Materi Enzim

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Biokimia

Citation preview

KONSEP ENZIM DAN KOENZIM A. Pendahuluan Reaksi atau proses kimia yang berlangsung baik didalam tubuh kita untuk memperoleh energy dimungkinkan karena adanya katalis yang disebut enzim. Pengetahuan tentang katalis dirilis oleh Berzelius pada tahun 1837. Ia mengusulkan nama katalis untuk zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi zat itu sendiri tidak ikut bereaksi. Contoh proses reaksi dengan pertolongan enzim dikenal sejak dulu: pembuatan anggur dengan cara fermentasi atau peragian dan pembuatan asam cuka termasuk proses kimia berdasarkan aktivitas enzim. Enzim dikenal untuk pertama kalinya sebagai protein oleh summer tahun 1926 yang telah berhasil mengisolasi urease. Urease adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi CO2 dan NH3. Tahun kemudian, Northrop dan Kunitz dapat mengisolasi pepsin, tripsin, kimotripsin. Dengan demikian emzim ialah suatu protein Enzim mempunyai gugus protein dan bukan protein jadi termasuk golongan protein majemuk. Enzim semacm ini (holoenzim) terdiri atas protein (apoenzim) dan suatu gugus bukan protein. Sebagai contoh: enzim katalase terdiri atas protein dan ferriprotorfirin. Ada juga enzim yang terdiri atas protein dan logam, misalnya askorbat oksidase adalah protein yang mengikat tembaga. Gugus bukan protein yang disebut kofaktor ada yang terikat kuat dengan protein disebut gugus prostetik dan yang tidak begitu kuat ikatanya, yang dapat dipisahkan dengan dialysis disebut koenzim. Baik prostetik maupun koenzim merupakan bagian dari enzim yang memungkinkan enzim bekerja terhadap substrat yaitu zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim. B. Pengertian enzim Enzim merupakan biokatalis (katalisator yang disintesis oleh organisme hidup), yang mengkatalis reaksi-reaksi kimiawi dalam tubuh makhluk hidup. Enzim tidak hanya bekerja dalam tubuh, tapi juga bisa bekerja dalam tabung reaksi , asal kondisinya sesuai dnegan dalam tubuh.. Didalam tubuh, enzim berfungsi mengkatalis reaksi-reaksi perubahan makanan menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh, baik sebagai energi maupun unsur pembentuk tubuh. Kekurangan enzim dapat menimbulkan penyakit tertentu.

C. Tiga sifat utama enzim 1. Kemampuan katalitiknya 2. Spesifitasnya

3. Kemampuan untuk diatur (regulasi) D. Bagian-bagian enzim Seperti halnya protein lain, enzim memiliki BM antara 12.000 1 juta kd Beberapa enzim tidak membutuhkan molekul kimiawi lain untuk aktifitasnya, beberapa membutuhkan kofaktor/koenzim Kofaktor adalah ion-ion inorganik yang dibutuhkan enzim untuk melakukan fungsinya Koenzim dalah molekul organic (komplek) yang dibutuhkan enzim untuk melakukan fungsinya Koenzim dan kofaktor yang terikat sangat kuat bahkan terikat dengan ikatan kovalen dengan enzim disebut gugus prostetik Enzim aktif lengkap dengan semua komponennya disebut holoenzim Bagian yang terdiri dari protein saja pada suatu enzim disebut apoenzim/apoprotein Fungsi koenzim adalah sebagai karier sementara dari gugus fungsional yang berperan dalam reaksi ensimatis tersebut E. Tata nama dan kekhasan enzim Secara umum nama enzim disesuaikan dengan substratnya, dengan penambahan ase dibelakangnya substrat. Substrat adalah senyawa yang bereaksi dengan bantuan enzim. Contoh: enzim menguraikan urea dinamakan urease. Kelompok yang mempunyai fungsi sejenis diberi nama sesuai fungsinya, missal hidrolase adalah kelompok enzim yang mempunyai fungsi sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap substrat tertentu. Kekhasan inilah yang merupakan cirri dari suatu enzim. Ini sangat berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang dapat bekerja terhadap berbagai macam reaksi. Contoh enzim urease hanya bekerja pada ure sebagai substratnya. Ada juga enzim yang bekerja terhadap lebih dari satu substrat namun enzim tersebut tetap mempunyai kekhasan tertentu, misalnya: enzim esterase dapat menghidrolisis beberapa ester asam lemak, tetapi tidak dapat menghidrolisis substrat lain yang bukan ester. Suatu contoh tentang kekhasan ini misalnya enzim arginase bekerja terhadap Larginin dan tidak terhadap D-arginin. Suatu enzim mempunyai kekhasan yang nisbi, apabila ia dapat bekerja terhadap beberapa sustrat, misalnya esterase dan D-asam amino oksidase yang dapat bekerja D-asam amino dan L-asam amino tetapi beda kecepatanya. Karena kekhasan inilah, maka enzim dapat digunakan sebagai memisahkan komponen D dari L pada campuran rasemik. Kekhasan terhadap suatu reaksi disebut kekhasan reaksi. Suatu asam amino tertentu sebagai substrat dapat mengalami berbagai reaksi dengan berbagai enzim. Contoh hal 143 Jadi kekhasan reaksi bukan disebabkan olej koenzim tetapi oleh

apoenzim F. Fungsi dan cara kerja enzim Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat 108 sampai 1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat: Berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien Mempunyai derajat kekhasan yang tinggi Dapat menurunkan energy aktivasi suatu reaksi kimia Reaksi kimia ada yang membutuhkan energy (endergonik), meghasilkan energy dan mengeluarkan energy (ekssergonik), misalnya: gambar 6-2: diagram energy reaksi kimia tanpa katalis dan dengan katalis. Kompleks enzim-Substrat Enzim mempunyai kekhasan yang hanya bekerja pada satu reaksi saja. Untuk dapat bekerja terhadap suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat. Suatu enzim mempunyai ukuran lebih besar daripada substratnya. Oleh karena itu tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan subtratnya. Hubungan antara substat dengan enzim hanya terjadi pada bagian atau tempat tertentu saja dinamakan bagian aktif (active site) Hubungan hanya mungkin terjadi apabila bagian aktif mempunyai ruang yang tepat dapat menampung substrat. Apabila substrat mempunyai bentuk yang konformasi lain, maka tidak dapat ditampung pada bagian aktif suatu enzim, maka enzim tidak dapat berfungsi terhadap substrat. Ini penjelasan mengapa enzim mempunyai kekhasan terhadap sunstrat tertentu. Persamaan Michaelis-Menten Pada konsentrasi tinggi, kecepatan reaksi tidak dipengaruhi lagi oleh pertambahan konsentrasi. Ini menunjukkan bahwa enzim seolah-olah jenuh dengan substrat, artinya tidak dapat lagi menampung substrat. Michaelis dan Menten berkesimpulan bahwa kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi kompleks enzim-substrat (ES), sebab apabila tergantung pada konsentasi substrat (S), maka penambahan konsentrasi substrat akan menghasilkan pertambahan kecepatan reaksi (bila gigambarkan menjadi garis lurus) Contoh: pada percobaan hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim, ternyata pada konsentrasi sukrosa rendah, kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi sukrosa. Namun pada konsentrasi tinggi, kecepatan reaksinya tidak tergantung pada pada konsentrasi sukrosa. G. Karakteristik sisi aktif enzim Merupakan bagian kecil dari enzim (mengapa enzim harus memiliki ukuran besar? Sisi kimia aktif merupakan suatu cekukan yang bersifat 3 dimensi yang memberikan lingkungan mikro yang sesuai untuk terjadinya suatu reaksi

Substrat terikat pada sisi aktif dengan interaksi/ikatan yang lemah Spesifitas enzim dipengaruhi oleh asam amino yang menyusun sisi aktif suatu enzim Sisi aktif mempunyai 2 bagian yang penting: Bagian yang mengenal substrat dan kemudian mengikatnya Bagian yang mengakatalis reaksi, setelah substrat diikat oleh enzim

Asam amino yang membentuk kedua bagian tersebut tidak harus berdekatan dalam urutan secara linier, tetapi dalam konformasi 3D mereka berdekatan

H. Teori yang menjelaskan kerja enzim Lock and Key analogy Ensim memiliki struktur sisi spesifik yang cocok dengan substrat. Mampu menerangkan spesifitas enzim tetapi tidak dapat menerangkan stabilitas fase transisi enzim

Induced fit theory Memperimbangkan fleksibilitas protein, sehingga pengikatan suatu substrat pada enzim menyebabkan sisi aktif mengubah konformasinya sehingga cocok dengan substratnya sehingga dapat menerangkan fase transisi ES komplek.

I. Dua model reaksi reaksi enzim Ada dua model yang membantu menjelaskan reaksi Enzimatis : 1. Model Fischer (model kaku), mengumpamakan pasangan enzim - subtrat seperti pasangan gembok dengan anak kuncinya, sehingga tidak sembarangan anak kunci bisa membuka gembok itu.. Model ini digunakan untuk menjelaskan mekanisme kerja inhibitor kompetitif 2. Model Koschland (model konformasi), menggambarkan bentuk molekul enzim yang lentur (fleksibel). Sifat lentur ditimbulkan oleh adanya unsur-unsur pengatur kelnturan molekul pada tempat tertentu drai enzim J. Penggolongan enzim Enzim digolongkan berdasarkan pada reaksi yang diikutinya, sedangkan masingmasing enzim diberi nama menurut substratnya. Menurut Commission on Enzymes of the International Union of Biochemistry, enzim digolongkan dalam enam besar berdasarkan reaksi kimia. 1) Golongan oksidoreduktase Enzim-enzim yang termasuk dalam golongan ini, dibagi dua bagian yaitu dehidrogenase dan oksidase. Dehidrogenase bekerja pada reaksi-reaksi dehidrogenase yaitu reaksi pengambilan atom hydrogen dari suatu senyawa (donor). Hydrogen yang dilepas diterima oleh senyawa lain (akseptor). Reaksi pembentukan aldehida dari alcohol adalah contoh reaksinya. Disini alcohol adalah donor hydrogen, sedangkan senyawa yang menerima hydrogen adalah suatu koenzim nikotinadenindinukleotida. Contoh lain glutamate dehidrogenase adalah contoh enzim dehidrogenase yang bekerja terhadap asam glutamate sebagai substrat. Enzim ini banyak terdapat pada mitokondria dalam sumua sel jaringan. Dalam reaksi ini asam glutamate diubah menjadi asam ketoglutarat. Enzim-enzim oksidase juga bekerja sebagai katalis pada reaksi pengambilan hydrogen dari suatu substrat. Dalam reaksi ini yang bertindak selaku akseptor hydrogen ialah oksigen. Contoh enzim glukosa oksidase bekerja sebagai katalis pada reaksi oksidasi glukosa menjadi asam glukonat. Contoh lain xantin oksidase adalah enzim yang bekerja sebagai katalis reaksi oksidasi xantin menjadi asam urat. Asam amino oksidase yang bekerja sebagai katalis pada reaksi oksidasi asam-asam amino. Glisin oksidase adalah enzim pada reaksi oksidasi glisin menjadi glioksilat. Enzim ini adalah suatu flavoprotein yaitu senyawa yang terdiri atas flavin yang berikatan denga protein. Enzim asam amino oksidase terdapat dala hati dan ginjal 2) Transferase Enzim sebagai golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa contoh enzim yang termasuk golongan ini, ialah metiltransferase, dan asam hidroksimetiltransferase, karboksiltransferase, asiltransferase

amino transferase atau disebut juga transaminase. Enzim metiltransferase bekerja pada reaksi pembentukan keratin dari asam guanidine asetat. Pembentukan glisin dari serin merupakan reaksi pemindahan gugus hidroksil metil. Gugus ini dilepaskan dari molekul serin dengan dibantu oleh enzim hidroksimetil transferase. Enzim transaminase bekerja pada reaksi transaminasi yaitu suatu reaksi pemindahan gugus amino dari suatu asam amino kepada senyawa lain. 3) Hidrolase Enzim hidrolase bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Ada tiga jenis hidrolase yaitu yang memecah ikatan ester, memecah glikosida, dan yang memecah ikatan peptide. Beberapa enzim ini adalah esterase, lipase, fosfatase, amylase, amino peptidase, karboksi peptidase, pepsin, tripsin, dan kimotripsin. a. Esterase ialah enzim yang memecah ikatan ester dengan cara hidrolisis. Esterase yang terdapat dalam hati dapat memecah ester sederhana, misalnya etil butirat menjadi etanol dan asam butirat. b. Lipase ialah enzim yang memecah ikatan ester pada lemak, sehingga terjadi asam lemak dan gliserol. c. Fosfatase adalah enzim yang dapat memecah ikatan fosfat pada suatu senyawa, misalnya glukosa-6-fosfat dapat dipecah menjadi glukosa dan asam fosfat. d. Enzim amylase dapat memecah ikatan-ikatan pada amilum hingga terbentuk maltose. Ada tiga macam enzim amylase, yaitu amylase, amylase dan amylase. amylase terdapat dalam saliva (ludah) dan pancreas. amylase terutama terdapat pada tumbuhan dan dinamakan eksoamilase. amylase telah diketahui terdapat dalam hati. Enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi pemecahan molekul protein dengan hidrolisis disebut enzim proteolitik 2 macam peptidase yaitu atau protease/ dan peptidase. Ada endopeptidase

eksopeptidase. Endopeptidase memecah protein pada tempat-tempat tertentu dalam molekul protein dan tidak mempengaruhi gugus yang terletak di ujung molekul. Contoh enzim pepsin yang terdapat dalam usus halus dan papain. Eksopeptidase bekerja terhadap kedua ujung molekul protein. 4) Liase Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam reaksi pemisahan suatu gugus dari suatu substrat (bukan cara hidrolisis). Contoh enzim ini antara lain. Dekarboksilase, aldose, dan hidratase. Piruvat dekarboksilase adalah enzim yang bekerja pada reaksi dekarboksilase asam piruvat dan menghasilkan aldehida. Enzim aldose bekerja pada reaksi pemecahan molekul fruktosa 1,6-difosfat menjadi dua molekul triosa yaitu dihidroksi aseton fosfat dan gliseraldehida-

3-fosfat. Enzim fumarat hidratase berperan dalam reaksi penggabungan satu molekul H2O kepada molekul asam fumarat dan membentuk asam malat. 5) Isomerase Enzim yang termasuk dalam golongan ini bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler, Contoh enzim misalnya ini reaksi perubahan glukosa menjadi dan katalis fruktosa, perubahan senyawa L menjadi senyawa D dll. adalah ribulosa ribulosafosfat epimerase epimerase glukosafosfat bagi reaksi isomerase. Enzim merupakan

epimerisasi ribulosa. Dalam reaksi ini ribulosa-5-fosfat diubah menjadi xilulosa-5-fosfat. Disamping itu reaksi isomerisasi glukosa-6-fosfat menjadi fruktosa-6-fosfat dapat berlangsung dengan bantuan enzim glukosa fosfat isomerase. 6) Ligase Enzim yang termasuk dalam golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua molekul. Maka dinamakan juga enzim sintetase. Ikatan yang terbentuk dari penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N atau C-C. Contoh enzim golongan dalam ini adalah glutamine sintetase glutamine dan dari piruvat asam karboksilase. Enzim glutamine sintetase yang terdapat dalam otak dan hati merupakan glutamate. Enzim karboksilase bekerja dalam reaksi pembentukan asam oksaloasetat dan asam piruvat. K. Pengukuran kecepatan reaksi enzimatis Kecepatan reaksi enzimatis dapat diukur dengan cara ,mengukur kecepatan subtrat yang bereaksi, atau produk yang dihasilkan (per menit atau per jam) dalam keadaan pengkuran kusus.. pengukuran dinyatakan dalam unit enzim L. Distribusi enzim dalam sel Enzim memiliki tempat tersendiri dalam sel. Enzim-enzim glikolitik EmbdenMeyerhof terdapat di sitoplasma.. Enzim siklus kreb terdapat di mitokondria. Rantai pernafasan terletak di membran dalam mitokondria. M. Factor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim 1. Konsentrasi enzim Pada konsentrasi substrat tertentu. Kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim. 2. Konsentrasi substrat Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar. Keadaan ini telah diterangkan oleh Michaelis-Menten dengan hipotesis mereka tentang katalis reaksi pembentukan

terjadinya kompleks enzim substrat. Pada komplek enzim-substrat, pada kosentrasi substrat rendah, bagian aktif (kontak antara enzim dan subtract) enzim ini hanya menampung substrat sedikit. Bila substrat diperbesar, makin banyak substrat yang dapat berhubungan dengan enzim pada bagian aktif tersebut. Maka konsentrasi komplek substrat-enzim makin besar sehingga menyebabkan semakin besar kecepatan reaksi. Pada batas konsentrasi substrat tertentu, semua bagian aktif telah dipenuhi oleh substrata tau telah jenuh dengan substrat. Dalam keadaan ini, bertambah besarnya konsentrasi substrat tidak menyebabkan bertambah besarnya konsentrasi kompleks enzim substrat, sehingga jumlah hasil reaksinya pun tidak bertambah besar. 3. Suhu Reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang menggunakan katalis enzim juga dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Disamping itu, enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi denaturasi maka bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi. Namun kenaikan suhu pada saat mulai terjadinya proses denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi. Titik optimum yaitu suhu paling tepat bagi suatu reaksi yang menggunakan enzim tertentu. Titik 0 menunjukkan suhu optimum, yaitu suhu yang menyebabkan terjadinya reaksi kimia dengan kecepatan paling besar. Tiap enzim mempunyai suhu optimum tertentu. Pada umunya enzim yang terdapat pada hewan mempunyai suhu optimum antara 40oC 50oC, sedangkan pada tumbuhan antara 50oC 60oC. Sebagian besar enzim terdenaturasi pada suhu di atas 60 oC. 4. Pengaruh PH Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion hegatif atau ion bermuatan ganda. Perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektifitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. Disamping itu pengaruh pH rendah dan pH tinggi dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim. Beberapa Enzim dengan pH optimum Enzim Sukrase Amylase Lipase Pepsin Sumber Usus halus Saliva, pancreas Pancreas Lambung Substrat Sukrosa Amilum Etil butirat Albumin pH Optimum 6,2 5,6 7,2 7,0 1,5 2,5

Tripsin 5. Pengaruh Inhibitor

Pancreas

Kasein

8 11

Inhibitor/hambatan dalam mekanisme kerja enzim dibagi dalam 2: 1) Hambatan reversibel Hambatan dapat berupa: 1) Hambatan bersaing Hambatan bersaing dapat disebabkan karena ada molekul yang mirip dengan substrat, yang dapat pula membentuk komples yaitu kompleks enzim inhibitor (EI) yang sama dengan (ES), yaitu melalui penggabungan inhibitor dengan enzim pada bagian aktif enzim. Contoh: asam malonat, oksalat dan oksaloasetat dapat menghambat kerja enzim suksinat dehidrogenase dalam reaksi dehidrogenasi asam suksinat. 2) Hambatan tidak bersaing Hambatan tidak bersaing tidak dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi substrat dan inhibitor yang melakukannya disebut inhibitor tidak bersaing. Dalam hal ini inhibitor dapat bergabung dengan enzim pada suatu bagian enzim di luar enzim bagian aktif. Penggabungan ini terjadi pada enzim bebas. Atau pada enzim yang telah mengikat substrat. Contoh inhibitor tidak bersaing yang banyak dikenal ialah ion-ion logam berat (Cu++, Hg++ dan Ag+) yang dapat berhubungan dengan gugus SH yang terdapat pada sistein dalam enzim. 2) Hambatan tidak reversibel Hambatan tidak reversibel pada umumnya disebabkan oleh terjadinya proses destruksi atau modifikasi sebuah gugus fungsi atau lebih yang terdapat pada molekul enzim. Hambatan tidak reversibel ini dapat terjadi karena inhibitor bereaksi tidak reversibel dengan bagian tertentu pada enzim, sehingga mengakibatkan berubahnya bentuk enzim. Dengan demikian katalitik enzim tersebut. Contoh inhibitor tidak reversibel adalah molekul iodoase-tamida yang dapat bereaksi dengan gugus SH suatu enzim tertentu. Contoh lain: diisopropil fosfofluoridat. Inhibitor ini termasuk senyawa fosfor organic yang bersifat racun, karena dapat berkaitan dengan asetilkolin esterase yang terdapat dab berfungsi pada system saraf pusat. Maka enzim tak dapat berfungsi secara sempurna sehingga dapat mengganggu kerja sel saraf pusat. 3) Hambatan alosterik Hambatan yang terjadi pada enzim alosterik dinamakan hambatan alosterik, sedangkan inhibitor yang menghambat dinamakan inhibitor mengurangi aktivitas

alosterik. Bentuk molekul inhibitor alosterik ini berbeda dengan molekul substrat. Lagipula inhibitor alosterik berikatan dengan enzim pada tempat diluar bagian aktif enzim. Dengan demikian hambatan ini tidak akan dapat diatasi dengan penambahan sejumlah substrat. Terbentuknya ikatan enzim dengan inhibitor alosterik mempengaruhi konformasi enzim, sehingga bagian aktif mengalami perubahan bentuk. Akibatnya ialah penggabungan substrat pada bagian aktif enzim terhambat. Contoh treonin sebagai substrat tidak dapat bergabung dengan enzim karena bentuk bagian aktif enzim berubah setelah enzim berikatan dengan isoleusin sebagai inhibitor N. Faktor perusak enzim Beberapa agen dapat menyebabkan kerusakan enzim. Misalnya sinar ultraviolet (oksidator). Faktor tersebut merusak aktifitas enzim mengingat enzim bersifat protein Mislanya enzim yang aktifitasnya ditentukan oleh gugus sulfidril, apabila ada oksidator yang merubah gugus sulfhidril menjadi disulfidril, menyebbakan enzim in-aktif. Aktif kembali bila diberikan reduktor.

O. Kadar enzim Kadar enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi. Yang berarti semakin tinggi kadar enzim, maka semakin cepat reaksi berlangsung, selama subtratnya tersedia. Kadar enzim tidak mempengaruhi keseimbangan (tidak mengubah arah reaksi) P. Kadar substrat Penaikan kadar subtrat akan menaikan kecepatan reaksi enzimatis. Pada kadar subtrat tertentu dicapai kecepatan reaksi enzimatis yang maksimal (Vmax). Setelah Vmax tercapi, penambahan kadar subtrat tidak lagi meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis. Besarnya kadar subtrat pada kecepatan reaksi enzimatis mencapai 1/2 Vmax disebut Konstanta Michaelis (KM). Q. Pengaturan aktifitas enzim Pengaturan aktifitas enzim dilakukan dengan beberapa cara : a. Pembentukan proenzim dibutuhkan. b. Pengaturan alosterik; yang diaturnya. c. Inhibisi umpan balik; penghambatan oleh produk reaksi enzimatis itu sendiri diatur oleh efektor alosterik berupa senyawa mempercepat pembentukan enzim ketika

dengan BM kecil, yang tidak ada kemiripan dengan enzim atau subtrat

d. Modifikasi kovalen ; misalnya penempelan satu gugus fosfat secara kovalen terhadap enzim (fosforilasi dan defosforilasi) R. Denaturasi Enzim Enzim sebagian tersusun oleh protein, sehingga enzim juga memiliki sifatsifat dari protein yaitu dapat terdenaturasi oleh karena pengaruh lingkungan. Denaturasi protein dapat muncul dibawah pengaruh dari lingkungan fisik, seperti suhu tinggi, tingkat keasaman dan tekanan tinggi. Proses denaturasi akan menyebabkan kerusakan pada struktur sekunder, tersier dan kuartener dari protein tersebut, tetapi kadang tidak untuk struktur primernya. Sehingga denaturasi protein dapat bersifat reversibel maupun irreversible. Denaturasi bersifat reversibel apabila struktur primer pada protein tersebut tidak mengalami perubahan, sedang bersifat ireversibel jika protein mengalami kerusakan sampai tingkat struktur primernya. Beberapa protein yang terdenaturasi, dapat mengalami pelipatan kembali secara spontan dengan diikuti restorasi dari aktivitas biologiknya. Ied Anfinsen mengemukakan bahwa struktur primer dari polipeptida sudah cukup untuk mengarahkan proses pelipatan kembali. Untuk proses renaturasi ini selain dibutuhkan struktur primer yang utuh dari protein penyusun enzim tersebut, juga dibutuhkan protein aksesori lain seperti protein sidulfid isomerase, propyl cis-trans isomerase dan chaperonin untuk mempercepat proses pelipatan kembali tersebut. S. Faktor yang mempengaruhi jumlah enzim 1. Biosintesis Biosintesis enzim merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan proses di inti sel dan disitoplasmanya. Adanya gangguan dalam biosintesis tersebut, mengakibatkan adanya perubahan efektifitas dalam pembentukan enzim yang akan berdampak jumlah enzim dapat berlebih atau berkurang. 2. Katabolisme Setelah disintesis, enzim yang tidak akan mengalami metabolism, yakni akan dihancurkan menjadi komponen penyusunnya yang akhirnya akan dikeluarkan. Peningkatan pengrusakan atau penghancuran enzim yang dapat disebabkan oleh kelainan internal atau eksternal akan berpengaruh pada jumlah enzim. 3. Mutasi Mutasi pada gen pengkode protein enzim akan menyebabkan gangguan sintesis enzim. Gangguan tersebut dapat bersifat parsial, atau penuh. Gangguan bersifat parsial berarti tubuh masih mampu mensintesis enzim tetapi jumlahnya berkurang. Sedang bersifat penuh apabila tubuh sama sekali tidak dapat mesintesis enzim. 4. Repersi, derepresi dan inducer Dalam menjalankan fungsinya enzim akan diatur oleh protein lain agar jumlahnya dalam batas fisiologis. Proses tersebut dikenal dengan

homeostasis. Homeostasis melibatkan protein repressor maupun inducer yang akan bekerja secara seimbang. Adanya ketidakseimbangan dalam pengaturan tersebut maka akan mengakibatkan keseimbangan jumlah enzim. Apabila jumlah protein inducer lebih tinggi dibandingkan dengan protein repressor maka jumlah enzim akan meningkat begitu juga sebaliknya. T. Spesifitas enzim Enzim biasanya sangat spesifik dalam aksinya. Spesifitas dari substrat merupakan spesifitas yang paling sering ditemukan seperti, urea dipercaya merupakan satu-satunya substrat untuk enzim urease, demikian juga suksinat untuk enzim succinate dehydrogenase. Beberapa kespesifikan yang dimiliki oleh enzim antara lain: 1. Kespesifikan geometric 2. Kespesifikan reaksi Tiap enzim akan mengkatalis reaksi yang berbeda-beda. Berdasarkan kespesifikan reaksinya. Enzim diklasifikasikan menjadi 6 kelas oleh IUBMB 3. Kespesifikan optic Enzim hanya dapat mengkatalisis salah satu pasangan isomer optic suatu substrat. Misalnya arginase hanya mampu mengkatalisis hidrolisis L-arginin menjadi ornitin dan urea. Tatapi tidak mampu mengkatalisis D-arginin. 4. Kespesifikan organella Dalam sel, enzim terdapat diberbagai macam organelle. Hal ini penting dan berkaitan dengan tempat kerja enzim tersebut. Sebagai contoh enzim yang digunakan untuk siklus asam sitrat berada dalam mitokondria sedangkan enzim untuk proses glikolisis berada dalam sitoplasma. Distribusi enzim di berbagai macam organelle ini dapat dipelajari dengan melakukan fraksinasi yang dilakukan dengan pemusingan dengan kecepatan tinggi. Penentuan lokasi enzim juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan histokimia dengan menggunakan sayatan jaringan yang dibekukan (frozen section) kemudian diproses dengan substrat untuk suatu enzim tertentu. Jika enzim tersebut ada, maka akan terbentuk produk dari substrat. U. Macam-macam bentuk enzim 1. Proenzim Merupakan bentuk enzim yang inkatif. Untuk dapat menjadi aktif proenzim akan mengalami proses dengan pembuangan dari sebagian kecil strukturnya. Pembuangan tersebut merupakan proses yang irreversible. Proenzim sering disebut juga dengan zimogen. 2. Isozim Isozim merupakan bentuk enzim berbeda yang mengakatalis reaksi enzim berbeda yang mengkatalisis reaksi kimia yang sama. Isozim ini berasal dari duplikasi gen. Isozim dapat memperlihatkan perbedaan ringan dalam sifat seperti sensitivitas terhadap factor regulatorik tertentu atau afinitas substrat yang mengadaptasikan isozim ke jaringan atau lingkungan tertentu.

3. Isoensim Adalah bentuk-bentuk enzim yang mmeilki katalisnya serupa , tetap[I sifaytsifat fisik dan kimianya berbeda satu dengan yang lain. Misalnya enzim Laktat dehidrogenase /LDH (mengubah asam ketopiruvat menjadi asam laktat) dengan menggunakan Ko-dehidrogenase NAD+/NADH+H+ memilki 4 promotor terdiri dari 2 H dan 2 M Isoenzim I1 = HHHH I2 = HHHM = MMMM 4. Alosterik enzim Merupakan bentuk enzim yang diatur dengan mekanisme aloterisme. Alosterik enzim mengikat activator dan inhibitor ditempat yang terpisah dari tempat aktif. Efektor alosterik mengubah konformasi enzim melalui suatu cara yang akan mempengaruhi tempat aktifnya. Perubahan konformasi pada posisi rantai sisi asam amino di tempat aktif ini dapat mempengaruhi pengikatan substrat dan/atau Vmaks reaksi yang dikatalis. 5. Enzim plasma fungsional Merupakan bentuk enzim yang bekerja di dalam plasma. Biasanya berfungsi dalam proses homeostasis aliran darah. 6. Enzim plasma non fungsional I3 = HHMM I4 = HMMM I5

Perbedaan antara enzim plasma fungsional dengan nonfungsional

V. Koenzim Komponen dalam enzim disebut kofaktor. Kofaktor merupakan senyawa lain bukan protein. Kofaktor dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: 1) Gugus prostetik Kelompok kofaktor yang terikat pada enzim dan tidak mudah terlepas dari enzimnya. Contoh: flavin adenine dinukleotida yang terikat pada enzim suksinat dehidrogenase 2) Koenzim Koenzim adalah molekul organic kecil, tahan terhadap panas, yang mudah terdiosisasi dan dapat dipisahkan dari enzimnya dengan cara dialysis. Contoh: NAD, NADP, asam tetra hidrofosfat, tiamin pirofosfat, dan ATP. KOENZIM GUGUS YANG DIPINDAH a. Nikotinamid adenine dinukleotid a. Atom hydrogen (electron) (NAD) b. Nikotinamid fosfat (NADP) c. Flavin mononukleotid (FMN) d. Flavin adenine dinukleotid (FAD) e. Koenzim Q f. Tiamin Pirofosfat (TPP) g. Koenzim A h. Lipoamid i. j. Koenzim kobamid Biositin adenine dnukleotid c. Atom hydrogen (electron) d. Atom hydrogen (electron) e. Atom hydrogen (electron) f. Aldehid g. Gugus asil h. Gugus asil i. j. l. Gugus alkil Karbon dioksida Gugus metil, metilen, formil, atau b. Atom hydrogen (electron)

k. Gugus amino

k. Piridoksal fosfat

l. Koenzim tetrahidrofolat formimino Sebagai besar koenzim berikatan dengan enzim lewat kekuatan non kovalen Jens-jenis enzim yang membutuhkan koenzim mencakup enzim yang mengkatalisis reaksi: Oksidoreduksi Pemindahan gugus Isomerisasi

Reaksi lisis, termasuk reaksi hidrolisis yang dikatalis oleh enzim-enzim pencernaan, tidak memerlukan koenzim. Banyak koenzim yang merupakan derivate vitamin Banyak koenzim merupakan derivate vitamin B dan Adenosin Monofosfat Vitamin B membentuk bagian dalam struktur banyak ko-enzim. Vitamin Bnikotinamida, tiamin, riboflavin, dan asam pantotenat merupakan unsure esensial yang membentuk koenzim untuk oksidasi serta reduksi biologic, dan

koenzim kobamida serta asam folat berfungsi dalam metabolisme satu karbon. Banyak koenzim mengandung adenine, ribose, serta fosfat dan merupakan derivate adenosine monofosfat (AMP). Contoh-contohnya mencakup NAD+ dan NADP+ 3) Aktivator Aktivitor adalah ion-ion logam yang dapat terikat atau mudah terlepas dari enzim. Contoh: activator logam adalah K+, Mn++, Mg++, Cu++ atau Zn++. W. Peran enzim dalam metabolism dan pemanfaatannya di bidang diagnosis dan pengobatannya Enzim merupakan biomolekul yang mengkatalis reaksi kimia, di mana hampir semua enzim adalah protein. Pada reaksi-reaksi enzimatik, molekul yang mengawali reaksi disebut substrat, sedangkan hasilnya disebut produk. Cara kerja enzim dalam mengkatalisis reaksi kimia substansi lain tidak merubah atau merusak reaksi ini. 1. Peran enzim dalam metabolisme Metabolisme merupakan sekumpulan reaksi kimia yang terjadi pada makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup. Reaksi-reaksi ini meliputi a. Sintesis molekul besar menjadi molekul yang lebih kecil (anabolisme) b. Penyusunan molekul besar dari molekul yang lebih kecil (katabolisme). Beberapa reaksi kimia tersebut antara lain respirasi, glikolisis, fotosintesis pada tumbuhan, dan protein sintesis. Dengan mengikuti ketentuan bahwa suatu reaksi kimia akan berjalan lebih cepat dengan adanya asupan energi dari luar (umumnya pemanasan), maka seyogyanya reaksi kimia yang terjadi pada di dalam tubuh manusia harus diikuti dengan pemberian panas dari luar. Sebagai contoh adalah pembentukan urea yang semestinya membutuhkan suhu ratusan derajat Celcius dengan katalisator logam, hal tersebut tidak mungkin terjadi di dalam suhu tubuh fisiologis manusia, sekitar 37 C. Adanya enzim yang merupakan katalisator biologis menyebabkan reaksi-reaksi tersebut berjalan dalam suhu fisiologis tubuh manusia, sebab enzim berperan dalam menurunkan energi aktivasi menjadi lebih rendah dari yang semestinya dicapai dengan pemberian panas dari luar. Kerja enzim dengan cara menurunkan energi aktivasi sama sekali tidak mengubah G reaksi (selisih antara energi bebas produk dan reaktan), sehingga dengan demikian kerja enzim tidak berlawanan dengan Hukum Hess 1 mengenai kekekalan energi. Selain itu, enzim menimbulkan pengaruh yang besar pada kecepatan reaksi kimia yang berlangsung dalam organisme. Reaksireaksi yang berlangsung selama beberapa minggu atau bulan di bawah kondisi laboratorium normal dapat terjadi hanya dalam beberapa detik di bawah pengaruh enzim di dalam tubuh. 2. Pemanfaatan enzim sebagai alat diagnosis

Pemanfaatan enzim untuk alat diagnosis secara garis besar dibagi dalam tiga kelompok: a. Enzim sebagai petanda (marker) dari kerusakan suatu jaringan atau organ akibat penyakit tertentu. Penggunaan enzim sebagai petanda dari kerusakan suatu jaringan mengikuti prinsip bahwasanya secara teoritis enzim intrasel seharusnya tidak terlacak di cairan ekstrasel dalam jumlah yang signifikan. Pada kenyataannya selalu ada bagian kecil enzim yang berada di cairan ekstrasel. Keberadaan ini diakibatkan adanya sel yang mati dan pecah sehingga mengeluarkan isinya (enzim) ke lingkungan ekstrasel, namun jumlahnya sangat sedikit dan tetap. Apabila enzim intrasel terlacak di dalam cairan ekstrasel dalam jumlah lebih besar dari yang seharusnya, atau mengalami peningkatan yang bermakna/signifikan, maka dapat diperkirakan terjadi kematian (yang diikuti oleh kebocoran akibat pecahnya membran) sel secara besar-besaran. Kematian sel ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal, seperti keracunan bahan kimia (yang merusak tatanan lipid bilayer), kerusakan akibat senyawa radikal bebas, infeksi (virus), berkurangnya aliran darah sehingga lisosom mengalami lisis dan mengeluarkan enzim-enzimnya, atau terjadi perubahan komponen membrane sehingga sel imun tidak mampu lagi mengenali selsel tubuh dan sel-sel asing, dan akhirnya menyerang sel tubuh (penyakit autoimun) dan mengakibatkan kebocoran membrane. Contoh penggunaan enzim sebagai petanda adanya suatu kerusakan jaringan adalah sebagai berikut:

Peningkatan aktivitas enzim renin menunjukkan adanya gangguan perfusi darah ke glomerulus ginjal, sehingga renin akan menghasilkan angiotensin II dari suatu protein serum yang berfungsi untuk menaikkan tekanan darah

Peningkatan jumlah Alanin aminotransferase (ALT serum) hingga mencapai seratus kali lipat (normal 1-23 sampai 55U/L) menunjukkan adanya infeksi virus hepatitis, peningkatan sampai dua puluh kali dapat terjadi pada penyakit mononucleosis infeksiosa, sedangkan peningkatan pada kadar yang lebih rendah terjadi pada keadaan alkoholisme.

Peningkatan jumlah tripsinogen I (salah satu isozim dari tripsin) hingga empat ratus kali menunjukkan adanya pankreasitis akut, dan lain-lain. b. Enzim sebagai suatu reagensia diagnosis.

Sebagai reagensia diagnosis, enzim dimanfaatkan menjadi bahan untuk mencari petanda (marker) suatu senyawa. Dengan memanfaatkan enzim, keberadaan suatu senyawa petanda yang dicari dapat diketahui dan diukur berapa jumlahnya. Kelebihan penggunaan enzim sebagai suatu reagensia adalah pengukuran yang dihasilkan sangat khas dan lebih spesifik dibandingkan dengan pengukuran secara kimia, mampu

digunakan untuk mengukur kadar senyawa yang jumlahnya sangat sedikit, serta praktis karena kemudahan dan ketepatannya dalam mengukur. Contoh penggunaan enzim sebagai reagen adalah sebagai berikut:

Uricase yang berasal dari jamur Candida utilis dan bakteri Arthobacter globiformis dapat digunakan untuk mengukur asam urat. Pengukuran kolesterol dapat dilakukan dengan bantuan enzim

kolesterol-oksidase yang dihasilkan bakteri Pseudomonas fluorescens.

Pengukuran alcohol, terutama etanol pada penderita alkoholisme dan keracunan alcohol dapat dilakukan dengan menggunakan enzim alcohol dehidrogenase yang dihasilkan oleh Saccharomyces cerevisciae, dan lain-lain. c. Enzim sebagai petanda pembantu dari reagensia.

Sebagai petanda pembantu dari reagensia, enzim bekerja dengan memperlihatkan reagensia lain dalam mengungkapkan senyawa yang dilacak. Senyawa yang dilacak dan diukur sama sekali bukan substrat yang khas bagi enzim yang digunakan. Selain itu, tidak semua senyawa memiliki enzimnya, terutama senyawa-senyawa sintetis. Oleh karena itu, pengenalan terhadap substrat dilakukan oleh antibodi. Adapun dalam hal ini enzim berfungsi dalam memperlihatkan keberadaan reaksi antara antibodi dan antigen. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:

Pada teknik imunoenzimatik ELISA (Enzim Linked Immuno Sorbent Assay), antibodi mengikat senyawa yang akan diukur, lalu antibodi kedua yang sudah ditandai dengan enzim akan mengikat senyawa yang sama. Kompleks antibodi-senyawa-antibodi ini lalu direaksikan dengan substrat enzim, hasilnya adalah zat berwarna yang tidak dapat diperoleh dengan cara imunosupresi biasa. Zat berwarna ini dapat digunakan untuk menghitung jumlah senyawa yang direaksikan. Enzim yang lazim digunakan dalam teknik ini adalah peroksidase, fosfatase alkali, glukosa oksidase, amilase, galaktosidase, dan asetil kolin transferase.

Pada teknik EMIT (Enzim Multiplied Immunochemistry Test), molekul kecil seperti obat atau hormon ditandai oleh enzim tepat di situs katalitiknya, menyebabkan antibodi tidak dapat berikatan dengan molekul (obat atau hormon) tersebut. Enzim yang lazim digunakan dalam teknik ini adalah lisozim, malat dehidrogenase, dan gluksa-6fosfat dehidrogenase.

3. Pemanfaatan enzim di bidang pengobatan Pemanfaatan enzim dalam pengobatan meliputi: a. Penggunaan enzim sebagai obat b. Pemberian senyawa kimia untuk memanipulasi kinerja suatu enzim dengan demikian suatu efek tertentu dapat dicapai (enzim sebagai sasaran pengobatan

c. Manipulasi terhadap ikatan protein-ligan sebagai sasaran pengobatan 1) Penggunaan enzim sebagai obat biasanya mengacu kepada pemberian enzim untuk mengatasi defisiensi enzim yang seyogyanya terdapat di dalam tubuh manusia untuk mengkatalis rekasi-reaksi tertentu. Berdasarkan lamanya pemberian enzim sebagai pengobatan, maka keadaan defisiensi enzim dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu a) keadaan defisiensi enzim yang bersifat sementara Contoh keadaan defisiensi enzim yang bersifat sementara adalah defisiensi enzim-enzim pencernaan. Seperti yang diketahui, enzimenzim pencernaan sangat beragam, beberapa di antaranya adalah protease dan peptidase yang mengubah protein menjadi asam amino lipase yang mengubah lemak menjadi asam lemak karbohidrase yang mengubah karbohidrat seperti amilum menjadi glukosa serta nuklease yang mengubah asam nukleat menjadi nukleotida. b) keadaan defisiensi enzim yang bersifat menetap Adapun defisiensi enzim yang bersifat menetap menyebabkan banyak kelainan, yang biasanya juga disebut sebagai kelainan genetic, mengingat enzim merupakan protein yang ditentukan oleh gen. Contoh kelainan akibat defisiensi enzim antara lain adalah hemofilia. Hemofilia adalah suatu keadaan di mana penderita mengalami kesulitan penggumpalan darah (cenderung untuk pendarahan) akibat defisiensi enzim-enzim terkait penggumpalan darah. Saat ini telah diketahui ada tiga belas faktor, sebagian besar adalah protease dalam bentuk proenzim, darah. Pada yang diperlukan dalam proses terdapat penggumpalan penderita hemofilia,

gangguan/defisiensi pada faktor VIII (Anti-Hemophilic Factor), faktor IX, dan faktor XI. Kelainan ini dapat diatasi dengan transfer gen yang mengkode faktor IX. Diharapkan gen tersebut dapat mengkode enzimenzim protease yang diperlukan dalam proses penggumpalan darah. 2) Enzim sebagai sasaran pengobatan merupakan terapi di mana senyawa tertentu digunakan untuk memodifikasi kerja enzim, sehingga dengan demikian efek yang merugikan dapat dihambat dan efek yang menguntungkan dapat dibuat. Berdasarkan sasaran pengobatan, dapat dibagi menjadi terapi di mana enzim sel individu menjadi sasaran dan terapi di mana enzim bakteri patogen yang menjadi sasaran. a) Pada terapi di mana enzim sel individu sebagai sasaran kinerja terapi, digunakan senyawa-senyawa untuk mempengaruhi kerja suatu enzim sebagai penghambat bersaing. Contoh penyakit yang dapat diobati dengan terapi ini adalah:

Diabetes Melitus. Pada penyakit Diabetes Melitus, senyawa yang diinduksikan adalah akarbosa (acarbose), di mana akarbosa akan

bersaing dengan amilum makanan untuk mendapatkan situs katalitik enzim amilase (pankreatik -amilase) yang seyogyanya akan mengubah amilum menjadi glukosa sederhana. Akibatnya reaksi tersebut akan terganggu, sehingga kenaikan gula darah setelah makan dapat dikendalika.

Penumpukan cairan. Enzim anhidrase karbonat merupakan enzim yang mengatur pertukaran H dan Na di tubulus ginjal, di mana H akan terbuang keluar bersama urine, sedangkan Na akan diserap kembali ke dalam darah. Adalah senyawa turunan sulfonamida, yaitu azetolamida yang berfungsi menghambat kerja enzim tersebut secara kompetitif sehingga pertukaran kation di tubulus ginjal tidak akan terjadi. Ion Na akan dibuang keluar bersama dengan urine. Sifat ion Na yang higroskopis menyebabkan air akan ikut keluar bersamaan dengan ion Na; hal ini membawa keuntungan apabila terjadi penumpukan cairan bebas di ruang antar sel (udem). Dengan kata lain senyawa azetolamida turut berperan dalam menjaga kesetimbangan cairan tubuh.

Pengendalian tekanan darah diatur oleh enzim renin-EKA dan angiosintase. Enzim renin-EKA berperan dalam menaikkan tekanan darah dengan menghasilkan produk angiotensin II, sedangkan angiosintase bekerja terbalik dengan mengurangi aktivitas angiotensin II. Untuk menghambat kenaikan tekanan darah, maka manipulasi terhadap kerja enzim khususnya EKA dapat dilakukan dengan pemberian obat penghambat EKA (ACE Inhibitor).

Mediator radang prostaglandin yang dibentuk dari asam arakidonat melibatkan dua enzim, yaitu siklooksigenase I dan II (cox 1 dan cox II). Ada obat atau senyawa tertentu yang mempengaruhi kinerja cox 1 dan cox II sehingga dapat digunakan untuk mengurangi peradangan dan rasa sakit.

Dengan menggunakan prinsip pengaruh senyawa terhadap enzim, maka enzim yang berfungsi untuk memecah AMP siklik (cAMP) yaitu fosfodiesterase (PD) dapat dihambat oleh berbagai senyawa, antara lain kafein (trimetilxantin), teofilin, pentoksifilin, dan sildenafil. Teofilin digunakan untuk mengobati sesak nafas karena asma, pentoksifilin digunakan untuk menambah kelenturan membran sel darah merah sehingga dapat memasuki relung kapiler, sedangkan sildenafil menyebabkan relaksasi kapiler di daerah penis sehingga aliran darah yang masuk akan bertambah dan tertahan untuk beberapa saat.

Penyakit kanker merupakan penyakit sel ganas yang harus dicegah penyebarannya. Salah satu cara untuk mencegah penyebarannya adalah dengan menghambat mitosis sel ganas. Seperti yang diketahui, proses mitosis memerlukan pembentukan DNA baru

(purin dan pirimidin). Pada pembentukan basa purin, terdapat dua langkah reaksi yang melibatkan formilasi (penambahan gugus formil) dari asam folat yang telah direduksi. Reduksi asam folat ini dapat dihambat oleh senyawa ametopterin sehingga sintesis DNA menjadi tidak berlangsung. Selain itu penggunaan azaserin dapat menghambat glutamate. biosintesis purin yang juga membutuhkan dapat asam 6-aminomerkaptopurin menghambat

adenilosuksinase sehingga menghambat pembentukan AMP (salah satu bahan DNA).

Pada penderita penyakit kejiwaan, pemberian obat anti-depresi (senyawa) inhibitor monoamina oksidase (MAO inhibitor) dapat menghambat enzim monoamina oksidase yang mengkatalisis oksidasi senyawa amina primer yang berasal dari hasil dekarboksilasi asam amino. Enzim monoamina oksidase sendiri merupakan enzim yang mengalami peningkatan jumlah ada sel susunan saraf penderita penyakit kejiwaan.

b) Pada terapi di mana enzim mikroorganisme yang menjadi sasaran kerja, digunakan prinsip bahwa enzim yang dibidik tidak boleh mengkatalisis reaksi yang sama atau menjadi bagian dari proses yang sama dengan yang terdapat pada sel pejamu. Hal ini bertujuan untuk melindungi sel pejamu, sekaligus meningkatkan spesifitas terapi ini. Karena yang dibidik adalah enzim mikroorganisme, maka penyakit yang dihadapi kebanyakan adalah penyakit-penyakit infeksi. Contoh terapi dengan menjadikan enzim mikroorganisme sebagai sasaran kerja antara lain:

Pada

penyakit

tumor,

sel

tumor

dapat

dikendalikan

perkembangannya dengan menghambat mitosisnya. Mitosis sel tumor membutuhkan DNA baru (purin dan pirimidin baru). Proses ini membutuhkan asam folat sebagai donor metil yang dapat dibuat oleh mikroorganisme sendiri dengan memanfaatkan bahan baku asam p-aminobenzoat (PABA), pteridin, dan asam glutamat. Suatu analog dari PABA, yaitu sulfonamida dan turunannya dapat dimanfaatkan

untuk

menghambat

pemakaian

PABA

untuk

membentuk asam folat. Penggunaan antibiotika, yaitu senyawa yang dikeluarkan oleh suatu mikroorganisme di alam bebas dalam rangka mempertahankan substrat dari kolonisasi sumber oleh daya, mikroorganisme juga berperan lain dalam dalam terapi. memperebutkan

Contohnya adalah penisilin, suatu antibiotik yang menghambat enzim transpeptidase yang mengkatalisis dipeptida D-alanil Dalanin sehingga peptidoglikan di dinding sel bakteri tidak terbentuk dengan sempurna. Bakteri akan rentan terhadap perbedaan tekanan osmotik sehingga gampang pecah.

Perbedaan mekanisme sintesis protein antara mikroorganisme dan sel pejamu juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu prinsip terapi. Penggunaan antibiotika tertentu dapat menghambat sintesis protein pada mikroorganisme. Contohnya antara lain: Tetrasiklin yang menghambat pengikatan asam amino-tRNA pada situs inisiator subunit 30S dari ribosom sehingga asam amino tidak dibawa oleh tRNA. Streptomisin yang berikatan langsung dengan subunit 50S dari ribosom sehingga laju sintesis protein berkurang dan terbentuk protein yang tidak semestinya akibat kesalahan baca kodon mRNA. Kloramfenikol yang menyaingi mRNA untuk duduk di ribosom Neomisin B yang mengubah pengikatan asam amino-tRNA ke kompleks mRNA ribosom.

3) Interaksi protein-ligan sebagai sasaran pengobatan. Pengobatan dengan sasaran interaksi protein-ligan mengacu kepada prinsip interaksi sistem mediator-reseptor, di mana apabila mediator disaingi oleh molekul analognya sehingga tidak dapat berikatan dengan reseptor, sehingga efek dari mediator tersebut tidak terjadi. Contoh pengobatan dengan menjadikan interaksi protein-ligan sebagai sasarannya antara lain: a) Pengendalian tekanan darah yang diatur oleh hormon adrenalin. Reseptor yang terdapat pada hormon adrenalin, yaitu -reseptor dan reseptor dapat dihambat oleh senyawa-senyawa yang berbeda. Penghambatan pada -reseptor dapat menimbulkan efek pelemasan otot polos dan penurunan detak jantung. Obat-obatan yang bekerja dengan cara tersebut dikenal sebagai -blocker. b) Penggunaan antihistamin untuk tujuan tertentu. Histamin merupakan turunan asam amino histidin yang berperan sangat luas, mulai dari neuromediator, di bronkus, mediator lain-lain. radang Tidak pada jarang kapiler, ketika meningkatkan terjadi pembentukan dan pengeluaran asam lambung HCl, kontraksi otot polos dan misalnya peradangan yang memicu pengeluaran histamin, terjadi efek-efek lain seperti sakit perut dan lain-lain. Untuk itu dikembangkan senyawa spesifik yang mampu bekerja sebagai pesaing histamin, yaitu antihistamin. Dengan adanya antihistamin ini, maka respon yang ditimbulkan akibat kerja histamin dapat ditekan. X. Penyakit yang berkaitan dengan kerusakan enzim 1. Beberapa penyakit genetic manusia yang berkaitan dengan rusaknya enzim tertentu: Penyakit a. Albino b. Alkaptonuria c. Galaktosemia Enzim yang rusak a. 3 Monooksigenase tirosin b. 1,2 Dioksigenase homogentisat c. Uridilil Transferase Galaktosa 1

fosfat d. Homosistinuria e. Fenil ketonuria f. Penyakit Tay-Sachs d. Sintase Sistationin e. 4 Monooksigenase fenilalanin Heksosaminidase A

Y. Latihan