Matrikulasi Statistika

Embed Size (px)

Citation preview

1 I. VARIABEL-VARIABEL Karakteristik yang diukur (diamati/diobservasi/ditimbang) pada setiap anggota sampel atau populasi biasa disebut dengan variabel (peubah). Sebuah variabel merupakan sebuah karakteristik yang dapat muncul pada lebih dari satu anggota sampel/populasi. Sebagai misal dari variabel adalah: a. Kuat Tekan beton. b. Curah Hujan. c. Kadar air tanah d. Waktu Penyelesaian Proyek e. Kadar aspal f. Dll Untuk memudahkan penetapan model pengamatan, pemilihan rancangan riset, serta metode analisis data yang harus digunakan maka variabel dikelompokkan sesuai dengan sifat dan peranannya. Variabel-variabel tersebut adalah: a. Variabel bebas dan tergantung. b. Variabel moderator (perantara). c. Variabel kendali (Kontrol). d. Variabel pengganggu (Intervening). e. Variabel kombinasi. 1.1 VARIABEL BEBAS DAN TERGANTUNG. Sebuah penelitian dapat dilaksanakan untuk menyelidiki pengaruhnya bilamana lingkungannya dapat dimanipulasi secara sistematik. Bagian dari lingkungan yang dapat dimanipulasi itu disebut dengan variabel bebas. Perilaku dari pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel bebas tersebut, atau apa yang diukur, diobservasi oleh peneliti disebut dengan variabel tergantung.

VARIABEL BEBAS (Variabel yang dimanipulasi oleh peneliti)

VARIABEL TERGANTUNG (Perubahan yang diukur/diobservasi)

2 Penentuan jenis variabel dalam penelitian dapat dengan mudah dituntun oleh hipotesis risetnya. Perhatikan contoh berikut: a. Mutu beton meningkat (variabel bebas) menyebabkan daya layan (variabel tergantung) semakin meningkat. b. Peningkatan pendapatan (variabel bebas) nilai NPVpun (variabel tergantung) semakin besar. 1.2 VARIABEL MODERATOR. Variabel moderator juga sebagai variabel bebas yang ikut mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel moderator perlu diperhatikan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hubungan dari variabel bebas utama dengan variabel tergantung. Variabel moderator didefinisikan sebagai sebuah faktor yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menemukan apakah faktor tersebut dapat mengubah hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung terhadap penomena yang diukur atau diobservasi. Di dalam dunia penelitian, variabel moderator dikenal dengan variabel pengganggu. Perhatikan contoh berikut: a. Mutu beton oleh adanya kandungan lumpur dalam pasir atau kerikil yang diambil di alam.(mana variabel moderatornya?) b. Bom Bali dapat mempengaruhi pendapatan Hotel, sehingga nilai investasipun menjadi semakin panjang (mana variabel moderatornys?) 1.3 VARIABEL KENDALI.(KONTROL) Variabel kontrol merupakan variabel bebas potensial yang sengaja diatur tetap efeknya terhadap semua subjek pengamatan selama percobaan. Variabel ini tidak sebagai sumber variasi pada unit (subjek) penelitian. Dalam sebuah percobaan, variabel kontrol mungkin jauh lebih banyak dari yang dapat dibayangkan oleh penelitinya. Masalahnya adalah variabel kontrol tersebut mempunyai pengaruh yang potensial terhadap variabel tergantung, sehingga tidak mungkin dapat dipisahkan pengaruhnya dan pengaruh variabel bebas pada veariabel

3 tergantung. Pengaruh variabel kontrol bersifat tidak sistematik dan dapat meningkatkan atau menurunkan, sehingga pengaruhnya tidak dapat diukur. Misal pada sebuah percobaan beton yang dibuat dari campuran pasir, kerikil semen dan air. Beton yang terbentuk atau peneliti ingin mengendalikan mutu beton, maka variabel-variabel lain akan banyak mempengaruhi mutu beton tersebut. Campurannya, kandungan lumpur dari materialnya, air dan lain-lain. Daftar variabel kontrol ini mungkin dapat diperluas lagi. Umumnya si peneliti berusaha mengendalikan sebanyak-banyaknya faktor yang mungkin mempengaruhi efek dari variabel bebas. Kebanyakan variabel kontrol adalah variabel subjek artinya variabel yang merupakan atribut yang melekat pada subjek (unit) pengamatan, seperti: kandungan lumpur pada pasir, pada kerikil, kandungan airnya serta airnya sendiri dan sebagainya. Metode yang dapat dipakai untuk mengendalikan variabel kontrol ini adalah dengan: a. Penerapan teknik randomisasi pada pemilihan sampel. b. Pembentukan grup/ kelompok yang berimbang. Variabel kontrol tidak perlu dicantumkan di dalam hipotesis. Yang penting adalah variabel kontrol yang mana yang akan dicobakan di dalam pelaksanaan penelitian. Perhatikan contoh berikut: 1.4 VARIABEL PENGGANGGU (INTERVENING). Semua variabel yang dibahas di atas dapat dikendalikan oleh peneliti. Setiap variabel bebas dan variabel kontrol dapat dimanipulasi dan setiap variasinya di dalam variabel tergantung dapat diamati. Variabel pengganggu merupakan salah satu variabel hipotik yang efeknya diduga dari pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. Pengaruhnya yang nyata akan mendorong bentuk hipotik itu. Contohnya: Mutu beton sangat dipengaruhi oleh faktor air semen sementara kandungan material lain pada agregatpun dapat mempengaruhi mutu beton. Variabel bebas = faktor air semen, Variabel tergantung = mutu beton, sedangkan variabel pengganggu = material lain dalam agregat yang dikandungnya. Material lain yang terkandung dalam agregat berkait secara berlawanan terhadap variabel bebas dan variabel tergantung. Hal ini merupakan hasil dari variabel bebas dan selanjutnya akan mempengaruhi variabel tergantung.

4 Variabel pengganggu selalu dapat dikenali dengan memeriksa hipotesis risetnya, dan mengajukan pertanyaan "Apakah variabel bebas mengakibatkan hasil yang diramalkan?". 1.5 KAITAN ANTAR VARIABEL. Kaitan di antara variabel-variabel di atas dapat digambarkan sebagia gambar berikut:

CAUSE

Variabel bebas

Variabel Moderator

Variabel kontrol

RELATIONSHIP

Variabel Pengganggu

EFFECTS

Variabel Tergantung

Variabel bebas, moderator dan kontrol merupakan variabel masukan atau penyebab. Variabel bebas dan moderator adalah variabel yang diteliti, sedangkan variabel kontrol perlu dinetralisir atau dieleminir. Variabel tergantung merupakan hasil atau pengaruh dari variabel penyebab, sedangkan variabel pengganggu merupakan variabel yang lebih bersifat konsepsi yang dapat mengganggu. Variabel merupakan gigi dan roda penggerak dari suatu penelitian. Pengendalian , pemilihannya, memanipulasinya dan pengukurannya yang tepat akan membuat penelitian berjalan baik.

5 1.6 PENGGOLONGAN SESUAI SIFAT VARIABEL Terdapat berbagai golongan variabel (baik bagi variabel bebas ataupun tergantung) sesuai dengan sifatnya, yaitu: a. Variabel kualitatif. b. Variabel kuantitatif. 1.6.1 VARIABEL KUALITATIF. Suatu variabel dikatakan bersifat kualitatif bilamana harganya berupa kualitas atau sifat, label (nominal), kelompok atau golongan. Harga dari variabel tersebut bersifat pilah (diskret; terpisah dari harga yang lainnya). Misalnya variabel jenis kelamin mempunyai harga: laki-laki dan wanita. Laki-laki terpisah dengan wanita dan tidak ada harga antara laki-laki dan wanita. 1.6.2 VARIABEL KUANTITATIF. Variabel kuantitatif adalah variabel yang harganya dapat dikuantifikasikan (dinyatakan dalam bentuk angka), baik yang menunjukkan: urutan tingkatan mutunya, banyaknya, panjangnya, kecepatannya, umurnya, waktunya, suhunya dan lain-lain. Misalnya ada variabel kemampuan membaca gambar konstruksi yang dinyatakan dalam harga: sangat baik, baik, sedang, kurang, sangat kurang. Sampai saat tersebut variabel ini bersifat kualitatif, akan tetapi apabila harga tersebut dinyatakan dalam angka maka akan menjadi: 5 = sangat baik. 4 = baik. 3 = sedang 2 = kurang 1 = sangat kurang. Angka-angka 1, 2, 3, 4 dan 5 bukan bilangan aljabar akan tetapi hanya sebagai kode pengganti saja. Jadi harga kemampuan tadi sudah tergolong variabel kuantitatif dan masih bersifat diskret.

6 II. SKALA UKURAN. 2.1 PENDAHULUAN. Data riset yang diperoleh dengan pendekatan kuantitatif seyogyanya dievaluasi secara statistika. Kekuatan hasil statistika justru terletak pada angka-angka yang dapat dimanipulasi menggunakan hukum-hukum matematika. Sebagai hasil penelitian peneliti lebih suka mengubah hasil pengukuran respon menjadi bentuk angka. Misalnya, contoh di atas tentang kemampuan membaca gambar, pemberian angka pada situasi respon itu disebut dengan "ukuran" (measurement). Terdapat beberapa aras (level) dari ukuran yang berbeda di dalam operasional matematisnya, serta berkaitan dengan teknik analisis statistikanya yang cocok dipakai bagi sejumlah variabel yang diukur. Skala ukuran itu adalah: a. Skala Nominal. b. Skala Ordinal. c. Skala interval. d. Skala Ratio 2.2. SKALA NOMINAL. Nominal artinya: nama atau label saja. Skala nominal tidak merupakan ukuran sebenarnya, tetapi hanya sebagai nama. Pengamatan secara sederhana dikelompokkan ke dalam katagori dan kelompok yang satu tidak berhubungan dengan kelompok yang lainnya. Nominal merupakan ukuran yang paling primitif. Misalnya dalam menentukan kondisi rumah tinggal. Ada rumah permanen, rumah semi permanen dan non permanen. Jadi terlihat jelas bahwa ada tiga kelompok dalam menentukan kondisi rumah tinggal. Nama atau label tersebut dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi katagori dari variabel nominal, akan tetapi nama-nama tersebut tidak menyatakan tingkatan dari variabel. Misalnya suatu rute kendaraan umum yang mempergunakan nomor. Nomor 5 rute sanur - teku umar - imam bonjol dst. 2.3. SKALA ORDINAL. Ukuran ordinal memungkinkan menempatkan data kedalam suatu urutan (rank). Bilangan ordinal menunjukan makna urutan, jadi tidak sembarang seperti pada skala

7 nominal. Seperti contoh di atas yang diuraikan kembali sebagai berikut: Misalnya ada variabel kemampuan membaca gambar konstruksi yang dinyatakan dalam harga: sangat baik, baik, sedang, kurang, sangat kurang. Sampai saat tersebut variabel ini bersifat kualitatif, akan tetapi apabila harga tersebut dinyatakan dalam angka maka akan menjadi: 5 = sangat baik. 4 = baik. 3 = sedang 2 = kurang 1 = sangat kurang. Angka-angka 1, 2, 3, 4 dan 5 bukan bilangan aljabar akan tetapi hanya sebagai kode pengganti saja. Jadi harga kemampuan tadi sudah tergolong variabel kuantitatif dan masih bersifat diskret. Contoh metode pengukuran dengan skala ini dapat dilakukan dengan wawancara, angket dan lainnya dimana responden akan menentukan pilihannya. Hal ini memungkinkan untuk menentukan sikap hingga pada taraf dimana seorang responden berada. Pengukuran jenis ini diperkenalkan oleh: Likert, metode Thurstone, Guttman. Teknik analisis yang umum dipergunakan adalah: Wilcoxon, Mann-Whitney dan korelasi rank. 2.4. SKALA INTERVAL Dalam skor atau interval yang berbeda dapat diberlakukan satuan yang sama disebut dengan skala interval. IQ merupakan variabel yang biasa dipandang sebagai skala interval. Skala interval mempunyai sifat sebagai berikut: a. Setiap skala mempunyai satu satuan yang sama. b. Besar satuannya sudah dapat ditunjukkan. Contoh variabel yang mempunyai skala interval adalah: umur, suhu, jumlah penduduk dan lain-lain. Dengan demikian dapat membandingkan dua skala dengan mengidentifikasi sifat-sifat berikut: a. Apakah mereka berbeda (sifat nominal). b. Apakah yang satu mempunyai tingkat yang lebih baik dari yang lainnya (sifat ordinal).

8 c. Apakah mempunyai jarak di antaranya (sifat interval) Untuk hal ini statistika parametrika dapat dipergunakan sebagai alat analisis datanya. 2.5. SKALA RATIO. Rasio artinya dapat dibagi dan digandakan (dikalikan). Misal, berat badan si A = 30 kg dan berat badan si B 60 kg. Hal ini berarti berat badan si B 2 kali berat badan si A. Satuan hasil pengamatan yang memiliki sifat ini adalah: semua ukuran berat, panjang, luas, volume, waktu dan lain-lain. Keempat skala ukuran dapat dipandang sebagai bentuk tingkatan dari tinggi ke rendah (rasio, interval, ordinal dan nominal). Sangat mungkin untuk mengubah tingkatan ukuran dari yang tinggi ke randah (tetapi tidak bisa sebaliknya). Misalnya: umur merupakan skala interval, dapat diubah menjadi skala ordinal dengan mengelompokkannya menjadi kelompok yang bermakna urutan : umur 2, 2 - 3, 3 - 4 dst. Selanjutnya skala ordinal terakhir ini dapat pula diubah berskala nominal dengan jalan mengelompokkannya menjadi kelompok umur sekolah, kelompok umur kerja dan kelompok umur belum bekerja. 2.6. SKALA UKURAN, HARGA SENTRAL DAN DISPERSI DATA. Ada berbagai harga sentral data, di antaranya: mode, median dan mean. Mode hanya dipakai bagi data berskala nominal; sedangkan bagi data berskala ordinal dapat mempergunakan median dan mode. Bagi data berskala interval dan rasio digunakan mean dan median. Jenis skala ukuran juga akan menentukan jenis analisis statistika yang boleh dipakai. Bagi skala nominal dan ordinal digunakan analisis Non Parametrik, sedangkan bagi skala interval dan rasio dipergunakan analisis Parametrik. Dispersi data nominal dan ordinal dapat menggunakan kisaran (range), sedangkan skala interval dan skala rasio dengan varian atau simpangan baku (standar deviasi).

9 III. PENYEMPELAN 3.1 PENDAHULUAN. Sampel merupakan bagian (sebagaian atau seluruhnya) dari populasi. Pengamatan atau pengukuran dilakukan langsung terhadap sampel. Jadi anggota sampel haruslah berasal dari anggota populasi yang bersangkutan. Dalam kehidupan sehari-hari sering dilakukan metode penyempelan ini, seperti dari sekeranjang salak yang dijual, pembeli berusaha mencicipi sebuah salak untuk dapat memutuskan apakah salak yang berada dikeranjang tersebut manis atau tidak, sehingga dapat diputuskan untuk membeli ataupun tidak membelinya. Jadi putusan yang diambil berdasarkan atas sampel yang diamati tadi. Meneliti sampel akan memungkinkan penelitian: a. Dapat dilaksanakan dengan lebih cepat dan biaya yang diperlukannyapun menjadi lebih sedikit. b. Dapat memberikan lebih banyak informasi dan cakupan informasi dapat lebih luas dan menyeluruh. c. Lebih akurat, karena tenaga pelaksana yang bermutu tinggi dapat melaksanakannya dengan mudah. d. Lebih menghemat waktu, tenaga dan dana. Konsep dari penyempelan melibatkan: a. Pengambilan hanya sebagian saja dari populasi. b. Pengamatan dilakukan hanya terhadap sampel. c. Menjeneralisasi terhadap populasi hanya didasarkan atas sampel saja. 3.2. POPULASI DAN SAMPEL. Populasi diartikan sebagai himpunan keseluruhan penduduk atau objek atau kehidupan (manusia, hewan, tanaman, bilangan dsb) yang mempunyai paling sedikit satu sifat/karakteristik bersama. Semua anggota suatu populasi harus tegas dan jelas terdefinisi secara spesifik sehingga akan dapat membedakan dengan anggota dari populasi lain. Dalam hal ini populasi bukan merupakan konsep demografi. Misal populasi suatu penelitian didefinisikan sebagai berikut: Proyek yang didanai bank dunia selalu mengalami keterlambatan dalam penyelesaiannya. Ciri

10 kebersamaannya adalah Proyek yang didanai oleh bank dunia; sama-sama mengalami keterlambatan. Pekerjaan disampel. Hati-hati di dalam memberikan batas yang tepat bagi sebuah populasi; apakah individu-individu yang ada dibatas populasi termasuk ke dalam populasi yang didefinisikan atau tidak. Sampel merupakan bagian dari populasi yang bersangkutan. Oleh karena itu sampel harus representatif bagi populasi asalnya. Bila sampel sudah representatif maka apapun simpulan yang didapat akan dapat diberlakukan kepada populasinya. Dengan demikian sifat pokok sampel haruslah: a. Mewakili populasinya (unbised). b. Cukup besar sehingga presisinya (ketelitian) semakin besar. c. Tingkat responsif sampel harus cukup tinggi. Apabila sampel mengalami bias maka peningkatan jumlah sampel tidak akan memberikan hasil yang representatif tadi. Cara yang dapat dipergunakan untuk mengatasi hal ini adalah: a. Definisikan dan pelajari homoginitas populasi yang bersangkutan. b. Pada riset sosial, pilih anggota sampel dari populasi yang bersangkutan secara acak (random). c. Perbanyak jumlah sampel. Randomisasi hanya dapat dilaksanakan di dalam anggota populasi yang homogin. Dengan demikian ketelitian dan kecermatan penelitian dapat tercapai. Ciri-ciri sampel acak adalah: a. Setiap anggota populasi mempunyai probabilitas yang sama untuk menjadi anggota sampel. b. Anggota sampel yang terpilih bersifat bebas satu dengan yang lainnya. utama di dalam penyempelan adalah memahami tingkat keragamannya, mengidentifikasi dan mendefinisikan secara cermat populasi yang akan

11 3.3. PARAMETER, STATISTIK DAN INFERENSIA. Parameter adalah suatu ukuran destruktif dari karakteristik populasi, misalnya: Mutu beton suatu pekerjaan konstruksi. Dari data populasi tersebut dicari ukuran deskriptifnya, misalnya: a. Rata-rata (mean), b. Variance (ragam), c. Besarnya populasi. N Semua harga spesifik di atas disebut dengan parameter. Jadi parameter adalah harga dari informasi/karakteristik spesifik dari suatu populasi dan parameter itu berupa konstanta. Parameter itu tidak pernah diketahui harganya apabila tidak pernah melakukan penelitian terhadap seluruh anggota populasi. Dalam kenyataan praktis dilakukan observasi hanya terhadap bagian dari populasi yaitu sampel tadi. Selanjutnya berdasarkan sampel itulah dilakukan suatu pendugaan terhadap parameter populasinya. Sebagai akibatnya adalah suatu ketidak tepatan atau kemelesetan pendugaan. Oleh karena itu ketidak tepatan ini haruslah sekecil mungkin dengan sampel yang random. Harga informasi spesifik dari data sampel, seperti rata-rata, ragam sampel, korelasi sampel dan lain-lain disebut dengan statistik sampel atau statistik saja. 3.4. BERBAGAI TEKNIK PENYEMPELAN Untuk mendapatkan sampel yang representatif bagi suatu populasi dilakukan teknik pengambilan sampel secara acak. Selanjutnya dari sampel tersebut dilakukan generalisasi terhadap populasinya. Teknik penyempelan tersebut adalah: a. Penyempelan acak sederhana. b. Penyempelan sistematis. c. Penyempelan berlapis. d. Penyempelan berumpun. e. Penyempelan berjenjang. f. Penyempelan kebetulan.

3.4.1. PENYEMPELAN ACAK SEDERHANA.

12 Penyempelan acak sederhana (simple Random Sampling) merupakan teknik pengambilan sampel yang banyak dipergunakan karena caranya yang sangat sederhana. Teknik ini dapat dipergunakan pada populasi yang mempunyai karakteristik yang homogin. Populasi ********** *********** *********** ********** *********** Sampel * * * * * * * * * * * *

3.4.2. PENYEMPELAN SISTEMATIK. Teknik ini merupakan pengembangan dari yang sederhana di atas dengan pengambilan yang lebih sistematis. Populasi ********** *********** *********** ********** *********** Sampel * 2 * 52 * 12 * 62 * 22 * 72 * 32 * 82 * 42 * 92

3.4.3. PENYEMPELAN BERLAPIS. Penyempelan Acak sederhana mempunyai kelemahan pada kondisi populasi yang tidak homogin. Hal ini akan menyebabkan timbulnya galat penyempelan (sampling error). Oleh kerana itu jika populasinya tidak homogin teknik penyempelan yang dipergunakan adalah penyempelan berlapis (starata), dimana populasi yang mempunyai karakteristik yang sama dikumpulkan sehingga menjsi beberapa starata atau layer yang homogin. Selajutnya dari masing-masing diambil sampel secara random.

13 Populasi *0****0*** ***0******* ******0**** **0****0** ****0****0* Sampel * * 0 * * * * * * * * 0 0 0 0 0

3.4.4. PENYEMPELAN BERUMPUN. Penyempelan rumpun (cluster) dapat digunakan jika populasinya menebar pada area geografis yang luas.Semakin besar rumpun maka galat yang terjadipun akan semakin besar. 3.4.5. PENYEMPELAN BERJENJANG. Penyempelan berjenjang (stage) dapat dilakukan pada populasi yang mempunyai tingkatan, misalnya pada suatu sekolah. Disini terlihat adanya tingkat atau kelas sehingga masing-masing perlu diadakan penyempelan baik secara sederhana maupun dengan cara lain yang telah dijelaskan di atas. 3.4.6. PENYEMPELAN KEBETULAN (OPPORTUNITY) Teknik penyempelan kebetulan biasanya dipergunakan pada hal-hal tertentu, dimana hal tersebut sesuai dengan kebutuhan peneliti. Hal ini akan menghasilkan galat penyempelan yang sangat besar, karena ada unsur subjektifnya. Sebagai pertimbangan dalam melakukan teknik penyempelan jenis ini adalah: keterbatasan biaya, penelitian sangat sedernaha terhadap kelompok responden tertentu saja dan penelitian tidak untuk digeneralisasi terhadap populasinya, misalnya studi kasus. Penyempelan kebetulan dapat dipergunakan pada penelitian eksplorasi.

3.5.

BESAR SAMPEL.

14 Semakin banyak atau semakin besar ukuran sampel maka galat penyempelan akan semakin kecil. Sampel yang besar akan menjamin keakuratan (presisi) hasil penelitian, tetapi tidak menjamin ketelitiannya (akurasinya). Peningkatan jumlah sampel tidak dapat mengeleminir atau mengurangi kemelesetan (ketidak tepatan) di dalam prosedur pemilihan sampelnya. Penentuan besarnya sampel dikendalikan oleh: a. Besarnya galat (ketelitian) yang ingin didapatkan dan tingkat homoginitas populasinya. b. Jenis penelitiannya sendiri. c. Kompetensi si peneliti. Cara yang sederhana untuk menentukan besarnya sampel adalah dengan berpatokan pada penelitian yang sejenis sebelumnya. Beberapa leteratur menganjurkan untuk mengambil besar sampel adalah 10 % dari jumlah populasinya. 3.6. STRATEGI PENYEMPELAN. Strategi penyempelan dapat dilakukan sebagai berikut: a. Definisikan populasi secara jelas dan cermat khususnya yang berkaitan dengan homoginitasnya. b. Duga besarnya sampel yang diperlukan. c. Pertimbangkan penggunaan salah satu jenis teknik penyempelan. d. Pada penelitian eksplorasi gunakan teknik penyempelan kebetulan.

IV. METODE STATISTIK.

15

4.1.

PENDAHULUAN. Setiap analisis suatu penelitian haruslah mempergunakan metode statistika.

Metode statistika tersebut terdiri dari prinsip- prinsip dan metode-metode untuk: a. Design penelitian atau rancangan penelitian. b. Perencangan strategi pengumpulan data. c. Peringkasan informasi, penyajian dan analisis data. d. Penyusunan model untuk meramalkan atau menggambarkan penomena yang mungkin terjadi. e. Interpretasi atau simpulan hasil dengan model sebagai dasarnya. 4.2. STATISTIKA DESTRUKTIF. Aspek deskriptif dari metode statistika memungkinkan peneliti meringkas data kuantitatif yang besar dan masih mentah, menggunakan ukuran-ukuran yang mudah dipahami oleh pembaca. Data yang yang belum teratur yang berasal dari catatan induk sulit ditafsirkan pola kecenderungannya. Statistika deskriptif terdiri dari langkah-langkah grafikal dan numerikal untuk meringkas data dari data yang besar dan tidak teratur menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami. Langkah-langkah tersebut adalah: a. Menyusun data mentah menjadi daftar distribusi data, seperti: distribusi frekuensi, distribusi ranting daun, skematik plot. b. Menyajikan data ke dalam grafik atau gambar, seperti: histogram, pareto, poligon, kurva dan lain-lain. 4.3. KONSEP STATISTIK INFERENSIA. Inferensi dapat diartikan sebagai penarikan simpulan (generalisasi) tentang besar dan sifat/ karakteristik populasi (parameter) berdasarkan pada informasi dari karakteristik sampel. Inferensial mencakup 3 hal pokok yaitu: a. Pendugaan harga parameter (Estimasi). b. Pengujian sifat parameter (hipotesis).

16 c. Peramalan harga parameter (Prediksi).

POPULASI Besar = N Nilai sentral = Nilai dispersi =

penyempelan

SAMPEL Besar = n Nilai sentral = x Nilai dispersi = s

inferensia 4.3.1. PENDUGA PARAMETER. Secara umum parameter penduga menggunakan harga statistik sampel yang bersangkutan, artinya mean populasi diduga dengan mean sampel. Hal ini nilai duga parameter populasi tidak pernah diketahui. Untuk mendapatkan harga duga yang sedekat-dekatnya dengan harga parameter populasinya maka perlu diusahakan hal-hal sebagai berikut: a. Sampel harus representatif bagi populasi asalnya. b. Pengamatan atau pengukuran variabelnya dilakukan secara cermat. c. Banyaknya sampel disesuaikan dengan kemampuan peneliti. Pendugaan parameter dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu: a. Pendugaan dengan harga tunggal. b. Pendugaan dengan interval kepercayaan. Dalam penelitian sosial umumnya digunakan pendugaan interval dengan probabilitas ketidaktepatan antara 10 % sampai 30 %. Selang kepercayaan inipun dapat dipergunakan untuk pengujian hipotesis. 4.3.2. HARGA DUGA (STATISTIK SAMPEL). Harga sentral yang biasa dihitung adalah: a. Mean bagi data berskala interval dan ratio. b. Median bagi data berskala ordinal. c. Modus bagi data berskala nominal.

17 Perhitungan mean (nilai rata-rata) ada beberapa jenis tergantung keadaan datanya, yaitu: a. Rata-rata hitung (arithmatic mean). b. Rata-rata ukur (geometrik mean). c. Rata-rata berbobot (wieghted mean). d. Rata-rata hipergeometrik (hipergeometric mean). Median merupakan data yang terletak di tengah-tengah urutan data. Mula-mula data disusun berdasarkan urutannya (rank), kemudian data yang terletak di tengah-tengah adalah mediannya. Median lebih stabil dari pada rata-rata yang lainnya karena tidak dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ekstrem. Modus adalah data yang paling sering muncul atau yang mempunyai frekuensi yang paling besar. Ukuran dispersi data sampel. Ciri dari sekumpulan data ditunjukan oleh nilai sentral dan nilai dispersinya atau nilai sebarannya. Pusat data selalu ada di tengah dari sekumpulan data yang paling pekat. Dispersi data menunjukan kepekatan sekumpulan data. Semakin kecil nilai dispersinya, hal ini berarti data mempunyai homoginitas yang baik. Jadi data yang baik adalah data yang nilai sentralnya berada di tengah himpunan data dan dispersinya kecil. Ukuran dispersi data yang sering dipergunakan dalam penelitian adalah: a. Kisaran (range) b. Variance (ragam, simpangan baku). c. Koefisien variance. 4.4. PENGUJIAN HIPOTESA. Pengujian hipotesis bertujuan untuk memverifikasi hipotesis (hipotesis = jawaban sementara yang disusun berdasarkan premis yang relevan) dengan fakta yang didapatkan dari pelaksanaan riset. Riset tidak dapat mempelajari proposisi yang tidak dapat diuji. Misalnya, pernyataan yang bersifat metafisik seperti "penduduk yang miskin dan sengsara karena Tuhan menghendaki demikian". Hal ini tentu tidak dapat diuji. Pengujian hipotesis yang berkenaan dengan sifat/karakteristik parameter, dilaksanakan dengan memverifikasi hipotesis itu pada faktanya. Hipotesis yang tidak

18 didukung oleh fakta akan ditolak, sedangkan yang sesuai dengan fakta akan diterima. Simpulan pengujian tidak menyatakan benar atau tidak benarnya hipotesis itu. 4.5. PENGUKURAN KINERJA (PERFORMANCE) NISBI Di dalam penelitian seringkali dilakukan pembandingan dua kelompok data. Perbandingan skor mentah akan menyebabkan ketidaktepatan simpulan, apabila kedua kelomp[ok data mempunyai bentuk pola distribusi yang sangat berbeda. Cara yang benar adalah dengan mentransformasi kedua kelompok data menjadi suatu distribusi baku, misalnya skor baku: distribusi n, distribusi t, distribusi F dan lain-lain.

Kelompok data I

Skor Baku

Kelompok data II

Setiap data ditranformasikan menggunakan rumus-rumus dari masing-masing distribusi. Selanjutnya barulah diadakan pembandingan menggunakan prosedur uji statistika tertentu.

4.6.

REGRESI. Regresi merupakan salah satu metode untuk meramalkan suatu kejadian

berdasarkan atas fakta atau data yang ada. Umumnya menggambarkan paling tidak dua bua variable dan hubungan variable tersebut. Variabel-variabel ini dapat digambarkan ke dalam suatu satuan sumbu x y menjadi titik-titik koordinat yang disebut diagram scatter. Titik-titik ini dapat dihubungkan mejadi garis yang semut sehingga menjadi garis yang utuh. Garis ini dapat didekati oleh persamaan garis matematis yang telah dikenal di dunia matematika seperti garis lurus, dan garis lengkung. 4.6.1. Regresi Linier. 4.6.2. Regresi non linier.

19 V. PERUMUSAN DAN PENGUJIAN HIPOTESIS. 5.1. APA HIPOTESIS ITU. Hipotesis ilmiah adalah: a. Instrumen kerja dari teori. b. Harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat dikonfirmasi atau disangkal. c. Harus dapat diuji Hipotesis disusun berdasarkan pola berfikir ilmiah yang mengikuti langkahlangkah sebagai berikut: a. Hipotesis dapat menjelaskan penomena yang diselidiki atau memecahkan masalah yang diteliti. b. Jawaban bagi hipotesis berkenaan dengan penomena yang diselidiki dapat diamati di dalam situasi penelitian yang ditentukan. c. Pencarian jawaban dilaksanakan melalui observasi. Bila melakukan verifikasi (pengujian) maka hipotesis harus sudah dirumuskan terlebih dahulu (karena yang akan diverifikasi itu adalah hipotesis). Sesuai dengan istilahnya, hipotesis merupakan: a. Pernyataan yang masih lemah tentang sifat parameternya dan perlu diuji. b. Merupakan penuntun arah pelaksanaan penelitian. c. Sebagai kendali pelaksanaan penarikan simpulan secara statistika. Hipotesis dapat dinyatakan dalam dua bentuk yaitu: a. Hipotesis penelitian dalam bentuk kalimat verbal. b. Hipotesis statistika yang sudah dirumuskan dalam bentuk pernyataan statistika. 5.2. MERUMUSKAN HIPOTESIS. Menyusun hipotesis tidaklah mudah, yang perlu diperhatikan adalah: a. Masalah penelitiannya dapat dirumuskan secara jelas dan tepat. b. Telah didapatkan kerangka pemecahan masalah penelitian, berdasarkan teori-teori yang paling relevan dan mutahir. Hipotesis dapat disusun dengan mudah dengan jalan memadukan kedua hal di atas. Perumusan hipotesis mengikuti urutan logika sewaktu menelusuri kepustakaan terhadap masalah penelitian yang akan dijawab. Sumber hipotesis berasal dari masalah

20 dan teori. Teori menuntun penelitian dan sebagai sumber prediksi (ramalan) yang perlu diuji. Langkah kerjanya sebagai berikut: Teori, hukum-hukum, postulat dll (didapatkan dalam kepustakaan) dan masalah penelitian

KERANGKA TEORITIS

HIPOTESIS RISET

HIPOTESIS STATISTIKA: Ho : Hipotesis nol H1 : Hipotesis Alternatif.

5.3.

MENGUJI HIPOTESIS. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengujian suatu hipotesis adalah: Perumusan Ho dan H1. Penetapan kriteria uji berdasarkan peluang uji yang dipilih dengan tabel yang

relevan. Perhitungan statistik uji berdasarkan data pengamatan dan sesuai dengan teknik uji yang akan dipakai. Melakukan pengujian dengan cara: a. Membandingkan hipotesis terhadap fakta. b. Membandingkan kriteria uji dengan statistik uji. Pengujian hipotesis adalah proses untuk menguji suatu hipotesis. Menguji bukan membuktikan didefinisikan sebagai langkah untuk mencocokan hipotesis yang telah dirumuskan dengan fakta (hasil penelitian) yang didapatkan, atau secara umum diistilahkan dengan memverifikasi. Simpulan pengujian hipotesis berupa: a. Hipotesis ditolak oleh fakta (tidak cocok).

21 b. Hipotesis diterima oleh fakta (sesuai) Di dalam besaran peluang (probabilitas) pengujian tertentu. Simpulan pengujian statistika berbentuk: a. Menerima Ho dalam peluang uji yang telah dipilih. b. Menolak Ho dalam peluang uji yang telah dipilih. Dalam pelaksanaan pengujian hipotesis, maka yang ditolak atau diterima itu adalah Ho, yang berarti pula sebagai penerimaan atau penolakan H1. Jadi Ho diterima = H1 ditolak atau Ho ditolak = H1 diterima. Karena Ho dan H1 berkomplemen seperti sisisisi sebuah mata uang logam. Bila sedang memandang (menerima) sisi yang satu maka berarti pula sedang tidak melihat (menolak) sisi yang lainnya. Pengujian tidak berhenti sampai di atas, tetapi harus dilanjutkan dengan usaha evaluasi ulang. Bila pengujian menyimpulkan bahwa Ho diterima dengan kata lain H1 ditolak, ini berarti bahwa: a. Memang seharusnyalah demikian adanya, artinya bila perencanaan dan pemerograman penelitian sudah memenuhi persyaratan ilmiah yang tinggi, serta pelaksanaannya sudah secermat dan seteliti mungkin. b. Mungkin penelitiannya mempunyai banyak kelemahan, misalnya terjadi kesalahan pada perumusan dan pemecahan masalahnya, penentuan rancangan penelitiannya, ukuran sampelnya, ketelitian dan kecermatan serta variabel-variabel lainnya. Jika hasil pengujian menunjukan simpulan penolakan terhadap Ho (H1 diterima) dalam tingkat peluang pengujian tertentu, maka tindak lanjut yang perlu dipertanyakan kembali adalah: a. Apakah tidak mungkin rumusan hipotesisnya yang keliru. b. Apakah tidak mungkin fakta yang dikumpulkan juga meleset. c. Penelitian memerlukan kecermatan dan ketelitian yang tinggi. 5.4. RISIKO PENGUJIAN. Setiap tindakan ada risikonya. Setiap pengujian mempunyai risiko, baik pada penerimaan Ho ataupun penolakan Ho. Jika sesungguhnya Ho benar (sesuai dengan teorinya) ditolak, hal ini berarti menerima risiko ketidaktepatan (galat tipe I). Besarnya probabilitas (peluang) menerima risiko ini disebut dengan peluang galat tipe I yang disingkat dengan dan hal inipun disebut dengan aras (level) pengujian.

22 VI. PENGENDALIAN GALAT DAN RANCANGAN RISET. 6.1. PENDAHULUAN. Tujuan dirancangnya suatu penelitian adalah: a. Untuk meminimalkan galat penelitian. b. Memaksimalkan ketelitian dan kecermatan penelitian. c. Meminimalkan penggunaan dana, daya, peralatan dan waktu. Sehingga dapat dihasilkan suatu penelitian dengan reliabilitas tinggi. Untuk itu dipergunakan perancangan penelitian yang cermat dan hati-hati. Dengan demikian galat yang timbul dapat dikendalikan sebelum hal tersebut terjadi. 6.2. JENIS GALAT. Di setiap penelitian yang menjadi perhatian adalah variabel bebas dan variabel tergantung. Galat penelitian terjadi bilamana ada perubahan respon di dalam variabel tergantung yang disebabkan oleh pengaruh dari variabel-variabel lain selain variabel bebas. Semakin banyak variabel lain yang tidak sempat dikendalikan maka galat penelitian akan semakin besar. Ada dua macam galat penelitian yaitu: a. Galat sistematik atau galat konstan, yang merupakan galat atau bias yang terjadi setiap penelitian diulangi pelaksanaannya. Perbedaan waktu pengulangan akan mengakibatkan munculnya galat sistematik ini. b. Galat pengacakan, hal ini sisebabkan oleh perbedaan individu-individu yang homogin kebetulan terpilih secara acak menjadi anggota sampel. 6.3. SUMBER GALAT. Sumber Galat ada 4 yaitu: a. Proses penyempelan yang tidak random dan tidak tepat. b. Anggota sampel yang kebetulan terpilih. c. Kondisi penelitian tidak konsisten. d. Pengukuran/ pengamatan yang tidak cermat dan tidak teliti.

23 Makin besar galat penelitian maka berarti sampel semakin tidak representatif dan pada akhirnya akan menyebabkan simpulan penelitian akan menjadi meleset atau kurang teliti. Usaha untuk memperkecil galat tersebut adalah dengan: a. Pemilihan anggota sampel harus random. b. Pemahaman homoginitas populasi dan memperbesar ukuran sampel. c. Pengendalian kondisi penelitian. d. Pengamatan/pengukuran dilaksanakan dengan cermat dan teliti. e. Mengeleminir variabel-variabel lain menjadi variabel kontrol atau variabel bebas yang baru. 6.4. RANCANGAN RISET. Rancangan penelitian merupakan rancangan atau alat strategi untuk mencari jawab dari masalah penelitian. Dalam bentuk sederhana, penelitian mempunyai tiga karakteristik yaitu: a. Variabel bebas dimanipulasi. b. Semua variabel lainnya dikendalikan. c. Diukurnya atau diamatinya variabel tergantung sebagai pengaruh dari manipulasi variabel bebas. Terdapat banyak nama rancangan penelitian yang dapat dipergunakan oleh peneliti, dari yang paling sederhana hingga yang paling komplek tergantung pada masalah, populasi, teknik penyempelan dan variabel-variabel yang terlibat. Hal-hal penting yang harus ada di dalam rancangan suatu penelitian adalah: a. Sifat dan besarnya populasi. b. Besarnya sampel dan teknik randomisasinya. c. Variabel-variabel yang terlibat. d. Model pengamatan. e. Penempatan level perlakuan. f. Hipotesis yang akan diuji. g. Pola analisis data dan analisis statistika yang akan dipakai.

24 VII. RELIABILITAS DAN VALIDITAS. 7.1. PENDAHULUAN. Bila data telah diperoleh menggunakan enstrumen atau teknik tertentu, selanjutnya kita perlu pertanyaan: "apakah data memang menunjukan kinerja (performance) atau prilaku dari subjek pengamatan yang diobservasi atau diukur?". Terhadap semua data, kita perlu tanyakan: a. Apakah instrumen atau teknik pengumpulan datanya dapat dipercaya? b. Apakah kondisi, dari mana data diperoleh dapat menjamin bahwa data memang benar menunjukkan cirinya dan effek variabel luar harus seminimal mungkin? 7.2. RELIABELITAS. Kata lain dari reliabilitas adalah: dapat dipercaya, dapat diandalkan, stabilitas, konsisten, dapat diramal dan akurasi. Suatu alat ukur dikatakan mempunyai reliabilitas tinggi bila siapapun dan kapanpun dilakukan pengukurannya akan memberikan hasil pengukuran yang tetap sama. Pada ilmu psikologis dan ilmu sosial, pengukurannya sama halnya seperti pada manusia; hasil pengukuran bervariasi dari satu individu ke individu lain. Hasil itu mungkin stabil dan relatif dapat diramal, atau tidak stabil dan sukar diramal, atau konsisten dan tidak konsisten. Jika hasil pengukuran itu reliabel maka kita dapat menggunakannya. Ada tiga kriteria dari definisi reliabel yaitu: 1. Gunakan pertanyaan berikut: "Bagi tes yang sama, apakah skor yang saya dapatkan dari mahasiswa A kemarin sama hasilnya dengan tes yang saya berikan besok dan besoknya lagi?". Bila hasilnya tetap sama maka berarti kinerja (performance) mahasiswa A itu reliabel; atau soal tes yang dipakai itupun disebut reliabel. 2. Gunakan pertanyaan:"apakah skor tes yang saya peroleh dari mahasiswa A memang mencerminkan kemampuan yang sesungguhnya?". Tujuannya adalah untuk akurasi. 3. Pakailah pertanyaan:" Seberapa besarkah galat yang ada di dalam pengukurannya?" Ada dua sumber galat yaitu: a. Variabelitas eksperimental yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan individu yang diselidiki. b. Variabelitas galat yang merupakan kombinasi dari:

25 Fluktuasi pengacakan yang diakibatkan oleh perubahan dari waktu ke waktu pada individu yang sama. Galat sistematis atau galat konstan. Ini disebabkan oleh satu atau lebih variabel bertaut yang selalu dapat meningkatkan atau menurunkan skor hasil tes. Jadi reliabel dapat didefinisikan sebagai tiadanya galat pengukuran pada alat ukur. Galat dan reliabel merupakan dua sisi mata uang, yang satu berlawanan dengan yang lainnya. Jika galat ini besar, maka pengukuran menjadi kurang stabil dan kurang akurat. Ada empat pendekatan untuk menghitung koefisien reliabilitas yaitu: a. test - retest metode. b. Alternate form methods. c. Split- half method. d. Internal-consistency method. 7.3. VALIDITAS. Pokok pikiran dari validitas di dalam penelitian bersifat kontroversial dan pelik tetapi penting. Sesungguhnya reliabilitas dapat dihitung tanpa harus mengetahui arti validitas dari variabel yang diukur. Ukuran atau teknik pengukuran yang cukup reliabel dengan sendirinya bermakna, tetapi perlu diikuti dengan pertanyaan:"Seberapa validkah itu?" Apakah tes memang mengukur apa yang seharusnya diukur?. Jadi validitas berhubungan dengan pertanyaan: "Apa yang diukur oleh suatu tes itu?". Jenis-jenis validitas yaitu: a. Content Validity. b. Predictive Validity. c. Concurrent Validity. d. Construct Validity. e. Face Validity. Secara garis besar dapat pula digolongkan ke dalam: a. Internal Validity. b. Eksternal Validity.

26 VIII. TEKNIK ANALISIS STATISTIKA. Pada dasarnya penggunaan teknik analisis statistika ditentukan oleh: a. Rancangan penelitian (eksperimental) dan model pengamatan yang dibayangkan berlaku. b. Jenis atau skala ukuran dari variabel-variabel yang terlibat di dalam model pengamatan, terutama variabel tergantungnya. Bagi skala nominal dan ordinal biasanya digunakan analisis non parametrik sedangkan bagi skala interval dan rasio dipakai analisis parametrik. Bagi penelitian-penelitian komperatif dapat menggunakan analisis varian, sedangkan bagi variabel-variabel yang berkorelasional dipakai analisis korelasi dan regresi. Dalam situasi gabungan dapat menggunakan analisis varian bersama-sama dengan analisis regresi. Khusus bagi penelitian yang melibatkan lebih dari satu variabel tergantung seyoyanya menggunakan analisis multivarian dengan berbagai bentuknya. IX. PROBABILITAS Probabilitas adalah peluang terjadinya suatu hal atau peristiwa. Probabilitas dinyatakan dalam bilangan pecahan atau desimal antara 0 dan 1. Bila dinyatakan probabilitas adalah 0, maka diartikan bahwa sesuatu tidak akan pernah terjadi dan sebaliknya jika nilainya adalah 1, maka sesuatu akan pasti terjadi. 9.1. PERISTIWA DAN PERCOBAAN. Dalam teori probabilitas, suatu peristiwa adalah satu atau beberapa kemungkinan hasil dari suatu tindakan. Bila melempar mata uang, munculnya sisi belakang merupakan suatu peristiwa, dan timbulnya sisi depan merupakan suatu perintiwa yang lain. Kegiatan yang menghasilkan suatu peristiwa dalam teori probabilitas disebut sebagai suatu percobaan. 9.2., RUANG SAMPEL Kumpulan semua kemungkinan hasil dari suatu percobaan disebut ruang sample bagi percobaan yang bersangkutan. Dalam percobaan pelemparan mata uang, misalnya, ruang sampelnya adalah: S = {depan, belakang}

27 Peristiwa yang terpisah satu sama lain disebut Mutually exclusive, sedangkan bila terkait satu sama lain disebut collectively exhaustive. Suatu peristiwa dikatakan terpisah satu sama lain bila hanya ada satu peristiwa saja yang dapat terjadi pada suatu saat. 9.3. TIGA MACAM PROBABILITAS Tiga cara untuk menggolongkan probabilitas, yang mencerminkan perbedaan pendekatan dasar dalam mempelajari teori probabilitas. Pendekatan tersebut adalah: Pendekatan klasik, pendekatan frekuensi relatif dan pendekatan subyektif. 9.4. PENDEKATAN KLASIK. P(A) = jml kemungkinan hasil terjadinya suatu peristiwa/total jml kemungkinan Peristiwa A Probabilitas terjadinya

9.5. PENDEKATAN FREKUENSI RELATIF. Metode ini menentukan probabilitas dengan menyatakan frekuensi relatif dari kejadian yang lampau sebagai probabilitas. Dalam hal ini probabilitas didefinisikan sebagai proporsi waktu terjadinya suatu peristiwa dalam jangka panjang bila semua kondisi stabil atau frekuensi relatif peristiwa yang diamati melalui sejumlah besar pengamatan/percobaan. 9.6. PENDEKATAN SUBYEKTIF. Probabilitas subyektif didasarkan pada keyakinan pribadi atau perasaan dari orang yang membuat perkiraan probabilitas. Definisinya adalah sebagai penentuan probabilitas atas suatu peristiwa yang didasarkan pada tersedianya fakta. Fakta ini dapat berupa data mengenai frekuensi relatif terjadinya suatu peristiwa.

28 9.7. ATURAN PROBABILITAS. Ada 2 ketentuan yang harus diperhatikan dalam aturan probabilitas yaitu: kapan suatu peristiwa atau peristiwa yang lain akan terjadi dan kapan dua atau lebih peristiwa akan terjadi bersamaan.

A

B

A

B

Dua peristiwa mutually Exclusive 9.8. ATURAN PENJUMLAHAN.

dua peristiwa non non mutually exclusif

P ( A atau B ) = P(A) + P(B)..mutually exclusive P ( A atau B ) = P(A) + P(B) P(A dan B)non mutually exclusive. 9.9. PROBABILITAS INDEPENDEN. Probabilitas terjadinya suatu peristiwa tidak mempengaruhi probabilitas terjadinya peristiwa yang lain. Ada 3 jenis probabilitas yang bebas yaitu: probabilitas marjinal, probabilitas gabungan dan probabilitas bersyarat. Probabilitas Marjinal adalah probabilitas yang sederhana atas terjadinya suatu peristiwa, seperti pelemparan mata uang. Berapa kalipun dilempar probabilitas keluarnya masingmasing sisi tetap sama.

29 Probabilitas Gabungan yang Bebas adalah probabilitas dua atau lebih peristiwa yang bebas satu sama lain akan terjadi bersama atau berurutan tergantung pada hasil prpbabilitas marjinal. Secara matematis dinyatakan sebagai: P(AB) = P(A) x P(B) Probabilitas Bersyarat adalah suatu peristiwa akan terjadi apabila sebelumnya pristiwa yang lain telah terjadi. P( B / A)

Probabilitas peristiwa B dengan syarat bahwa peristiwa A sudah terjadi. 9.10. PROBABILITAS DEPENDEN/BEBAS Probabilitas dependen adalah probabilitas peristiwa tertentu tergantung atau dipengaruhi oleh terjadinya peristiwa lain. Probabilitas inipun ada tiga sesuai dengan bagian diatas yaitu: probabilitas marjinal, probabilitas gabungan dan probabilitas bersyarat. Probabilitas marjinal dalam hal ini sama dengan penjelasan di atas. Sedangkan untuk yang gabungan adalah: P( AB ) = P(A/B) x P(B)

30 X. KONSEP DISTRIBUSI PROBABILITAS Distribusi probabilitas adalah daftar probabilitas yang berhubungan dengan semua kemungkinan hasil yang dapat terjadi bila suatu percobaan dilakukan. Distribusi probabilitas dapat didasarkan pada pertimbangan teori atau penilaian subyektif atas kemungkinan hasil tertentu. Dapat pula didasarkan atas pengalaman. Distribusi probabilitas ini dapat dikelompokkan menjadi distribusi diskret dan distribusai kontinu. 10.1 FUNGSI PROBABILITA VARIABEL ACAK 10.1.1. VARIABEL ACAK (random variable). Merupakan suatu alat (yang diolah jika perlu) untuk menyatakan suatu peristiwa dalam besaran numerik. Contoh: (X=a, atau X b, atau (a 7 ft menyatakan terjadinya banjir yang melampaui 7 ft. Hasil yang mungkin dari suatu fenomena acak dapat dinyatakan secara numeric, baik sebenarnya ataupun buatan. Contoh : Y merupakan ketiga keadaan penyelesaian suatu proyek dalam satu tahun, (pasti selesai, mungkin selesai, dan pasti tidak selesai) dapat dinyatakan masingmasing dengan angka 1, 2 dan 3, maka Y=2 berarti bahwa penyelesaian proyek dalam satu tahun diragukan. Jadi variabel acak dapat dipandang sebagai aturan yang memetakan peristiwa-peristiwa dalam ruang sampel ke suatu garis riel. Pemetaan tersebut bersifat satu lawan satu (one to one), juga , peristiwa-peristiwa yang saling eksklusif dipetakan ke selang-selang (interval) yang tidak saling tumpang tindih pada garis riel.

31

Gambar 1. Pemetaan peristiwa-peristiwa ke garis real melalui variable acak X Ruang sample S dipetakan ke garis riel melalui variable acak X E1 = (a < X b ) E2 = (c < X d ) E 1 E2 = (X a) (X d ) ; E1E2 = (c < X b ) 10.1.2. FUNGSI PROBABILITA P(X= x) = Probabilita bahwa variable X mengambil nilai x. P(X= x) = p(x) kalau x = 4 P(X = 4) = p(4) Contoh variable acak diskrit : Kalau suatu mata uang dilempar 3 kali dan X = banyaknya B (=gambar burung). Hasil eksperimen BBB(x=3), BBB (x=2), BBB(x=2), BBB(x=1), BBB(x=2), BBB(x=1), BBB(x=1), BBB(x=0). Nilai p(x) dan F(x) X 0 1 2 3 F 1 3 3 1 8 P(x) = P(X=x) 1/8 3/8 3/8 1/8 1.00 F(x) = P(X x) 1/8 4/8 7/8 8/8=1,00

p(x) = Probabilita bahwa variable X mengambil nilai x F(x) = probabilita bahwa variable X mengambil nilai x atau lebih kecil dari x. F(x) = P(X x)

32

Gambar 2 Grafik fungsi probabilita dan fungsi probabilita kumulatif F(x) = P(X x ) p(x) X x F(x) = P(X x ) = f(x).dx -~ Contoh Variabel acak menerus Volume lalu-lintas dan kondisi jalan sepanjang 100 km hampir sama, maka kecendrungan terjadinya kecelakaan secara kasar hampir seragam sepanjang jarak 100 km. Jika X adalah variable acak yang harga-harganya menyatakan jarak (dari km 0) ke tempat terjadinya kecelakaan, maka fungsi kerapatan probabilita PDF (Probability Density Function) dari X akan konstan diantara 0 dan 100 km atau Kontinyu Diskrit x

f x(x)= c

0 x 100

= 0 pada daerah lainnya dimana c = 1/100.

33

Gambar 3. PDF dari X

Fungsi Distribusi kumulatif, CDF (Cumulatif Distribution Function)z

Fx(x) = c dx = cx = x/100 = 1,0 = 0

0 x 100 x > 100 x (( Z )/ E)2

n = besarnya sampel Z = koefisien Z untuk tertentu E = besarnya bias Contoh : Untuk menaksir rata-rata waktu yang diperlukan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan sebuah soal tertentu, diperlukan sampel. Dikehendaki = 0,05 dengan bias < 0,05 menit, jika =0,5 menit Berapa jumlah sampel diperlukan ? E=0,05 Z = 1,96 n > ( (1,96.0,5 )/0,05 )2 > 384,16 ~ 385 orang Cara-cara pengambilan sampel :

43 1. Secara acak sederhana (simple random sampling) 2. Acak menggunakan tabel (Random Table) 3. Acak secara sistimatik (Systematic sampling) 4. Acak terstratafikasi (Staratified random sampling) 5. Sampel kelompok (Cluster sampling) 6. sampling untuk keperluan tertentu (Purposive sampling) 10.5. PENGOLAHAN DATA: Untuk dapat menguji hipotesa : 1. Merumuskan hipotesa atau merumuskan pertanyaan 2. Mengumpulkan data 3. Mengolah data 4. Menyajikan data 5. Menganalisa data 6. Menyimpulkan data 10.6. PENGORGANISASIAN DATA 1.Editing Yang perlu diedit adalah : a. Lengkapnya pengisian kuesener b. Keterbacaan data c. Kejelasan makna jawaban d. Kesesuaian jawaban yang satu dengan lainnya e. Relevansi jawaban f. Keseragaman satuan pengukuran 2. Koding Adalah suatu usaha untuk mengklasifikasikan jawaban respondenmenurut macamnya. 3. Analisa Data Deskriptif Ciri-ciri data : 1. Distribusi data tersebut

44 2. Tendensi sentral dari data tersebut 3. Sebaran dari data tersebut 4. Hubungan beberapa variable dalam data tersebut.

45

DAFTAR PUSTAKA. Alfredo H-S. ANg Wilson H. Tang, Binsar Hariandja M.Eng., 1987, Konsep-konsep Probabilitas dalam Perencanaan dan Perancangan Rekayasa Prinsip-prinsip Dasar Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta. Bain, L.J. dan Engelharde, M, 1992, Instruduction to Probability and Mathematicsal statistics, Duxbury Press, California Battacharya, G. and Jhonson, R.A., 1977, Statistical Concep and Methods, John Wiley and Sons, New York Burn, Robert B, 1990. Introduction to Research Methods in Education. Longman Cheshire Pty. Limited. Australia. ISBN 0 582. 66374 1. Cochran, William G 1997, Sampling Techniques, John Wiley, New York. DJPT 1983/1984. Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V. Buku IA. Filsafat Ilmu, DJPT. Depdikbud. Gupta, C dan Kapoor, V.K, 1982, Fundamental of Mathematic Statistics, Sultan Chou and Sons, New Delhi Kirk, Roger E 1982. Experimental Design: Procedures for the Behavioral Sciences. 2nd Edition. Brook/Cole Pub. Co. California. Moore, D.S. and McGabe, G.P.,1989, Intruduction to Practics of Statistics, W.H. Freeman and Corp. Pasaribu, Statistika, Rice, J.A., 1992, Mathematical Statistics and Data Analysis, Wadsworth and Brooks. Walpole, R.E., dan Mayers, R.H., 1978, Probability and Statistics For Scientist and Engineers, Macmilan Co, New York Richard I, dkk, 2002, (terjemahan), Pengambilan Keputusan Secara Kusntitatif, Pt. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Wilfrid J Dixon, 1991, (terjemahan), Pengantar Analisis Statistik, Gajah Mada University Press, Jogyakarta.

46

MATRIKULASI

STATISTIKA

MAYUN NADIASA PUTU PREANTJAYA WINAYA MADE SUKADA WENTEN

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2008

47

Kata Pengantar Puji syukur kami haturkan kehadapanNYA, serta terima kasih kepada seluruh rekan dan Pembaca yang telah memberikan masukan, bimbingan dan arahan untuk mengumpulkan catatan, hand out dalam pembelajaran mata kuliah statistika untuk dijadikan bahan atau materi kuliah matrikulasi S2 di Program studi Teknik Sipil. Sebagai suatu kumpulan catatan, sudah tentu masih banyak hal yang belum dibahas secara detail dan sempurna. Oleh karena itu, perlu kiranya mempelajari beberapa sumber yang kami jadikan acuan dalam tulisan ini. Mudah mudahan kumpulan catatan ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi peserta matrikulasi mata kuliah ini. Terima kasih.

Denpasar, Penulis

Agustus 2008.

48