IIITidak ada lagi aktifitas pembukaan hutan dan perluasan lahan garapan baru didalam kawasan pada tahun 2015Dua tahunandimulai dari tahun 2009 selama 6 tahun tahun.Tidak adaICRAF dan Distanak menilai program ini tidak akan menjadi masalah, tergantung pada kecermatan dalam menentukan pilihan jenis tanaman dengan tanah

Sasaran pengurangan ancaman:1) Pelaku Pembukaan hutan untuk lahan garapan didalam kawasan

Pelaku Pembukaan hutan untuk lahan garapan didalam kawasan

Perambahan hutan untuk sawah tidak terjadi lagi

Pada tahun 2015 tidak terjadi lagi perambahan hutan

Program peningkatan pengetahuan dan teknologi intensifikasi pertanian

Petugas Penyuluh Lapangan dan teknologi intensifikasi pertanian

Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten serta PT. Wonokoyo

Luasan lahan garapan didalam kawasan dan jumlah kasus perambahan hutan

Sensus lahan garapan didalam kawasan setiap tahun dan rekapitulasi kasus dalam laporan bulanan

Tidak terjadi perambahan untuk sawah didalam kawasan TNUK padaJuni A. Ringkasan Eksekutif2015

semesteran

Target bisa saja tidak tercapai apabila tidak ada komitmen dan kontinuitas pendanaandari mitra maupun TNUK

A. Ringkasan EksekutifRENCANA AKSI UNTUK MENJANGKAU PARA PETANIPETANIRENCANA AKSIRENCANA PEMANTAUANRESIKO UTAMA

Tingkatan perubahan perilakuFokusHasil yang dibutuhkanSasaran utama[footnoteRef:3] [3: ]

Kegiatan utamaAlat yang diperlukanMitraSistem ukuranMetodeTargetFrekuensiSosial politikSecara keilmiahan/ lainnya

Tingkatan perenungan(Pengetahuan)1) Ancaman (pada habitat badak Jawa) yang disebabkan oleh pembukaan dan perluasan lahan garapan untuk pertanian didalam kawasan

1) Pengetahuan mengenai peran intensifiksi pertanian yang dapat mengurangi ancaman kawasan TNUK yang disebabkan oleh aktifitas pembukaan dan perluasan lahan garapan untuk pertanian didalam kawasan1) Pada akhir bulan Mei 2010, Petani penggarap lahan diluar kawasan TNUK yang setuju bahwa sistem intensifikasi pertanian dapat mengurangi Perluasan lahan atau perambaan hutan didalam kawasan yang akan merusak habitat badak Jawa, meningkat 70 % dari survey pra kampanye tahun sebelumnya 42,7 %.Pesan kognitif disebarkan melalui radio, poster dan penyuluhan melalui pertemuan didesaMateri pesan melalui radio dan poster

Laptop dan proyektor powerpoint Radio GBS Malingping, Krakatau FM dan percetakan dan Distanak Propinsi Banten Perubahan kesadaranPra/pasca survei1) 70%meningkat dari 42.7%

Juli s.d akhir Mei 2010Radio meminta biaya siaran Tidak ada

2) Bentuk simpanan yang paling cerdas2) Pengetahuan mengenai bentuk simpanan untuk anak cucu yang paling baik selain lahan garapan didalam kawasan2) Pada akhir bulan Mei 2010, petani penggarap lahan diluar kawasan menjadikan tabungan uang sebagai simpanan naik A. Ringkasan Eksekutifmenjadi 50 % dari tahun sebelumnya 24.4 %.2) 50% meningkat dari 24.4%.

Tingkat Persiapan(Sikap)1) Adanya dukungan untuk menerapkan system pola intensifikasi pertanian,

1) Adanya dukungan untuk menerapkan system pola intensifikasi pertanian.1) Pada akhir bulan Mei 2010, 90 % petani penggarap lahan diluar kawasan TNUK mendukung penerapan system pola intensifikasi pertanian, dari 78 % pada tahun sebelumnyaPesan emosional disebarkan melalui lembar khotbah dan pesan kognitif melalui poster dan penyuluhan dalam pertemuan desa

Lembar khotbah dan materi penyuluhanTokoh agama, Ustadz, PPL dan percetakanPerubahan sikapPra/pasca survei90% meningkat dari 78 %

25% meningkat dari 4.2 %Juli s.d akhir Mei 2010Kurangnya dukungan dari PPL dan Tokoh agama Tidak ada

2) Tingkat persetujuan terhadap mitos Masyarakat dari desa Ujung Jaya bahwa batas untuk membuka perluasan lahan baru adalah sampai tidak melewati S. Cilintang2) Meningkatnya sikap ketidaksetujuan terhadap mitos bahwa batas untuk membuka perluasan lahan baru adalah sampai tidak melewati S. Cilintang s 2) Pada akhir bulan Mei 2010, petani penggarap lahan diluar kawasan dari desa Ujung Jaya tidak setuju bahwa batas untuk membuka perluasan lahan baru adalah sampai tidak melewati S. Cilintang meningkat menjadi 25 % dari sebelumnya 4.2 % pada tahun 2009

Tingkatan Validasi(Sikap)

Penerapan program intensifikasi pertanian yang dapat mengurangi ancaman pembukaan lahan didalam kawasanMasyarakat mulai membahas mengenai penerapan program intensifikasi pertanian yang dapat mengurangi ancaman pembukaan lahan didalam kawasanPada akhir bulan Mei 2010, 40 % masyarakat yang menggarap lahan dalam kawasan TNUK mulai membicarakan dengan teman sistem dan teknik pertanian yang lebih produktif dan berkelanjutan diluar kawasan, dari tahun sebelumnya 4,9 %.Pesan Perorangan

Pertemuan dengan masyarakatPenyuluahan melalui sekolah lapangPPL dan Ketua Kelompok TaniBerbicara satu sama lainSurvei kesiapanA. Ringkasan Eksekutif40% lebih dari 4.9%Juli s.d akhir Mei 2010Petani terlalu sibuk atau tidak ingin menghadiri pertemuan

Kurangnya kepercayaan pada petugas Dept.Kehu-tanan Tidak ada

Tingkatan pelaksanaan(Praktek)1) Penerapan pola intensifikasi pertanian dan teknologi pertanian

1)Pengetahuan mengenai bagaimana cara menerapan pola intensifikasi pertanian dan teknologi pertanian

1) Diakhir keg. Pride (akhir Mei 2010) 50 % petani penggarap diluar kwsn TNUK, telah menerapkan pola intensifikasi pertanian (meningkat dari 0)1) Pelatihan dan penyuluhan melalui sekolah lapang dan penerapan di lapangan

Materi penyuluhan dan teknologi pertanian PPL dan Ketua Kelompok Tani

PPL dan Ketua Kelompok Tani

1) Jumlah Petani

1) Observasi dan diskusi

1) 50 % meningkat dari 0Juli s.d akhir Mei 20101) Petani terlalu sibuk atau tidak ingin menghadiri sesi pelatihan

1) Tidak ada

2) Petani tidak memperluas lahan garapan 2) Petani tidak memperluas lahan garapan2) Diakhir keg. Pride (akhir Mei 2010) 30 % petani penggarap lahan dalam kwsn. TNUK tidak memperluas lahan garapannya (meningkat dari 0)Penerapan pola intensifikasi pertanianJumlah petani2) Observasi dan diskusi

A. Ringkasan Eksekutif2a) 30 % meningkat dari 0 Juli s.d akhir Mei 20102) Tidak semua petani dilatih dan bersedia untuk melaksanakan

A. Ringkasan EksekutifPengetahuan masyarakat tentang teknik intensifikasi lahan belum optimalHabitatBadak JawaPembukaan lahan baru untuk sawah didalam kawasanHasil panen pertanian yang didapat tidak mencukupi kebutuhan hidup satu tahunMusim kemarau lahan tidak digarap, musim hujan panen sekaliPola intensifikasi lahan tidak diterapkan masyarakat penggarapHabitat Badak JawaTidak ada pembukaan lahan baru untuk sawah di dalam kawasan TNUK oleh petani yang memiliki lahan di luar kawasanPetani menggarap lahannya dengan pola intensifikasi pertanianPetani tidak memperluas lahan garapan dalam kawasan TNUKPeningkatan pengetahuan dan penerapan teknologi intensifikasi pertanian dengan hasil yang tinggi Masyarakat. membicarakan sistem dan teknik pertanian yang lebih produktif dan berkelanjutanBertambah kemauan untuk mengadopsi sistem pertanian yang lebih produktif dan berkelanjutanPeningkatan kesadaran mengenai pentingnya TNUK sebagai habitat badak dan penunjang kehidupan penduduk lokalHabitat badak jawa tetap terjaga kelestariannya pada tahun 2015 Asumsi : Tidak ada lagi ancaman pembukaan lahan garapan baru didalam kawasan TNUK pada tahun 2015Pelaku Pembukaan hutan untuk lahan garapan menurun sebanyak 30 % dari tahun sebelumnya pada Mei 2010, dan tidak ada lagi pada tahun 2015Diakhir keg. Pride (Mei 2010) 50 % petani penggarap diluar kwsn TNUK, telah menerapkan pola intensifikasi pertanian.Diakhir keg. Pride (Mei 2010) 30 % petani penggarap lahan dalam kwsn. TNUK tidak memperluas lahan garapannya Perambahan hutan tidak terjadi lagi pada tahun 2015Mei 2010, 40 % masyarakat yang menggarap lahan dalam kawasan TNUK mulai membicarakan dengan teman sistem dan teknik pertanian yang lebih produktif dan berkelanjutan diluar kawasan, dari tahun sebelumnya 4,9 %Mei 2010, 90 % petani penggarap lahan diluar kwsn TNUK mendukung penerapan system pola intensifikasi pertanian, dari 78 % pada tahun sebelumnyaMei 2010, meningkat 70 % dari tahun sebelumnya 42,7 %, petani penggarap lahan diluar kawasan TNUK setuju bahwa sistem intensifikasi pertanian dapat mengurangi Perluasan lahan atau perambahan hutan didalam kawasan yang akan merusak habitat badak JawaPelaksanaan kegiatan sensus lahan garapan didalam kwsn dan rekapitulasi laporan bulananBimbingan teknis, penyuluhan, Penegakan hukum , pemberdayaan masyarakat dan komunikasi antar kelompokPenyuluhan, studi bandiing, praktek atau implementasi kegiatan pola intensifikasi pertanian.Komunikasi, penyuluhan, pendampingan dan praktek intensifikasi pertanian.Kesadaran dan komunikasiPesan antar individu, focus group discusion dan pertemuan terbatasKesadaran dan komunikasiPesan kreatif,Khutbah jumat,Radio dan penyuluhanKesadaran dan komunikasiPesan kreatif,Khutbah jumat,Radio dan penyuluhanLuas lahan garapan didalam kwsn dan jumlah pelanggaranJumlah pelaku pembukaan kwsn hutan u/ lahan garapan Observasi dan hasil survey pra dan pasca kegiatan pride campaignObservasi lapangan dan tidak ada lagi laporan petugas TNUK ttg perambahan hutanPercakapan terfokus dan survey KAP sebelum dan sesudah kegiatanPercakapan terfokus dan survey KAP sebelum dan sesudah kegiatanPercakapan terfokus dan survey KAP sebelum dan sesudah kegiatan

B. Lokasi Proyek

Sebelum meluncurkan suatu kampanye Pride, adalah penting untuk memahami sepenuhnya lokasi yang akan menjadi fokus dari kampanye, ancaman dan penyebab yang telah diketahui, kebijakan dan peraturan yang dapat memberikan dampak terhadap lokasi, dan inisiatif konservasi lain yang ada di lokasi. Hal ini pertama-tama dilakukan dengan melakukan kajian lokasi (site review) dan menyiapkan suatu naskah latar belakang yang menyimpulkan informasi primer dan sekunder yang telah dikumpulkan dan darimana informasi itu diambil. Hasil dari pekerjaan yang dilakukan untuk mempersiapkan bab dari rencana ini juga dapat membantu mengidentifikasi pemangku kepentingan utama dan sasaran utama keanekaragaman hayati.

Seksi berikut ini akan dimasukkan ke dalam lokasi proyek, termasuk:1.0 Ringkasan Lokasi1.1 Informasi dan Sumber Daya yang Penting1.2 Latar Belakang Taman Nasional Ujung Kulon1.3 Lokasi dan Topografi Taman Nasional Ujung Kulon1.4 Keanekaragaman Hayati di Taman Nasional Ujung Kulon (Flora dan Fauna)1.5 Pemilikan Lahan1.6 Demografi1.7 Nilai-nilai Konservasi1.8 Ancaman yang Diketahui1.9 Pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon2.0 Tim Proyek dan Pemangku Kepentingan2.1 Lembaga Mitra dan Manajer Kampanye2.2 Kelompok Lain di Taman Nasional Ujung Kulon2.3 Pemangku Kepentingan Utama

B. Lokasi Proyek1.0 RINGKASAN LOKASI

1.1 Informasi, sumber dan kontak penting yang digunakan dalam pembuatan dokumen ini

Sumber daya tertulis yang tersedia dibawah ini telah digunakan untuk mengumpulkan data awal dan latar belakang:SUMBER DAYA TERTULIS YANG TERSEDIATelah Diperiksa?

Peta Topografi Vegetasi Geologi Survei udara

Studi Ilmiah dan studi lainnya Buku Review Zonasi Partisipatif di Taman Nasional Ujung Kulon; TNUK, 2008 Hasil pendataan potensi desa Kabupaten Pandeglang tahun 2008; BPS Pandeglang, 2008 Rencana Pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon

Rencana strategis sebelum dan sekarang Rencana Strategis TNUK Rencana Kerja Anggaran Kememnterian dan Lembaga (DIPA 29) TNUK

Lain-lain Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Nota Kesepakatan Pengelolaan Hutan Partisipatif (KPH Partisipatif)YaYaYaTidak

YaYaYa

YaYa

YaYaYa

Kelompok berikut ini menyediakan masukan utama ke dalam ringkasan lokasi melalui pembicaraan empat mata secara langsung maupun melalui telepon. KELOMPOK PEMANGKU KEPENTINGAN UTAMA[footnoteRef:4] [4: University of Andrea juga berlokasi di Rima, LSM konservasi lokal (the Andrean Naturalists Society) dan ASPCA (the Andrean Society for the Prevention of Cruelty to Animals). Keterangan lebih lanjut mengenai kelompok tersebut tersedia berdasarkan permintaan. ]

BEKERJA DI TNUK ?TELAH DIWAWANCARA? (Y,T)

Departemen Pemerintah Kantor Kecamatan Cimanggu Kantor Kecamatan Sumur TNUK

Pengguna Sumber Daya Kelompok Tani Kelompok Guide

LSMs WWF YABI Sahabat Ujung Kulon KAGUM Yayasan SEKAR

Lain-lain Pakar Ilmiah (IPB) Klub Pemuda Sekolah Pemimpin agamaYYY

Y

B. Lokasi ProyekY

YaYaYaYaYa

TidakYYTidakYYY

YTidak

YaYaYaTidakTidak

YaYaTidakTidak

1.2 Latar Belakang Taman Nasional Ujung Kulon

Taman Nasional Ujung Kulon adalah kawasan konservasi yang terletak di ujung barat Pulau Jawa tepatnya di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten, dan berbatasan dengan 19 desa disekitar kawasan. Secara geografis kawasan Taman Nasional Ujung Kulon terletak antara 1020232 - 1053737 BT dan 063043 - 065217 LS. Tahun 1846 Kekayaan flora dan fauna Ujung Kulon pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli botani berkebangsaan Jerman yang bernama Junghun. Pada tahun 1937, melalui keputusan pemerintah nomor 17 tanggal 24 Juni 1937 (lembaran negara no 420 tahun 1937) status ujung kulon diubah menjadi Suaka Margasatwa, yang meliputi Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Panaitan, Pulau Peucang dan Pulau Handeuleum.Status Ujung Kulon sebagai suaka margasatwa kembali berubah menjadi cagar alam tahun 1958 melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 48/UM/1958 tanggal 17 April 1958. Pada tahun 1965 dibentuk Seksi Perlindungan dan Pengawetan Alam Ujung Kulon-Panaitan melalui SK Kepala Direktorat Kehutanan Nomor 738/V/6/KD tanggal 16 September 1965, yang berdiri sendiri dan berkedudukan di Labuan serta mendapat pengawasan langsung dari Kabag Perlindungan dan Pengawetan Alam, Direktorat Kehutanan.Melalui SK Menteri Pertanian Nomor : 16/Kpts/Um/3//1967 tanggal 16 Maret 1967 Cagar Alam Gunung Honje di bagian timur tanah genting (seluas 10.000 ha) yang memisahkan Semenanjung Ujung Kulon dari Pulau Jawa masuk kedalam kawasan Suaka Alam Ujung Kulon. Pada tahun 1972, tanggung jawab pengelolaan dipegang oleh Direktorat Perlindungan dan Pelestarian Alam, Direktorat Jenderal Kehutanan Departemen Pertanian. Pada tahun 1979, Gunung Honje Utara masuk kedalam kawasan Suaka Alam Ujung Kulon melalui SK Menteri Pertanian Nomor : 39/Kpts/Um/1979 tanggal 11 Januari 1979, seluas 9.498 hektar.

B. Lokasi ProyekPada tanggal 6 Maret 1980, melalui pernyataan Menteri Pertanian, Ujung Kulon mulai dikelola dengan Sistem Manajemen Taman Nasional. Tahun 1984 dibentuklah Taman Nasional Ujung Kulon (kelembagaannya), melalui SK Menteri Kehutanan No. 96/Kpts/II/1984 yang wilayahnya meliputi Semenanjung Ujung Kulon, Gunung Honje, Pulau Peucang dan Panaitan, Kepulauan Krakatau dan Hutan Wisata Carita.

B. Lokasi ProyekPada tahun 1992, Ujung Kulon ditetapkan sebagai Taman Nasional dengan SK. Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 Pebruari 1992, wilayahnya meliputi wilayah Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Panaitan, Pulau Peucang, P. Handeuleum dan Gunung Honje, dengan luas keseluruhan 120.551 ha, yang terdiri dari daratan 76.214 ha dan laut 44.337 ha.

Melalui Surat Keputusan No. SC/Eco/5867.2.409 tahun 1992, Taman Nasional Ujung Kulon ditetapkan sebagai The Natural World Heritage Site oleh Komisi Warisan Alam Dunia UNESCO karena memenuhi kriteria (iii) dan (iv) yaitu :iii. Memiliki fenomena alam yang sangat istimewa dengan keindahan dan nilai estetika yang luar biasaiv. Memiliki habitat alami yang sangat penting untuk konservasi keanekaragaman hayati secara in-situ, termasuk adanya species yang terancam kepunahannya yang bernilai tinggi bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan konservasi.Pembinaan Taman Nasional Ujung Kulon selanjutnya berada dibawah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dimana Taman Nasional Ujung Kulon sendiri merupakan Unit Pelaksana Teknis Direktorat jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.

B. Lokasi Proyek1.3 Lokasi dan Topografi Taman Nasional Ujung Kulon

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan kawasan konservaasi dengan luas 120.551 ha terdiri dari kawasan daratan 76.214 ha dan kawasan perairan laut 44.337 ha. Secara geografis terletak pada 645' Lintang Selatan dan 10520 Bujur Timur. Berdasarkan administrasi pemerintahan, kawasan tersebut terletak di wilayah Kecamatan Cimanggu dan Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten. Berdasarkan peta tipe hujan Jawa dan Madura yang berpedoman pada pembagian iklim Schmidt & Fergusson, sebagian besar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon termasuk dalam tipe iklim B dengan nilai Q=20,4 dan curah hujan rata-rata pertahun 3.249 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember yang mencapai lebih dari 400 mm. Suhu udara rata-rata harian berkisar 26,2 28,7C dan kelembaban udara berkisar 75%-91% serta intensitas radiasi surya 0,621-0,669 cl/cm2/ml. Bulan basah terjadi pada Oktober April pada saat terjadinya musim angin barat, yaitu angin yang bertiup dari arah barat daya dengan kecepatan tinggi. Angin ini seringkali menimbulkan badai yang menyebabkan pohon-pohon tumbang dan menyulitkan perjalanan kapal menuju lokasi karena ombak yang besar. Sementara itu, bulan kering terjadi pada Mei September bersamaan dengan musim angin timur yang bertiup dari arah Timur/Selatan.Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon bagian Timur didominasi oleh deretan Pegunungan Honje dengan puncak tertinggi 620 m dpl. Kawasan bagian barat dipisahkan oleh dataran rendah tanah genting yang merupakan Semenanjung Ujung Kulon dan membentuk daratan utama Taman Nasional Ujung Kulon.Semenanjung Ujung Kulon mempunyai topografi yang datar sepanjang pantai utara dan timur, bergunung dan berbukit-bukit di sekitar gunung payung dan pantai bagian barat daya dan selatan dengan puncak tertinggi gunung payung 480 m dpl. Sebagian juga merupakan dataran rendah dan berawa-rawa, yaitu di daerah jamang yang ditumbuhi bakau 1.4 Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Ujung KulonKawasan TN. Ujung Kulon adalah salah satu fakta sejarah, yaitu merupakan sisa-sisa letusan Gn Krakatau pada tahun 1883 yang sudah dikenal secara umum hebatnya letusan gunung tersebut. Yang selanjutnya mengalami suksesi, dengan cepat menghasilkan vegetasi dan kehidupan satwa liar yang berkembang. TN. Ujung Kulon juga dikenal di dunia sebagai habitat Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus). Dari berbagai hasil survey yang dilakukan oleh para ahli, sampai saat ini diketahui potensi flora dan fauna yang tersebar dalam tipe-tipe vegetasi sebagai berikut :a. Hutan Pantaib. Hutan Mangrovec. Hutan Rawa Air Taward. Hutan hujan tropis dataran rendahe. Padang Rumput

B. Lokasi ProyekAdapun jumlah jenis flora dan fauna yang diketahui sampai saat ini seperti tercantum dalam tabel 1 berikut:

Tabel 1. Potensi Flora dan Fauna di TN. Ujung KulonNo.Jenis PotensiJumlah jenis

1.Flora :700 jenis

2.Fauna :

a. Mamalia35 jenis

b. Primata5 jenis

c. Burung240 jenis

d. Reptilia59 jenis

e. Amphibia22 jenis

f. Pisces142 jenis

g. Terumbu Karang33 jenis

Jumlah species tersebut diatas, bila dibandingkan dengan jumlah kekayaan species yang terdapat di Pulau Jawa, maka 26,32 % jenis mamalia, 66,3 % jenis burung dan 34,10 % jenis reptil hidup di Taman Nasional Ujung Kulon. Perbandingan tersebut dapat dilihat dalam tabel 2 berikut:

Tabel 2. Perbandingan Jenis Fauna di Pulau Jawa dengan TN. Ujung KulonNo.JenisP. Jawa*TN. Ujung Kulon%

1Mamalia1333526,32

2Burung36224066,30

3Reptil1735934,10

*: Sumber data : Mackinon 1981

B. Lokasi Proyek1.4.1 FloraKeadaan flora di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon membentuk berbagai formasi hutan, dimana formasi hutan ini dicirikan adanya dominasi oleh jenis/spesies tertentu. Ditinjau dari tipe hutan, flora di kawasan ini terdiri dari hutan pantai, hutan hujan tropika dataran rendah, hutan hujan tropika pegunungan, hutan rawa air tawar, hutan mangrove dan padang rumput. Formasi hutan yang cukup lengkap ini mengandung keragaman plasma nutfah serta spesies tumbuhan berguna dan langka yang sangat tinggi.Beberapa jenis tumbuhan diketahui langka dan di pulau Jawa hanya terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon antara lain : Batryohora geniculata, Cleidion spiciflorum, Heritiera percoriacea, dan Knema globularia. Banyak pula berbagai jenis tumbuhan yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat baik untuk kayu pertukangan, obat-obatan, tanaman hias maupun pangan. Jenis-jenis yang telah dimanfaatkan tersebut antara lain bayur (Pterospermum javanicum) dan berbagai rotan (Calamus sp.) sebagai bahan pertukangan; kayu gaharu (Aquilaria malaccensis), cempaka (Michelia campaca) dan jambe (Areca catechu) sebagai bahan obat-obatan; Anggrek (Dendrobium sp.) sebagai tanaman hias; tangkil (Gnetum gnemon) dan salak (Salacca edulis) sebagai bahan pangan.Hutan pantai umumnya dicirikan oleh adanya jenis-jenis nyamplung (Calophyllum innophyllum), butun (Barringtonia asiatica), klampis cina (Hernandia peltata), ketapang (Terminalia catappa), cingkil (Pongamia pinnata) dan lain-lain. Formasi hutan pantai ini umumnya dikenal sebagai formasi barringtonia dengan spesies yang kurang beranekaragam dan nyamplung merupakan jenis yang lebih khas tipenya. Formasi ini terdapat sepanjang pantai Barat dan Timur Laut Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Peucang, sepanjang pantai Utara dan teluk Kasuaris Pulau Panaitan. Umumnya formasi ini hidup diatas pasir karang dalam jalur sempit memanjang sepanjang pantai dengan lebar 5 sampai 15 meter. Pada tempat-tempat terbuka seperti pantai Barat Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Peucang dan Pulau Panaitan umumnya terdapat pandan (Pandanus tectorius), pakis haji (Cycas rumphii) dan kadang-kadang cantigi (Pemphis acidula). Formasi pescapre yang merupakan vegetasi pioner umumnya terdapat disepanjang tepi pantai dekat dengan garis air pasang tertinggi, yang dicirikan dengan adanya daun katang-katang (Ipomea pescaprae), kutut tiara (Spinifex littoreus), dan juga tumbuhan pohon muda seperti nyamplung dan ketapang. Di Pulau Peucang formasi ini dan rumput tembaga (Ischaemum muticum) tumbuh di sepanjang pantai Selatan dan Timur, juga dijumpai dekat muara sungai sepanjang pantai Barat dan Selatan Semenanjung Ujung Kulon. Di sepanjang pantai Selatan Semenanjung Ujung Kulon, pandan membentuk vegetasi murni (monotipe) pada bukit-bukit pasir dan pada beberapa lokasi bersama-sama dengan jenis Ficus septica dan Syzygium litorale, sedang Pandanus bidur terdapat didekat muara sungai pada pantai Selatan dan Barat Gunung Honje. Sementara itu, di sebelah Timur Cibandawoh formasi vegetasi Pandanus tectorius menghilang dan digantikan oleh formasi Barringtonia.

B. Lokasi ProyekHutan mangrove pasang surut terluas terdapat pada jalur sepanjang sisi Utara Barat tanah genting, meluas kearah Utara sepanjang pantai menuju ke Sungai Cikalong. Daerah hutan mangrove yang lebih sempit terdapat disekitar Sungai Cicangkeuteuk yaitu 4 km disebelah Barat Laut Pulau Handeuleum. Di Pulau Panaitan terdapat pula hutan mangrove yang cukup luas, yaitu di Legon Lentah di sepanjang pantai Timur Laut dan yang agak sempit terdapat disepanjang pantai Utara dan Barat Daya (Legon Kadam dan Legon Mandar) dan sepanjang pantai Timur Laut dan Utara Teluk Kasuaris (Legon Bajo dan Legon Sabini). Jenis formasi vegetasi magrove yang paling umum adalah padi-padi (Lumnitzera racemosa), api-api (Avicenia spp.), bakau (Rhizophora spp.), bogem (Sonneratia alba dan Bruguiera spp.) dan kadang-kadang bercampur dengan pakis rawa, lamiding (Acrostichum aureum). Disamping itu terdapat pula hutan rawa nypa yang tidak terlalu luas pada beberapa muara suangai Ciujungkulon dan Cigenter di pantai Utara Semenanjung Ujung Kulon dan pada muara Sungai Cikeusik dan Cibandawoh di pantai Selatan Semenanjung Ujung Kulon. Hutan rawa air tawar terdapat dibagian Utara Semenanjung Ujung Kulon, pada daerah dibelakang pantai dengan luas yang sempit disekitar Tanjung Alang-alang, Nyiur, Nyawaan, Jamang dan Sungai Cihandeuleum. Air menggenangi daerah ini selama musim penghujan dan mengering selama musim kemarau. Daerah hutan rawa air tawar ini ditandai dengan adanya Thypa angustifolia dan Cyperus spp. Serta yang paling umum yaitu Cyperus pilosus.Hutan hujan tropika menutupi sebagian besar Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Peucang, Pulau Panaitan dan Gunung Honje, namun kemungkinan hanya 40-50 % Semenanjung Ujung Kulon dan hanya 50 % Gunung Honje yang masih tertutup hutan primer. Hutan hujan tropika terbaik terdapat di Pulau Peucang dan sebagian kecil disekitar Gunung Raksa Pulau Panaitan. Hutan di Semenanjung Ujung Kulon dan Gunung Honje ditandai dengan banyaknya jenis palma, terutama langkap (Arenga obtusifolia) yang merupakan tegakan murni. Langkap ini menyebar luas dihampir seluruh Semenanjung Ujung Kulon membentuk tegakan murni dengan tajuk setinggi 10-15 meter. Jenis palma lain adalah Nibung (Oncosperma tigillaria) yang berduri, aren (Arenga pinnata), sayar (Caryota mitis) dan salak (Salacca edulis). Pada sela-sela vegetasi palma sering terdapat jenis-jenis bungur (Lagerstroemia speciosa), kicalung (Diospyros macrophylla), laban (Vitex pubescens), hanja (Arthocephalus chinensis) dan putat (Planchonia valida) dengan pohon yang tinggi dan membentuk tajuk yang rapat. Daerah tertentu yang relatif terbuka dengan sedikit pohon-pohon besar tertutup dengan tumbuhan sekunder Zingiberaceae seperti Tepus (Anchasma sp.), honje (Nicolaila sp.), bersama-sama cente (Lantana camara) dan Maranthaceae yang tumbuh sangat lebat bersama-sama rotan, daerah ini diduga dahulunya pernah ditanami. Dilereng Gunung Honje yang lebih rendah pada daerah yang belum terganggu oleh manusia terdapat jenis-jenis pohon bayur (Pterospermum javanicum), kihujan (Engelthardia serrata), Ficus spp., Eugenia spp., Dipterocarpus gracilis, merbau (Intsia bijuga) dan bungur (Lagerstroemia speciosa), sebagai tumuhan bawahnya adalah bermacam-macam palma terutama langkap (Arenga obtusifolia) dan rotan (Calamus sp.). Pada lereng yang lebih tinggi mempunyai vegetasi yang khas yaitu janitri (Plaeocarpus sphaerius), cangkudu badak (Podocarpus nerifolia), palahlar (Dipterocarpus haseltii), kipela (Aphana xisxis sp.) dan Eurya spp.

B. Lokasi ProyekPada batang pohon dan di tanah tumbuh lumut yang tebal dan banyak sekali epiphyt yang terdiri dari anggrek dan paku-pakuan seperti Freycinetia sp. Dan Asplenium nidus. Selain itu, terdapat pula jenis-jenis eksotik yang dimasukkan ke kawasan ini antara lain jambu biji (Psidium guajava) di Cigenter, jambu monyet (Anacardium occidentale) di Cidaun, dan Cemara (Casuarina equisetifolia) di Tanjung Alang-alang, serta pada sebelah Timur Laut dan Utara Pulau Panaitan. Jenis-jenis ini kemungkinan berasal dari tanaman yang dibawa pada waktu kawasan ini dihuni penduduk.

1.4.2 Fauna

B. Lokasi ProyekTaman Nasional Ujung Kulon memiliki beragam jenis satwa liar baik yang bersifat endemik maupun penting untuk dilindungi. Beberapa jenis satwa endemik penting dan merupakan jenis satwa langka adalah badak jawa (Rhinoceros sondaicus), banteng (Bos sondaicus), owa jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis aigula) dan anjing hutan (Cuon alpinus javanicus).Semenanjung Ujung Kulon pada saat ini merupakan habitat terpenting dari badak jawa. Selain itu, terdapat pula sekitar 30 jenis mamalia yang terdiri dari mamalia ungulata seperti badak, banteng, rusa, kancil, kijang dan babi hutan; mamalia predator seperti macan tutul, anjing hutan, macan dahan, luwak dan kucing hutan; mamlia kecil seperti walang kopo, tando, landak, bajing tanah, kalong, bintarung, berang-berang, tikus, trenggiling dan jelarang. Selain owa dan surili terdapat tiga jenis primata lainnya yaitu kera ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung (Presbytis cristata) dan kukang (Nycticebus coucang).Banteng (Bos sondaicus) merupakan binatang berkuku terbesar dan terbanyak jumlah populasinya. Satwa ini hanya terdapat di Semenanjung Ujung Kulon dan Gunung Honje dan tidak dijumpai di Pulau Panaitan. Rusa (Cervus timorensis) di Semenanjung Ujung Kulon dan Gunung Honje terdapat dalam jumlah dan penyebaran yang sangat terbatas, akan tetapi di Pulau Peucang, Pulau Handeuleum dan Pulau Panaitan menunjukkan pertumbuhan yang semakin banyak. Babi hutan (Sus scrofa), meunceuk (Muntiacus muntjak) dan pelanduk (Tragulus javanicus) relatif umum terdapat di seluruh kawasan.Macan tutul (Panthera pardus) dapat dijumpai di Semenanjung Ujung Kulon dan Gunung Honje, namun tidak dijumpai di tempat lainnya. Sementara ajag/anjing hutan (Cuon alpinus javanicus) dapat dijumpai di Semenanjung Ujung Kulon, Gunung Honje dan Pulau Panaitan. Selain itu, salah satu jenis predator adalah kucing batu (Felis bengalensis), kucing bakau (Felis viverrina), binturong (Arctictis binturong), beberapa jenis musang (Harpestes javanicus), berang-berang (Lutrogale perspicillata) dan sero (Aonyx ninerea). Diantara mamalia lain yang menarik adalah kalong (Pterus vampyrus), walang kopo (Cynocephalus variegatus) dan jelarang (Ratufa bicolor) serta lumba-lumba (Delphinidae).Sampai saat ini telah teridentifikasi sebanyak 21 jenis ular dan 17 jenis katak, diantaranya ular sanca kembang (Phyton reticulatus), phyton india. Selain itu terdapat buaya muara (Crocodylus porosus), biawak (Varanus salvator) dan penyu hijau (Chelonia mydas). Selain itu, taman nasional ini kaya akan berbagai jenis burung yang diperkirakan mencapai 270 spesies baik yang bersifat menetap maupun migran. Pada habitat laut umum dijumpai kelompok burung camar, dara laut, frigata (Fregata ariel), boobie (Sula sp.), tern (Sterna spp.) dan storm petrel (Oceanites oceanicus). Pada habitat pantai terutama pada bulan-bulan tertentu dijumpai burung migran seperti erek, trulek, trinil, kuntul, bangau dan lain-lain yang berada dalam kelompok-kelompok.

B. Lokasi ProyekPada tipe habitat hutan pantai terdapat jenis burung pemakan buah dan serangga, hidup ditajuk pohon seperti pergam (Ducula aenea), punai, burung madu, elang, elang laut putih (Heliaetus leucogaster), elang ikan berkepala abu-abu (Ichtyopaga ichtyaetus) dan elang (Pandion haliaetus). Di hutan payau dan rawa dijumpai bangau dan kuntul, cangak abu-abu (Ardea cinerea), cangak merah (Ardea purpurea) dan pecuk (Phalacro coradidae). Selain itu terdapat pula jenisjenis merak, ayam hutan, puyuh, pipit dan walet.

1.5 Pemilikan LahanTaman Nasional Ujung Kulon berada dibawah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dimana Taman Nasional Ujung Kulon sendiri merupakan Unit Pelaksana Teknis Direktorat jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Seluruh kawasan hutan merupakan tanah negara, dan pengaturannya diatur dalam perundang-undangan.

1.6 Demografi

Besar jumlah penduduk sangat mempengaruhi tekanan terhadap kawasan. Semakin besar jumlah penduduk dalam suatu kawasan berarti semakin tinggi pula kebutuhan lahan untuk pertanian maupun pemukiman. Kendati memiliki luas yang relative lebih sempit dari pada desa-desa di Kecamatan Cimanggu, tetapi desa-desa di Kecamatan Sumur memiliki jumlah penduduk yang lebih besar. Hal ini dapat dilihat pada kondisi kepadatan penduduk di kedua kecamatan, Kecamatan Sumur memiliki kepadatan penduduk sebesar 641,6 orang/km2, sedangkan Kecamatan Cimanggu sebesar 220,7 orang/km2. Oleh karena itu tingkat kebutuhan lahan untuk pertanian dan pemukiman di Kecamatan Sumur lebih tinggi daripada kecamatan Cimanggu karena tingkat kepadatan penduduknya lebih tinggi. Mata pencaharian masyarakat disekitar Taman Nasional Ujung Kulon (Kecamatan Sumur dan Cimanggu) didominasi oleh petani. Sumber data yang diperoleh dari hasil pendataan potensi desa Kabupaten Pandeglang tahun 2008 menyebutkan bahwa rata-rata mata pencaharian petani di Kecamatan Sumur 70 % sedangkan di Kecamatan Cimanggu 80 %, Penduduk di Desa Taman Jaya Kecamatan Sumur merupakan penduduk dengan tingkat mata pencaharian sebagai petani paling rendah (70 %). Desa Kramatjaya Kecamatan Cimanggu menduduki peringkat tertinggi persentase jumlah penduduk berprofesi sebagai petani (80%).

B. Lokasi ProyekTerutama di Kecamatan Sumur selain sebagai petani, beberapa kelompok masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai nelayan (10%) dan kegiatan lainnya (3%). Untuk Kecamatan Cimanggu, selain bertani mereka juga sebagai nelayan (1%) dan bidang kegiatan lainnya (9%). Yang dimaksud dengan bidang kegiatan lainnya diantaranya adalah Pegawai Negeri Sipil, Polisi, TNI, pedagang, dan swasta. Menurut sumber dari data BPS Pandeglang tahun 2007, masyarakat di Kecamatan Sumur 67%-nya masih tergolong keluarga pra-sejahtera dan sejahtera I. mSedangkan di Kecamatan Cimanggu 57% masyarakatnya tergolong prasejahtera dan sejahtera I, dengan demikian bisa disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan mereka masih rendah yang menyebabkan interaksi sosial dengan alam di kawasan Taman Nasioanal Ujung kulon untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sumber pendapatan.Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Sunda, hasil survey yang dilakukan oleh TN Ujung Kulon pada awal tahun 2009 menyebutkan bahwa mayoritas responden berada di antara kelompok umur 40 sampai 44 tahun (19.5%) dan kelompok umur 35-39 tahun (15.7%). Sedangkan tingkat pendidikan formal mereka hasilnya menunjukkan bahwa 65.9% dari sampel yang ada telah berhasil menyelesaikan pendidikan formal SD; 13% mencapai Sekolah Menegah Pertama dan 6.5% menyelesaikan Sekolah Menengah Umum dan 7.9 responden tidak memiliki pendidikan formal.

1.7 Nilai-nilai KonservasiTaman Nasional Ujung Kulon merupakan habitat satu-satunya bagi satwa langka badak Jawa, yang mampu menyediakan rung lingkup untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Badak Jawa merupakan salah satu mamalia endemik yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon, dan dikategorikan kritis oleh IUCN serta dikategorikan appendix I oleh CITES. Selain itu Taman Nasional Ujung Kulon juga merupakan tempat hidup satwa endemik Banteng, Owa Jawa, dan Surili. Keberadaan Taman Nasional Ujung Kulon memberikan kontribusi penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, sebagai sumber plasma nutfah dan tempat hidup biota laut.

1.8 Ancaman bagi Keanekaragaman Hayati di Taman Nasional Ujung KulonBerbagai penelitian telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang ingin mengetahui ancaman dan penurunan habitat badak Jawa, penelitian difokuskan pada habitat badak Jawa, kawasan penyangganya maupun sosial ekonomi masyarakat sekitar Taman Nasional Ujung Kulon. Dalam hasil penelitiannya, Prof. Dr. Harini Muntasib menyebutkan bahwa ancaman yang saat ini dapat mempengaruhi habitat badak Jawa diantaranya adanya invasi langkap, beberapa peneliti juga menyebutkan bahwa di Taman Nasional Ujung Kulon juga terjadi persaingan pakan antara Badak Jawa dan Banteng. Sedangkan, hasil rekapitulasi data temuan gangguan dan kasus yang terjadi di Taman Nasional Ujung Kulon, menunjukkan bahwa kasus penebangan hutan dan perambahan hutan dari tahun ke tahun menunjukkan jumlah frekuensi yang semakin meningkat. Berikut kami sajikan tabel rekapitulasi data gangguan atau kasus yang terjadi Taman Nasional Ujung kulon dari tahun 2003-2008.

B. Lokasi Proyek1.9 Pengelolaan Taman Nasional Ujung KulonPada tanggal 6 Maret 1980, melalui pernyataan Menteri Pertanian, Ujung Kulon mulai dikelola dengan Sistem Manajemen Taman Nasional. Tahun 1984 dibentuklah Taman Nasional Ujung Kulon (kelembagaannya), melalui SK Menteri Kehutanan No. 96/Kpts/II/1984 yang wilayahnya meliputi Semenanjung Ujung Kulon, Gunung Honje, Pulau Peucang dan Panaitan, Kepulauan Krakatau dan Hutan Wisata Carita.Pada tahun 1992, Ujung Kulon ditetapkan sebagai Taman Nasional dengan SK. Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 Pebruari 1992, wilayahnya meliputi wilayah Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Panaitan, Pulau Peucang, P. Handeuleum dan Gunung Honje, dengan luas keseluruhan 120.551 ha, yang terdiri dari daratan 76.214 ha dan laut 44.337 ha. Dengan ditetapkannya Ujung Kulon sebagai Taman Nasional maka Ujung Kulon dikelola dengan system zonasi melalui SK. Ditjen PHPA Nomor : 115/Kpts/DJ-II/1997 yang terdiri dari : Zona inti seluas 37.150 Ha, Zona Rimba seluas 77.295 Ha, Zona Pemanfaatan Intensif seluas 1.096 Ha, Zona Pemanfaatan Tradisional seluas 1.810 Ha dan Zona Rehabilitasi seluas 3.200 Ha.Visi Taman Nasional Ujung Kulon adalah Terwujudnya Taman Nasional Ujungkulon yang lestari dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat sekitar . Sedangkan misi TNUK adalah :1. Mewujudkan fungsi TNUK bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar 2. Mewujudkan ekowisata di Taman Nasional Ujungkulon yang mendukung kelestarian TNUK dan pengembangan ekonomi Daerah Kabupaten Pandeglang3. Mewujudkan kelestarian flora, fauna terutama Badak Jawa, beserta ekosistem dan situs budaya di Taman Nasional Ujungkulon4. Mewujudkan fungsi Taman Nasional Ujungkulon bagi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian dan pendidikan5. Mewujudkan pengembangan sumber daya alam hayati yang ada di Taman Nasional Ujungkulon baik gen, species dan ekosistemnya yang mendukung pemanfaatan berkelanjutan.Saat ini Taman Nasional Ujung Kulon memiliki jumlah pegawai sebanya 133 orang, yang berlatar pendidikan Sekolah Menengah Atas, Sarjana Diploma maupun Sarjana, dalam menjalankan roda organisasi seorang Kepala Balai dibantu oleh 3 orang Kepala Seksi di wilayah kerja dan 1 orang Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang berada di kantor balai.

B. Lokasi ProyekTaman Nasional Ujung Kulon memiliki sarana transportasi berupa kendaraan roda 4 sebanyak 12 buah, sepeda motor sebanyak 23 buah dan kapal patrol laut sebanyak 8 buah yang terbagi di masing-masingt wilayah. Selain itu juga ditunjang sarana teknologi informasi, system database, internet online dan komputerisasi sampai tingkat seksi di lapangan. Saat ini kantor pusat Taman Nasional Ujung kulon berada di kota Kecamatan Labuan, pada tahun 2008 kami menerima alokasi anggaran dari pemerintah pusat sebesar Rp. 10.551.000.000,-Taman Nasional Ujung Kulon juga mempunyai hubungan baik dengan berbagai Universitas negeri maupun swasta yang ada disekitar Banten dan Bogor dalam melaksanakan berbagai kegiatan penelitian, pemberdayaan masyarakat, kajian-kajian ilmiah maupun ekowisata, diantaranya dengan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Institut Pertanian Bogor. Saat ini sedang dirintis kerja sama dengan Sekolah Menengah Atas yang ada disekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon untuk kegiatan pendidikan konservasi yang akan dimuat dalam Muatan Lokal. Selain dengan lembaga pendidikan Taman Nasional Ujung Kulon juga melakukan kerja sama dengan WWF dalam melaksanakan kegiatan penelitian badak Jawa dan pemberdayaan masyarakat, terakhir kami akan menjalin kerjasama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten dalam melaksanakan program intensifikasi pertanian disekitar kawasan konservasi.

1.9.2 Perundang-undangan Kehutanan Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya menyediakan Perlindungan yang mutlak terhadap habitat badak Jawa yang dimasukkan ke dalam pasal-pasal sebagai berikut :Pasal 21 ayat 1 : Setiap orang dilarang :a. mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau matiPasal 33Ayat 3 : setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.Pasal 40Ayat 2 : Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

B. Lokasi ProyekSedangkan Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan memberikan perlindungan terhadap habitat badak Jawa terhadap berbagai ancaman yang dapat menurunkan kualitas habitat badak Jawa, diantaranya sebagai berikut :Pasal 50Ayat 3 : Setiap orang dilarang :b. merambah kawasan hutanPasal 78Ayat 2 : Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat (3) huruf a, huruf b, atau huruf c, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)

1.9.3 Alokasi Anggaran Taman Nasional Ujung KulonAnggaran Taman Nasional Ujung Kulon dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan karena adanya kenaikan gaji pegawai dan berbagai tambahan program kegiatan pemberdayaan masyarakat. Taman Nasional Ujung Kulon pada tahun 2008 memperoleh anggaran mencapai Rp. 10.551.000.000,- anggaran tersebut bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), Departemen Kehutanan memberikan alokasi anggaran tersebut untuk berbagai kegiatan diantaranya sebagai berikut : Belanja Pegawai 50 %b. Gaji Pegawaic. Tunjangan Peningkatan Prestasi Kerjad. Uang Makane. Upah PegawaiBiaya Keanekaragaman Hayati 30 %a. Sensus Badakb. Inventarisasi Rusac. Inventarisasi Owa Jawad. Pemeliharaan Padang Pengembalaane. Pemberdayaan MasyarakatBiaya Administrasi 20 % a. Biaya Perjalananb. Biaya Pengeluaran rutin perkantoran, telpon, listrik dan airc. B. Lokasi ProyekATKd. Percetakane. Rapat-rapatf. Pengamanan Hutan

Anggaran yang didapat oleh TNUK pada dasarnya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada pencapaian visi dan misi TNUK itu sendiri, dimana visi Taman Nasional Ujung Kulon adalah Terwujudnya Taman Nasional Ujungkulon yang lestari dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat sekitarPendanaan untuk gaji saya, biaya material/ produk materi kampanye dan biaya transportasi yang berhubungan dengan kampanye Pride akan disediakan dari anggaran tahunan Taman Nasional Ujung Kulon; pendanaan untuk biaya implementasi BROP akan ditutupi oleh hibah $16,680 dari Rare yang membentuk sebagian dari program Pride (ditambah dengan donasi lokal yang akan didapatkan dari usaha kemitraan lokal). Sukarelawan akan digunakan bilamana memungkinkan termasuk dalam melaksanakan survei kuisioner dan dalam rancangan material (pelayanan yang diberikan).

Catatan keberlanjutan: Taman Nasional Ujung Kulon berkomitmen untuk keberlanjutan dampak dari proyek ini.

B. Lokasi Proyek2.0 TIM PROYEK DAN PEMANGKU KEPENTINGAN KUNCI

2.1 Lembaga Pemimpin dan Manajer Kampanye Pride Balai Taman Nasional Ujung Kulon sejak pertengahan tahun 2007 dipimpin oleh Ir. Agus Priambudi, M.Sc. Masa kepemimpinannya telah banyak inovasi dan kreatifitas yang telah dilakukan, terutama dalam upaya pengurangan ancaman melalui pendekatan kepada masyarakat. Salah satu komitmen yang telah diwujudkan adalah usaha menjalin kerjasama dengan RARE dalam program Pride Campaign, diyakini melalui kegiatan pride campaign dapat ditempuh langkah-langkah strategis dalam upaya mengurangi ancaman konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon.Pada bulan Mei 2008 saya (Indra K. Harwanto) diusulkan oleh Kepala Balai TNUK untuk mengikuti mengikuti program pride campaign, pada bulan Oktober 2008 saya mengikuti kelompok Rares Pride Program di University of Texas at el Paso di IPB Bogor. Dalam Nota Kesepakatan yang telah ditandatangani oleh Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon, sepakat untuk: Mengidentifikasi Manajer Kampanye yang sesuai (Indra K. Harwanto) yang memenuhi kriteria dan syarat yang ditentukan oleh Rare, termasuk pembayaran setiap dan semua biaya yang berhubungan dengan pembuatan penilaian ini (misalnya biaya tes kemampuan bahasa Inggris IELTS/TOEFL). Menempatkan Manajer Kampanye dalam Kampanye Pride secara penuh selama durasi proyek, tidak kurang dari 18 bulan, termasuk untuk Komponen Universitas dan Komponen Berbasis Lapangan. Membayar gaji penuh dan manfaat lainnya sebagaimana diberikan kepada individu selama 18 bulan dari kampanye Pride, pada besaran yang telah disepakati secara lokal dan dalam tingkatan gaji yang ada di Departemen Kehutanan. Menyediakan akses penuh terhadap transportasi lokal bagi Manajer Kampanye selama komponen berbasis lapangan dari Kampanye Pride. Menutupi biaya internet dan telepon yang dikeluarkan oleh Manajer Kampanye sambil menjaga komponen pembelajaran jarak jauh dari Proyek ini, dan biaya administratif lain seperti fotokopi, faks, panggilan telepon, dan surat. Menetapkan mentor (Pairah) untuk membantu mengarahkan Manajer Kampanye (selama komponen berbasis lapangan dari Kampanye Pride). Mentor akan memeriksa dokumen proyek yang penting (termasuk rencana proyek ini), demikian juga laporan bulanan dari Manajer Kampanye dan laporan keuangan Kampanye Pride. Mentor akan bertindak sebagai sumber dukungan bagi Manajer Kampanye selama proyek, dan dapat menghubungi Rare setiap saat untuk pertanyaan atau urusan apapun. B. Lokasi ProyekMembayar segala biaya visa, pajak keberangkatan airport atau biaya lokal yang tidak disebutkan secara khusus dalam kontribusi Rare. B. Lokasi ProyekMenyediakan transportasi dari dan ke airport keberangkatan bagi Manajer Kampanye.

Terakhir, Kepala Balai TNUK telah memberikan komitmen anggaran (dalam anggaran regulernya) untuk mendukung program dalam fase tindak lanjutnya termasuk produksi material tambahan jika diperlukan.

2.2 Kelompok Lain yang Sedang Bekerja di Taman Nasional Ujung KulonKelompok-kelompok lain yang sedang bekerja di Taman Nasional Ujung Kulon dan kegiatan mereka meliputi: WWF Project Ujung Kulon mendukung kegiatan penelitian terhadap individu dan habitat badak Jawa. Mereka juga memberdayakan masyarakat dalam kegiatan ekowisata melalui koperasi KAGUM dan peningkatan kapasitas masyarakat sebagai pengrajin ukiran. website mereka; www.wwf.or.id Yayasan SEKAR, mendukung kegiatan kelompok pemuda disekitar kawasan TNUK dalam peningkatan kemampuan mengoperasionalkan komputer, pelatihan kelembagaan dan peternakan. YABI (Yayasan Badak Indonesia), mendukung kegiatan Rhino Protection Unit di TN. Ujung Kulon

2.3 Pemangku Kepentingan KunciAnalisa kelompok pemangku kepentingan kunci merupakan salah satu tahapan penting dalam perencanaan dokumen, karena akan menentukan kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan membantu dalam pelasanaan dan keberhasilan kegiatan pride. Berdasarkan karakteristik dan sosial ekonomi yang terjadi di masyarakat, maka beberapa kelompok pemangku kepentingan kunci dapat kami sajikan dalam tabel dibawah ini ;

#Peserta/ Pemangku kepentingan Nama, posisi, dan rincian kontak peserta Isu-isu Kunci Sumbangan Potensial Motivasi untuk Hadir Konsekuensi Tidak Mengundang

110 Kepala DesaKamirudin, Adsa, Nadi, Darsa,Sulaeman, Wati, dll Karakter dan budaya masyarakat setempat serta ancamannyaPemahaman terhadap karakter dan budaya masyarakatMinat Pribadi Kehilangan data dan informasipenting

2Camat Cimanggu dan SumurDidit Supriyanto, Suaedi K.081316617558Jejaring kerja dan koordinasi terpaduDukungan terhadap kegiatan kampanyeProfesi dan minatKehilangan data dan informasipenting

3Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. PandeglangAbsjahPengetahuan pola pertanian intensifDan penyuluhan pertanianPemahaman terhadap sistem pertanianTerpadu dan pola tanam yang baikProfesiKehilangan data dan informasipenting

B. Lokasi Proyek#Peserta/ Pemangku kepentingan Nama, posisi, dan rincian kontak peserta Isu-isu Kunci Sumbangan Potensial Motivasi untuk Hadir Konsekuensi Tidak Mengundang

4Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. PandeglangAswing Asnawi081384451600Pengetahuan kawasan hutan rakyat danancaman kawasanPemahaman konsep hutan rakyat dan Alternatif usaha ekonomiProfesiKehilangan data dan informasipenting

5Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan MasyarakatIsmunandar081385777790Usaha pemberdayaan perempuandan masyarakatPemahaman akan usaha pemberdayaanmasyarakatProfesiKehilangan data dan informasipenting

6Primer Koperasi Pegawai RI Kab. PandeglangH. UtangUsaha ekonomi alternatifPemahaman tentang kelembagaanProfesiKehilangan data dan informasipenting

7KSM Sahabat Ujung KulonYaya085921873124Kelompok usaha ekonomi masyarakatKinerja dan semangat untuk dapat melakukan perubahanMinat dan profesiKehilangan data dan informasipenting

8Fakultas Pertanian UNTIRTA dan UNMADR. Kartina A.M.081310069747Pengolahan lahan garapan intensifdan pertanian partisipatifPemahaman akan ilmu pertanian alternatifProfesiKehilangan data dan informasiPenting dan kerjasama

9WWF Ujung KulonAdi Rahmat H0818134178Pengelolaan hidupan satwa liarPemahaman pengelolaan satwa liar dan pemberdayaan masyarakatProfesi dsn minat pribadiKehilangan data dan informasiPenting dan kerjasama

10Koperasi KAGUMWarca Dinata

Pemberdayaan Masyarakat danekowisataKeterampilan dalam pengemasan paketwisataProfesiKehilangan data dan informasipenting

11BAPPEDA Kab. PandeglangParjiyo0811123688Koordinator dan sinkronisasiperencanaan lintas sektoralMemahami isu yang diperlukanMengerti rencana yang strategisKehilangan data dan informasipenting

12RareHari Kushardanto08122013806TOC dan pemasaran sosialPemahaman TOC dan pemasaran sosialProfesiKonsultasi dan arahan tidak ada

13PT. TanindoWawanMenampung hasil jagung dari petaniMenguasai dan mempunyai pasar BisnisKehilangan pasar

14YABIMarcellus [email protected] hidupan liar dan habitatbadak jawaPemahaman pengelolaan kawasan konservasiProfesiKehilangan data dan informasipenting

15POLSEK SUMURAKP. M YusufPengamanan kawasan hutanPengawas dan penegak hokum terhadap Kejahatan kehutananProfesiKehilangan data dan informasipenting

16Seni dan Budaya BantenMad Suki087871196689Pemahaman budaya lokalKeterampilan di bidanhg seni dan pemahaman budaya lokal ProfesiKehilangan data dan informasipenting

17TN. Ujung KulonAgus Priambudi081341301701Pengelola kawasan TN. Ujung Kulon,Pengetahuan ancaman dalam kawasanPemahaman terhadap kawasan dan ancamanProfesiKehilangan data dan informasipenting

18Ketua Tokoh Banten / JawaraHaelaniPengetahuan karakter masyarakat BantenPemahaman terhadap budaya dan adatmasyarakat bantenKehilangan data dan informasipenting

#Peserta/ Pemangku kepentingan Nama, posisi, dan rincian kontak peserta Isu-isu Kunci Sumbangan Potensial B. Lokasi ProyekMotivasi untuk Hadir Konsekuensi Tidak Mengundang

19HIMAPALA UNTIRTA dan UNMAWito (UNTIRTA)085780840443Pengetahuan survey kualitatif dan Sebagai voluenterPemahaman survey kualitatif dan pengalaman sebagai enumeratorMinat, KesadaranKehilangan pengalaman dan input Dari mereka tentang enumerator

20.Kelompok ibu-ibuMasih diidentifikasiMemegang peranan penting dalamMengambil keputusan keluargaMemberi kontribusi dalam pengambilankeputusan di keluargaIkut mengambil keputusanKehilangan data dan informasipenting

21.Kelompok Masyarakat / petani hutanMasih diidentifikasiPengguna Sumberdaya AlamMemahami permasalahan di lapanganProfesi dan pengalamanKehilangan data dan informasipenting

C. Model-model Konseptual

Semua kampanye Pride Rare dimulai dengan membangun suatu model konseptual, yang merupakan alat untuk menggambarkan secara visual situasi di lokasi proyek. Pada bagian intinya, suatu model konseptual yang baik menggambarkan seperangkat hubungan kausal secara grafis antar faktor yang dipercaya memberikan dampak kepada satu atau lebih sasaran keanekaragaman hayati. Suatu model yang baik harus secara jelas menghubungkan sasaran keanekaragaman hayati dengan ancaman langsung yang memberikan dampak padanya dan faktor yang berkontribusi (termasuk ancaman tidak langsung dan kesempatan) mempengaruhi ancaman langsung. Model itu juga harus menyediakan dasar untuk menentukan dimana kita dapat melakukan intervensi dengan strategi kita dan dimana kita perlu mengembangkan indikator untuk mengawasi keefektifan strategi tersebut.Seksi ini akan menunjukkan elemen model konseptual yang diidentifikasi oleh kelompok pemangku kepentingan sebagai faktor yang memberikan kontribusi terhadap hilangnya kesehatan keanekaragaman hayati Pulau Serena:

3.0 Mengembangkan Suatu Model Konsep3.1 Model Konseptual dengan Miradi3.2 Model Konseptual Naratif Awal

C. Model-model Konseptual3.0 MENGEMBANGKAN SUATU MODEL KONSEPTUALPertemuan pemangku kepentingan pada bulan Januari 2009 mempertemukan 40 peserta yang mengidentifikasi faktor langsung dan factor kontribusi serta membuat suatu Model Konseptual untuk Taman Nasional Ujung Kulon. Lingkup proyek meliputi habitat badak Jawa dan Gunung Honje sebagai daerah tangkapan air, sedangkan konteks yang dibcarakan adalah factor-faktor apa sajayang menyebabkan kerusahan hutan Ujung Kulon sebagai habitat badak Jawa dan Gunung Honje sebagai daerah tangkapan air. Ancaman langsung diidentifkasi, kemudian dituliskan pada kartu-kartu yang lalu ditempelkan ke dinding dan dihubungkan dengan sasaran yang sesuai dengan menggunakan tanda panah. Peserta kemudian membahas faktor yang berkontribusi (ancaman tak langsung) yang mengarah kepada, atau memperburuk, faktor langsung. Secara kronologis akan kami sajikan dibawah ini.a. Peserta dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing terdiri dari 6 anggota.b. Seluruh peserta yang hadir bekerja secara individu terlebih dahulu, untuk menjawab dan mengidentifikasi 5 hal dari sebuah konteks pertanyaan Hal-hal apa saja yang menjadi faktor langsung penyebab kerusakan hutan TNUK sebagai daerah tangkapan air dan habitat badak Jawa? c. Kemudian hasil identifikasi tersebut, didiskusikan dalam kelompok yang telah dibentuk, untuk mendapatkan 3 ide atau hal yang paling penting menurut stakeholder dapat mempengaruhi langsung kerusakan hutan TNUK.d. Masing-masing kelompok kemudian menyerahkan 1 ide dalam 1 kartu kepada fasilitator untuk ditempel dalam dinding lengket, fasilitator menempelkan kartu-kartu tersebut sambil dibacakan kembali sebagai bentuk penegasan.e. Apabila ada kartu yang sama makna dan artinya, kartu-kartu tersebut harus dikumpulkan dalam 1 kelompok, kemudian masing-masing kelompok menyerahkan kembali kartu-kartu yang berbeda dari kartu yang telah ditempelkan sebelumnya, kemudian apabila ada yang mempunyai makna yang sama, kartu tersebut juga harus digabungkan.f. Masing-masing kelompok diberi judul sebagai bentuk penamaan, judul yang diberikan harus mencerminkan atau mewakili kalompok kartu yang ada.g. Kartu yang tersisa, digabungkan apabila sama dan dipisah apabila ada yang berbeda. Setiap kartu yang ditempelkan di dinding, harus ditawarkan kepada stakeholder yang hadir untuk mendapatkan klarifikasi atau menghindari hal-hal yang tidak jelas.h. Hasil penamaan dari masing-masing kelompok kartu merupakan hasil dari konteks yang harus dijawab stakeholder dan merupakan konsensus bersama. Stakeholder yang hadir, kemudian dipersilahkan membaca ulang hasil tersebut, untuk mengingatkan dan mengefektifkan bahwa hasil tersebut merupakan konsensus bersama.i. Selanjutnya faktor-faktor langsung penyebab kerusakan hutan hasil dari ToP, dibuat model konseptual untuk mencari akar permasalahan atau faktor penunjang. Dimana masing-masing kelompok mendapat tugas masing-masing 1 kartu untuk mencari faktor penunjang penyebab kerusakan hutan TNUK.j. Setelah mendapatkan hasilnya, ditulis dalam kartu dan ditempelkan pada dinding lengket agar semua peserta mengetahuinya, sekali lagi setiap langkah ketika kartu ditempelkan harus mendapatkan kesepakatan dan konsensus bersama.k. Masing-masing kartu dihubungkan dengan tali rafia yang diberi tanda panah sebagai penunjuk rantai faktor.l. Diakhir pembuatan model konseptual, seluruh peserta dipastikan tetap menyimak hasil yang didapat dalam penyusunan model konseptual, dimana hasil tersebut harus dibacakan ulang dan mendapatkan kesepakatan bersama.m. Sebagai penutup, tidak lupa memberikan salam dan ucapan terima kasih sebagai wujud apresiasi atas kerja keras mereka dalam menyumbangkan pemikirannya dan kerja keras atas kehadirannya.

3.1 Model Konseptual dengan MiradiSetelah terbangun model konseptual melalui pertemuan pemangku kepentingan, perangkat lunak Miradi digunakan untuk mengembangkan dan memasukkan model ke dalam tatanama standar menggunakan taksonomi ancaman yang dikembangkan oleh IUCN. Grafik berikut ini merupakan bentuk model konseptual Taman Nasional Ujung Kulon setelah semua faktor langsung dan berkontribusi di Taman Nasional Ujung Kulon dimasukkan. Ini merupakan model konseptual Taman Nasional Ujung Kulon pertama setelah semua ancaman langsung dimasukkan, dan faktor yang berkontribusi (termasuk ancaman tidak langsung), dari pertemuan pemangku kepentingan. Panah penghubung menandakan hubungan antar faktor dan bagaimana mereka memberikan dampak pada sasaran yang berbeda di Taman Nasional Ujung Kulon.

Faktor yg berkontribusi/ancaman tak langsung [kotak kuning]Ancaman langsung [kotak merah]Sasaran [lingkaran hijau]

C. Model-model KonseptualUntuk membantu mencerna gambar di atas, berikut adalah gambaran singkat dari ancaman langsung dan faktor yang berpengaruh yang diambil dari pertemuan pemangku kepentingan.

Ruang lingkup dan sasaran proyekAncaman langsungFaktor yang berpengaruh (termasuk ancaman tak langsung)

Habitat Badak Jawa

Hutan Gunung Honje

Penebangan LiarAdanya permintaan pasar, batas tanah milik dan tanah kawasan tidak jelas, lemahnya penegakan hokum dan kurangnya sosialisasi perundang-undangan, kebutuhan uang tunai

Kebakaran HutanAdanya aktivitas pembukaan lahan dengan membakar hutan, kurang kesadaran masyarakat, penyuluhan bahaya kebakaran hutan kurang efesien, aktivitas mencari madu hutan dengan api dan petugas jarang di pos

Pembukaan Lahan Baru untuk sawah didalam kawasanTerbatasnya lahan pertanian di tanah desa, tidak mempunyai lahan garapan sendiri, penghasilan panen tidak mencukupi, adanya mitos membuka lahan hutan sebelum S. Cilintang diperbolehkan dan sawah garapan didalam kawasan dijadikan sebagai warisan

Tambang LiarKebutuhan akan uang tunai dan kebutuhan hidup sehari-hari tidak tercukupi.

Perburuan Babi Hutan didalam kawasan TNUKUntuk mengamankan lahan pertanian dari babi hutan, masyarakat masih mempunyai senjata locok dan babi hutan dianggap sebagai hama.

3.2 Model Konseptual Naratif AwalTaman Nasional Ujung Kulon memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, selain sebagai habitat badak Jawa, Taman Nasional Ujung Kulon juga merupakan daerah tangkapan air tepatnya di kawasan Gunung Honje. Dalam membuat model konseptual di stakeholder workshop I, kawasan Ujung Kulon dibagi menjadi 2 scope yaitu habitat Badak Jawa dan Gunung Honje sebagai daerah tangkapan air, masing-masing scope menghadapi ancaman yang dapat menurunkan keanekaragaman hayati, diantaranya penebangan hutan, pembukaan lahan untuk pertanian, kebakaran hutan, tambang liar, dan perburuan babi hutan.Dari kelima ancaman tersebut, semuanya disebabkan oleh aktivitas manusia, kecuali beberapa kejadian kebakaran hutan yang disebabkan oleh factor alam, tetapi presentasinya sangat kecil.

Pembukaan lahan baru untuk pertanian (sawah), Aktifitas pembukaan lahan baru untuk sawah atau pertanian akan mengancam pada habitat badak Jawa, ancaman ini menjadi serius karena masyarakat mempunyai persepsi bahwa untuk meningkatkan hasil pertanian mereka harus melakukannya dengan cara perluasan lahan. C. Model-model KonsepKategori ancaman IUCN: 2.1 (Annual and perennial non timber crops) Penebangan Liar Ancaman penebangan liar terhadap kawasan hutan Gunung Honje disebabkan karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak adanya aktifitas lain yang dapat digunakan untuk menambah pendapatan ekonominya, dampak yang akan ditimbulkan apabila ancaman itu dibiarkan adalah akan meluas hingga habitat badak Jawa. Kategori ancaman IUCN: 5.3 (Penebangan pohon dan pemanenan kayu) Kebakaran Hutan (Kebakaran & Pemadaman Kebakaran) Pada tahun 2007 terakhir kali terjadi kebakaran hutan di kawasan hutan Gunung Honje, kebakaran disebabkan karena adanya keteledoran masyarakat yang membuang punting rokok dan adanya bekas perapian yang digunakan untuk mencari madu hutan, perapian tersebut lupa dimatikan. Dampapak yang ditimbulkannya terbatas karena adanya partisipasi dari masyarakat dalam memadamkan api dan kesigapan petugas TNUK. Kategori ancaman IUCN: 7 (Modifikasi Sistem Alami): 7.1 Kebakaran & Pemadaman Kebakaran Perburuan Babi Hutan di kawasan TNUK (Perburuan & Pengambilan Hewan Daratan) Kegiatan perburuan babi hutan dilakukan karena babi hutan dianggap sebagai hama tanaman pertanian mereka, dampak yang ditimbulkannya sangat terbatas karena hanya dilakukan di kawasan Gunung Honje bagian Timur. Kategori ancaman IUCN: 5 (Penggunaan Sumber Daya Alam Hayati): 5.1 Perburuan dan pengambilan hewan daratan. Pertambangan Liar (pertambangan dan penggalian) Pertambangan liar dilakukan untuk mengambil pasir, batu dan emas. Saat ini kegiatan tersebut sudah berhenti karena alternatif yang lebih murah dan mudah telah ditemukan, selain itu adanya penegakan hukum membuat mereka jera. Kategori ancaman IUCN: 3 (Produksi Energi & Pertambangan) : 3.2 Pertambangan & Penggalian

D. Analisis Ancaman

Taman Nasional Ujung Kulon sebagai habitat badak Jawa dan daerah tangkapan air, mengalami berbagai ancaman yang dapat menurunkan kualitas lingkungan, berbagai ancaman tersebut memang selayaknya mendapatkan perhatian yang serius oleh pimpinan TNUK, keterbatasan sumberdaya dan waktu memaksa kami untuk menentukan skala prioritas ancaman mana yang harus ditangani lebih serius. Tantangan umum untuk manajer sumber daya adalah menentukan yang mana dari banyak ancaman ini yang akan coba kita tangani. Peringkat ancaman merupakan suatu metode untuk membuat langkah yang lengkap ini menjadi lebih jelas dan lebih obyektif. Ini melibatkan penentuan dan pendefinisian seperangkat kriteria kemudian mengaplikasikannya secara sistematis pada ancaman langsung di lokasi sehingga tindakan konservasi dapat diarahkan pada tempat dimana mereka benar-benar diperlukan.

4.0 Peringkat Ancaman4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan4.2 Rantai Faktor

D. Analisis Ancaman4.0 PERINGKAT ANCAMANDegan menggunakan Model Konseptual awal yang dikembangkan pada pertemuan pemangku kepentingan kunci, perangkat lunak Miradi digunakan untuk menetapkan peringkat ancaman langsung yang telah mereka identifikasi[footnoteRef:5]. Peringkat ini berguna untuk: [5: (Ref: Margoluis, Richard A.; and Niklaus Salafsky [1998] Measures of Success, Island Press, Washington DC).]

1) Mengidentifikasi sasaran dengan peringkat tertinggi (Habitat Badak Jawa atau Gunung Honje sebagai daerah tangkapan air)2) Mengidentifikasi ancaman dengan peringkat tertinggi yang berdampak pada sasaran

Perangkat lunak Miradi secara otomatis menangkap sasaran dari Model Konsep, memunculkan mereka sejajar dengan X axis dan dengan ancaman langsung yang sejajar dengan Y axis.

4.1 Lingkup, Intensitas & KetakberbalikanSetiap ancaman diberi peringkat berdasarkan Lingkup, Tingkat Kerusakan & Ketakberbalikan, terhadap setiap sasaran dengan menggunakan petunjuk penilaian berikut ini:

KUNCI KRITERIA ANCAMAN (Berdasarkan definisi Miradi)A: LINGKUP (Area)4 = Sangat Tinggi: Ancaman kemungkinan besar akan menyebar ke seluruh atau sebagian besar lokasi anda. 3 = Tinggi: Ancaman kemungkinan besar akan menyebar dalam lingkupnya, d