9
Interpretasi Data Anomali Medan Magnetik Total Untuk Permodelan Struktur Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Mud Vulcano (Studi Kasus Bledug Kuwu Grobogan) Sigit Darmawan, Hernowo Danusaputro, Tony Yulianto Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro, Semarang Email [email protected] Abstrak Telah dilakukan transformasi reduksi ke kutub data anomali medan magnetik total pada daerah Bledug Kuwu, Grobgan untuk interpretasi struktur bawah permukaan. Data yang ditransformasi hasil pengukuran 8-10 April 2006 dengan menggunakan Proton Precession Magnetometer (PPM) untuk mengukur medan magnet total, dengan luas daerah penelitian ± 7,5 ha, yang menghasilkan 135 titik pengukuran. Penentuan posisi menggunakan Global Positioning System (GPS) dan kompas geologi. Pengolahan data medan magnetik total dimulai dari koreksi variasi harian dan koreksi IGRF sehingga diperoleh anomali medan magnetik total pada topografi. Efek anomali lokal pada lokasi penelitian dieliminasi dengan metode upward continuation. Data hasil upward continuation pada ketinggian 3000 m di atas referensi spheroid direduksi ke kutub utara magnet bumi. Anomali medan magnetik total reduksi ke kutub pada ketinggian 3000 m diinterpretasi dengan permodelan Talwani 2,5 dimensi menggunakan software Mag2DC for Window. Hasil pemodelan dua dimensi menghasilkan benda penyebab anomali dengan suseptibilitas yaitu: untuk benda pertama 0,003 cgs, dan benda kedua (-0,001) cgs, sedangkan benda di bawah anomali memiliki nilai suseptibilitas yang kecil karena temperatur yang tinggi. Benda anomali berada pada kedalaman ± (270-350) m dari permukaan dan diidentifikasi berupa garam yang bercampur shale terjebak dalam cekungan sedimentasi. Kata kunci: anomali magnetik, reduksi ke kutub, suseptibilitas. Abstract Total magnetic field anomaly data at Bledug Kuwu, Grobogan area has been reduced to the pole in order to interpret underground structure. Data collecting has been done on April 8-10, 2006 by means of Proton Precession Magnetometer (PPM) to measure total magnetic field data, with research area of 7,5 ha, produces 135 points of measurement. Global Positioning System (GPS) was used to determine the position and a geological compass to find the geographic north. The first total magnetic field data processing is diurnal and International Geomagnetic Reference Field (IGRF) correction. The total magnetic field anomaly on the irregular surface was transformed to horizontal surface 3000 m above spheroid reference. Before reduction to the pole, local effect was eliminated by upward continuation as high as 3000 m above spheroid reference. Mag2DC for Window was carried out for interpretation of total magnetic anomaly at 3000 m above reference spheroid which has been reduced to the pole. The modeling software based on the 2.5 D Talwani’s method. The result of 2-D modeling produces anomaly objects with susceptibilities: the first object: 0,003 cgs and the second object: -0,001 cgs, whereas the object under anomaly with small susceptibilities because high temperature. The anomaly objects are in the depth of ± (270-350) meter below the surface and are interpreted as salt and shale mixture in a sedimentary dome. Keyword: magnetic anomaly, reduction to pole, susceptibilities. J. Geofisika Vol. 13 No.1/2012 7

Medan Anomali Total

Embed Size (px)

Citation preview

Interpretasi Data Anomali Medan Magnetik Total Untuk Permodelan

Struktur Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Mud Vulcano

(Studi Kasus Bledug Kuwu Grobogan)

Sigit Darmawan, Hernowo Danusaputro, Tony Yulianto

Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Diponegoro, Semarang

Email [email protected]

Abstrak

Telah dilakukan transformasi reduksi ke kutub data anomali medan magnetik total pada daerah

Bledug Kuwu, Grobgan untuk interpretasi struktur bawah permukaan. Data yang ditransformasi

hasil pengukuran 8-10 April 2006 dengan menggunakan Proton Precession Magnetometer (PPM)

untuk mengukur medan magnet total, dengan luas daerah penelitian ± 7,5 ha, yang menghasilkan

135 titik pengukuran. Penentuan posisi menggunakan Global Positioning System (GPS) dan

kompas geologi.

Pengolahan data medan magnetik total dimulai dari koreksi variasi harian dan koreksi IGRF

sehingga diperoleh anomali medan magnetik total pada topografi. Efek anomali lokal pada lokasi

penelitian dieliminasi dengan metode upward continuation. Data hasil upward continuation pada

ketinggian 3000 m di atas referensi spheroid direduksi ke kutub utara magnet bumi. Anomali

medan magnetik total reduksi ke kutub pada ketinggian 3000 m diinterpretasi dengan permodelan

Talwani 2,5 dimensi menggunakan software Mag2DC for Window.

Hasil pemodelan dua dimensi menghasilkan benda penyebab anomali dengan suseptibilitas yaitu:

untuk benda pertama 0,003 cgs, dan benda kedua (-0,001) cgs, sedangkan benda di bawah anomali

memiliki nilai suseptibilitas yang kecil karena temperatur yang tinggi. Benda anomali berada pada

kedalaman ± (270-350) m dari permukaan dan diidentifikasi berupa garam yang bercampur shale

terjebak dalam cekungan sedimentasi.

Kata kunci: anomali magnetik, reduksi ke kutub, suseptibilitas.

Abstract

Total magnetic field anomaly data at Bledug Kuwu, Grobogan area has been reduced to the pole in

order to interpret underground structure. Data collecting has been done on April 8-10, 2006 by

means of Proton Precession Magnetometer (PPM) to measure total magnetic field data, with

research area of 7,5 ha, produces 135 points of measurement. Global Positioning System (GPS)

was used to determine the position and a geological compass to find the geographic north.

The first total magnetic field data processing is diurnal and International Geomagnetic Reference

Field (IGRF) correction. The total magnetic field anomaly on the irregular surface was

transformed to horizontal surface 3000 m above spheroid reference. Before reduction to the pole,

local effect was eliminated by upward continuation as high as 3000 m above spheroid reference.

Mag2DC for Window was carried out for interpretation of total magnetic anomaly at 3000 m

above reference spheroid which has been reduced to the pole. The modeling software based on the

2.5 D Talwani’s method.

The result of 2-D modeling produces anomaly objects with susceptibilities: the first object: 0,003

cgs and the second object: -0,001 cgs, whereas the object under anomaly with small susceptibilities

because high temperature. The anomaly objects are in the depth of ± (270-350) meter below the

surface and are interpreted as salt and shale mixture in a sedimentary dome.

Keyword: magnetic anomaly, reduction to pole, susceptibilities.

J. Geofisika Vol. 13 No.1/2012

7

1. Pendahuluan

Bledug Kuwu merupakan lokasi wisata

dengan keajaiban alam yaitu adanya

fenomena gunung api lumpur atau mud

volcanoes (Bemmelen, 1949). Lokasi wisata

ini luasnya ± 45 hektar, terletak di desa

Kuwu, kec. Kradenan, kab. Grobogan.

Daerah ini mempunyai posisi geografis

terletak 111007’ BT dan 07

007’

LS dan

terletak di dataran rendah bersuhu 28-360C.

Fenomena yang dapat dilihat yaitu berupa

letupan gelembung lumpur raksasa yang

mengandung garam, beserta gas yang

mengandung unsur belerang dan hidrokarbon.

Menurut Manurung (1989), erupsi lumpur

yang terjadi di daerah Bledug Kuwu

terbentuk di atas zona patahan (fault zone).

Suhu dan tekanan lebih besar di bagian dalam

dari daerah cekungan ini menyebabkan

larutan dan gas mengalir melalui rekahan-

rekahan pada zona patahan tersebut dan

mendorong lumpur naik ke atas. Dalam

penelitiannya, Manurung mengambil daerah

penelitian di sekitar daerah Kuwu dengan

luas (10 x10) km2 dengan jarak tiap titiknya

(100-300) meter. Tujuan penelitiannya adalah

menampilkan penampang bawah permukaan

yang bersifat regional.

Metode magnetik merupakan salah satu

metode geofisika yang sering digunakan

untuk survai pendahuluan pada eksplorasi

minyak dan gas bumi, penyelidikan batuan

mineral dan penyelidikan tentang panas bumi.

Di Jawa, telah banyak dilakukan penelitian

dengan metode ini diantaranya: dalam

penyelidikan panas bumi misalnya di Gunung

Ungaran (Haryono, 2002), (Nurdiyanto,

2004), di Gunung Tangkuban Perahu

(Yulianto, 2000) dan untuk pemodelan sesar

regional Gunung Merapi-Merbabu (Ismail,

2001). Metode ini mempunyai akurasi

pengukuran yang relatif tinggi, pengoperasian

di lapangan relatif sederhana, mudah dan

cepat jika dibandingkan dengan metode

geofisika lainnya. Metode magnetik bekerja

berdasarkan sifat-sifat megnetik batuan yang

terdapat di bawah permukaan bumi.

Diharapkan dari hasil interpretasi akan

diketahui struktur bawah permukaan di daerah

Bledug Kuwu. Dari hasil tersebut dapat

digunakan untuk menentukan penyebaran

daerah yang masih berpotensi terjadi letupan

lumpur sehingga dapat digunakan untuk

pengembangan fasilitas lokasi wisata Bledug

Kuwu.

2. Teori

2.1 Kontinuasi ke Atas

Konsep dasar pengangkatan ke atas berasal

dari identifikasi tiga teorema Green. Teorema

ini menjelaskan bahwa apabila suatu fungsi U

adalah harmonik, kontinu dan mempunyai

turunan yang kontinu di sepanjang daerah R,

maka nilai U pada suatu titik P di dalam

daerah R dapat dinyatakan (Blakely, 1995):

dSrn

Un

U

rPU

S

∂−

∂=

11

4

1)(

π (1)

dengan S menunjukkan permukaan daerah R,

n menunjukkan arah normal keluar dan r

adalah jarak dari titik P ke suatu titik pada

permukaan S. Persamaan (1) menggambarkan

secara dasar prinsip dari pengangkatan ke

atas, dimana suatu medan potensial dapat

dihitung pada setiap titik di dalam suatu

daerah berdasarkan sifat medan pada

permukaan yang melingkupi daerah tersebut.

2.3 Reduksi ke Kutub

Baranov dan Naudy (1964) telah

menggambarkan metode transformasi ke

kutub untuk menyederhanakan interpretasi

data magnetik pada daerah-daerah berlintang

rendah dan menengah. Metode reduksi ke

kutub magnetik bumi dapat mengurangi salah

tahap yang rumit dari proses interpretasi,

dengan anomali medan magnetik

menunjukkan langsung posisi bendanya.

J. Geofisika Vol. 13 No.1/2012

8

Gambar 1 Pengangkatan ke atas dari permukaan horizontal (Blakely, 1995)

Gambar 2. Hubungan antara medan magnet observasi, reduksi ke kutub dan pseudogravity (Tchernychev,

2001)

Formulasi yang umum sebagai hubungan

antara medan potensial ( )f dengan distribusi

material sumber (s):

( ) ( ) ( )dvQPQsPR

,Ψ= ∫f (2)

Fungsi ( )Pf adalah medan potensial atau

anomali total medan magnetik pada P,

sedangkan s(Q) kuantitas fisis magnetisasi

pada Q dan ( )QP,Ψ suatu fungsi Green

berupa anomali total medan magnetik dipole

tunggal yang bergantung pada geometris

tempat titik observasi P dan titik distribusi

sumber Q. Proses transformasi reduksi ke

kutub dilakukan dengan mengubah arah

magnetisasi dan medan utama dalam arah

vertikal.

Reduksi ke kutub dilakukan dengan cara

membuat sudut inklinasi benda menjadi 900

dan deklinasinya 00. Karena pada kutub

magnetik arah dari medan magnet bumi ke

bawah dan arah dari induksi magnetisasinya

ke bawah juga.

2.4 Geologi Daerah Penelitian

Keadaan geologi regional menunjukkan

bahwa mulai dari Semarang kearah timur

hingga daerah Kuwu merupakan endapan

alluvial yang termasuk zona Randublatung

(Cipluk beds serta Lower Kalibeng beds).

Daerah penelitian mempunyai kenampakan

morfologi datar. Di bagian Utara terdapat

perbukitan bergelombang lemah dan sedang.

Medan Magnetik

Observasi

Medan Magnet

Magnetisasi

Pseudo Gravity Reduksi Ke kutub

Jarak

Depth

Medan

)0

,,( zzyxP ∆−

x

y z

)0

,,(' zzyxP ∆+

r

α ρ

x

)',','( zyxQ Region R

0z

S

Sumber

.

R

J. Geofisika Vol. 13 No.1/2012

9

Sedangkan di bagian Selatan dibatasi oleh

bagian darat formasi Kendeng Ridge

(Bemmelen, 1949).

Di sebelah timur daerah penelitian terdapat

jalur patahan yang berarah Barat-Timur, yang

merupakan patahan normal. Juga di sebelah

selatan terdapat jalur patahan yang berarah

barat-timur yang merupakan patahan naik.

Tegak lurus patahan tersebut terdapat patahan

normal. Geologi secara jelas dapat dilihat

pada gambar 3.

30

’1110 15

’45

70

(BT)

30

15

(LS)

A

B

Gambar 3. A. Lokasi daerah penelitian, B. Peta

Geologi Daerah Penelitian dan Sekitarnya

(Direktorat Geologi, 1963)

3. Metode Penelitian

3.1 Pengambilan Data

Lokasi penelitian mencakup daerah kawasan

wisata Mud Vulcano Bledug Kuwu, yang

terletak di desa Kuwu, kec. Kradenan, kab.

Grobogan yang secara geografis terletak

111007’ BT dan 07

007’

LS, dengan luas

daerah penelitian ± (300 x 250) meter atau ±

7.5 ha. Pengambilan data dimulai tanggal 8

sampai 10 April 2006 sebanyak ± 135 titik

yang terletak di sekitar letupan lumpur Bledug

Kuwu. Pada penelitian ini, setiap titik

pengukuran berjarak ± (20-25) meter.

Alat yang dipergunakan meliputi: satu buah

Proton Precession magnetometer (PPM)

model G-856 Geometrics untuk merekam

waktu dan medan magnet total (dalam satuan

nT), satu buah Global Positioning System

(GPS) model Trimble 4600TM

LS frekuensi

tunggal untuk menentukan posisi penelitian

dengan ketelitian 0,1 dan sebuah kompas

geologi untuk menentukan arah geografi

lokasi pengukuran serta alat komunikasi.

Proton Precession magnetometer (PPM) yang

digunakan hanya satu maka pengambilan data

dilakukan dengan cara Loopping, artinya

setelah melakukan pengambilan data pada

titik-titik pengukuran medan magnet yang

telah ditentukan, maka harus kembali ke base

untuk mengukur medan magnetnya lagi.

Setelah itu pengukuran dilanjutkan pada titik-

titik berikutnya dan kembali ke base lagi.

Selang waktu pengukuran antar base harus

kurang dari satu jam atau waktunya singkat

agar variasi hariannya masih terpantau dengan

baik. Setiap titik pengukuran diambil lima kali

data yang berbeda dalam jarak ± 1 meter,

diambil nilai terbaik atau nilai rata-rata. Posisi

titik pengukuran dilakukan menggunakan

Global Positioning System (GPS) yaitu dalam

satuan derajat untuk lintang dan bujurnya.

3.2 Perhitungan Anomali Medan Magnet

Di dalam survai dengan metode magnetik

digunakan satu set magnetometer yang

pengambilannya dilakukan dengan cara

loopping. Maka dalam survai, setelah

pengukuran di tiap titik-titik pengukuran

harus kembali ke base (dalam beberapa menit

atau kurang dari satu jam). Pengukuran base

ini diulang-ulang terus untuk mendapatkan

variasi harian yang diakibatkan efek medan

magnet luar bumi, dan untuk mengoreksi titik-

titik pengukuran. Sedangkan medan magnet

bumi dihitung berdasarkan pada persamaan

International Geomagnetic Reference Field

(IGRF), sehingga anomali magnetiknya

diberikan oleh persamaan sebagai berikut:

vhIGRFobs TTTT ±−=∆ (3)

dengan obsT adalah medan magnetik

komponen total terukur, IGRFT adalah medan

magnet teoritis berdasarkan IGRF pada

J. Geofisika Vol. 13 No.1/2012

10

stasion dan vhT adalah koreksi medan magnet

akibat variasi harian.

IGRFT dihitung pada titik pengukuran dengan

memasukkan nilai posisi dan tanggal

pengukuran dengan paket program IGRF yang

telah terdapat pada beberapa software

misalnya Magpick, WMM, dll. Sedangkan

obsT terukur pada saat magnetometer

merekam data pada titik pengukuran. Hasil

pengolahannya dengan Microsoft office Excel

didapatkan data anomali medan magnet total.

3.3 Peta Anomali Medan Magnet

Berdasarkan hasil pengolahan data yang

diperoleh, dibuat peta anomali medan magnet

dengan menggunakan software paket surfer

version 8 yang menunjukkan hubungan antara

posisi pengukuran dan nilai anomali medan

magnet total ditunjukkan dalam gambar 5A.

Penghalusan data pengamatan untuk

mengeliminasi efek lokal dilakukan dengan

kontinuasi ke atas (upward continuation)

sebesar 3000m. Hasil kontinuasi ini terlihat

pada gambar 5B yang memperlihatkan

anomali yang muncul semakin jelas. Setelah

dilakukan kontinuasi ke atas, data anomali

medan magnetik total ini direduksi ke kutub.

Kedua tahap ini dilakukan dengan

menggunakan program MagPick atau reduksi

ke kutubnya dengan sofware Signpro.

Gambar 4. Diagram blok pengolahan data magnetik total

J. Geofisika Vol. 13 No.1/2012

11

Gambar 5. A. Anomali Medan magnet total, B.

Anomali medan magnet total (upward

continuation 3000m).

4. Hasil dan Diskusi

4.1 Interpretasi Kualitatif

Secara kualitatif peta anomali diperoleh

menunjukkan penyebaran pasangan pola

kontur tertutup (besar-kecil) yang terdapat

pada masing-masing bledug. Penentuan

pasangan ini didasarkan pada kecenderungan

arah grid setiap pasangan kontur tertutup.

Oleh karena itu, dapat terlihat anomali berarah

utara-selatan untuk bledug pertama dan

anomali berarah barat-timur untuk bledug ke

dua, dengan pusat benda anomali ditafsirkan

berada di tengah pasangan pola kontur

tertutup itu. Dari pola-pola anomali yang

terlihat mempunyai gradien anomali

horisontal yang tinggi (gradiennya tajam) dari

pada daerah sekitarnya.

Di daerah dekat pusat bledug terlihat adanya

anomali yang menunjukkan bahwa pada

daerah inilah yang mengakibatkan terjadinya

letupan lumpur. Ditafsirkan adanya aktifitas

panas dari dalam yang berupa gas yang

mendorong keluar. Dengan adanya aktivitas

ini, maka batuan akan mengalami penurunan

sifat kemagnetannya, sesuai dengan aktivitas

bledug yang mengeluarkan erupsi lumpur

yang mengandung garam dan gas belerang

serta gas metan lainnya.

Gambar 6. A. Sayatan anomali medan magnet

total, B. Pemodelan pada sayatan profil A-A’, C.

Pemodelan pada sayatan profil B-B’

Sayatan pertama dibuat dari pasangan kontur

tertutup yang berarah utara-selatan yaitu A-A’

yang melewati bledug pertama (sebelah

timur). Sayatan ke dua dibuat dari pasangan

kontur tertutup berarah barat timur yaitu B-B’

yang melewati daerah bledug ke dua (sebelah

barat). Dari kedua sayatan ini, akan digunakan

untuk permodelan struktur bawah permukaan

daerah Bledug Kuwu. Sayatan ini diambil dari

data peta anomali yang telah dilakukan

upward continuation 3000m. Dengan metode

J. Geofisika Vol. 13 No.1/2012

12

ini, akan mempertajam anomali pasangan

kontur dari data peta anomali medan magnet

total. Hasil sayatan ini (upward continuation),

kemudian dilakukan reduksi ke kutub untuk

mengubah arah magnetisasi benda dalam arah

vertikal sehingga anomali medan magnetik

dapat menunjukkan langsung posisi benda

penyebabnya.

4.2 Interpretasi Kuantitatif

Pada pemodelan profil A-A’ dan B-B’, bentuk

kurvanya hampir sama Hasil pemodelan profil

ini didapatkan 2 benda penyebab anomali

dengan nilai -0,012cgs untuk benda pertama

(warna merah) dan (-0,016)cgs untuk benda

ke dua (warna biru), dengan arah barat-timur.

Benda pertama berada di sebelah barat dengan

kedalaman (270-330) meter dari permukaan

dan benda ke dua dengan kedalaman (270-

350) meter dengan sisi yang berbatasan

dengan benda pertama (dekat batuan pertama)

mempunyai lapisan lebih tipis. Di bawah

kedua batuan anomali ini, terdapat batuan

sedimen yang sangat dipengaruhi panas

(warna hitam) dengan kontras suseptibilitas (-

0,014)cgs sebagai sumber tekanan. Sumber

tekanan (gas) ini mencari tempat pada benda

anomali yang lemah untuk dilaluinya sampai

ke permukaan bumi dan daerah ini dinamakan

zona lemah.

Dari harga nilai suseptibilitas batuan sekitar

(k0), kontras suseptibilitas batuan (∆k) dan

suseptibilitas batuan target (k1), maka dengan

persamaan 4 berikut dapat dicari benda

penyebab anomalinya (berdasar nilai

suseptibilitas) sebagai

01 kkk −=∆ (4)

Tabel 2. Hubungan suseptibilitas batuan sekitar (k0), kontras suseptibilitas (∆k)

dan suseptibilitas batuan target (k1)

Pemodelan Nilai k0

(cgs)

Nilai ∆k

(cgs)

Nilai k1

(cgs)

Kemagnetan

Batuan 1 A-A’ 0,015 -0,012 0,003 Paramagnet

Batuan 2 A-A’ 0,015 -0,016 -0,001 Diamagnet

Batuan 1 B-B’ 0,015 -0,012 0,003 Paramagnet

Batuan 2 B-B’ 0,015 -0,016 -0,001 Diamagnet

Batuan 3 0,015 -0,014 0,001 Paramagnet

Dari pengolahan data dan pemodelan

perhitungan nilai suseptibilas ini, dapat dilihat

bahwa batuan 1 A-A’ dan 1 B-B’ merupakan

batuan dengan suseptibilitas kecil dan positif

0,003cgs merupakan batuan paramagnet,

kemudian batuan 2 A-A’ dan 2 B-B’ adalah

batuan dengan suseptibilitas kecil dan negatif

(-0,001)cgs merupakan batuan diamagnet.

Batuan yang suseptibilitasnya negatif ini

diidentifikasi sebagai batuan garam (rocksalt)

dapat berupa padat, lumpur maupun cairan.

Dari tabel ini menunjukkan batuan pertama

dan ke dua untuk kedua sayatan adalah batuan

yang sama dengan nilai suseptibilitas

0,003cgs dan (-0,001) cgs. Sedangkan batuan

3 di bawahnya merupakan batuan yang sangat

dipengaruhi suhu dan tekanan sehingga

suseptibilitasnya kecil (-0,001) cgs.

Tekanan dan suhu yang tinggi menyebabkan

batuan yang dilaluinya menjadi kehilangan

sifat kemagnetannya. Nilai kontras

suseptibilitas batuan yang cenderung lebih

kecil dari batuan sekitarya menunjukkan

aktifitas panas telah banyak mempengaruhi

batuan tersebut. Dengan kata lain, batuan

dengan kontras suseptibilitas lebih kecil (lebih

negatif) menunjukkan tekanan dari bawah

J. Geofisika Vol. 13 No.1/2012

13

akibat aktifitas panas lebih besar dilakukan

kepadanya dari pada batuan sekitarnya.

Sehingga batuan ini akan menghasilkan

letupan yang lebih besar dan periodenya

cepat. Hal ini sesuai dengan fenomena di

daerah penelitian, bahwa bledug pertama lebih

aktif menghasilkan letupan dan periode

letupannya lebih cepat dibandingkan bledug

ke dua.

Terjadinya letupan dikarenakan adanya

tekanan dari bawah mampu mendorong

batuan yang dilaluinya terangkat naik. Oleh

karena itu, batuan ini harus bersifat lemah

terhadap tekanan atau mudah dilalui gas

(sumber tekanan). Selanjutnya, harus ada pula

sumber tekanan dari bawah yang besar dan

keluar melewati batuan ini. Pada prinsipnya

benda di dalam bumi akan keluar ke

permukaan karena di dalam bumi suhu dan

tekanannya besar. Bila batuan dasarnya sangat

keras maka benda dengan tekanan besar ini

seperti terperangkap dan tidak bisa keluar.

Benda di dalam bumi ini dapat keluar jika

terdapat rekahan, patahan, ataupun karena

adanya aktifitas pemboran. Sehingga syarat

terjadinya letupan pada daerah Bledug Kuwu

harus ada patahan yang terjadi di bawah

batuan hasil pemodelan yang telah disebutkan

di atas.

Hasil interpretasi, kemudian dibuat struktur

bawah permukaan mengenai terjadinya

letupan di daerah penelitan yang ditunjukkan

gambar 7. Terjadinya letupan hanya terjadi di

atas batuan yang suseptibilitasnya kecil dan

negatif sebagai deretan bledug dari besar

sampai kecil. Tekanan yang melalui batas

perlapisan menyebabkan tekanan memusat

pada batas kontak batuan pertama dan ke dua

menghasilkan tekanan paling besar.

Gambar 7. Pemodelan dan interpretasi struktur

bawah permukaan Bledug Kuwu

5. Kesimpulan Dan Saran

5.1 Kesimpulan

1. Struktur bawah permukaan di daerah

Bledug Kuwu terdiri dari:

• Batuan penyebab anomali, ada dua

jenis yaitu dengan suseptibilitas

0,003cgs, dan suseptibilitas 0,001cgs.

• Batuan di atas anomali (batuan

sekitar) adalah shale.

• Batuan yang berada di bawah anomali

berkurang sifat kemagnetannya yaitu

dengan suseptibilitas 0,001 cgs.

2. Kedalaman benda anomali rata-rata

adalah (270-350) meter.

3. Daerah di atas batuan penyebab anomali

dengan suseptibilitas (-0,001)cgs,

merupakan daerah potensial terjadi

letupan.

4. Dari interpretasi menunjukkan bahwa

batuan daerah penelitian adalah sedimen

yaitu shale yang telah berkurang sifat

kemagnetannya dan mengandung salt,

water sebagai anomali.

5.2 Saran

1. Penelitian harus ditambah lagi atau

diperluas di daerah di sekitar Bledug

Kuwu dengan jarak tiap titik-titiknya

pendek.

2. Dapat dilakukan mengolahan dan

interpretsi magnetik dengan cara atau

metode yang berbeda.

3. Hasil penelitian magnetik ini harus

dicocokkan dengan data lubang bor, data

seismik, dan data lainnya.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai pengaruh perubahan temperatur

terhadap nilai suseptibilitas batuan.

Daftar Pustaka

Baranov, V. and Naudy, H., 1964, Numeric

Calculation of the Formula of

reduction to pole, Geophysics, 29, 67-

69.

Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology of

Indonesia, V.I.A, Martinus Nijhoff,

The hague.

Bhaskara, R.D., Ramesh, B.N., 1991, A

Rapid Method for Three-dimentional

Modelling of Magnetik anomalies:

Geophysics. 56,1729-1737.

J. Geofisika Vol. 13 No.1/2012

14

Blakely, R.J., 1995, Potential theory in

gravity and magnetic applications,

Cambridge Univ Press, New York.

Breiner, S., 1973, Applications Manual for

Portable Magnetometers, Geometrics,

USA.

Grant, F.S.,West, 1965, Interpretation Theory

in Applied Geophysics, McGraw Hill

Corporation.

Haryono, A., 2002, Pemodelan Sesar

Regional di Daerah Gunungapi

Ungaran menggunakan Data Anomali

Medan Magnetik Reduksi ke Kutub,

Tesis, FMIPA, UGM.

IAGA Working Group V-8, 1995,

International Geomagnetic Reference

Field, 1995 revision. Submitted to

EOS Trans. Am. Geophys. Un.,

Geophysics, Geophys. J. Int., J.

Geomag. Geoelectr.,Phys. Earth

Planet.Int., and others.

Ismail, N.,2001, Interpretasi Data Anomali

medan Magnetik Total Reduksi ke

Kutub Untuk Pemodelan sesar

Regional di Daerah Gunung Merapi-

Merbabu, Tesis, FMIPA, UGM.

Manurung, P., 1989, Penyelidikan Anomali

Medan Magnet Total di Daerah

Kuwu, Grobodan, Jawa Tengah,

Skripsi UGM.

McLean, S., S. Macmillan, S. Maus, V. Lesur,

A.Thomson, and D. Dater, 2004,

TheUS/UK World Magnetic Model for

2005-2010, NOAA Technical Report

NESDIS/NGDC-1.

Nurdiyanto, B., 2004, Analisis Data Anomali

Medan Magnet Total Untuk

Menafsirkan Struktur Bawah

Permukaan Daerah Manifestasi Air

Panas di Lereng Utara Gunungapi

Ungaran, Skripsi, FMIPA, UGM.

Parkinson,W.D.,1983, Introduction to

Geomagnetism, Scottish academic

Press London.

Reid, A.B., Allsop, J.M., Granser, H., Millet,

A.J., and Somerton, I.W., 1990,

Magnetic interpretation in three

dimensions using Euler

deconvolution: Geophysics, 55, 80–

91.

Robinson, E. S., Coruh, C., 1998, Basic

Exploration Geophysics, John Willey

& Sons.

Sharma, P.V., 1997, Environmental and

Engineering Geophysics, Cambridge

University Press.

Sulindra , N., 2005, Interpretasi Data

Anomali medan Magnet Total reduksi

ke Kutub untuk Pemodelan Sesar,

Skripsi, FMIPA, UGM.

Talwani, M. and Heirtzler, J.R.,1964,

Computation of Magnetic anomalies

Caused by two Dimentional

Structures of Arbitary Shapein The

Mineral Industries, Stanford

University Publications Geological

Sciences Vol. 9, No.1.

Tchernychev, M.,2001, Magpick-magnetic

map & profile processing, user guide.

Telford, W.M., Geldart, R.E., Sheriff, D.A.,

and Keys, 1979, Applied Geophysics,

Cambridge University Press.

University of Birmingham, 2004,

Classification of magnetic material,

Applied Alloy Chemistry Group.

U.S. Geological Survey Information Service,

2005, World IGRF Magnetic Chart,

web page:www.ngdc.noaa.gov.

Yulianto, T., 2000, Pengukuran dan

interpretasi anomali magnetik

daerah Gunung Tangkuban

Perahu, Tesis Pasca Sarjana ITB.

200 m600 m

J. Geofisika Vol. 13 No.1/2012

15